• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI

POKOK BAHASAN HIDROSFER

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)

Skripsi

Oleh :

ANIS IRYANINGTYAS

NIM K5406012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI

POKOK BAHASAN HIDROSFER

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)

Oleh:

ANIS IRYANINGTYAS

NIM K5406012

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

commit to user

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

Anis Iryaningtyas. K5406012. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang tahun pelajaran 2009/2010

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournaments) pada mata pelajaran Geografi pokok bahasan Hidrosfer, (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournaments) pada mata pelajaran Geografi pokok bahasan

Hidrosfer.

Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-D semester genap SMP Negeri 2 Sumberlawang sebanyak 35 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi siswa, lembar observasi guru, dokumentasi dan tes formatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa metode Teams Games

Tournaments dalam pembelajaran Geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara optimal, hal ini ditunjukkan pada hasil belajar siswa hanya mencapai 62,86% dan motivasi siswa hanya mencapai 71,42%. Hasil penelitian siklus

II menunjukan bahwa penggunaan metode Teams Games Tournament dalam

pembelajaran Geografi mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 20% (siklus I = 62,86% dan siklus II = 82,86%), Motivasi belajar siswa meningkat 17,13% (siklus I = 80,01% dan siklus II = 97,14%).

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode Teams Games

Tournament dengan menggunakan media teka teki silang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang pada pokok bahasan Hidrosfer secara optimal.

(6)

commit to user

ABSTRACT

Anis Iryaningtyas. K5406012. THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING WITH TEAMS GAMES TOURNAMENTS TYPE TO IMPROVING MOTIVATE AND LEARNING OUTCOMES GEOGRAPHY OF HYDROSPHERE SUBJECT MATTER (Classroom Action Research in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang Sub-Province Sragen 2009/ 2010). Thesis, Surakarta: Teaching and Education Science Faculty of Sebelas Maret University Surakarta, January 2011.

The aim of research were (1) to find out the motivation learn in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang 2009/2010 by using Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) of Hydrosphere subject matter, (2) to find out the improvement of learning outcomes Geography in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang 2009/2010 by using Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) of Hydrosphere subject matter.

This research uses classroom action research. The subject of the research was students in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang consisting of 35 students. Technique of collecting data used were student observation sheet, teacher observation sheet, formative test and documentation. Technique of analyzing data used in this research consist of three activity path that happened at the same time that is data reduction, presentation of data, and withdrawal of conclusion or verification.

The learning outcomes in the first cycle showed that Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) in learning Geography has not able to improve motivation and outcomes of students optimally, it is shown in learning outcomes just reached 62,86% and student motivation just reached 71,42%. The learning outcomes in the first cycle showed that Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) in learning Geography can improvement of learning outcomes optimally. Student learning outcomes increased 20% from cycle I to cycle II (cycle I = 62,86% and cycle II = 82,86%), Motivation student increased 17,13% (cycle I = 80,01% and cycle II = 97,17%).

The result of the research showed that applying Teams Games Tournaments by using crossword can improve motivation and learning outcomes Geography in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang of Hydrosphere subject matter optimally.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user MOTTO

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.

- Abu Bakar Sibli –

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.

-Anonim -

(8)

commit to user PERSEMBAHAN

D alam naungan Allah SWT, kupersembahkan karya ini

unt uk :

1. Bapak dan I bu t ercint a yang selalu mendoakanku

2. Adikku t ersayang (Rat ih Bekt i Aisyah)

3. Penyemangat ku (Rio Ridyat moko)

4. Keponakanku Faf a Junior dan Tasya

5. Sya’ban, D yas ,Wiwis dan semua t eman-t eman

Geograf i 2006 t erimakasih unt uk kisah-kisah

selama ini

6. Almamat erku

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user KATA PENGANTAR

Alhamdulillah...Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi. Banyak

hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul

dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberi izin penelitian

skripsi kepada penulis.

2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial FKIP-UNS yang telah memberi izin penulisan skripsi kepada penulis.

3. Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang

telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan

memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Danang Endarto, ST, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar

membimbing penulis pada tahun-tahun awal studi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret, khususnya Program Studi Pendidikan Geografi yang dengan tulus

memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Moch Arifin, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sumberlawang yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Supriyati, S.Pd, selaku guru Geografi kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang yang bersedia memberikan waktunya untuk membantu penulis

dalam melaksanakan penelitian.

(10)

commit to user

10.Agus Wahyudi, S.Pd dan Indriasari, S.Pd terimakasih untuk bantuan perekaman

penelitiannya.

11.Siswa-siswi kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang yang penuh keceriaan baik

di dalam maupun di luar kelas.

12.Sahabat-sahabat Geografi’06 ( Agung P, Agung H, Yenik, Novika, Maryanti,

Rohmat, Bekti, Watik, Ika, Lilik, Novi, Kuntari, Silva, Wiwis, Rohaye, Arif, Dwi

Fauzia, Ardian, Abidin, Intan, Kukuh, Guntur, Ari, Arno, Reza, Yuliani , Dyas,

Diah, Indri, Yohanes, Tedy, Mitra, Sya’ban, Anita, Eki) yang telah banyak

memberi kenangan indah dan tak terlupakan.

13.Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan

skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak

yang berkepentingan dan semoga amal kebaikan semua pihak yang telah membantu

tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN ABSTRACT... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif ... 12

2. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 14

3. Motivasi belajar ... 16

4. Hasil belajar ... 20

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Pemikiran ... 26

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

(12)

commit to user

2. Waktu Penelitian ... 29

B. Subyek Penelitian ... 30

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Validitas Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 38

H. Indikator Kinerja……… ... 38

I. Prosedur Penelitian……… ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Kondisi Awal ... 52

2. Siklus I ... 54

3. Siklus II... 73

4. Pembahasan ... ... 92

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Implikasi ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN... 104

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29.

Nilai rata-rata ulangan harian kelas VII ...

Daftar nilai ulangan siswa kelas VII-D ...

Hasil observasi awal siswa individu ...

Penelitian yang relevan ...

Jadwal Penelitian...

Kisi-kisi soal tes formatif siklus I ...

Kisi-kisi soal tes formatif siklus II ...

Kisi-kisi penyusunan lembar pengamatan motivasi siswa...

Kategori motivasi belajar siswa ...

Rincian Prosedur Penelitian Siklus I...

Rincian Prosedur Penelitian Siklus II...

Sarana fisik SMP Negeri 2 Sumberlawang...

Sarana non fisik SMP Negeri 2 Sumberlawang...

Motivasi awal siswa kelas VII-D ...

Ketuntasan nilai semester genap siswa kelas VII- D...

Langkah-langkah pembelajaran Siklus I...

Daftar nilai kelompok siklus I...

Hasil observasi siswa individu siklus I...

Hasil observasi kelompok siklus I ...

Kategori motivasi siswa kelas VII-D siklus I...

Nilai tes siswa kelas VII-D siklus I...

Perkembangan hasil belajar siswa pada siklus I...

Langkah-langkah pembelajaran siklus II ...

Daftar nilai kelompok Siklus II ...

Hasil observasi siswa individu siklus II...

Hasil observasi kelompok siklus II...

Kategori motivasi siswa kelas VII-D siklus II...

Nilai tes siswa kelas VII-D siklus II...

(14)

commit to user

Tabel 30.

Tabel 31.

Tabel 32.

Tabel 33.

Perbandingan Ketuntasan Siswa Kelas VII-D...

Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II...

Perbandingan Motivasi Siswa dalam kelompok pada Siklus I

dan Siklus II...

Perbandingan Observasi Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus

II... 92

93

94

97

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25.

Keadaan siswa kelas VII-D di dalam kelas

Kerangka Pemikiran Penelitian

SMP Negeri 2 Sumberlawang Tampak Depan

Model Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan siklus I dan siklus II

Peta Lokasi Penelitian

Denah Sekolah

Diagram Motivasi Awal Siswa Kelas VII-D

Diagram Ketuntasan Nilai pada Semester Genap Siswa Kelas

VII-D

Lingkungan sekitar SMP Negeri 2 Sumberlawang

Suasana kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang saat

dimulai pembelajaran

Siswa lebih banyak diam

Siswa tidak memperhatikan guru

Guru mengawasi siswa saat mengisi lembar TTS

Siswa bekerjasama mengisi lembar TTS pada siklus I

Turnamen TTS Siklus I

Diagram motivasi siswa pada siklus I kelas VII-D

Diagram hasil belajar siswa pada siklus I kelas VII-D

Tiap kelompok mengambil nomor urut soal

Wakil Kelompok menjawab pertanyaan lemparan

Mengisi TTS didepan kelas

Diagram motivasi siswa dalam kelompok kelas VII-D

Diagram motivasi siswa pada siklus II

Diagram hasil belajar siswa pada siklus II

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar dalam Pembelajaran pada

Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

(16)

commit to user

Gambar 26.

Gambar 27.

Gambar 28.

Diagram Hasil Pengamatan Motivasi Siswa dalam

Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

Siswa segan bergabung dengan anggota kelompok yang lain

Siswa sudah tidak segan bergabung dengan kelompoknya

94

96

96

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Siklus I 104

Lampiran 2. Silabus Siklus II 106

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 108

Lampiran 4.

Lampiran 5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Bahasan Materi

113

118

Lampiran 6. Soal Tes Formatif Siklus I 146

Lampiran 7. Soal Tes Formatif Siklus II 149

Lampiran 8. Lembar Latihan Siklus I 152

Lampiran 9. Lembar Latihan Siklus II 153

Lampiran 11. Lembar TTS Siklus I 154

Lampiran 12. Lembar TTS dan Soal Turnamen Siklus II 156

Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus I 159

Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus II 162

Lampiran 15. Kunci Jawaban Lembar Latihan Siklus I 164

Lampiran 16. Kunci Jawaban Lembar Latihan Siklus II 165

Lampiran 17. Kunci Jawaban TTS Siklus I 166

Lampiran 18 Kunci Jawaban TTS dan Soal Turnamen Siklus II 167

Lampiran 19. Lembar Motivasi Siswa Individu 170

Lampiran 20. Lembar Motivasi Kelompok 172

Lampiran 21. Lembar Observasi Kinerja Guru 174

Lampiran 22. Skor Ketuntasan Hasil Belajar 176

Lampiran 23. Skor Motivasi Siswa Individu 179

Lampiran 24. Skor Motivasi Kelompok 182

Lampiran 25. Skor Kinerja Guru 188

Lampiran 26. Perijinan 194

(18)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang

didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses

pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses

pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu diperlukan

suatu metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan

sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang

dipahami dan monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif, diharapkan siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2009:4).

Pembelajaran kooperatif menekankan peran aktif siswa dalam kelompok

yang terdiri dari siswa yang heterogen baik dari lingkungan maupun tingkat

kepandaian. Hal ini bertujuan melatih siswa untuk mau bekerjasama dan

berkomunikasi dengan teman yang berbeda latar belakang sosial, sehingga

nantinya siswa akan lebih peka dalam lingkungan sosial sesungguhnya di luar

sekolah. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif menuntut peran aktif siswa

dalam kelompok, namun seorang guru harus tetap berperan dalam kelas tersebut,

yaitu sebagai pemberi semangat, dorongan belajar dan bimbingan kepada siswa

dalam menyelesaikan permasalahan dalam kelompok mereka.

SMP Negeri 2 Sumberlawang merupakan sekolah yang dalam hal

akademik siswanya memiliki hasil belajar yang bervariasi. Dalam proses belajar,

anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian

memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sendiri, menemukan sendiri maka anak menjadi senang, sehingga termotivasi

untuk belajar, khususnya belajar Geografi.

Proses pembelajaran IPS geografi kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang

belum seluruhnya mencapai hasil yang baik. Terutama pada kelas VII-D karena

menemui berbagai kendala yaitu hasil belajar dan motivasi belajar yang rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru IPS kelas VII SMP Negeri 2

Sumberlawang, diketahui bahwa kelas VII-D memiliki rata-rata nilai ulangan

paling rendah bila dibandingkan dengan kelas VII yang lain. Berikut disajikan

tabel rata-rata nilai ulangan harian geografi kelas VII.

Tabel 1 . Nilai rata-rata ulangan harian kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun 2009/2010.

Sumber : Dokumen Guru IPS Kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang.

Dari analisis dokumen hasil belajar semester genap, yang ditunjukkan

pada tabel diatas terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian yang masih belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS

Geografi, baik secara klasikal pada kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang

maupun secara individu. Berdasarkan hasil pengamatan awal didapatkan

beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kemampuan belajar siswa,

motivasi belajar siswa dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Berikut adalah daftar nilai ulangan harian yang menunjukkan rendahnya hasil

belajar siswa kelas VII-D secara keseluruhan.

Tabel 2. Daftar nilai ulangan siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun 2009/2010.

NOMOR

NAMA L/P NILAI KET

URUT INDUK

1. 1962 Abdul Rohman Arrosyid L 65 Tuntas

2. 1963 Abdul Rokhim L 58 Belum

3. 1965 Adi Kurniawan Saputro L 65 Tuntas

4. 1975 Ananda Mukhumat Qoir L 55 Belum

Kelas VII-A VII-B VII-C VII-D

(20)

commit to user

5. 1984 Anugerah Fajar Gumilang L 65 Tuntas

6. 1985 Ari Samsi L 65 Tuntas

7. 1988 Bagas Dwi Setyo Wibowo L 65 Tuntas

8. 1991 Bobby Saputro L 68 Tuntas

9. 1993 Danu Prasetyo P 65 Tuntas

10. 1995 Debi Nita Sari P 60 Belum

11. 1996 Dedi Sanjaya L 65 Tuntas

12. 2004 Diana Fatmawati P 65 Tuntas

13. 2005 Dimas Afian L 60 Belum

14. 2011 Dwi Kurniawan Akbar L 67 Tuntas

15. 2013 Eeng Gilang Saputro L 60 Belum

16. 2020 Ernawati P 70 Tuntas

17. 2031 Isna Al Qodri L 60 Belum

18. 2034 Istiqomah P 70 Tuntas

19. 2039 Lejar Purnomo L 55 Belum

20. 2045 Muhamad Rofiq Abdullah L 60 Belum

21. 2052 Novian Angga Pratama L 70 Tuntas

22. 2057 Prasetyo L 58 Belum

23. 2063 Riki Abdullah L 60 Belum

24. 2064 Riski Andika P 65 Tuntas

25. 2065 Riyanto Jon Robin L 70 Tuntas

26. 2073 Sigit Ariyadi L 72 Tuntas

27. 2075 Siti Mariyam P 60 Belum

28. 2076 Siti Mei Wulandari P 67 Tuntas

29. 2080 Sufiyan Sauri L 65 Tuntas

30. 2082 Susilowati P 70 Tuntas

31. 2083 Sutrisno L 60 Belum

32. 2089 Vera Nur Anggraini P 60 Belum

33. 2094 Wahyu Tri Nur Rosyid L 65 Tuntas

34. 2095 Wartono L 60 Belum

35. 2096 Winda Tri Pamungkas P 60 Belum

Nilai Rata-rata 63,6

Ketuntasan klasikal 57.14%

Siswa yang sudah tuntas 20

Siswa yang belum tuntas 15

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain hasil belajar yang kurang maksimal, motivasi siswa kelas VII-D

SMP Negeri 2 Sumberlawang juga rendah, ini terlihat dari data hasil observasi

awal dan juga hasil wawancara dengan guru IPS Geografi kelas VII. Menurut

Uno (2009: 23) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik yaitu berupa

hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan guru IPS,

motivasi belajar siswa yang rendah ditunjukkan dengan kurang siapnya siswa

untuk belajar, hal ini ditandai dengan masih banyak siswa yang tidak membuka

buku pelajaran IPS selama pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa yang

terdorong untuk bertanya jumlahnya sedikit, mereka lebih banyak mengerjakan

pekerjaan lain dibanding memperhatikan penjelasan guru. Kelas juga tampak

gaduh dikarenakan banyak siswa yang bicara sendiri dan juga menganggu siswa

lain. Beberapa juga terlihat mengantuk dan lesu sehingga suasana belajar kurang

kondusif. Dibawah ini adalah tabel data motivasi yang diperoleh dari observasi

awal.

Tabel 3. Hasil Observasi awal siswa individu.

No. Kegiatan Siswa Jumlah

Siswa

1. Kehadiran siswa. 33

2. Siap dengan peralatan belajarnya dan membuka bukunya. 14

3. Siswa saling berebut menjawab pertanyaan dari guru. 6

4. Siswa terdorong untuk bertanya pada guru. 2

5. Siswa mencatat materi yang disampaikan guru. 13

6. Siswa secara individu berperan dalam kelompok untuk

mendapatkan skor maksimal.

16

7. Siswa mengerjakan setiap tugas yang diperintahkan guru. 28

8. Siswa mengerjakan soal individu dengan

sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai maksimal.

6

9. Siswa terdorong untuk aktif dalam kegiatan permainan di

kelas.

15

10. Siswa antusias dengan kegiatan belajar yang

menyenangkan.

(22)

commit to user

11. Mengerjakan pekerjaan lain. 18

12. Siswa tampak lesu 21

13. Siswa mengantuk 15

14. Menganggu teman lain dan membuat gaduh dalam kelas. 27

15. Siswa bicara sendiri saat pelajaran 24

Sumber : Data Primer PTK Tahun 2010.

Bersamaan dengan pengamatan motivasi siswa, peneliti juga mengamati

kinerja guru pada saaat pembelajaran Geografi berlangsung. Keterbatasan waktu

dan media dirasakan guru menjadi kendala, sehingga guru kurang maksimal

dalam menyampaikan materi karena itu guru lebih memilih menggunakan metode

yang mudah seperti ceramah dan diskusi. Sebagaimana yang disampaikan guru,

bahwa diskusi pun juga berjalan kurang baik disebabkan karakteristik siswa kelas

VII-D yang cenderung pasif pada saat diminta berdiskusi dengan kelompoknya.

Guru mengalami kesulitan dalam menumbuhkan semangat belajar siswa serta

menyampaikan materi yang banyak tersebut kepada siswa, kurang terjalinnya

komunikasi yang baik antara guru dan siswa sehingga apa yang disampaikan guru

pada siswa tidak tepat sasaran. Kegiatan belajar didalam kelas dengan materi

yang banyak, jam pelajaran yang panjang namun terbatas semakin membuat siswa

kurang antusias. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi

hidrosfer dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa untuk

memahami konsep materi menjadikan situasi belajar membosankan sehingga

siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang aktif dalam

pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan ketidakpahaman

materi melalui pertanyaan akan semakin menyulitkan guru untuk membuat

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 1. Keadaan siswa kelas VII-D di dalam kelas (Dok. Penulis)

Berdasarkan fakta yang terjadi di kelas tersebut maka penulis bersama

dengan guru berinisiatif untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih

menyenangkan dengan diberi unsur permainan, sehingga diharapkan siswa kelas

VII-D lebih termotivasi dengan begitu hasil belajarnya dapat memenuhi KKM.

Di dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai metode

pembelajaran diantaranya yaitu Student Teams Achievement Division (STAD),

Numbered Head Together (NHT), dan Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT). Metode

Teams Games Tournament (TGT) memiliki kesamaan dengan metode STAD (Student Teams Achievement Division) yaitu dalam pembentukan kelompok dan pembagian materi, kecuali dalam satu hal yaitu kuis-kuis diganti dengan

permainan. TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi

menggunakan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan

(Slavin, 2009:14). Metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)

mengelompokkan siswa secara heterogen misalnya dalam hal prestasi akademik

dan jenis kelamin. Tahap-tahap yang dilakukan dalam metode TGT (Teams

Games Tournament) yaitu penyampaian materi (presentasi kelas), diskusi,

(24)

commit to user

siswa serta mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat

belajar dan mengandung reinforcement (penguatan). Aktivitas belajar dengan

permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Semua siswa harus aktif dalam bermain bersama dalam kelompoknya dan

diharapkan mampu memberi kontribusi pada peningkatan motivasi siswa untuk

selalu belajar berprestasi karena dalam metode TGT akan timbul kompetisi antar

kelompok satu dengan yang lain dengan positif. Metode pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) juga memiliki keterbatasan yaitu membutuhkan manajemen waktu yang baik dan persiapan yang rumit yaitu mempersiapkan

segala instrumen misalnya untuk diskusi dan permainan. Dengan adanya unsur

permainan ini akan menjadikan kelas sedikit ribut dan kurang tertib.

Metode TGT (Teams Games Tournament) ini dipilih sesuai dengan

kondisi pembelajaran yang ada pada kelas VII-D, hal ini ditunjukkan dengan

kurang antusiasnya siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung, siswa yang

cenderung pasif dalam pembelajaran sebagai contoh tidak memperhatikan guru,

sibuk dengan pekerjaan lain, gaduh dan menganggu teman lain, jarang bertanya

dan tidak mengungkapkan paham atau tidaknya terhadap materi yang disampaikan

oleh guru. Selain disesuaikan dengan kondisi siswa kelas VII-D, Metode TGT

(Teams Games Tournament) ini juga disesuaikan dengan karakteristik pokok bahasan yang menjadi materi penelitian yaitu Hidrosfer. Materi hidrosfer bersifat

hafalan dan luas meliputi siklus hidrologi, perairan darat dan perairan laut.

Pembelajaran akan membosankan dan siswa sulit menyerap materi jika kegiatan

hanya diisi penyampaian materi dengan metode ceramah. Dalam metode TGT

(Teams Games Tournament) terdapat variasi kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif, siswa dapat lebih mudah memahami dan tertarik jika dikemas dalam

suatu bentuk pembelajaran yang menyenangkan. Media yang digunakan untuk

permainan adalah TTS (Teka Teki Silang) dimana ini merupakan suatu media

pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Metode dengan

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memudahkan siswa menerima pelajaran. Aktivitas belajar dengan permainan

membuat siswa dapat belajar lebih rileks dan tanpa tekanan sehingga dapat

menimbulkan ketertarikan siswa. Penghargaan diberikan sebagai pengakuan

terhadap keberhasilan kinerja kelompok. Penghargaan dapat memacu setiap siswa

untuk berkompetisi dan menjalin kerjasama dengan siswa lain sehingga siswa

lebih antusias dalam belajar.

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas maka penulis

memilih judul :

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Geografi Pokok Bahasan Hidrosfer”. (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa

Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran

2009/2010).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas dirumuskan

permasalahan yang diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada

mata pelajaran Geografi pokok bahasan Hidrosfer.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2

Sumberlawang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada

(26)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan lembaga

(sekolah) .

1. Bagi Siswa

a. Memberi suasana belajar yang bervariasi dan praktis sehingga dapat

membangkitkan semangat belajar siswa.

b. Memberi peluang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar.

c. Memberi peluang siswa menggunakan penalarannya selama pembahasan

materi.

d. Memberi peluang siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Bagi Guru Geografi

a. Memberikan alternatif pilihan bagi guru dalam penyampaian mata

pelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

b. Memberikan informasi tentang pembelajaran yang efektif dan praktis

sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.

c. Memberikan informasi bagi guru untuk lebih menekankan keterlibatan

siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam usaha meningkatkan motivasi

dan hasil belajar.

E. Batasan Operasional

Pembatasan operasional pada penelitian ini diharapkan dapat membatasi

cakupan penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sumberlawang.

Pembatasan yang dimaksud meliputi :

1. Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah pada peningkatan motivasi dan

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sumberlawang dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan

Hidrosfer.

2. Penggunaan metode pada pembelajaran ini adalah pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT memiliki banyak kesamaan

dinamika dengan STAD, tetapi menggunakan dimensi kegembiraan yang

diperoleh dari penggunaan permainan (Slavin, 2009:14). Metode

pembelajaran Teams Games Tournament adalah salah satu metode

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan

menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para

siswa berlomba sebagai wakil mereka dengan anggota tim lain (Slavin,

2009:163). Pada penelitian ini peneliti menggunakan media Teka Teki

Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita harus mengisi

ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-huruf yang

membentuk sebuah “kata” berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya

biasa dibagi ke dalam kategori 'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi

kata-kata yang harus diisi (http://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki_silang).

3. Siklus yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Hal ini

berhubungan dengan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah dan guru

kolaborasi sangat terbatas untuk mengikuti penelitian tindakan kelas ini.

4. Motivasi

Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat

tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau

mendesak (Sardiman, 2003: 73). Pengukuran motivasi pada penelitian ini

menggunakan lembar pengamatan atau observasi siswa (lampiran 19 dan 20).

5. Hasil belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250) hasil belajar merupakan hal yang

(28)

commit to user

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan

pelajaran. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes formatif

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber

belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran

menurut beberapa teori belajar (Darsono. Max, Sugandhi, Martensi, Rusda &

Nugroho, 2000: 24) adalah sebagai berikut :

1) Menurut Teori Behavioristik

Pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan,

dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah reinforcement

(penguatan).

2) Menurut Teori Kognitif

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang di pelajari.

3) Menurut Teori Gestalt

Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran

sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya

(mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.

4) Menurut Teori Humanistik

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Jadi dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan

materi pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah

mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh

kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Dan dalam pembelajaran

tersebut siswa diberikan kesempatan untuk mengenal dan memahami apa yang

dipelajari, sehingga dalam hal ini pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah

melainkan antara guru dan siswa saling berinteraksi.

(30)

commit to user

Pembelajaran kooperatif (Slavin, 2009:8) merupakan strategi pembelajaran

yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah

masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama lainnya. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja

dalam kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya.

Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan

rendah, laki-laki dan perempuan, dan berasal dari latar belakang etnik berbeda.

Cooperative learning is not simply a matter of grouping students heterogeneously but also in understanding that some groups of students, especially students of color, are more inclined to function better in group settings than individually (Pang & Barba, 1995; Vaughan, 2002).”

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “Pembelajaran kooperatif

bukan sekedar menggolongkan para siswa secara heterogen tetapi didalamnya

juga ada pemahaman pada beberapa kelompok siswa, terutama ciri khas dari

siswa, sehingga kelompok memiliki fungsi yang lebih baik daripada individu.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan

proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.

Pengelompokan heterogenitas (Lie, 2008: 41) merupakan ciri-ciri yang menonjol

dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk

dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama,

sosio-ekonomi dan etnik serta kemampuan akademis. Kelompok ini biasanya terdiri dari

satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan

sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.

Perlu diterapkan pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil

belajar siswa karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan belajar, meningkatkan kehadiran siswa dan kerja siswa

yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa

senang berada di sekolah.

Roger dan David Johnson (Lie, 2008:31) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yaitu: saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggungjawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut

prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan

merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

c. Tatap muka. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

d. Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi proses kelompok. Perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

2. Metode TGT (Teams Games Tournament)

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif dan salah satunya adalah

Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Metode

pembelajaran Teams Games Tournament adalah salah satu metode pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis

dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil

mereka dengan anggota tim lain (Slavin, 2009:163).

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT pembentukan tim sama dengan

tipe STAD (Slavin, 2009:144) yaitu dibentuk kelompok-kelompok kecil yang

mewakili seluruh bagian kelas terdiri 4-5 siswa yang heterogen baik dalam hal

kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

Ada lima komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Slavin, 2009:166) yaitu:

a. Presentasi di kelas

(32)

commit to user

diskusi yang dipimpin guru. Pada saat presentasi kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Tim

Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

c. Permainan (Game)

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.

e. Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

Dari penjelasan diatas maka pembelajaran kooperatif tipe TGT

diharapkan dapat merangsang siswa sehingga termotivasi untuk belajar geografi

dan menjadikan materi geografi lebih diminati dan asyik dipelajari oleh siswa

SMP. Cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar menguasai

materi IPS terutama dalam hal ini adalah Geografi. Kesulitan dalam belajar lebih

disebabkan tingkat minat baca yang rendah, serta ketergantungan siswa dalam

belajar terhadap guru. Jika tidak ada guru atau guru tidak hadir maka siswa yang

kurang mandiri dan tidak terbiasa belajar secara mandiri akan memilih menunggu

atau bahkan bermain dan bercanda dengan rekan sekelasnya. Prinsip belajar yang

menyenangkan, bebas, kreatif, belajar sambil bermain, dengan persentase

keterlibatan siswa yang tinggi perlu diterapkan didalam pembelajaran Geografi.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe TGT dengan permainan TTS (Teka Teki Silang).

Teka Teki Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya

biasa dibagi ke dalam kategori 'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi

kata-kata yang harus diisi (http://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki_silang). Teka Teki

Silang juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengetahui dan mengingat

pengetahuan yang kita miliki untuk dituangkan dalam jawaban pertanyaan yang

ada baik dalam baris atau kolom.

Teka Teki Silang yang digunakan dalam metode TGT ini dimaksudkan

bahwa selain ada unsur permainannya dimana dengan mengisi Teka Teki Silang

tersebut secara tidak sadar siswa belajar ilmu geografi sehingga diharapkan selain

kesenangan juga didapatkan pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran. Maka

diharapkan dengan membuka, membaca, dan mencari jawaban Teka Teki Silang

tersebut, siswa dapat memahami dan mengerti materi pelajaran geografi tersebut.

3. Motivasi Belajar Siswa

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern

(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada

saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan

atau mendesak (Sardiman, 2003: 73).

Kaitan antara motivasi sebagai daya penggerak dengan metode

pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran kooperatif

tipe TGT adalah metode pembelajaran tersebut disajikan dengan disertai adanya

permainan didalam ruang kelas, permainan yang digunakan adalah TTS (Teka

Teki Silang) diharapkan dengan adanya turnamen dalam kelas dengan permainan

TTS siswa akan lebih termotivasi untuk bersaing secara berkelompok. Jadi yang

dimaksud dengan motivasi sebagai daya penggerak adalah dengan adanya

pembelajaran TGT dengan permainan TTS ini siswa akan lebih termotivasi untuk

(34)

commit to user

benar seluruh pertanyaan yang ada pada turnamen TTS tersebut, maka tanpa

disadari siswa berusaha untuk belajar, membaca dan memahami sehingga dapat

menjawab pertanyaan dan dapat memenangkan turnamen TTS tersebut.

Menurut Uno (2009: 23), “Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan

(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan

faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang

kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan

oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan

aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Motivational theories related to cooperative learning focus on reward and goal structures. One of the elements of cooperative learning is positive interdependence, where students perceive that their success or failure lies within their working together as a group (Johnson, Johnson & Holubec, 1986).”

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “ Teori motivasi berhubungan

dengan pembelajaran kooperatif yang memusatkan pada penghargaan dan struktur

tujuan. Salah satu unsur dari pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan

positif, dimana siswa merasa bahwa kesuksesan atau kegagalan mereka tergantung

pada kerjasamanya didalam kelompok.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Menurut Uno

(2009: 23) indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar adalah tenaga pendorong yang dapat memadu perilaku siswa dan

memberikan semangat dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor

penting yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena para siswa akan

belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh

karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka guru haruslah mampu

membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Sardiman (2003:89) macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang. Dan salah satu jenis motivasi adalah sebagai

berikut:

a. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

b. Motivasi ekstrinsik

Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 2003:92) yaitu :

(36)

commit to user

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Sehingga guna memberikan angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyeleseian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyeleseikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Motivasi erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi itu muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalu disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :

(a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

(b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

(c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

(d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesikannya bahan pelajaran (Dimyati&Mudjiono, 1999:250). Tingkat

perkembangan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan yang lebih baik

dibandingkan dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan

dengan tes atau evaluasi.

Sudjana (2009:22) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya”. Berdasarkan teori Taxonomy Bloom (Darsono. Max, Sugandhi,

Martensi, Rusda&Nugroho, 2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang

(38)

commit to user

suatu tujuan, dan dalam mencapai tujuan tersebut tiap orang mengalami

perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi pada 3 ranah yaitu :

a. Ranah kognitif

Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi. Keenam tujuan ini sifatnya hirarkis, artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila kemampuan sebelumnya belum dikuasai.

b. Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor

Berkenaan dengan hasil belajar yang terdiri dari enam aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang komplek dan kreatifitas.

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara

ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi

bahan pengajaran. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau

kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila

siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang

lebih baik lagi. Howard Kingsley (Sudjana, 2005:45) membagi 3 macam hasil

belajar :

a. Keterampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan pengertian

c. Sikap dan cita-cita

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau

faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil

belajar yang dicapai. Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor dalam

yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. Faktor dalam

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Kondisi fisiologis, misalnya: keadaan jasmani, kondisi panca

indera, tidak cacat, dan lain-lain.

2) Kondisi psikologis, misalnya: kecerdasan, perhatian, minat, bakat,

motivasi, kematangan dan kelelahan.

b. Faktor luar

yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa. Faktor luar yang dimaksud adalah:

1) Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan

sosial.

2) Faktor instrumental, yaitu faktor yang ada dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor

instrumental itu antara lain: kurikulum, program pengajaran, sarana dan

fasilitas, guru atau tenaga pengajar.

Beberapa fungsi hasil belajar adalah sebagai berikut :

a) Hasil belajar adalah sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

b) Hasil belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c) Hasil belajar adalah sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan.

d) Maka dapat diasumsikan bahwa hasil belajar dapat dijadikan

sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan mutu ilmu

pengetahuan dan teknologi.

(40)

commit to user

5. Penelitian Yang Relevan

Penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan oleh penulis

[image:40.595.109.518.211.742.2]

sebagai perbandingan adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Penelitian yang relevan.

No. Yudhi Asti

Laksanawati Heni Mustikawati Dewi Nur Istikomah Anis Iryaningtyas

1. Judul Penggunaan

Metode Pembelajaran Kooperatif

Model Teams

Games Tournament Sebagai Suatu Alternatif Dalam Pembelajaran IPS Geografi pada Pokok Bahasan Unsur Fisik Wilayah Indonesia Kelas VII-D di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri Madiraja Kabupaten Banjarnegara Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Melalui

Metode Teams

Games Tournament Pada Pokok Bahasan Pendudukan Jepang di Indonesia. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif

tipe TGT

(Teams Games Tournament) untuk

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

sejarah kelas VIII B SMP

Negeri 40

Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Tujuan Untuk

mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif

model Teams

Games Tournament dapat 1). Untuk mengetahui penerapan

metode Teams

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Geografi pada pokok bahasan unsur fisik wilayah Indonesia kelas VIIB di SMP Negeri 16 Surakarta. pendudukan Jepang di Indonesia pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Madiraja Kabupaten Banjarnegara. 2). Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Madiraja Kabupaten Banjarnegara melalui metode pembelajaran Teams Games Tournament pada mata pelajaran IPS Sejarah pokok bahasan pendudukan Jepang di Indonesia. pembelajaran

TGT (Teams

Games Tournament). 2). Untuk mengetahui prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah kelas VIIIB SMP Negeri 40 Semarang dengan menggunakan metode pembelajaran

TGT (Teams

Games

Tournament).

model

pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams

Games Tournament) mata pelajaran Geografi pada pokok bahasan Hidrosfer.

3. Metode Penelitian

Tindakan Kelas 2 siklus

Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus

Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus

Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus

4. Hasil 1). Metode

(42)

commit to user

belajar siswa. 2). Dengan metode

Teams Games Tournament

dapat diperoleh ketuntasan belajar baik individu maupun klasikal sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa.

siswa dalam mengikuti pembelajaran juga

menumbuhkan kerjasama antar siswa dengan kelompok.

2). Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user B.Kerangka Pemikiran

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,

salah satunya adalah motivasi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor

intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,

harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang

menarik. Dan yang dimaksud dengan kegiatan belajar yang menarik adalah

dengan penerapan berbagai macam metode pembelajaran yang menyenangkan,

dan guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dan secara tidak langsung akan berpengaruh

pada meningkatnya hasil belajar dalam hal ini pada mata pelajaran Geografi.

Metode ceramah yang sering digunakan oleh guru akan membuat siswa

bosan dan sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Rasa bosan akan serta

merta membuat siswa menjadi tidak bersemangat sehingga hasil belajarnya

menjadi rendah. Hal ini tentu akan berbeda apabila menggunakan metode

pembelajaran yang tepat karena dapat meningkatkan motivasi belajar, sehingga

dapat mencapai hasil yang maksimal. Pada Penelitian Tindakan Kelas ini

diterapkan metode baru sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam

meningkatkan motivasi sehingga hasil belajarpun juga meningkat. Metode

alternatif tersebut adalah TGT (Teams Games Tournament). Metode

pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu metode

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan

menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa

berlomba sebagai wakil mereka dengan anggota tim lain. Metode kooperatif tipe

TGT ini mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat

belajar dan mengandung reinforcement (penguatan).

Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan

dapat memberikan hasil belajar geografi yang lebih baik pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi. Namun apabila dalam proses pembelajaran

kooperatif

Gambar

Tabel 4. Penelitian yang relevan.
Gambar 3. SMP Negeri 2 Sumberlawang tampak depan (Dok.
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Gambar 4. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, Suhardjono, Supardhi, 2009: 16) commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pemberian mikoriza Glomus fasciculatum dengan dosis 25 gram meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman euphorbia serta

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.

perbedaan pengalaman interaksi. Pada kegiatan pembelajaran membaca permulaan maupun membaca pemahaman, guru harus mampu menyetarakan kemampuan siswa untuk meningkatkan

R & D adalah perusahaan yang memproduksi produk celana panjang dan jaket, dalam menentukan harga pokok produksi atau total biaya produksi perusahaan menjumlahkan seluruh

[r]

(1) Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di daerah tertentu, maka penyelenggara