Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
29
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1
Pembuatan Firmware Modifikasi dengan Menggunakan OpenWRT Buildroot.Pengujian pembuatan firmware modifikasi dengan menggunakan OpenWRT Buildroot dimulai dengan menginstal buildsystem yang diperuntukan untuk distribusi Linux. OpenWRT Buildroot dapat bekerja pada sistem operasi seperti Linux, BSD atau MacOSX. Pada pengujian ini buildroot diinstal pada laptop dengan sistem operasi Ubuntu 12.04 sebagai host.
Untuk pembuatan firmware modifikasi OpenWRT, main developer dari OpenWRT menyarankan sekitar 6.5 GB dari ruang storage pada laptop yang bertindak sebagai host untuk proses compile. Ruang penyimpanan storage sebesar 6.5 GB diperuntukan sebagai berikut, 350 MB sebagai instalasi dari OpenWRT beserta feeds OpenWRT, 2.1 GB untuk ruang penyimpanan source package yang diunduh pada saat proses compile, 3 sampai 4 GB untuk proses compile OpenWRT dan pembuatan firmware modifikasi.
Prosedur pembuatan firmware modifikasi pada OpenWRT Buildroot dimulai dengan penginstalan OpenWRT yang dilakukan pada Command Line Interface yang dimiliki oleh Ubuntu 12.04LTS, semua proses penginstallan harus dilakukan dengan menggunakan non-root user dimana semua command dijalankan pada directory buildsystem yang dalam pengujian ini adalah ~/openwrt, dan setiap directory yang mengarah kepada
~/openwrt tidak diperbolehkan adanya spasi. Setelah semua prosedur diatas telah dilakukan pengujian dilanjutkan dengan penginstallan paket git dan svn yang diperuntukan untuk mengunduh source code, dan beberapa paket
30
pendukung untuk Ubuntu12.04LTS. Penginstalan paket-paket seperti git, svn dan paket-paket pendukungnya dilakukan menggunakan perintah
“sudo apt-get update” dilanjutkan dengan “sudo apt-get install git-core build-essential”, dan “sudo apt-get install subversion” dan “sudo apt-get install libncurses5-dev zlib1g-dev gawk flex quilt libssl-dev xsltproc libxml-parser-perl mercurial bzr ecj cvs unzip”.
Setelah paket-paket pendukung tersebut berhasil di-install pada laptop host, tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah mengunduh folder pengembangan utama dari OpenWRT Buildroot dengan perintah “git clone git://git.openwrt.org/openwrt.git”, dengan perintah tersebut akan dibuat directory openwrt pada laptop host yang bertindak sebagai OpenWRT Buildroot build-directory. Pada saat pembuatan firmware modifikasi diperlukan berbagai paket yang nantinya akan ditanam untuk menjadikan satu paket firmware modifikasi yang utuh. Langkah- langkah yang diperlukan untuk mengunduh paket-paket tersebut kedalam build-directory OpenWRT Buildroot adalah sebagai berikut, pertama-tama user harus masuk kedalam directory OpenWRT Buildroot dengan mengetikan “cd openwrt”, yang dilanjutkan dengan mengetikan
“./scripts/feeds update -a” untuk melakukan update paket-paket yang tersedia pada source OpenWRT. Setelah paket-paket berhasil melakukan update, hal terakhir yang diperlukan untuk menginstal paket tersebut kedalam build-directory openwrt adalah dengan mengetikan
“./scripts/feeds install -a”.
Apabila semua prosedur yang disebutkan telah berhasil dilakukan maka user dapat memulai membuat firmware modifikasi dengan paket- paket kustomisasi yang ingin ditanamkan. Untuk memulai pembuatan firmware modifikasi user diharuskan untuk membuat konfigurasi yang nantinya akan dijalankan oleh OpenWRT Buildroot, pembuatan konfigurasi
31
ini dipermudah dengan adanya OpenWRT Buildroot configuration interface . Untuk mengakses OpenWRT Buildroot configuration interface ini user harus mengetikan “make menuconfig” didalam OpenWRT Buildroot build-directory yaitu ~/openwrt.
Semua pengaturan untuk membuat firmware modifikasi akan dilakukan pada menu yang keluar setelah perintah “make menuconfig” dijalankan. Pengaturan dilakukan dengan menggunakan tombol anak panah untuk navigasi menu, enter untuk masuk kedalam submenu, spasi untuk melakukan pemilihan include <Y>, exclude <N>, dan module <M>, dan esc untuk kembali ke menu utama atau keluar dari menu pengaturan.
Pengaturan untuk membuat firmware modifikasi yang dirancang untuk Wireless Router yang diujikan yaitu Wireless Router Linksys WRT160NL dilakukan dengan pemilihan sebagai berikut, “Target System (Atheros AR7xxx/AR9xxx)”, “Subtarget (generic)”,
“Target Profile (Linksys WRT160NL)”, “Target Image --->
Squashfs”, “[*] Build the OpenWRT Image Generator”. Dan untuk paket-paket yang diperlukan pada pembuatan firmware modifikasi ini adalah sebagai berikut “base-files, block-mount, busybox, dnsmasq, dropbear, e2fsprogs, firewall, fstools, hostapd-common, ip6tables, iptables, iw, jshn, jsonfilter, kernel, kmod-ath, kmod-ath9k, kmod-ath9k- common, kmod-block2mtd, kmod-cfg80211, kmod-crypto-aes, kmod-crypto-arc4, kmod-crypto-core, kmod-crypto-hash, kmod-fs-ext4, kmod-fs-ntfs, kmod-fuse, kmod-gpio- button-hotplug, kmod-ip6tables, kmod-ipt-conntrack, kmod-ipt-core, kmod-ipt-nat, kmod-ipt-nathelper, kmod- ipv6, kmod-lib-crc-ccitt, kmod-lib-crc16, kmod- mac80211, kmod-nls-base, kmod-ppp, kmod-pppoe, kmod- pppox, kmod-scsi-core, kmod-slhc, kmod-usb-core, kmod- usb-printer, kmod-usb-storage, kmod-usb-storage-extras, kmod-usb2, libblobmsg-json, libc, libcurl, libevent2,
32 libext2fs, libgcc, libip4tc, libip6tc, libiwinfo, libiwinfo-lua, libjson-, liblua, libncurses, libnl- tiny, libopenssl, libpolarssl, libpthread, librt, libubox, libubus, libubus-lua, libuci, libuci-lua, libuuid, libxtables, lua, luc,i luci-app-firewall, luci-app-p910nd, luci-app-samba, luci-app-transmission, luci-base, luci-lib-nixio, luci-mod-admin-full, luci- proto-ppp, luci-theme-irishcoffee, luci-theme- bootstrap, mtd, nano, netifd, ntfs-3g, odhcp6c, odhcpd, opkg, p910nd, ppp, ppp-mod-pppoe, procd, samba36- server, swconfig, terminfo, transmission-daemon, transmission-web, uboot-envtools, ubox, ubus, ubusd, uci, uhttpd, uhttpd-mod-ubus, wpad-mini zlib”
Setelah pemilihan pada menuconfig telah dilakukan, maka selanjutnya adalah proses compile, proses compile dilakukan dengan menggunakan perintah “make” untuk menjalankan semua proses kompilasi untuk membuat firmware modifikasi. Pada pengujian ini digunakan perintah
“make V=s 2>&1 | tee build.log | grep -i error” yang berfungsi untuk melihat error pada saat proses compile dijalankan, dan juga membuat log yang disimpan pada ~/openwrt/build.log. Setelah semua proses compile berhasil, akan dihasilkan firmware modifikasi dengan extension .bin dan paket-paket layanan modifikasi dengan extension .ipk.
File firmware modifikasi inilah yang nantinya akan digunakan untuk mengganti stock firmware yang berada pada Wireless Router. Pada pengujian ini, OpenWRT Buildroot berhasil membuat paket-paket modifikasi namun firmware modifikasi yang dibuat mengalami kegagalan dikarenakan kurangnya storage pada laptop host. Sebelum dilakukannya pembuatan firmware modifikasi, laptop host telah dialokasikan ruang storage sebesar 6.5 GB untuk buildroot OpenWRT agar firmware modifikasi dapat dibuat. Besar ruang storage yang dialokasikan ternyata tidak cukup bagi OpenWRT Buildroot untuk membat firmware modifikasi.
33
Dari pengujian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ruang storage sebesar 6.5 GB adalah ruang storage minimal yang harus disediakan oleh komputer host untuk membuat firmware modifikasi. Pengembang dianjurkan untuk mengalokasikan ruang storage sebesar 10 GB pada komputer host agar pembuatan firmware modifikasi dengan menggunakan buildroot OpenWRT dapat berjalan dengan maksimal.
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan ruang storage ini adalah dengan cara menggunakan OpenWRT Image Generator yang akan dibahas pada pembahasan berikutnya mengenai “Pembuatan Firmware Modifikasi dengan Menggunakan OpenWRT Image Generator.
4.2 Pembuatan Firmware Modifikasi dengan Menggunakan OpenWRT Image Generator.
Pada pengujian ini pembuatan firmware modifikasi dilakukan dengan menggukan OpenWRT Image Generator. OpenWRT Image Generator disediakan oleh OpenWRT sebagai alternatif untuk membuat firmware modifikasi tanpa adanya proses compile, hal ini yang menjadikan solusi dari masalah pada yang dihadapi pada pengujian sebelumnya pada OpenWRT Buildroot.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah masuk kedalam directory openwrt, dan selanjutnya mengunduh OpenWRT Image Generator build-
directory dengan mengetikan “wget
http://downloads.openwrt.org//barrier_breaker/14.07- rc3/ar71xx/generic/OpenWrt-ImageGenerator-
ar71xx_generic-for-linux-x86_64.tar.bz2”, setelah proses pengunduhan selesai, build-directory harus di-extract terlebih dulu dikarenakan masih dalam extension .tar.bz2, proses extract dilakukan dengan perintah “tar -xvjf OpenWrt-ImageGenerator- ar71xx_generic-for-linux-x86_64.tar.bz2”. Untuk dapat
34
menggunakan OpenWRT Image Generator pengujian harus dilakukan pada directory OpenWRT Image Generator yaitu dengan mengetikan “cd OpenWrt-ImageGenerator-ar71xx_generic-for-linux-x86_64”.
Tahapan selanjutnya dalam proses pembuatan firmware modifikasi menggunakan OpenWRT Image Generator adalah membuat syntax dengan ketentuan sebagai berikut “ make image PROFILE=XXX PACKAGES=”
pkg1 pkg2 pkg3 -pkg4 -pkg5 -pkg6” ” dimana PROFILE adalah spesifikasi dari target image yang akan dibuat, dan PACKAGES adalah daftar paket-paket yang akan ditanam kedalam image yang akan dibuat. Dalam pengujian ini pembuatan firmware modifikasi dengan menggunakan OpenWRT Image Generator menggunakan syntax sebagai berikut, ” make image PROFILE=WRT160NL PACKAGES="base-files block-mount busybox dnsmasq dropbear e2fsprogs firewall fstools hostapd-common ip6tables iptables iw jshn jsonfilter kernel kmod-ath kmod-ath9k kmod-ath9k-common kmod- block2mtd kmod-cfg80211 kmod-crypto-aes kmod-crypto- arc4 kmod-crypto-core kmod-crypto-hash kmod-fs-ext4 kmod-fs-ntfs kmod-fuse kmod-gpio-button-hotplug kmod- ip6tables kmod-ipt-conntrack kmod-ipt-core kmod-ipt-nat kmod-ipt-nathelper kmod-ipv6 kmod-lib-crc-ccitt kmod- lib-crc16 kmod-mac80211 kmod-nls-base kmod-ppp kmod- pppoe kmod-pppox kmod-scsi-core kmod-slhc kmod-usb-core kmod-usb-printer kmod-usb-storage kmod-usb-storage- extras kmod-usb2 libblobmsg-json libc libcurl libevent2 libext2fs libgcc libip4tc libip6tc libiwinfo libiwinfo- lua libjson-c liblua libncurses libnl-tiny libopenssl libpolarssl libpthread librt libubox libubus libubus- lua libuci libuci-lua libuuid libxtables lua luci luci- app-firewall luci-app-p910nd luci-app-samba luci-app- transmission luci-base luci-lib-nixio luci-mod-admin- full luci-proto-ppp luci-theme-irishcoffee-final luci- theme-bootstrap mtd nano netifd ntfs-3g odhcp6c odhcpd
35 opkg p910nd ppp ppp-mod-pppoe procd samba36-server swconfig terminfo transmission-daemon transmission-web uboot-envtools ubox ubus ubusd uci uhttpd uhttpd-mod- ubus wpad-mini zlib" “.
PROFILE yang digunakan adalah WRT160NL dikarenakan Wireless Router yang akan dilakukan untuk pengujian adalah Wireless Router Linksys WRT160NL, dan paket-paket yang akan ditanam adalah paket yang sama pada saat percobaan pembuatan dengan menggunakan OpenWRT Buildroot. Pada saat percobaan pembuatan paket tema modifikasi yaitu “luci-theme-irishcoffee” yang telah dibuat dengan menggunakan OpenWRT Buildroot harus dikopi terlebih dahulu kedalam build-directory dari OpenWRT Image Generator dikarenakan tidak tersedianya paket modifikasi tersebut pada directory paket OpenWRT Image Generator, dan jika hal ini tidak dilakukan maka akan terjadi error dikarenakan tidak adanya paket modifikasi “luci-theme-irishcoffee” pada saat penanaman paket-paket tersebut pada firmware modifikasi.
Setelah semua prosedur telah berhasil dijalankan maka firmware modifikasi yang telah dibuat dapat dilihat keberadaannya pada directory bin pada build-directory Image Generator. Pembuatan firmware modifikasi dengan menggunakan OpenWRT Image Generator menghasilkan 2 file yang dapat digunakan untuk menggantikan stock firmware dari Wireless Router WRT160NL yaitu “openwrt-ar71xx-generic-wrt160nl-squashfs- factory.bin” yang berfungsi sebagai firmware modifikasi untuk mengganti firmware Wireless Router langsung dari stock firmware, dan
“openwrt-ar71xx-generic-wrt160nl-squashfs-
sysupgrade.bin” untuk mengganti firmware OpenWRT yang lama dengan yang baru apabila sebelumnya Wireless Router telah memakai firmware OpenWRT.
36
Pengujian untuk melihat kinerja dari firmware modifikasi yang telah dibuat oleh OpenWRT Image Generator ini akan dibahas pada pembahasan tentang “Pengujian Penanaman Firmware Modifikasi Kedalam Wireless Router Linksys WRT160NL”
4.3
Pengujian Penanaman Firmware Modfikasi Kedalam Wireless Router Linksys WRT160NL.Pengujian ini dilakukan dengan cara menanamkan firmware modifikasi yang telah dibuat kedalam Wireless Router Linksys WRT160NL.
Firmware modifikasi yang dibuat baik dengan menggunakan aplikasi OpenWRT Buildroot maupun aplikasi OpenWRT Image Generator akan menghasilkan dua file firmware modifikasi dengan nama “openwrt- ar71xx-generic-wrt160nl-squashfs-factory.bin” dan
“openwrt-ar71xx-generic-wrt160nl-squashfs-sysupgrade”.
Kedua firmware modifikasi yang dibuat oleh aplikasi OpenWRT Buildroot atau aplikasi OpenWRT Image Generator, memiliki cara penanaman yang berbeda pada Wireless Router. Penanaman file
“squashfs-factory” dikhususkan hanya kepada Wireless Router yang sebelumnya telah tertanam stock firmware yang telah ditanam oleh vendor pembuat Wireless Router. Sedangkan penanaman firmware modifikasi
“squashfs-sysupgrade” dikhususkan hanya kepada Wireless Router yang sebelumnya telah tertanam firmware OpenWRT, penggunaan firmware modifikasi “squashfs-sysupgrade“ dapat diperuntukan untuk semua Wireless Router yang telah tertanam stock firmware OpenWRT, baik yang sudah dikostumisasi oleh pengguna maupun yang belum dikostumisasi dan hanya memiliki fitur-fitur standart yang dimiliki Wireless Router kebanyakan.
37
Pada pengujian penanaman firmware modifikasi “squashfs- factory”, pada mulanya Wireless Router yang diujikan ditanam stock firmware terlebih dahulu, setelah itu proses penanaman firmware modifikasi “squashfs-factory” dilakukan dengan menggunakan aplikasi linksys-tftp. Aplikasi linksys-tftp akan meminta pengisian data yaitu IP Address dan password dari Wireless Router. Setelah semua data yang diminta sudah diketikan, maka selanjutnya aplikasi linksys-tftp akan meminta path dari firmware modifikasi yang akan ditanam untuk menggantikan firmware yang lama. Pada proses ini path dari firmware modifikasi “squashfs-factory” harus dipilih.
.
Gambar 4-1 linksys-tftp
Setelah semua prosedur yang diatas telah dipenuhi maka proses penanaman dapat dilakukan. Proses penanaman dilakukan dengan cara mematikan Wireless Router terlebih dahulu. Setelah itu command prompt dibuka untuk melihat ping pertama pada saat Wireless Router dinyalakan.
Setelah Wireless Router dinyalakan dan komputer host mendapat ping pertama dari Wireless Router, tombol upgrade harus segera ditekan. Apabila
38
berhasil maka akan muncul loading bar yang memperlihatkan bahwa proses penanaman firmware modifikasi sedang dilakukan.
Wireless Router secara otomatis akan melakukan proses reboot pada saat proses penanaman firmware modifikasi telah selesai dilakukan. Pada pengujian penanaman firmware modifikasi “squashfs-factory” ini, aplikasi linksys-tftp memberikan pemberitahuan bahwa proses penanaman berhasil dilakukan dan Wireless Router pun segera melakukan proses reboot, namun pada saat pengecekan koneksi dari komputer host kepada Wireless Router, komputer tidak mendapatkan balasan ping dari Wireless Router. Dengan kondisi ini pengujian dapat disimpulkan bahwa Wireless Router mengalami bricked dan tidak bisa menerima firmware modifikasi
“squashfs-factory”
Pengujian selanjutnya adalah menamankan firmware modifikasi
“squashfs-sysupgrade” kedalam Wireless Router. Pengujian diawali dengan menanamkan stock firmware OpenWRT, firmware stock OpenWRT adalah firmware yang dibuat oleh main developer dari OpenWRT, firmware ini hanya memiliki fitur-fitur standart yang ditujukan bagi pengguna yang ingin memodifikasi firmware OpenWRT dari dalam. Prosedur penanaman firmware modifikasi “squashfs-sysupgrade” sama dengan prosedur yang dilakukan pada firmware modifikasi “squashfs-factory”yaitu dengan menggunakan aplikasi linksys-tftp sebagai media untuk menanamkan firmware kedalam Wireless Router. Pada pengujian ini, aplikasi linksys-tftp memberikan pemberitahuan bahwa proses penanaman berhasil dilakukan dan Wireless Router segera melakukan proses reboot, pada saat pengecekan koneksi dari komputer host kepada Wireless Router dilakukan, koneksi dapat dilakukan dan berjalan dengan baik, komputer host berhasil mendapatkan ping dari Wireless Router, dan pada saat pengecekan kinerja firmware modifikasi dilakukan dengan cara menggunakan web browser untuk membuka GUI yang dimiliki oleh firmware modifikasi
39
“squashfs-upgrade”, muncul tampilan untuk memasukan Username dan Password.
Setelah Username dan Password dari Wireless Router telah dimasukan, firmware modifikasi “squashfs-upgrade” telah berhasil untuk menggantikan stock firmware OpenWRT. Paket-paket seperti Samba Server, Printer Server, BitTorrent Client, dan tema modifikasi pun telah berada pada menu firmware modifikasi, tanpa perlu mengunduhnya dari Internet seperti yang harus dilakukan oleh stock firmware OpenWRT.
4.4
Pengujian Konsumsi Memory untuk Setiap Layanan Modifikasi.Pengujian ini dilakukan dengan mengambil data free memory pada saat Wireless Router menjalankan layanan-layanan secara satu per satu.
Pada saat layanan dijalankan free memory pada Wireless Router akan dicatat sebanyak 60 record, dengan selang waktu setiap lima detik. Berikut ini adalah tabel hasil dari rata-rata pengujian free memory pada Wireless Router.
Tabel 4-1 Jumlah Free Memory Setiap Layanan
Jumlah Rata-Rata Free Memory (dalam KB) Awal Samba Server Samba server,
Torrent Client
Samba Server, Printer Server, Torrent Client
5479.733 3396.667 2612.233 2523.4
Data pada tabel 4-1 merupakan hasil dari rata-rata free memory pada saat Wireless Router menjalankan layanan-layanan modifikasi. Data lengkap pengujian free memory Wireless Router dapat dilihat pada Lampiran C.
40
Pengujian jumlah free memory pada Wireless Router diawali dengan mengambil data pada saat Wireless Router belum menjalankan layanan- layanan yang telah tertanam pada firmware modifikasi. Setelah data awal telah dicatat maka jumlah free memory pada saat layanan-layanan mulai dijalankan dapat diambil. Dimulai dari pada saat layanan Samba Server dijalankan, lalu ditambahkan dengan layanan Printer Server, dan diakhiri dengan layanan Torrent Client.
Layanan Samba Server mencatatkan penggunaan free memory sebesar 2083.067 KB, hasil free memory ini didapat dengan mengurangi jumlah free memory awal dengan jumlah free memory pada saat layanan Samba Server dijalankan. Penambahan layanan Torrent Client mencatatkan penggunaan free memory sebesar 784.43 KB, hasil free memory ini didapat dengan mengurangi jumlah free memory pada saat layanan Samba Server sedang berjalan, dengan layanan Torrent Client. Penambahan layanan yang terakhir yaitu Printer Server mencatatkan penggunaan free memory sebesar 88.83 KB, hasil free memory ini didapat dengan mengurangi jumlah free memory pada saat layanan Samba Server dan Torrent Client sedang berjalan, dengan jumlah free memory pada saat layanan Printer Server dijalankan.
Dari proses diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan memory yang paling banyak mengkonsumsi memory adalah layanan Samba Server dengan konsumsi memory sekitar 2083.067 KB, dilanjutkan dengan Torrent Client yang mengkonsumsi memory sekitar 784.43, dan yang terakhir adalah dengan konsumsi memory Printer Server sekitar 88.83 KB.
4.5
Pengujian paket tema modifikasiBerdasarkan pengujian yang dilakukan,paket tema modifikasi yang telah ditanam bersamaan dengan firmware modifikasi dapat berjalan dengan
41
baik pada firmware modifikasi OpenWRT. Kinerja dan tampilan tema modifikasi dapat dilihat pada Gambar 4-2 sampai Gambar 4-7.
Gambar 4-2 Login Tema Modifikasi
Gambar 4-2 merupakan menu login yang disediakan bagi pengguna untuk masuk kedalam menu pengaturan Wireless Router Linksys WRT160NL. Pada menu ini pengguna diminta untuk memasukan Username dan Password agar dapat melakukan pengaturan pada Wireless Router.
42 Gambar 4-3 Menu Utama Tema Modifikasi
Gambar 4-3 merupakan menu Utama dari tema modifikasi. Pada menu ini, pengguna dapat melakukan pemilihan dan pengaturan pada layanan-layanan yang telah ditanam kedalam Wireless Router Linksys WRT160NL. Pada menu ini layanan Startup yang disediakan untuk melakukan pengaturan enable dan disable, terletak pada dropdown menu system. Pengaturan layanan-layanan seperti Samba Server, Printer Server, dan Torrent Client berada pada dropdown menu services.
Gambar 4-4 Menu Startup Tema Modifikasi
Gambar 4-4 merupakan menu startup, kegunaan dari menu startup adalah sebagai menu pengatur global, dimana semua layanan yang berada
43
pada firmware modifikasi OpenWRT dapat dihidupkan dan dimatikan melalui layanan ini. Tombol Enable dan Disable berfungsi sebagai tombol perintah untuk menghidupkan dan mematikan layanan-layanan tersebut.
Gambar 4-5 Menu Layanan Samba Server Tema Modifikasi
Gambar 4-5 merupakan menu pengaturan untuk layanan Samba Server. Menu ini adalah alternatif bagi pengguna yang ingin melakukan pengaturan layanan samba server melalui GUI. Pengaturan yang dapat dilakukan oleh pengguna adalah penentuan nama shared directory, lokasi penyimpanan shared directory, dan penentuan akses pengguna.
44 Gambar 4-6 Menu Layanan Printer Server Tema Modifikasi
Gambar 4-6 merupakan menu pengaturan untuk layanan Printer Server. Menu ini menyediakan pengaturan berupa, pengaturan mematikan dan menghidupkan layanan printer server, pengaturan path dari printing device, interface jaringan yang digunakan, dan pengaturan port yang digunakan oleh printing device.
Gambar 4-7 Menu Layanan Torrent Client Tema Modifikasi
Gambar 4-7 merupakan menu pengaturan dari layanan Torrent Client. Pada menu ini pengguna dapat melakukan pengaturan standar pada layanan Torrent Client yaitu, pengaturan untuk menghidupkan dan
45
mematikan layanan Torrent Client, pengaturan bandwidth upload dan download, dan pengaturan directory penyimpanan dari file yang akan diunduh dan diunggah.
4.6
Pengujian Throughput Samba ServerPengujian Throughput pada Samba Server dilakukan dengan menggunakan aplikasi Parkdale(Parkdale) yang digunakan sebagai media untuk melakukan pengujian read and write throughput dengan ukuran file yang bisa dimodifikasi, pengujian dilakukan dengan ukuran-ukuran file sebesar 4 MB, 8MB, 16MB, 32MB, dan 256MB. Setiap file diambil sample data sebanyak 10 kali. Pengujian dilakukan dengan menggunakan dua komputer berbeda yaitu Laptop pengujian 1 dan Laptop pengujian 2.
Berdasarkan pengujian layanan Samba Server yang dilakukan yang dilakukan pada dua komputer berbeda didapatkan hasil read and write throughput yang dapat dilihat pada tabel 4-2, 4-3, 4-4, dan 4-5.
Tabel 4-2 Read Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 1
Pengujian ke
Read Throughput in KB/S (size file)
4MB 8MB 16MB 32MB 256MB
1 917 1902 1882 1943 1872
2 825 1966 1804 1789 1879
3 886 1875 1852 2022 2200
4 1661 1823 1941 1971 1954
5 1630 1557 1923 2200 1889
6 1641 1721 1849 1892 2008
7 1875 1816 1951 2100 1932
8 1790 1881 1925 1938 2100
9 1832 1902 1967 1888 2100
10 1591 1881 1849 1723 2200
46
Rata-rata 1464,8 1832,4 1894,3 1946,6 2013,4
Tabel 4-3 Write Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 1
Pengujian ke
Write Throughput in KB/S (size file)
4MB 8MB 16MB 32MB 256MB
1 2200 1842 1959 1890 1821
2 1972 1868 1937 1775 1773
3 1889 1804 1427 1392 1668
4 2100 1992 1747 1716 1675
5 2003 2100 1756 1704 1543
6 2159 1881 1795 1749 1690
7 2200 1909 1877 1699 1653
8 2200 1856 1795 1742 1485
9 2100 1620 1852 1760 1420
10 2068 1944 1823 1640 1292
Rata-rata 2089,1 1881,6 1796,8 1706,7 1602
Tabel 4-4 Read Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 2
Pengujian ke
Read Throughput in KB/S (size file)
4MB 8MB 16MB 32MB 256MB
1 1039 1445 1574 1848 2100
2 1400 1611 1795 1974 2000
3 1378 1745 1745 1575 2133
4 1289 1647 1701 2000 2098
5 1249 1548 1669 1669 2200
6 1498 1365 1643 1756 2132
7 1123 1400 1672 1601 2078
8 1141 1501 1712 1884 2048
9 1253 1341 1699 1773 2100
10 1451 1501 1680 2009 2100
47
Rata-rata 1282,1 1510,4 1689 1808,9 2098,9
Tabel 4-5 Write Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 2
Pengujian ke
Write Throughput in KB/S (size file)
4MB 8MB 16MB 32MB 256MB
1 2000 1920 1795 1537 1494
2 2100 1862 1675 1452 1145
3 2100 2000 1923 1531 1039
4 2000 1672 1693 1312 1035
5 2100 2100 1807 1475 1027
6 2100 1997 1558 1452 1410
7 2000 2043 1659 1386 1389
8 2100 1567 1704 1418 1307
9 2100 1996 1693 1562 1275
10 2000 2043 1845 1510 1189
Rata-rata 2060 1920 1735,2 1463,5 1231
Berdasarkan empat tabel pengujian diatas yang menunjukan kinerja read and write throughput dari layanan Samba Server dibuatlah grafik yang dapat dilihat pada Grafik 4-1 sampai Grafik 4-4.
48 Grafik 4-1 Read Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 1
Grafik 4-2 Write Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 1
49 Grafik 4-3 Read Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 2
Grafik 4-4 Write Throughput Samba Server pada Laptop Pengujian 2
Berdasarkan Tabel 4-2 dan Grafik 4-1 dapat dilihat read throughput dari layanan Samba Server yang didapatkan oleh Laptop pengujian 1 dengan melakukan pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap file. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebesar 1464.8 KBps untuk file berukuran 4 MB, 1832.4 KBps untuk file berukuran 8 MB, 1894.3 KBps untuk file berukuran 16 MB, 1946.6 KBps untuk file berukuran 32
50
MB, dan 2013.4 KBps untuk file berukuran 256MB.Dari tabel 4-3 dan grafik 4-2 dapat dilihat write throughput dari layanan Samba Server yang didapatkan oleh Laptop pengujian 1. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebesar 2089.1 KBps untuk file berukuran 4 MB, 1881.6 KBps untuk file berukuran 8 MB, 1796.8 KBps untuk file berukuran 16 MB, 1706.7 KBps untuk file berukuran 32 MB, dan 1602 KBps untuk file berukuran 256MB
Pada pengujian read throughput data layanan Samba Server pada Laptop pengujian 2 mengacu pada tabel 4-4 dan grafik 4-3, hasil dari pengujian yang dilakukan pada komputer didapatkan hasil sebesar 1282.1 KBps untuk file berukuran 4 MB, 1510.4 KBps untuk file berukuran 8 MB, 1689 KBps untuk file berukuran 16 MB, 1808.9 KBps untuk file berukuran 32 MB, dan 2098.9 KBps untuk file berukuran 256MB. Dari tabel 4-3 dan grafik 4-2 dapat dilihat write throughput dari layanan Samba Server yang didapatkan oleh Laptop pengujian 2. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebesar 2060 KBps untuk file berukuran 4 MB, 1920 KBps untuk file berukuran 8 MB, 1735.2 KBps untuk file berukuran 16 MB, 1463.5 KBps untuk file berukuran 32 MB, dan 1231 KBps untuk file berukuran 256MB.
Dilihat dari hasil pengujian layanan Samba Server, terdapat perbedaan throughput transfer data antara read dan write. Perbedaan terjadi dikarenakan proses pengiriman data dilakukan dengan menggunakan koneksi TCP. Koneksi TCP menggunakan “stream-oriented protocol” yang mengijinkan proses receiving untuk mendapatkan data sebagai “stream of bytes”. TCP membuat environment dimana dua proses seperti terhubung melalui “imaginary tube”.(A.Forouzan, 2007)
51 Gambar 4-8 Stream delivery
Koneksi TCP memiliki faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan throughput yang dimiliki oleh proses read and write. Flow Control dan Congestion Control adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan throughput tersebut. Pada proses Flow Control yang digunakan oleh koneksi TCP, receiver dari data yaitu Wireless Router, mengatur data yang dikirimkan oleh sender yaitu komputer host. Langkah ini dilakukan untuk mencegah receiver mendapatkan terlalu banyak data untuk diproses.
Selain dari Flow Control, koneksi TCP memiliki proses Congestion Control yang berguna untuk mengatur kemampatan yang berada pada network. Jumlah data yang dikirimkan oleh sender tidak hanya dikontrol oleh receiver dengan menggunakan Flow Control saja, namun juga ditentukan berdasarkan level dari kemampatan pada network. Congestion Control digunakan oleh koneksi TCP untuk mengatur kemampatan data yang berada pada network dan menjaga agar data yang diproses berada dibawah kapasitas maksimum dari Wireless Router.
Buffer digunakan oleh TCP sebagai penyeimbang pada proses sending dan receiving data dikarenakan proses sending dan receiving antar dua perangkat memiliki throughput yang berbeda sehingga mengakibatkan write atau read data tidak memiliki speed yang sama. Ada dua jenis buffer
52
yang digunakan pada proses sending dan receiving yaitu Sending Buffer dan Receiving Buffer yang dapat dilihat pada gambar 4-6. Buffer pada setiap perangkat tergantung dengan spesifikasi dari masing-masing perangkat, hal ini yang menyebabkan perbedaan buffer yang digunakan dapat menghasilkan perbedaan kinerja dari layanan Samba Server.
Gambar 4-9 Sending and receiving buffers
Pada pengujian pertama yang dilakukan untuk menguji read dan write throughput pada layanan Samba Server. Terjadi fenomena yang janggal dimana pada saat pengetesan read dan write throughput, speed read yang harusnya naik menjadi janggal, pada saat pengujian speed throughput dengan menggunakan file berukuran 256 MB malah terjadi penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan file 32 MB. Dan juga speed write throughput dengan menggunakan file berukuran 256 MB masih terjadi kejanggalan yaitu speed write throughput yang seharusnya terjadi penurunan dikarenakan ukuran file yang makin besar untuk tiap pengujiannya malah mendapat kenaikan signifikan pada file berukuran 256 MB.
Setelah diteliti ulang ada faktor lain yang mempengaruhi fenomena yang janggal ini, dan faktor itu adalah background process yang berada pada komputer host dan Wireless Router. Untuk mengatasi masalah tersebut maka penulis mengujikan test read dan write throughput pada komputer
53
host yang menjalankan sistem operasi Windows safe mode with networking, pada saat komputer host digunakan untuk menguji read dan write throughput tersebut. Selain itu pula, Wireless Router yang digunakan pada saat pengujian menjalankan background process dari proses Torrent Client dan Printer Server. Dengan mematikan layanan Torrent Client dan Printer Server serta menjalankan sistem operasi Windows safe mode with networking. Penulis dapat mengambil data read dan write throughput yang lebih tepat dan akurat. Hasil Pengujian dari prosedur diatas dapat dilihat pada Tabel 4-2 sampai 4-5 dan Grafik 4-1 sampai 4-4.
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebutkan sebelumnya dapat dilihat bahwa terjadi penurunan write throughput dan kenaikan read throughput data secara konstan. .Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas seperti spesifikasi dari perangkat yang digunakan, Flow Control, Congestion Control, dan buffer pada masing-masing perangkat yang digunakan.
Pada proses Write, Flow Control dan Congestion Control diatur oleh receiver yaitu Wireless Router dimana spesifikasi dari CPU dan RAM yang digunakan tidak sebanding dan lebih inferior jika dibandingkan dengan komputer host yang digunakan sebagai sender, maka dari itu proses write pada Wireless Router mengalami penurunan yang sebanding dengan besar data yang digunakan pada saat pengujian.
Sebaliknya pada proses read, proses Flow Control dan Congestion Control diatur oleh komputer host yang bertindak sebagai receiver. Dimana spesifikasi perangkat dari komputer host dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan Wireless Router. Hal ini menyebabkan proses pengolahan data yang dikirimkan oleh Wireless Router sebagai sender dapat berjalan lebih cepat dan mencatatkan hasil throughput yang mengalami kenaikan secara berkala.
54
Selain daripada faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, faktor dari Wireless Adapter atau yang biasa disebut dengan Wireless Card juga berpengaruh terhadap speed throughput yang didapatkan pada saat proses pengujian. Wireless connection speed dari laptop pengujian 1 dan laptop pengujian 2 mencatatkan speed yang berbeda, Wireless connection speed merupakan kecepatan koneksi antara Wireless card yang dimiliki oleh komputer terhadap Wireless Router. Wireless connection speed yang dimiliki oleh laptop pengujian 1 mencatatkan kecepatan sebesar 72.0 Mbps sedangkan Wireless connection speed yang dimiliki oleh laptop pengujian 2 mencatatkan kecepatan sebesar 48.0 Mbps. Dapat dilihat pada tabel dan grafik pengujian, hasil throughput yang diperoleh laptop pengujian 1, sedikit lebih baik dibandingkan dengan hasil throughput yang diperoleh oleh laptop pengujian 2. Hal ini disebabkan oleh perbedaan Wireless card yang berada pada laptop pengujian 1 dengan laptop pengujian 2.
4.7
Pengujian Penggunaan Memory Samba ServerPengujian penggunaan memory pada Samba Server dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat free memory pada saat Wireless Router menjalankan layanan Samba Server dan terhubung dengan n-user.
Proses pengamatan dan pencatatan data free memory dilakukan dengan menggunakan layanan BusyBox pada Wireless Router dan mengetikan
“free” pada CLI BusyBox.
Pada proses pengujian dilakukan, disediakan 11 laptop pengujian yang digunakan untuk menguji penggunaan memory layanan Samba Server.
Laptop pengujian secara satu persatu akan dikoneksikan kepada jaringan lokal Wireless Router, yang dimana layanan Samba Server berjalan. Setiap koneksi yang terhubung dari laptop pengujian ke layanan Samba Server yang berada pada Wireless Router, akan diambil data dari memory yang digunakan oleh layanan Samba Server terhadap Wireless Router. Kondisi
55
penambahan koneksi laptop pengujian terhadap Wireless Router akan terus dilakukan sampai Wireless Router mengalami system down, yang berakibat Wireless Router tidak dapat diakses dan harus di restart.
Berikut adalah hasil pengujian penggunaan memory yang digunakan oleh Samba Server. Hasil dari penggunaan memory yang digunakan oleh Samba Server dapat dilihat pada Tabel 4-6 dan Tabel 4-7.
Tabel 4-6 Rata-rata Free Memory Percobaan 1
Rata-rata Free Memory Wireless Router pada saat X user terhubung dengan Samba Server (dalam KB) Percobaan-1
Jumlah User Free Memory
0 3607
1 3101.8
2 2774.2
3 2356.3
4 1767.25
5 1381
6 1024.85
7 828.85
8 472.2
9 201.75
Grafik 4-5 Free Memory Samba Server Percobaan 1
56
Tabel 4-6 dan Grafik 4-5 merupakan hasil dari Pengujian pertama yang dilakukan untuk mendapatkan rata-rata free memory pada saat maksimum n-user terhubung dengan layanan Samba Server pada Wireless Router. Free memory sebesar 3607 KB didapatkan pada saat tidak ada laptop pengujian yang terhubung dengan layanan Samba Server, 3101.8 KB pada saat satu laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 2774.2 KB pada saat dua laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 2356.3 KB pada saat tiga laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 1767.25 KB pada saat empat laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 1381 KB pada saat lima laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 1024.85 KB pada saat enam laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 828.85 KB pada saat tujuh laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 472.2 KB pada saat delapan laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, dan 201.75 KB pada saat sembilan laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server.
Proses pengujian berhenti sewaktu laptop pengujian ke-10 dihubungkan dengan Wireless Router. Percobaan koneksi yang dilakukan oleh laptop pengujian ke-10 mengakibatkan Wireless Router mengalami system down yang membuat percobaan untuk mengakses web GUI dari Wireless Router tidak dapat dilakukan dan mengharuskan proses restart Wireless Router dilakukan. Dengan hasil pengujian ini, penguji dapat menarik kesimpulan bahwa Wireless Router dapat menampung sebanyak sembilan user sampai akhirnya Wireless Router mengalami system down pada penerimaan koneksi user kesepuluh.
57 Tabel 4-7 Rata-rata Free Memory Percobaan 2
Rata-rata Free Memory Wireless Router pada saat X user terhubung dengan Samba Server (dalam KB) Percobaan-2
Jumlah User Free Memory
0 3431.8
1 3025.35
2 2665.4
3 2277.5
4 1560.1
5 1175.7
6 829.05
7 616.95
8 365.35
9 111.85
Grafik 4-6 Free Memory Samba Server Percobaan 2
Tabel 4-7 dan Grafik 4-6 merupakan hasil dari Pengujian pertama yang dilakukan untuk mendapatkan rata-rata free memory pada saat maksimum n-user terhubung dengan layanan Samba Server pada Wireless Router. Free memory sebesar 3431.8 KB didapatkan pada saat tidak ada laptop pengujian yang terhubung dengan layanan Samba Server, 3025.35 KB pada saat satu laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 2665.4 KB pada saat dua laptop pengujian terhubung dengan
58
layanan Samba Server, 2277.5 KB pada saat tiga laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 1560.1 KB pada saat empat laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 1175.7 KB pada saat lima laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 829.05 KB pada saat enam laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 616.95 KB pada saat tujuh laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, 365.35 KB pada saat delapan laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server, dan 111.85 KB pada saat sembilan laptop pengujian terhubung dengan layanan Samba Server.
Proses pengujian kedua berhenti sewaktu laptop pengujian ke 10 dihubungkan dengan Wireless Router. Percobaan koneksi yang dilakukan oleh laptop pengujian ke 10 turut mengakibatkan Wireless Router mengalami system down yang membuat percobaan untuk mengakses web GUI dari Wireless Router tidak dapat dilakukan dan mengharuskan proses restart Wireless Router dilakukan, hal yang sama terjadi pada pengujian pertama.
Dengan hasil pengujian pertama dan pengujian kedua yang dilakukan pada Wireless Router Linksys WRT160NL, penguji dapat menarik kesimpulan bahwa pengujian yang dilakukan untuk layanan Samba Server pada Wireless Router Linksys WRT160NL, Wireless Router dapat menampung sebanyak sembilan user sampai akhirnya Wireless Router mengalami system down pada penerimaan koneksi user kesepuluh.
4.8 Pengujian kinerja Printer Server
Pada pengujian kinerja Layanan Printer Server, pengguna diharuskan untuk melakukan pengaturan terlebih dahulu agar penggunaan Wireless Router dapat berjalan dengan baik. Langkah-langkah pengaturan akan dijelaskan sebagai berikut,
59
1. Edit file “etc/config/p910nd”.
Gambar 4-10 Config p910nd
2. Menambahkan baris berikut kedalam “etc/config/firewall”.
Gambar 4-11 Config firewall
3. Membuat layanan Printer Server menjadi enable
Gambar 4-12 Enable Printer Server
4. Reboot Router.
Gambar 4-13 Reboot Router
5. Masuk ke Control Panel -> Devices and Printer -> add a printer, lalu pilih Add a local printer.
60
6. Pilih Create a new port dengan Type of port : “Standard TCP/IP Port”
7. Masukan IP Address dari Wireless Router .
8. Pilih Custom -> Settings pada menu “Additional port information required” lalu klik next.
9. Pilih protocol “Raw”, masukan “9100” pada Port Number, lalu klik OK.
10. Pilih Printer Driver sesuai dengan printer yang akan dijadikan Printer Server, lalu klik next.
11. Pada profil printer sharing pilih “Share this printer so that others on your network can find and use it”, masukan profil dari Printer Server, lalu klik next.
12. Untuk mengecek apakah printer dapat berjalan dengan baik pengguna dapat melakukan “print a test page” pada printer.
Pada saat pengujian dilakukan, printer yang telah terhubung ke Wireless Router melalui USB port dapat menjalankan proses print dengan baik untuk melayani permintaan dari client. Dan pada saat printer mendapat permintaan dari satu client atau lebih, maka secara otomatis printer akan memberikan halt untuk permintaan client yang terakhir datang untuk dapat menjalankan permintaan dari client yang terlebih dahulu meminta request print pada printer, dan setelah semua pekerjaan yang dibebankan oleh client pertama telah selesai, printer akan dengan segera mengerjakan permintaan dari client berikutnya.
4.9 Pengujian kinerja BitTorrent Client
Pengujian kinerja BitTorrent Client diawali dengan melakukan pengaturan awal agar layanan Torrent Client dapat berjalan dengan baik.
61
Pengaturan layanan Torrent Client diawali dengan mengatur file yang berada pada folder “/etc/config/transmission” untuk mengedit file konfigurasi Torrent Client yaitu transmission, pengguna dapat menggunakan perintah “nano /etc/config/transmission”. File konfigurasi transmission dapat dilihat pada lampiran.
Setelah pengaturan awal telah dilakukan maka prosedur selanjutnya adalah menambahkan beberapa baris konfigurasi kedalam file yang berada pada folder “/etc/config/firewall”. Baris konfigurasi yang harus ditambahkan dapat dilihat pada Gambar 4-11.
Gambar 4-11 Konfigurasi firewall
Penambahan konfigurasi yang dilakukan pada file konfigurasi firewall ini bertujuan untuk membuka port 51413, port 51413 adalah peer port yang digunakan oleh layanan Torrent Client sebagai port untuk berkomunikasi dengan peer lain yang berada pada jaringan Internet. Setelah semua prosedur yang disebutkan telah dilakukan maka proses penggunduhan file dengan menggunakan koneksi peer to peer dapat dilakukan.
Pengaksesan layanan Torrent Client dapat dilakukan dengan menggunakan web browser dengan cara mengetikan IP Address dari Wireless Router dan ditambahkan :9091 yang adalah port yang didedikasikan untuk mengakses Web GUI yang disediakan oleh layanan
62
Torrent Client, berikut ini adalah contoh untuk mengakses Web GUI Torrent Client “192.168.*.*:9091”, tanda bintang harus diganti dengan IP Address dari Wireless Router. Tampilan dari Web GUI Torrent Client dapat dilihat pada gambar.
Gambar 4-12 Tampilan Web GUI Torrent Client
4.10 Pengujian Kinerja Wireless Router saat Layanan-layanan Dijalankan Secara Bersamaan
Pengujian kinerja Wireless Router saat semua layanan dijalankan bersamaan dilakukan dengan cara memberikan task untuk setiap layanan, seperti mengkopi data dari komputer host sebesar 256MB pada layanan Samba Server, melakukan print dengan menggunakan Printer Server, dan mengunduh file dengan menggunakan Torrent Client. Setiap percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk mencari hasil rata-rata dari resource memory yang digunakan pada saat layanan dijalankan secara bersamaan.
Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4-8.
Tabel 4-8 Resource Memory
Percobaan ke Hasil Pengujian (dalam KB)
1 2103
2 1975
3 2078
4 1993
5 2125
6 2099
63
7 1910
8 2134
9 2110
10 2038
Rata - rata 2056,5
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada Wireless Router Linksys WRT-160NL, layanan-layanan yang terdapat pada firmware modifikasi seperti Samba Server, Printer Server, Torrent Client, dan Tema modifikasi dapat berjalan dengan baik. Tugas-tugas seperti pengaksesan Internet, printing melalui Printer Server, pengunduhan file secara peer to peer dengan Torrent Client, dan file media sharing dapat dilakukan secara bersamaan. Rata-rata penggunaan memory pada saat semua layanan berjalan bersamaan adalah sebesar 2056.5KB.
4.11 Penanganan Wireless Router saat Terjadi Bricked
Pada pengujian ini Wireless Router terdapat dua kondisi dimana Wireless Router mengalami bricked, yang pertama adalah Wireless Router masih dapat di ping oleh laptop host, dan yang kedua Wireless Router tidak dapat di ping oleh host. Pada pembahasan ini akan dilakukan proses debrick yang akan mengembalikan status Wireless Router untuk dapat kembali bekerja melayani pengguna.
Pada kedua pengujian ini baik pada saat Wireless Router masih bisa di ping maupun tidak ada hal yang perlu diperhatikan yaitu pada saat first login dari penggunaan firmware OpenWRT, Wireless Router harus terlebih dahulu diset password dengan cara sebagai berikut
1. Login kedalam Wireless Router via Telnet dengan IP 192.168.1.1 2. Mengetikan “passwd” untuk mengatur password agar dapat
mengakses Wireless Router
64
3. Setelah password telah diatur maka fitur Telnet dari Wireless Router tidak bisa lagi diakses, sebagai gantinya pengguna dapat menggunkan Secure Shell (SSH) untuk mengakses Wireless Router.
Dengan ini Wireless Router telah mendapatkan password dan apabila terjadi bricked Wireless Router dapat diakses untuk segera diperbaiki.
Pengujian pertama, dilakukan dengan kondisi Wireless Router masih dapat di ping penguji akan melakukan proses debrick Wireless Router dengan langkah langkah sebagai berikut
1. Buka command prompt untuk mengetes apakanh Wireless Router masih bisa di ping.
2. Siapkan file stock firmware yang diunduh dari vendor yang memproduksi Wireless Router, dan ubah nama file menjadi
“stockfirmware.bin“ untuk mempermudah proses debrick
3. Buka aplikasi Linksys-tftp lalu masukan IP Address dan password dari Wireless Router, lalu pilih file stockfirmware.bin yang sebelumnya telah diunduh. Jangan menekan tombol upgrade sebelum Wireless Router di restart
4. Restart Wireless Router dengan cara mematikan lalu menghidupkan kembali Wireless Router dan buka kembali window Command Prompt untuk melihat ping pertama dari host ke Wireless Router
5. Saat Wireless Router sudah mendapat ping pertama, tekan tombol upgrade untuk memasukan stock firmware yang diberi nama
“stockfirmware.bin“ kedalam Wireless Router.
6. Tunggu beberapa saat sampai proses penanaman stock firmware selesai, setelah itu Wireless Router sudah kembali dapat diakses melalui Web GUI yang dimiliki oleh stock firmware.
65
Pengujian kedua, dilakukan dengan kondisi Wireliess Router tidak dapat di ping, penguji akan melakukan proses debrick dengan langkah langkah sebagai berikut
1. Hidupkan Wireless Router lalu tekan dan tahan tombol reset yang terdapat pada Wireless Router sampai lampu sys berkedip dengan cepat yang menandakan bahwa Wireless Router telah masuk kedalam mode failsafe mode.
2. Siapkan aplikasi PuTTy dan gunakan Telnet untuk masuk kedalam BusyBox dari OpenWRT
3. Ketik perintah “mount_root” untuk menjalankan menjalanan read- write mode
4. Ketik perintah “passwd” untuk mengganti password dari Wireless Router
5. Ketik perintah “firstboot && reboot” untuk mengembalikan Wireless Router kepada Factory Default dari firmware yang digunakan sebelum terjadinya bricked.
6. Setelah Wireless Router telah melakukan reboot, pengguna tidak bisa lagi masuk melalui Telnet, dan hanya bisa masuk melalui SSH.
Apabila setelah menjalankan prosedur yang disebutkan pada poin-poin sebelumnya Wireless Router masih belum bisa diakses maka proses debrick berlanjut pada poin tujuh.
7. Install aplikasi XAMPP pada komputer host dan masukan
“stockfirmware.bin” kedalam directory htdocs milik XAMPP 8. Lakukan kembali poin satu sampai tiga, kemudian masuk kedalam
directory tmp dengan mengetikan “cd /tmp”
66
9. Copy stockfirmware.bin yang berada pada komputer host dengan mengetik “wget http://192.168.x.x/stockfirmware.bin” dimana IP Address yang digunakan adalah IP Address dari komputer host.
10. Lakukan flash stock firmware dengan mengetikan “mtd –r write /tmp/stockfirmware.bin firmware”
11. Tunggu beberapa saat sampai proses penanaman stock firmware selesai, setelah itu Wireless Router sudah kembali dapat diakses melalui Web GUI yang dimiliki oleh stock firmware.