• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kakawin Sumanasantaka Pupuh LXIII – CX : studi tentang metrum dan makna Swayambara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kakawin Sumanasantaka Pupuh LXIII – CX : studi tentang metrum dan makna Swayambara."

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

(penelitian ini bertujuan memahami

Bagian Swayambara Kakawin

Suma-nasantaka (BSKS)

dalam rangka keseluruhan

Kakawin Sumanasantaka)

Pema-haman ini mencakup pemaPema-haman tentang bentuk formal, terutama dalam hal

pemakaian metrum, dalam kaitannya dengan peristiwa yang digambarkan dan

kaidah estetilmya. Pembahasan terhadap

BSKS

diawali dengan uraian singkat

ten-tang seluk-beluk

Kakawin Sumanasantaka

baik sebagai genre sastra yang berdiri

sendiri maupun dalam kaitannya dengan

Mahakavya Raghuvamta.

(Kakawin Sumanasantaka

memuat pokok cerita yang sama tentang

kehidup-an Indumati dkehidup-an Aja dengkehidup-an

Mahlik avya Raghuvanzsa ildhyaya

V

sloka

36 sampai

dengan

adhyaya

VIII

Poka

95) Dalam

Kakawin Sumanasantaka

ada tambahan

cerita antara lain

( air

'pujaan pembukaan' dan epilog. Meskipun memuat pokok

cerita yang

sama,CKakawin Sumanasantaka

merupakan karya sastra yang sungguh

bemafas Jawa bahkan dapat dipakai sebagai cumber informasi sejarah kebudayaan

Jawa Kunai Nafas Jawa itu tampak antara lain pada deskripsi kediaman raja,

peredaran musim, dan upacara pemikahan. Di samping itu, nafas Jawa tampak

pula pada pemakaian metrum-metrum ciptaan pujangga (kawi) Jawa Kuna.

Dalam penelitian ini

BSKS

dipandang sebagai satu sistem yang berstruktur

tanpa mengabaikan episode lain dalam

Kakawin Sumanasataka

sejauh episode lain

itu mendukung pemahaman atas

BSKS.

(Dalam penelitian tentang metrum, ditemukan bahwa

BSKS

banyak

meng-gunakan metrum Jawa Kuna, dengan mengikuti kaidah persajakan yang berlaku

bagi

kavya India

Untuk memenuhi kaidah metris tampak pada pemendekan dan

pemanjangan vokal, pemakaian sinonim, dan pemakaian

samdhi.

Dalam hal

pemakaian metrum terlihat pemakaian metrum yang sistematis. Untuk

menggam-barkan setiap subepisode yang terdapat dalam

BSKS,

dipakai dua metrum dengan

susunan berselang-seling, dan satu di antara dua metrum lebih dominan dari yang

lain. Dominasi metrum itu tidak hanya berkaitan dengan jumlah bait dan bans

tetapi berkaitan pula dengan peristiwa yang digambarkan. CMetrum

Jagaddhita

dominan dalam

BSKS.

Metrum ini dipakai dalam 17 pupuh yang mencakup 74

bait. Dan segi peristiwa yang digambarkan, metrum

Jagaddhita

banyak

meng-ungkapkan keindahan serta kenikmatan dunia, dan inilah yang menjadi tema

BSKS.)

Dalam uraian tentang makna

swayambara, BSKS

dibagi menjadi sepuluh

subepisode berdasarkan pengisahan para pelamar. Dalam tujuh subepisode yang

menguraikan para raja pelamar, dijumpai delapan hal yang mirip) yaitu: 1) "Per-

ix

(2)

jalanan keliling" Indumati; 2) Rayuan para raja pelamar; 3) Harapan para raja

pelamar; 4) Ungkapan kelebihan diri sendiri para raja pelamar ; 5) Angan-angan

para raja pelamar; 6) Pujian Sunanda; 7) Sikap Indumati; dan 8) Sikap para raja

pelamar. (Delapan hal itu masing-masing mengarah pada

Irngeirarasa.

Dengan

demikian,

frngeirarasa

adalah

rasa

atau suasana jiwa yang membangkitkan

kein-dahan dalam

BSKS.

Estetika

BSKS

berkaitan erat pula dengan

yoga.

Indumati

adalah tokoh sentral, maka dalam dirinyalah sang kawi mencurahkan pemahaman

estetisnya dalam rangka

yogi)

Indumati adalah manusia yang teguh dalam

pili-hannya. Keteguhannya ini tidak lepas dari kelahirannya yang terdahulu sebagai

Harini. Dalam diri Indumati masih melekat sosok Harini, bidadari yang

wag&

'pandai' dan

wicakma

'bijaksana', yang telah mencapai

astaguna

'delapan sifat

adikodrati dari

yogi.

Dengan

swayambara

'pemilihan seorang suami yang

dilaku-kan oleh seorang putri raja di antara para pelamar', Harini dalam penjelmaan

sebagai Indumati bertemu kembali dengan suaminya dalam penjelmaan sebagai

Aja. Dalam rangka pertemuan itu, is diuji dalam hal keteguhan sebagai seseorang

yang telah mencapai

astaguna.

Di sinilah letak

dharma

Harini yang membuat dia

terlepas dari kutukan Tfnawindu.

(3)

ABSTRACT

This study aimed to comprehend

Bagian Swayambara Kakawin

Suma-nasdntaka (BSKS) in

the entire frame of

Kakawin Sumanasdntaka.

That compre-hension encompasses the formal form, especially in the meters application, and in its connection with the events being described; as well as the principles of aesthetics. This study on

BSKS

was preceded by a brief analysis of

Kakawin Surnanasdntaka

either as a genre of literature that stands by itself or in its connection with

Mandkavya Raghuvams'a.

Kakawin SumanasJntaka

included the same topics about the lifes of Indu-mati and Aja as

Mandeavya Raghuvarys'a ddhyaya

V

sloka

36 up to

eldhyliya

VIII

sloka

95. It was found out that in the

Kakawin Sumanasantaka,

there were addi-tional naratives. Those were, among others

asir

'introductory worship' and epilogue.

Kakawin Sumanasiintaka

was indeed a Javanese literary work. In fact, it can be used as an information source of history of Old Javanese culture. The Javanese atmosphere emerged in the description of royal residence, the seasons cycle, as well as the wedding ceremony. In addition, the Javanese atmosphere also appeared in the use of meters created by Old Javanese poets.

In this study ,

BSKS

was viewed as a structure system without disregarding other episodes in

Kakawin Sumanasdntaka as far as

they supported the comprehension of

BSKS.

In the analysis of the meters, it was found that

BSKS

used a great number of Old Javanese poetry, by following the principles of poetry which prevailed in India

kavya.

In order to meet the principle of meter, there were of shortening and lengthening of vowel, the use of synonym, and the use of

samdhi.

Moreover,

BSKS

used systematic meters. In describing each subepisode in

BSKS,

two meters were used alternatingly, and one of the two meters was more dominant than the other. The domination of the meter was not only connected to the number of stanza an line, but also connected to the events being described.

Jagaddhita

was a domi-nant meter in

BSKS.

This meter used in 17 cantos that embraced 74 stanzas. In the events described,

Jagaddhita

frequently revealed the beauty and the pleasure of the world, and it was the theme of

BSKS.

In the analysis of the meaning of

swayambara, BSKS

was devided into ten subepisodes based on the suitors narration. The narration of the royal suitors. In the seven subepisodes which described the royal suitors there were eight similari-ties, i.e.: 1) "The circumambulation" of Indumati; 2) Royal suitors flattery; 3) Royal suitors expectancy; 4) The expression of the royal suitors superiorities;

xi

(4)

5) The desire of royal suitors; 6) Sunanda's praise; 7) Indumati's attitude; and 8) The attitude of royal suitors. Each of the eight similarities above aimed to

;pail"- rarasa.

Thus,

trzglararasa

is

rasa

or mood that raised the aesthetics in

BSKS.

The aesthetics of

BSKS

was closely related to

yoga.

Indumati was the central character, so it was in her that the poet poured his aesthetics view in the frame of

yoga.

Indumati was firm in

her dicision. This tough and firm character traits can not be separated from her earlier birth as Harini. Harini's soul still lived in Indumati. Harini was a

wagd

'intelligent' and

wicaksana

'wise' goddes who had reached

astaguna

'the eight preternatural qualities of

yogi' .

In

swayambara

'the election of a husband by a princess at a public assembly of suitors', Harini, in her incarnation as Indumati, met her husband again in his incarnation as Aja. In this meeting, her firmnes was tested as one who had reached

astaguna.

This was Harini's

dharma

that released her from the curse of Tmawindu.
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)
(178)
(179)
(180)
(181)
(182)
(183)
(184)
(185)
(186)
(187)
(188)
(189)
(190)
(191)
(192)
(193)
(194)
(195)
(196)
(197)
(198)
(199)
(200)

Referensi

Dokumen terkait

Pengenalan Khalayak yang dilakukan oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana dan Nasional Provinsi Jawa Barat dalam Mempersuasi Suami Di Kabupaten Bekasi Untuk

Seluruh Dosen Fiskom yang selama ini banyak memberikan pengetahuan dan pembelajaran bagi penulis, dari awal penulis mengikuti proses perkuliahan sampai pada akhir

Kondisi yang dialami diterima dan di disyukuri sebagai jatah pemberian tuhan (takdir). Berdasarkan hasil Observasi, ditemukan bahwa sebenarnya terdapat beberapa

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa hukum jilid menurut Hasbi adalah hukum yang berlaku bagi pezina muhsan dalam Islam, sebab tidak ada ayat yang menerangkan

pembangunan sarana air bersih sangat penting bagi kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari hari, Banyak cara pendistribusian air bersih

Dari sekian banyak arca Dewi Durga yang ditemukan di Indonesia, penulis tertarik untuk meneliti arca Dewi Durga dari Candi Jawi, Jawa Timur (yang sekarang arca

Banyak rumor yang muncul belakangan bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam tidak lagi mampu memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia, untuk menciptakan lulusan yang

Pada jalur 3, aktivitas yang paling banyak ditemukan sedang dilakukan oleh lutung jawa pada pagi hari adalah makan dengan jumlah kontak sebanyak 5 kali dan berbeda dengan