Pengaruh Pemberian Seduhan Jahe Merah Terhadap Perubahan Tekanan DarahPada LansiaDengan Hipertensi
Di WilayahKerjaPuskesmasGemolong
Intan Indah Bagastri¹ Galih Setia Adi² Nur Rakhmawati³
¹Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]
²·³Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]
Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pengaruh usia terhadap kemunculan stres sering terjadi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan jahe merah terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gemolong.
Jenis kuantitatif quasy eksperiment dengan rancangan penelitian pre and post test without control group. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling sejumlah 24 Lansia. Pengumpulan data dengan menggunakan intervensi pemberian seduhan jahe merahpada kelompok perlakuan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan Uji Wilcoxcon. Hasil uji analisis dengan Uji Wilcoxcon didapatkan tekanan darah kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian seduhan jahe merah didapatkan nilai p value (0,000) sehingga p value < 0,05.
Simpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian seduhan jahe merah terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gemolong.
Kata kunci : Tekanan darah, Hipertensi, Lansia, Jahe Merah, Kandungan Jahe Merah
Daftar Pustaka: 21 (2010-2018)
The Effect of Giving Steeped Red Ginger Against the Changesof Blood Pressure ofElderly with Hypertension in Gemolong
Comunity Health Centre Working Area
Intan Indah Bagastri¹ Galih Setia Adi² Nur Rakhmawati³
¹Student Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]
²·³Lecturer Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]
Abstract
Hypertension is a disease that frequently found in Indonesia. This disease can affect anyone from various age and socio-economic groups. The possibility of someone suffering from hypertension is getting bigger when he/she gets older. The influence of age to stress appearing oftentime occurs to human being. This study is aimed to know the effect of giving stepped red ginger againts the changes of blood pressure of elderly with hypertension in Gemolong Community Health Centre Working Area.
Quantitative type of quasy experiment with pre and post test without group control research design. The writer utilizes a total sampling technique of 24 elderly people. The data is collected using intervention of giving stepped red ginger to the treatment groups. The applied data analyses are Univariat analysis and Bivariat analysis using Wilcoxcon test. The result of the Wilcoxcon analysis shows that the blood pressure of the treatment group before and after consuming stepped red ginger is a value of p value (0,000), so that the p value < 0,05.
In conclusion, the study shows that there is an effect of giving stepped red ginger againts the changes of blood pressure of elderly with hypertension in Gemolong Community Health Centre Working Area.
Keywords: Blood Pressure, Hypertension, Elderly, Red Ginger, Red Ginger Content
Reference:21 (2010-2018)
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pengaruh usia terhadap kemunculan stres sering terjadi (Tilong, 2012). Hipertensi atau tekanan darah adalah sebuah kondisi medis dimana orang yang tekanan darahnya meningkat dengan nilai tekanan darah sistolik (TDS) 140- 159 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) 90-99 mmHg sudah dapat didiagnosis menderita hipertensi (WHO, 2018). Setiap waktu jantung berdenyut adalah untuk memompa darah menuju pembuluh darah. Tekanan darah dibentuk oleh tekanan dari tekanan darah yang mendorong melawan dinding arteri yang dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin keras jantung harus dipompa (WHO, 2018).
Berdasarkan hasil data dari World Health Organizatin (WHO ) tahun 2014 terdapat sekitar
600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi di wilayah Afrika sebesar 30% dan terendah di wilayah Amerika sebesar 18%. WHO juga memperkirakan pada tahun 2025 sekitar 29% orang diseluruh dunia mengidap hipertensi.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menjelaskan pada usia ≥18 tahun terdapat 25,8% penduduk Indonesia yang mengalami hipertensi, tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%), diikuti Jawa Barat (40,1%), dan Kalimantan Timur (39,1%).
Prevelensi hipertensi di Jawa Tengah terdapat 37,1%, kasus baru untuk hipertensi mengalami penurunan dari tahun 2013 sebanyak 427.220 kasus dan pada tahun 2016 sebanyak 96.968 kasus. Meskipun kasus hipertensi mengalami penurunan akan tetapi hipertensi masih menduduki peringkat pertama penyakittidak menular dari seluruh penyakit di Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017). Sedangkan data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Gemolong pada bulan januari – desember terakhir tercatat 1.851
lansia penderita hipertensi dan data dari bidan desa Ngembat Padas terdapat 32 penderita hipertensi. Data tersebut diatas memberikan gambaran bahwa masalah hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensi yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.
Menurut Triyanto (2014) pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah.
Pengobatan farmakologi dengan menggunakan obat-obatan medis yang tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan tetapi juga memiliki efek samping seperti buang air kecil, tubuh terasa lemas, dan ingin pingsan, denyut jantung yang abnormal, sakit kepala, pusing, mual, gangguan pada lambung serta pembengkakan pada kaki (Kristanti, 2015). Oleh karena itu alternatif yang tepat untuk mengatasi hipertensi tanpa ketergantungan obat dan efek
samping yaitu dengan pengobatan non-farmakologis (Kowalski, 2014).
Pengobatan non farmakologi merupakan suatu bentuk pelayanan pengobatan tanpa menggunkan obat (Triyanto, 2014). Penanganan non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah diantaranya yaitu jahemerah, jahe putih, daun salam, kunyit (Susilo dan Wulandari, 2011). Jahe merah merupakan tanaman herbal yang mengandung minyak atsiri dan gingerol yang paling tinggi dibandingkan jenis jahe yang lainnya (Rehman, et al., 2011). Kandungan bahan aktif jahe merah antara lain komponen oleoresin, minyak atsiri dan flavanoid. Menurut Akinyemi (2014) kandungan gingerol dan shogaol pada jahe merah sebagai antioksidan dapat menghambat aktivitas asetikolin esterase (ACE) sehingga dapat memberikan efek yang dapat menurunkan tekanan darah. Jahe merah juga merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar, serta memperingan kerja jantung memompa darah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian seduhan jahe merah terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di desa Ngembat Padas RT 12, Gemolong, Sragen pada 25 Februari – 2 Maret 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasy eksperiment dengan rancangan pre and post test with control grup yaitu penelitian
yang dilakukan untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkansatu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2016).
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dengan jumlah sampel 24 responden. Responden diambil dengan menggunakan teknik
sampling “Consecutive sampling”
yaitu teknik penentuan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian (Nursalam, 2013).
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada
penelitian ini yaitu
spignomanometer, stetoskop, buku saku, bolpoin, panci eagle, gelas ukur, gelas, air, timbangan dapur digital, sendok, saringan lion star, pisau, jahe merah, lembar observasi dan SOP pemberian seduhan jahe merah.
Responden diberikan intervensi seduhan jahe merah dilakukan ujipengukurantekanan darah terhadap respondendengan penilaian kategori hipertensi tingkat 1 (ringan) : 140- 159/ 90-99 mmHg, hipertensi tingkat 2 (sedang) : 160-179/100-109 mmHg dan hipertensi tingkat 3 (berat) :
≥180/≥110 mmHg.
Prosedur Penelitian dan Analisis Data
Kelompok perlakuan pada penelitian ini diberikan seduhan jahe merah sebanyak 100 cc yang dibuat dari 4 gram jahe merah dipotong kecil – kecil dan direbus dalam panci
berisi air mendidih sebanyak 200 cc selama ± 15 menit sambil sesekali di aduk hingga volume air menjadi 100 cc. Setelah itu dituang dalam gelas takar sebanyak 100 cc sambil disaring, kemudian diberikan kepada responden setiap pagi hari setelah makan selama 5 hari berturut-turut.
Sebelumnya sampel dijelaskan tentang prosedur dan tujuan penelitian kemudian sampel menandatangani informed consent.
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah responden sebelum dan setelah diberikan intervensi kemudian hasilnya dikumpulkan dan dicatat dalam lembar observasi. Tekhnik analisis menggunakan software IBM SPSS Statistics 19 for Windows. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50. Data dikatakan terdistribusi normal apabila hasil uji dengan Shapiro Wilk>0,05. Hasil uji normalitas data terdapat data yang terdistribusi normal ada yang terdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji wilcoxon karena data dinyatakan tidak normal. Uji wilcoxon untuk
mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan..
HASIL PENELITIAN
1. Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden di desa Ngembat Padas RT 12, Gemolong, Sragen (n=24)
Karak Teris tik
Mean Std Devi siasi
Mini mum
Maxi mum Usia 65,33 6,605 60 85
Berdasarkan tabel 1 diperoleh nilai rata-rata umur responden adalah 65,33 tahun, responden memiliki usia minimum 60 tahun dan usia maxiumum 81 tahun.
2. Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di desa Ngembat Padas RT 12, Gemolong, Sragen (n=24)
Jenis Kelamin Frekuen si
Persenta se (%) Perempuan
Laki-laki
20 4
83,3 16,7
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu dengan presentase 83,3% sebanyak 20 orang responden.
3. Tabel 3 Analisa tekanan darah sebelum intervensi pada kelompok perlakuan di desa Ngembat Padas RT 12, Gemolong, Sragen (n=24)
Karakte ristik
Mean Std Devi
siasi Mini mum
Maxi mum Sistolik
Diastolik 147,8 92,08
7,506 5,090
140 80
160 100 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan pemberian seduhan jahe merah yaitu 147,08 mmHg dan diastolik 92,08 mmHg, dengan nilai tekanan darah minimum sistolik 140 mmHg dan maximum 160 mmHg.
4. Tabel 4 Analisa tekanan darah sesudah intervensi pada kelompok perlakuan di desa Ngembat Padas RT 12, Gemolong, Sragen (n=24)
Karakte ristik
Mean Std Devi siasi
Mini mum
Maxi mum
Sistolik Diastolik
120,42 82,08
5,500 4,149
110 80
130 90
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian seduhan jahe merah pada kelompok perlakuan yaitu 120,42 mmHg dan diastolik 82,08 mmHg dengan nilai tekanan
darah minimum sistolik 110 mmHg dan maximum 130 mmHg.
5. Tabel 5 Hasil analisis perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan (n=24) Variabel Mean Selisish
Mean P value Tekanan
darah sistolik Sebelum (pre)
147,50 27,08 0,000
Sesudah (post)
120,42
Tekanan darah diastolik Sebelum (pre)
92,50 10,48 0,000
Sesudah (post)
82,08
Berdasarkan tabel 5 perubahan rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi yaitu 147,50 mmHg dan sesudah dilakukan intervensi turun 120,42 mmHg. Hasil analisa uji Wilcoxcon pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai p value
= 0,000 sehingga p value < 0,05 menunjukkan intervensi dengan seduhan jahe merah berpengaruh menurunkan tekanan darah sistolik
pada lansia. Rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi yaitu 92,50 mmHg dan setelah intervensi turun menjadi 82,08 mmHg. Hasil analisa uji Wilcoxcon pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai p value
= 0,000 sehingga p value < 0,05 menunjukkan intervensi dengan seduhan jahe merah berpengaruh menurunkan tekanan darah diastolik pada lansia.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden 1. Berdasarkan Usia
Hasil analisis didapatkan factor usia mempengaruhi faktor resiko terjadinya tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi erat kaitannya dengan usia, dengan bertambahnya usia tekanan darah akan semakin tinggi. Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya adalah terjadinya peningkatan tekanan darah (Muhammadun, 2010).
Menurut Azizah (2011), bertambahnya usia mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena jantung akan sedikit mengecil dan paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri akibat berkurangnya aktivitas dan mengalami penurunan adalah sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.
Semakin bertambahnya usia seseorang, denyut jantung maksimum dan fungsi lain dari jantung berangsur-angsur menurun.
Pada lanjut usia tekanan darah akan naik secara bertahap sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia.
2. Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah (Potter &
Perry, 2010). Sebagaimana penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013), perempuan cenderung menderita hipertensi dari pada laki-laki. Pada penelitian tersebut sebanyak 27,5%
perempuan mengalami hipertensi.
Perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopause
yaitu usia diatas 45 tahun.
Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Yudha, 2012).
Analisa tekanan darah sebelum intervensi pada kelompok perlakuan
Hipertensi sering disebut silent killer atau pembunuh diam-diam, hal ini dikarenakan hipertensi sering terjadi tanpa gejala. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Prananda, 2017). Menurut Smeltzer (2013) seseorang mengalami hipertensi dengan tekanan darah sistolik 140- 159 mmHg termasuk golongan hipertensi stadium 1. Hipertensi ringan (stadium 1) yaitu apabila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg (Triyanto, 2014).
Analisa tekanan darah sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
Hasil penelitian berdasarkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan yaitu 120,42 mmHg menunjukkan kategori pre hipertensi. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolic pada kelompok perlakuan yaitu 82,08 mmHg menunjukkan kategori pre hipertensi. Kategoriini berdasarkan pembagian hipertensi menurutJoin National Commiten on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High Pressure VII (JNT-VII) (Dharmaizer, 2012) yang membuat pembagian hipertensi kedalam empat kategori yaitu kategori normal dengan nilai sistolik<120 mmHg dan diastolik <80 mmHg,kategori pre hipertensi dengan nilai sistolik 120- 139 mmHg dan diastoliknya 80-89 mmHg,kategori hipertensi tingkat 1 dengan nilai sistolik 140-149 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg,serta kategori hipertensi tingkat 2 dengan nilai sistolik>160 dan diastolik >100 mmHg.
Hasil analisis perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
Hasil uji statistik tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian seduhan jahe merah dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian seduhan jahe merah pada kelompok perlakuan dengan nilai p value 0,000 baik pada sistolik maupun diastolik.
Berdasarkan teori dan hasil dari peneliti yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pemberian seduhan jahe merah terhadap perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Menurut Satyanand (2013) bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolic melalui pemberian 4 gram jahe sekali dalam sehari setiap pagi selama 4 minggu.
Hasil penelitianini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliantari (2014) menunjukkan bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah setelah pemberian air jahe 4 gram selama 2 minggu. Hal
tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (velicia, 2018) yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi seduhan jahe secara rutin selama 14 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di Puskesmas Batua Sulawesi Selatan yang dimana perubahan tersebut disebabkan oleh kandungan jahe yaitu Saponin berperan dalam menghibisi renin (RAA sistem) di ginjal (Chen et al, 2013).
Perubahan tekanan darah menurut (Guerrero et al, 2012) menerangkan bahwa flavanoid pada jehe mememiliki efek inhibisi terhadap aktivitas angiostensin converting enzyme (ACE) yang menyebabkan pembentukan angiotensin II dari angiotensin I berkurang sehingga terjadi vasodilatasi, kemudian penurunan curah jantung dan akhirnya tekanan darah menurun. Menurut Priyadarshini (2013) bahwa jahe dapat menghalangi kalsium yang menyebabkan kontraksi jaringan otot polos pada organ dan dinding arteri.
Hal tersebut mengurangi kontraksi
sehingga menghasilkan relaksasi otot maupun dinding arteri maka aliran darah menjadi lancar dan terjadilah penurunan tekanan darah.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian pemberian seduhan jahe merah terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di desa Ngembat Pada RT 12, Gemolong, Sragen selama 5 hari berturut-turut membuktikan bahwa pemberian seduhan jahe merah efektif dalam menurukan tekanan darah tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan peneliti selanjutnya meneliti dengan rentan waktu yang yang berbeda misalnya jumlah sampel yang lebih besar dengan rentan waktu yang berbeda sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.M (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Alamsyah, Soemardhini & Yudha (2012). Hubungan antara badan berlebihan dan kejadian
hipertensi pada pasien di Wilayah Puskesmas Mojolangu Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal Penelitian Malang. FKUB
Chen et al(2013). Protective Effect of Saponin on a Hypertension Target in Spontaneously
Hypertensive Rats.
Experimental and Terapeutic Medicine. Diakses tanggal 21 April 2019.
Dharmeizar (2012). Hipertensi Medicinus Scientifik Journal
Of Pharmaceutical
Development And Medical Apicatian. Diakses tanggal 25 Oktober 2018.
Guerrero, L, Castillo, J (2012).
Inhibition of Amgiotensin Converting Enzyme Activity by Flavanoids: Structure-Activity Relationship Studies. Plos One Journal. Diakses tanggal 20 April 2019.
Kowalski, MT & Rosdahl, C.B
(2014). Buku Ajar
Keperawatan Dasar. Edisi 10.
Vol 4. Jakarta: EGC.
Kristanti, P (2015). Effektifitas dan Efek Samping Penggunaan
Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 4 No 2.
Muhammad, P (2010). Masalah Hipertensi di Indonesia.
Jakarta
Nursalam (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry (2010). Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 2, Edisi 7.
Indonesia: Elsevier.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017). Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Tengah.
Setyanand, V, Kroshnan, T, Ramalingam, K, &
Priyadarshini, S (2013).
Blockade of Voltage Dependent Calcium Channels Lower The High Blood Pressure Through Ginger. International Journal of Analytical, Pharmaceutical and Biomedical Sciences, 64- 66. Diakses tanggal 21 April 2019.
Sugiyono (2017). Metodelogi Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Smeltzer, S.C (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 12. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Susilo, Y & Wulandari (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.
Jogjakarta: Andi.
Tilong, A.D (2012).Pantangan &
Anjuran Beragam Penyakit KAKAP. Jogjakarta: Laksana Udjianti, W. J. (2011).
Keperawatan Kardiovaskuler.
Jakarta: Pt, Gramedia.
Trihono (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Diakses tanggal 21 Oktober 2018.
http://www.depkes.go.id/resour ces/download/general/Hasil%2 0Riskesdas%202013.pdf.
Triyanto, E (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogjakarta: Graha Ilmu.
Velicia, M (2018). Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Batua. Pubmed. Diakses tanggal 21 April 2019.
Wahyuni & Eksaniti (2013).
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Jagalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sawit Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 1 (1) : 79-85
World Health Organization (WHO) (2018). Health topics:
Hypertension. Diakses tanggal 9 November 2018.
Available
at:http://www.who.int/topics/h ypertension/en/.