• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI KOMODITAS HORTIKULTURA. Oleh : SUPRIYADI F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI KOMODITAS HORTIKULTURA. Oleh : SUPRIYADI F"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI

KOMODITAS HORTIKULTURA

Oleh : SUPRIYADI

F14102123

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Supriyadi. F14102123. Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura. Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. 2006.

RINGKASAN

Distribusi komoditas diperlukan untuk memberi nilai tambah dengan cara menjual ke konsumen yang membutuhkan. Komoditi sayur segar dan buah– buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki pangsa pasar cukup besar, baik di dalam maupun di luar negeri.

Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan kemasan-kemasan yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari getaran, dan tekanan yang diakibatkan oleh tumpukan kemasan yang ada diatasnya. Telah dikembangkan sistem bantu komputer yang berfungsi membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan transportasi. Beberapa kelemahan dari sistem yang ada perlu diperbaiki dan dikembangkan agar hasil luaran lebih mendekati keadaan dilapangan.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada sistem tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton dan kayu. Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi (tipe kemasan) dan ventilasi. Data-data untuk perbaikan desain digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola (spheroidal) dan elipsoidal yang akan menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan kemasan pada palet/bak truk, kekuatan dan kemasan.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian. Sistem yang dikembangkan diberi nama PDS III, dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0. Dalam program ini terdiri dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih. Data input tersebut diantaranya adalah ukuran komoditas dan berat komoditas, berat isi kemasan yang diinginkan, tinggi susunan dala ruang penyimpanan, kelas jalan dan jarak tempuh. Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan seperti gambar desain kemasan, susunan buah dan susunan kemasan dalam ruang penyimpanan atau ruang penyimpanan serta informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan kemasan.

Pada perhitungan kekuatan kemasan terdapat faktor koreksi yang mempengaruhi nilai kekuatan kemasan. Faktor koreksi didapat dengan melakukan perbandingan antara nilai compression strength dari kemasan tanpa ventilasi

(3)

dengan kemasan yang dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji.

Dari hasil simulasi berdasarkan diameter yang berbeda dalam selang 60-70 mm untuk diameter major dan 50-60 mm untuk diameter minor dapat dilihat bahwa kenaikan besarnya diameter buah dapat mempengaruhi dimensi dalam ,dimensi luar kemasan, jumlah buah dan jumlah susunan buah. Hasil simulasi ini akan menentukan range dari diameter major dan minor yang dapat dijadikan batasan dari input yang akan menghasilkan output (jumlah buah dan jumlah susunan buah) yang hampir sama.

Nilai dari diameter buah dan berat rata-rata individu buah mempengaruhi nilai compression strength. Karena pada range diameter yang berbeda yaitu antara 61-68 mm dihasilkan dimensi kemasan yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan konstruksi kemasan, perbedaan konstruksi inilah yang mengakibatkan perubahan nilai dari compression strength. Selain perbedaan konstruksi kemasan (dimensi kemasan) terlihat bahwa perubahan berat individu buah juga mempengaruhi nilai dari compression strength.

(4)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI

KOMODITAS HORTIKULTURA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : SUPRIYADI

F14102123

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI

KOMODITAS HORTIKULTURA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : SUPRIYADI

F14102123

Dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi, Jawa Barat

Tanggal Lulus :

Menyetujui, Bogor, Januari 2007

Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S. Ketua Departemen Teknik Pertanian

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Namat dan Hadijah.

Memasuki usia enam tahun, Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Pondok Ranggon I Bekasi, dari tahun 1990-1996. Setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 192 Jakarta dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 113 Jakarta.

Tahun 2002, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Memasuki semester lima, Penulis diterima di laboratorium Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian sub program studi Sistem Manajemen dan Informasi Pertanian.

Penulis melakukan praktek lapangan di PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Topik yang dipelajari adalah Studi Tentang Sistem Manajemen Produksi di PT Perkebunan Tambi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” di bawah bimbingan Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si.

Selama perkuliahan Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2004-2005 Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Gema Almamater, penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Merpati Putih.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini, dan juga karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan rencana. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan menjadi Sarjana Teknologi Pertanian. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura”. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari adanya keterbatasan di dalam skripsi ini, namun penulis senantiasa mengharapkan masukan dan saran yang dapat menambah kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Bogor, Januari 2007 Penulis

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah, nabi besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kami kepada :

1. Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis.

2. Dr.Ir. Suroso, M.Agr., selaku dosen penguji.

3. Dr.Ir. Lilik Pujiantoro Eko Nugroho, M.Agr., selaku dosen penguji. 4. Ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak dan adik-adikku yang selalu ada

disaat semua telah pergi, memberikan kasih sayang yang tulus tiada henti dan memberikan semangat kepada penulis.

5. Ignore Band; Indriawan W. Utama (AQ), Ari Hidayat (Ibliz), Yanuar Mulyawan (Yance), Deni Y. Irawan (Ndutz) thanks for all the joys...and for the gathering.

6. Sahabat setiaku di Jakarta, Rendezvous dan Garis Creative; Yasri Sulaiman H, Febrians Trinanda, Triantoro, Yulyanto, Akbi, Risma, Halim Adiem EA, Gandang, Handrian, Samsul dan semua anak-anak Vegaz angkatan 10 yang solid and keren-keren.

7. Teman-teman TEP 39, SMIP n R Society; Hanhan A S. (Thank you so much for the discussion and for all the lessons that has given to me), Hilaliyah Aspihani (Thanks Liyah buat data skripsinya n semangatnya...cheers...), Christo, Bgon, Agus, Bagdo, Titin, Dudunk, Anjar, Chumi, Kiki, Bajay.

8. Teman-teman THP 38; Idjob, Bandel, Indro, Suminto, Ojan, Cendol, Abie, Shanti, Kirik, Nuno, Konde, Harso, Bang Hary, Heidi, Ariyani, Reki...teman-teman BDP 39; Denden, Dali, Aray, Kadek, Leli, Ayu, Widya (mbok), Jabir, Wisnu, Teguh, Pocil.

(9)

9. Ajipadma DK ; terima kasih atas semangat, doa, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.

10. Guru dan pelatihku Mas Agan, teman-teman seperguruan Merpati Putih; De Hikmah, Putra, Teta, Ade Murni, Ersa, Imam Robul, Shanti (sancay), Retno, Melanie, Dita, Mahar, Widi, Ismi, Risma (Rierie), Ilham, Vio. Perguruan Silat Tapak Suci; Kang Ade...makasih...

11. Anak-anak Wisma Alma; Pak Abas, Lukman, Dasep, Wawan, Iqbal, Jofy, Pimen, Panji, Mustian, Widi Martes, Ucup Senior, Carloz Umam, Rauf, Pampam...Nice living out there...n Teman-teman La Sapienza.

12. Keluarga Rina Esminingtyas, Pak Suprapto dan Bu Yuli, Keluarga Pak Wijonarto di Wonosobo.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kelengkapan skripsi ini.

Bogor, Januari 2007

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pengemasan ... 4

B. Kemasan Karton ... 5

C. Kemasan Kayu ... 8

D. Kayu Sebagai Bahan Kemasan ... 9

1. Sengon/Jeungjing ... 10

2. Tusam ... 11

3. Agathis ... 11

E. Paku sebagai alat sambung... 12

F. Desain Kemasan ... 13

1. Dimensi Kemasan ... 13

2. Tipe Kemasan ... 14

3. Ventilasi ... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18

B. Bahan dan Alat ... 18

C. Metode Penelitian ... 18

1. Pembangunan Program Komputer (Software) ... 20

2. Perancangan Kemasan ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Program Simulasi Komputer Untuk Perancangan Kemasan 27

1. Desain Program ... 27

(11)

b. Form Output ... 34

2. Desain Proses ... 40

a. Kemasan Kayu ... 40

b. Kemasan Karton ... 41

B. Simulasi Pengaruh Dimensi Kemasan dan Berat Rata-rata Komoditas ... 42

1. Komoditas Spheroidal (bola) ... 42

2. Komoditas Elipsoidal ... 44

3. Pengaruh Luasan Ventilasi Terhadap Nilai Compression Strength ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Tipe kemasan karton untuk distribusi

(A) RSC, (B) HTC, dan (C) FTC. ... 7

2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong (a). Tipe FTC (b). Tipe RSC ... 8

3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) ... 15

4. Faktor yang berpengaruh pada pemilihan dimensi dan material kemasan ... 19

5. Diagram alir program ... 21

6. Form start up (judul) program PDS III... ... 28

7. Form pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan ... 29

8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu, b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang ... 30

9. Tampilan form desain kemasan pada pilihan jenis kemasan kayu ... 33

10. Form desain kemasan karton ... 34

11. Form susunan buah. ... 35

12. Form data pengangkutan... ... 36

(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Susunan flute pada karton gelombang komersial... ... 6 2. Nilai faktor koreksi terhadap penambahan

ventilasi pada kemasan karton gelombang... ... 24 3. Nilai faktor koreksi terhadap tipe kemasan, penambahan ventilasi pada

kemasan dan tipe sambungan pada kemasan kayu... ... 24 4. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk

kemasan kayu dengan komoditas spheroidal. ... 28 5. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III

untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal ... 28 6. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan

kayu dengan komoditas spheroidal ... 28 7. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan

karton dengan komoditas elipsoidal ... 29 8. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan

hasil simulasi paket program dengan diameter antara 60-70 mm untuk komoditas spheroidal... ... 42 9. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan

hasil simulasi paket program dengan berat antara 100-110 gram untuk komoditas spheroidal... ... 44 10. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan

hasil simulasi paket program dengan diameter major 60-70 mm untuk komoditas elipsoidal... ... 45 11. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan

hasil simulasi paket program dengan diameter minor 50-60 mm untuk

komoditas elipsoidal... ... 45 12. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan

hasil simulasi paket program dengan berat 100-110 gram pada komoditas

(14)

13. Pengaruh luasan ventilasi terhadap nilai compression strength

(15)

DARTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Penggalan syntax programming untuk perhitungan

kemasan kayu ... 55 2. Penggalan syntax programming untuk perhitungan

kemasan karton ... 60 3. Form hasil rancangan berdasarkan jenis kemasan dan bahan yang

(16)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komoditi sayur segar dan buah–buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki pangsa pasar cukup besar baik di dalam maupun di luar negeri. Pembagian pasar untuk produk hortikultura didasarkan pada kualitas dan mutu produk yang diinginkan. Pasar tujuan dalam negeri dapat dibedakan menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar institusi. Produk buah – buahan dan sayuran yang ditujukan untuk pasar institusi harus memenuhi kualitas yang diinginkan, diantaranya bersih dan menarik. Syarat bersih meliputi bersih secara fisik (kulit mulus, tekstur baik, tidak terluka atau tergores) dan bersih dari bahan – bahan berbahaya. Sedangkan syarat menarik adalah memiliki penampilan yang menarik, baik karena bentuk, warna, kesegaran atau tekstur produk itu sendiri dan atau karena kemasan produk yang digunakan.

Transportasi dan distribusi merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang sangat penting dan sangat rawan akan kerusakan. Pada kegiatan ini terjadi kerusakan yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30% - 50% bahkan untuk sayuran tertentu mencapai 60%. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari kerusakan ini salah satu diantaranya adalah pengemasan.

Transportasi komoditas hortikultura segar memerlukan kemasan-kemasan yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari getaran, dan tekanan akibat tumpukan kemasan-kemasan diatasnya. Kemasan yang ideal meliputi pengisian yang padat namun rata, wadahnya tertutup dan mempunyai kekuatan yang cukup untuk melindungi isinya dalam berbagai keadaan penanganan. Tiap kemasan untuk transportasi harus dirancang untuk memenuhi persyaratan khusus bagi buah atau sayuran yang bersangkutan.

Kemasan-kemasan dari kayu merupakan kemasan pengiriman yang paling kuat dan kokoh tetapi kekuatannya bergantung pada jenis dan tebalnya bahan yang digunakan. Jenis kemasan yang biasa digunakan meliputi : peti-peti dan krat-krat kayu yang dipaku, peti-peti dan krat-krat-krat-krat yang diikat dengan kawat, peti-peti tripleks, peti curah, peti palet dan palet-palet kayu.

Kemasan karton (corrugated box) merupakan kemasan distribusi yang sedang populer digunakan, kemasan karton dibuat dari karton gelombang.

(17)

Dibanding dengan peti kayu, kemasan karton memiliki kelebihan antara lain; (1) mempunyai berat yang lebih ringan untuk material dengan kekuatan yang sama, (2) mempunyai permukaan yang halus, (3) mempunyai sifat meredam getaran yang baik, (4) mudah untuk dicetak dan diberikan label, (5) mudah untuk dirakit dan ringkas dalam penyimpanan, dan (6) mudah untuk didaur ulang. Sedangkan kelemahan kemasan karton adalah kurangnya ventilasi dan pada kondisi lembab kekuatannya berkurang.

Pada umumnya bentuk buah-buahan adalah bola (spheroid) dan elipsoidal (elipsoid) yang merupakan bentuk khusus dari spheroid. Bentuk buah-buahan yang geometris menjadi kendala dalam menata buah-buahan kedalam kemasan yang berbentuk persegi sehingga diperlukan model matematis untuk menganalisa hubungan antara bentuk buah dan dimensi kemasan agar diperoleh model penataan buah dalam kemasan yang efisien.

Hasil penelitian oleh Afriansyah (2005) dan Kuntadi (2005) berupa sistem bantu komputer untuk perancangan kemasan yang diberi nama PDS II (Packaging Design System II) untuk distribusi produk pertanian, yaitu perancangan kemasan kayu dengan komoditas spheroidal dan kemasan karton dengan komoditas elipsoidal. Kedua program tersebut masih dalam keadaan terpisah, maka perlu dilakukan penggabungan. Selain penggabungan program perlu dilakukan pengembangan. Dengan menambahkan data-data kayu yang terkait dengan tipe kemasan, ketebalan bahan dan ventilasi output yang dihasilkan oleh sistem lebih baik, sehingga sistem dapat digunakan untuk perancangan kemasan yang lebih bervariasi sesuai dengan kondisi di lapang.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut maka penelitian dilakukan untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton dan kayu.

Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi (tipe kemasan) bahan kemasan dan ventilasi. Data-data untuk perbaikan desain

(18)

digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006).

B. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun program komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola (spheroidal) dan elips (elipsoidal).

Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem bantu komputer untuk perancangan kemasan dari kayu dan karton yang akan menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan kemasan pada palet/bak truk.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengemasan

Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas suatu produk, dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi, kegunaan, dan lain-lainnya yang perlu ditampilkan dalam kemasan. Tulisan atau label tersebut merupakan informasi yang perlu disampaikan kepada orang yang menanganinya atau konsumen (Wiraatmadja et al., 1991). Peningkatan dalam biaya, energi dan bahan-bahan material menyebabkan para produsen memilih sistem pengemasan yang memiliki biaya murah. Pemilihan media pengemasan yang baik dan benar untuk produk dan pasar menjadi sangat penting.

Pengemasan adalah usaha untuk melindungi suatu produk dari kerusakan dengan menggunakan berbagai bahan kemasan. Bahan kemasan tersebut dapat dibuat dari berbagai macam bahan contohnya dari logam, kaca, kayu, bambu, kertas karton gelombang, triplek dan sebagainya. Penggunaan bahan kemasan sangat tergantung pada jenis produk yang dikemas, tujuan pengemasan, serta pertimbangan-pertimbangan teknis, estetika, dan ekonomis.

Menurut Sacharow dan Griffin (1980), tujuan dari pengemasan adalah untuk :

1. Mempermudah dan meningkatkan keamanan produk selama pengangkutan. 2. Melindungi produk dari pencemaran dan kehilangan.

3. Melindungi produk dari kerusakan atau penurunan mutu. 4. Memberikan kemudahan menggunakan produk yang dikemas.

Berdasarkan kegunaannya kemasan dibagi menjadi dua, yaitu kemasan untuk transportasi/distribusi (shipping containers) dengan fungsi utama melindungi produk dari kerusakan selama proses distribusi dan transportasi berlangsung dan kemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package) dengan fungsi utama untuk menarik konsumen. Bahan material utama yang digunakan untuk kemasan transportasi (shipping container) adalah kayu, fibreboard dan besi (Paine, 1977).

Menurut Paine (1977), tujuan utama dari pengemasan untuk distribusi adalah mengikuti aturan seperti tertulis sebagai berikut:

(20)

1. Kemasan harus terisi oleh produk secara efisien selama perjalanan. 2. Kemasan harus melindungi produk dari gangguan iklim dan kontaminasi. 3. Kemasan tersebut harus kompatibel dengan produknya.

4. Kemasan tersebut mudah dan efisien dalam pengisian dan penutupan.

5. Kemasan tersebut harus mudah ditangani oleh pengguna atau operator lainnya. 6. Kemasan tersebut harus dapat mengkomunikasikan kepada pelanggan,

distributor, pengecer dan pemasok tentang informasi yang harus diketahui berkenaan dengan produk dan tujuannya.

7. Ketika produk itu berbahaya atau memiliki potensi bahaya (seperti bahan kimia dan asam-asam) kemasan harus tidak dapat pecah secara virtual.

B. Kemasan Karton

Karton gelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan pelapisnya. Karton gelombang yang digunakan untuk kemasan karton terbuat dari paperboard. Paperboard merupakan kertas dengan ketebalan kurang lebih 0.20 mm. Paperboard yang digunakan untuk membuat karton gelombang biasanya dibuat dengan proses Kraft. Terdapat dua lapisan pada paperboard, yaitu lapisan utama (primary layer) dan lapisan pendukung (secondary layer). Primary layer terdiri dari serat kasar yang kuat sedangkan secondary layer tersusun dari serat yang telah diberi perlakuan. Secondary layer menyebabkan permukaan paperboard menjadi halus, sedangkan primary layer memberikan kekuatan (Peleg, 1985).

Karton gelombang pertama kali diciptakan di Inggris pada tahun 1986, sedangkan di Amerika Serikat ditemukan pertama kali oleh A. L. Jones pada tahun 1871 untuk mengemas corong lampu dan bahan rapuh yang terbuat dari kaca lainnya (Anonim, 1994). Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh kemasan karton, yaitu ketahanan jebol, daya tahan susun, dan daya tahan air. Menurut Federasi Pengemasan Indonesia (1983), Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kemasan karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Peleg (1985) mengklasifikasikan karton gelombang berdasarkan lapisan kertas (flat sheet) dan flute yang menyusunnya. Karton gelombang diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu single wall board (flute terletak

(21)

ditengah-tengah flat sheet), double wall board ( dua lapis single wall board yang saling berhadapan satu sama lain), dan triple wall board (terdiri dari tiga flute dan empat flat sheet).

Struktur flute yang digunakan pada karton gelombang komersial terdiri atas 4 ukuran, yaitu A (coarse), B (fine), C (medium), dan E (very fine), (Lott, 1977). Flute pada karton gelombang tipe A, B, dan C banyak digunakan untuk keperluan industri, misalnya untuk keperluan transportasi.

Menurut Jaswin (1999), flute A memiliki sifat bantalan (cushioning) yang baik karena ketebalannya dapat meredam daya tekan yang terjadi pada saat kemasan ditumpuk. Flute B memiliki bantalan yang tidak terlalu tinggi sehingga cocok untuk produk yang sebelumnya telah dikemas dalam kaleng, namun flute B memiliki ketahanan tekan datar (flat crush resistant) yang paling baik. Flute C dibuat dengan karakteristik berada diantara flute A dan B dengan harga lebih murah, memiliki daya bantalan yang tinggi seperti flute A dan memiliki ketahanan tekan datar yang baik seperti flute B. Sedangkan flute E banyak digunakan untuk kemasan display dengan dinding luar terbuat dari white kraft sebagai karton printed. Tabel 1 menunjukkan susunan flute pada karton gelombang.

Tabel 1. Susunan flute pada karton gelombang komersial Flute

configuration

Number of flutes per meter

Flute height (mm) Minimum flat crush (Nm-2)

A (coarse) 104-125 4.5-4.7 140

B (fine) 150-184 2.1-2.9 180

C (medium) 120-145 3.5-3.7 165

E (very fine) 275-310 1.15-1.65 185

Sumber : Lott, di dalam Paine, F. A. The Packaging Media (1977)

Karton gelombang memiliki banyak tipe kemasan. Terdapat tiga tipe umum yang digunakan, yaitu Regular Slotted Container (RSC), Half Telescopic Container (HTC), dan Full Telescopic Container (FTC). Dari ketiga tipe tersebut RSC dan FTC paling banyak digunakan sebagai kemasan distribusi produk hortikultura yang ada di Indonesia. Bahan kemasan dari karton gelombang merupakan bahan kemasan hasil industri kertas sehingga jenis dan tipenya telah memiliki standar. Hal ini menyebabkan pemilihan bahan kemasan lebih mudah dibandingkan dengan kayu. Faktor yang menentukan ketebalan bahan karton

(22)

gelombang adalah tipe flute. Tipe kemasan karton gelombang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tipe kemasan karton untuk distribusi (A) RSC, (B) HTC, dan (C) FTC.

Tipe kemasan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kemasan distribusi produk hortikultura. Perbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produk, penyimpanan, dan moda transportasi. Biasanya pemotongan lubang ventilasi untuk kemasan distribusi banyak dilakukan dibagian samping kemasan dan bukan di bagian atas (penutup) kemasan, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapat mengurangi kekuatan kemasan yang lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan bawah kemasan peti karton (Peleg, 1985).

McDonald, et al. (1979) mempelajari tentang kekuatan dan ventilasi pada kemasan untuk transportasi jeruk, dengan perbandingan ventilasi vertikal dan horizontal. McDonald menggunakan 8 lubang ventilasi dengan ukuran 25 x 76 mm pada bagian atas dan bawah kemasan. Walaupun persentase ventilasi ditingkatkan dari 2% sampai 4.5% tetap tidak mengurangi kekuatan kemasan.

Ukuran, bentuk, dan posisi lubang ventilasi pada kemasan peti karton sangat bervariasi, terutama untuk kemasan distribusi buah dan sayur. Buah nanas biasanya dikemas dengan berat bersih antara 10-15 kg (22-23 lb). Kemasan yang biasa digunakan adalah kemasan karton gelombang tipe FTC dengan karton pembagi diantara buah nanas, kekuatan tekan kemasan sebesar 275 lb/in2.

(23)

Ventilasi dibuat di bagian top dan bottom kemasan, dengan tambahan di bagian samping kemasan jika dibutuhkan, biasanya digunakan untuk pengangkutan via angkutan laut (Isabellefruits, 2004).

(a) (b)

Gambar 2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong (a). Tipe FTC (b). Tipe RSC.

C. Kemasan Kayu

Kemasan pertama dalam distribusi adalah karung dan tong dari kayu dibuat untuk memudahkan penanganan (Rawson, 1977). Semenjak revolusi industri dan perkembangan dalam transportasi seperti pembangunan rel kereta dan jalan yang lebih baik mendorong pembuatan peti kayu dan krat-krat kayu sebagai kemasan distribusi modern yang pertama. Mengingat hasil kayu melimpah dan tidak mahal menyebabkan permintaan akan kemasan kayu meningkat dan tidak memperdulikan kerendahan mutu dari material tersebut.

Pada saat ini penggunaan kemasan kayu hanya dilakukan ketika kekuatan dan karakteristik dari kemasan tersebut dibutuhkan untuk mengantarkan produk tersebut dengan aman sampai ke tujuan, atau ketika produk tersebut bernilai tinggi dan membutuhkan perlindungan ekstra.

Ukuran kemasan kayu (peti kayu) bervariasi sangat tergantung pada ukuran dan berat individu komoditas. Kemasan dengan ukuran panjang 57 cm, lebar 38 cm, dan tinggi 30 cm dapat memuat buah apel 25 kg atau buah peer sebanyak 29 kg. Peti kayu dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 22 cm dapat memuat buah apel 19 kg atau buah peer sebanyak 22 kg. Peti kayu

(24)

dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 25 cm dapat memuat apel sebanyak 22 kg atau buah peer sebanyak 25 kg (Poernomo, 1982).

D. Kayu Sebagai Bahan Kemasan

Harvey (1986) menerangkan bahwa, pilihan jenis kayu ditentukan berdasarkan jumlah yang tersedia dan harganya. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis kayu yang cocok untuk kemasan yaitu densitas kayu, kemudahan pemakuan serta ukuran yang memadai. Jenis kayu yang cocok untuk pengemasan adalah jenis kayu lunak (softwood) seperti Tusam sp. Atau Agathis sp. Dengan densitas antara 270-700 kg/m3. Menurut Anonim (1988), kayu untuk bahan pengemas sebaiknya bersifat lentur, misalnya seperti kayu Kenanga, kayu Teki dan kayu Jeungjing.

Menurut JSA (1984), Kadar air kayu untuk bahan kemasan tidak boleh lebih dari 20 persen. Kayu yang akan digunakan juga tidak boleh mengandung cacat seperti mata atau gabungan mata (knot cluster) yang diameternya lebih dari sepertiga papan yang digunakan, keretakan atau pecah, busuk, namun retak atau belah (split) pada kayu yang tidak mempengaruhi penancapan paku pada saat penggabungan dapat diabaikan.

Harvey (1986) menyatakan bahwa karakteristik suatu kemasan sangat dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan mutu kayu, desain kemasan (tipe kemasan), cara pengerjaan dalam konstruksi dan perakitan kemasan. Perbedaan jenis kayu dapat menyebabkan perbedaan dalam kemudahan pengerjaan, kekuatan lengkung (bending strength), kekuatan tekan (compressive strength), daya cengkeram paku (nail holding power), ketahanan terhadap kikisan (resistance of abrassion) dan ketahanan terhadap kerusakan atau kebusukan.

Desain peti kayu yang hendak dirancang harus dapat memberikan perlindungan yang cukup dengan memberikan kemudahan penanganan yang maksimum sedangkan dalam hubungannya dengan produk yang dikemas ada sepuluh faktor yang berpengaruh yaitu :

1. Sifat dan berat produk yang dikemas. 2. Model peti dan palet.

3. Bahan konstruksi dan kekuatan penggabungannya. 4. Dimensi keseluruhan peti.

(25)

5. Berat kosong.

6. Metoda dan kekuatan pada penanganan selama perjalanan. 7. Ketentuan dari negara pengimpor.

8. Urgensi pengiriman.

9. Kemampuan berada ditempat terbuka selama dibongkar. 10. Kemampuan kemasan untuk digunakan kembali.

1. Sengon/Jeungjing

Jeungjing atau sengon laut (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen syn.), termasuk dalam famili Fabaceae. Kayu ini merupakan kayu cepat tumbuh dan banyak ditanam masyarakat sebagai hutan rakyat. Pohon ini pada umur 10 tahun sudah masak tebang. Daerah penyebaran kayu ini di Indonesia adalah di daerah seluruh pulau Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya. Kayu jeungjing banyak digunakan untuk bahan perumahan, peti, venir, pulp, papan semen wol kayu, papan serat, dan sebagainya. Pohon ini memiliki panjang bebas cabang 10-30 cm sampai 80 cm.

Ciri umum kayu jeungjing adalah sebagai berikut : a. Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda b. Tekstur kayu agak kasar dan merata

c. Arah serat lurus, bergelombang lebar, atau berpadu d. Permukaan kayu agak licin atau licin serta mengkilap

e. Kayu yang masih segar berbau petai, yang lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering.

Kayu jeungjing mempunyai berat jenis rata-rata 0.33 dengan kisaran 0.24 – 0.49 sehingga termasuk kayu ringan, kelas kuat IV-V dan kelas awet IV-V. Penyusutan kayu sampai kering tanur sebesar 2.5 persen dalam arah radial dan 5.2 persen dalam arah tangensial. Keawetan kayu jeungjing termasuk dalam kelas sedang. Mempunyai nilai keteguhan belah sebesar 33.6 kg/cm dalam arah radial dan 36.4 kg/cm dalam arah tangensial (Martawijaya et al., 1989).

(26)

2. Tusam

Tusam (Pinus merkusii Jungh) merupakan kayu ringan memiliki berat jenis 0.59 sehingga dimasukkan dalam kelas kekuatan II-III dan keawetannya sedang termasuk dalam kelas III-V, memiliki keteguhan belah sebesar 42.6 kg/cm dalam arah tangensial. Kayu ini baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan dibawah atap dan umumnya digunakan untuk korek api. Memiliki serat kayu yang panjang sehingga kayu yang masih muda baik untuk dijadikan bubur kayu untuk kertas atau pulp.

Kayu Tusam banyak ditemukan di daerah Sumatera. Kayu ini tumbuh pada ketinggian 500-2000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pionir, dapat ditanam dengan baik di padang ilalang ataupun di belukar dan tahan akan kekurangan zat asam. Pohonnya dapat mencapai tinggi 70 m dan diameter lebih dari 100 cm, dengan batang bebas sekitar 70% dari tinggi pohon.

Ciri umum kayu Tusam adalah sebagai berikut :

a. Umumnya batang berbentuk bulat dan lurus kadang-kadang memilin.

b. Kulitnya berwarna cokelat tua agak kelabu, permukaan kulit kasar dan beralur dalam.

c. Tekstur kayu halus, arah serat lurus, kesan raba permukaan licin. d. Kayu yang mengandung damar terasa seperti berlemak.

e. Tebal pepagan pohon tua bisa mencapai 12 cm.

f. Daunnya berbentuk seperti jarum, tersusun dalam berkas-berkas yang masing-masing terdiri atas dua daun.

g. Buahnya berbentuk kerucut yang terdiri atas sisik-sisik. 3. Agathis

Agathis ( Agathis loranthifolia) dikenal dengan nama umumnya damar banyak ditemukan tersebar di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku dan Irian. Pohon Agathis dapat tumbuh sampai ketinggian sampai 65 m, dengan diameter batang mencapai 150 cm. Kayu agathis memiliki berat jenis 0.47 dan berada dalam kelas kekuatan III. Tajuk berbentuk kerucut dan berwarna hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang. Kulit luar berwarna kelabu sampai cokelat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk

(27)

bundar atau bulat telur. Pohon tidak berbanir, mengeluarkan damar yang lazim disebut kopal. Memiliki nilai keteguhan belah sebesar 26.6 kg/cm.

Agathis memiliki ciri umum sebagai berikut : a. Batangnya berbentuk silindris dan lurus.

b. Kayunya berwarna putih kadang agak kekuning-kuningan, tidak berpori. c. Permukaan kulitnya berbintik-bintik cokelat pada bidang radial.

d. Tekstur kayu halus dan merata.

e. Memiliki arah serat lurus kadang terpilin. E. Paku sebagai alat sambung

Sambungan merupakan titik terlemah dalam suatu konstruksi. Jika kekuatan kayu tanpa sambungan dianggap sama dengan 100 % maka penggunaan alat sambung berikut ini dalam suatu sambungan kayu mengakibatkan (Yap, 1984) :

a. 30 % apabila menggunakan alat sambung baut b. 50% apabila menggunakan alat sambung paku c. 60% apabila menggunakan alat sambung pasak

d. 100% apabila menggunakan alat sambung berupa perekat

Dalam Wirjomartono (1977), alat sambung yang digunakan dalam konstruksi kayu dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu :

a. Paku, baut, dan sekrup b. Pasak-pasak kayu keras

c. Alat-alat sambung modern (kokot, bulldog, cincin belah, dan lain-lain) d. Perekat

Fungsi alat sambung adalah penyambung dan penghantar gaya yang bekerja pada satu bagian ke bagian lain dari sambungan. Satu bagian ke bagian lain tersebut masing-masing merupakan satu kesatuan

Paku adalah alat sambung mekanik yang paling umum dan familiar digunakan masyarakat. Paku sering digunakan untuk alat sambung pada konstruksi bangunan kuda-kuda. Walaupun daya dukungnya kecil ternyata sambungan dengan paku adalah kaku, karena sasarannya sangat kecil terutama jika dibandingkan dengan sambungan yang menggunakan baut (Yap, 1984).

(28)

Kekuatan paku tergantung pada bahan penyusunnya (besi, baja, seng atau alumunium). Menurut Witjomartono (1977), paku biasanya dibuat dari baja Thomas yang mempunyai kokoh desak maksimum 600-800 kg/cm2 dan tegangan lentur maksimum 8000-12000 kg/cm2. Walaupun sambungan paku merupakan tipe sambungan yang paling mudah, tetapi tidak semua kayu dapat dengan mudah untuk dipaku. Pembelahan dan pembengkokan paku bisa diminimumkan dengan menggunakan jarak spasi minimum atau perlakuan awal yaitu dilakukan pengeboran lubang paku terlebih dahulu dengan catatan besar lubang tidak boleh melebihi diameter paku yang akan digunakan.

F. Desain Kemasan

Menurut Renggo (1990), perancangan kemasan untuk transportasi dan distribusi diutamakan pada penentuan dimensi pengemas yang dinyatakan dalam ketiga macam dimensi. Ketiga macam dimensi tersebut adalah dimensi dalam (inner dimension), dimensi pola (pattern dimension), dan dimensi luar (outer dimension).

1. Dimensi Kemasan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan dimensi kemasan , faktor tersebut antara lain:

a. Susunan buah dalam kemasan

Pola susunan buah dalam kemasan menentukan dimensi dalam kemasan. Menurut Peleg (1985) terdapat dua model penyusunan buah dalam kemasan yaitu kemasan acak (jumble pack) dan kemasan terpola (placed pack). Kemasan acak digunakan untuk pengemasan buah-buahan bernilai ekonomi rendah sedangkan kemasan terpola digunakan untuk buah-buahan bernilai ekonomi tinggi, biasanya untuk keperluan ekspor.

Kemasan terpola terdiri dari tiga macam pola penyusunan teratur untuk buah-buahan yang biasa dikemas menggunakan kemasan berbentuk persegi atau persegi panjang. Ketiga macam pola penyusunan tersebut adalah :

1. Pattern pack region I, dengan 1.46b ≥ Δx ≥ 0.82a, 0 ≤ Δy ≤ 0.82b dan 1.46b ≥ Δz ≥ 0.82a.

2. Pattern pack region II, dengan 0.82a ≥ Δx ≥ 0, 0.82b ≤ Δy ≤ 1.46b, dan 0.82b ≥ Δz ≥ 1.46b.

(29)

3. Pattern pack FCC (Face Cubic Center), dengan Δz = Δy = 0.82b dan Δx = 0.82a.

b. Standar berat tiap kemasan

Standar berat ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akan digunakan pada pengangkutan dan distribusi. Ada dua sistem penanganan yaitu penanganan berdasarkan kemampuan manusia dengan berat antara 15 kg sampai 25 kg dan kemampuan penanganan dengan kemampuan mesin dengan berat antara 200 kg sampai 500 kg (Peleg, 1985).

c. Susunan kemasan dalam ruang angkut

Penentuan dimensi kemasan distribusi harus memperhatikan efisiensi pemakaian ruang angkut. Efisiensi pemakaian ruang angkut selain ditentukan oleh dimensi kemasan juga dipengaruhi oleh pola penyusunan kemasan dalam ruang angkut (Peleg, 1985). Pola penyusunan kemasan dalam ruang angkut yang paling mudah dan banyak digunakan adalah row pattern, trivial pattern dan peripheral pattern.

2. Tipe Kemasan

Selain bahan kemasan dan dimensi kemasan, tipe kemasan juga mempengaruhi kekuatan kemasan baik pada kemasan kayu maupun pada kemasan karton gelombang. Pada kemasan kayu tipe kemasan dilihat dari pemasangan batten atau pengikat papan, bisa disebut juga sebagai rangka yang berfungsi sebagai penguat konstruksi kemasan kayu. Tipe kemasan kayu memiliki berbagai macam tipe diantaranya adalah Batten-free wooden box, End vertical batten wooden box, End horizontal batten wooden box, Inside batten wooden box dan Butt-joint full cleat wooden box, macam-macam tipe kemasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

(30)

Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) 1. Batten-free wooden box

2. End vertical batten wooden box

(31)

Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) (lanjutan).

3. Ventilasi

Menurut Pantastico (1975), buah-buahan terbagi menjadi dua berdasarkan jenis respirasinya, yaitu buah klimakterik dan non klimaterik. Buah klimakterik merupakan buah-buahan yang terus melakukan respirasi, sedangkan buah non klimakterik merupakan buah yang berhenti melakukan proses respirasi bila telah matang. Dalam desain kemasan perlu diperhatikan ventilasi yang baik agar produk

4. Inside batten wooden box

(32)

yang dikemas terutama produk hortikultura yang memiliki sifat klimakterik mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

Desain ventilasi juga harus memperhatikan letak atau posisi ventilasi serta luasan ventilasi agar tercapai kekuatan kemasan yang optimal. Menurut hasil penelitian Aspihani (2006), Semakin besar luasan ventilasi yang diberikan kepada peti karton maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Sama halnya dengan peti karton, ventilasi pada peti kayu pun dapat mengurangi compression strength peti kayu tersebut.

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Peneletian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian , Institut Pertanian Bogor.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data sekunder hasil penelitian Afriansyah (2005), Kuntadi (2005), Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006).

b. Program PDS II Alat-alat yang digunakan :

Komputer dengan procesor Pentium® 4 (1.7 GHz) dan menggunakan software

Visual Basic 6.0. C. Metode Penelitian

Desain dan pemilihan kemasan memiliki beberapa faktor yang terkait yaitu dimensi kemasan dan berat kemasan, sedangkan faktor-faktor yang terkait dalam sistem distribusi adalah standar berat kemasan, sistem penanganan palet, sistem pengangkutan dan kondisi lingkungan. Pemilihan kemasan didasarkan pada compression strength kemasan yang mampu menyangga compression force yang terjadi dalam proses distribusi komoditas dengan biaya material/bahan yang paling murah Faktor-faktor yang terkait dengan bahan kemasan adalah tipe kemasan dan compression strength. Tipe kemasan yang digunakan dibatasi hanya tiga tipe, yaitu tipe “end vertical batten wooden box”, tipe “end horizontal batten wooden box”, dan tipe “butt-joint full cleat wooden box”.

Pemilihan kemasan didasarkan pada kemampuan bahan kemasan untuk menahan beban tekan yang terjadi dalam proses distribusi suatu produk. Hubungan berbagai faktor dalam proses perancangan dan pemilihan bahan kemasan dapat dilihat pada Gambar 4.

(34)

Gambar 4. Faktor yang berpengaruh pada pemilihan dimensi dan material kemasan. Sistem penanganan Standar berat Sifat buah : -Ukuran -Berat -Bentuk

Pola penyusunan buah dan jumlah buah dalam

kemasan Dimensi kemasan Bahan (material) kemasan Tipe kemasan

Dimensi palet/Alat angkut

Efisiensi palet

Pola susunan kemasan pada palet

Berat

kemasan Compression strength

material Material, desain dan dimensi kemasan terpilih Evaluasi kekuatan biaya Material Compression force

Posisi dan Luasan Ventilasi

(35)

1. Pembangunan Program Komputer (software)

Pembangunan program untuk perancangan kemasan distribusi menggunakan software pendukung Visual Basic 6.0. Program ini merupakan pengembangan dari program PSD I(Packaging Design System I) yang dibuat oleh Darmawati (1994) dan PSD II yang dibangun oleh Afriansyah (2005) dan Kuntadi (2005). Diagram alir program dapat dilihat pada Gambar 5. Tahapan yang dilakukan dalam pembangunan program adalah :

a. Penggabungan program PDS IIa dan PDS IIb

PDS IIa adalah program pemilihan kemasan karton gelombang untuk komoditas berdimensi elipsoidal, sedang PDS IIb adalah program pemilihan kemasan kayu untuk komoditas berdimensi bola (spheroidal). Pengabungan dilakukan dengan penambahan program pemilihan kemasan karton gelombang untuk komoditas berdimensi spheroidal dan program pemilihan kemasan kayu untuk komoditas berdimensi elipsoidal. Dengan penggabungan dan penambahan ini maka pengguna dapat memilih dua jenis bahan kemasan dan dua bentuk dimensi komoditas sesuai dengan kebutuhan dalam satu program.

b. Perbaikan dan penambahan model perhitungan kekuatan kemasan.

Pada PDS II, perhitungan kemasan didasarkan pada perhitungan teoritis. Hasil telaah pustaka menginformasikan bahwa kekuatan kemasan sangat dipengaruhi oleh konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi ventilasi. Berdasarkan kajian tersebut maka pada bagian sub program yang berfungsi menghitung kekuatan kemasan akan ditambahkan model-model hasil penelitian yang memasukkan faktor konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi ventilasi terhadap kekuatan kemasan.

c. Penambahan model optimasi pemilihan kemasan

Pada PDS II, pemilihan kemasan hanya menggunakan satu parameter saja, yaitu compression strength dan compression force dimana kemasan yang dipilih mempunyai kekuatan yang mampu menahan gaya yang akan terjadi dalam proses transportasi. Pengaruh konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi ventilasi berdampak pada kekuatan suatu kemasan. Kekuatan yang memadai menjadi faktor penting dalam memilih kemasan agar mampu melindungi produk

(36)

dari kerusakan, oleh karenanya pada PDS II perlu ditambahkan sub program yang bertugas melakukan simulasi pemilihan kemasan dengan memperhatikan konstruksi (tipe) dan ventilasi.

Gambar 5. Diagram alir program.

Data produk (berat, dimensi)

Syarat maks. dan min. (panjang, lebar dan tinggi)

Jumlah buah dalam kemasan

Pola susunan buah dalam kemasan

Dimensi dalam (panjang, lebar, tinggi) Dimensi dalam sesuai persyaratan A MULAI Y T

Batas atas dan batas bawah berat kemasan sebesar 5%

(37)

Gambar 5. Diagram alir program (lanjutan). T Y Y A C Dimensi kemasan -dimensi desain -dimensi sheet -dimensi luar Kekuatan kemasan (Compression strength) Dimensi ruang angkut/container

Pola susunan kemasan dalam ruang angkut/container

Efisiensi tertinggi

Tinggi susunan kemasan dalam ruang angkut/container

B B Faktor keamanan Compression force CS>CF C

-Dimensi kemasan terpilih -Jenis bahan terpilih

Susunan buah didalam pengemas

Desain kemasan dengan ventilasi

Susunan kemasan dalam ruang angkut atau dalam ruang penyimpanan

STOP T

(38)

2. Perancangan Kemasan

Pada program ini terdapat parameter dan asumsi dasar untuk perhitungan nilai kekuatan dari kemasan. Ukuran kemasan terbatas pada standar ukuran yang umum digunakan. Asumsi dasar terletak pada nilai kecepatan pada masing-masing kelas jalan, frekuensi pada kelas jalan dan amplitudo pada masing-masing kelas jalan.

Parameter yang dihitung oleh program adalah dimensi dalam kemasan, dimensi luar kemasan, pola susunan buah dalam kemasan, nilai compression force, nilai compression strength dan susunan kemasan serta efisensi kemasan dalam ruang angkut.

Tahapan yang dilakukan dalam perancangan kemasan sebagai berikut : a. Menentukan jumlah buah dalam kemasan

Dari data dimensi, berat individu buah dan berat standar yang diinginkan dalam satu kotak kemasan dihitung jumlah buah dalam kemasan dengan persamaan sebagai berikut:

N = Berat standar tiap kemasan/ berat individu buah ... (1) b. Menentukan nilai faktor koreksi

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006), dijelaskan bahwa kekuatan kemasan dapat mengalami beberapa perubahan akibat perubahan desain kemasan baik dari segi konstruksi maupun ventilasi. Dari perubahan tersebut dapat diketahui bilangan yang dapat dijadikan sebagai faktor koreksi untuk menghitung kekuatan kemasan.

Faktor koreksi ini didapat dengan melakukan perbandingan antara nilai compression strength dari kemasan tanpa ventilasi dengan kemasan yang dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji. Data faktor koreksi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Pada kemasan kayu perhitungan faktor koreksi menggunakan nilai compression strength teoritis awal sebesar 3940.47 kgf sebagai patokan atau pembagi untuk mengetahui nilai faktor koreksi pada kemasan yang menggunakan

(39)

perlakuan lain. Untuk menghitung nilai faktor koreksi nilai compression strength akhir debagi dengan nilai compression strength awal. Pada perhitungan nilai faktor koreksi Dwipuspa (2006) menggunakan kemasan tipe III sebagai patokan awal sehingga untuk menghitung nilai faktor koreksi akibat penambahan ventilasi nilai compression strength yang dipakai sebagai pembagi adalah sebesar 2327.5 kgf.

Tabel 2. Nilai faktor koreksi terhadap penambahan ventilasi pada kemasan karton gelombang.

No. Perlakuan Varian Faktor koreksi

1 Tipe Kemasan RSC 1

FTC 1.85

2

Jenis Ventilasi Persentase luasan ventilasi Oblong ventilation

1% 0.8399 3% 0.7011 5% 0.6982

Posisi ventilasi Samping 1

Atas 0.96 Circle ventilation

1% 0.9255 2% 0.8317 3% 0.7277

Keterangan : Posisi ventilasi hanya ada pada ventilasi jenis oblong

Tabel 3. Nilai faktor koreksi terhadap tipe kemasan, penambahan ventilasi pada kemasan dan tipe sambungan pada kemasan kayu.

No. Perlakuan Varian Koreksi Faktor 1 Tipe Kemasan Tipe I 0.429771 Tipe II 0.439541 Tipe III 0.590665 2 Luasan Ventilasi 0% 1 5% 0.829215 10% 0.780665 15% 0.700322 3 Tipe Sambungan Sambungan 2 PakuSambungan 3 Paku 1.007076 1

(40)

c. Menentukan dimensi dalam kemasan

Jumlah buah dalam kotak kemasan digunakan untuk menghitung dimensi dalam kemasan dengan persamaan sebagai berikut :

Panjang = 2a + (KA – 1)(0.5Δx + a)

Lebar = 2b + (KB – 1)(0.5Δy + b) ... (2) Tinggi = 2b + (KC – 1)(0.5Δz + b)

Untuk symmetric layer, nilai KA, KB, KC adalah :

N = (KA x KB x KC)/2 ... (3) Variabel a dan b adalah ukuran dimensi buah, sedangkan Δx, Δy, Δz adalah jarak antar buah pada dimensi panjang, lebar dan tinggi.

d. Menentukan Compression strength

Pada setiap kemasan baik dari jenis kayu dan karton gelombang masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda tergantung dari jenis bahan, tipe kemasan dimensi dan penambahan ventilasi. Nilai Compression strength dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

z h Pm P= 821. × × × ... (4) P = Compression strength (kgf) Pm = keteguhan (kgf/cm) h = Tebal (mm) z = Perimeter keliling (cm)

Pada kemasan kayu Pm adalah nilai keteguhan belah yang memiliki satuan kgf/cm namun pada kemasan karton gelombang Pm adalah kekuatan sudut tergantung dari tipe flute. Karena kemasan yang akan disimulasikan meliputi penambahan ventilasi dan tipe kemasan maka terdapat faktor koreksi yang mempengaruhi nilai compression strength teoritis, sehingga persamaannya menjadi :

Preal= P×Fk ... (6) Fk = Faktor koreksi (Tabel 2 dan Tabel 3)

e. Menentukan pola susunan kemasan pada palet

Pada sistem distribusi yang menggunakan palet, maka dimensi kemasan disesuaikan dengan dimensi palet. Pola susunan dipilih berdasarkan dimensi luar kemasan dan dimensi palet yang memberi efisiensi pemakaian palet tertinggi. Pola

(41)

susunan kemasan pada palet yang dipilih adalah pola baris, pola trivial, dan pola pheriperal.

f. Menentukan Compression Force

Tinggi penyusunan kemasan pada ruang angkut akan memberikan tekanan pada kemasan yang ada disusunan terbawah. Selain karena gaya tekan yang berasal dari tinggi susunan kemasan, juga diperhitungkan kondisi yang diperkirakan terjadi pada proses distribusi. Faktor tersebut dinyatakan sebagai faktor keamanan sehingga untuk menghitung compression force digunakan persamaan : W n Fstatis=( −1)× ... (7) t = (s / v) x 3600 ... (8) f × × = 7 22 2 ω ... (9) ) (sin ) 1 (n 2 y t W Fdinamis= × − ×ω × × ω× ... (10) dt = Fstatis / Fdinamis ... .... (11) fk = 1 / dt ... (12) CF = Mx (n-1) x fk... (13) Dimana : CF = Compression force (kgf) M = berat kotor per kemasan (kg) n = jumlah susunan kemasan Fk = faktor keamanan W = berat kemasan (kg) t = waktu tempuh (s) s = jarak tempuh (km) v = kecepatan (km/jam)

ω= kecepatan tangensial (rad/s) y = amplitudo (cm)

(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Program Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan 1. Desain Program

Program simulasi komputer merupakan pengembangan dari program simulasi sebelumnya yaitu Packaging Design System I dan Packaging Design System II yang kemudian diberi nama Packaging Design System II (PDS III). PDS III dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0, yang terdiri dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih. Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan seperti gambar desain kemasan, susunan buah dalam kemasan dan susunan kemasan dalam ruang pengangkutan atau ruang penyimpanan serta informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan kemasan.

Desain program yang interaktif dan user friendly menjadikan program PDS III mudah untuk digunakan. Sasaran utama pengguna program ini adalah produsen kemasan atau desainer kemasan. Selain produsen kemasan, petani pun dapat menjalankan program ini dengan mudah. Pada program ini terdapat pilihan dan bantuan gambar agar dapat memudahkan pengguna dalam menjalankan fungsi program ini.

Terdapat beberapa perubahan pada proses perhitungan Program PDS III yang mengakibatkan perbedaan hasil keluaran. Perubahan tersebut adalah perubahan nilai batasan pada iterasi awal yang menentukan dimensi dalam dan penambahan faktor koreksi yang mengakibatkan iterasi pada perhitungan kemasan pun berbeda dengan PDS II. Perbedaan proses perhitungan mengakibatkan perbedaan pada nilai output. Untuk mengetahui perbedaan tersebut maka dimasukkan nilai input yang sama seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5. Hasil keluaran output dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

(43)

Tabel 4. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk kemasan kayu dengan komoditas spheroidal.

Input Berat buah (gr) 101 Diameter buah (mm) 63

Kelas jalan Jalan berbatu (aspal) Berat per kemasan (kg) 16

Jarak tempuh (km) 100 Panjang bak truk (mm) 3000 Lebar bak truk (mm) 1750 Tinggi bak truk (mm) 2000

Tabel 5. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal.

Input

Berat buah (gr) 119.69 Diameter major (mm) 71.91 Diameter minor (mm) 54.3 Berat per kemasan (kg) 9

kelas jalan Jalan berbatu (aspal) jarak tempuh (km) 85

Ventilasi (%) 0% Panjang bak truk (mm) 3000

Lebar bak truk (mm) 1750 Tinggi bak truk (mm) 1000

Tabel 6. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan kayu dengan komoditas spheroidal.

output PDS II PDSIII Dimensi dalam Panjang (mm) 418.32 463 Lebar (mm) 329.49 374 Tinggi (mm) 240.66 196 Dimensi luar Panjang (mm) 438.32 483 Lebar (mm) 349.49 394 Tinggi (mm) 260.66 216 Jenis kayu Jeungjing Agathis Compression strength (kgf) 96958.34 383 jumlah lapisan buah 5 4

jumlah buah 157 160

Tipe Susunan kemasan Row pattern Row pattern Effisiensi (%) 87.09 91

jumlah susunan 33 25

tinggi susunan 8 9

(44)

Tabel 7. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal.

output PDS II PDSIII Dimensi dalam Panjang (mm) 275 579 Lebar (mm) 246 306 Tinggi (mm) 207 96 Dimensi luar Panjang (mm) 281 611 Lebar (mm) 252 337 Tinggi (mm) 213 128 Tipe flute B A Compression strength (kgf) 205.05 106 jumlah lapisan buah 5 2

jumlah buah 75 77

Tipe Susunan kemasan Row pattern Peripheral pattern Effisiensi (%) 89.02 86

jumlah susunan 66 22

tinggi susunan 3 8

Compression force (kgf) 45.75 105

Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan yang sangat mencolok terlihat pada nilai kekuatan kemasan. Pada kemasan kayu nilai yang sama hanya terdapat pada tipe susunan kemasan yaitu menghasilkan tipe susunan Row Pattern. Jumlah buah yang dihasilkan oleh kedua program memiliki selisih tiga untuk kemasan kayu dan dua buah untuk kemasan karton.

Penambahan beberapa faktor terhadap kemasan seperti pada tipe kemasan dan ventilasi kemasan mengakibatkan nilai kekuatan kemasan berkurang sesuai dengan faktor koreksi. Selain itu pendekatan dengan mengganti nilai Pm dengan keteguhan belah mengakibatkan nilai kekuatan kemasan pada PDS II berbeda dengan PDS III.

Perbedaan nilai kekuatan terjadi juga karena batasan pada proses iterasi untuk menghitung dimensi dalam kemasan program PDS III berbeda dengan PDS II. Pada PDS II batasan yang digunakan adalah L < P , L ≥ 0.5P dan T ≤ P, sehingga dimensi kemasan dalam yang terpilih oleh batasan tersebut lebih sedikit dan mengakibatkan nilai kekuatan yang tidak dimunculkan dalam program.

(45)

a. Form input

Form input terdiri dari tiga buah form yaitu form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas, form data komoditas, transportasi serta kemasan dan form isian data dimensi alat transportasi atau ruang penyimpanan. Sebelum mengisi ketiga buah form tersebut, pengguna akan disuguhkan form start up atau form judul program yang berisi tentang judul program serta pengembang dari program PDS III. Tampilan form judul dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Form start up (judul) program PDS III. a.1. Form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas

Dalam form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas, bentuk komoditas yang dapat dipilih ada dua yaitu bentuk bola dan elipsoidal, sedangkan jenis kemasan terdiri dari karton gelombang dan kayu. Dalam program PDS III ini pengguna dapat memilih bentuk buah dan jenis kemasan yang diinginkan secara simultan, artinya pengguna dapat memilih kombinasi dari kedua pasang pilihan tersebut.

Alasan dipilihnya bentuk buah yaitu bola dan elipsoidal karena bentuk ini merupakan bentuk umum dari produk buah-buahan. Jenis bahan kemasan karton gelombang dan kayu dipilih karena merupakan bahan kemasan yang paling sering digunakan untuk transportasi dan distribusi.

(46)

Kemasan karton gelombang umumnya merupakan kemasan yang digunakan untuk pasar insitusi dan luar negeri karena kemasan karton gelombang terlihat lebih mewah dan lebih mudah dalam pemberian label. Kemasan kayu masih digunakan karena kekuatannya terhadap perlakuan-perlakuan kasar dan harganya relatif lebih murah, umumnya digunakan untuk pasar-pasar lokal (tradisional). Form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Form pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan a.2. Form data komoditas, transportasi serta kemasan

Ketika pengguna telah menentukan pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan, maka akan ditampilkan form isian data ukuran dan berat individu komoditas yang ingin dikemas. Isian data transportasi dibutuhkan untuk memperkirakan nilai compression force yang akan terjadi dalam transportasi. Dalam form input isian data ini terdapat empat form yang berbeda, masing masing untuk komoditas bola dengan kemasan karton gelombang, komoditas bentuk bola dengan kemasan kayu, komoditas elips dengan kemasan karton gelombang dan komoditas bentuk elipsoidal dengan kemasan kayu.

Alasan membuat form yang berbeda untuk masing-masing jenis kemasan dan bentuk komoditas adalah data isian yang dibutuhkan untuk masing-masing jenis kemasan dan bentuk komoditas berbeda-beda. Perbedaannya adalah dalam

(47)

data ukuran diameter buah dan jenis ventilasi. Pada bentuk komoditas bola data diameter buah yang dibutuhkan hanya satu (diameter tunggal) sedangkan pada bentuk komoditas elipsoidal terdapat dua data diameter buah yang dibutuhkan yaitu diameter major dan minor. Pada jenis kemasan kayu data ventilasi hanya terdapat pilihan luasan ventilasi, sedangkan pada kemasan karton gelombang terdapat pilihan jenis ventilasi dan luasan ventilsai. Perbedaan perhitungan nilai compression force dengan variabel yang berbeda juga merupakan alasan membedakan form-form tersebut. Dalam form isian tersebut terdapat empat kelompok isian yaitu data komoditas, data kemasan, kondisi transportasi dan ventilasi.

Data komoditas terdiri dari berat individu buah dalam gram dan diameter buah dalam milimeter, pada bentuk elipsoidal dimeter buah terdiri dari diameter major dan minor. Data kemasan terdiri dari berat isi kemasan dalam kilogram dan tinggi susunan atau tumpukan. Kondisi transportasi terdiri dari kelas jalan dan jarak tempuh dalam km, dan data ventilasi adalah isian dalam bentuk option button atau pilihan prosentase ventilasi per luasan kemasan. Bentuk form data isian dapat dilihat pada Gambar 8.

(a)

Gambar 8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu, b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang.

(48)

(b)

Gambar 8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu, b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang (lanjutan).

Tinggi susunan dipilih sebagai data masukkan merujuk pada kondisi penyusunan pada truk angkut dan penyusunan pada gudang penyimpanan, satuan data tersebut adalah meter. Tinggi susunan tersebut akan berpengaruh pada nilai compression force. Kelas jalan pada kondisi transportasi disajikan dalam bentuk combo box, yang terdiri dari tiga kelas jalan yaitu jalan dalam kota, jalan luar kota dan jalan berbatu (aspal). Kelas jalan menggambarkan kondisi jalan pada saat transportasi. Masing-masing kelas jalan memiliki nilai frekuensi, kecepatan dan amplitudo yang berbeda, nilai tersebut berdasarkan penelitian dari Lembaga Uji Konstruksi (1986). Selain itu data yang harus diisi adalah jarak tempuh, sebagai nilai untuk menghitung Fdinamis yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung compression force.

Ventilasi pada kemasan karton gelombang terdiri atas dua tipe pilihan yaitu circle dan oblong. Pada ventilasi circle prosentase luasannya adalah sebesar

(49)

satu persen, dua persen dan tiga persen per luasan kemasan. Pada tipe oblong prosentasenya adalah satu persen, tiga persen dan lima persen. Pada ventilasi oblong juga diberikan pilihan untuk memilih letak atau posisi ventilasi, pada sisi atas (top) atau sisi samping (side). Pilihan tipe ventilasi ini disajikan dengan bentuk optional button dan check box. Ketika pengguna memilih tipe ventilasi oblong maka akan muncul frame pilihan yang hanya menampilkan pilihan luasan ventilasi oblong dan posisi ventilasi oblong. Jika pengguna memilih tipe ventilasi circle maka akan muncul frame yang hanya menampilkan luasan ventilasi circle saja.

Pada program PDS II baik PDS IIA maupun PDS IIB isian data berat bersih kemasan dinyatakan dalam bentuk combo box yang berupa daftar nilai berat yaitu 9 kg, 16 kg, 23 kg, 29 kg, 36 kg, 43 kg, 54 kg, 63 kg, 72 kg dan 81 kg. Kelemahan dari penyajian isian data berat dengan combo box pengguna tidak dapat memasukkan data berat diluar pilihan tersebut.

Berbeda dengan program PDS II, pada program PDS III data berat kemasan tidak berupa combo box melainkan dalam bentuk text box. Perubahan ini dimaksudkan agar pengguna lebih mudah menentukan berat isi kemasan sesuai dengan yang dikehendaki. Berat kemasan akan digunakan untuk menghitung gaya statik yang kemudian dapat digunakan sebagai salah satu variabel untuk menghitung compression force dari kemasan tersebut.

b. Form output

b.1. Form desain kemasan

Pada form output terdapat tiga jenis form yaitu form desain kemasan, form susunan buah, dan form susunan kemasan dalam ruang angkut. Form desain kemasan menampilkan dimensi dalam dan luar kemasan dalam satuan milimeter. Dalam form ini ditampilkan beberapa keterangan, pada jenis kemasan kayu keterangan yang ditampilkan meliputi jenis kayu, tipe kemasan, tipe sambungan, persentase luasan ventilasi dan juga nilai compression strength dari kemasan tersebut. Selain itu ditampilkan juga gambar desain kemasan dalam picture box dalam bentuk yang sederhana sehingga pengguna mendapatkan gambaran tentang kemasan yang akan dibuat. Desain gambar dilengkapi dengan skala dan konstruksi ventilasi yang proporsional sesuai dengan pilihan luasan ventilasi yang

(50)

dipilih oleh pengguna. Tampilan form output untuk desain kemasan kayu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tampilan form desain kemasan pada pilihan jenis kemasan kayu. Pada desain kemasan karton sama halnya dengan desain kemasan kayu terdapat beberapa informasi yang ditampilkan seperti dimensi kemasan meliputi dimensi dalam dan luar kemasan. Pada form ini juga ditampilkan data kemasan yang meliputi tipe kemasan, jenis flute, tipe dan luasan ventilasi serta nilai compression strength kemasan. Desain gambar telah dilengkapi dengan dimensi dan juga dilengkapi dengan ventilasi. Ukuran ventilasi belum bisa ditentukan secara mutlak hanya berdasarkan luasan dan proporsi dari kemasan. Form desain kemasan karton dapat dilihat pada Gambar 11.

(51)
(52)

b.2. Form susunan Buah

Setelah pengguna memasukkan data dan dihasilkan dimensi kemasan terpilih, pengguna dapat melihat susunan buah dengan cara mengklik pilihan lihat yang ada pada menubar lalu pilih susunan buah. Akan tampil sebuah form yang menggambarkan pola susunan buah disertai informasi lain seperti berat rata-rata buah, diameter buah, jumlah buah dalam kemasan dan jumlah lapisan buah dalam kemasan Form yang menampilkan susunan buah dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Form susunan buah.

Data yang dimasukkan kedalam program untuk penentuan penyusunan buah merupakan data tunggal yaitu data diameter buah dan berat individu buah, pada program ini dipilih penyusunan buah dengan menggunakan pola FCC (Face-Centered Cubic), karena pola ini merupakan pola yang paling efisien daripada kedua pola yang lain. Tujuan dari penyusunan buah secara FCC adalah meminimalisir ruang antar buah sehingga benturan buah pada saat transportasi dapat dihindari.

b.3. Form susunan kemasan dalam ruang angkut

Jika pengguna ingin melihat susunan kemasan dalam alat angkut atau ruang simpan, pengguna dapat memilih lihat lalu klik susunan kemasan pada

(53)

menubar. Sebelum melihat tampilan susunan kemasan pengguna akan dihadapkan dengan data pengangkutan yang ditampilkan pada form data pengangkutan. Pengguna dapat memilih jenis pengangkutan menggunakan palet atau tanpa palet. Jika pengguna memilih untuk tidak menggunakan palet maka data masukan untuk dimensi palet akan disembunyikan, agar pengguna hanya terfokus pada data masukan untuk bak truk. Form tampilan data pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Form data pengangkutan

Setelah pengguna mengisi data pengangkutan maka akan muncul form susunan kemasan. Dalam form susunan kemasan ditampilkan informasi tentang gambar susunan kemasan, jenis pola susunan, efisiensi susunan, data palet (jika pengguna menggunakan palet) dan data bak truk. Form susunan kemasan dapat dilihat pada Gambar 14.

(54)

Gambar 14. Form susunan kemasan

Gambar pola susunan kemasan pada ruang merupakan gambaran/kondisi tentang penyusunan kemasan dalam ruang angkut atau ruang simpan jika dilihat dari atas, yang memiliki tujuan untuk mempermudah proses penyusunan kemasan, ruang yang berwarna hitam merupakan space kosong yang tidak dapat dimasuki kemasan.

Didalam gambar tersebut terdapat keterangan-keterangan yang dapat memperjelas pengguna dalam melakukan penyusunan. Nilai K1 merupakan nilai yang menunjukan jumlah kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang sejajar sumbu X dan lebar sejajar sumbu Y. Nilai K2 menunjukan jumlah kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang sejajar sumbu Y dan lebar sejajar dengan sumbu X. Nilai K3 merupakan nilai yang menunjukan jumlah kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang sejajar sumbu X dan lebar sejajar sumbu Y. Nilai K4 menunjukan jumlah kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang sejajar sumbu Y dan lebar sejajar dengan sumbu X.

Gambar

Tabel 1. Susunan flute pada karton gelombang komersial  Flute
Gambar 1. Tipe kemasan karton untuk distribusi (A) RSC, (B) HTC, dan (C)  FTC.
Gambar 2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong (a). Tipe FTC (b).
Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) (lanjutan).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berawal dari ketertarikan terhadap penelitian mengenai kecurangan akuntansi dan teori tindakan beralasan, maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh variabel

kegunaan lain dari amonium klorida adalah sebagai bahan baku dalam industri. pupuk dan bahan penunjang dalam industri farmasi, pembuatan

Faktor-faktor yang memengaruhi DAS adalah iklim, jenis batuan yang dilalui, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada waktu hujan. Cepat atau lambatnya air hujan yang

1) Keadaan kemampuan fisik siswa. Keadaan kondisi fisik siswa setelah mereka mengikuti tes kebugaran akan terlihat tingkat kebugaran yang dimiliki oleh para

Berdasarkan hasil survei dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa karakteristik sosial ekonomi karyawan, besarnya bangkitan perjalanan serta potensi penggunaan

didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksikan, tarif upah yang

99 Manakah dari prosedur berikut ini yang paling tinggi kemungkinannya dilakukan oleh auditor dalam memperoleh pembuktian audit sehubungan dengan kejadian setelah tanggal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil 14,21% mahasiswa tidak puas kepada layanan dosen penasehat akademik dilihat dari waktu pelayanan yang tidak sesuai dengan