• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPDATE PROGRES PEMETAAN PARTISIPATIF WILAYAH ADAT SUKU KEMTUK, ELSENG, KLISI, & NAMBLONG Agustus 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPDATE PROGRES PEMETAAN PARTISIPATIF WILAYAH ADAT SUKU KEMTUK, ELSENG, KLISI, & NAMBLONG Agustus 2021"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 | H a l a m a n

UPDATE PROGRES

PEMETAAN PARTISIPATIF WILAYAH ADAT SUKU KEMTUK, ELSENG, KLISI, & NAMBLONG

Agustus 2021 Swey (Kemtuk Klisi), Skietenang (Namblong)

KUNJUNGAN LAPANGAN II PPWA DI WILAYAH PEMBANGUNAN III KABUPATEN JAYAPURA

Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Gugus Tugas Masyarakat Adat, melaksanakan program Pemetaan Partisipatif Wilayah Adat Suku Kemtuk, Elseng, Klisi, dan Namblong di Wilayah Pembangunan III. Terdiri dari Distrik Kemtuk, Kemtuk Gresi, Gresi Selatan, Nimboran, Nimbokrang, dan Namblong dengan total 61 Kampung Administratif. Berdasarkan alur kerja GTMA, proses pemetaan partisipatif wilayah adat sampai pada tahap Kunjungan Lapangan 2, dimulai dari bulan Mei 2021 dan masih berlangsung hingga tulisan ini diterbitkan. Adapun beberapa kegiatan dalam kunjungan lapangan 2 adalah sebagai berikut:

1. Penggalian Data dan Persiapan Mediasi Batas

Merupakan pertemuan dengan para tokoh adat untuk klarifikasi, penggalian data spasial-sosial, dan persiapan mediasi batas wilayah adat kampung. Dalam kegiatan lokakarya 2, banyak informasi spasial dan sosial yang belum masuk dikarenakan terbatasnya waktu dan informan. Maka dari itu, dilakukan penggalian data di setiap kampung, agar lebih banyak masyarakat yang hadir untuk memberikan informasi.

Klarifikasi data spasial dilakukan dengan fokus pada batas wilayah adat kampung, nama tanah, baik di titik batas atau di dalam kampung, penggunaan lahan, titik penting, dan lainnya. Indentifikasi data spasial dilakukan kembali untuk memperoleh informasi tentang batas indikatif wilayah adat kampung, berdasarkan nama tanah, tanda batas lainnya, marga yang berbatasan baik di dalam dan di luar kampung. Identifikasi nama tanah ini dapat memudahkan masyarakat adat dalam upaya mediasi batas. Di sisi lain, klarifikasi dan pengayaan informasi dan data sosial dilakukan untuk melengkapi Form GTMA (lihat Tabel 1, 2, dan 3)

Proses ini juga mendiskusikan terkait tata cara mediasi batas tanah menurut kearifan lokal setempat. Selain itu juga dilakukan kegiatan pra mediasi, yaitu pertemuan internal tokoh adat kampung ke kampung lainya untuk membahas dan menyepakati batas. Proses ini dilakukan untuk mengurangi perdebatan antar kampung serta agar dapat menemukan kesepakatan atas dasar rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan sesama orang Namblong, dan orang papua. Sekaligus menyusun jadwal mediasi batas antar kampung.

(2)

2 | H a l a m a n Tabel 1. Persentase Pengisian Data Sosial Form GTMA di Wilayah Adat Kemtuk

NO WILAYAH

ADAT DISTRIK KAMPUNG

OUTPUT DATA SOSIAL

KETERANGAN Form A2 PRESENTASE DATA SOSIAL (%)

TERISI PERBAIKAN LENGKAP

1

KEMTUK

KEMTUK

Kwansu Form GTMA 60%

Nanbom Form GTMA 99% Contoh kasus, pendalaman sejarah.

Mamei Form GTMA 99% Contoh kasus.

Mamda Form GTMA 60%

Mamdayawan Form GTMA 97% Tanda batas alam, contoh kasus, dan sejarah.

Sama Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Aib Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Soaib Form GTMA 97% Tanda batas alam, contoh kasus, Kontak Pemohon

Sabeab Kecil Form GTMA 98% Tanda batas alam, contoh kasus.

Skori Form GTMA 98% Sejarah, contoh kasus.

Skoaim Form GTMA 99% Contoh kasus.

Bengwin Progo Form GTMA 100% Klarifikasi kembali dan pendalaman sejarah.

2 KEMTUK GRESI

Damoikati Form GTMA 99% Pendalaman sejarah

Demetim Form GTMA 99% Pendalaman sejarah

Yanbra Form GTMA 99% Pendalaman sejarah

Braso Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Tabel 2. Persentase Pengisian Data Sosial Form GTMA di Wilayah Adat Kemtuk

NO WILAYAH

ADAT DISTRIK KAMPUNG

OUTPUT DATA SOSIAL KETERANGAN

Form A2 PRESENTASE DATA SOSIAL (%) TERISI PERBAIKAN LENGKAP

1

KLISI

KEMTUK GRESI

Kelurahan Hatib Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Pupehabu Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Bring Form GTMA 99% Pendalaman sejarah

Nembu Gresi Form GTMA 99% Pendalaman sejarah

Ibub Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Swentab Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Jagrang Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

Hyansip Form GTMA 100% Klarifikasi Kembali

2 GRESI SELATAN

Klaisu Form GTMA 99% Contoh Kasus

Iwon Form GTMA 60% Belum penggalian data

Bangai Form GTMA 80% Sejarah, contoh kasus, kontak pemohon.

Omon Form GTMA 60% Belum penggalian data

(3)

3 | H a l a m a n Tabel 3. Persentase Pengisian Data Sosial Form GTMA di Wilayah Adat Namblong

NO WILAYAH

ADAT DISTRIK KAMPUNG

OUTPUT KEGIATAN

KETERANGAN (Kekurangan data sosial) DATA

SOSIAL

PRESENTASE DATA SOSIAL (%) TERISI PERBAIKAN LENGKAP

1

NAMBLONG

NIMBORAN

Kelurahan Tabri Form GTMA 50% Sejarah, subjek hak dan struktur adat. Klarifikasi kembali

Gemebs Form GTMA 85% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Singgri Form GTMA 85% Sejarah, contoh kasus yang diselesaikan secara adat.

Meyu Form GTMA 80% Sejarah, contoh kasus dan mekanisme pengambilan keputusan

Benyom Form GTMA 80% Sejarah

Singgriway Form GTMA 90% Sejarah

Oyengsi Form GTMA 80% Sejarah, contoh kasus dan mekanisme pengambilang keputusan.

Yenggu Baru Form GTMA 100%

Kuwase Form GTMA 85% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Imsar/Imeno Form GTMA 90% Nama struktur adat, contoh kasus, Klarifikasi kembali Kaitemung Form GTMA 85% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Kuipons Sarmaikrang Form GTMA 85% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali Kuipons Kuimeno Form GTMA 85% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Pobaim Form GTMA 80% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Yenggu Lama Form GTMA 80% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

2 NIMBOKRANG

Nimbokrang Sari Form GTMA 85% Sejarah, dan contoh kasus, Klarifikasi kembali Nimbokrang

Wahab/Warubaim Form GTMA 80% Sejarah, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Hamonggrang Form GTMA 50% Sejarah, nama struktur adat, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Nembu/Berap Form GTMA 90% Sejarah, Klarifikasi kembali

Bunyom

Form GTMA 80%

Sejarah, nama struktur adat, contoh kasus, Klarifikasi kembali

Beyom Jaya I

Beyom Jaya II

Repang Muaif Form GTMA 85% Sejarah, nama struktur adat, contoh kasus, Klarifikasi kembali

3 NAMBLONG

Sarmi Atas Form GTMA 80% Sejarah, dan contoh kasus, Klarifikasi kembali Sarmai Bawah

Sanggai/Yakotim Form GTMA 90% Sejarah, Klarifikasi kembali

Yakasip Form GTMA 90% Sejarah, dan contoh kasus, Klarifikasi kembali Hanggai Hamong

Besum

Form GTMA 80% Sejarah, dan contoh kasus, Klarifikasi kembali Sumbe

Karya Bumi

Imestum/ Kestemung Form GTMA 90% Sejarah, dan contoh kasus, Klarifikasi kembali

(4)

4 | H a l a m a n 2. Mediasi Batas Wilayah Adat Kampung

Merupakan pertemuan para tokoh adat antar kampung untuk mendiskusikan dan menyepakati batas wilayah adat kampung.

Mediasi batas wilayah adat kampung dihadiri oleh semua tokoh adat kampung yang berbatasan sesuai dengan jabatannya, agar memudahkan dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, turut hadir pula perwakilan dari Dewan Adat Suku, Pihak Keamanan, Aparat Kampung, dan lainya sebagai pihak yang netral yang dapat membantu menjaga suasana agar tetap kondusif apabila terjadi perdebatan.

Berdasarkan data dinamika batas wilayah adat dalam Lokakarya 2, hampir semua batas kampung saling tumpang tindih. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor

teknis seperti missal, saat memindahkan semua informasi dari sketsa ke peta citra satelit resolusi tinggi. Penentuan lokasi, nama tanah, dan batas wilayah adat kampung merujuk pada kemampuan interpretasi (melihat) dari gambar peta CSRT dan belum melalui pengambilan titik batas di lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan mediasi untuk penyepakatan batas yang masih tumpang tindih.

Mediasi merupakan upaya perdamaian dengan cara duduk bersama dan saling berbicara dengan baik untuk menyepakati batas. Proses sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat adat di masing-masing kampung. Fasilitator GTMA tidak memiliki kapasitas dan kewenangan untuk menentukan batas tanah, namun hanya membantu masyarakat adat untuk dokumentasi informasi terkait wilayah adat dan data sosial kampung.

Ada beberapa pilihan penyepakatan batas antar kampung, yaitu:

1. Menyepakati batas wilayah dengan satu batas atau garis yang sama, 2. Menyepakati batas yang tumpang tindih dimanfaatkan secara bersama, 3. Dan atau ada kesepakatan lain yang dibangun oleh para tokoh adat antar kampung.

“Tanah adalah Mama, yang memberikan kita makan dan minum. Maka dari itu, bicara tanah, kita harus jujur agar menjadi berkat bagi kita. Jika kita tidak jujur maka tidak akan menjadi berkat. Bisa berakibat pada kematian, keturunan secara perlahan habis, adanya wabah penyakit, dan lainnya.”

(5)

5 | H a l a m a n

“Apa yang kita lakukan hari ini, merupakan upaya kita untuk memberikan kepastian hak atas tanah yang kita miliki dan ini akan jadi pedoman bagi anak cucu kita ke depan. Serta secara langsung kita mendukung proses pembangunan yang ada di kampung, untuk kepentingan kita bersama.

“Hal terpenting dan mendasar dalam proses mediasi ini adalah saling memberikan pengakuan atas tanah atau wilayah yang kita miliki saat ini. Jika kita mengakui alas hak sesungguhnya, maka pemilik hak atas tanah merasa dihormati dan kita tetap bisa memanfaatkan, mengelola tanah tersebut, dan terkait hal lainnya ‘bisa diatur ke dalam’ antar kedua belah pihak. Dan jika kita tidak saling mengakui, maka akan memunculkan perdebatan, perselisihan, dan bahkan peperangan.”

Tiga kutipan di atas menyiratkan hal-hal penting yang muncul dari lisan masyarakat adat dalam konteks penyepakatan batas antar kampung di mana di dalamnya terdapat sejarah penguasaan yang Panjang. Dalam konteks mediasi, Fasilitator Kampung atau Tokoh Adat menyampaikan batas wilayahnya dengan menyebutkan berbatasan dengan kampung, nama tanah, dan marga bersangkutan. Setelah itu, diberikan kesempatan kepada kampung yang berbatasan untuk menanggapi, apakah batas yang disampaikan sepakat atau ada batas yang tidak sesuai dengan batas sebenarnya.

Mediasi di setiap kampung berproses secara dinamis. Ada yang relative mudah untuk saling mengakui, ada pula perdebatan sampai tidak terjadi kesepakatan.

Perdebatan terjadi karena tetap bersikukuh mempertahankan wilayah adat tanpa dasar sejarah asal ususl kepemilikan yang jelas. Sejarah kepemilikan tanah perlu diceritakan, dan siapa pemegak hak kuasa dan hak kelola atas suatu tanah? Alas hak penguasaan tanah yang sah secara adat istiadat menurut masyarakat adat suku Kemtuk, Elseng, Klisi, dan Namblong, adalah berdasarkan hasil rampasan perang, pembayaran kepala1, perkawinan, hibah, dan lain sebagainya.

Jika terjadi kesepakatan batas maka akan dilakukan penandatangan berita acara kesepakatan tata batas yang ditanda tangani oleh perangkat adat dan disaksikan oleh Pemerintaah Distrik, Pemerintah Kampung, Dewan Adat Suku dan Masyarakat.

Dimaksudkan untuk menjadi acuan bersama tokoh adat semua kampung, agar bisa menyampaikan ke masyarakat lain dan sebagai acuan untuk kegiatan turun lapangan bersama.

Khusus wilayah adat suku kemtuk, proses mediasi batas wilayah adat kampung dilakukan berdasarkan satuan sub suku Melap, Kreku, dan Damoi Blo. Hal itu merupakan kesepakatan bersama tokoh-tokoh adat terkait merespon tingkat klaim wilayah di masing-masing kampung yang tumpang tindihnya cukup luas. Oleh karenanya kesepakatan difokuskan pada batas wilayah adat sub suku.

1Pembayaran kepala merupakan istilah yang biasa digunakan masyarakat adat di Kemtuk, Klisi, dan Namblong. Digolongkan menjadi 2 jenis yakni 1) Pembayaran Kepala untuk Orang yang meninggal, menggunakan harta budaya (tomako batu, manik-manik) dan uang., 2) Pembayaran Kepala untuk Orang yang Dibunuh, menggunakan tanah, dusun sagu, harta budaya, dan uang. Kedua jenis pembayaran kepala ini ditentukan berdasarkan hasil musyawarah adat.

(6)

6 | H a l a m a n Tabel 4. Hasil Mediasi Batas Wilayah Adat Kampung di Wilayah Adat Suku Kemtuk & Elseng

Tabel 5. Hasil Mediasi Batas Wilayah Adat Kampung di Wilayah Adat Suku Klisi

WILAYAH

ADAT DISTRIK NO KAMPUNG BATAS STATUS

SEPAKAT BELUM SEPAKAT

KLISI

KEMTUK GRESI

1 Yansu (Pupehabu, Bring,

Hyansip, Jangrang) Braso, Yanim, Mlem, Sawoi, Bangai, Omon, Nembugresi. Klaisu

2 Hatib Sawoi Mlem, Sgluwoy Yansu (Jagrang), Swentab, Mamei/Meikari, Kwansu Final

3 Nembugresi Klaisu, Sgluwoy Yansu, Imestum Ibub

4 Swentab Sgluwoy Yansu, Sawoi/Hatib Ibub, Karya Bumu, Besum/Sumbe

5 Ibub Nembu Gresi, Hanggai Hamong & Yakasib Swentab

GRESI SELATAN

1 Klaisu Iwon, Nembu Gresi, Bangai, Imsar, Gemebs, Imestum Sgluwoy Yansu (Bring)

2 Iwon Klaisu, Bangai, Omon

3 Bangai Sgluwoy Yansu, Klaisu Omon, Iwon

4 Omon Sgluwoy Yansu Bangai

WILAYAH

ADAT DISTRIK No SUB

SUKU KAMPUNG BATAS

STATUS

SEPAKAT BELUM SEPAKAT

KEMTUIK

KEMTUK GRESI

1

Kemtuk

MLEM (Damoikati dan

Demetim) Sgluwoy Yansu (Jagrang, Pupehabu), Kel. Hatib (Sawoi),

Meikari, Bonggrang. Mamda dan Yanim

2 Yanim Sgluwoy Yansu dan Braso Mamda dan Mlem

3 Braso Sgluwoy Yansu, Yanim Soaib, Aib, Sabeyap Kecil dan Bengwin Progo

KEMTUK 1

Melap

Meikari (Mamei) Bonggrang, Mlem, Mamda

2 Nambom / Bonggrang Mlem, Mamei. Kwansu

3 Kwansu Nonbom, Karya Bumi, Besum/Sumbe, Pobaim, Berap

4

Kreku

Mamda Meikari Mlem, Mamda Yawan

5 Mamda Yawan Sabron/Sama, Mamda, Yanim, Braso, Merem

6 Sama Aib, Mamda Yawan, Kanda, Sosiri, Yakonde, Soaib

7

Damoi Blo

Aib Sama, Soaib, Sabeyab Kecil, Skori

8 Soaib Aib, Braso, Skori, Sabeyab Kecil

9 Sabeyab kecil Skori, Aib, Soaib,

10 Skori Skoaim, Aib, Sabeyab Kecil, Soaib, Bengwin Progo

11 Skoaim Skori, Dondai, Abar, Kameyaka,Homfolo, Bengwin Progo

12 Benggwin Progo Skori, Skoaim, Omon

(7)

7 | H a l a m a n Tabel 6. Hasil Mediasi Batas Wilayah Adat Kampung di Wilayah Adat Suku Namblong

WILAYAH

ADAT DISTRIK NO KAMPUNG BATAS

STATUS

SEPAKAT BELUM SEPAKAT

Namblong

Nimboran

1 Yenggu Baru Singgriwai, Oyengsi, Nimbontong Final

2 Meyu Benyom, Bunyom, Repang Muaif, Singgriwai - Final

3 Singgriwai Yenggu Baru, Meyu, Singgri Nimbontong dan Repang Muaif

4 Singgri Benyom, Oyengsi, Gemebs, Singgriwai, dan Meyu Klaisu

5 Imsar Imeno Kestemung, Keitemung, Kuwase, Gemebs, Klaisu, Sarmai - Final

6 Benyom Meyu, Singgri, Bunyom, Kuipons Sarmaikrang Nembukrang Sari

7 Gemebs (Genyem Yeku) Imsar, Singgri, Sarmaikrang, Keitemung, Benyom, Klaisu - Final

8 Kuwase (Genyem Hamong) Imsar, Keitemung, Imestum Kestemung, Gemebs - Final

9 Keitemung Imsar, Kuwase, Imestum Kestemung, Sanggai Yakotim, Kuipons, Hanggai Hamong & Yakasib

10 Oyengsi Yenggu Baru, Singgri, Klaisu Nimbontong dan Yapsi

11 Pobaim Kuipons Kuimeno, Kuipons Sarmaikrang, Kuipons Kuimeno, Warombaim,

Sanggai Yakotim, Nembukrang Sari

12 Kuipons Sarmaikrang Benyom, Kuipons Kuimeno, Gemebs, Keitemung, Pobaim, Nembukrang Sari,

Kuipons Kuimeno Nggai (Hanggai Hamong & Yakasib), Keitemung,

Sarmaikrang, Pobaim Sanggai Yakotim

13 Yenggu Lama Bunyom (Tecuari), Repang Muaif, Nimbontong

Namblong

1 Nggai (Yakasib & Hanggai

Hamong) Kuipons Kuimeno, Besum, Sumbe, Karya Bumi, Imestum

Kestemung, Ibub Sanggai Yakotim, Keitemung,

2 Imestum Kestemung Nggai (Yakasib & Hanggai Hamong), Imsar, Klaisu,

Keitemung, Nembu Gresi Sarmai

3 Sarmai Atas & Bawah Nggai (Yakasib & Hanggai Hamong), Imsar Klaisu, Keitemung, Yakasib, Imestum Kestemung

4 Sanggai Yakotim Keitemung, Imestum Kestemung, Pobaim, Kuipons

Besum, Sumbe, Karya Bumi, Hamonggrang, Kwansu 5 Besum Sumbe Karya Bumi Nggai (Yakasib & Hanggai Hamong), Ibub Kwansu, Sanggai Yakotim, Hamonggrang, Swentab,

Nimbokrang

1 Bunyom, Benja 1 dan 2 Meyu, Yenggu Lama, Repang Muaif, Nembukrang Sari, Berap, Nimbontong

2 Repang Muaif Meyu, Yenggu Lama, Bunyom, Nimbontong

3 Nembukrang Sari &

Nimbokrang Benyom, Bunyom, Berap, Kuipons Sarmaikrang, Pobaim,

Warombaim

4 Warombaim Hamonggrang, Kuipons, Pobaim, Berap, Yokari

5 Hamonggrang Kuimeno Kwansu, Warombaim, Sanggai Yakotim, Besum, Yokari

6 Berap Warombaim, Bunyom, Nembukrang Sari, Demta

(8)

8 | H a l a m a n 3. Turun Lapangan Bersama

Merupakan kegiatan turun lapangan bersama masyarakat adat antar kampung yang berbatasan. Mereka bersama menuju titik batas wilayah adat kampung yang sudah disepakati dalam kegiatan mediasi. Bertujuan untuk menyamakan persepsi posisi nama batas yang sudah disepakati, pengambilan titik koordinat, pemasangan patok, dan dokumentasi.

Tokoh Adat, Fasilitator Kampung, dan Tim Pendamping melakukan rapat dalam upaya mempersiapkan teknis, tim, waktu, peralatan, dan logistik. Tokoh adat menjelaskan kondisi lapangan sekitar batas wilayah adat kampung agar fasilitator kampung dan tim pendamping memiliki gambaran. Perjalanan di lapangan melewati jalan setapak yang biasa digunakan untuk pergi ke hutan atau kebun. Ketika sudah dekat titik batas, Tim menuju ke lokasi tanah yang menjadi batas wilayah adat kampung untuk pengambilan titik koordinat, pemasangan patok, dan dokumentasi. Juga untuk mencatat ragam vegetasi di sekitar batas sesuai dengan formular yang tersedia.

Tim turun lapangan terdiri dari perwakilan kampung adat (tuan rumah) dan perwakilan dari kampung adat lain yang berbatasan, untuk kemudian saling sepakat dan berlaku absah. Apabila batas wilayah adat yang disepakati terdiri dari 4 kampung, maka perwakilan dari kampung 8 orang (tuan rumah), kampung lain juga 8 orang (min 2 orang/kampung), dan 4 orang tim pendamping kemudian dibagi menjadi 4 tim. Tim yang terlibat turun ke lapangan harus yang menguasai medan dan mengetahui nama- nama tanah atau tempat yang ada di batas wilayah adat Kampung.

Waktu kegiatan yang sudah disepakati perlu dikoordinasikan secara baik kepada kampung lain, agar pelaksanaan sesuai rencana dan tidak terkendala dengan agenda lain. Peralatan yang digunakan seperti Pena, Formulir Turun Lapangan, Gawai GPS (Global Positioning System), dan lainya. Logistik termasuk konsumsi, kendaraan operasional, hinggas peralatan P3K juga disiapkan.

(9)

9 | H a l a m a n Tabel 7. Pelaksanaan Turun Lapangan Bersama di Wilayah Adat Suku Klisi

WILAYAH

ADAT DISTRIK NO KAMPUNG TURUN LAPANGAN BERSAMA

Sudah dilaksanakan Belum dilaksanakan

KLISI KEMTUK

GRESI

1 Yansu (Pupehabu, Bring,

Hyansip, Jangrang) Hatib Sawoi, Mlem, Yanim, Banggai, Nembu Gresi Klaisu, Braso, Omon, 2 Hatib Sawoi Mlem, Sgluwoy Yansu (Jagrang), Swentab, Mamei Kwansu

3 Swentab Sawoi/Hatib Ibub, Karya Bumu, Besum/Sumbe, Sgluwoy Yansu,

Tabel 8. Pelaksanaan Turun Lapangan Bersama di Wilayah Adat Suku Namblong

WILAYAH

ADAT DISTRIK NO KAMPUNG TURUN LAPANGAN BERSAMA

Sudah dilaksanakan Belum dilaksanakan

Namblong

Nimboran

1 Yenggu Baru Singgriwai, Oyengsi, Nimbontong

2 Meyu Benyom, Bunyom, Repang Muaif, Singgriwai -

3 Singgriwai Yenggu Baru, Meyu, Nimbontong, Singgri dan Repang Muaif

4 Singgri Meyu, Gemebs Klaisu, Benyom, Oyengsi, Singgriwai, dan

5 Imsar Imeno Kestemung, Keitemung, Kuwase, Gemebs, Sarmai Klaisu

6 Benyom Meyu, Nembukrang Sari, Singgri, Bunyom, Kuipons Sarmaikrang

7 Gemebs (Genyem Yeku) Imsar, Singgri, Kuipons Sarmaikrang, Keitemung, Benyom, Klaisu 8 Kuwase (Genyem Hamong) Imsar, Imestum Kestemung, Gemebs Keitemung

9 Keitemung Imsar, Imestum Kestemung, Sanggai Yakotim, Kuipons Sarmaikrang, Kuipons

Kuimeno, Kuwase, Hanggai Hamong & Yakasib

10 Oyengsi Yenggu Baru, Nimbontong, Yapsi, Singgri, Klaisu

Namblong 1 Sarmai Imsar Klaisu, Keitemung, Yakasib, Imestum Kestemung, Nggai (Yakasib &

Hanggai Hamong), Imsar

Nimbokrang 1 Bunyom, Benja 1 dan 2 Meyu Repang Muaif, Nembukrang, Berap, Nimbontong, Meyu, Yenggu

Lama,

2 Repang Muaif Meyu Bunyom, Nimbontong, Meyu, Yenggu Lama,

(10)

10 | H a l a m a n KENDALA

1. Administrasi untuk Fasilitator Kampung yang belum terselesaikan berkaitan dengan honor atau insentif oleh karena kondisi pembiayaan kegiatan yang bersumber dari ADK (Anggaran Dana Kampung) yang terbatas. Anggaran yang tersedia saat ini merupakan ADK Tahun 2019, sedangkan Tahun 2020 dan 2021 tidak ada anggaran untuk kegiatan Pemetaan. Ada perubahan penggunaan anggaran kampung yang sebagian besar digunakan untuk bantuan COVID- 19 dan lainya. Selain itu, ada sekitar 22 kampung di Wilayah Pembangunan III yang belum menyetor ADK untuk kegiatan Pemetaan sebesar Rp.

50.000.000/kampung dengan total Rp 1.100.000.000.

2. Adanya agenda/kegiatan lain di Kampung seperti, kedukaan, pembayaran kepala, pembayaran mas kawin, tokoh adat sedang sakit, kegiatan keagamaan, kerja gotong royong, dan lainya.

3. Keterbatasan kuantitas Tim lapangan GTMA per April 2021. Jumlah pendamping yang terbatas mengubah pola pendampingan dari awal 1 Tim untuk setiap Distrik, menjadi 1 Tim per Wilayah Adat. Itupun hanya ada dua tim untuk Klisi dan Namblong, sedangkan Kemtuk tidak ada . Hingga Juli 2021, ada penambahan 3 orang dengan susunan tim 1 orang untuk Wilayah Adat Namblong dan 2 orang untuk Wilyah Adat Kemtuk.

DUKUNGAN

Kegiatan PPWA WP 3 GTMA Kab Jayapura, didukung oleh Lembaga yang terlibat baik dari segi tim kerja di lapangan dan pembiayaan kegiatan. Selain itu, peran Dewan Adat Suku Namblong, Klisi dan Elseng yang sangat membantu tim dalam proses mediasi batas wilayah adat kampung.

RENCANA TINDAK LANJUT 1. Lokakarya 3

Dilakukan khusus Kampung yang sudah mediasi batas dan turun lapangan bersama sekitar 6 kampung (5 kampung di Distrik Nimboran & 1 Kampung di Distrik Kemtuk Gresi), dilaksanakan sekitar Minggu ke 4 September 2021.

2. Kunjungan Lapangan 2

No Agenda September Oktober November Desember

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Kunjungan Lapangan 2

a Penggalian data spasial sosial dan persiapan mediasi

b Mediasi batas wilayah adat antar kampung

c Turun lapangan bersama

2 Lokakarya 3

3 Finalisasi Data

Gambar

Tabel 5. Hasil Mediasi Batas Wilayah Adat Kampung di Wilayah Adat Suku Klisi
Tabel 8. Pelaksanaan Turun Lapangan Bersama di Wilayah Adat Suku Namblong

Referensi

Dokumen terkait