• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

1

Ni Kadek Febriyanti 2I Nyoman Adiputra 3I Wayan Gede Sutadarma

1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 2. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 3. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan IMT dan aktivitas fisik terhadap daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa. Rancangan penelitian ini study potong lintang, dilakukan Mei 2015 dengan populasi seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 107 mahasiswa dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire, pengukuran daya tahan kardiovaskular dengan Harvard Step Test. Analisis data dengan analisis bivariat menggunakan metode Chi Square Test dan uji

Spearman’s rho untuk mengetahui besar hubungan antar variabel. Analisis multivariat dengan metode regresi berganda, dengan p < 0,05 adalah bermakna. Hasil penelitian didapatkan hubungan kuat negatif yang bermakna antara IMT dengan daya tahan kardiovaskular dengan nilai r= -0,674 ; p=0,000. Didapatkan hubungan kuat positif yang bermakna antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular dengan nilai r= 0,759 ; p=0,000. Didapatkan hubungan secara bersama-sama yang bermakna antara IMT dan aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular dengan nilai F hitung = 116,259 > F tabel = 3,08. Besarnya nilai korelasi berganda antara IMT dan aktivitas fisik terhadap daya tahan kardiovaskular adalah R= 0,831 (69,1%). Jadi IMT dan aktivitas fisik secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 69,1% terhadap daya tahan kardiovaskular. Simpulan penelitian ini didapatkan hubungan aktivitas fisik lebih kuat terhadap daya tahan kardiovaskular dibandingkan IMT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Kata Kunci: indeks massa tubuh, aktivitas fisik, daya tahan kardiovaskular

Correlation of Body Mass Index and Physical Activity for Cardiovascular Endurance at Faculty of Medicine Udayana University

ABSTRACT

This research aims to determine the relationship of BMI and physical activity on cardiovascular endurance of students. This research was cross sectional study, conducted in May 2015, in which the population of the research were the entire student of Faculty of Medicine, Udayana University, who meet the research criteria, consisted of 107 students who were selected by using simple random sampling technique. Measurement of physical activity was found out by using the International Physical Activity Questionnaire, cardiovascular endurance measurements by the Harvard Step Test. Data analysis was bivariate analysis with the assistance of data analysis techniques with Chi Square test and Spearman's rho test to find out the significant correlation between variables. Multivariate analysis was done with multiple regression method with p < 0,05 is significant. The results showed there is a negative strong significant correlation between BMI with cardiovascular endurance with r = -0.674 ; p = 0.000. There is a positive strong correlation significant between physical activity with cardiovascular endurance with a value of r = 0.759 ; p = 0.000. There is a correlation together which significantly between BMI and physical activity with cardiovascular endurance with F count = 116.259> F table = 3.08. With the value of multiple correlation between BMI and physical activity on cardiovascular endurance is R = 0.831 (69.1%). So BMI and physical activity together contributed 69.1% of the cardiovascular endurance. Conclusions of this research obtained the relation of physical activity more than strong against cardiovascular endurance of compared BMI in medical students Udayana University.

(2)

PENDAHULUAN

Era globalisasi menyebabkan perubahan perilaku dan menimbulkan ketidakseimbangan asupan makanan diimbangi dengan rendahnya aktivitas fisik sehingga menyebabkan indeks massa tubuh (IMT) akan meningkat.1 Perubahan pada IMT dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Pada kelompok usia di atas 18 tahun disominasi dengan masalah obesitas walaupun underweight juga masih menjadi masalah.2 Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa di dunia mengalami obesitas. Prevalensi obesitas di seluruh dunia lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2014.3 Prevalensi obesitas pada kelompok dewasa umur diatas 18 tahun sebesar 15,4% dan berat badan lebih sebesar 13,5%. Demikian juga prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 28,9%. Angka kelebihan berat badan pada perempuan sebesar 32,9% dan pada laki-laki sebesar 19,7%.4

Penyebab meningkatnya IMT adalah ketidakseimbangan energi antara makanan yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan. Secara umum didapatkan tingginya asupan makanan padat energi tinggi lemak dan gula, dan rendahnya aktivitas fisik karena sifat sedentary dari berbagai pekerjaan, perubahan model transportasi dan peningkatan urbanisasi.3 IMT merupakan cara termudah memperkirakan obesitas yang berhubungan tinggi dengan massa lemak tubuh serta penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis.5 Rendahnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko berbagai penyakit kronis dan diperkirakan menyebabkan kematian secara global.6 Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang teratur dan benar sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar.

Rendahnya aktivitas fisik menyebabkan penumpukan energi oleh tubuh dalam bentuk lemak. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan peningkatan IMT. Peningkatan IMT menjadi faktor risiko utama terjadinya penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular (jantung dan stroke), diabetes, gangguan tulang dan otot serta penyakit keganasan.7 Obesitas dan daya tahan kardiovaskular yang rendah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular (CVD).8

Daya tahan kardiovaskular merupakan kesanggupan jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk mengambil, mengedarkan dan menggunakan oksigen ke jaringan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor individual seperti IMT, usia, aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga. Daya tahan kardiovaskular yang baik akan meningkatkan kemampuan kerja manusia dengan intensitas lebih besar dan waktu yang lebih lama. Daya tahan kardiovaskular yang baik juga akan memungkinkan untuk membangun ketahanan yang lebih besar terhadap kelelahan sehingga dapat melakukan aktivitas untuk jangka waktu yang lebih lama.9

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar-Bali pada bulan Mei 2015. Populasi target penelitian adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran di Bali sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana semester II-VIII. Terdiri dari 107 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimana kriteria inklusi penelitian ini yaitu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, berusia 18-22 tahun, bersedia sebagai subjek penelitian dengan menandatangani informed consent, dan keadaan umum sehat dengan vital sign normal. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu tidak memiliki riwayat sesak nafas, asma, penyakit kardiovaskular, penyakit muskuloskeletal, merokok, dalam keadaan sakit. Sampel didapat dengan teknik simple random sampling.

Pengukuran IMT dilakukan dengan mengukur berat badan dengan timbangan dan tinggi badan menggunakan strature meter. Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus IMT = BB (kg) / TB2 (m2). Hasil tersebut dikategorikan berdasarkan IMT Indonesia tergolong underweight, normal, overweight, obes I dan obes II. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) dengan kategori aktivitas fisik rendah, sedang dan berat. Daya tahan kardiovaskular diukur dengan Harvard Step Test dimana subjek penelitian naik turun bangku setinggi 45 cm pada laki-laki dan 40 cm pada perempuan, selama 5 menit atau hingga kelelahan. Kemudian peneliti menghitung denyut nadi subjek selama 1 menit istirhata selama 30 detik. Hasil tes dikategorikan menjadi daya tahan kardiovaskular baik, sedang dan buruk.

Dari data yang telah didapat dilakukan uji analisis data menggunakan analisis univariat untuk menganalisis

gambaran umun tentang presentase dan frekuensi umur, jenis kelamin, IMT, aktivitas fisik, dan daya tahan kardiovaskular. Analisis bivariat menggunakan metode Chi Square Test dan uji Spearman’s rho untuk mengetahui besar hubungan antar variabel. Analisis multivariat dengan metode regresi berganda, dengan p < 0,05 adalah bermakna.

HASIL

Berikut data deskriptif karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh, aktivitas fisik dan daya tahan kardiovaskular dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Kelompok Usia

Frekuensi (f)

Persentase (%) 18 tahun

19 tahun

17 33

15,9 30,8 20 tahun

21 tahun 22 tahun

18 19 20

16,8 17,8 18,7

Jumlah 107 100

Didapatkan responden terbanyak pada usia 19 tahun yaitu 30,8%

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis

Kelamin

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Laki-laki 64 59,8

Perempuan 43 40,2

Jumlah 107 100

(4)

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan IMT

Kategori IMT Frekuensi (f)

Persentase (%)

Underweight 17 15,9

Normal 23 21,5

Overweight 27 25,2

Obesitas I 21 19,6

Obesitas II 19 17,8

Jumlah 107 100

Didapatkan responden terbanyak pada kategori overweight (IMT 23–24,9) sebanyak 25,2%

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik Kategori

Aktivitas Fisik

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Rendah 43 40,2

Sedang 35 32,7

Berat 29 27,1

Jumlah 107 100

Didapatkan responden terbanyak pada aktivitas fisik rendah yaitu sebanyak 40,2%

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan daya tahan kardiovaskular

Daya Tahan Kardiovaskular

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Baik 25 23,4

Sedang 32 29,9

Buruk 50 46,7

Jumlah 107 100

Didapatkan responden terbanyak pada daya tahan kardiovaskular buruk sebanyak 46,7%

Tabel 6. Tabel silang IMT dengan daya tahan kardiovaskular

Kategori IMT

Daya Tahan Kardiovaskular

P

Baik Sedang Buruk Total

% % % %

Underweight 7,5 7,5 0,9 15,9

0,000

Normal 13,1 5,6 2,8 21,5 Overweight 2,8 9,3 13,1 25,2 Obesitas I 0 7,5 12,1 19,6 Obesitas II 0 0 17,8 17,8 Jumlah 23,4 29,9 46,7 100

Didapatkan responden dengan daya tahan kardiovaskular yang baik paling banyak terdapat pada kategori normal (IMT 18,5 – 22,9) yaitu 13,1%, selanjutnya responden dengan daya tahan kardiovaskular sedang paling banyak terdapat pada kategori overweight (IMT 23 – 24,9) yaitu 9,3%. Responden dengan daya tahan kardiovaskular yang buruk paling banyak terdapat pada kategori

obes II (IMT ≥ 30,00) yaitu 17,8%.

Setelah dilakukan uji chi-square untuk mencari hubungan antara IMT dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan hubungan antara IMT dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana maka dilakukan uji

spearman’s rho.

Tabel 7. Korelasi IMT dengan daya tahan kardiovaskular

Korelasi

Variabel rs P

IMT dengan Daya Tahan Kardiovaskular

-0,674 0,000

(5)

signifikasi sebesar 0 maka nilai ini mempunyai makna bahwa hubungan antara IMT dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki hubungan yang kuat, signifikan dan berlawanan arah. Kontribusi yang diberikan oleh IMT terhadap daya tahan kardiovaskular yaitu sebesar KD = (rs)2 x 100% = (0,674)2 x 100% = 45,4%.Jadi IMT memberikan kontribusi sebesar 45,4% terhadap daya tahan kardiovaskular.

Tabel 8. Tabel silang aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular Kategori

Aktivitas Fisik

Daya Tahan Kardiovaskular

p Baik Sedang Buruk Total

% % % %

Rendah 0 2,8 37,4 40,2

0,000 Sedang 10,3 13,1 9,3 32,7

Berat 13,1 14,0 0 27,1 Jumlah 23,4 29,9 46,7 100

Didapatkan responden dengan daya tahan kardiovaskular buruk terbanyak pada kategori aktivitas fisik rendah yaitu 37,4%, selanjutnya responden dengan daya tahan kardiovaskular sedang terbanyak pada kategori aktivitas fisik berat yaitu 14,0%. Responden dengan daya tahan kardiovaskular baik terbanyak pada kategori aktivitas fisik berat yaitu 13,1%. Setelah dilakukan uji chi-square untuk mencari hubungan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan hubungan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana maka dilakukan uji

spearman’s rho.

Tabel 9. Korelasi aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular Korelasi

Variabel Rs p

Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan

Kardiovaskular

0,759 0,000

Berdasarkan output data di atas hasil correlation coefficient (koefisien korelasi) sebesar 0,759 dengan angka signifikasi sebesar 0 maka nilai ini mempunyai makna bahwa hubungan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki hubungan yang kuat, signifikan dan searah. Kontribusi yang diberikan oleh IMT terhadap daya tahan kardiovaskular yaitu sebesarKD = (rs)2 x 100% = (0,759)2 x 100% = 57,6%. Jadi aktivitas fisik memberikan kontribusi sebesar 57,6% terhadap daya tahan kardiovaskular.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan secara bersama-sama antara IMT dan aktivitas fisik terhadap daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dilakukan uji regresi linier berganda. Pengambilan keputusan hipotesis persamaan regresi berganda digunakan uji F (secara simultan) berdasarkan perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel

Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima

Jika F hitung> Ftabel, maka Ho ditolak

(6)

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Korelasi (R) yang secara simultan (bersama-sama) antara variabel IMT dan aktivitas fisik terhadap daya tahan kardiovaskular diperoleh nilai sebesar 0,831. Kontribusi yang diberikan oleh kedua variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu sebesar KD = (R)2 x 100% = (0,831)2 x 100% = 69,1%. Jadi IMT dan aktivitas fisik secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 69,1% terhadap daya tahan kardiovaskular.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa responden terbanyak ada pada usia 19 tahun 30,8%. Selanjutnya usia 18 tahun 15,9%, sedangkan responden dengan usia 20 tahun 16,8%, tidak jauh berbeda dengan usia 21 tahun 17,8% dan usia 22 tahun 18,7%.

Dari hasil penelitian didapatkan cukup banyak dewasa muda yang mengalami peningkatan IMT, baik itu overweight maupun obesitas. Penyebab meningkatnya IMT adalah ketidakseimbangan energi antara makanan yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan energi oleh tubuh dalam bentuk lemak. Semakin bertambahnya usia cenderung akan kehilangan massa otot dan memudahkan terjadinya akumulasi lemak tubuh.10

Selain itu kurangnya aktivitas fisik baik dalam kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur juga menjadi salah satu faktor risiko peningkatan nilai IMT.11 Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Cara yang paling mudah dan umum untuk

meningkatkan pengeluaran energi adalah dengan melakukan latihan fisik atau gerak badan.12 Aktivitas fisik merupakan variabel untuk pengeluaran energi, oleh karena itu aktivitas fisik dijadikan salah satu perilaku penurunan berat badan. Berdasarkan beberapa penelitian mengungkapkan apabila beraktivitas fisik dengan intensitas yang cukup selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan mencegah untuk peningkatan berat badan kembali.12

(7)

baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam berolahraga.13

Pada distribusi responden berdasarkan IMT dapat dilihat responden yang memiliki kategori underweight 15,9%, selanjutnya kategori normal 21,5%. Sedangkan kategori overweight 25,2% dan obesitas 37,4%. Didapatkan bahwa cukup banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang mengalami peningkatan IMT. Peningkatan ini dikarenakan perilaku yang berubah sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan disertai rendahnya aktivitas fisik.1 Peningkatan nilai IMT menjadi faktor risiko utama terjadinya penyakit risiko kronis seperti penyakit kardiovaskular (jantung dan stroke), diabetes, gangguan tulang dan otot serta penyakit keganasan.7 Semakin tinggi IMT maka semakin jelas gangguan fungsional gerak tubuh dan semakin rentan terkena penyakit.14 Distribusi responden dengan kategori underweight 17 responden. Semakin rendah berat badan akan dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis dalam jangka panjang.15 Underweight tidak mempunyai energi yang cukup untuk proses metabolisme tubuh. Seseorang dengan berat badan yang kurang akan meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan tulang mudah rapuh.16

Pada distribusi responden berdasarkan daya tahan kardiovaskular memperlihatkan bahwa daya tahan kardiovaskular yang buruk lebih banyak yaitu 46,7% selanjutnya daya tahan kardiovaskular sedang 29,9% sedangkan distribusi responden daya tahan kardiovaskular yang baik 23,4%. Daya tahan kardiovaskular yang buruk ditemukan baik pada responden yang underweight, normal, overweight dan obes. Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa daya tahan kardiovaskular yang buruk banyak

dialami oleh responden dengan kelebihan berat badan. Sedangkan daya tahan kardiovaskular yang baik terbanyak dialami oleh responden dengan IMT normal.

Hasil tabel silang IMT dengan daya tahan kardiovaskular dengan kategori IMT obes, 29,9% dengan daya tahan kardiovaskular yang buruk, 7,5% dengan daya tahan kardiovaskular sedang dan tidak terdapat responden dengan daya tahan kardiovaskular yang baik. Kemudian pada kategori IMT overweight, 13,1% dengan daya tahan kardiovaskular yang buruk, 9,3% dengan daya tahan kardiovaskular sedang dan 2,8% dengan daya tahan kardiovaskular yang baik. Selanjutnya pada kategori IMT normal, 2,8% responden dengan daya tahan kardiovaskular yang buruk, 5,6% dengan daya tahan kardiovaskular sedang sedangkan 13,1% dengan daya tahan kardiovaskular yang baik. Dan pada kategori IMT underweight responden dengan daya tahan kardiovaskular buruk 0,9%, 7,5% responden dengan daya tahan kardiovaskular sedang dan 7,5% responden dengan daya tahan kardiovaskular baik. Hasil uji chi-square menunjukkan hasil p sebesar 0,000 (p < 0,05), jadi terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh terhadap daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Selanjutnya dari hasil data uji

(8)

variabel bebas dengan variabel terikat menunjukkan angka 45,4%. Ini berarti sebesar 45,4% IMT berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskular pada responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mexitalia et al (2012) di Universitas Diponegoro pada anak obesitas, dengan hasil didapatkan hubungan yang bermakna antara kesegaran kardiovaskular yang diukur dengan metode Harvard step test dan shuttle run test dengan indeks massa tubuh (IMT) (p = 0,012) , di mana semakin tinggi IMT maka semakin rendah tingkat kesegaran kardiovaskularnya.17 Semakin tinggi IMT maka ketangkasan seseorang akan berkurang, karena ketangkasan berpengaruh dengan berat badan.17 Kelemahan dalam penelitian ini adalah kurangnya pengukuran variabel perancu seperti intensitas latihan dan aktivitas fisik yang mempengaruhi tingkat kesegaran kardiovaskular seseorang. Penelitian ini didukung dengan penelitian pada laki-laki Jepang yang mendapatkan hasil semakin tinggi IMT seseorang maka semakin rendah kesegaran kardiovaskularnya, dan massa lemak diyakini sebagai sebab rendahnya kesegaran kardiovaskular tersebut.18 Sejalan dengan penelitian Sahari di Jakarta yang meneliti anak-anak sekolah dasar dan mendapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat kesegaran jasmaninya.19

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara persentase lemak tubuh dan daya tahan kardiorespirasi pada atlet pencak silat diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,81sehingga dapat dinyatakan korelasinya sangat kuat. Tanda negatif menunjukkan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara presentase lemak tubuh terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hal ini berarti jika semakin rendah persentase lemak tubuh maka semakin tinggi daya tahan

kardiorespirasinya dan jika semakin tinggi persentase lemak tubuh maka semakin rendah daya tahan kardiorespirasi yang dimilikinya.20

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari (2007) di Universitas Diponegoro pada anak usia 12-14 tahun, terdapat hubungan positif antara IMT dengan daya tahan kardiovaskular yang dinilai dengan tes lari jauh. Ini berarti semakin tinggi IMT semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berlari.21 Pada anak laki-laki hubungan ini mempunyai korelasi sedang (r = 0,697 ; p = 0,000). Sedangkan pada anak perempuan nilai korelasinya lemah (r = 0,428 ; p = 0,011). Salah satu yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular adalah kapasitas pembawa oksigen. Konsentrasi hemoglobin yang rendah dapat mengurangi angka maksimal pengiriman oksigen ke jaringan sehingga akan mengurangi VO2maks dan menggangu kapasitas kesegaran kardiovaskular.21

Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskular. Seseorang haruslah melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya, dan tidur untuk mendapatkan kebugaran yang baik. Status gizi akan baik dari gizi yang memadai yang secara langsung berpengaruh terhadap kebugaran fisik.22 Status gizi sebagian besar sampel menurut IMT normal 98,5%, sehingga apabila IMT meningkat dari IMT normal (>24,9 kg/m2) maka ketahanan fisik cenderung semakin menurun.22

(9)

khususnya lemak dan otot. Lemak berfungsi melindungi bagian vital tubuh dari benturan, dan membantu produksi enzim dan sistem hormonal.2

IMT mempengaruhi daya tahan kardiovaskular secara langsung dan secara tidak langsung. Penyebab secara tidak langsung ini ada kaitannya dengan gabungan dari faktor lain. Sesuai dengan kajian pustaka faktor lain ini terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari genetik, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari riwayat penyakit kardiovaskular, merokok, makanan, aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga.23

Pada distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik dapat dilihat distribusi responden rendah dalam aktivitas fisik 40,2%, selanjutnya distribusi responden sedang dalam aktivitas fisik 32,7% dan berat dalam aktivitas fisik 27,1%. Didapatkan cukup banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana rendah dalam aktivitas fisik. Rendahnya aktivitas fisik disebabkan oleh banyak penyebab, diantara lain malas, capek, bosan, tidak punya peralatan berolahraga, tidak ada waktu dan sebagainya.24 Aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja dibedakan oleh durasi dan frekuensi saat beraktivitas. Remaja kelebihan berat badan cenderung menyukai kegiatan di dalam ruangan misalnya menonton TV lebih dari 1 jam, main komputer, tidur dalam waktu lama. Kegiatan di luar ruangan tidak begitu disukai karena cuaca di luar yang panas atau dingin sehingga terlalu banyak keluar keringat dan mudah lelah.13 Menurut Rauner et al (2013) berat badan yang berlebihan sebagai penyebab atau efek dari rendahnya tingkat aktivitas fisik dan kebugaran tubuh.25

Pada distribusi responden berdasarkan daya tahan kardiovaskular memperlihatkan bahwa responden dengan daya tahan kardiovaskular yang buruk lebih banyak yaitu 46,7%.

Responden dengan daya tahan kardiovaskular sedang 29,9% dan responden dengan daya tahan kardiovaskular yang baik 23,4%. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa daya tahan kardiovaskular yang buruk banyak terjadi pada kategori aktivitas fisik rendah, sedangkan daya tahan kardiovaskular yang baik banyak terjadi pada kategori aktivitas fisik berat.

Hasil tabel silang antara aktivitas fisik dan daya tahan kardiovaskular menunjukkan responden pada kategori rendah dalam aktivitas fisik tidak ada yang memiliki daya tahan kardiovaskular yang baik, 2,8% memiliki daya tahan kardiovaskular sedang dan 37,4% dengan daya tahan kardiovaskular yang buruk. Kemudian responden kategori aktivitas fisik sedang terdapat 10,3% baik dalam daya tahan kardiovaskular, 13,1% sedang dalam daya tahan kardiovaskular dan 9,3% buruk dalam daya tahan kardiovaskular. Sedangkan responden kategori aktivitas fisik berat, 13,1% baik dalam daya tahan kardiovaskular, 14,0% memiliki daya tahan kardivaskular sedang, dan tidak terdapat responden dengan daya tahan kardiovaskular buruk. Hasil uji chi-square didapatkan hasil p sebesar 0,000 (p < 0,05), jadi terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik terhadap daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hsieh et al (2014) yaitu terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular (p = 0,001). Anak dengan aktivitas fisik yang aktif memiliki tingkat daya tahan kardiovaskular secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak aktif.26

Selanjutnya dari hasil data uji

(10)

kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki hubungan yang kuat, signifikan dan searah,di manasemakin aktif seseorang maka semakin baik daya tahan kardiovaskularnya. Uji signifikasi koefisien korelasi bertujuan untuk menguji kekuatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menunjukkan angka 57,6%. Ini berarti sebesar 57,6% aktivitas fisik berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskular pada responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Organ yang paling aktif pada saat aktivitas fisik adalah otot rangka.27 Akibat aktivitas otot rangka yang dilakukan secara teratur dan terukur, maka memberi pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap fungsi organ tubuh yang lain. Selanjutnya akan meningkatkan taraf kesehatan dan kebugaran.28 Taraf kesehatan dan kebugaran yang meningkat disebabkan oleh fungsi jantung dan sirkulasi, fungsi respirasi, darah, sistem pertahanan tubuh, meningkatnya kinerja neuro-muskular (sistem saraf dan otot) dan memacu perkembangan tulang belulang (skeleton). Secara teori, dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara latihan fisik atau olahraga yang baik, benar, teratur dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani (ketahanan fisik).22

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada anak di Taiwan dengan hasil penelitian yaitu anak dengan aktivitas fisik yang aktif memiliki daya tahan kardiovaskular yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak aktif. Daya tahan kardiovaskular menjadi indeks yang baik untuk aktivitas fisik pada anak.26

Dalam beberapa studi epidemiologi ditemukan bahwa adanya hubungan antara menonton TV dengan kejadian obesitas pada anak-anak. Pada saat menonton TV dapat meningkatkan anak untuk mengkonsumsi makanan dan mengkonsumsi makanan yang

ditayangkan di TV. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lamanya waktu menonton TV berhubungan dengan meningkatnya pemasukan energi. Dikemukakan juga bahwa remaja sering menonton TV lebih sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak, fastfood, soft drink, dan jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran.12

Anak yang waktunya lebih banyak dihabiskan untuk menonton TV, meningkatkan untuk mengemil dan mengkonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan yang ditayangkan di TV. Menonton TV membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sedangkan lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.12

Berdasarkan paparan mengenai hubungan antara IMT dan aktivitas fisik terhadap daya tahan kardiovaskular, maka dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut secara bersama-sama berkorelasi signifikan terhadap daya tahan kardiovaskular, dengan nilai hasil F

(11)

fisik dan kebugaran fisik sebanding untuk jenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Intensitas aktivitas fisik dan kelebihan berat badan memprediksi kebugaran fisik pada remaja.29 Fogelholm et al (2008) menjelaskan bahwa orang yang aktif secara fisik yang kelebihan berat badan tidak dapat mencapai nilai kebugaran fisik yang lebih baik karena hubungan negatif antara kelebihan berat badan dan kebugaran fisik. Dengan demikian, kelebihan berat badan sebagai mediator untuk hubungan antara aktivitas fisik dan kebugaran fisik.29

Sejalan dengan penelitian Ortega et al (2010) menunjukkan bahwa kebugaran kardiovaskular mempengaruhi hubungan antara perubahan berat badan dan aktivitas fisik. Oleh karena itu, kebugaran kardiovaskular bertindak sebagai moderator untuk hubungan antara aktivitas fisik dan kelebihan berat badan. Hubungan antara aktivitas fisik, kebugaran kardiovaskular dan kelebihan berat badan tidak berbeda antara jenis kelamin.30 Lohman et al (2008) melaporkan bahwa anak perempuan dengan tingkat aktivitas fisik dan komposisi tubuh rata-rata memiliki tingkat kebugaran fisik yang lebih tinggi (+ 3,5%) dibandingkan dengan perempuan dengan tingkat aktivitas fisik rendah dan komposisi tubuh rata-rata memiliki tingkat kebugaran fisik yang lebih rendah (- 3,5%).31

Rauner et al (2013) meninjau studi mengenai hubungan antara aktivitas fisik, kebugaran fisik dan overweight pada remaja, 12 cross-sectional study dan 2 studylongitudinal, hanya 4 penelitian yang menganalisis interaksi antara aktivitas fisik, kebugaran fisik dan overweight pada remaja. Sedangkan penelitian lain menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan overweight atau antara kebugaran fisik dan overweight. Kegemukan termasuk overweight dan obesitas berbanding terbalik dengan aktivitas fisik. Demikian pula studi lain melaporkan hubungan terbalik antara

kebugaran fisik dan overweight. Secara keseluruhan, perbedaan berat badan yang berlebihan sebagai penyebab atau efek dari rendahnya tingkat aktivitas fisik dan kebugaran fisik yang kurang.25

SIMPULAN

Didapatkan 107 responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki IMT pada kategori overweight dominan sebanyak 27 responden (25,2%), kemudian pada kategori aktivitas fisik yang dominan adalah rendah dalam aktivitas fisik sebanyak 43 responden (40,2%), selanjutnya pada kategori daya tahan kardiovaskular yang dominan adalah buruk dalam daya tahan kardiovaskular sebanyak 50 responden (46,7%).

Ada hubungan kuat negatif yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Ada hubungan kuat positif yang bermakna antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Ada hubungan secara bersama-sama yang bermakna antara indeks massa tubuh dan aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

SARAN

Disarankan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana untuk mengubah dan menjaga pola makan dengan cara mengurangi asupan makanan padat energi tinggi lemak, fast food, soft drink, dan gula serta meningkatkan konsumsi air putih, buah-buahan dan sayur-sayuran

(12)

fisik dengan cara latihan fisik atau olahraga yang baik, benar dan teratur

Disarankan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular dengan cara menjaga berat badan tetap dalam kategori IMT normal, mendapatkan gizi yang memadai serta meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga yang cukup dan teratur

Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk menambah instrumen pengukuran massa lemak tubuh dilihat dari tingginya angka peningkatan IMT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

1. Popkin, B. 2006. Technology, Transport, Globalization and The Nutrition Transition Food Policy. Food Policy 6(31). p 554-69

2. Paramurthi, Pasca. 2014. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Aktifitas Olahraga Terhadap Fleksibilitas Lumbal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana [Skripsi]. Denpasar: Universitas Udayana 3. WHO. 2015. Obesity and

Overweight. Available at: http://www.who.int/mediacentre/fact sheets/fs311/en/. (diakses: 28 Januari 2015)

4. Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Laporan Nasional Departemen Kesehatan 5. Pudjiadi, A.H., Hegar, B.,

Handryastuti, S., Idris, N.S., Gandaputra, E.P., dan Harmoniati, E.D. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI

6. WHO. 2010. Physical Activity.

Available at:

http://www.who.int/topics/physical_ activity/en/. (diakses 16 Januari 2015)

7. Pamela, R.D. 2011. Overweight dan Obesitas Sebagai Suatu Resiko

Penyakit Degeneratif. Available at: http://www.suyotohospital.com. (Diakses: 20 Januari 2015)

8. Eisenmann, J.C. 2004. Physical Activity and Cardiovascular Disease Risk Factors in Children and Adolescents. PubMed

9. Sharkey, Brian J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers. p 277-279

10. Galletta, G. 2005. Emedicine Health.

Available at:

http://www.emedicinehealth.com. (diakses: 27 April 2015)

11. Nurmalina, Rina. 2011. Pencegahan & Manajemen Obesitas. Bandung: Elex Media Komputindo

12. Rahmawati, Nuri. 2009. Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fastfood), dan Keterpaparan Media serta Faktor-Faktor Lain yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Islam Al-Azhar 1 Jakarta Selatan [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia

13. Karim, Faizati. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Tim Departemen Kesehatan

14. Purnama, A. 2007. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Fleksibilitas Lumbal pada Laki-Laki Dewasa Kelompok Umur 19-21 Tahun [Skripsi]. Semarang: Eprint UNDIP Universitas Diponegoro 15. NHS Choice. 2012. NHS Choice.

Available at:

http://www.nhs.uk/Livewell/Goodfo od/Pages/Underweightadults.aspx. (diakses: 27 April 2015)

16. American Academy of Family Physicians. 2011. Family Doctor. Available at: http://familydoctor.org. (diakses: 28 April 2015)

(13)

Run Test pada Anak Obesitas. Media Medika Indonesiana. p 16-17

18. Miyatake, N., Nishikawa,H., Fujii,M. 2001. Clinical evaluation of physical fitness in male obese Japanese. Chin Med J. p 707-710

19. Sahari, T. 1997. Hubungan persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani menurut tes ACSPFT pada anak usia 6-12 tahun di 10 sekolah dasar di DKI Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia

20. Andi, E.S. 2013. Hubungan Persentase Lemak Tubuh Terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi Atlet Pencak Silat di Klub SMP Negeri 01 Ngunut Tulungagung [Skripsi]. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

21. Utari, Agustini. 2007. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro

22. Jaihar,S., Dachlan,D.M., Yustini. 2013. Analisis Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Ketahanan Fisik Siswa di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Makassar, Sulawesi Selatan [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar 23. Susilowati. 2007. Faktor-Faktor

Risiko Kesegaran Jasmani Pada Polisi Lalu Lintas di Kota Semarang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponogoro

24. Rusad, I. 2013. Inilah Penyebab Banyak Orang Malas Olahraga.

Available at:

http://health.kompas.com/. (Diakses: 2 Mei 2015)

25. Rauner,A., Mess,F,. Woll,A. 2013. The Relationship Between Physical Activity, Physical Fitness and Overweight in Adolescents: A Systematic Review of Studies Published in or After 2000. BMC Pediatrics. p 3-9

26. Hsieh,P.L., Chen, M.L., Huang, C.M., Chen,W.C., Li, C.H., &

Chang, L. C. 2014. Physical Activity, Body Mass Index, and cardiorespiratory Fitness among School Children in Taiwan: a Cross-Sectional Study. International Journal of Environmental Research and Public Health. 11 p 7275-7285 27. Wardani, NEJ. & K. Roosita. 2008.

Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Produktivitas Kerja Pria Dewasa: Studi Kasus di Perkebunan Teh Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, 3 (2), hal.71-78.

28. Widodo, BS. & NW. Kusnanik.2013. Tingkat Kesegaran Jasmani pada Siswa SMP Negeri 2 Krembung dan SMP Negeri 2 Sidoarjo. Jurnal Prestasi Olahraga, 1 (1), hal.1-5 29. Fogelholm, M., Stigman, S.,

Huisman, T., Metsamuuronen, J. 2008.Physical fitness inadolescents with normal weight and overweight. Scand J Med Sci Sports.p 18(2):162– 170

30. Ortega, F.B. 2010. Cardiovascular fitness modifies the associations betweenphysical activity and abdominal adiposity in children and adolescents:the European Youth Heart Study. BJSM 2010. p 44:256– 262

(14)

Gambar

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan IMT

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan “ keterjangkauan ” adalah pola pengembangan transportasi wilayah harus dilakukan secara berkesinambungan, berkembang dan meningkat dengan mengikuti

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke

Dalam bab inimenyajikan simpulan mengenai kegunaan dan manfaat yang diperoleh dengan penerapan green computingdan saran dari penulis yang sekiranya dapat

'Persepsi diri Kebudayaan' adalah cara di mana seorang individu mengungkapkan sebuah komunitas budaya seperti yang ia mengidentifikasi dengannya. Budaya persepsi diri

Untuk mendukung data bahwa adanya ion Ni(II) dapat menurunkan efektivitas fotoreduksi ion Cr(VI) maka dilakukan proses fotoreduksi ion Cr(VI) terkatalisis TiO2

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian mobil datsun pada

Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) yang

Selain itu dalam website ini terdapat buku tamu, forum, news, polling, gallery serta informasi mengenai gunung gunung yang ada di Indonesia yang semuanya dapat di-update secara