• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PENDERITA Hubungan Tingkat Stres Dan Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kualitas Tidur Penderita Hipertensi Lansia Di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PENDERITA Hubungan Tingkat Stres Dan Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kualitas Tidur Penderita Hipertensi Lansia Di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATANPOLOKARTO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

BAIQ ULFA LAILIANA KHAIRUNNISYA J210100016

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA PENDERITA

HIPERTENSI LANSIA DI DESA WONOREJO KECAMATANPOLOKARTO

Baiq Ulfa Lailiana Khairunnisya* H. Abi Muhlisin, S.KM., M.Kep** Agustaria Budinugroho, S.Kep., Ns***

ABSTRAK

Kebutuhan tidur seseorang bebeda beda, dimana pada seseorang yang lanjut usia di butuhkan tidur kurang lebihnya 6-8 jam per hari. Sebagian besar lanjut usia beresiko mengalami gangguan tidur karena di akibatkan adanya pemicu penyakit yang diderita. Berdasarkan data yang di dapatkan di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah di dapatkan data kunjungan penderita penyakit hipertensi mencapai 4.354 orang. Diantaranya kurang lebih 1373 orang lanjut usia dari 9 desa di Kecamatan Polokarto.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stress dan peningkatan tekanan darah terhadap kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan jenis penelitian cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hupertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto sebanyak 163lansia.Teknik pengambilan sampel alam penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling. Berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel adalah 62 lansia. Alat analisis yang digunakan dengan uji Chi-Square (χ2). Hasil penelitian diketahui bahwa: 1) ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto (p= 0,018); 2) ada hubungan yang signifikan antara peningkatan tekanan darah dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto (p= 0,038).

Kata Kunci :Stres, Tekanan Darah, Kualitas Tidur.

 

(5)

RELATIONSHIP OF STRESS AND IMPROVED QUALITY SLEEP ON BLOOD PRESSURE IN PATIENTS WITH HYPERTENSION

IN DESA WONOREJO KECAMATANPOLOKARTO

Baiq Ulfa Lailiana Khairunnisya* H. Abi Muhlisin, S.KM., M.Kep** Agustaria Budinugroho, S.Kep., Ns***

ABSTRACT

Sleep a person needs to be different, where the elderly person in need more or less sleep 6-8 hours per day. Most of the elderly are at risk for sleep disorders causes the trigger menyakit suffered. Based on the data in the health centers get Polokarto Sukoharjo Central Java get traffic data in patients with hypertensive disease reached 4,354 people. Among approximately 1373 people aged from nine villages in the district Polokarto. This study aimed to determine the correlation between stress and increased blood pressure on sleep quality in elderly patients with hypertension. This research is a quantitative, descriptive study design using a kind of correlative cross sectional study. The population of this study were all elderly people in the village who have hupertensi Wonorejo District of Polokarto many as 163 elderly. Sampling technique nature of this study using simple random sampling technique. Based on the calculations, the number of samples is 62 elderly. The analytical tool used by Chi-Square. The results reveal that: 1) there is a significant relationship between levels of stress and sleep quality in elderly patients with hypertension in the Village District of Polokarto Wonorejo (p = 0.018); 2) there is a significant relationship between the increase in blood pressure with sleep quality in elderly patients with hypertension in the Village District of Polokarto Wonorejo (p = 0.038).

Keywords: Stress, Blood Pressure, Sleep Quality

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit yang sebagian besar adalah penyakit yang di derita oleh lanjut usia, dimana hipertensi atau darah tinggi adalah dimana terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplay oksigen dalam darah menjadi lambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Selain itu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal batas tekanan darah normal

bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor yang banyak di rasakan pada penderita hipertensi yaitu salah satunya kualitas tidur menjadi menurun , dimana disebabkan karena peningkatan stress yang dialami penderita sehingga meningkatnya suatu tekanan darah yang menyebabkan keseimbangan tubuh terganggu karena efek peningkatan tekanan darah (Sani dkk, 2008).

(6)

hipertensi disebabkan oleh stres yang berkepanjangan yang menyebabkan tekanan darah menjadi cepat meningkat dan kualitas tidur menjadi menurun. Strees pada penderita hipertensi hal yang sudah biasa karena bisa saja di sebabkan oleh perubahan yang mendadak pada aktivitas yang biasanya penderita lakukan, selain itu bisa disebabkan karena ketidakmampuan penderita dalam menyesuaikan diri terhadap penyakit mereka sehingga mereka bisa memperlihatkan stress yng mereka alami, depresi maupun keputus asaan mereka.

Hal lain selain stres yang sering dialami oleh penderita hipertensi lanjut usia adalah menurunya kualitas tidur yang di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya bisa karena penyakit stres dan hal yang menjadikan kualitas tidurnya menurun. Kualitas tidur merupakan kemampuan seseorang dalam mempertahankan keadaan tidurnyauntuk mendapatkan kebutuhan tidur yang sesuai dengan tidur yang di butuhkan (Hidayat, 2008).

Kebutuhan tidur seseorang bebeda beda,dimana pada seseorang yang lanjut usia di butuhkan tidur kurang lebihnya 6-8 jam per hari. Sebagian besar lanjut usia beresiko mengalami gangguan tidur karena di akibatkan adanya pemicu menyakit yang diderita (Hidayat,2008).

Berdasarkan data yang di dapatkan di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah di dapatkan data kunjungan penderita penyakit hipertensi mencapai 4.354 orang. Diantaranya kurang lebih 1373 orang lanjut usia dari 9 desa di Kecamatan Polokarto.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto ditemukan

lanjutusia yang mengalami hipertensi sebanyak 163 orang lansia dan dan hasil wawancara dari 28 lanjut usia di Kelurahan Belimbing Rt.4 Rw.2 di Desa Wonorejo mengatakan susah tidur, karena penyakit sering kambuh, lemas, sering pusing selain itu banyak pikiran sehingga mengakibatkan fisik atau ksehatan mereka menjadi menurun, dan 15 diantaranya tidak mengalami gangguan tidur

Dimana berdasarkan hasil wawancara pada penderita hipertensi yang sudah lanjut usia mengatakan tidurnya sering terganggu karena sering mengalami pusing yang berlebih sehingga menyebabkan badannya menjadi lemas, selain itu mereka sering merasa minder karena merasa dirinya sudah tak dibutuhkan karena fisik mereka sudah tak bisa di harapkan sepenuhnya, oleh sebab itu yang menyebabkan mereka menjadi stressdan penyakitnya menjadi cepat kambuh. Selain itu adapun lansia yang mengatakan merasakan kesepian di rumah karena anak dan cucu mereka sudah tinggal di rumah masing masing sehingga mereka merasa kesepian.

Dari data Puskesmas yang didapatkan banyak lansia yang dating ke puskesmas untuk pemeriksaan rutin tekanan darahnya. Namun setelah di data sebagian lansia yangmenderita hipertensi banyak mengalami peningkatan tekanan darah dan mengeluh susah untuk tidur.

(7)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dan peningkatan tekanan darah terhadap kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi.

TINJAUAN PUSTAKA Lansia

Lansia adalah perkembangan individu dimana seseorang tersebut memasuki usia 60 tahun keatas (Dediknas,2008). Bab 1 pasal 1 ayat (2) undang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, dimana lansia digolongkan menjadi 3 yaitu: young old (65-75 tahun), middle old (75-85 tahun), dan old-old (85 tahun keatas (Tamher dan Noorkasiani,2009).

Masalah-masalah yang sering di hadapi lanjut usia sebagai berikut: 1. Lansia mengalami masalah dari segi

fisik

Timbul penyakit-penyakit yang menetap seperti dimensia, gangguan endokrin (diabetes, hipertensi) serta

penyakit degenerativelainya (Kusharyadi, 2010).

2. Lansia mengalami masalah dari segi mental

Masalah mental yang di hadapi oleh lansia pada umumnya yaitu: kesepian, tersaing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, terlantar, trauma bagi lansia yang miskin (Sudirman, 2011).

3. Lansia mengalami masalah dari segi sosial

Masa tua di tandai dengan berkurangnya kontak sosial , baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja

sebagai akibat terputusnya hubungan kerja (Stanley dan Beare, 2007).

4. Lansia yang mengalami masalah ekonomi

Lansia sering dianggap terlalu lambat dengan gaya reaksi yang lambat, kecepatan dalam bertindak dan berfikir menurun sehingga lansia sering diaanggap sudah tidak mempunyai kualitas untuk bekerja dan berdampak pada pendapatan lansia tersebut (Martono dan Kris, 2009).

Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi dimana terjadi gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplay oksigen yang dibawa oleh darah menjadi lambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan(Sustrani, 2006).

Hipertensi adalah faktor utama penyebab kematian karena stroke dan faktor yang memperberat faktor serangan jantung. Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik miokard dimana sering di tandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter dan Pery, 2005).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg, pada lansia hipertensi di definisikan sistoliknya diatas 160 mmhg dan diastoliknya diaatas 90 mmhg (Roehadi, 2008).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,

(8)

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.Terdapat sekitar 95%

kasus.Banyakfaktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan, hiper aktifitas sistem saraf simpatis, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, serta merokok. 2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh gangguan sistem lain, misalnya sistem vaskuler, sistem renal, sistem endokrin, sistem neuron serta kehamilan juga dapat menyebabkan hipertensi (Black et al., 2005).

Hipertensi sering muncul tanpa gejala munculnya hipertensi di sebabkan oleh tingginya tekanan darah , akan tetapi rata rata sebesar 33,86 % ternyata juga karna adanya faktor resiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal dan pembuluh darah. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan distoltik kurang dari 90 mmhg atau lebih. Hipertensi biasanya sering di temukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat hingga usia 80 tahun dan tekanan darah diastoltik terus menerus meningkat sampai usia 55-60 tahun (Puspitorini, 2008).

Tekanan darah mempunyai variasi spontan yang luas berdasarkan waktu dan hari, serta di pengaruhi oleh tempat dimana pengukuran tekanan darah. Selain itu terdapat variasi biologi

tekanan darah yang dibagi dalam 2 katagori yaitu :

1. Varibilitas tekanan darah berdasarkan hari hari: dipengaruhi oleh aktifitas fisik, mental dan faktor emosional.

2. Variasi diurnal: pada saat tidur tekanan darah turun rata rata 20% oleh karena aktifitas simpatis yang menurun, dan akan meningkat menjelang bangun tidur. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya insiden infark miokard, stroke, dan kematian mendadak yang terjadi pada beberapa jam pertama setelah bangun tidur (Tjokroprawiro,2007).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan joint national commitee (JNC) 7 adalah klasifikasi untuk orang dewasa umur kurang lebih dari 18 tahun. Didefinisikan hipertensi adalah jika di dapatkan tekanan darah sisitolik ≥ 140 mmhg tekanan darah diastolik ≤ 90 mmHg.

Stress

Stres adalah suatu respon fisik normal terhadap suatu peristiwa yang membuat hidup seseorang menjadi terancamataumengganggu

keseimbangan dalam beberapa cara, seperti yang ketikaseseorang mengalami tubuh akan melakukan pertahanan secara otomatis yang di kenal dengan sebutan fight or fight reaction atau reaksi stres (Smith et al, 2012).

(9)

Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk dapat tetap tertidur. Tidak hanya mencapai jumlah atau lamanya tidur, tetapi dapat memperoleh jumlah istirahat yang sesuai dengan kebutuhannya (Sulistyani,2012).

Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang di jalani seseorang individu untuk mendapatkan kesegaran atau kebugaran saat terbangun dari tidurnya, karena kebutuhan seseorang berbeda-beda,usia lanjut membutuhkan tidur 6-7 jam per harinya. Sebagian besar lanjut usia mengalami gangguan tidur diakibatkan dengan beberapa faktor antaranya diakibatkan karena terjadi perubahan fisik dan mental, adanya penyakit, terjadinya depresi atau stress, perubahan pola tidur yang khas yang membedakan dari orang yang lebih muda (Hidayat, 2008).

Kualitastidur lansia adalah dimana terganggunya kemampuan untukmempertahankankeadaan

tidurnya yang di tandai dengan seringnya terbangun di malam hari atau gelisah saat tertidur. Dimana seharusnya waktu tidur normal ± 6-7 jam menjadi lebih rendah (Khasanah, 2012).

Seiring perubahan usia tanpa di sadari pada lanjut usia akan mengalami perubahan perubahan fisik, psikososial, dan spiritual, di indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun ke atas insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering di temukan setiap tahunya di perkirakan sekitar 20%- 50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius (Marlina, 2011).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan jenis penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variablenya berupa kategori-kategori yang di susun menurut kuantitas atau besarnya atau nilainya dapat dinyatakan dengan angka dan peneliti tidak melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel independentnya dan tidak mengukur akibat percobaan pada variabel dependent (Notoatmojo, 2010).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hupertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto sebanyak 163lansia.Teknik pengambilan sampel alam penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling, sehingga berdasarkan perhitungan diperoleh 62 lansia sebagai sampel penelitian.

Adapun kriteria yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas

b. Lanjutusia yang bersedia menjadi responden

c. Lanjut usia penderita hipertensi yang bertempat tinggal di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo

d. Lanjut usia yang tidak

mengalami gangguan pendengaran dan bisa berinteraksi baik secara verbal maupun non verbal

2. Kriteria Eklusi

a. Pada saat dilakukan penelitian lanjut usia mengalami sakit dan dirawat dirumah sakit.

(10)

Teknik Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Bertujuan untuk menyajikan data setiap variable baik variabel bebas maupun variabel terikat. Penyajiandata menggunakan data deskriptif yang di sajikan dengan tabel dalam frekuensi masing-masing variabel yaitu tingkat stres dan peningkatan tekanan darah, kualitas tidur lansia penderita hipertensi.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Untuk dapat menguji hipotesis dan menganalisa data yang diperoleh digunakanChi Square (Sugiyono, 2005).

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

Distribusi data tentang umur lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto adalah sebagai berikut: Tabel 1. Umur Lansia

No Kategori Umur

Frekuensi Persentase (%)

1. Lansia awal 43 69,3

2. Lansia tua 14 22,6

3. Lansia Sangat Tua

5 8,1

Jumlah 62 100,0

WHO, 2012

Sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai umur antara 60-70 tahun.

Distribusi data tentang jenis kelamin lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto adalah sebagai berikut:

Tabel2. Jenis Kelamin Lansia

No Jenis Kelamin

Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 27 43,5

2. Perempuan 35 56,5

Jumlah 62 100,0

Sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai jenis kelamin perempuan.

Distribusi data tentang pendidikan lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto adalah sebagai berikut: Tabel 3. Pendidikan Lansia

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. Dasar 39 62,9

2. Menengah 16 25,8

3. Tinggi 7 11,3

Jumlah 62 100,0

Sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai pendidikan dasar.

Distribusi data tentang pekerjaan lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto adalah sebagai berikut: Tabel 4. Pekerjaan Lansia

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

(%)

Sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai pekerjaan sebagai buruh

Analisis Univariat

(11)

Tabel 5. Tingkat Stres pada Lansia

No Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)

1. Ringan 21 33,9

2. Sedang 26 41,9

3. Berat 15 24,2

Jumlah 62 100,0

Sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai tingkat stres yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini di sebabkan karena masih adanya lansia yang takut terhadap penyakit yang di derita dan adanya mereka yang masi takut karena mengalami masalah terhadap ingatan.

Distribusi data tentang peningkatan tekanan darah pada lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Peningkatan Tekanan Darah pada Lansia

No Peningkatan Tekanan

Darah

Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 21 33,9 2. Sedang 22 35,5 3. Tinggi 19 30,6

Jumlah 62 100,0

Sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam kategori sedang.

Distribusi data tentang kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Kualitas Tidur pada Lansia

No Kualitas Tidur

Frekuensi Persentase (%) 1. Baik 29 46,8 2. Buruk 33 53,2

Jumlah 62 100,0

Sebagian besar lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai kualitas tidur yang termasuk dalam kategori buruk.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengeratkan hubungan antara tiga variabel yaitu hubungan tingkat stres dan peningkatan tekanan darah terhadap kualitas tidur. Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Chi Square.

Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur

(12)

Tabel8

Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto

Tingkat Stres

Kualitas Tidur

χ2

hitung P

Baik Buruk N % N %

Ringan 15 71,4 6 28,6

8,079 0,018

Sedang 8 30,8 18 69,8

Tinggi 6 40,0 9 60,0

Jumlah 29 46,8 33 53,2

Berdasarkan hasil uji Chi Squarediperoleh nilai χ2hitung = 8,079 dengan p= 0,018. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubunganyang signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto.

Hubunganantara Peningkatan Tekanan Darah dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan analisis bivariat untuk hubungan antara peningkatan tekanan dasar dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 9

Hubungan antara Peningkatan Tekanan Darah dengan Kualitas Tidur pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto

Peningkatan Tekanan Darah

Kualitas Tidur

χ2

hitung P

Baik Buruk N % N %

Baik 14 66,7 7 33,3

6,547 0,038

Sedang 10 45,5 12 54,5

Tinggi 5 26,3 14 73,7

Jumlah 29 46,8 33 53,2

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ2hitung = 6,547 dengan p= 0,038. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p <0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan tekanan darah dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto.

PEMBAHASAN

Tingkat Stres

(13)

mempunyai tingkat stres yang termasuk dalam kategori ringan, 41,9% atau 26 lansia mempunyai tingkat stres yang termasuk dalam kategori sedang, dan 24,2% atau 15 lansia mempunyai tingkat stres yang termasuk dalam kategori berat, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai tingkat stres yang termasuk dalam kategori sedang. hal itu di karenakan di lingkungan tersebut lansia yang mengalami hipertnsi masih ada sebagian yang belum paham dalam menangani masalah penyakitnya secara mandiri, sehingga membuat mereka berfikir akan penyakit mereka.

Stres adalah suatu respon fisik normal terhadap suatu peristiwa yang membuat hidup seseorang menjadi terancam atau mengganggu keseimbangan dalam beberapa cara, seperti yang ketika seseorang mengalami tubuh akan melakukan pertahanan secara otomatis yang di kenal dengan sebutan fight or fight reaction atau reaksi stres (Smith et al,2012).

Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri yang dapat dialami lewat penyakit.Penyakit dapat dapat mengakibatkan perbahan fungsi psikologis pada orang yang menderitanya.Perubahan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga dapat menyebabkan stres.Faktor eksternal bersumber dari keluarga.Keluarga menjadi sumber tersendiri.Stres dalam kelurga dapat di sebabkan karena adanya konflik dalam keluarga, seperti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan, keinginan dan cita-cita serta pendapat yang tidak dapat di satukan.Oleh karena itu

keluarga bisa menjadi pengaruh stres (Puspasari,2009).

Peningkatan Tekanan Darah

Peningkatan tekananan darah merupakan tekanan pada lansia hipertensi didefinisikan sistoliknya diatas 160 mmHg dan diastoliknya diaatas 90 mmHg. Berdasarkan analisis univariat tentang peningkatan tekanan darah pada lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto diketahui bahwa 33,9% atau 21 lansia mempunyai peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam kategori baik, 35,5% atau 22 lansia mempunyai peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam kategori sedang, dan 30,6% atau 19 lansia mempunyai peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam kategori tinggi, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai peningkatan tekanan darah yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena masih adanya lansia yang kurang memperhatikan dirinya dalam memperhatikan kondisi penyakit yang diderita.

(14)

tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat hingga usia 80 tahun dan tekanan darah diastoltik terus menerus meningkat sampai usia 55-60 tahun (Puspitorini,2008).

Berdasarkanpenyebabnya

hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetik,lingkungan, hiperaktifitas

sistem saraf simpatis, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, serta merokok.Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh gangguan sistem lain, misalnya sistem vaskuler, sistem renal, sistem endokrin, sistem neuron serta kehamilan juga dapat menyebabkan hipertensi (Black et al., 2005).

Kualitas Tidur

Kualitas tidur lansia dimana terganggunya kemampuan untuk mempertahankan keadaan tidurnya yang di tandai dengan seringnya terbangun di malam hari atau gelisah saat tidur. Dimana sehrusnya waktu tidur normal ± 6-7 jam menjadi lebih rendah (Khasanah,2012). Berdasarkan analisis univariat tentang kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto diketahui bahwa 46,8% atau 29 lansia penderita hipertensi mempunyai kualitas tidur yang termasuk dalam kategori baik dan 53,2% atau 33 lansia penderita hipertensi mempunyai kualitas tidur yang termasuk dalam kategori buruk, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia

penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto mempunyai kualitas tidur yang termasuk dalam kategori buruk. Hal ini di karenakan tingkat tidur sebagian besar lansia di desa wonorejo tidak teratur yang disebabkan oleh beberapa hal seperti sering terbangun pada malam hari , kurang tidur ,adanya penyakit yang kambuh, adanya masalah yang dipikirkan sehingga terjadinya stres.

Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang di jalani seseorang individu untuk mendapatkan kesegaran atau kebugaran saat terbangun dari tidurnya,karena kebutuhan seseorang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan tidur 6-7 jam per harinya. Sebagian besar lanjut usia mengalami gangguan tidur diakibatkan dengan beberapa faktor antaranya diakibatkan karena terjadi perubahan fisik dan mental, adanya penyakit, terjadinya depresi atau stress, perubahan pola tidur yang khas yang membedakan dari orang yang lebih muda (Hidayat,2008).

Kualitas tidur lansiaadalah dimana terganggunya kemampuan untuk mempertahankan keadaan tidurnya yang di tandai dengan seringnya terbangun di malam hari atau gelisah saat tertidur. Dimana seharusnya waktu tidur normal ± 6-7 jam menjadi lebih rendah (Khasanah,2012).

(15)

sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius (Marlina,2011).

Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto

Hubunganantara tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto diketahui bahwa pada lansia penderita hipertensi dengan tingkat stres ringan 71,4% mempunyai kualitas tidur yang baik dan 28,5% mempunyai kualitas tidur yang buruk. Pada lansia penderita hipertensi dengan tingkat stres sedang diketahui bahwa 30,8% mempunyai kualitas tidur baik dan 69,8% mempunyai kualitas tidur buruk, adapun pada lansia penderita hipertensi dengan tingkat stres tinggi diketahui 40% mempunyai kualitas tidur baik dan 60% mempunyai kualitas tidur buruk. Hasil tabulasi silang di atas mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa semakin ringan tingkat stres seorang lansia maka akan semakin baik kualitas tidurnya, sebaliknya dengan semakin tinggi tingkat stres seorang lansia maka akan semakin buruk pada kualitas tidur. faktor faktor adanya hubungan tingkat stres yaitu dimana dari hasil penelitian tiga katagori hubungan tingkat stres terhadap kualitas tidur penderita hipertensi lansia yaitu dimana katagori ringan dan sedang kualitas tidurnya baik itu di sebabkan karena pola hidup yang mereka jalani seimbang seperti tidak adanya masalah berat yang mereka pikirkan seperti cemas, takut atau gelisah akibat suatu masalah yang mereka derita. Untuk kategori berat kualitas tidurnya buruk, hal ini di sebabkan karena tingkat stres yang mereka alami berat yang disebabkan adanya suatu masalah yang mereka hadapi sehingga membuat rasa takut,

gelisah dan cemas yang membuat tidur mereka menjadi terganggu.adapun faktor penyebab terjadinya tingkat stres terhadap kualitas tidur lansia hipertnsi yaitu:

1. Faktor internal

Dimana stres bersumber dari diri sendiri yang dapat dialami melalui penykit. Penyakit yang dapat membuat mereka mengalami perubahan fungsi fsikolagis pada penderitanya

2. Faktor eksternal

Dimana faktor eksternal berasal dari keluarga. keluarga yang menjadi sumber tersendiri ,stres dalam keluarga dapat di sebabkan karena adanya konflik dalam keluarga seperti prilaku yang

tidak sesuai dengan harapan,keinginn dan

cita-cita(puspasari,2009).

Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ2hitung = 8,079 dengan p= 0,018. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto.

Stres yang sering dialami oleh penderita hipertensi lanjut usia adalah menurunya kualitas tidur yang di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya bisa karena penyakit stres dan hal yang menjadikan kualitas tidurnya menurun. Kualitas tidur merupakan kemampuan seseorang dalam mempertahankan keadaan tidurnya untuk mendapatkan kebutuhan tidur yang sesuai dengan tidur yang di butuhkan (Hidayat,2008).

(16)

adanya pemicu menyakit yang diderita (Hidayat, 2008).

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Dhimas Wahyu Wicaksono (2011) yang menunjukan bahwa analisis menggunakan uji statistik Spearman’s Rho dengan tingkat signifikasi p<0,05, yaitu p=0,024 atau H1 diterima berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidurnya. Nilai r=0,318 dapat diartikan bahwa kekuatan hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidurnya adalah lemah.

Hubungan antara Peningkatan Tekanan Darah dengan Kualitas Tidur pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto

Hubunganantara peningkatan tekanan darah dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto diketahui bahwa pada lansia penderita hipertensi dengan peningkatan tekanan darah baik 66,7% mempunyai kualitas tidur yang baik dan 33,3% mempunyai kualitas tidur yang buruk. Pada lansia penderita hipertensi dengan peningkatan tekanan darah sedang diketahui bahwa 45,5% mempunyai kualitas tidur baik dan 54,5% mempunyai kualitas tidur buruk, adapun pada lansia penderita hipertensi dengan peningkatan tekanan darah tinggi diketahui 26,3% mempunyai kualitas tidur baik dan 73,7% mempunyai kualitas tidur buruk. Hasil tabulasi silang di atas mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa semakin baik peningkatan tekanan darah seorang lansia maka akan semakin baik kualitas tidurnya, sebaliknya dengan semakin tinggi peningkatan tekanan darah seorang lansia maka akan semakin buruk pada kualitas tidur. Faktor–faktor adanya hubungan

peningkatan tekanan darah terhadap kualitas tidur penderita hipertensi lansia di desa wonorejo kecamatan polokarto yaitu diamana tekanan darah pada lansia di kategorikan baik, sedang dan buruk, untuk tekanan darah sedang kualitas tidurnya baik itu dikarenakan pola hidupnya masih di diatur dan di perhatikan namun walaupun masih ada masalah antara pola makan atau tingkat stres yang di rasakan belum semuanya diatur dengan baik , selain itu adanya tekanan darah berat kualitas tidurnya buruk hal ini di sebabkan karena pola hidup yang mereka hadapi masih belum teratur atau belum bisa di tangani sendiri seperti halnya pola makan mereka masih berantakan masi saja mengkonsumsi makanan yang seharunya di hindari, kemudian pola tingkat stres atau tingkat masalah yang mereka hadapi belum bisa teratasi seutuhnya sehingga hal tersebut membuat kualitas tidur penderita menjadi sangat terganggu dan buruk.

Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ2hitung = 6,547 dengan p= 0,038. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan tekanan darah dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitina Sarah Youna Moniung, Rolly Rondonuwu dan Yolanda B. Bataha (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dengan kualitas tidur pasien hipertensi di Puskesmas bahu Manado (p= 0,001).

(17)

membutuhkan (Sustrani, 2006). Hipertensi adalah faktor utama penyebab kematian karena stroke dan factor yang memperberat faktor seranga jantung. Hipertensi merupakan ganggun asimptomatik miokard dimana sering di tandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten(Potter dan Peny, 2005).

Pada saat tidur tekanan darah turun rata rata 20% oleh karena aktifitas simpatis yang menurun, dan akan meningkat menjelang bangun tidur. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya insiden infark miokard, stroke, dan kematian mendadak yang terjadi pada beberapa jam pertama setelah bangun tidur (Tjokroprawiro, 2007).

Simpulan

1. Tingkat stress yang di rasakan lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto termasuk dalam kategori ringan,

sedang,berat,sebagian besar menunjukan kategori sedang dengan

hasil 41,9%

2. Peningkatantekanandarah yang dirasakan lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto termasuk dalam kategori ringan, sedang,berat .sebagian besar menunjukan kategori sedang dengan hasil 35,5%

3. Kualitastidur yang dirasakan lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto termasuk dalam kategori baik dan buruk.sebagian besar menunjukan kategori buruk dengan hasil 53,2% 4. Ada hubungan yang signifikan

antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto ,dimana yang artinya semakin tinggi tingkat stress

yang di rasakan semakin buruk kualitas tidur yang di alami.

5. Ada hubungan yang signifikan antara peningkatan tekanan darah dengan kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto ,dimana yang artinya semakin tinggi peningkatan tekanan darah yang di rasakan semakin buruk kualitas tidur yang di alami

Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Untuk keluarga lansia diharapkan senantiasa memberikan suasana yang tenang dalam keluarga dengan tanpa memberikan tekanan pada lansia sehingga berakibat pada peningkatan tingkat stres yang akan berakibat pada rendahnya kualitas tidur. b. Menciptakan suasana lingkungan

yang kondusif dan memberikan asupan gizi yang tidak menyebabkan peningkatan tekan darah, sehingga akan meningkatkan kualitas tidur.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Berpartisipasi aktif dalam rangka menekan tingkat kualitas tidur yang rendah pada lansia dengan senantiasa menjaga tingkat stres dan peningkatan tekanan darah pada lansia.

b. Melakukan publikasi maupun penyuluhan dalam upaya meningkatkan kualitas tidur bagi penderita hipetensi dengan menjaga tingkat stres dan tekanan darah pada lansia.

(18)

tentang faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas tidur lansia penderita hipetensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka cipta 2010

Black,J.M dan Hawks,J.H. 2005. Medical Surgical Nursing: Clinical Managment for positive outcome. 7th ed.Philadephia:Elsivier Inc

Buku Ajar Keperawatan Gerontik.2013. Penuntunan

Praktek Laboratorium Keperawatan Gerontik. Surakarta:

Fakultas Ilmu Kesehatan Keperawatan.

Buysse,Dj. Reinold CF. Monk TH, Berman SR,Kapfer CJ.1989. The Pissburgh Sleep Quality Index (PSQI): A New Instrument For Psychiatric Research and Practice . Psychiatry Research 28 :193 : 213.

Departemen Pendididkan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi ke-4. Jakarta: PT Gramedia.

Depkes RI.. 2013.Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia. Jakarta (online) (http://

www.depkes.go.id/download/Bulet in%20Lansia.pdf,diakses pada tanggal 19 Januari 2014)

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2013.Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2012.PedomanPelayanan

Kesehatan Bagi Usia Lanjut Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Martono H dan Kris Pranaka. 2009. Buku Ajar Boedhi- Darmojo Geiatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Edisi ke 4 jakarta : Balai penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia

Masqon. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Usia Lanjut Di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal

Notoatmodjo.2010.Metologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka cipta

Potter, P.A., and Perry,A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses,dan Praktek.Edisi 4. Jakarta:EGC

Puspasari, Septika.2009. Hubungan Kemunduran Fungi Fisiolgis Dengan Stres Pada Lanjut Usia Di kelurahan Kaliwaru semarang. Skripsi.Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Rossanti, R. 2011. Gambaran Mekanisme Koping Lanjut Usia Penderita Hipertensi Dalam Menghadapi Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Gatak Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadyah Surakarta.

(19)

Sudirman, S. 2011. Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta : Universitas Gajah mada Press.

Sudirman,S.2011.Psikologi Lanjut Usia.Yogyakarta:Universitas

Gajah Mada.

Sugiyono.2007.Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulistyani, C.2012. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponogoro Semarang,Jurnal Kesmas 1:280-92

Tamhers dan Noorkasiani.2009.Kesehatan

Lanjut Usia Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.

Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Usia dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tjokroprawito, A. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Vol 2.FK. Universitas Airlangga.

Soeharto .(2004) , Hipertensi Jakarta Gramedia Pustaka Utama.

Kusharyadi .2010 Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia . : Jakarta Penerbit Salemba Medika.

Marlina, 2011 faktor –faktor penyebab insomnia pada lanjut usia jakarta:EGC.

Baiq Ulfa Lailiana Khairunnisya*: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS H. Abi Muhlisin, S.KM., M.Kep**: Dosen FIK UMS

Agustaria Budinugroho, S.Kep., Ns**: Dosen FIK UMS

Gambar

Tabel 4. Pekerjaan Lansia
Tabel 7. Kualitas Tidur pada Lansia
Tabel 9 Hubungan antara Peningkatan Tekanan Darah dengan Kualitas Tidur pada Lansia

Referensi

Dokumen terkait

Gohonzon 37 symboloi SGI:n uskonharjoituksen keskeisintä ohjenuoraa, elämän lakina pidettyä nam-myoho-renge-kyota. Samalla sen voidaan katsoa symboloivan liikkeeseen

Ninda, Chandra &amp; Febri 112 wali murid dapat melihat nilai raport siswa, melihat biodata guru, melihat Tagihan dan Laporan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Dalam

Dengan kembali menilik sejarah pertumbuhan kelompok Iba&gt;d} iyyah, sebagaimana sudah disinggung di muka, bahwa Abu&gt; Bila&gt;l Mirda&gt;s sebagai pelopor dan

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat dan bermaksud pindah dengan klasifikasi

Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang sudah mulai matang dengan jati dirinya, dewasa awal artinya telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam

SAPTA MITRA NUSANTARA “ sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan Program Diploma III Perpajakan pada Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.. kesempatan ini penulis

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan dari kegiatan – kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak dan berjalan.berpindah. Pada usia 3 tahun

Sedangkan Sub-sub masalah dalam penelitian tindakan ini yakni, bagaimana peningkatan pengetahuan siswa kelas VII SMP Kristen Kanaan Kubu Raya tentang Dayak