• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. KURNIA HAMDANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp. KURNIA HAMDANI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA

TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp.

KURNIA HAMDANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Jenis Pemberian Makanan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp.” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Kurnia Hamdani

(4)

ABSTRAK

KURNIA HAMDANI. Pengaruh Pemberian Jenis Makanan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI

Budidaya Daphnia sp. dibedakan menjadi dua cara pemberian makanannya, yaitu secara langsung (detrital) dan tidak langsung (auto trophic system). Pemberian makan secara langsung, contohnya kotoran ayam dapat digunakan langsung sebagai makanan oleh Daphnia sp. atau sebagai pupuk yang dapat diuraikan terlebih dahulu oleh bakteri menjadi bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton (Boyd 1982). Pada penelitian Jusadi (2005) dan Firdaus (2004), pemberian makanan Daphnia sp. dengan metode secara tidak langsung, memiliki panjang umur antara 10 – 22 hari dibandingkan secara langsung yang hanya selama 7 - 12 hari yang diduga akibat dari kadar amonia yang cukup tinggi pada awal pemeliharaan yaitu berkisar 0,1 – 1,975 ppm. Pada metode pemberian makanan secara tidak langsung kualitas air wadah awal budidaya dapat diatur sesuai kualitas yang dibutuhkan dan jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah populasi, sehingga kualitas wadah budidaya dapat tetap terjaga, jadi diduga budidaya dengan metode tidak langsung akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada dengan metode secara langsung. Tujuan dari penelitian adalah melihat perbandingan antara limbah organik cair (limbah cair tahu) dengan pakan komersial (ragi dan dedak) sebagai makanan Daphnia sp., dengan metode pemberian makanan secara tidak langsung, dan melihat pengaruh yang diberikan terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp. Penelitian terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu perlakuan pemberian makanan ragi, dedak, limbah cair tahu,dan limbah cair tahu +EM4 dengan volume pemberian makanan masing-masing perlakuan 0,08ml per 8 ekor Daphnia sp. Jumlah populasi yang dihasilkan berbeda nyata (P<0,05) pada setiap perlakuan. Puncak populasi yang dihasilkan berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai tertinggi didapat pada perlakuan ragi yaitu 140 ± 4,16, dedak 44 ± 7,53 ekor, limbah cair tahu 15 ± 3,61 ekor, dan limbah cair tahu + EM4 27 ± 7,55 ekor. Puncak populasi pada perlakuan ragi terjadi pada hari ke-30, dedak pada hari ke-16, limbah cair tahu pada hari ke-18, dan limbah cair tahu +EM4 pada hari ke-10.

(5)

ABSTRACT

KURNIA HAMDANI. Differents Type of Food Affect the Population Growth of

Daphnia sp. Supervised by DEDI JUSADI and MUHAMMAD AGUS

SUPRAYUDI

The cultivation of Daphnia sp. are divided into two based of the methods on feeding, direct (detrital) and indirect (auto trophic system). The example of direct feeding is chicken manure that can be used directly as food by Daphnia sp. or as fertilizer that transformed into organic materials by decomposers which stimulate the growth of phytoplankton and zooplankton (Boyd 1982). Jusadi (2005) and Firdaus (2004) study indicates, the indirect method feeding have longevity between 10-22 days compared the direct method 7-12 days, the results suspected from ammonia levels that high enough at the beginning of culture which ranged from 0.1 to 1.975 ppm. The indirect method feeding have good water quality that can be set according to the needs at beginning of cultivation and quantity of food that can be adjusted based of the total of population, so the water quality in container can be maintained and estimated the the result of cultivation will get better than the feeding direct method. The study aimed to the comparison between organic liquid wastes (liquid wastes of soyben curd) with commercial feed (yeast and bran) as Daphnia sp. foods on indirect method feeding, and examine the influence given to the population growth of Daphnia sp. The study consisted of four treatments , feeding yeast, bran, liquid wastes of soybean curd, and liquid wastes of soybean curd plus EM4 liquid with feeding volume of each treatments were 0.08ml per 8 individuals of Daphnia sp. Total population of each treatments that produced was significantly different (P< 0.05). The peak results of each population was significantly different (P <0.05) with the highest value in the treatment of yeast are 140 ± 4.16, bran are 44 ± 7.53, liquid wastes of soyben curd are 15 ± 3.61, and liquid wastes of soyben curd + EM4 are 27 ± 7.55 tail. The population peak of yeast occurred on the 30th day , the bran on 16th, the liquid wastes of soyben curd on 18th , the liquid wastes of soyben curd + EM4 on 10th day.

Keywords: Daphnia sp., liquid wastes of soyben curd, EM4, bran, yeast, Auto Trophic System.

(6)
(7)

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN YANG BERBEDA

TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia sp.

KURNIA HAMDANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jenis Makanan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Daphnia sp.” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak dan ibu serta keluarga yang senantiasa memberi do’a, dukungan, dan kasih sayangnya.

2. Bapak Dr. Dedi Jusadi selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Muhammad Agus Suprayudi, selaku pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Alimuddin selaku penguji tamu dan mewakili Komisi Pendidikan Program Sarjana.

4. Ir. Yani Hadiroseyani selaku pembimbing akademik yang telah memberi banyak motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Rekan-rekan BDP 47 khususnya untuk Bayu Adimurangga, Alfiyansha, Bowie Anshary Delianda dan Bagus Pramudito yang telah memberikan banyak bantuan dan kerja sama.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis serta bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 METODE ... 2 Rancangan Penelitian ... 2 Biota Uji ... 3

Pemeliharaan Biota Uji ... 3

Pengamatan ... 4

Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

Hasil ... 4 Pembahasan ... 6 KESIMPULAN ... 8 DAFTAR PUSTAKA ... 8 LAMPIRAN ... 10 RIWAYAT HIDUP ... 11

(14)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan penelitian pengaruh pemberian jenis makanan berbeda terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp ... 2 2 Parameter dan metode pengukuran kualitas air selama penelitian ... 3 3 Perkembangan populasi Daphnia sp. dengan perlakuan berbeda selama 30

hari ... 5 4 Jumlah makanan yang dihabiskan sampai pada puncak populasi ... 5 5 Kualitas air media wadah pada budidaya Daphnia sp. selama 30 hari ... 6

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daphnia sp. merupakan salah satu jenis pakan alami yang dikenal sebagai

kutu air yang umumnya hidup di perairan tawar. Daphnia sp. sering digunakan sebagai sumber makanan pada kultur larva jenis ikan air tawar dan dalam industri ikan hias. Nilai nutrisi pada Daphnia sp. bergantung dari nilai nutrisi sumber makanannya (Tacon 1996). Daphnia sp. memiliki sifat non selektive filter feeder yaitu memakan partikel tersuspensi berdasarkan besar bukaan mulutnya seperti ragi, dedak, detritus, alga per-sel tunggal, bakteri dan limbah-limbah organik (Ivleva 1973). Budidaya Daphnia sp. dibedakan menjadi dua cara pemberian makanannya, yaitu secara langsung (Detrital) dan tidak langsung (Auto Trophic

System). Pemberian makanan secara langsung pada penelitian sebelumnya banyak

menggunakan pupuk organik yang berupa kotoran ayam. Kotoran ayam dapat digunakan langsung sebagai makanan oleh Daphnia sp. atau sebagai pupuk yang dapat diuraikan terlebih dahulu oleh bakteri menjadi bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton (Boyd 1982).

Plankton yang tumbuh dari proses pemupukan dapat menjadi sebagai sumber makanan Daphnia sp. Keunggulan dari proses pemupukan adalah makanan selalu dapat tersedia di dalam wadah. Namun menurut hasil penelitian Jusadi (2005) dan Firdaus (2004) dapat dilihat perlakuan yang menggunakan kotoran ayam memiliki kadar amonia yang cukup tinggi pada awal pemeliharaan yaitu berkisar 0,1 – 1,975 ppm. Kadar amonia tinggi pada awal pemeliharaan diduga mengakibatkan umur Daphnia sp. yang relatif pendek dan batas maksimum toleransi terhadap amonia lebih cepat tercapai. Berdasarkan pada hasil penelitian Jusadi (2005) dan Firdaus (2004), umur sampai puncak populasi Daphnia sp. pada pemberian makanan secara tidak langsung antara 10 – 22 hari dibandingkan secara langsung yang hanya selama 7 - 12 hari. Pada metode pemberian makanan secara tidak langsung kualitas air wadah awal budidaya dapat diatur sesuai kualitas yang dibutuhkan dan jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah populasi, sehingga kualitas wadah budidaya dapat tetap terjaga, jadi diduga pemberian makanan jenis limbah pada metode tidak langsung mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan metode secara langsung.

Pemberian makanan secara tidak langsung yaitu pemberian makanan yang berasal dari luar wadah budidaya yang dilakukan secara kontinyu, contohnya ragi, dedak, dan limbah organik. Pada penelitian yang dilakukan, Daphnia sp. diberi makanan secara tidak langsung dengan jenis makanan yang berbebeda. Jenis makanan yang digunakan pada penelitian adalah ragi roti, dedak padi halus, dan limbah cair tahu (LCT) yang diberi perlakuan. Penelitian yang dilakukan bertujuan melihat perbedaaan jumlah populasi yang dihasilkan terhadap pemberian makanan yang berupa limbah cair organik yang biasanya tidak terpakai dengan bahan makanan yang biasa dijual di pasaran, yaitu ragi dan dedak.

Namun kelemahan pada pemberian makanan secara tidak langsung dengan ragi berdasarkan penelitian Jusadi (2005) dan Firdaus (2004), maksimum jumlah puncak populasi Daphnia sp. yang dihasilkan berkisar 1327 - 1603 ekor per liter, sedangkan pada penelitian dengan metode pemberian kotoran ayam pada penelitian Kusumaryanto (1988) menghasilkan jumlah 2146 ekor per liter. Ragi merupakan

(16)

2

mikroorganisme bersel tunggal yang bernutrisi tinggi. Ragi pada bobot kering memiliki protein 42,92%, lemak 0,66%, karbohidrat 51,44%, serta kadar abu 4,98% (Chumaedi dan Djajadiredja 1982). Ragi merupakan jenis makanan yang banyak jenisnya dapat dibeli dengan mudah di toko-toko atau pasar, contohnya ragi roti dan ragi tempe. Pada penelitian Jusadi (2005) konsentrasi terbaik ragi untuk mendapatkan puncak populasi maksimum yaitu 1g per 80000 Daphnia sp. Namun pada penelitian pendahuluan jumlah makanan yang diberikan dengan konsentrasi yang sama tidak mengalami perubahan populasi dalam waktu 1 minggu, sehingga dosis yang digunakan harus lebih besar. Dedak padi merupakan hasil sampingan dari pengolahan padi yang berasal dari bagian kulit ari beras pada waktu pemutihan beras. Dedak dapat ditemukan dan dibeli ditoko-toko pakan ikan atau burung. Kandungan protein dedak berkisar 12-14%, lemak 7-9%, serat kasar 8-13% dan abu 9-12% (Murni et al. 2008). Pada beberapa pembudidaya ikan hias rumahan biasanya menggunakan rendaman dedak sebagai makanan Moina sp., sehingga diduga dedak dapat juga dijadikan makanan utama pada Daphnia sp.

Limbah cair tahu (LCT) merupakan limbah organik industri tahu yang biasanya tidak terpakai atau langsung dibuang, berasal dari sisa air susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu, sehingga masih mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Selain itu, limbah cair juga mengandung padatan terendap seperti potongan tahu yang kurang sempurna saat pemrosesan. Limbah tahu cair menurut Raharjo (1995), terdiri dari air (74%), abu (0,12%), total protein (1,80%), lemak (1,2%), serat kasar (7,4%) dan abu (0,3%). Sehingga diduga limbah cair dari industri tahu dapat digunakan sebagai makanan untuk Daphnia sp. Berdasarkan hasil pengukuran pH, limbah cair tahu memiliki pH 3 – 4 berasal dari partikel asam sisa pengolahan tahu, yang diduga dapat bersifat sebagai racun dan menimbulkan kematian pada Daphnia sp. Sehingga perlu diberi perlakuan terlebih dahulu terhadap limbah cair tahu untuk mendapatkan nilai pH yang aman digunakan sebagai makanan untuk Daphnia sp. yaitu salah satunya dengan penambahan EM4.

Lactibacillus sp. yang berada dalam EM4 selain dapat mengurai bahan organik dan

sebagai makanan Daphnia sp., juga dapat meningkatkan nilai pH limbah cair tahu. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian jenis makanan yang berbeda terhadap kelimpahan populasi Daphnia sp.

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Rancangan penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan penelitian pengaruh pemberian jenis makanan berbeda terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp.

Perlakuan Keterangan

Ragi 1g ragi langsung diencerkan dengan 150 ml akuades hangat dengan melakukan pengadukan

(17)

3

Perlakuan Keterangan

Dedak 1g dedak langsung diencerkan dengan 50 ml akuades hangat dengan melakukan pengadukan, kemudian disaring dengan saringan 1mm

Limbah cair tahu (LCT)

Limbah cair yang telah didiamkan selama 40 hari Limbah cair

tahu (LCT) + EM4

EM4 sebanyak 10 ml ditambahkan ke 90 ml akuades. Larutan yang terbentuk dimasukkan ke dalam 900 ml, kemudian campuran tersebut didiamkan selama 20 hari

Biota Uji

Daphnia sp. yang digunakan pada penelitian berasal dari petani ikan hias di

kawasan terminal bubulak 2. Sebelum digunakan untuk penelitian Daphnia sp. dikultur awal terlebih dahulu. Wadah pengkulturan awal Daphnia sp. yaitu wadah plastik transparan berukuran 38cm x 28 cm x 18cm dengan volume air yang diberikan sebanyak 6 liter. Padat tebar awal 100 ekor yang dipelihara selama dua minggu dengan pemberian makanan setiap hari menggunakan ragi pada pukul 08.00 dan 19.00 WIB.

Pemeliharaan Biota Uji

Daphnia sp. yang ditebar pada masing-masing wadah berjumlah 8 ekor

dalam wadah gelas plastik yang memiliki total volume 300ml. Sumber air yang diberikan berasal dari air mineral aqua galon 19 L. Volume air yang diberikan setiap wadah sebanyak 200 ml. Frekwensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi dan malam hari yang dilakukan pada pukul 08.00 pagi dan 19.00 malam WIB. Dosis setiap hari yang diberikan 0,08ml per 8 ekor untuk setiap perlakuan. Volume pemberian pakan disesuaikan dengan jumlah populasi Daphnia sp. yang berada di dalam wadah. Air yang berada dalam wadah diganti sebanyak 50% hanya pada waktu pembersihan sisa pakan yang berada di dasar wadah yang dilakukan setiap seminggu sekali. Parameter kualitas air yang diukur didapatkan dari wadah pemeliharaan Daphnia sp. Metode dan waktu pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Parameter dan metode pengukuran kualitas air selama penelitian

Parameter Satuan Metode/alat Waktu

Suhu °C Termometer Setiap dua hari

sekali (Jam 08.00 WIB)

pH pH meter/pH Test

kit

Setiap dua hari sekali (Jam 08.00

WIB)

DO mg/L DO meter Hari ke- 1 dan

(18)

4

Pengamatan

Pengamatan jumlah populasi Daphnia sp. pada setiap wadah ulangan dilakukan setiap dua hari sekali selama 30 hari. Perhitungan jumlah populasi pada setiap wadah ulangan dilakukan secara manual untuk setiap individunya dengan menggunakan pipet tetes, gelas plastik 50ml dan kaca pembesar. Pengamatan jumlah populasi dilakukan pagi sebelum pemberian makanan.

Analisis Data

Pengolahan data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010 dan program statistik SPSS 20 portable. Normalitas data dan homogenitas ragam diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan Levene.Perbedaan antar perlakuan diketahui melalui ANOVA dengan uji Tukey (P<0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Perkembangan Populasi

Perkembangan populasi Daphnia sp. pada media budidaya yang berbeda dengan pemberian jenis pakan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. Populasi

Daphnia sp. pada perlakuan dengan pemberian ragi mengalami pertumbuhan

hingga akhir penelitian yaitu pada hari ke-30. Pada media dengan pemberian pakan dedak halus padi pertumbuhan puncak terjadi pada hari ke-16. Sedangkan pada perlakuan LCT+EM4 dan LCT puncak terjadi pada hari ke-10 dan hari ke-18.

Gambar 1 Perkembangan populasi Daphnia sp. dengan perlakuan yang berbeda

0 20 40 60 80 100 120 140 160 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0 2 2 2 4 2 6 2 8 3 0 PO PUL A SI P ER W A DA H ( EKO R ) HARI KE-Ragi Dedak LCT LCT + EM4

(19)

5

Tabel 3 menunjukkan bahwa puncak populasi Daphnia sp. pada perlakuan pemberian makanan ragi memiliki jumlah puncak populasi paling tinggi dibandingkan dengan pemberian makanan dengan menggunakan dedak dan limbah cair tahu. Puncak populasi yang dihasilkan berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai tertinggi didapat pada perlakuan ragi yaitu 140 ± 4,16c, dedak 44 ± 7,53b ekor,

limbah cair tahu 15 ± 3,61a ekor, dan limbah cair tahu + EM4 27 ± 7,55a ekor. Tabel 3 Perkembangan populasi Daphnia sp. dengan perlakuan berbeda selama 30

hari Po p u lasi / Har i 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 R ag i 8 ± 1 ,5 3 1 6 ± 6 ,6 6 2 2 ± 4 ,3 6 2 0 ± 4 ,7 3 2 5 ± 2 ,0 8 3 0 ± 2 ,5 2 32 ± 2 ,5 2 4 5 ± 4 ,7 3 6 5 ± 1 1 ,1 4 6 8 ± 1 8 ,1 5 8 5 ± 1 0 ,4 1 9 0 ± 1 1 ,0 2 9 0 ± 1 1 ,6 8 1 0 8 ± 7 ,5 7 1 4 0 ± 4 ,1 6 c Ded ak 8 1 3 ± 0 ,5 8 1 6 ± 2 ,0 8 1 6 ± 2 ,3 1 1 7 ± 2 ,3 1 2 0 ± 1 ,5 3 2 3 ± 0 ,5 8 4 4 ± 7 ,5 3 b 3 2 ± 9 ,0 2 2 0 ± 6 ,4 3 1 7 ± 1 8 ± 1 2 ± 1 ,5 3 1 ± 1 0 L C T 8 9 ± 1 ,5 3 9 ± 1 ,7 3 9 ± 2 ,0 8 1 1 ± 4 ,0 4 1 1 ± 4 1 2 ± 4 ,3 6 1 3 ± 2 ,6 5 1 5 ± 3 ,6 1 a 1 2 ± 1 ,1 5 7 ± 3 ,2 1 7 ± 3 ,2 1 6 ± 3 ,0 6 3 ± 2 3 ± 2 ,5 2 L C T + E M4 8 1 2 ± 0 ,5 8 1 4 ± 2 ,3 1 1 6 ± 2 ,6 5 2 7 ± 7 ,5 5 a 2 1 ± 1 0 ,3 9 1 4 ± 6 ,1 1 9 ± 5 ,2 9 4 ± 4 ,0 4 3 ± 4 ,1 6 1 ± 1 ,7 3 0 0 0 0

Total Pakan Saat Puncak Populasi

Tabel 4 menunjukkan jumlah makanan yang diberikan sampai tercapainya puncak populasi pada budidaya Daphnia sp. Jumlah makanan yang terbesar yang didapatkan adalah pada perlakuan ragi dengan pertumbuhan populasi yang berlangsung selama 30 hari menghabiskan jumlah makanan 0,41±0,03 g/ekor, perlakuan dedak dengan pertumbuhan populasi selama 16 hari menghabiskan jumlah makanan 0,75±0,03 g/ekor, perlakuan limbah cair tahu dengan pertumbuhan selama 18 hari menghabiskan jumlah makanan 0,07±0,01 g/ekor, dan perlakuan limbah cair tahu + EM4 dengan pertumbuhan selama 10 hari menghabiskan jumlah makanan 0,03 g/ekor.

Tabel 4 Jumlah makanan yang dihabiskan sampai pada puncak populasi

Perlakuan Jumlah pakan (g/ekor)

Ragi 0,41±0,03

Dedak 0,75±0,03

LCT 0,07±0,01

(20)

6

Kualitas Air

Nilai kisaran parameter kualitas air yang didapatkan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 5. Suhu, DO, dan pH pada masing-masing perlakuan memiliki nilai yang relatif sama.

Tabel 5 Kualitas air media wadah pada budidaya Daphnia sp. selama 30 hari

Perlakuan Parameter Kualitas Air

pH Suhu (°C) DO (mg/L) Ragi 7-7,25 27-28 6,9-6,5 Dedak 7-7,33 27-28 6,9-6,7 LCT 7-7,28 27-28 6,9-6,8 LCT + EM4 7-7,43 27-28 6,9-6,6 Pembahasan

Media dengan pemberian jenis makanan yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan Daphnia sp. Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan pada Daphnia sp. dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase logaritmik, dan fase kematian. Fase adaptasi terjadi pada saat pertama kali

Daphnia sp. dipindahkan dari wadah budi daya ke wadah penelitian. Pada fase ini Daphnia sp. beradaptasi dari perubahan kualitas air yaitu, DO, pH, suhu, dan

ketersediaan pakan yang berada di dalam wadah. Lama fase adaptasi yang berlangsung pada masa penelitian yaitu berkisar 2 sampai 4 hari setelah penebaran. Fase logaritmik yaitu fase di mana pertumbuhan berlangsung. Pada fase logaritmik pertumbuhan terjadi sampai pada puncak populasi yaitu pemberian pakan ragi terjadi sampai hari ke-30 di mana terdapat juga fase lag selama 2 hari atau tidak terjadi perubahan populasi. Pada pemberian pakan dedak fase logaritmik terjadi dimulai dari hari ke-4 sampai hari ke-16. Pemberian LCT yang telah didiamkan selama 40 hari, fase logaritmiknya terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-18. Sedangkan LCT+EM4 fase logaritmik terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Fase kematian terjadi setelah puncak populasi. Pada penelitian yang dilakukan tidak terjadi fase stasioner yaitu jumlah populasi yang dihasilkan sama dengan jumlah kematian yang terjadi pada wadah. Berdasarkan pengamatan wadah pada fase kematian tidak terjadi lagi pertumbuhan pada Daphnia sp.

Berdasarkan Elenbaas (2016) umur Daphnia sp. dipengaruhi oleh oksigen, ketersediaan pakan dalam wadah, dan suhu. Rata-rata umur Daphnia sp. pada suhu 25°C yaitu sekitar 40 hari, dan pada suhu 20°C sekitar 56 hari. Kualitas wadah yang tidak stabil juga mempengaruhi umur dari Daphnia sp. Pada pemberian pakan menggunakan ragi umur Daphnia sp. mencapai 30 hari dan diduga belum mencapai maksimum jumlah populasi, hal tersebut terjadi diduga karena, jumlah populasi puncak sebanyak 140 ekor Daphnia sp. yang didapatkan masih dalam batas kemampuan wadah 200 ml dan kualitas air dalam wadah masih memenuhi untuk pertumbuhan. Pada penelitian Jusadi (2005) dengan pemberian ragi jumlah puncak populasi dalam wadah 1 liter sebanyak 1603 ekor. Kematian pada perlakuan dengan

(21)

7

pemberian pakan dedak, dan limbah cair tahu (LCT+EM4) diduga karena bahan beracun dalam wadah sudah melewati batas toleransi Daphnia sp. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan lendir yang berada didasar dan di kolom air wadah. Lendir yang berada dalam wadah mengakibatkan Daphnia sp. induk ataupun yang baru menetas menempel pada lendir sehingga pakan yang diberikan tidak sampai ke

Daphnia sp. akumulasi bahan beracun di dasar wadah yang mengakibatkan

kematian pada Daphnia sp. yang terjebak di dasar dan setiap Daphnia sp. yang mati akan meningkatkan racun pada wadah.

Ragi dan dedak yang dicampur ke dalam air akan menghasilkan padatan tersuspensi. Setelah ragi dan dedak diberikan ke wadah akan menyebar dikolom perairan. Partikel-partikel ragi memiliki waktu yang lebih lama mengapung di kolom perairan dibandingkan pada partikel pada dedak, berdasarkan yang terjadi dapat dilihat bahwa berat dari ragi lebih ringan dibandingkan dedak. Ukuran partikel dari ragi menurut (Sherman 2002) kisaran diameter 5 – 10 mikrometer dan secara kasa mata ukuran dari partikel ragi lebih kecil dibandingkan dengan dedak. Menurut Karim (2016) pakan yang memiliki ukuran partikel lebih kecil memiliki kecernaan bahan kering yang lebih besar dari pakan yang memiliki ukuran partikel yang besar. Sehingga ragi yang diberikan pada wadah lebih bertahan lama di kolom air dan lebih cepat dicerna dibandingkan dengan dedak.

Limbah cair tahu yang didiamkan selama 40 hari yang diberikan sebagai pakan memberikan hasil yang tidak memuaskan. Hal tersebut diduga karena hasilnya mengandung lebih banyak air dari pada padatan tersuspensi, yang dapat dilihat dari perbandingan warna dengan limbah cair yang belum diberi perlakuan dan dengan melakukan penyaringan dengan saringan 1mm, sehingga diduga

Daphnia sp. pada perlakuan tersebut mengalami kekurangan makanan dan nutrisi

atau makanan yang diberikan hanya mampu untuk bertahan hidup sampai hari ke-18, dengan kelebihan makanan yang berada di kolom perairan untuk menopang beberapa induk untuk bereproduksi. Sedangkan pada limbah cair tahu yang diberi perlakuan dengan EM4, puncak populasi terjadi paling cepat dari semua perlakuan yaitu pada hari ke-10 dan jumlah populasi pada hari ke-10 juga lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga LCT+EM4 menghasilkan jumlah makanan dan nutrisi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan Daphnia sp. namun bahan beracun yang dihasilkan juga tinggi pada hasil perlakuan, sehingga akumulasi racun yang berada pada wadah mengakibatkan kematian Daphnia sp.

Kecilnya jumlah telur yang dihasilkan setiap induk selama penelitian, diduga dimulai pada fase adaptasi yaitu ketersediaan makanan tetap pada wadah yang tidak mencukupi. Air pada wadah penelitian berasal dari Aqua galon 19 L dengan kualitas air yang ideal untuk pertumbuhan, tapi jumlah makanan alami

Daphnia sp. seperti plankton, detritus, atau bakteri hampir tidak ada. Pasokan

makanan awal hanya berasal dari pemberian makanan sesuai dengan jadwal.

Daphnia sp. diduga akan beradaptasi sesuai sediaan makanan yang ada dengan

mengurangi molting dan metabolisme yang berada di dalam tubuh. Menurut Firdaus (2004) pergantian kulit pada tahap dewasa selalu diikuti pembentukan sekelompok telur baru di ovarium. Sehingga untuk mengembalikan Daphnia sp. pada kondisi prima dibutuhkan nutrisi yang cukup. Sebagai filter feeder Daphnia sp. bersifat

(22)

8

kompetitif, sehingga terjadi kompetisi makanan yang berada di dalam wadah. Hal tersebut mengakibatkan tidak semua indukan dapat dengan cepat mengembalikan kondisinya ke semula.

KESIMPULAN

Pemeliharaan Daphnia sp. dengan pemberian makanan secara tidak langsung menunjukkan bahwa Daphnia sp. yang diberi makan dengan ragi memiliki jumlah puncak populasi yang paling tinggi dan umur hidup yang lebih panjang daripada perlakuan dengan pemberian makanan dedak dan limbah cair tahu.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam, 317 P.

Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Tepung Terigu Dalam Budidaya Daphnia sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Chumaedi dan R. Djajadiredja. 1982. Kultur Massal Daphnia sp. di Kolam dengan Pupuk Kotoran Ayam. Buletin Penelitian Perikanan Darat, Pusat Penelitian Pengembangan Perikanan. Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Bogor, 3(2): 17-20.

Elenbaas M. 2016. DAPHNIA MAGNA [Internet]. [20 Mei 2016]. Tersedia di www.animaldiversity.org

Firdaus M. 2004. Pengaruh Beberapa Cara Budidaya Terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Ivleva, T.V. 1973. Biology of Invertebrates. Departement of Zoology, De Pauw University, Grandcastle Indiana,Israel Programe For ScientificTranslation, Jerusalem, 139 P.

Jusadi, D., D. Sulasingkin dan I. Mokoginta. 2005. Pengaruh Konsentrasi Ragi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 12, (1) :17-21.

Karim AU. 2016. Evaluasi Kecernaan secara In vitro dan Kualitas Fisik Pollard, Dedak Padi, Onggok, dan Rumput laut. [Skripsi]. Departemen Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Kusumaryanto, H. 1988. Pengaruh Jumlah Inokulasi Awal terhadap Pertumbuhan

Populasi, Biomassa, dan Pembentukan Epipium Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.

Raharjo, 1995. Pemanfaatan Padatan Tersuspensi dalam Limbah Tahu untuk Pakan Ternak. Dinas Perindustrian, Ujung Pandang, Him 5-6.

(23)

9

Sherman, F. "Getting Started with Yeast". Methods Enzymology. 2002. Volume 350. p. 3-41

Tacon, A.G.C. 1996. Manual On The Production Ana Use Of Life Food Of Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper. No. 361. Rome, FAO. 1996. 295p.

Trismilah,R.D.,Estui,W., Retno, W.K, Niknik,, N. dan Sumaryanto. 2001. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Medium dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Bakteri Penghasil Enzim Protease. Prosiding Seminar Keanekaragaman Hayati dan Aplikasi Bioteknologi Pertanian. BPPT. Jakarta.

(24)

10

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis sidik ragam Analisis sidik ragam puncak populasi

(25)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi tanggal 20 Agustus 1992 dari bapak Sugiman dan ibu Sri Ambar Wati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di SD Angkasa Medan pada tahun 1998-2004, SMPN 2 Medan pada tahun 2004-2007, dan SMAN 13 Jakarta Timur pada tahun 2007-2010. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan , Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negiri (SNMPTN) pada tahun 2010. Penulis pernah mengikuti Praktik Lapangan pembenihan ikan hias di Arifin Fish Farm Bogor (2013) . Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jenis Makanan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp.”.

(26)

Gambar

Tabel 2 Parameter dan metode pengukuran kualitas air selama penelitian
Gambar 1 Perkembangan populasi Daphnia sp. dengan perlakuan yang berbeda
Tabel 3 menunjukkan bahwa puncak populasi Daphnia sp. pada perlakuan  pemberian  makanan  ragi  memiliki  jumlah  puncak  populasi  paling  tinggi  dibandingkan dengan pemberian makanan dengan menggunakan dedak dan limbah  cair  tahu
Tabel 5 Kualitas air media wadah pada budidaya Daphnia sp. selama 30 hari

Referensi

Dokumen terkait

Aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi kaitannya dengan gratifikasi, dapat disimpulkan bahwa tidak benar dalam atuan tersebut melarang memberikan hadiah

Politik luar negeri ini merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional negara tersebut dan semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada tujuan-tujuan yang telah

Setiap negara merumuskan kebijakan politik luar negeri, tetapi tidak akan mungkin mengatur dan menetapkan proses dinamika internasional sebagai akibat dari

Data hasil penilaian terhadap penggunaan produk pengembangan modul pembelajaran matematika terhadap tes kelas yang yang digunakan sebagai penelitian dengan kelas

Pada masing-masing stasiun dan di kedua lokasi penelitian diketahui bahwa konsentrasi Pb dan Zn secara umum lebih tinggi pada sedimen dibandingkan dengan air laut dan

Skripsi yang berjudul “PEROLEHAN HAK MILIK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DARI HARTA WARISAN DENGAN AKTA HIBAH WASIAT YANG DIBUAT PPAT SEMENTARA” ini secara umum bertujuan

Pada tahap penelitian kualitatif menggunakan pendekatan interpretif fenomenologi selanjutnya, pada tahap penelitian kuantiatif menggunakan alat analisis inferensial

Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi pengetahuan sains asli masyarakat dari 11 responden peracik dan penjual jamu tradisional di Kota Cilacap dan sekitarnya,