Penerapan Mobilitas sebagai Pendekatan Bentuk Desain Terminal Bus Terpadu Cicaheum
Rizki Rivaldho Putra
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected]
ABSTRAK
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan mobilitas dan transportasi menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah khususnya di daerah Jawa Barat. Pesatnya laju populasi pertumbuhan penduduk Kota Bandung mengakibatkan kurangnya fasilitas transportasi massal, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Oleh sebab itu dibutuhkan bangunan terminal yang tidak hanya menjadi tempat naik dan turunnya penumpang saja tetapi juga sebagai penyedia kebutuhan di dalamnya. Selain terminal kebutuhan pasar sebagai tempat transaksi jual beli barang juga menjadi perhatian khusus pemerintah, karena bangunan pasar yang dibutuhkan oleh masyarakat harus memiliki standar kualitas bangunan yang baik dan memadai. Terminal bus terpadu Cicaheum dirancang dengan fungsi sebagai bangunan transportasi publik yang terkoneksi langsung dengan bangunan pasar modern Cicaheum, sehingga aktivitas pengunjung tidak hanya di bangunan terminal saja tetapi juga dapat melakukan jual beli di bangunan pasar modern. Dalam penerapan pada bangunan ini lebih didominasi oleh pemilihan material pada struktur, fasad, dan atap bangunan.
Kata kunci: Terminal, mobilitas, material
ABSTRACT
Increasing public demand for mobility and transportation is a serious concern for the government, especially at West Java. The rapid rate of population growth in Bandung city has resulted in a lack of mass transportation facilities, so many people prefer to use private vehicles. Therefore, it takes a station building that is not only as a place for passengers to leave and arrive, but also as a provider of needs. In addition to the public station, the need for the market as a place for sale and purchase of goods is also a special concern for the government, because the market building needed by the public should have good and adequate quality standards. The integrated bus station of Cicaheum is designed to function as a public transportation building that is directly connected to the Cicaheum modern market, so that the visitor activity is not only in the station building but also in the modern market for buying and selling. The implementation of construction on these buildings is more dominated by the selection of material on the structure, facade, and roof of the building.
Keywords: Terminal, mobility, material
1. PENDAHULUAN
Transportasi memiliki peran yang penting dan strategis dalam pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk mewujudkan keterpaduan intra dan antarmoda yang lancar dan tertib, diperlukan sebuah terminal dengan dukungan aksesibilitas dan sistem sirkulasi yang baik secara internal (antar wilayah kota) ataupun eksternal (antarkota) guna mengatur sistem pergerakan secara efektif dan efisien.
Perkembangan sektor transportasi dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk. Semakin bertambah penduduk maka angka kebutuhan transportasi juga akan meningkat.
Terminal bus terpadu ini mendukung konsep Transit Oriented Development (TOD) karena terminal Cicaheum menjadi salah satu titik yang telah direncanakan oleh pemerintah Kota Bandung. Transit Oriented Development (TOD) adalah mengurangi mobiltas penduduk antarkawasan ataupun antarkota dengan mengintegrasikan dan mendekatkan sistem transportasi kota, kawasan permukiman, sentra bisnis, dan pusat kegiatan masyarakat sehinga tercipta sebuah kota yang efisien.
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Tema Perancangan
Tema perancangan yang diambil adalah Mobilitas Pengguna, dalam hal ini bangunan didesain dengan adanya pendekatan bentuk desain dalam perancangan Terminal Bus Terpadu Cicaheum, baik dalam hal sirkulasi di dalam bangunan maupun di luar bangunan, serta aksesibilitas pengguna dalam mencapai antara ruang satu ke ruang yang lainnya di dalam tapak. Mobilitas ini juga diterapkan pada sirkulasi kendaraan di dalam tapak, dimana kemudahan kendaraan dalam beroperasi di dalam tapak juga menjadi pendekatan dalam terciptanya bentuk desain terminal bus terpadu yang dirancang.
Aksesibilitas dan mobilitas memiliki hubungan dalam hal kemudahan dalam beraktivitas. Aksesibilitas adalah alat untuk mengukur potensi dalam melakukan perjalanan, selain juga menghitung jumlah perjalanan itu sendiri. Ukuran ini menggabungkan sebaran geografis tata guna lahan dengan kualitas sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan demikian, akasesibilitas dapat digunakan untuk menyatakan kemudahan suatu tempat untuk dicapai, sedangkan mobilitas untuk menyatakan kemudahan seseorang untuk bergerak [1].
Menurut teori Kevin Lynch dalam bukunya The Image of The City, terdapat 5 elemen pembentuk wajah kota, pada kasus ini elemen-elemen tersebut diterapkan dalam lingkup kawasan terminal bus yang sesuai dengan konsep mobilitas pengguna. Adapun 5 elemen pembentuk tersebut yaitu:
1. Paths (jalur)
Penyedian pedestrian pejalan kaki, jalur kendaraan umum, dan jalur kendaraan pribadi menjadikan bentuk ruang pada tapak menjadi lebih baik. Penerapan paths bertujuan untuk menghubungkan ruang- ruang publik sehingga akan memudahkan sirkulasi pergerakan pengguna dalam tapak Terminal Bus Cicaheum.
2. Node (simpul)
Pertemuan antara beberapa jalan atau lorong yang menghubungkan ruang membentuk suatu ruangan tersendiri. Masing-masing simpul memiliki ciri yang berbeda, baik bentukan ruangnya maupun pola aktivitas umum yang terjadi. Ruang yang dimaksud adalah plaza, ruang loket tiket, dan ruang tunggu sehingga menjadi titik kumpul dari segala aktivitas pengguna.
3. District (kawasan)
Distrik yang dimaksud adalah daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi di dalam terminal dan pasar modern. Distrik ini memiliki fungsi dan posisi yang jelas, misalnya area kawasan ritel, foodcourt, dan pasar modern.
4. Landmark (tengaran)
Tengaran merupakan suatu titik atau spot yang tidak dapat diakses oleh publik dan lebih bersifat privat. Penerapan landmark pada terminal yaitu berupa menara pengawas untuk melihat berbagai aktivitas yang terjadi dalam terminal bus Cicaheum sehingga yang dapat mengaksesnya hanya pengelola terminal (UPT terminal).
5. Edges (tepian)
Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan fungsinya berbeda, dalam hal ini terminal bus terpadu akan terkoneksi langsung dengan pasar modern, sehingga akses perpindahan pengguna dari terminal menuju pasar modern atau sebaliknya perlu dipertimbangkan apakah memiliki aksesibilitas bersama atau dipisahkan. Edges berperan sebagai buffer, salah satu solusi desainnya yaitu berupa pembuatan sky bridge yang dapat menghubungkan 2 fungsi bangunan berbeda [2].
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Konsep Zoning Tapak
Gambar 1. Zoning pada tapak Keterangan:
Fungsi bangunan pada tapak dibagi menjadi 2, yaitu terminal dan pasar. Zoning tapak pada bangunan terminal bagi atas beberapa zona. Pertama yaitu zona publik yang merupakan zona bersama (zona 2), terdiri dari area ruang tunggu kedatangan, ruang tunggu keberangkatan, serta area pelayanan penumpang seperti loket tiket, customer service, foodcourt dan ritel. Zona kedua adalah zona semi publik yang merupakan area kantor UPT terminal dan zona semi privat (zona 1). Pada zona semi privat ini pengunjung telah memiliki tiket, serta terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tunggu keberangkatan bus, peron keberangkatan bus, dan shelter bus TMB. Zona ketiga adalah zona
Area entrance dan exit kendaraan
Pribadi dan umum menuju pintu utama terminal dan pasar Area parkir
Meliputi area parkir penumpang, pengantar, dan penjemput. Area parkir meliputi pedagang dan pembeli pasar mencakup mobil dan motor
Zona publik
Meliputi ruang dari zona belum bertiket seperti lobi, foodcourt, ritel, dan ruang kedatangan, sedangkan pasar seperti lapak/ kios dan foodcourt
Zona privat
Meliputi ruang kesehatan dan kantor terminal, serta pasar, ruang awak, dan bengkel Zona servis
Meliputi ruang toilet, musholla, ruang panel, dan lift Area peron bus
Kedatangan dan keberangkatan Area peron angkot
Terdiri dari utilitas serta parkir angkot dan elf Zona utilitas
Terdiri dari ruang dan mesin utilitas Zona publik
Meliputi ruang keberangkatan dari zona sudah bertiket Zona semi publik
Meliputi sky bridge sebagai penghubung terminal dan pasar Zona pengendapan
Meliputi parkir bus pengendapan, bengkel, dan ruang istirahat awak
perpindahan, ini berlaku untuk perpindahan penumpang dari peron kedatangan bus-peron angkot/
angdes dan sebaliknya, serta dari peron angkot/ angdes ke shelter TMB. Zoning tapak bangunan pasar terdiri dari beberapa zona, yaitu zona publik mencakup tenan, foodcourt, dan musholla, sedangkan zona privat mencakup ruangan kantor divisi kepala pasar dan pengelola pasar lainnya.
Gambar 2. Zoning pada tapak
Pada tapak juga terdapat area terbuka hijau dan plaza masing-masing. Bangunan terminal dan pasar memiliki satu entrance ke dalam bangunan. Alasan penempatan entrance tiap satu bangunan tersebut yaitu dapat memecah sirkulasi kendaraan dari luar tapak agar tidak terjadi crossing antara kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Plaza terminal dapat diakses dan terhubung langsung dengan jalan utama (Jl. A. Yani), sedangkan plaza pasar dapat diakses dan terhubung dengan jalan sekunder (Jl.
Antapani Lama). Penempatan plaza di depan bangunan merupakan upaya agar memudahkan sirkulasi pejalan kaki masuk dari luar tapak ke dalam bangunan tanpa ada gangguan kendaraan.
3.2 Konsep Sirkulasi Tapak
Sirkulasi kendaraan umum dan pribadi untuk menuju ke dalam dan ke luar tapak dibedakan berdasarkan jenis jalan yaitu primer dan sekunder. Kendaraan umum semuanya masuk dan keluar tapak melalui jalan utama primer untuk menghindari kemacetan dan crossing kendaraan yang terjadi di persimpangan antara Jalan Ahmad Yani dan Jalan Antapani Lama, sedangkan kendaraan pribadi dapat melalui 2 akses masuk dan keluar yaitu jalan utama primer (Jl. A. Yani) untuk menuju bangunan terminal dan jalan sekunder (Jl. Antapani lama) untuk menuju bangunan pasar.
Gambar 3. Sirkulasi bus AKDP, mobil pengunjung, dan angkot/ elf pada tapak
Sirkulasi kendaraan umum bus TMB sama dengan sirkulasi kendaraan umum lainnya ketika masuk ke dalam tapak yaitu melalui Jalan Ahmad Yani, namun di dalam tapak memiliki sirkulasi yang berbeda dengan kendaraan umum bus lainnya karena bus TMB memiliki shelter sendiri dan terpisah dari peron keberangkatan bus AKDP.
: Sirkulasi bus AKDP : Sirkulasi pengunjung (mobil) : Sirkulasi angkot/ elf
Gambar 4. Sirkulasi motor pengunjung dan TMB/ Damri pada tapak
Sirkulasi kendaraan servis dibagi atas 2 akses masuk dan keluar. Sirkulasi kendaraan servis terminal masuk dan keluar dari Jalan Ahmad Yani sedangkan kendaraan servis pasar masuk dan keluar dari Jalan Antapani Lama, agar sirkulasi servis antara terminal dan pasar tidak crossing dengan kendaraan umum. Area depan dekat pertigaan akan menjadi titik tangkap visual pengguna terutama pejalan kaki, sehingga penempatan plaza di depan bangunan merupakan upaya agar memudahkan sirkulasi pejalan kaki masuk dari luar tapak ke dalam bangunan tanpa ada gangguan kendaraan. Penempatan pedestrian di sisi luar tapak juga merupakan upaya untuk memberi ruang gerak bagi pejalan kaki sedangkan untuk di dalam tapak pergerakan secara linier pejalan kaki dari terminal menuju pasar berada di tengah tapak dan telah disediakan traffic calming untuk meminimalisir dampak bahaya akibat crossing antara pejalan kaki dan kendaraan.
Gambar 5. Sirkulasi pejalan kaki dan servis pada tapak
3.3 Gubahan Massa
: Sirkulasi pengunjung (motor) : Sirkulasi TMB/ Damri
: Sirkulasi pejalan kaki : Sirkulasi servis
Gambar 6. Bentuk awal Proses pembentukan massa berawal dari 2
bentukan persegi panjang
Gambar 7. Perubahan pertama
2 massa bangunan dihubungkan dengan bridge dan dilakukan aditif pada bangunan terminal
Gambar 8. Perubahan kedua Bentukan akhir proses aditif (merah) dan
subtraktif (hijau) untuk fungsi tertentu
Gambar 9. Bentuk final
Setelah beberapa tahap gubahan massa maka muncul bentuk final bangunan terminal bus terpadu
Pada gambar nomor 2 di atas menjelaskan pemberian sistem bridge merupakan solusi yang diambil dari tema mobilitas dimana fungsinya untuk mempermudah pergerakan pengunjung mengakses 2 fungsi bangunan yang berbeda yaitu terminal dan pasar. Selain itu fungsi bridge juga untuk mempermudah pergerakan kendaraan dengan meminimalisir crossing antara pejalan kaki dan kendaraan.
Gambar 10. Area bangunan yang mengalami aditif dan subtraktif Ruang-ruang pada bangunan yang mengalami aditif dan subtraktif yaitu:
1. Tangga kebakaran pada sisi Selatan bangunan pasar
2. Area makan outdoor pada lantai 2 bangunan pasar, fungsinya dapat sebagai area makan bagi pengunjung yang merokok maupun yang ingin mendapatkan view sekitar tapak
3. Green wall pada sisi Barat bangunan terminal yang difungsikan sebagai filter udara masuk pada area servis dan toilet, karena pada dinding area tersebut menggunakan louvre agar udara alami dapat masuk ke dalam bangunan
4. Tangga kebakaran pada sisi Barat bangunan terminal 5. Shelter bus TMB pada area peron keberangkatan bus AKDP 6. Tangga kebakaran pada sisi Timur bangunan terminal
7. Area utilitas yang difungsikan sebagai tempat meletakkan benda-benda utilitas seperti outdoor unit AC dan vegetasi
8. Area teras pasar yang difungsikan sebagai ruang transisi sirkulasi pejalan kaki yang datang dari luar tapak maupun datang dari terminal
9. Tangga kebakaran pada sisi Utara bangunan pasar 3.4 Zoning dan Sirkulasi Bangunan
Gambar 11. Sirkulasi dalam bangunan terminal Lt. 1
: Sirkulasi masuk : Sirkulasi masuk Entrance
Toilet
Tangga Kebakaran R. Tunggu Kedatangan
Musholla Lobi/ ritel
Servis R. Kesehatan
Eskalator Lift
Sirkulasi dalam bangunan linier dan dibagi atas 2 entrance (kuning), yang pertama entrance bagi pengunjung (penumpang, penjemput/ pengantar) masuk dari pintu utama terminal dan yang kedua entrance bagi penumpang yang datang menggunakan bus masuk dari pintu kedatangan penumpang.
Sirkulasi pengelola terminal dan servis berada di belakang bangunan (abu-abu) karena merupakan zona ruang utilitas.
Gambar 12. Sirkulasi dalam bangunan terminal Lt. 2
Sirkulasi menuju Lantai 2 dapat diakses menggunakan tangga eskalator dari Lantai 1 kemudian dipecah ke masing-masing ruang penting seperti loket tiket dan foodcourt yang terkoneksi langsung dengan skybridge serta ruang tunggu keberangkatan yang langsung terkoneksi ke peron keberangkatan bus. Sirkulasi pengelola dan servis melalui lift servis yang berada di bagian belakang bangunan (abu- abu).
Gambar 13. Sirkulasi dalam bangunan terminal Lt. 3
Sirkulasi menuju Lantai 3 hanya dapat diakses oleh karyawan/ pengelola menggunakan lift (elevator) yang terkoneksi dari Lantai 1, fungsinya agar tidak sembarang orang dapat mengakses area perkantoran UPT terminal.
: Sirkulasi Kantor
Toilet
Tangga Kebakaran Servis
Musholla Eskalator
Lift : Sirkulasi
Foodcourt Toilet
Tangga Kebakaran R.Tunggu Keberangkatan
Musholla Area Ticketing
Servis Dapur
Eskalator Lift
Gambar 14. Sirkulasi dalam bangunan pasar Lt. 1
Sirkulasi dari tapak menuju ruang Lantai 1 datang dari dua arah, yang pertama bagi pengunjung dari arah Jalan Antapani Lama menuju tapak kemudian masuk melalui entrance utama bangunan, dan yang kedua datang dari terminal di sisi Utara bangunan pasar menuju entrance kedua bangunan menuju area ritel.
Gambar 15. Sirkulasi dalam bangunan pasar Lt. 2
Sirkulasi menuju Lantai 2 datang dari dua arah, yang pertama menggunakan tangga eskalator dari Lantai 1 menuju area ritel atau foodcourt, dan yang kedua dari skybridge yang terkoneksi dari bangunan terminal langsung menuju ke area ritel.
3.5 Konsep Fasad Bangunan
Gambar 16. Bangunan terminal
: Sirkulasi masuk : Sirkulasi keluar Ritel
Toilet
Tangga Kebakaran Servis
Musholla
Teras Eskalator
Lift
: Sirkulasi masuk
Eskalator Ritel
Toilet
Tangga Kebakaran Dapur
Musholla Outdoor area
Servis Lift
Fasad bangunan utama terminal mengoptimalkan bukaan sebagai pencahayaan alami. Bukaan besar ditempatkan pada area yang nantinya akan dimasuki oleh banyak orang yaitu:
1. Lobi entrance, area kedatangan, dan area komersil
2. Ruang tunggu, view bukaan akan digunakan untuk melihat kondisi peron area luar bagi pengunjung serta sebagai sirkulasi udara alami masuk ke dalam bangunan
3. Ruang CCTV/ BAS, akan digunakan sebagai ruang pengawasan oleh pengelola
Penggunaan material fasad berupa ACP berfungsi untuk menambah estetika visual pada bangunan, sedangkan penggunaan material fasad green wall merupakan standar dalam peraturan daerah yang mewajibkan bangunan menerapkan konsep green building. Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman merambat. Fungsi dari green wall adalah sebagai insulasi udara karena letaknya yang berada di area servis/ toilet. Jenis kaca yang digunakan pada bangunan terminal dan pasar adalah low e glass Sunergy (green) karena memiliki SHGC rendah dan baik dalam mereduksi sinar matahari. Pemakaian truss column pada area entrance terminal memiliki fungsi estetika, untuk menjadi eyecatcher karena berada dekat dengan jalan primer.
Gambar 19. Perspektif mata burung
Keterangan:
1. Penggunaan material batu granit yang dipasang pada fasad tangga kebakaran terminal 2. Penggunaan material ACP dan kaca low e glass pada tampak muka bangunan pasar 3. Penggunaan material batu granit yang dipasang pada fasad tangga kebakaran pasar 4. Penggunaan material ACP dan kaca low e glass pada tampak muka bangunan terminal 5. Penggunaan material kaca low e glass pada bangunan shelter bus TMB
6. Penggunaan green wall pada bangunan terminal di area koridor toilet
Gambar 17. Bangunan terminal Gambar 18. Bangunan pasar
Pengolahan fasad bangunan terminal menggunakan teknik sequential dimana terjadi pergerakan irama berdasarkan bentuk bangunan. Teknik ini bertujuan agar mempermudah pergerakan pengunjung pada tapak dalam mengetahui fungsi ruang yang ada di dalam bangunan terminal. Pada gambar di atas pergerakan irama terjadi pada tampak muka bangunan yang bergerak ke samping kanan dari ukuran bangunan yang lebih tinggi yang lebih rendah (1, 2, 3). Pada fasad bangunan juga terjadi pergerakan irama pada ukuran kaca yang lebih lebar ke yang lebih kecil. Selanjutnya juga terjadi pola pengulangan pada fasad bangunan yaitu:
a. Adanya pengulangan bentuk truss column pada tampak muka bangunan terminal mengikuti modul grid 8,1 m x 8,1 m, pengulangan bentuk ini melahirkan fungsi struktur truss column sebagai estetika bangunan
b. Adanya pengulangan bentuk kaca pada fasad muka bangunan terminal, hal ini terjadi karena fungsi ruang dalam sebagai area publik yang meliputi lobi, ruang komersil (ritel), area loket tiket, dan area CS PO bus
c. Adanya pengulangan bentuk bukaan pada area ruang tunggu keberangkatan terminal, fungsinya agar udara alami dapat masuk ke dalam ruangan
Pada gambar di atas pergerakan irama terjadi pada tampak samping bangunan bergerak ke belakang dari ukuran bangunan yang lebih tinggi ke yang lebih rendah (1, 2, 3). Pada fasad bangunan juga terjadi pergerakan irama pada ukuran kaca yang lebih lebar ke yang lebih kecil. Selanjutnya juga terjadi pola pengulangan pada fasad bangunan yaitu:
a. Adanya pengulangan bentuk kolom struktur pada area teras kedatangan bus mengikuti modul grid 8,1 m x 8,1 m, selain sebagai estetika bangunan fungsi kolom agar tercipta ruang transisi untuk pejalan kaki
b. Adanya pengulangan bentuk bukaan pada area ruang tunggu kedatangan dan foodcourt terminal, fungsinya agar udara alami dapat masuk ke dalam ruangan
c. Adanya pengulangan bentuk kaca pada fasad samping bangunan terminal, hal ini terjadi karena fungsi ruang dalam sebagai area publik yang meliputi lobi, ruang komersil (ritel), area loket tiket, dan area CS PO bus
Gambar 20. Tampak depan bangunan terminal
Gambar 21. Tampak samping kiri bangunan terminal
Gambar 22. Tampak depan bangunan pasar
Pada gambar di atas terjadi pola pengulangan bentuk bukaan fasad bangunan pasar yaitu:
a. Adanya pengulangan bentuk kaca pada fasad muka bangunan pasar, hal ini terjadi karena fungsi ruang dalam sebagai area publik yang meliputi lobi dan ruang komersil (ritel)
b. Adanya pengulangan bentuk kolom struktur pada area teras pintu masuk pasar mengikuti modul grid 8,1 m x 8,1 m, selain sebagai estetika bangunan fungsi kolom agar tercipta ruang transisi untuk pejalan kaki
Pada gambar di atas pergerakan irama terjadi pada tampak samping bangunan yang bergerak ke belakang dari ukuran bangunan yang lebih tinggi ke yang lebih rendah (1, 2, 3). Pada fasad bangunan juga terjadi pergerakan irama pada ukuran kaca yang lebih lebar ke yang lebih kecil. Selanjutnya juga terjadi pola pengulangan bentuk bukaan fasad bangunan yaitu:
a. Adanya pengulangan bentuk kolom struktur pada area teras pintu masuk pasar mengikuti modul grid 8,1 m x 8,1 m, selain sebagai estetika bangunan fungsi kolom agar tercipta ruang transisi untuk pejalan kaki
b. Adanya pengulangan bentuk bukaan pada fasad samping bangunan pasar, hal ini terjadi karena fungsi ruang dalam sebagai area publik yaitu foodcourt
c. Adanya pengulangan bentuk louvre pada area koridor kantor pasar dan koridor toilet, fungsinya agar udara alami dapat masuk ke dalam ruangan dan meminimalisir kelembaban dari area toilet
3.6 Konsep Skybridge dan Pilotis
Bangunan skybridge ini dirancang untuk memudahkan pergerakan pengguna dalam bergerak antarbangunan (terminal dan pasar) dengan meminimalisir crossing antara pejalan kaki dan kendaraan, sedangkan konsep pilotis ini melahirkan fungsi ruang yang berguna dalam pergerakan. Bangunan pasar yang disubtraktif dan dijadikan teras fungsinya untuk mempermudah perjalan kaki dalam bergerak dan masuk ke dalam bangunan. Pilotis pada ruang dibawah skybridge sebagai peron kendaraan angkot/ angdes agar mudah diakses dari pasar dan terminal. Pilotis pada bagian bangunan lainnya pada ruang tunggu keberangkatan bus, dimana bagian bawahnya digunakan sebagai plaza khusus bagi penumpang yang telah memiliki tiket dan berfungsi untuk memberi ruang bagi penumpang yang telah jenuh berlama-lama duduk di ruang tunggu keberangkatan. Transportasi dari ruang tunggu menuju plaza/ peron bus hanya menggunakan 2 eskalator karena telah disediakan juga lift untuk penumpang. Fungsi plaza selanjutnya sebagai peron keberangkatan bus sehingga pengguna dapat dengan mudah mengakses langsung ketika ingin masuk ke kendaraan bus. Fungsi utama pilotis ini untuk memberi ruang parkir dan perlintasan bus ketika bergerak.
Gambar 23. Tampak depan bangunan pasar
Gambar 24. Tampak skybridge Gambar 25. Tampak depan bangunan pasar
3.7 Konsep Struktur Bangunan
Sistem struktur bangunan : Sistem rangka & bentang lebar
Sistem struktur atap : Sistem vector active (flat truss hollow) Elemen–elemen : Pondasi, kolom, balok, dinding, atap
Material : Borepile, balok komposit, kolom komposit, dan pipa baja
Beban bangunan dari beton, lantai, material, dinding dan sebagainya, dialirkan melalui balok-balok yang diteruskan ke struktur kolom utama pada bangunan lalu ke struktur pondasi menuju ke dalam tanah. Beban penutup atap ditopang oleh rangka space beam dengan bentang tidak lebih dari 42 m x 25 m. Modul perencanaan struktur yang digunakan ialah kelipatan 30 cm, sehingga modul yang digunakan mengikuti modul material yaitu 8,1 m x 8,1 m.
Struktur atap dibagi atas 2 jenis sistem yaitu:
1. Struktur atap dengan sistem rangka (kolom dan balok) 2. Struktur atap dengan sistem vector active (flat truss hollow)
4. SIMPULAN
Terkait tema Mobilitas Pengguna, Terminal Bus Terpadu Cicaheum dirancang melalui pendekatan bentuk desain, baik dalam hal sirkulasi di dalam maupun di luar bangunan, serta aksesibilitas pengguna dalam mencapai antara ruang satu ke ruang lainnya di dalam tapak. Mobilitas ini juga diterapkan pada sirkulasi kendaraan di dalam tapak, dimana kemudahan kendaraan dalam beroperasi menjadi pendekatan dalam terciptanya bentuk desain ruang luar, sehingga pada akhirnya rancangan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini seperti crossing antara kendaraan dan pejalan kaki yang sering terjadi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada pihak Kementrian Perhubungan Darat RI yang telah bekerja sama dalam memberikan standarisasi terminal di Indonesia serta UPT Terminal Cicaheum Bandung yang telah membantu dalam pemberian data-data eksisting.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. ITB Bandung. Bandung.
[2] Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. MIT Press. Cambridge. Massachussets.
Gambar 26. Isometri struktur terurai