• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ANGKA HARAPAN HIDUP DI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ANGKA HARAPAN HIDUP DI SULAWESI SELATAN "

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ANGKA HARAPAN HIDUP DI SULAWESI SELATAN

TAURIATORY ARIS A111 11 283

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ANGKA HARAPAN HIDUP DI SULAWESI SELATAN

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh TAURIATORY ARIS

kepada

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi PRAKATA

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, Laa ilaha illallah, dibawah perlindungan dan bimbingan ALLAH SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor yang Memengaruhi Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin dengan baik. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, bantuan, dan masukan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda saya Aris H. Sakka Madeali, sebagai suri tauladan, seoarang Pria yang paling tangguh di mata saya, yang telah mendidik dan membesarkan saya sebagai seorang pria yang dapat tegar berdiri hingga hari ini. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala Tuhan Semesta alam senantiasa melindungi, memberi kesehatan, rezeki dan juga dimuliakan oleh-Nya atas semua tanggung jawab dan pengorbananmu yang sangat berarti bagi keluarga.

2. Ibunda saya Andi Adliawaty Mangnguleta, seorang wanita yang tabah, yang penuh kebaikan didalam setiap tindakannya. Terima kasih atas setiap Cinta yang engkau berikan yang tidak mungkin bisa saya kembalikan. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala Tuhan Semesta alam melindungimu, memberikan kekuatan, kesehatan, rezeki dan di muliakan oleh-Nya atas segala pengorbananmu bagi keluarga.

3. Bapak Drs. Muh.Yusri Zamhuri, MA., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin.

(7)

vii

4. Bapak Dr. Sanusi Fattah, SE., M.Si. Selaku pembimbing I dan ibu Dr.

Retno Fitrianti, SE., M.Si. selaku pembimbing II, yang telah membimbing penulis sebaik-baiknya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Ibu Prof. Dr. Hj. Rahmatia, SE,. MA., Bapak Dr.

Hamrullah, SE., M.Si., dan Bapak Suharwan Hamzah, SE., M.Si., terimah kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan sehingga penulis dapat memperbaiki skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Staff Jurusan bapak aspar yang selalu baik dan bijak dalam menghadapi mahasiswa-mahasiswa di ekonomi.

7. Staff Akademik terkhusus Pak Akbar yang selalu mengingatkan skripsi setiap kali berpapasan dengan penulis, juga Ibu Sahari bulan, Pak Oscar, Pak Parman dan Pak Safar yang melakukan tugasnya dengan baik dan bijak menghadapi mahasiswa.

8. Fheby Queeny Priscilla, seorang wanita yang spesial ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah mememani penulis di dalam hari- harinya untuk menuju manusia yang lebih baik, semoga dikau juga menjadi lebih baik kedepannya.

9. Terima kasih saudara-saudaraku di Rega11ans terkhusus Muhammad Ardiansyah, SE dan Andi Septian Eka Prasetyo, SE yang telah berkontribusi signifikan dalam hari-hari Penulis mengerjakan skripsi ini, Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberkatimu dan di panjangkan umurmu, dimudahkan rezekimu, juga dimudahkan perhitungan amal ibadahmu di akhirat kelak. Lalu kepada Andi Azhadi Tonang sang mantan ketua HIMAJIE, Nur Hidayat Ali, Franky Aryatama, Zuhal dottoro, Bumi Zulhendra, Nasru Bakri, Yusri Sketcher, Achmad muqtadir, Endi Harmianto, Takdir mallongi, Uyuun MB Rolle, Adrianto, Rio Aristo,

(8)

viii

Richard Sumolang, Richard Pasolang, Fadli Budiman, Yogi Panggabean, Ahmad Dzaki, Syamsuriadi Syamsuddin. Kepada wanita-wanita tangguh Rega11ans terkhusus Fahria Mading, Aisyah rahman, Jihan Khadijah, Mirah Midadan, Adilah Bunyamin, Rini dewi astuti, Yetti tandungan.

10. Teman-teman Fight Club sekaligus juga teman seperjuangan yakni Awal Ridha Syafa’at, Feybe Arsella manopo, Agung Muslim.

11. kanda-kanda dan teman-temanku yang hebat lainnya: Muh. Zarr Alghifari beserta istri Arini Achmad, Syakira Attamimi, Oni, Reza, Nurul fajriah.

Lalu Muh. Fauzan garantjang, M. Rian Sulfian a.k.a Gery A. Misbah, Tri Wahyudi Idris, Arinal Haq, Adnan Prayitno, Muh. Yusnan, Muh. Assaf Syafaat.

12. Teman-teman Seposko waktu KKN yang terbaik: Asgar Saputra, Hamka, Rahmiati, Rika Novira beserta suami dan Gadis Mentari.

Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skiripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Makassar, 23 Februari 2018

Tauriatory Aris

(9)

ix ABSTRAK

Faktor-faktor yang memengaruhi Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan Tauriatory

Sanusi Fattah Retno Fitrianti

Tujuan penelitian untuk mengetahui Faktor-faktor yang memengaruhi Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan Tahun 2014-2016. Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Angka Harapan Hidup sebagai variabel dependen, kemudian Pendidikan, Jumlah Fasilitas Kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan Pengeluaran Per kapita sebagai variabel independen.

Model menggunakan data panel yang dihitung melalui pendekatan Common Effect Model dengan menggunakan aplikasi Eviews 8. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 62 persen dari variasi independen dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan, sedangkan 38 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model estimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen Pendidikan, Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Pengeluaran Perkapita berpengaruh signifikan terhadap Angka Harapan Hidup di Indonesia. Untuk variabel Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tidak berpengaruh signifikan terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan.

Kata Kunci : Angka Harapan Hidup, Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, PHBS, Pengeluaran Per Kapita

(10)

x ABSTRACT

The Factors that Affecting Life Expectancy Rate in South Sulawesi Tauriatory Aris

Sanusi Fattah Retno Fitrianti

The purpose of this research is to know the factors influencing Life Expectancy Rate in South Sulawesi Year 2014-2016. The variables observed in this study are Life Expectancy as the dependent variable, then Education, Number of Health Facilities, Clean and Healthy Behavior, and Per Capita Expenditure as independent variables. The model uses panel data calculated using the Common Effect Model approach using the Eviews 8. The results of this study show that 62 percent of the independent variation in this study can explain the Life Expectancy Variables in South Sulawesi, while the remaining 38 percent are influenced by other factors beyond the estimation model. The results showed that the independent variables of education, number of health facilities and expenditure per capita have a significant effect on life expectancy in Indonesia. For the Clean and Healthy Behavior variable have no significant effect on Life Expectancy Rate in South Sulawesi.

Keywords: Life Expectancy, Education, Health Facilities, PHBS, Per Capita Expenditure.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Konsep Dasar Pembangunan Manusia ... 9

2.1.1.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 9

2.1.2 Angka Harapan Hidup ... 11

2.1.3 Pendidikan ... 14

2.1.3.1 Hubungan Pendidikan dengan Angka Harapan Hidup ... 15

2.1.4 Pelayanan Kesehatan ... 15

2.1.4.1 Hubungan Fasilitas Kesehatan dengan Angka Harapan hidup ... 20

2.1.5 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) ... 20 2.1.5.1 Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

(12)

xii

dengan Angka Harapan Hidup ... 21

2.1.6 Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita (PDRB Perkapita) ... 22

2.1.6.1 Penghitungan PDRB dengan Pendekatan Produksi ... 23

2.1.6.2 Penghitungan PDRB dengan Pendektan Pengeluaran .... 25

2.1.6.3 Penghitungan PDRB dengan Pendekatan Pendapatan ... 26

2.1.6.4 Hubungan Antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Angka Harapan Hidup ... 27

2.2 Studi Empiris ... 27

2.3 Kerangka Pikir ... 30

2.4 Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.3 Uji Statistik ... 35

3.3.1 Uji Statistik F ... 35

3.3.2 Uji Statistik t ... 36

3.4 Definisi Operasional ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 38

4.1.1 Keadaan Geografis ... 38

4.1.2 Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan ... 39

4.1.3 Rata-rata Lama Sekolah ... 41

4.1.4 Fasilitas Kesehatan ... 43

4.1.5 Rumah Sakit ... 43

4.1.6 Puskesmas ... 45

4.1.7 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 47

4.1.8 Pengeluaran Perkapita ... 49

4.2 Hasil Analisis ... 51

4.2.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 51

4.2.2 Hasil Penelitian Rata-rata Lama Sekolah, Fasilitas Kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Pengeluaran Per kapita terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan ... 53

(13)

xiii

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

4.3.1 Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan ... 55

4.3.2 Pengaruh Fasilitas Kesehatan Terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan ... 57

4.3.3 Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan ... 58

4.3.4 Pengaruh Pengeluaran Perkapita Terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan ... 59

BAB V PENUTUP ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 71

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Angka Harapan Hidup Sulawesi Selatan

Per Kabupaten/Kota ... 40

Tabel 4.2 Rata-ata Lama Sekolah di Sulawesi Selatan Per Kabupaten/Kota ... 42

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Sakit di Sulawesi Selatan Per Kabupaten/Kota ... 44

Tabel 4.4 Jumlah Puskesmas di Sulawesi Selatan Per Kabupaten/Kota ... 46

Tabel 4.5 Data PHBS Sulawesi Selatan Per Kabupaten/Kota ... 48

Tabel 4.6 Data Pengeluaran Perkapita Sulawesi Selatan Per Kabupaten/Kota ... 49

Tabel 4.7 Output Pengujian Multikolinearitas ... 51

Tabel 4.8 Output Uji Autokorelasi Metode Durbin-Watson ... 52

Tabel 4.9 Output Uji Heterokedastisitas Metode White ... 53

Tabel 4.10 Rata-rata Lama Sekolah, Fasilitas Kesehatan, PHBS, dan Pengeluaran Per kapita Terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan Periode 2014 – 2016 ... 54

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Data Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 2012 – 2016 ... 3 Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 31

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi sejatinya adalah untuk Manusia, karena pembangunan diciptakan bagi dari dan untuk manusia itu sendiri, Keberhasilan ekonomi bukan hanya dilihat dari seberapa banyak gedung tinggi yang berbaris di pinggir jalan, bukan juga seberapa banyak patung-patung juga monumen yang berdiri diantara keramaian, melainkan seberapa sejahteranya penduduk dalam suatu Negara, seberapa berkualitas program dan fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk menopang keberlangsungan hidup penduduknya, Karena Penduduk adalah kekayaan nyata bagi suatu negara.

Ide dasar gagasan pembangunan manusia Menurut Human Development Report (1990) dideskripsikan sebagai berikut :

“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang.”

Pada dasarnya, ide dan gagasan tentang pembangunan yang berpusatkan pada manusia (people centered development), diawali dengan pemahaman tentang ekologi manusia yang menjadi pusat perhatian pembangunan. Dengan demikian, pembangunan haruslah menempatkan rakyat

(17)

sebagai pusat perhatian dan proses pembangunan harus menguntungkan semua pihak. Dalam konteks ini, masalah kemiskinan, kelompok rentan dan meningkatnya pengangguran perlu mendapatkan perhatian utama karena bisa menjadi penyebab instabilitas yang akan membawa pengaruh negatif, seperti longgarnya ikatan-ikatan sosial dan melemahnya nilai-nilai hubungan antar manusia (Fikri Cahyadi, 2015).

David C. Korten (Dalam fikri Cahyadi, 2015) mengatakan bahwa pembangunan yang berpusat pada manusia, sungguh-sungguh ditujukan untuk memberi manfaat bagi orang, baik dalam berbuat maupun dalam hasilnya, juga memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan kepandaiannya bagi masa depannya sendiri dan masa depan masyarakat.

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan (Badan Pusat Statistik Indonesia).

Indonesia yang merupakan negara kesatuan dengan cakupan wilayah yang cukup luas, pasti memiliki kadar angka harapan hidup yang berbeda-beda di setiap daerah. Memandang kondisi Angka Harapan Hidup Indonesia yang menempati urutan ke-6 di ASEAN, angka harapan hidup Indonesia berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) terus mengalami peningkatan sejak tahun 2005 sebesar 68,1 hingga 2016 yang mencapai 70,90. Walaupun secara keseluruhan Angka Harapan Hidup Indonesia mengalami peningkatan, tetapi terdapat 25 Provinsi di Indonesia yang memiliki Angka Harapan Hidup dibawah

(18)

3

2012 2013 2014 2015 2016

Indonesia 67.7 68.31 68.9 70.78 70.9

Sulsel 67.26 67.2 68.49 69.8 69.82

Yogyakarta 76.15 76.44 76.81 74.68 74.71

62 64 66 68 70 72 74 76 78

rata-rata nasional. Salah satunya Angka Harapan Hidup yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu hanya mencapai 69,82 pada tahun 2016 dan menunjukkan angka yang jauh dari rata-rata angka harapan hidup nasional.

Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, Angka harapan hidup di Sulawesi Selatan secara keseluruhan adalah 69,82 dengan komposisi angka harapan hidup untuk pria berkisar 67,69 sedangkan angka harapan hidup untuk wanita berkisar 71,59. Angka tersebut menunjukkan peningkatan secara terus menerus dari tahun 2012 hingga 2016. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 1.1 Data Angka Harapan Hidup Indonesia Tahun 2012 - 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik

Walaupun secara keseluruhan Angka Harapan Hidup Indonesia mengalami peningkatan, namun terdapat 25 Provinsi di Indonesia yang memiliki Angka Harapan Hidup dibawah rata-rata nasional. Salah satunya Angka Harapan Hidup yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu hanya mencapai 69,82 pada tahun 2016 dan menunjukkan angka dibawah daripada rata-rata angka harapan hidup nasional.

(19)

Derajat kesehatan masyarakat dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi disuatu wilayah termasuk didalamnya angka harapan hidup.

Banyak hal yang melatar belakangi angka harapan hidup di suatu daerah pada posisi tinggi atau rendah. Keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat pada peningkatan fasilitas kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pendidikan, dan pengeluaran per kapita.

Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh faktor lokasi, yaitu mudahnya untuk dijangkau atau tidak. Bentuk pelayanan kesehatan tidak hanya terbatas pada fasilitas pelayanan saja akan tetapi juga meliputi tenaga kesehatan.

Keberadaan tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan, informasi dan motivasi kepada masyarakat untuk mendatangi fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang merujuk pada kondisi fisik baik secara kualitas maupun kuantitas juga menjadi hal yang krusial pada terjaminnya kesehatan masyarakat.

Tidak hanya mengenai kesehatan yang menunjang angka harapan hidup pada suatu Negara, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat turut mempunyai pengaruh dan peranan yang besar terhadap derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidaknya lingkungan, kesehatan individu, keluarga dan masyarakat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Untuk mengubah perilaku masyarakat tidak mudah namun sangat diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk memperkecil terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah

(20)

5

dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator yang menggambarkan kondisi lingkungan Antara lain rumah sehat, air bersih, sarana sanitasi (pembuangan air limbah, tempat sampah, dan kepemilikan jamban), tempat umum dan pengelolaan makanan, serta sarana pengolahan limbah di sarana pelayanan kesehatan.

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan oleh pemerintah. Pada tahun 2015 menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia rumah tangga di Sulawesi Selatan yang memiliki akses terhadap air minum layak mencapai 72.07%. Akses terhadap sanitasi air layak yang mencapai 72.36% namun mengalami penurunan sebesar 0.99% dari tahun sebelumnya, dan 76.60% rumah yang memenuhi syarat kesehatan (Profil kesehatan Indonesia, 2015).

Angka harapan hidup di suatu negara setiap periodenya diharapkan akan selalu menunjukkan angka yang meningkat secara signifikan. Tidak banyak yang tahu terkait pentingnya angka harapan hidup itu sendiri, terutama kalangan dengan pendidikan yang relatif rendah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menjamin dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara ekonomi dan sosial, serta sebagai salah satu cara mengatasi kesenjangan dalam upaya mencapai kesetaraan dan mewujudkan hidup makmur.

Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, diharapkan seseorang akan semakin mudah dalam menyerap, memilih, beradaptasi atau mengembangkan segala bentuk informasi dan

(21)

pengetahuan baru untuk kehidupannya. Berdasarkan data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, Angka Rata-rata Lama Sekolah di Sulawesi Selatan Mencapai angka 7.64 tahun dengan kelas VII. Menurut United Nation Development Programme (UNDP) Indeks rata-rata lama sekolah Indonesia teletak di urutan ke-5 di ASEAN tahun 2013. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Indonesia sendiri Sulawesi selatan menempati urutan ke- 23 dari 34 provinsi pada tahun 2015.

Faktor ekonomi yang terjadi di kalangan masyarakat akan menunjukkan kemampuan seseorang terhadap daya beli maupun menunjukkan pendapatan dari masing-masing personal dengan didapatkannya alat pembayaran. Hampir semua yang ada di dunia memerlukan alat pembayaran untuk memperolehnya, baik sandang, pangan, ataupun papan. Angka harapan hidup itu sendiri yang menjadi ukuran kesehatan dan keberhasilan dalam indeks pembangunan manusia pasti memerlukan berbagai macam biaya untuk mencapainya. Oleh karena itu, faktor perekonomian suatu individu atau daerah menjadi penting.

Perekonomian daerah erat kaitannya dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup Provinsi, kabupaten atau kota. Faktor pengeluaran menggambarkan kemampuan masyarakat dalam belanja rumah tangga. Jika pengeluaran per kapita meningkat maka mengindikasikan pendapatan perkapita juga meningkat, di mana akan memperluas pilihan-pilihan dalam mengakses barang dan jasa baik barang konsumsi maupun non konsumsi, yang akan mengurangi angka kematian bayi dan angka harapan hidup akan meningkat. Laju pertumbuhan Belanja rumah tangga sendiri, di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 sebesar 0.34% yaitu peningkatannya lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang berada

(22)

7

pada persentase 0.27% (Produk Domestik Regional Bruto di Indonesia menurut Pengeluaran, 2010 - 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengambil tema Angka Harapan Hidup, dengan judul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan”.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah pokok dapat dirumuskan sebagai berikut: Berapa besar pengaruh pendidikan, fasilitas kesehatan, Perilaku Hidup Bersih Sehat dan pengeluaran per kapita terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan.

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Mengetahui berapa besar pengaruh pendidikan, fasilitas kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan pengeluaran per kapita terhadap Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai refrensi bagi khalayak yang berminat atau sedang melakukan penelitian yang berkaitan dengan angka harapan hidup.

2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai pengambil keputusan untuk dapat membuat kebijakan yang tepat dalam membangun manusia sebagai inti daripada perekonomian.

(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Dasar Pembangunan Manusia

Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa tujuan tujuan utama pembangunan ada tiga, yaitu: 1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup, 2) Peningkatan standar hidup, dan 3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial.

Pembangunan manusia merupakan tujuan dari pembangunan itu sendiri, dimana pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Todaro dan Stephen C. Smith : 2006).

Korten (1993) menyatakan bahwa konsep pembangunan yang berpusat pada manusia memandang inisiatif dan kreatifitas dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan

Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok, yaitu: 1) masalah materi yang mau dihasilkan dan dibagi dan 2) masalah manusia yang menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia, manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa takut. Pembangunan

(25)

tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material, pembangunan harus menciptakan kondisi-kondisi manusia bisa mengembangkan kreatifitasnya (Budiman, 1995).

Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses transformasi masyarakat dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin mendekati tata masyarakat yang dicita-citakan, dalam proses transformasi itu ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change), tarikan antara keduanya menimbulkan dinamika dalam perkembangan masyarakat (Djojonegoro, 1996).

United Nations Development Program (UNDP) dalam BPS (2006) menyatakan bahwa Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s choices). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi.

Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya (Pambudi, 2010).

Pemikiran tentang paradigma pembangunan telah mengalami pergeseran, yaitu dari pembangunan yang berorientasi pada produksi (production centered development) pada tahun 1960-an ke paradigma pembangunan yang berorientasi pada distribusi (distribution growth development) pada tahun 1970-an. Selanjutnya, pada tahun 1980-an muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar

(26)

11

masyarakat (basic need development), dan akhirnya pada tahun 1990-an paradigma pembangunan terpusat pada pembangunan manusia (human centered development).

2.1.2 Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh seorang bayi saat lahir sampai pada tahun tertentu saat ia meninggal. Data angka harapan hidup di suatu negara berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dan meningkatkan derajat kesehatan. Angka harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,mencakup gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

Angka Harapan Hidup ketika lahir merupakan suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk yang dilahirkan pada tahun tersebut (BPS, 2006). Angka Harapan Hidup ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur indikator kesehatan. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup (AHH) suatu masyarakat mengindikasikan tingginya derajat kesehatan masyarakat tersebut.

Angka Harapan Hidup (AHH), dijadikan indikator dalam mengukur kesehatan suatu individu di suatu daerah. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup.

Angka Harapan Hidup (AHH) diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation).

(27)

Cara memperoleh angka harapan hidup :

Sumber: Badan Pusat statistik

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan peningkatan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Semakin tinggi nilai angka harapan hidup di suatu wilayah, maka mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi terutama yang terkait dengan fasilitas kesehatan wilayah tersebut semakin maju. Semakin maju pembangunan daerah di bidang kesehatan menunjukan tingkat kesehatan yang ada dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat miskin.

Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate - ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite. Tingginya angka harapan hidup mencerminkan kesejahteraan, kondisi lingkungan dan kualitas hidup di suatu daerah yang pula, sebaliknya angka harapan hidup yang rendah mencerminkan keadaan kesejahteraan yang rendah pula. Selain itu, angka harapan hidup juga digunakan sebagai acuan dalam menerapkan program-

AHH = Total umur orang yang meninggal tahun x Jumlah orang yang meninggal tahun x

(28)

13

program pembangunan sehingga program-program tersebut berhasil dan berdaya guna.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, angka harapan hidup penduduk Indonesia secara keseluruhan telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan hal ini tecermin dari peningkatan angka harapan hidup penduduk di berbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi, masih banyak juga Provinsi yang angka harapan hidupnya rendah dan berada dibawah angka harapan hidup nasional, seperti di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, perlu diadakan pemerataan pembangunan, dalam segala segi agar terjadi peningkatan angka harapan hidup dan terciptanya kualitas hidup yang baik.

Peningkatan kualitas hidup akan sebanding dengan peningkatan status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan kualitas lingkungan, biasanya berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk hidup dalam lingkungan fisik yang lebih baik. Di samping itu, angka harapan hidup juga berhubungan dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian bayi maka angka harapan hidup semakin tinggi. Dengan demikian, menurunkan angka kematian bayi adalah sesuatu yang mutlak untuk meningkatkan angka harapan hidup (Wijono, Djoko 2006). Selain itu, bayi merupakan kelompok umur yang paling peka terhadap aspek-aspek kesehatan karena sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna menyebabkan bayi mudah terkena penyakit terutama infeksi. Oleh karena itu angka kematian bayi berkaitan dengan angka harapan hidup sebagai indikator mengukur derajat kesehatan masyarakat dan perkembangan sosial masyarakat karena di dalamnya tampak aspek gizi, kesehatan masyarakat dan keadaan lingkungan.

(29)

2.1.3 Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable development), sektor pendidikan memainkan peranan yang sangat strategis khususnya dalam mendorong akumulasi modal yang dapat mendukung proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Secara definisi, seperti yang dilansir dalam World Commision on Environmental and Development (1997) dalam McKeown (dalam Dias Satria, 2008), menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

“Sustainable development is development that meets the needs of the present without comprimising the ability of future generations to meet their own needs.”

Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan aktivitas pembangunan dapat tercapai, sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan akan lebih baik. Di sisi lain, dengan pendidikan, usaha pembangunan yang lebih hijau (greener development) dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan juga mudah tercapai.

(30)

15

2.1.3.1 Hubungan Pendidikan dengan Angka Harapan Hidup

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menjamin dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara ekonomi dan sosial, serta sebagai salah satu cara mengatasi kesenjangan dalam upaya mencapai kesetaraan dan mewujudkan hidup makmur. Ki Hajar Dewantara (Dalam A.siswanto, 2014) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan manusia yang mendasar. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin perbaikan yang terus berlangsung dalam tingkat teknologi yang digunakan oleh masyarakat (Atmanti, 2005). Tinggi rendahnya pendidikan seseorang akan menentukan keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidupnya juga untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam artian semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi angka harapan hidupnya.

2.1.4 Fasilitas Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit dan Puskesmas).

Hendrik L. Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor lingkungan,perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Keempat faktor tersebut memengaruhi derajat kesehatan masyarakat di suatu daerah sehingga secara tidak langsung juga

(31)

berpengaruh terhadap besar kecilnya Angka Harapan Hidup (Notoatmodjo, 1997)

Pemanfaatan fasilitas kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan layanan kesehatan tersebut (Depkes, 2006).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) yang dimaksud dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat (Zuhrina aida, 2014).

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:

a. Pelayanan kedokteran, yaitu pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

(32)

17

b. Pelayanan kesehatan masyarakat : Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelyanan rujukan. Pelayanan keperawatan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas, diantaranya memberikan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.

Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada anak, maka perawat memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan anak,untuk lingkup keperawatan jiwa, perawat akan memberikan asuhan perawatan pada pasien gangguan jiwa dll.

Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu, primary health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama), secondary care (pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga).

(33)

1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )

Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah ringan atau masyarakat sehat ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehimga sifat pelayanan kesehatan adalah layanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dll.

2. Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat kedua )

Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan dirumah sakit dan tersedia tenaga spesialis atau sejenisya.

3. Tritiary health service ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )

Tingkat pelayanan kesehatan ini digunakan apabila tingkat pertama dan kedua tidak lagi digunakan. Pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit A atau B.

Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari system pelatanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan dasar manusia tentang kesehatan. Diantara pelayanan kesehatan dalam system pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Health promotion, yaitu tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.

b. Specific protection (Perlindungan khusus), hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan

(34)

19

penurunan sttus kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit- penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, campak, dan lain-lain.

c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera), yaitu tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau ditimbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit shingga tidak terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survey pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus serta pencegahan terhadap meluasnya kasus.

d. Disability limitation (pembatasan cacat), dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat di lakukan dapat berupa perawatam untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.

e. Rehabilitation (rehabilitasi), yaitu tingkat pelayanan yang laksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang diberikan pada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan

(35)

masyarakat mau menerima dengan senang hati karina kesadaran yang dimilikinya.

2.1.4.1 Hubungan Fasilitas Kesehatan dengan Angka Harapan Hidup

Pembangunan Pelayanan Kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan Kesehatan juga harus dipandang sebagai sebuah investasi dalam mendukung dan meningkatkan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi. keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan ditandai oleh semakin menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan semakin meningkatkan Angka Harapan Hidup penduduk. Pelayanan Kesehatan akan berpengaruh terhadap Angka harapan hidup karena semakin mudah akses terhadap pelayanan kesehatan maka akan meningkatkan angka harapan hidup.

2.1.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Promosi Kesehatan menerapkan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan suatu tindakan pencegahan agar masyarakat terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan.

PHBS dapat dilakukan di berbagai tatanan masyarakat, seperti tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. PHBS di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar

(36)

21

tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat sepuluh upaya yang harus dilakukan, yaitu: 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) Memberi bayi ASI eksklusif, 3) Menimbang balita setiap bulan, 4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) Menggunakan jamban sehat, 7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) Makan sayur dan buah setiap hari, 9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10) Tidak merokok di dalam rumah.

Cara memperoleh angkah PHBS dalam persen:

Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian kesehatan Belum sepenuhnya memantau seluruh rumah tangga di masing-masing daerah untuk memperoleh angka PHBS, sehingga data PHBS Kementerian kesehatan masih merupakan data sampel untuk memperoleh angka Persen (%)

2.1.5.1 Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Angka Harapan Hidup

Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2.2 juta orang di negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%.

Rumah Tangga yang telah ber-PHBS

X 100%

Rumah Tangga dipantau

(37)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan esensi dan hak asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi perilaku hidup yang bersih dan sehat juga akan memengaruhi Angka Harapan Hidup Seseorang.

2.1.6 Pendapatan Domestik Regional Bruto ( PDRB )

Produk domestik regional bruto (PDRB) yang disebut juga Gross Regional Domestic Product (GRDP)adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah.

Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.

PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap total nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Selain itu, pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat digunakan untuk membanding tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya.

Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan dapat juga digunakan untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi. PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan regional.

(38)

23

2.1.6.1 Penghitungan PDRB dengan Pendekatan Produksi

Penghitungan pendapatan nasional dengan pendapatan produksi, yaitu menghitung pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan seluruh nilai barang dan jasa/output yang dihasilkan oleh lapangan usaha atau sektor-sektor ekonomi dalam suatu negara. Dalam pendekatan ini kemungkinan akan sering terjadi masalah penghitungan ganda (double accounting), yaitu dimana penghitungan ganda akan terjadi jika beberapa output dari suatu sektor atau lapangan usaha dijadikan input bagi sektor/usaha jenis lain.

Berdasarkan keputusan direktur jendral pajak No KEP-321/PJ/2012, di Indonesia terdapat 21 (duapuluh satu) klarifikasi lapangan usaha atau sektor yang merupakan konstruksi dalam membentuk pendapatan nasional. Klasifikasi 21 (duapuluh satu) lapangan usaha atau sektor ekonomi sudah relevan dengan perkembangan yang direkomendasikan oleh PBB karena klasifikasi ini mengacu pada Internasional Standard Clasification of All Economic Activities (ISIC) yang dikeluarkan oleh PBB pada tahun 2008.

Adapun 21 (duapuluh satu) klasifikasi lapangan usaha atau sektor ekonomi tersebut adalah :

 Pertanian, kehutanan dan perikanan (Agriculture, forestry and fishing),

 Pertambangan dan penggalian (Mining and quarrying),

 Industri pengolahan (Manufacturing),

 Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (electricity, gas,

steam and air conditioning supply),

 Pengadaan Air, pengelolaan sampah dan daur ulang, pembuangan dan

pembersihan limbah dan Sampah (Water supply; sewerage, waste management and remediation activities),

 Konstruksi (Construction),

(39)

 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan perawatan mobil dan

sepeda motor (Wholesale and retail trade; repair of motor vehicles and motorcycles),

 Transportasi dan pergudangan (Transportation and storage),

 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (Accommodation

and food service activities),

 Informasi dan komunikasi (Information and communication),

 Jasa keuangan dan asuransi (Financial and insurance activities),

 Real estat (Real estate activities),

 Jasa profesional, ilmiah dan teknis (Professional, scientific and technical

activities),

 Jasa persewaan, ketenagakerjaan, agen perjalanan dan penunjang usaha lainnya (Administrative and support service activities),

 Administrasi pemerintahan dan jaminan sosial wajib (Public administration

and defence; compulsory social security),

 Jasa pendidikan (Education),

 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial (Human health and social work

activities),

 Kebudayaan, hiburan dan rekreasi (Arts, entertainment and recreation),

 Kegiatan jasa lainnya (Other service activities),

 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga; Kegiatan yang

menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan (Activities of households as employers;

undifferentiated goods- and services-producing activities of households for own use),

(40)

25

 Kegiatan badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya

(Activities of extraterritorial organizations and bodies).

2.1.6.2 Penghitungan PDRB dengan Pendekatan Pengeluaran

Penghitungan pendaptan nasional dengan pendekatan pengeluaran, yaitu menghitung pendapatan nasional dengan metode dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran (expenditure) sektor-sektor yang terlibat dalam perekonomian atau menjumlahkan pengeluaran dari masyarakat ke dalam barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Dalam pendekatan ini aspek penting yang harus diperhatikan adalah nilai barang dan jasa yang dijumlahkan dalam pendapatan nasional hanyalah nilai barang jadi dan bukan barang setengah jadi atau barang antara. Kondisi ini harus dihindari karena bisa menyebabkan estimasi jumlah pendapatan nasional tidak riil disebabkan berulang kalinya barang tersebut diperjualbelikan di pasar akibatnya nilai yang diperoleh lebih besar daripada nilai produk yang diciptakan sebenarnya.

Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran ini maka akan dijelaskan jenis-jenis pengeluaran dalam sebuah perekonomian (khususnya di indonesia) yang terdiri dari lima jenis, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto atau pembentukan modal sektor swasta, perubahan inventori dan ekspor neto yang merupakan selisih antara jumlah ekspor dikurangi impor.

Jenis-jenis pengeluaran dalam perekonomian itu adalah sebagai berikut:

 Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,

 Pengeluaran konsumsi pemerintah,

 Pembentukan modal tetap domestik bruto,

 Perubahan inventori, dan

(41)

 Ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).

2.1.6.3 Penghitungan PDRB dengan Pendekatan Pendapatan

Penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi atau dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang berupa upah atau gaji, laba usaha, tingkat suku bunga dan sewa. Secara definitif lain yaitu merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu negara dalam jangka waktu tertentu yang pada umumnya ialah satu tahun.

Dalam konteks makro ekonomi yang dikategorikan faktor-faktor produksi itu antara lain SDM (tenaga kerja), modal, skill atau enterpreneurship dan tanah/modal fisik. Tenaga kerja akan memeroleh balas jasa berupa gaji (w), Modal balas jasanya adalah tingkat suku bunga (i), faktor produksi tanah/fisik menghasilkan sewa/rent (r) dan skill/enterpreneurship mendapat balas jasa berupa profit (π).

Secara matematis penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan dapat ditulis notasinya sebagai berikut:

Hasil penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan akan disebut dengan national income atau pendapatan nasional.

Y= w + i + r + π

(42)

27

2.1.6.4 Hubungan Antara Pengeluaran Per kapita dengan Angka Harapan Hidup

Menurut John Maynard Keynes Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC maka tingkat konsumsi rumah tangga juga tinggi, begitu pula sebaliknya. (Raharja & Manurung, 2008)

Dalam tingkat pendapatan per kapita yang tinggi, orang akan mampu memperoleh kualitas hidup yang baik yang meliputi makanan, perumahan, sandang, rekreasi dan sebagainya. Dengan demikian, tingkat kesehatan akan tinggi pula dan umur rata-rata akan menjadi panjang (Suparmoko,1998).

2.2 Studi Empiris

Febrina Sitomorang (2014) meneliti tentang ”Faktor-faktor yang mempengaruhi angka harapan hidup di sumatera utara dengan metode analisis jalur” menemukan hubungan konsumsi protein perkapita perhari berhubungan secara langsung, maka semakin tinggi angka konsumsi protein perkapita perhari semakin tinggi angka harapan hidup di suatu daerah tersebut, pengaruh variabel rata - rata konsumsi kalori (kkal) per kapita per hari terhadap AHH. Artinya semakin tinggi tingkat rata-rata konsumsi kalori (kkal) perkapita per hari di suatu daerah maka akan semakin tinggi pula angka harapan hidupnya. pengaruh variabel persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf berpengaruh terhadap AHH, artinya semakin rendah jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf maka akan semakin rendah pula angka harapan hidupnya, pengaruh variabel rata-rata lama sekolah penduduk usia 15

(43)

tahun ke atas terhadap AHH secara langsung, artinya semakin tinggi tingkat rata- rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di suatu daerah maka akan semakin tinggi pula angka harapan hidupnya, pengaruh variabel rata-rata upah/gaji/pendapatan buruh/karyawan/pegawai sebulan terhadap AHH secara langsung, artinya hubungan antara variabel rata-rata upah/gaji/pendapatan buruh/karyawan/pegawai sebulan dengan AHH secara langsung lemah dan searah. artinya semakin rendah tingkat rata-rata upah/gaji/pendapatan buruh/karyawan/pegawai sebulan di suatu daerah maka akan semakin rendah pula angka harapan hidupnya.

Ricky wowor (2015) meneliti tentang ”Pengaruh belanja daerah sektor kesehatan terhadap angka harapan hidup di Sulawesi utara” hasil penelitianya bahwa realisasi belanja di bidang kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah Propinsi Sulawesi Utara sepanjang tahun-tahun pengamatan memiliki pengaruh terhadap angka harapan hidup penduduk di Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun dasar angka harapan hidup rata-rata penduduk Sulawesi Utara adalah 71 tahun. Ketika pemerintah mulai merealisasikan belanja untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan maka angka harapan hidup akan mengalami peningkatan pada tahun berikutnya.

Ardianti vonita (2015) meneliti tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Angka Harapan Hidup di Kabupaten Jember”. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif berupa analisis regresi berganda, uji statistik dan uji ekonometrika dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan, pelayanan kesehatan, PHBS, dan PDRB berpengaruh terhadap angka harapan hidup.

Berpengaruh secara simultan yang berarti bahwa pendidikan, pelayanan

(44)

29

kesehatan, PHBS, dan PDRB secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap angka harapan hidup di Kabupaten Jember.

Eviana Anggraini (2013) meneliti tentang “Disparitas Spasial Angka Harapan Hidup di Indonesia Tahun 2010” hasil penelitiannya menyatakan bahwa setiap kenaikan satu nilai variabel lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan akan meningkatkan Angka Harapan Hidup.

Anton Carl Jonas Lager, Jenny Torssander (2012), Meneliti tentang

“Causal effect of education on mortality in a quasi-experiment on 1.2 million Swedes”, dengan subjek penelitian berjumlah 1.2 juta anak yang lahir antara tahun 1943 sampai tahun 1955. Hasil penelitiannya subjek yang menjalani pendidikan 8 (tahun) tahun yang meninggal dibawah 40 tahun yaitu sebesar 307,631 jiwa dan subjek yang menjalani pendidikan 9 (sembilan) tahun yang meninggal dibawah 40 tahun yaitu sebesar 137,128 jiwa.

Siswanto Agus Wilopo (1998) meneliti tentang “Dampak Resesi Ekonomi Pada Penurunan Kematian dan Peningkatan Angka Harapan Hidup di Indonesia”

dalam hasil penelitiannya wilopo meyatakan bahwa terjadinya resesi ekonomi akan membahayakan keberlangsungan pola penurunan angka kematian dan peningkatan angka harapan hidup di indonesia. Dampak resesi ekonomi tersebut dapat dikurangi dengan menyusun program kesehatan. Ancaman resesi ekonomi berdampak pada individu secara langsung dan tidak langsung kepada derajat kesehatan penduduk, pengaruh langsung ialah pengangguran meningkat, inflasi dan berkurangnya subsidi pemerintah untuk program kesehatan primer. Secara tidak langsung resesi akan memperburuk status gizi karena mahalnya harga pangan dan obat-obatan sehingga penduduk kelaparan dan lebih rentan terhadap sakit dan kematian.

(45)

2.3 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen yaitu Angka Harapan Hidup di Sulawesi Selatan dan variabel independen yaitu Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), dan Pengeluaran Per Kapita.

Dari kerangka pemikiran tersebut, selanjutnya akan diketahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Kerangka tersebut bertujuan untuk menunjukkan variabel yang memengaruhi Y (Angka Harapan Hidup) diantaranya :

Pendidikan dianggap sebagai alat untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara ekonomi dan sosial, serta sebagai salah satu cara mengatasi kesenjangan dalam upaya mencapai kesetaraan dan mewujudkan hidup makmur. Didukung dengan Penelitian Febrina Situmorang (2014), menjelaskan Korelasi antara Rata-rata Lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas dengan Angka Harapan adalah Hidup positif dan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Pendidikan seseorang maka meningkatkan angka harapan hidupnya.

Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai sebuah investasi dalam mendukung dan meningkatkan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi. Didukung dengan Penelitian Eviana Anggraini (2013), setiap kenaikan variabel pelayanan kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap angka harapan hidup di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pelayanan kesehatan maka angka harapan hidup semakin meningkat

Perilaku hidup yang bersih dan sehat akan turut mempunyai pengaruh dan peranan yang besar terhadap derajat kesehatan Untuk memperkecil terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan

(46)

31

yang kurang sehat. Dalam Penelitian Astri Vonita Ardianti (2015), setiap penurunan satu nilai variabel PHBS akan menurunkan AHH di Kabupaten Jember. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penurunan PHBS maka angka harapan hidup juga akan menurun.

Menurut Pambudi (2010), Dalam tingkat pendapatan per kapita yang tinggi, orang akan mampu memperoleh kualitas hidup yang baik yang meliputi makanan, perumahan, sandang, rekreasi dan sebagainya. Dengan demikian, tingkat kesehatan akan tinggi pula dan umur rata-rata akan menjadi panjang.

Jadi hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung pendapatan akan meningkatkan pengeluaran per kapita, yang kemudian akan mempengaruhi kesehatan dan meningkatkan angka harapan hidup.

Untuk memudahkan kegiatan penelitian, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Pendidikan (x1)

Fasilitas Kesehatan (x2)

PHBS (x3)

Pengeluaran Perkapita (x4)

Angka Harapan Hidup (y)

(47)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab pemasalahan yang diajukan oleh peneliti akan tetapi masih harus diuji secara empiris. Maka dalam penelitian ini akan diajukan hipotesis sebagai berikut: Diduga bahwa Pendidikan (X1), Fasilitas Kesehatan (X2), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (X3), Pengeluaran Per Kapita (X4) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Angka Harapan Hidup (Y) di Sulawesi Selatan.

(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai atau digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dalam bentuk data panel (pooled data) yang menggabungkan data time series periode tahun 2014 - 2016 dan data cross section 24 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumetasi atau data laporan yang telah tersedia.

Data yang dipergunakan meliputi data Angka Harapan Hidup, data Rata-rata Lama sekolah, data Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit dan Puskesmas), data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data-data ini diperoleh dari dinas terkait, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (DINKES).

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode pengumpulan data sekunder adalah dengan studi pustaka dari berbagai literatur atau buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan ini dan berbagai sumber lain yang berasal dari instansi-instansi terkait.

3.2.1 Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan metode regresi berganda. Metode regresi berganda adalah metode regresi yang melibatkan satu variabel respon dengan beberapa variabel bebas. Sedangkan pengolahan data-data dari persamaan regresi dapat diketahui dengan metode Ordinary Least Square

(49)

(metode kuadrat kecil). Metode ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti berdasarkan data-data yang diperoleh guna mendapatkan makna dan implikasi permasalahan yang ingin dipecahkan secara sistematis, aktual dan akurat.

Metode untuk menganalisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data panel (pooled data) dengan program software Microsoft Excel 2013 dan E-views. Menurut Gujarati (1978), data panel (pooled data) atau yang disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu sedangkan data time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series atau cross section.

Estimasi model yang menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect) dan metode efek random (random effect). Untuk menentukan salah satu model estimasi dana panel dari ketiga model tersebut, maka di gunakan uji Chow Test dan uji Haussman Test. uji Chow Test merupakan pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sedangkan uji Haussman Test merupakan pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Fixed Effect atau Random Effect.

Penelitian dengan menggunakan data panel dengan cross section Kabupaten di Sulawesi Selatan dan time series tahun 2014 - 2016, adapun model adalah sebagai berikut:

Persamaan (3.1) Model dengan data cross section :

(50)

35

Yi = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + εi ; i ... (3.1) Persamaan (3.2) Model dengan data time series :

Yt = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + εt ; t ... (3.2) Persamaan (3.3) kemudian ditulis dalam bentuk persamaan fungsional sebagai berikut:

Y = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + εit ... (3.3) Keterangan:

Y = Angka Harapan Hidup (Tahun) X1 = Pendidikan (Tahun)

X2 = Fasilitas Kesehatan (Jumlah Unit Rumah sakit dan Puskesmas) X3 = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Persen)

X4 = Pengeluaran Per Kapita (Rupiah) β0 = Intercept/konstanta

β1 = Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Angka Harapan Hidup β2 = Pengaruh Pelayanan Kesehatan (Jumlah Unit Rumah sakit dan

Puskesmas) terhadap Angka Harapan Hidup

β3 = Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Angka Harapan Hidup

β4 = Pengaruh Pengeluaran Per Kapita terhadap Angka Harapan Hidup μ = error term

3.3 Uji Statistik 3.3.1 Uji Statistika F

Uji F digunakan untuk melihat kevalidasan model regresi yang digunakan.

Dimana nilai F ratio dari koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan niai F tabel. Dengan kriteria uji,

jika Fhitung > Ftabel maka H0 di tolak jika Fhitung < Ftabel maka H0 di terima

Referensi

Dokumen terkait

20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional (2003: 3), pasal 1 yang menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Sehubungan dengan uraian latar belakang diatas, penelitian ini akan mengambil tema “Pelaksanaan Wewenang Mahkamah Konstutusi dalam munguji Undang-undang yang

valve dan sesudah shutdown valve. 2) Apabila ditinjau dari nilai time respons shutdown valve, kinerja shutdown valve masih tergolong bagus, karena dapat menutup aliran fluida

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, ke Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, ke cuali mandi, cuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan

Sehingga hal ini dapat memunculkan figur atau karakter baru yang lain dari sebelumnya yang kemudian dipadu dengan garis dan warna untuk menyampaikan pesan kepada penikmat karya

KAJIAN KARAKTERISTIK MINUMAN JELLY MENGGUNAKAN PERBANDINGAN SARI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) DENGAN SARI KAYU MANIS (Cinnamomum burmani) YANG BERBEDA..

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS yang tertera pada kolom t pada tabel Coefficients di atas untuk menunjukan hubungan linier antara Variabel

Sedangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para nelyan ini ialah kondisi alam yang tidak menentu, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan,