• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN IDENTITAS ETNIS TIONGHOA ERA REFORMASI DI KELURAHAN BADAK BEJUANG KECAMATAN TEBING TINGGI KOTA, KOTA TEBING TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBENTUKAN IDENTITAS ETNIS TIONGHOA ERA REFORMASI DI KELURAHAN BADAK BEJUANG KECAMATAN TEBING TINGGI KOTA, KOTA TEBING TINGGI."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBENTUKAN IDENTITAS ETNIS TIONGHOA ERA REFORMASI DI KELURAHAN BADAK BEJUANG KECAMATAN TEBING TINGGI KOTA

KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

IRMAYANI SIHOMBING 3102121007

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Irmayani Sihombing. 3102121007. Pembentukan Identitas Etnis Tionghoa Era Reformasi Di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi. Skripsi S-1. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan identitas etnis Tionghoa di Era Reformasi di Kota Tebing Tinggi yang ditinjau dari aspek pengasuhan anak, aspek pemukiman etnis Tionghoa serta aspek pendidikan. Untuk memperoleh data - data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode study pustaka (library reasearch) dan penelitian lapangan (field reasearch). Kemudian teknik untuk mengumpulkan data dilakukan dengan observasi ke lokasi penelitian, wawancara kepada tokoh masyarakat dan penduduk sekitar lokasi penelitian. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengasuhan yang dilakukan etnis Tionghoa paling utama dalam pembentukan identitas adalah pengembalian marga dan nama yang berbau Tionghoa. Karena era Orde Baru, etnis Tionghoa tidak berani menggunakan marga maupun nama yang berbau Tionghoa karena ada politik asimilasi yang ditujukan untuk pengindonesiaan Tionghoa. Pemukiman etnis Tionghoa yang terintegrasi dan terpusat merupakan ciri khas yang memudahkan etnis Tionghoa dalam melakukan berbagai kegiatan sesama mereka dan interaksi sehari – hari. Dengan pemukiman tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan identitas. Hal ini juga didukung organisasi maupun vihara yang berada di dalam pemukiman etnis ini. Pendidikan dalam pembentukan identitas diperoleh dalam pendidikan informal, pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan informal merupakan pendidikan keluarga yang sangat berpengaruh karena menjadi cikal bakal terbentuknya identitas ataupun kepribadian seorang anak. Orangtua memiliki pengaruh dan sumbangsih terbesar dalam keberhasilan anak mengenal jati dirinya karena memberikan pembelajaran sejak dini, baik melalui perkataan, tindakan dan karakter. Pendidikan formal juga memberikan pengaruh terhadap pembentukan identitas anak namun tidak secara langsung tetapi dalam proses pendidikan itu sendiri. Pendidikan nonformal yang dilakukan organisasi atau perkumpulan mereka seperti Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia ( PSMTI ) dengan berbagai program yang salah satunya adalah pendidikan Jati diri ( Identitas ) tehadap etnis Tionghoa juga menjadi salah satu cara untuk bisa mengembangkan dan membentuk kembali identitas yang hampir hilang.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolonganNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pembentukan Identitas Etnis Tionghoa Era Reformasi di

Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi “. Adapun tujuan Skripsi ini disusun yaitu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin didalam menyelesaikan skripsi ini walaupun penulis menyadari bahwa masih memiliki kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi skripsi ini.

Didalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini, penulis menghadapi beberapa kendala namun berkat bantuan, bimbingan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

(7)

3. Bapak dan Ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.

5. Bapak Dr. Hidayat, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu penulis didalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih buat pemikiran – pemikiran bapak yang telah merubah beberapa pemikiran penulis. Terimakasih juga buat bimbingan, arahan, dan masukan - masukan yang selama ini diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik dan penguji penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd selaku dosen penguji ahli yang telah banyak memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku dosen pembanding bebas yang banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(8)

10.Kedua orang tuaku,Ayahanda tercinta R.Sihombing dan ibunda Tercinta A. Simbolon . Penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya tiada terkira saya tujukan pada mereka. Kerena mereka yang dengan begitu sabar dan penuh kasih sayang, serta pengertian yang mendalam telah memberi banyak dukungan pada penulis, tanpa bantuan mereka saya tidak bisa menyelesaikan penulisan ini

11.Kepada Adik – adik saya tersayang , Firda Lusiana Sihombing dan Orbik Panduman Simbolon yang sudah banyak membantu penulis secara dukungan moral yang mendorong penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.

12.Kepada Nenek saya, R. Siregar dan Paman saya serta keluarga, T. Sihombing dan bibi saya L. Lubis serta Kakak Abang Saya, Indah Sihombing, Ipan Sihombing, Ines Yudika Sihombing, Intan Sihombing, Imran Sihombing dan Bagas Sihombing dan yang sudah memberikan kehangatan keluarga yang begitu luar biasa terimakasih atas semuanya 13. Terkhusus buat Wilson Manaek Situmorang yang selalu menemani dan

memberikan dukungan.

(9)

15.Sahabat dan sekaligus teman seperjuangan penulis seluruh teman-teman stambuk 2010 khususnya Kelas A - Reguler 2010 ada Agustinus, Aina, Arinda, Ari, Ayu, Berkat, Boy, Candra, Iqbal, Dedi, Desi, Dilla, Dora, Eka, Elya, Eros, Evan, Fatwa, Ferry, Fitri, Flora, Frianko, Hesri, Hestya, Hetti, Hotresly, Indri, Jarahman, Josrai, Juliar, Junita, Budi, Irma, Radius, Hadi, Mariya, Muna, Naomi, Nelly, Nirwan, Normayani, Indah, Rina, Pratica, Edo, Rima, Rio, Muslim, Rodearni, Muslim, Sugi, Susi, Tono, Windah, Yosep. Terimakasih penulis ucapkan atas kebersamaan selama ini dan untuk setiap canda dan tawa yang ada dikelas kita. JASMERAH !!!

16.Teman - teman satu PPLT SMA NEGERI 1 Perdagangan, Mayar, Satri, Intan, Dita, Frilly, Johan, Abednego, Sihol, Frendy, Candra, Rejekki, Nur Aisyah, dan Imay. Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Agustus 2014 Penulis

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Komposisi Etnis Tionghoa Berdasarkan Etnis/Suku 39 Tabel 2: Komposisi Penduduk Menurut Etnis/Suku 40 Tabel 3: Populasi Penduduk menurut lingkungan

Kelurahan Badak Bejuang 41

Tabel 4: Luas wilayah Kelurahan Badak bejuang 42 Tabel 5 : Luas kelurahan dan persentase Kecamatan

Tebing Tinggi Kota 43

Tabel 6 : Luas Lahan Berdasarkan Penggunaan 2012 ( Ha ) 43 Tabel 7 : Bentuk Fisik Pemukiman Di Kecamatan

Tebing Tinggi Kota 44

Tabel 8 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Di Kecamatan Tebing Tinggi Menurut Kelurahan 2012 44 Tabel 9 : Persentasi Penduduk Kecamatan Tebing Tinggi Kota

Menurut Kelurahan dan Agama ( 2012 ) 45

Tabel 10 : Banyaknya Rumah Ibadah Kecamatan Tebing Tinggi Kota

Menurut Jenis & Kelurahan 2012 46

Tabel 11 : Komposisi Penduduk Kelurahan Badak Bejuang

Menurut Agama 46

Tabel 12 : Jumlah sekolah negeri dan swasta di Tebing Tinggi Kota

Menurut kelurahan dan jenjang pendidikan ( 2012 ) 47 Tabel13: Jumlah siswa sekolah negeri dan swasta di Tebing Tinggi Kota

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Pembatasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5.Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12

2.1. Kerangka Konsepsional 12

2.1.1. Pengertian Pembentukan identitas 12

2.1.2. Proses Yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas 14

2.1.2.1Pengasuhan Anak 15

2.1.2.2Pemukiman 17

2.1.2.3Pendidikan 20

2.1.3 Pengertian Etnik Tionghoa 22

2.1.4 Etnis Tionghoa di Indonesia 25

2.1.5 Etnis Tionghoa Di Kota Tebing Tinggi 28

(12)

BAB III METODELOGI PENELITIAN 35

3.1. Metode Penelitian 35

3.2. Lokasi Penelitian 35

3.3. Informan Peneliti 36

3.4. Teknik Pengumpulan Data 36

3.5. Teknik Analisis Data 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 38

4.1.1. Kondisi Geografis 38

4.1.2. Kondisi Demografis 40

4.1.3. Kondisi Sosial 44

4.1.3.1 Agama 44

4.1.3.2 Pendidikan 47

4.2. Pembentukan Identitas Etnis Tionghoa 48

4.2.1.Pembentukan Identitas dalam Aspek Pola Asuh 48

4.2.2. Pembentukan Identitas dalam Aspek Pemukiman 57

4.2.3. Pembentukan Identitas dalam Aspek Pendidikan 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 67

5.1. Kesimpulan 67

5.2. Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 70

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor

Se-06/Pres.Kab/6/1967, Tanggal 28 Juni 1967 72

Lampiran 2 : Daftar Pedoman Wawancara 75

Lampiran 3 : Nama – Naman Responden 76

Lampiran 4 : Daftar Pedoman Observasi 79

Lampiran 5 : Peta Tebing Tinggi Kota 80

Lampiran 6 : Lokasi penelitian 82

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Beragam budaya yang dimiliki suatu negara dilihat dari etnis yang mendiami wilayah tersebut. Indonesia merupakan masyarakat yang multi-etnis, yang mencakup lebih dari 360 kelompok etnis berbeda, setara dengan banyaknya variasi bahasa yang mereka pakai ( Liem : 2000 : 1 ). Sehingga multikulturalisme menjadi paham yang dianut bangsa Indonesia. Etnis Tionghoa menjadi warga negara Indonesia yang minoritas di Indonesia. Banyak yang merasa bahwa etnis Tionghoa adalah pendatang yang memiliki kebudayaan asing dan ingin mengintegrasikan kebudayaan tersebut ketengah masyarakat tempat mereka berada.

(15)

Jumlah tersebut memang sangat kecil dibanding dengan suku – suku yang ada di Indonesia , namun peranan mereka yang sangat besar memberikan dampak yang besar juga dalam kehidupan mereka yakni masalah Tionghoa. Etnis Tionghoa yang selalu dipandang sebagai etnis yang eksklusif di Indonesia sementara masyarakat pribumi hidup dalam kesederhanaan yang menyebabkan kecemburuan social. Selain sikap mereka yang selalu di pandang eksklusif , sikap mereka yang tertutup dan cuek serta tidak ada interaksi dengan masyarakat sekitar atau dengan kata lain tidak ada pergaulan dengan masyarakat sekitar menambah kecemburun social didalam masyarakat.

Hal ini kerap mengakibatkan konflik karena perbedaan pandangan. Oleh karena itu, perkembangan etnis Tionghoa mengalami pasang surut di Indonesia sejak masa Kolonial hingga Reformasi. Namun dalam hal ini penulis hanya mengkaji pembentukan identitas etnis Tionghoa era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi.

(16)

sejumlah kekerasan anti Tionghoa meledak di Indonesia. Peristiwa ini memberikan dampak yang begitu besar bagi identitas Tionghoa itu sendiri. Menurut Bachrun dan Hartono dalam Afif: 2012 : 5 ) tragedi Mei 1998 telah menyebabkan krisis identitas di kalangan orang Tionghoa, karena segala upaya yang telah mereka lakukan untuk bisa diterima sebagai orang Indonesia hancur berantakan dalam waktu singkat.

Menurut Psikolog UI yang mengkaji pengalaman pascatrauma orang – orang Tionghoa menyimpulkan bahwa mereka mengalami krisis identitas sesudah kerusuhan tersebut ( Bahrun dan Hartono 2000 dalam Yau Hoon : 2012 : xxxii). Zhou Fuyuan, seorang arsitek – Tionghoa mengatakan bahwa peristiwa – peristiwa traumatis bulan Mei menyebabkan “ pukulan psikologis ” yang menyedihkan bagi etnis Tionghoa ( 2003 : 454 dalam Yau Hoon : 2012 : xxxii ). Mereka yang sudah lama berdomisili di Indonesia dan bahkan sejak nenek moyang mereka, namun mereka tetaplah dianggap sebagai orang asing. Identitas mereka tetaplah dianggap sebagai bangsa asing yang menumpang di Indonesia.

(17)

bahwa kelompok etnis Tionghoa diharapkan untuk dapat menghilangkan sifat – sifat ke – cina – annya sebagai jalan keluar terbaik bagi penyelesaian masalah Tionghoa. Pengakuan tentang keberadaan identitas kecinaan pada kelompok etnis Tionghoa penting artinya bagi subjektivitas setiap individu etnis Tionghoa, dan bagi interaksi sosial individu yang bersangkutan dengan sesama etnis Tionghoa maupun dengan mereka yang non Cina. Tanpa pengakuan tersebut subjektivitas yang bersangkutan menjadi ambiguous, tidak jelas sehingga loyalitasnya pun di permasalahkan ( Wibowo : 2001 : 189)

Identitas etnis Tionghoa yang serba salah dari masa ke masa hinggga Orde Baru diharapkan dapat diubahkan dimasa Reformasi. Dimana para penguasa sudah mampu memahami dan mengartikan perbedaan itu sendiri salah satunya Susilo Bambang Yudhyono dalam pidatonya pada tahun 2009 yang mengingatkan bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika yang ditafsirkan sebagai persatuan tapi bukan persamaan, persatuan namun bukan keseragaman ( Yau Hoon : 2012 : xix ). Sehingga dari pernyataan tersebut maka diharapkan etnis Tionghoa dapat mencari identitas mereka sendiri, mereka dapat membentuk identitas mereka yang selama ini dikekang bahkan harus dipribumisasikan oleh para penguasa.

(18)

Indonesia. Beberapa peraturan yang bersifat diskriminatif telah dihapuskan, dan masyarakat Tionghoa Indonesia sejak saat itu lebih berani menunjukkan identitas diri dan kebudayaan mereka. Iklim kebebasan disambut dengan berdirinya banyak organisasi yang diprakarsai oleh orang – orang Tionghoa, baik dalam bentuk partai politik maupun lembaga – lembaga yang sifatnya independent.

Di era ini diharapkan etnis Tionghoa ikut berperan dalam pembangunan bangsa. Ada juga ruang untuk mengartikulasikan dan mendekontruksikan gagasan ketionghoaan di Indonesia pasca Suharto. Mereka juga diberikan kebebasan budaya, politik maupun media walaupun tetap dalam pengawasan pemerintah. Tidak ada lagi asimilasi yang bertujuan untuk menanggalkan identitas mereka seperti yang terjadi di era Suharto. Rezim Orde Baru yang menjadikan “ metode asimilasi ” sebagai solusi untuk menyelesaikan apa yang disebut “ masalah Cina ”. Menurut Heryanto, pembentukan identitas masa Orde Baru yakni dengan mengeluarkan orang Tionghoa dari identitas ketionghoaan.

(19)

penghapusasn ini selama Orde Baru merupakan identitas yang ditujukan untuk proyek politik tertentu ( Lim : 2009 : 13 ).

Di era Indonesia Baru sekarang, dimana pemerintah jelas-jelas sedang gigih mengupayakan agar Republik ini menjadi negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum, berkeadilan, demokratis, peduli akan HAM dan menyikapi perbedaan sebagai rahmat Tuhan Yang Maha sehingga kebijakan terhadap etnis Tionghoa juga ditinjau kembali. Terbitnya Keppres No. 6 tahun 2000 yang mencabut peraturan diskriminatif dan SK presiden Nomor 14 tahun 1967 yang menindas segala bentuk manifestasi kepercayaan, adat, dan tradisi Tionghoa merupakan angin segar bagi orang Tionghoa yang selama era Orde Baru secara fisik maupun psikis telah menderita, karena dijauhkan dari segala anasir yang berhulu pada budaya leluhur mereka ( Yau Hoon : 2012 : 60 ). Adanya kebijakan itu diharapkan membuat naga nusantara itu bangkit dari tidur panjangnya. Tragedi – tragedi sejarah yang menimpa orang – orang Tionghoa di Indonesia secara

langsung mempengaruhi proses pencarian identitas mereka ( suryadinata, 2002 dalam Afif : 2012 : 5 ).

(20)

eksklusif. Untuk itulah reposisi etnik Tionghoa di Era Indonesia Baru perlu dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian, agar upaya mensinergiskan keanekaragaman potensi etnis dapat berjalan sesuai harapan.

Tebing Tinggi merupakan Kota di Sumatera Utara yang memiliki perkembangan yang pesat dalam bidang perekonomian. Hal ini karena letak Tebing Tinggi yang strategis karena jalur antar lintas Sumatera serta cepatnya Tebing Tinggi menjadi kota maju. Hal ini karena didukung oleh perdagangan, pendidikan, komunikasi dan sarana yang lengkap. Kota Tebing Tinggi terdiri dari berbagai macam etnis mulai dari etnis Cina, Melayu, Tapanuli, Jawa, Mandailing, Simalungun, Karo dan Minangkabau. Dengan keragaman etnis maka memberikan kemungkinan pengayaan budaya dan pendidikan di kemudian hari.

(21)

kepada masyarakat pribumi maupun pemerintahan. Sehingga berdampak pada krisis identitas.

Sehingga permasalahan yang menjadi kajian penulis adalah bagaimana etnis Tionghoa membentuk kembali identitas era Reformasi sehingga penulis termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Identitas Etnis Tionghoa Era Reformasi Di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi “

1.2Identifikasi masalah

Dalam setiap penelitian, permasalahan merupakan hal yang paling utama dan diiringi bagaimana cara pemecahannya. Namun sebelum hal itu dilakukan kita harus melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu. Agar penelitian ini menjadi terarah dan jelas maka perlu dirumuskan identifikasi masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut :

(22)

2. Proses Pembentukan identitas etnis Tionghoa berdasarkan aspek pemukiman era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi

3. Proses pembentukan identitas etnis Tionghoa berdasarkan aspek pendidikan era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi

1.3Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan karena mengingat luasnya masalah dalam penelitian ini. Analisis masalah juga membatasi masalah ruang lingkup masalah. Disamping itu masih perlu dinyatakan secara khusus batas-batas masalah agar peneliti lebih terarah, maka untuk mempermudah penelitian ini

penulis membatasi masalah sebagai berikut “ Pembentukan Identitas Etnis

Tionghoa Era Reformasi Di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi “

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

2. Bagaimanakah proses pembentukan identitas etnis Tionghoa berdasarkan aspek pemukiman era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi ?

3. Bagimanakah Proses pembentukan identitas etnis Tionghoa berdasarkan aspek pendidikan di era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi ?

1.5Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pembentukan identitas Etnis Tionghoa dilihat berdasarkan aspek pola asuh era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi

2. Untuk mengetahui proses pembentukan identitas Etnis Tionghoa dilihat berdasarkan aspek pemukiman era Reformasi di Kelurahan Badak Bejuang Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi

(24)

1.6Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam meningkatkan pemahaman pembentukan identitas etnis Tionghoa era Reformasi di Tebing Tinggi Kota

2. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda.

3. Sebagai sarana informasi dan sumbangan yang bermanfaat bagi masyarakat di Tebing Tinggi Kota

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Afif Afthonul, 2012. Identitas Tionghoa Muslim Indonesia. Depok : Penerbit Kepik

Badan Pusat Statistik.2012. Kecamatan Tebing Tinggi Kota Dalam Angka2012. Badan Pusat Statistik Kecamatan Tebing Tinggi Kota

Danandjaja James, 1999. Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Fakultas Ilmu Sosial, 2010. Pedoman Penulisan Skripsi. Medan: FIS UNIMED Hamza Alfian, I998. Kapok Jadi Nonpri Warga Tionghoa Mencari Keadilan.

Bandung: Zaman Wicana Mulia

Hadiluwih Subadinyo, 1994. Studi Tentang Masalah Tionghoa di Indonesia. Medan: Dhian_ Dodoh Press

Liem Yusiu, 2000. Prasangka Terhadap Etnis Cina. Jakarta: Penerbit Djambatan Meij Lim Sing, 2009. Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia

Suryadinata Leo, I982 . Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT Grafiti Pers , 1999 . Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta:

LP3ES

, 2005. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia. Jakarta: LP3ES

Tan G Mely, 2008. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Tan Sofyan, 2009. Dokter Penakluk Badai. Medan: Solidaritas Tionghoa Center Yau Hoon – Chang, 2012. Identitas Tionghoa Pasca Suharto- Budaya, Politik dan

Media. Jakarta: LP3ES

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dianjurkan untuk menceritakan bisnis kepada mitra kerja mengenai hal apa yang sedang berusaha Anda bangun di samping pekerjaan kantor yang Anda lakukan.. Akan ditemui lebih

Dalam melaksanakan KKN-P dan menyusun laporan, setiap mahasiswa akan dibimbing oleh satu atau beberapa orang pembimbing yang ditugaskan dari perusahaan

In experiment 1, 96 subjects were evaluated: 20 first episode schizo- phrenia patients, [SCZ1] 20 chronic schizophrenia patients in acute exacerbation [SCZ2], 19 bipolar patients,

Melakukan kajian dan analisis terhadap sistem penyelenggaraan pendidikan menengah, khususnya yang menyangkut struktur organisasi- nya, peran kepemimpinan dan staf

“stress kerja berpengaruh secara negatif terhadap produktivitas kerja karyawan. Stress kerja yang dialami oleh karyawan PT.Sinar Surya Bajaprofilindo merupakan faktor beberapa

Variabel Rasio Capital Adequency Ratio (CAR) secara parsial menunjukkan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Non Performing Loan (NPL) pada Bank Umum Swasta

Untuk menyamakan jumlah responden antara kelompok kasus dan kontrol, 1 responden pada kelompok kehamilan normal juga dikeluarkan, sehingga jumlah sampel yang

penulisan skripsi ini dengan judul “ HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEPIAN PADA LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI