• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PEMBACA ALKITAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PEMBACA ALKITAB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: faktor yang tidak perlu diperhatikan dalam penyajian dan pengemasan makanan

(2)

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PEMBACA ALKITAB

Oleh : Rasid Rachman

Pendahuluan

Salah satu bagian yang perlu mendapat perhatian khusus dalam perayaan ibadah adalah pembacaan dan membacakan Alkitab. Hal ini terkait sangat erat berhubungan dengan pembaca Alkitab atau lektor/lektris (lector). Banyak orang yang sebetulnya tidak pernah bermimpi menjadi pembaca Alkitab dalam ibadah, di hadapan umat. Dan banyak dari para pembaca memang tidak siap untuk menjalankan tugas tersebut.

Materi ini bertujuan untuk memperlengkapi para pembaca Alkitab secara teknis. Intinya adalah bagaimana lektor/lektris menjalankan tugas membaca Alkitab di dalam liturgi. Namun, muara keberhasilan setiap lektor/lektris adalah membacakan Alkitab di hadapan umat di dalam ibadah.

I. Lektoratau lektris

Lektor/lektris adalah pembaca Alkitab dalam liturgi. Hal-hal penting untuk perhatian. Pertama, lektor/lektris bukan hanya bertugas membaca Bacaan Pertama (Perjanjian Lama atau Kisah Para Rasul), Bacaan Kedua (Surat Rasul atau Kisah Para Rasul atau Wahyu Yohanes), dan Bacaan Ketiga (Injil Sinoptik atau Injil Yohanes).

Peran terpenting setiap lektor/lektris adalah memerantarai dialog antara Allah dan umat (gereja). Allah (telah) berbicara dan umat (akan) mendengarkan, maka pembaca Alkitab menampilkan sapaan Allah tersebut di tengah gereja. Oleh karena itu, pembaca Alkitab berbeda dengan berpidato, ber-stand-up comedy, atau berdeklamasi, dan tidak lebay seolah di hadapan penonton. Umat bukanlah penonton, melainkan subjek selebrasi ibadah.

▸ Baca selengkapnya: marilah bersama sama kita identifikasi hal hal yang telah mantap

(3)

Kedua, ketika membacakan Alkitab, lektor/lektris bukan hanya membaca karena dirinya, melainkan dia berdiri dalam jajaran tradisi panjang pembacaan Kitab Suci. Lektor/lektris meniru (mimesis), mengulangi, dan terus menghidupkan (anamnesis) tradisi Musa (Kel 24:7) dan bahkan mengimitasi Yesus (Luk 4:16), sehingga melahirkan narasi baru (merenarasikan berita injil). Lektor/lektris sekarang ini adalah mata rantai para lektor sepanjang sejarah gereja.

Ketiga, lektor/lektris berperan untuk menghidupkan tulisan “mati” dari Kitab Suci. Lektor/lektris menggunakan tutur, gestur, dan postur, ketika membaca Alkitab, sehingga umat sendiri mendengar Allah berbicara langsung kepada mereka.

Keempat, lektor/lektris memotivasi dan mengarahkan umat pada teks Alkitab, bukan pada diri sang lektor/lektris.

Setelah syarat: memiliki suara jernih dan lancar membaca, maka ada lima hal yang perlu diperhatikan oleh setiap lektor/lektris ketika bertugas, yaitu: berjalan, membuka dan menutup Alkitab, menginformasikan pembacaan secara efektif, membacakan Alkitab secara jernih, dan mengakhiri pembacaan.

1. Berjalan

Tata gerak berjalan “tegak” (= sewajarnya) dilakukan oleh lektor/lektris yang akan membacakan Alkitab di tempat pembacaan. Lektor/lektris tidak perlu membawa Alkitab, karena Alkitab sudah disiapkan di tempat pembacaan. Tata gerak ini menunjukkan apa yang akan dibacakan merupakan bacaan mulia.

Kecepatan berjalan jangan terlalu cepat sehingga berkesan buru-buru, jangan pula terlalu lambat sehingga seperti tidak berjalan.

Lektor/lektris berjalan dengan tangan hendaknya dilenggangkan di samping pinggang; posisi berjalan biasa. Atau, kedua telapak tangan dilipat di depan perut.

Sikap hormat akan Alkitab ini sudah dipertunjukkan oleh lektor/lektris sejak ia menghampirinya. Gestur lektor/lektris menunjukkan nilai istimewa terhadap tugasnya saat ini.

(4)

Jika menggunakan tayangan LCD, maka tata gerak inilah yang seharusnya ditampilkan – bukan tulisan-tulisan informatif. Proses pembacaan akan menjadi baik jika umat bukan hanya mendengar, tetapi juga melihat pembaca.

Setibanya di tempat pembacaan, lektor/lektris menunjukkan kesiapannya, berdiri dengan kedua kaki lurus; tidak tegak siap seperti dalam upacara, tidak miring, dan kedua tangan berpangku pada mimbar. Perhatikan jarak mulut dengan microphone. Hendaknya lektor/lektris tidak mengatur lagi kesiapan microphone;

penyelenggara harus menyiapkannya. Kacamata plus dikenakan di posisi ini.

Sebelum berjalan ini, lektor/lektris (PL 1 dan PL 2) sudah tahu isi bacaannya.

Ia sudah berulang kali membacanya sebelum hari ibadah tersebut, sehingga teks itu tertanam dalam pikirannya.

2. Membuka dan menutup Alkitab

Membuka Alkitab sebaiknya “langsung” tepat pada sasaran; tidak mencari- cari di tempat pembacaan. Penyelenggara telah menyiapkan dua tongkat pembatas di dalam Alkitab sebelum ibadah. Mencari-cari kitab, membuka secara kasar dan berkali-kali menimbulkan kesan tidak siapnya lektor/lektris. Seorang lektor/lektris yang selesai membaca diharapkan membukakan kitab yang akan dibaca berikutnya oleh lektor/lektris lain.

Membuka Alkitab dapat dilakukan sebelum atau setelah mengucapkan informasi bacaan. Pengucapan seorang lektor/lektris dilakukan melalui diafragma, bukan tenggorokan.

3. Menginformasikan pembacaan

Setelah umat siap membaca, lektor/lektris baru menginformasikan bacaan.

Pandanglah mata atau wajah umat (menatap kamera), bukan melihat ke atas kepala umat. Apabila umat masih “resah”, belum tenang, belum “tersadar” setelah berdoa, maka (ini krusialnya) pembaca Alkitab menunggu hingga umat siap untuk mendengarkan pembacaan. Lektor/lektris harus yakin dahulu bahwa umat menyimak kata pertama ucapannya.

(5)

Efektifitas menyampaikan informasi pembacaan merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh lektor/lektris. Tujuan menginformasikan pasal dan ayat yang hendak dibaca adalah agar umat dapat dengan mudah mendengar. Bagi lektor/lektris, membacakan Alkitab adalah bagian esensial dari peribadahan;

menghadirkan sapaan Allah. Membacakan Alkitab bukan dengan latar belakang pemikiran: umat buta huruf sehingga Alkitabnya harus dibacakan. Banyaknya angka dan variasi yang disebutkan seringkali malah mengaburkan informasi. Jadi menyebutkan "Yesaya pasal 5 ayat 13 sampai 18, disambung ayat 25 sampai 30, lalu disambung lagi pasal 6 ayat 1 sampai 5, adalah tidak efektif bagi pendengar. Angka- angka tersebut tidak membantu jemaat memperoleh informasi. Informasikanlah Yesaya pasal 5 ayat 13. (Latihan Wahyu 21:10, 22 – 22:5; Mazmur 36; Filemon 1 – 21).

Keindahan mengucapkan informasi juga penting.

“Pembacaan Kitab Yesaya pasal ...”

“Pembacaan Surat Roma pasal …”

“Pembacaan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus yang pertama, pasal ...” (tapi ini panjang, sehingga harus siap dengan nafas)

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius pasal …” (bukan “Pembacaan diambil dari …” atau “Marilah kita membuka Alkitab kita ... dst.”).

Sebaiknya, informasi ini disampaikan dengan satu pengucapan, sehingga mengucapkannya dengan memerhatikan daya tangkap rata-rata jemaat; menunggu kesiapan umat, terpilah dalam beberapa bagian dan angka.

4. Membacakan Alkitab

Membaca Alkitab bukan membaca puisi atau deklamasi. Pembaca Alkitab bukan aktor drama. Ia adalah penyampai pesan Firman Tuhan melalui sapaan Tuhan kepada umat. Selain persiapan yang memadai, mencintai dan memahami isi perikop yang dibaca akan membantu si pembaca menyampaikan pesan nas atau perikop dengan jelas.

(6)

Sebaiknya, setiap lektor/lektris telah menyiapkan dengan memahami isi perikop. Lektor/lektris yang telah mempersiapkan perikop yang akan dibacakannya memiliki catatan dan coretan bagaimana dan dimana aksen diberikan, kapan pemenggalan kata, kalimat mana yang merupakan inti perikop, dsb. Dalam dan setelah persiapan pembacaan sebelumnya, lektor/lektris dapat menguji kesiapannya dengan bertanya:

Apakah bentuk tulisan dalam perikop? Prosa? Puisi? Kisah (cerita, narasi)?

Nasihat (surat)? Doa (Mazmur, permohonan)?

Apakah atau bagaimanakah konteks tulisan tersebut? Apakah atau bagaimanakah situasinya?

Tentang apakah isi tulisan tersebut? Siapakah yang berbicara, menegur, memperingati siapa?

Apakah isi utama atau pesan teks tersebut?

Bagaimanakah struktur dalam bagan kisah tersebut?

Oleh karena itu, pembaca Alkitab harus berada lebih dahulu daripada umat dalam mengetahui dan memahami isi bacaan. Untuk mengujinya, setelah berulang kali membaca, lektor/lektris membayangkan isi teks, bagaimana kisahnya, dan susun ulang kisah tersebut menurut bahasa sendiri.

Kemampuan lektor/lektris dalam penampilan liturgi dapat ditingkatkan, semisal tim pembaca Alkitab. Mereka bukan hanya pembaca, tetapi juga pencerita Alkitab yang dapat berperan laksana penulis langsung kitab. Sementara ini, Jemaat- jemaat kita umumnya hanya menampilkan pembaca tunggal, bukan tim.

Seorang lektor/lektris juga perlu memperbaiki kesalahan editorial dalam bahasa Indonesia. Misal, “keselamatan yang daripada TUHAN” menjadi

“keselamatan dari TUHAN”. (Latihan Mazmur 59:2-3; Mazmur 37:16-17).

Beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan ketika membaca, yaitu:

(7)

a. Kestabilan irama dan nada, melalui power suara. Suara lemah menimbulkan kesan mengantuk dan membosankan.

b. Kejelasan aksentuasi, lafal, artikulasi, dan intonasi, melalui pemilahan kalimat, dan menahan kecepatan untuk mempertegas atau menjelang selesai pembacaan. Jeda sejenak ditujukan untuk memberikan jatah kepada umat membayangkan dan meresapi sebuah kata atau kalimat.

c. Kelancaran membaca, tidak terbata-bata. Suara terbata-bata dapat membuat lelah pendengar. Maka pembaca sebaiknya memiliki coretan kapan memenggal dan mengaksen kata penting (latihan Lukas 12:16), jeda sejenak sebelum dan setelah tada petik, mengelompokkan kata-kata sejenis (nama, narasi, peringatan), memanjangkan kata, memperkeras suara pada kata tertentu, dsb.

d. Kestabilan warna suara; jangan lupa mengambil nafas. Kehabisan nafas dapat mengubah warna suara. Hati-hati setelah mengambil nafas, kendalikan (power) suara sehingga tidak mengembus yang berlebihan. Faktor penting untuk warna suara adalah perayaan atau emosi bacaan, misal: marah, kesal, tegas, takut, cemas, dsb.

e. Tinggi nada cenderung rendah. Nada tinggi atau terlalu tinggi akan memusingkan pendengar. Nada terlalu rendah, membuat tidak nyaman.

(Persiapkan Yosua 7, Yesaya 45:13). Lektor/lektris dapat pula membuat tanda-tanda aksentuasi, pemilahan, menahan kecepatan, dsb.

Di atas semua hal ini, pembacaan Alkitab bukan sekadar mengawali khotbah (pengajaran, homili), tetapi juga menafsirkan dan menghidupkan teks Alkitab.

Membaca adalah menafsirkan. Membaca dengan jelas dan volume memadai menyampaikan tafsiran si pembaca. Oleh karena itu penting bagi lektor/lektris memahami isi Alkitab.

5. Mengakhiri pembacaan

Beberapa liturgi membuat formula untuk mengakhiri pembacaan, yakni:

“Demikianlah sabda Tuhan.” Lektor/lektris mengucapkan formula tersebut setelah

(8)

“jeda” dari pembacaan pokok, dan dengan menatap ke jemaat. Tentu, irama mengucapkan ini pun berbeda dengan irama ketika membaca tadi. Kemudian lektor/lektris berjalan ke tempat duduknya setelah jemaat membalas formula lektor/lektris dengan mengucapkan: “Syukur kepada Allah.” Dialog singkat ini mengingatkan bahwa fokus pembacaan adalah bukan pada sang pembaca, melainkan pada naskah Alkitab, yakni firman Allah.

Sebaiknya tidak menutup pembacaan dengan “Amin”, karena pembaca tidak merespons pembacaannya.

Jangan lupa membukakan kitab yang dibaca oleh lektor/lektris berikut.

Lanjutan

Jenis tulisan dalam Alkitab terdiri dari prosa dan puisi. Sekalipun ada kaidah umum dalam membaca, namun lazimnya membaca prosa berbeda dengan membaca puisi. Kaidah umum dimaksud adalah: (1) fokus umat bukan pada pembaca, sehingga pembaca tidak mendemonstarsikan cara membaca; (2) mengindahkan gestur dan postur; (3) memerhatikan tanda baca, tanda membaca, nafas, intonasi, aksentuasi, artikulasi, alat bantu melihat.

Yosua 24:1-3 (tercantum di Alkitab LAI)

1 Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem.

Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. 2Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.3Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya.

(9)

Kemudian kita buat tanda-tanda membaca sebagai latihan bacaan untuk lektor/lektris. Tanda membaca berguna hanya untuk individu si pembaca. Jadi, tanda membaca dibuat berdasarkan kenyamanan individu si pembaca.

Yosua 24:1-3

1

Kemudian / Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel / di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya / dan para pengatur pasukannya, (TITIK) lalu mereka berdiri di hadapan Allah.

2

Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu:

"Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala / di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham / dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.

3

Tetapi Aku / mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku / membuat banyak keturunannya / dan memberikan Ishak kepadanya.

(TITIK) “Demikianlah Sabda Tuhan.“

1 Tesalonika 4:13-18 (latihan membuat tanda membaca)

13

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa

kamu tidak mengetahui tentang mereka yang

(10)

meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

14

Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

15

Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan:

kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

16

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

17

sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

18

Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain

dengan perkataan-perkataan ini.

(11)

(TITIK) “Demikianlah Sabda Tuhan.“

1) Baca pertama kali

2) Baca dua-tiga sampai mengerti isi

3) Membuat rencana membacakan dengan tanda2 membaca

Penutup

Lancar atau tidaknya, indah atau tidaknya, dan sempurna atau tidaknya perayaan liturgi terletak pada memadai atau tidak memadainya persiapan yang dilakukan oleh para petugas dan penyelenggara ibadah. Tantangan setiap lektor/lektris adalah persiapan. Hal penting yang harus diingat oleh para pembaca adalah bahwa kita membaca untuk membangun iman umat dan gereja melalui firman Allah. Dengan membacakan Alkitab kepada umat, kita membawa umat kepada Kristus. ■

Pustaka acuan

Gabe Huck, Liturgi Yang Anggun dan Menawan: Pedoman Menyiapkan dan Melaksanakan Liturgi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2001)

Harvey A. Smit, So You’ve Been Asked to Read Scripture, (Grand Rapids: CRC Publications, 1996)

J. Waskito, Menjadi Lektor/lektris, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1981)

Referensi

Dokumen terkait