perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI
POKOK BAHASAN HIDROSFER
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)
Skripsi
Oleh :
ANIS IRYANINGTYAS
NIM K5406012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI
POKOK BAHASAN HIDROSFER
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)
Oleh:
ANIS IRYANINGTYAS
NIM K5406012
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRAK
Anis Iryaningtyas. K5406012. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang tahun pelajaran 2009/2010
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournaments) pada mata pelajaran Geografi pokok bahasan Hidrosfer, (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournaments) pada mata pelajaran Geografi pokok bahasan
Hidrosfer.
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-D semester genap SMP Negeri 2 Sumberlawang sebanyak 35 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi siswa, lembar observasi guru, dokumentasi dan tes formatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa metode Teams Games
Tournaments dalam pembelajaran Geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara optimal, hal ini ditunjukkan pada hasil belajar siswa hanya mencapai 62,86% dan motivasi siswa hanya mencapai 71,42%. Hasil penelitian siklus
II menunjukan bahwa penggunaan metode Teams Games Tournament dalam
pembelajaran Geografi mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 20% (siklus I = 62,86% dan siklus II = 82,86%), Motivasi belajar siswa meningkat 17,13% (siklus I = 80,01% dan siklus II = 97,14%).
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode Teams Games
Tournament dengan menggunakan media teka teki silang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang pada pokok bahasan Hidrosfer secara optimal.
commit to user
ABSTRACT
Anis Iryaningtyas. K5406012. THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING WITH TEAMS GAMES TOURNAMENTS TYPE TO IMPROVING MOTIVATE AND LEARNING OUTCOMES GEOGRAPHY OF HYDROSPHERE SUBJECT MATTER (Classroom Action Research in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang Sub-Province Sragen 2009/ 2010). Thesis, Surakarta: Teaching and Education Science Faculty of Sebelas Maret University Surakarta, January 2011.
The aim of research were (1) to find out the motivation learn in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang 2009/2010 by using Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) of Hydrosphere subject matter, (2) to find out the improvement of learning outcomes Geography in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang 2009/2010 by using Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) of Hydrosphere subject matter.
This research uses classroom action research. The subject of the research was students in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang consisting of 35 students. Technique of collecting data used were student observation sheet, teacher observation sheet, formative test and documentation. Technique of analyzing data used in this research consist of three activity path that happened at the same time that is data reduction, presentation of data, and withdrawal of conclusion or verification.
The learning outcomes in the first cycle showed that Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) in learning Geography has not able to improve motivation and outcomes of students optimally, it is shown in learning outcomes just reached 62,86% and student motivation just reached 71,42%. The learning outcomes in the first cycle showed that Cooperative Learning type TGT (Teams Games Tournaments) in learning Geography can improvement of learning outcomes optimally. Student learning outcomes increased 20% from cycle I to cycle II (cycle I = 62,86% and cycle II = 82,86%), Motivation student increased 17,13% (cycle I = 80,01% and cycle II = 97,17%).
The result of the research showed that applying Teams Games Tournaments by using crossword can improve motivation and learning outcomes Geography in the VII-D graders of SMP Negeri 2 Sumberlawang of Hydrosphere subject matter optimally.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user MOTTO
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
- Abu Bakar Sibli –
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
-Anonim -
commit to user PERSEMBAHAN
D alam naungan Allah SWT, kupersembahkan karya ini
unt uk :
1. Bapak dan I bu t ercint a yang selalu mendoakanku
2. Adikku t ersayang (Rat ih Bekt i Aisyah)
3. Penyemangat ku (Rio Ridyat moko)
4. Keponakanku Faf a Junior dan Tasya
5. Sya’ban, D yas ,Wiwis dan semua t eman-t eman
Geograf i 2006 t erimakasih unt uk kisah-kisah
selama ini
6. Almamat erku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user KATA PENGANTAR
Alhamdulillah...Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi. Banyak
hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini,
namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul
dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberi izin penelitian
skripsi kepada penulis.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP-UNS yang telah memberi izin penulisan skripsi kepada penulis.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang
telah memberikan izin penulisan skripsi.
4. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Danang Endarto, ST, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar
membimbing penulis pada tahun-tahun awal studi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, khususnya Program Studi Pendidikan Geografi yang dengan tulus
memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Moch Arifin, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sumberlawang yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Supriyati, S.Pd, selaku guru Geografi kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang yang bersedia memberikan waktunya untuk membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian.
commit to user
10.Agus Wahyudi, S.Pd dan Indriasari, S.Pd terimakasih untuk bantuan perekaman
penelitiannya.
11.Siswa-siswi kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang yang penuh keceriaan baik
di dalam maupun di luar kelas.
12.Sahabat-sahabat Geografi’06 ( Agung P, Agung H, Yenik, Novika, Maryanti,
Rohmat, Bekti, Watik, Ika, Lilik, Novi, Kuntari, Silva, Wiwis, Rohaye, Arif, Dwi
Fauzia, Ardian, Abidin, Intan, Kukuh, Guntur, Ari, Arno, Reza, Yuliani , Dyas,
Diah, Indri, Yohanes, Tedy, Mitra, Sya’ban, Anita, Eki) yang telah banyak
memberi kenangan indah dan tak terlupakan.
13.Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan dan semoga amal kebaikan semua pihak yang telah membantu
tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK... v
HALAMAN ABSTRACT... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Batasan Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 12
1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif ... 12
2. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 14
3. Motivasi belajar ... 16
4. Hasil belajar ... 20
B. Penelitian yang Relevan ... 23
C. Kerangka Pemikiran ... 26
D. Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 29
1. Tempat Penelitian ... 29
commit to user
2. Waktu Penelitian ... 29
B. Subyek Penelitian ... 30
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 30
D. Sumber Data ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Validitas Data ... 37
G. Teknik Analisis Data ... 38
H. Indikator Kinerja……… ... 38
I. Prosedur Penelitian……… ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52
1. Kondisi Awal ... 52
2. Siklus I ... 54
3. Siklus II... 73
4. Pembahasan ... ... 92
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100
B. Implikasi ... 100
C. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
LAMPIRAN... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29.
Nilai rata-rata ulangan harian kelas VII ...
Daftar nilai ulangan siswa kelas VII-D ...
Hasil observasi awal siswa individu ...
Penelitian yang relevan ...
Jadwal Penelitian...
Kisi-kisi soal tes formatif siklus I ...
Kisi-kisi soal tes formatif siklus II ...
Kisi-kisi penyusunan lembar pengamatan motivasi siswa...
Kategori motivasi belajar siswa ...
Rincian Prosedur Penelitian Siklus I...
Rincian Prosedur Penelitian Siklus II...
Sarana fisik SMP Negeri 2 Sumberlawang...
Sarana non fisik SMP Negeri 2 Sumberlawang...
Motivasi awal siswa kelas VII-D ...
Ketuntasan nilai semester genap siswa kelas VII- D...
Langkah-langkah pembelajaran Siklus I...
Daftar nilai kelompok siklus I...
Hasil observasi siswa individu siklus I...
Hasil observasi kelompok siklus I ...
Kategori motivasi siswa kelas VII-D siklus I...
Nilai tes siswa kelas VII-D siklus I...
Perkembangan hasil belajar siswa pada siklus I...
Langkah-langkah pembelajaran siklus II ...
Daftar nilai kelompok Siklus II ...
Hasil observasi siswa individu siklus II...
Hasil observasi kelompok siklus II...
Kategori motivasi siswa kelas VII-D siklus II...
Nilai tes siswa kelas VII-D siklus II...
commit to user
Tabel 30.
Tabel 31.
Tabel 32.
Tabel 33.
Perbandingan Ketuntasan Siswa Kelas VII-D...
Peningkatan Motivasi Siswa pada Siklus I dan Siklus II...
Perbandingan Motivasi Siswa dalam kelompok pada Siklus I
dan Siklus II...
Perbandingan Observasi Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus
II... 92
93
94
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25.
Keadaan siswa kelas VII-D di dalam kelas
Kerangka Pemikiran Penelitian
SMP Negeri 2 Sumberlawang Tampak Depan
Model Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan siklus I dan siklus II
Peta Lokasi Penelitian
Denah Sekolah
Diagram Motivasi Awal Siswa Kelas VII-D
Diagram Ketuntasan Nilai pada Semester Genap Siswa Kelas
VII-D
Lingkungan sekitar SMP Negeri 2 Sumberlawang
Suasana kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang saat
dimulai pembelajaran
Siswa lebih banyak diam
Siswa tidak memperhatikan guru
Guru mengawasi siswa saat mengisi lembar TTS
Siswa bekerjasama mengisi lembar TTS pada siklus I
Turnamen TTS Siklus I
Diagram motivasi siswa pada siklus I kelas VII-D
Diagram hasil belajar siswa pada siklus I kelas VII-D
Tiap kelompok mengambil nomor urut soal
Wakil Kelompok menjawab pertanyaan lemparan
Mengisi TTS didepan kelas
Diagram motivasi siswa dalam kelompok kelas VII-D
Diagram motivasi siswa pada siklus II
Diagram hasil belajar siswa pada siklus II
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar dalam Pembelajaran pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
commit to user
Gambar 26.
Gambar 27.
Gambar 28.
Diagram Hasil Pengamatan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
Siswa segan bergabung dengan anggota kelompok yang lain
Siswa sudah tidak segan bergabung dengan kelompoknya
94
96
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Siklus I 104
Lampiran 2. Silabus Siklus II 106
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 108
Lampiran 4.
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Bahasan Materi
113
118
Lampiran 6. Soal Tes Formatif Siklus I 146
Lampiran 7. Soal Tes Formatif Siklus II 149
Lampiran 8. Lembar Latihan Siklus I 152
Lampiran 9. Lembar Latihan Siklus II 153
Lampiran 11. Lembar TTS Siklus I 154
Lampiran 12. Lembar TTS dan Soal Turnamen Siklus II 156
Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus I 159
Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus II 162
Lampiran 15. Kunci Jawaban Lembar Latihan Siklus I 164
Lampiran 16. Kunci Jawaban Lembar Latihan Siklus II 165
Lampiran 17. Kunci Jawaban TTS Siklus I 166
Lampiran 18 Kunci Jawaban TTS dan Soal Turnamen Siklus II 167
Lampiran 19. Lembar Motivasi Siswa Individu 170
Lampiran 20. Lembar Motivasi Kelompok 172
Lampiran 21. Lembar Observasi Kinerja Guru 174
Lampiran 22. Skor Ketuntasan Hasil Belajar 176
Lampiran 23. Skor Motivasi Siswa Individu 179
Lampiran 24. Skor Motivasi Kelompok 182
Lampiran 25. Skor Kinerja Guru 188
Lampiran 26. Perijinan 194
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang
didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses
pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses
pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu diperlukan
suatu metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan
sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang
dipahami dan monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, diharapkan siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2009:4).
Pembelajaran kooperatif menekankan peran aktif siswa dalam kelompok
yang terdiri dari siswa yang heterogen baik dari lingkungan maupun tingkat
kepandaian. Hal ini bertujuan melatih siswa untuk mau bekerjasama dan
berkomunikasi dengan teman yang berbeda latar belakang sosial, sehingga
nantinya siswa akan lebih peka dalam lingkungan sosial sesungguhnya di luar
sekolah. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif menuntut peran aktif siswa
dalam kelompok, namun seorang guru harus tetap berperan dalam kelas tersebut,
yaitu sebagai pemberi semangat, dorongan belajar dan bimbingan kepada siswa
dalam menyelesaikan permasalahan dalam kelompok mereka.
SMP Negeri 2 Sumberlawang merupakan sekolah yang dalam hal
akademik siswanya memiliki hasil belajar yang bervariasi. Dalam proses belajar,
anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian
memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sendiri, menemukan sendiri maka anak menjadi senang, sehingga termotivasi
untuk belajar, khususnya belajar Geografi.
Proses pembelajaran IPS geografi kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang
belum seluruhnya mencapai hasil yang baik. Terutama pada kelas VII-D karena
menemui berbagai kendala yaitu hasil belajar dan motivasi belajar yang rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru IPS kelas VII SMP Negeri 2
Sumberlawang, diketahui bahwa kelas VII-D memiliki rata-rata nilai ulangan
paling rendah bila dibandingkan dengan kelas VII yang lain. Berikut disajikan
tabel rata-rata nilai ulangan harian geografi kelas VII.
Tabel 1 . Nilai rata-rata ulangan harian kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun 2009/2010.
Sumber : Dokumen Guru IPS Kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang.
Dari analisis dokumen hasil belajar semester genap, yang ditunjukkan
pada tabel diatas terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian yang masih belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS
Geografi, baik secara klasikal pada kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang
maupun secara individu. Berdasarkan hasil pengamatan awal didapatkan
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kemampuan belajar siswa,
motivasi belajar siswa dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Berikut adalah daftar nilai ulangan harian yang menunjukkan rendahnya hasil
belajar siswa kelas VII-D secara keseluruhan.
Tabel 2. Daftar nilai ulangan siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun 2009/2010.
NOMOR
NAMA L/P NILAI KET
URUT INDUK
1. 1962 Abdul Rohman Arrosyid L 65 Tuntas
2. 1963 Abdul Rokhim L 58 Belum
3. 1965 Adi Kurniawan Saputro L 65 Tuntas
4. 1975 Ananda Mukhumat Qoir L 55 Belum
Kelas VII-A VII-B VII-C VII-D
commit to user
5. 1984 Anugerah Fajar Gumilang L 65 Tuntas
6. 1985 Ari Samsi L 65 Tuntas
7. 1988 Bagas Dwi Setyo Wibowo L 65 Tuntas
8. 1991 Bobby Saputro L 68 Tuntas
9. 1993 Danu Prasetyo P 65 Tuntas
10. 1995 Debi Nita Sari P 60 Belum
11. 1996 Dedi Sanjaya L 65 Tuntas
12. 2004 Diana Fatmawati P 65 Tuntas
13. 2005 Dimas Afian L 60 Belum
14. 2011 Dwi Kurniawan Akbar L 67 Tuntas
15. 2013 Eeng Gilang Saputro L 60 Belum
16. 2020 Ernawati P 70 Tuntas
17. 2031 Isna Al Qodri L 60 Belum
18. 2034 Istiqomah P 70 Tuntas
19. 2039 Lejar Purnomo L 55 Belum
20. 2045 Muhamad Rofiq Abdullah L 60 Belum
21. 2052 Novian Angga Pratama L 70 Tuntas
22. 2057 Prasetyo L 58 Belum
23. 2063 Riki Abdullah L 60 Belum
24. 2064 Riski Andika P 65 Tuntas
25. 2065 Riyanto Jon Robin L 70 Tuntas
26. 2073 Sigit Ariyadi L 72 Tuntas
27. 2075 Siti Mariyam P 60 Belum
28. 2076 Siti Mei Wulandari P 67 Tuntas
29. 2080 Sufiyan Sauri L 65 Tuntas
30. 2082 Susilowati P 70 Tuntas
31. 2083 Sutrisno L 60 Belum
32. 2089 Vera Nur Anggraini P 60 Belum
33. 2094 Wahyu Tri Nur Rosyid L 65 Tuntas
34. 2095 Wartono L 60 Belum
35. 2096 Winda Tri Pamungkas P 60 Belum
Nilai Rata-rata 63,6
Ketuntasan klasikal 57.14%
Siswa yang sudah tuntas 20
Siswa yang belum tuntas 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain hasil belajar yang kurang maksimal, motivasi siswa kelas VII-D
SMP Negeri 2 Sumberlawang juga rendah, ini terlihat dari data hasil observasi
awal dan juga hasil wawancara dengan guru IPS Geografi kelas VII. Menurut
Uno (2009: 23) motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik yaitu berupa
hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan guru IPS,
motivasi belajar siswa yang rendah ditunjukkan dengan kurang siapnya siswa
untuk belajar, hal ini ditandai dengan masih banyak siswa yang tidak membuka
buku pelajaran IPS selama pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa yang
terdorong untuk bertanya jumlahnya sedikit, mereka lebih banyak mengerjakan
pekerjaan lain dibanding memperhatikan penjelasan guru. Kelas juga tampak
gaduh dikarenakan banyak siswa yang bicara sendiri dan juga menganggu siswa
lain. Beberapa juga terlihat mengantuk dan lesu sehingga suasana belajar kurang
kondusif. Dibawah ini adalah tabel data motivasi yang diperoleh dari observasi
awal.
Tabel 3. Hasil Observasi awal siswa individu.
No. Kegiatan Siswa Jumlah
Siswa
1. Kehadiran siswa. 33
2. Siap dengan peralatan belajarnya dan membuka bukunya. 14
3. Siswa saling berebut menjawab pertanyaan dari guru. 6
4. Siswa terdorong untuk bertanya pada guru. 2
5. Siswa mencatat materi yang disampaikan guru. 13
6. Siswa secara individu berperan dalam kelompok untuk
mendapatkan skor maksimal.
16
7. Siswa mengerjakan setiap tugas yang diperintahkan guru. 28
8. Siswa mengerjakan soal individu dengan
sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai maksimal.
6
9. Siswa terdorong untuk aktif dalam kegiatan permainan di
kelas.
15
10. Siswa antusias dengan kegiatan belajar yang
menyenangkan.
commit to user
11. Mengerjakan pekerjaan lain. 18
12. Siswa tampak lesu 21
13. Siswa mengantuk 15
14. Menganggu teman lain dan membuat gaduh dalam kelas. 27
15. Siswa bicara sendiri saat pelajaran 24
Sumber : Data Primer PTK Tahun 2010.
Bersamaan dengan pengamatan motivasi siswa, peneliti juga mengamati
kinerja guru pada saaat pembelajaran Geografi berlangsung. Keterbatasan waktu
dan media dirasakan guru menjadi kendala, sehingga guru kurang maksimal
dalam menyampaikan materi karena itu guru lebih memilih menggunakan metode
yang mudah seperti ceramah dan diskusi. Sebagaimana yang disampaikan guru,
bahwa diskusi pun juga berjalan kurang baik disebabkan karakteristik siswa kelas
VII-D yang cenderung pasif pada saat diminta berdiskusi dengan kelompoknya.
Guru mengalami kesulitan dalam menumbuhkan semangat belajar siswa serta
menyampaikan materi yang banyak tersebut kepada siswa, kurang terjalinnya
komunikasi yang baik antara guru dan siswa sehingga apa yang disampaikan guru
pada siswa tidak tepat sasaran. Kegiatan belajar didalam kelas dengan materi
yang banyak, jam pelajaran yang panjang namun terbatas semakin membuat siswa
kurang antusias. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi
hidrosfer dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa untuk
memahami konsep materi menjadikan situasi belajar membosankan sehingga
siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan ketidakpahaman
materi melalui pertanyaan akan semakin menyulitkan guru untuk membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Keadaan siswa kelas VII-D di dalam kelas (Dok. Penulis)
Berdasarkan fakta yang terjadi di kelas tersebut maka penulis bersama
dengan guru berinisiatif untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih
menyenangkan dengan diberi unsur permainan, sehingga diharapkan siswa kelas
VII-D lebih termotivasi dengan begitu hasil belajarnya dapat memenuhi KKM.
Di dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai metode
pembelajaran diantaranya yaitu Student Teams Achievement Division (STAD),
Numbered Head Together (NHT), dan Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT). Metode
Teams Games Tournament (TGT) memiliki kesamaan dengan metode STAD (Student Teams Achievement Division) yaitu dalam pembentukan kelompok dan pembagian materi, kecuali dalam satu hal yaitu kuis-kuis diganti dengan
permainan. TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi
menggunakan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan
(Slavin, 2009:14). Metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
mengelompokkan siswa secara heterogen misalnya dalam hal prestasi akademik
dan jenis kelamin. Tahap-tahap yang dilakukan dalam metode TGT (Teams
Games Tournament) yaitu penyampaian materi (presentasi kelas), diskusi,
commit to user
siswa serta mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat
belajar dan mengandung reinforcement (penguatan). Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Semua siswa harus aktif dalam bermain bersama dalam kelompoknya dan
diharapkan mampu memberi kontribusi pada peningkatan motivasi siswa untuk
selalu belajar berprestasi karena dalam metode TGT akan timbul kompetisi antar
kelompok satu dengan yang lain dengan positif. Metode pembelajaran TGT
(Teams Games Tournament) juga memiliki keterbatasan yaitu membutuhkan manajemen waktu yang baik dan persiapan yang rumit yaitu mempersiapkan
segala instrumen misalnya untuk diskusi dan permainan. Dengan adanya unsur
permainan ini akan menjadikan kelas sedikit ribut dan kurang tertib.
Metode TGT (Teams Games Tournament) ini dipilih sesuai dengan
kondisi pembelajaran yang ada pada kelas VII-D, hal ini ditunjukkan dengan
kurang antusiasnya siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung, siswa yang
cenderung pasif dalam pembelajaran sebagai contoh tidak memperhatikan guru,
sibuk dengan pekerjaan lain, gaduh dan menganggu teman lain, jarang bertanya
dan tidak mengungkapkan paham atau tidaknya terhadap materi yang disampaikan
oleh guru. Selain disesuaikan dengan kondisi siswa kelas VII-D, Metode TGT
(Teams Games Tournament) ini juga disesuaikan dengan karakteristik pokok bahasan yang menjadi materi penelitian yaitu Hidrosfer. Materi hidrosfer bersifat
hafalan dan luas meliputi siklus hidrologi, perairan darat dan perairan laut.
Pembelajaran akan membosankan dan siswa sulit menyerap materi jika kegiatan
hanya diisi penyampaian materi dengan metode ceramah. Dalam metode TGT
(Teams Games Tournament) terdapat variasi kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif, siswa dapat lebih mudah memahami dan tertarik jika dikemas dalam
suatu bentuk pembelajaran yang menyenangkan. Media yang digunakan untuk
permainan adalah TTS (Teka Teki Silang) dimana ini merupakan suatu media
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Metode dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memudahkan siswa menerima pelajaran. Aktivitas belajar dengan permainan
membuat siswa dapat belajar lebih rileks dan tanpa tekanan sehingga dapat
menimbulkan ketertarikan siswa. Penghargaan diberikan sebagai pengakuan
terhadap keberhasilan kinerja kelompok. Penghargaan dapat memacu setiap siswa
untuk berkompetisi dan menjalin kerjasama dengan siswa lain sehingga siswa
lebih antusias dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas maka penulis
memilih judul :
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Geografi Pokok Bahasan Hidrosfer”. (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran
2009/2010).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas dirumuskan
permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
mata pelajaran Geografi pokok bahasan Hidrosfer.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP Negeri 2
Sumberlawang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
commit to user D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan lembaga
(sekolah) .
1. Bagi Siswa
a. Memberi suasana belajar yang bervariasi dan praktis sehingga dapat
membangkitkan semangat belajar siswa.
b. Memberi peluang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar.
c. Memberi peluang siswa menggunakan penalarannya selama pembahasan
materi.
d. Memberi peluang siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
2. Bagi Guru Geografi
a. Memberikan alternatif pilihan bagi guru dalam penyampaian mata
pelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
b. Memberikan informasi tentang pembelajaran yang efektif dan praktis
sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
c. Memberikan informasi bagi guru untuk lebih menekankan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam usaha meningkatkan motivasi
dan hasil belajar.
E. Batasan Operasional
Pembatasan operasional pada penelitian ini diharapkan dapat membatasi
cakupan penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sumberlawang.
Pembatasan yang dimaksud meliputi :
1. Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah pada peningkatan motivasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumberlawang dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan
Hidrosfer.
2. Penggunaan metode pada pembelajaran ini adalah pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT memiliki banyak kesamaan
dinamika dengan STAD, tetapi menggunakan dimensi kegembiraan yang
diperoleh dari penggunaan permainan (Slavin, 2009:14). Metode
pembelajaran Teams Games Tournament adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para
siswa berlomba sebagai wakil mereka dengan anggota tim lain (Slavin,
2009:163). Pada penelitian ini peneliti menggunakan media Teka Teki
Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita harus mengisi
ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-huruf yang
membentuk sebuah “kata” berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya
biasa dibagi ke dalam kategori 'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi
kata-kata yang harus diisi (http://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki_silang).
3. Siklus yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Hal ini
berhubungan dengan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah dan guru
kolaborasi sangat terbatas untuk mengikuti penelitian tindakan kelas ini.
4. Motivasi
Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau
mendesak (Sardiman, 2003: 73). Pengukuran motivasi pada penelitian ini
menggunakan lembar pengamatan atau observasi siswa (lampiran 19 dan 20).
5. Hasil belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250) hasil belajar merupakan hal yang
commit to user
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes formatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber
belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran
menurut beberapa teori belajar (Darsono. Max, Sugandhi, Martensi, Rusda &
Nugroho, 2000: 24) adalah sebagai berikut :
1) Menurut Teori Behavioristik
Pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan,
dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah reinforcement
(penguatan).
2) Menurut Teori Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang di pelajari.
3) Menurut Teori Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya
(mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.
4) Menurut Teori Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Jadi dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan
materi pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah
mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Dan dalam pembelajaran
tersebut siswa diberikan kesempatan untuk mengenal dan memahami apa yang
dipelajari, sehingga dalam hal ini pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah
melainkan antara guru dan siswa saling berinteraksi.
commit to user
Pembelajaran kooperatif (Slavin, 2009:8) merupakan strategi pembelajaran
yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja
dalam kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya.
Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan
rendah, laki-laki dan perempuan, dan berasal dari latar belakang etnik berbeda.
“Cooperative learning is not simply a matter of grouping students heterogeneously but also in understanding that some groups of students, especially students of color, are more inclined to function better in group settings than individually (Pang & Barba, 1995; Vaughan, 2002).”
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “Pembelajaran kooperatif
bukan sekedar menggolongkan para siswa secara heterogen tetapi didalamnya
juga ada pemahaman pada beberapa kelompok siswa, terutama ciri khas dari
siswa, sehingga kelompok memiliki fungsi yang lebih baik daripada individu.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan
proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.
Pengelompokan heterogenitas (Lie, 2008: 41) merupakan ciri-ciri yang menonjol
dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk
dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama,
sosio-ekonomi dan etnik serta kemampuan akademis. Kelompok ini biasanya terdiri dari
satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan
sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.
Perlu diterapkan pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan belajar, meningkatkan kehadiran siswa dan kerja siswa
yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa
senang berada di sekolah.
Roger dan David Johnson (Lie, 2008:31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu: saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggungjawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut
prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan
merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok. Perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2. Metode TGT (Teams Games Tournament)
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif dan salah satunya adalah
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Metode
pembelajaran Teams Games Tournament adalah salah satu metode pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil
mereka dengan anggota tim lain (Slavin, 2009:163).
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT pembentukan tim sama dengan
tipe STAD (Slavin, 2009:144) yaitu dibentuk kelompok-kelompok kecil yang
mewakili seluruh bagian kelas terdiri 4-5 siswa yang heterogen baik dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Ada lima komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Slavin, 2009:166) yaitu:
a. Presentasi di kelas
commit to user
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat presentasi kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Tim
Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Permainan (Game)
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.
e. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Dari penjelasan diatas maka pembelajaran kooperatif tipe TGT
diharapkan dapat merangsang siswa sehingga termotivasi untuk belajar geografi
dan menjadikan materi geografi lebih diminati dan asyik dipelajari oleh siswa
SMP. Cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar menguasai
materi IPS terutama dalam hal ini adalah Geografi. Kesulitan dalam belajar lebih
disebabkan tingkat minat baca yang rendah, serta ketergantungan siswa dalam
belajar terhadap guru. Jika tidak ada guru atau guru tidak hadir maka siswa yang
kurang mandiri dan tidak terbiasa belajar secara mandiri akan memilih menunggu
atau bahkan bermain dan bercanda dengan rekan sekelasnya. Prinsip belajar yang
menyenangkan, bebas, kreatif, belajar sambil bermain, dengan persentase
keterlibatan siswa yang tinggi perlu diterapkan didalam pembelajaran Geografi.
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menerapkan pembelajaran kooperatif
tipe TGT dengan permainan TTS (Teka Teki Silang).
Teka Teki Silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya
biasa dibagi ke dalam kategori 'Mendatar' dan 'Menurun' tergantung posisi
kata-kata yang harus diisi (http://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki_silang). Teka Teki
Silang juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengetahui dan mengingat
pengetahuan yang kita miliki untuk dituangkan dalam jawaban pertanyaan yang
ada baik dalam baris atau kolom.
Teka Teki Silang yang digunakan dalam metode TGT ini dimaksudkan
bahwa selain ada unsur permainannya dimana dengan mengisi Teka Teki Silang
tersebut secara tidak sadar siswa belajar ilmu geografi sehingga diharapkan selain
kesenangan juga didapatkan pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran. Maka
diharapkan dengan membuka, membaca, dan mencari jawaban Teka Teki Silang
tersebut, siswa dapat memahami dan mengerti materi pelajaran geografi tersebut.
3. Motivasi Belajar Siswa
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
atau mendesak (Sardiman, 2003: 73).
Kaitan antara motivasi sebagai daya penggerak dengan metode
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran kooperatif
tipe TGT adalah metode pembelajaran tersebut disajikan dengan disertai adanya
permainan didalam ruang kelas, permainan yang digunakan adalah TTS (Teka
Teki Silang) diharapkan dengan adanya turnamen dalam kelas dengan permainan
TTS siswa akan lebih termotivasi untuk bersaing secara berkelompok. Jadi yang
dimaksud dengan motivasi sebagai daya penggerak adalah dengan adanya
pembelajaran TGT dengan permainan TTS ini siswa akan lebih termotivasi untuk
commit to user
benar seluruh pertanyaan yang ada pada turnamen TTS tersebut, maka tanpa
disadari siswa berusaha untuk belajar, membaca dan memahami sehingga dapat
menjawab pertanyaan dan dapat memenangkan turnamen TTS tersebut.
Menurut Uno (2009: 23), “Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan
(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan
faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan
oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
“Motivational theories related to cooperative learning focus on reward and goal structures. One of the elements of cooperative learning is positive interdependence, where students perceive that their success or failure lies within their working together as a group (Johnson, Johnson & Holubec, 1986).”
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “ Teori motivasi berhubungan
dengan pembelajaran kooperatif yang memusatkan pada penghargaan dan struktur
tujuan. Salah satu unsur dari pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan
positif, dimana siswa merasa bahwa kesuksesan atau kegagalan mereka tergantung
pada kerjasamanya didalam kelompok.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Menurut Uno
(2009: 23) indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah tenaga pendorong yang dapat memadu perilaku siswa dan
memberikan semangat dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor
penting yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena para siswa akan
belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka guru haruslah mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Sardiman (2003:89) macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Dan salah satu jenis motivasi adalah sebagai
berikut:
a. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik
Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 2003:92) yaitu :
commit to user
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Sehingga guna memberikan angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan atau kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyeleseian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyeleseikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Motivasi erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi itu muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalu disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :
(a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
(b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
(c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
(d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran (Dimyati&Mudjiono, 1999:250). Tingkat
perkembangan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya. Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan
dengan tes atau evaluasi.
Sudjana (2009:22) mengemukakan bahwa ”Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Berdasarkan teori Taxonomy Bloom (Darsono. Max, Sugandhi,
Martensi, Rusda&Nugroho, 2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang
commit to user
suatu tujuan, dan dalam mencapai tujuan tersebut tiap orang mengalami
perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi pada 3 ranah yaitu :
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi. Keenam tujuan ini sifatnya hirarkis, artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila kemampuan sebelumnya belum dikuasai.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar yang terdiri dari enam aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang komplek dan kreatifitas.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila
siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang
lebih baik lagi. Howard Kingsley (Sudjana, 2005:45) membagi 3 macam hasil
belajar :
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor dalam
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. Faktor dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Kondisi fisiologis, misalnya: keadaan jasmani, kondisi panca
indera, tidak cacat, dan lain-lain.
2) Kondisi psikologis, misalnya: kecerdasan, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan dan kelelahan.
b. Faktor luar
yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Faktor luar yang dimaksud adalah:
1) Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan
sosial.
2) Faktor instrumental, yaitu faktor yang ada dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor
instrumental itu antara lain: kurikulum, program pengajaran, sarana dan
fasilitas, guru atau tenaga pengajar.
Beberapa fungsi hasil belajar adalah sebagai berikut :
a) Hasil belajar adalah sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
b) Hasil belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c) Hasil belajar adalah sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.
d) Maka dapat diasumsikan bahwa hasil belajar dapat dijadikan
sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan mutu ilmu
pengetahuan dan teknologi.
commit to user
5. Penelitian Yang Relevan
Penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan oleh penulis
[image:40.595.109.518.211.742.2]sebagai perbandingan adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Penelitian yang relevan.
No. Yudhi Asti
Laksanawati Heni Mustikawati Dewi Nur Istikomah Anis Iryaningtyas
1. Judul Penggunaan
Metode Pembelajaran Kooperatif
Model Teams
Games Tournament Sebagai Suatu Alternatif Dalam Pembelajaran IPS Geografi pada Pokok Bahasan Unsur Fisik Wilayah Indonesia Kelas VII-D di SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri Madiraja Kabupaten Banjarnegara Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Melalui
Metode Teams
Games Tournament Pada Pokok Bahasan Pendudukan Jepang di Indonesia. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif
tipe TGT
(Teams Games Tournament) untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
sejarah kelas VIII B SMP
Negeri 40
Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Tujuan Untuk
mengetahui apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif
model Teams
Games Tournament dapat 1). Untuk mengetahui penerapan
metode Teams
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Geografi pada pokok bahasan unsur fisik wilayah Indonesia kelas VIIB di SMP Negeri 16 Surakarta. pendudukan Jepang di Indonesia pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Madiraja Kabupaten Banjarnegara. 2). Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Madiraja Kabupaten Banjarnegara melalui metode pembelajaran Teams Games Tournament pada mata pelajaran IPS Sejarah pokok bahasan pendudukan Jepang di Indonesia. pembelajaran
TGT (Teams
Games Tournament). 2). Untuk mengetahui prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah kelas VIIIB SMP Negeri 40 Semarang dengan menggunakan metode pembelajaran
TGT (Teams
Games
Tournament).
model
pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams
Games Tournament) mata pelajaran Geografi pada pokok bahasan Hidrosfer.
3. Metode Penelitian
Tindakan Kelas 2 siklus
Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus
Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus
Penelitian Tindakan Kelas 2 siklus
4. Hasil 1). Metode
commit to user
belajar siswa. 2). Dengan metode
Teams Games Tournament
dapat diperoleh ketuntasan belajar baik individu maupun klasikal sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa.
siswa dalam mengikuti pembelajaran juga
menumbuhkan kerjasama antar siswa dengan kelompok.
2). Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user B.Kerangka Pemikiran
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
salah satunya adalah motivasi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang
menarik. Dan yang dimaksud dengan kegiatan belajar yang menarik adalah
dengan penerapan berbagai macam metode pembelajaran yang menyenangkan,
dan guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dan secara tidak langsung akan berpengaruh
pada meningkatnya hasil belajar dalam hal ini pada mata pelajaran Geografi.
Metode ceramah yang sering digunakan oleh guru akan membuat siswa
bosan dan sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Rasa bosan akan serta
merta membuat siswa menjadi tidak bersemangat sehingga hasil belajarnya
menjadi rendah. Hal ini tentu akan berbeda apabila menggunakan metode
pembelajaran yang tepat karena dapat meningkatkan motivasi belajar, sehingga
dapat mencapai hasil yang maksimal. Pada Penelitian Tindakan Kelas ini
diterapkan metode baru sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam
meningkatkan motivasi sehingga hasil belajarpun juga meningkat. Metode
alternatif tersebut adalah TGT (Teams Games Tournament). Metode
pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil mereka dengan anggota tim lain. Metode kooperatif tipe
TGT ini mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat
belajar dan mengandung reinforcement (penguatan).
Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan
dapat memberikan hasil belajar geografi yang lebih baik pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi. Namun apabila dalam proses pembelajaran
kooperatif