• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM STRUKTUR GANDA (DUAL SYSTEM) ANALYSIS OF DUAL STRUCTURE SYSTEM (DUAL SYSTEM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM STRUKTUR GANDA (DUAL SYSTEM) ANALYSIS OF DUAL STRUCTURE SYSTEM (DUAL SYSTEM)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM STRUKTUR GANDA (DUAL SYSTEM) ANALYSIS OF DUAL STRUCTURE SYSTEM (DUAL SYSTEM)

1

Andra Yudhaswara Mulyono 10315704

2

Relly Andayani

1,2

Program Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma,

1

[email protected],

2

[email protected]

ABSTRAK

Sistem struktural pada desain bangunan tinggi harus mempertimbangkan persyaratan kekuatan, kekakuan, dan stabilitas. Pemilihan sistem struktur harus memperhatikan beberapa faktor, seperti resiko gempa dan spesifikasi bangunan. Salah satu sistem struktur yang sangat dikenal adalah dual system.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis suatu gedung rencana menggunakan sistem struktur ganda (dual system) yang memenuhi persyaratan SNI 03-1726-2012. Parameter yang dianalisis yaitu gaya gempa statik dan dinamik, partisipasi massa ragam serta interaksi dual system. Analisis ini dilakukan dengan bantuan program ETABS 2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi massa ragam untuk analisis statik dan dinamik telah memenuhi persyaratan minimum 90% dalam arah x dan arah y.

Nilai modal participating mass ratios pada mode 1 dan mode 2 dominan kondisi translasi serta mode 3 dominan kondisi rotasi. Interaksi dual system menghasilkan gaya geser yang diterima oleh shear wall minimum 75% untuk arah x dan arah y, serta gaya geser yang diterima oleh kolom minimum 25% untuk arah x dan arah y.

Kata kunci: Dual system, sistem struktur, dinding geser, kolom

ABSTRACT

Structural system of high-rise building designs must consider strength, stiffness and stability requirements. The choice of structural system must consider several factors, such as risk of earthquake and building specifications. One of the most well-known structural systems is the dual system. This research aims to analyze a building plan using a system structure of dual system that meets the requirements of SNI 03-1726-2012. The parameters that analyzed were static and dynamic earthquake forces, various mass participation and dual system interactions. This analysis was carried out with the help of the ETABS 2016 application. The results of the analysis show that the mass participation of variance for static and dynamic analysis has met the minimum requirements of 90% in the x and y directions. The modal participating mass ratios value in mode 1 and mode 2 is dominant in translation conditions and mode 3 is dominant in rotation conditions. The dual system interaction produces a minimum shear force of 75% for shear walls in the x and y directions, and a minimum of 25% for columns in the x and y directions.

Keywords: Dual system, structure system, shear wall, column

1. PENDAHULUAN

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi, salah satunya adalah gempa. Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa sangat penting di Indonesia, mengingat sebagian besar wilayahnya terletak di dalam wilayah gempa dengan intensitas moderat hingga tinggi.

Kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan bencana gempa karena merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya lempeng

Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng pasifik dan lempeng Laut Filipina, dengan sendirinya kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan terjadinya gempa (Kementerian Riset dan Teknologi).

Berdasarkan hal tersebut, setiap bangunan

yang akan dibuat baik yang berhubungan

langsung dengan tanah maupun yang tidak, harus

memasukkan resiko gempa di dalam

perencanaannya. Resiko gempa bergantung pada

lokasi perencanaan bangunan yang nantinya akan

(2)

dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan SNI 1726-2012.

Sistem struktural pada desain bangunan tinggi harus mempertimbangkan persyaratan kekuatan, kekakuan, dan stabilitas. Persyaratan kekuatan adalah faktor dominan dalam desain struktur bangunan rendah, sedangkan untuk bangunan tinggi, persyaratan kekakuan dan stabilitas menjadi lebih penting dan lebih dominan dalam desain bangunan tinggi (Taranath, 1998). Berdasarkan SNI 1726-2012, terdapat beberapa sistem struktur yang dapat digunakan untuk menahan beban gempa yang dapat digunakan, yaitu sistem rangka pemikul momen, sistem ganda (dual system) dan sistem dinding geser kantilever. Pemilihan sistem struktur yang dipakai harus memperhatikan beberapa faktor, seperti resiko gempa dan spesifikasi bangunan.

Salah satu sistem struktur yang banyak diterapkan adalah sistem ganda (dual system).

Perencanaan gedung dengan sistem struktur ganda/ dual system harus mengacu pada SNI 1726-2012, di mana semua persyaratan yang ada harus dipenuhi. Uraian tersebut menjadi latar belakang dilakukannya analisis sistem struktur ganda/ dual system pada suatu gedung dengan tujuan untuk mengetahui persyaratan apa saja yang harus dipenuhi dalam perencanaan gedung dual system.

1.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis suatu gedung rencana menggunakan sistem struktur ganda (dual system) yang memenuhi persyaratan SNI 03- 1726-2012.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Struktur gedung rencana ini memiliki 23 lantai dan 1 lantai atap.

2. Analisis beban gempa menggunakan analisis statik ekivalen dan analisis dinamis, yaitu metode analisis ragam respons spektrum.

3. Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan bantuan aplikasi ETABS 2016.

4. Standar yang digunakan dalam proses analisis antara lain SNI 03-2847-2013, SNI 03-1727- 2013, SNI 03-1726-2012 dan PPPURG 1987.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur

Perkembangan sistem struktur pada saat ini sudah sangat maju, sehingga bangunan gedung dapat mencapai lebih dari 100 tingkat.

Perbandingan berbagai sistem struktur terhadap ketinggian bangunan dapat dilihat pada Gambar 1. SNI 03-1726-2012 menyebutkan bahwa jenis struktur dibedakan menjadi beberapa sistem struktur dan subsistem pada struktur beton bertulang, yaitu: portal (frame), dinding geser/

dinding struktur (shearwall), sistem ganda (dual system), lantai diafragma, outrigger, core wall, sistem tabung dan sistem majemuk.

Gbr 1 – Perbandingan Umum antara Sistem Struktur dengan Jumlah Tingkat

2.2 Sistem Struktur Portal

Portal beton bertulang adalah gabungan dari

elemen kolom dan balok beton bertulang dengan

hubungan yang kaku atau monolit membentuk

suatu kerangka. Peraturan Gempa SNI 03-1726-

2012, portal disebut sebagai rangka pemikul

momen. Portal merupakan sistem yang baik

untuk menahan beban gravitasi dan gempa

dengan mentransmisikan semua beban gravitasi

dan gempa melalui kapasitas geser, aksial dan

bending dari elemen struktur balok dan kolom

(3)

struktur serta hubungan keduanya (joint balok- kolom).

Tipe struktur jenis portal merupakan struktur yang paling fleksibel dalam menahan beban gempa. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan portal untuk berdeformasi dan tingkat daktilitasnya, sehingga portal dapat menyerap energi melalui proses deformasi tersebut. Deformasi yang terjadi pada portal adalah jenis deformasi mode geser. Portal beton bertulang yang terdiri dari beton yang pada dasarnya bersifat getas, maka tulangan baja yang bersifat daktail sangat menentukan daktilitas struktur ataupun elemennya. Jenis, jumlah dan penempatan tulangan tersebut akan mempengaruhi perilaku struktur ataupun elemen struktur.

Gbr 2 – Sistem Struktur Portal (Balok & Kolom)

2.3 Sistem Dinding Geser

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, dinding geser beton bertulang kantilever merupakan suatu subsistem struktur yang berfungsi untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana (dengan periode ulang 500 tahun, probabilitas 10% pada umur gedung 50 tahun), yang runtuhnya disebabkan oleh momen lentur (bukan oleh gaya geser) dengan terjadinya sendi plastis pada kakinya, dimana nilai momen lelehnya dapat mengalami peningkatan terbatas akibat pengerasan tegangan.

Dinding geser dipasang untuk menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin tingginya struktur tersebut dan menambah kekakuan struktur sehingga dapat dihindari adanya efek cambuk pada struktur. Efek cambuk dapat terjadi apabila struktur tersebut bersifat

fleksibel sehingga pengaruh ragam getar kedua pada struktur besar. Penentuan posisi dinding geser yang paling optimal pada struktur dilakukan dengan melakukan analisis getaran bebas struktur 3 dimensi. Berdasarkan analisis getaran bebas ini dapat diketahui mode-mode getar yang dimiliki struktur. Struktur yang baik mempunyai mode-mode getar awal berupa translasi pada sumbu-sumbu utamanya dan mempunyai mode getar rotasi pada mode-mode tinggi.

Gbr 3 – Pemasangan Dinding Geser

Gbr (a) : mempunyai ketahanan yang baik terhadap puntir, karena dinding geser terletak jauh dari pusat massa yaitu pada keliling gedung.

Gbr (b) : ketahanan terhadap puntir (torsi) jelek, karena dinding geser terpusat di daerah inti.

Gbr (c) : ketahanan terhadap torsi jelek, karena dinding geser eksentris, sehingga pengaruh torsi membahayakan.

2.4 Dual System

Gabungan sistem antara Portal dan dinding geser disebut sebagai sistem ganda/ dual system di dalam Standar Perencanaan Gempa untuk Struktur Gedung SNI 03-1726-2012. Tinggi bangunan dengan Dual system dapat mencapai sampai 50 tingkat untuk struktur beton, sedangkan bila digunakan struktur baja dapat mencapai sampai 40 tingkat. Kemampuan yang tinggi dalam memikul gaya geser pada sistem gabungan antara portal dengan dinding geser disebabkan adanya interaksi antara keduanya.

Interaksi tersebut terjadi karena kedua sistem

tersebut mempunyai perilaku defleksi yang

berbeda (lihat Gambar 4).

(4)

Akibat beban lateral, dinding geser akan berperilaku flexural/ bending mode, sedangkan frame akan berdeformasi dalam shear mode, dengan demikian, gaya geser dipikul oleh frame pada bagian atas dan dinding geser memikul gaya geser pada bagian bawah.

Gbr 4 – Struktur Sistem Ganda (Dual System)

Menurut Standar Perencanaan Gempa untuk Struktur Gedung SNI 03-1726 2012, rangka pemikul momen harus sesuai dengan ketentuan dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2013 dan harus mampu memikul sekurang-kurangnya 25%

dari keseluruhan beban lateral.

Gbr 5 – Struktur Gabungan Dual System

Berdasarkan SNI 1726-2012 Pasal 7.2.2, adapun untuk nilai-nilai koefisien modifikasi respons (R), faktor kuat lebih sistem (Ω

a

) dan faktor pembesaran defleksi (C

d

) untuk sistem ganda dgn rangka pemikul momen khusus yg mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa yg ditetapkan dengan beton bertulang khusus:

R = 7

a

= 2½ C

d

= 5½

Persyaratan sistem struktur ganda (dual system) yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.

1. Rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi.

2. Dinding geser atau rangka bresing bersama rangka pemikul momen sebagai pemikul beban lateral.

3. Kedua sistem harus direncanakan mampu memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi sistem ganda suatu sistem struktur yang gaya- gaya lateralnya dipikul oleh rangka ruang pemikul momen daktail, yang bekerja sejajar dengan dinding geser atau rangka berdasarkan kekakuan relatifnya.

3. METODE PENELITIAN

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data:

Data Umum Gedung dan Data Tanah

Pemodelan Struktur

Kontrol Desain

Selesai Tidak

Analisis Pembebanan

Ya Analisis Dual System

Gbr 6 – Flowchart Analisis

Langkah-langkah dalam analisis sistem

struktur ganda (dual system) diawali dengan studi

literatur kemudian mengumpulkan data-data

yang diperlukan untuk analisis. Data-data yang

dimaksud adalah data gedung yang akan

dianalisis serta data tanah lokasi gedung tersebut

berada. Pemodelan 3D komponen struktur

(balok, kolom, pelat, tangga dan dinding geser)

dilakukan dengan bantuan software ETABS

2016. Tahap selanjutnya analisis pembebanan,

baik itu beban gravitasi akibat beban mati dan

(5)

hidup sesuai fungsi gedung serta beban lateral akibat gaya gempa (analisis statik lateral ekivalen dan analisis dinamik respons spektrum) dengan bantuan software. Tahap terakhir yaitu analisis dual system berdasarkan peraturan SNI 03-1726- 2012 kemudian melakukan kontrol desain.

Apabila desain gedung belum memenuhi kriteria, maka perlu adanya perubahan pada dimensi elemen struktur ataupun konfigurasi gedung tersebut.

4. DATA PENELITIAN Sistem gedung : Dual system Lokasi : Kota Semarang Fungsi bangunan : Apartemen Tinggi gedung (H) : 70,85 m

Jumlah lantai : 23 lantai dan 1 atap Luas bangunan : Base – lt. 2 = 7446 m

2

Lt. 3 – lt. 5 = 3572 m

2

Lt. 6 – lt. atap = 2072 m

2

Kelas situs tanah : SD

Gbr 7 – Denah Gedung pada Lantai Base sampai Lantai 2 Zona 1

Gbr 8 – Denah Gedung pada Lantai Base sampai Lantai 2 Zona 2

Gbr 9 – Tampak 3D (kirin) dan Denah Struktur (kanan) pada Pemodelan Etabs 2016

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gaya Gempa Statik Lateral Ekivalen

Variabel analisis gempa diperoleh berdasarkan jenis dan fungsi struktur serta nilai N-SPT tanah lokasi bangunan.

Tabel 1 – Rekapitulasi Variabel Analisis Gempa

Variabel Nilai

Kategori resiko II

Faktor keutamaan gempa (I

e

) 1 Kategori desain seismik (KDS) D Koefisien modifikasi respon (R) 7 Faktor kuat lebih sistem (Ω

d

) 2,5 Faktor pembesaran defleksi (C

0

) 5,5

5.2

Gaya Gempa Dinamik Respons Spektrum

Parameter gempa rencana diperoleh dari url puskim.pu.go.id serta mengacu pada SNI 1726- 2012 sehingga diperoleh kurva respon desain spektra.

Gbr 10 – Kurva Respons Desain Spektra

5.3

Partisipasi Massa Ragam

Ragam getar alami untuk struktur harus dianalisis dengan menyertakan jumlah ragam yang cukup. Partisipasi massa ragam terkombinasi diatur dalam Pasal 7.9.1 yaitu minimum 90% dari massa aktual dalam masing-

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Percepatan Respons Spektra ,Sa(g)

Periode, T (detik)

(6)

masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.

Tabel 2 – Modal Load Participation Ratios

Case Item Type Item Static Dynamic

(%) (%)

Modal Acceleration UX

100 99,06

Modal Acceleration UY

100 99,19

Modal Acceleration UZ

0 0

Tabel 3 – Modal Participating Mass Ratios

Case Mode Periode

UX UY RZ (sec)

Modal

1 1,526 0,582 0,041 0,001

Modal

2 1,495 0,042 0,561 0,010

Modal

3 1,352 0,000 0,021 0,581

Modal

4 0,469 0,146 0,003 0,000

Modal

5 0,454 0,003 0,150 0,002

Modal

6 0,407 0,000 0,000 0,135

Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa untuk analisis statik partisipasi massa ragam telah mencapai 100% di kedua arah orthogonal dan untuk analisis dinamik partisipasi massa ragam telah memenuhi persyaratan dalam arah x maupun arah y. Berdasarkan Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa pada mode 1 dominan kondisi translasi UX dengan nilai 58,2%, mode 2 dominan kondisi translasi UY dengan nilai 56,1%

dan mode 3 dominan kondisi rotasi RZ dengan nilai 58,1%. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan gerak ragam telah terpenuhi di mana pada mode 1 dan mode 2 harus dominan kondisi translasi lebih dari 50% dan mode 3 harus dominan kondisi rotasi lebih dari 50%.

5.4

Analisis Dual System

SNI 03-1726-2012 Pasal 7.2.5.1 menyebutkan bahwa rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa desain. Analisis dilakukan dengan bantuan program ETABS 2016 dengan melihat joint reactions yang dihasilkan pada kedua model, yaitu model 1 dengan dual system dan model 2 dengan pemodelan boundary element.

Pemodelan boundary element dilakukan dengan cara mengganti elemen shear wall dengan kolom, namun beban-beban pada struktur adalah sama.

Interaksi sistem ganda dan pengecekan dengan pemodelan boundary element dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 – Interaksi Sistem Ganda (Model 1)

Uraian Vshear wall Vkolom

(%) (%) Gaya geser yang ditahan

akibat gempa arah x 75,44 24,56 Gaya geser yang ditahan

akibat gempa arah y 77,71 22,29

Tabel 5 – Pemodelan dengan Boundary Element (Model 2)

Uraian Vboundary Vkolom

(%) (%) Gaya geser yang ditahan

akibat gempa arah x 74,16 25,84 Gaya geser yang ditahan

akibat gempa arah y 74,72 25,28

Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi dual system menghasilkan gaya geser arah x dan arah y yang diterima oleh shear wall sudah melebihi 75%. Pengecekan selanjutnya yaitu kolom harus mampu menahan gaya geser minimum 25%, hal ini dilakukan dengan cara mengganti elemen shear wall dengan boundary element. Tabel 5 merupakan hasil pemodelan boundary element dan menunjukkan bahwa interaksi dual system menghasilkan gaya geser arah x dan arah y yang diterima oleh kolom sudah melebihi 25%.

Apabila elemen kolom belum mencapai minimum 25%, maka boundary element diperbesar dimensinya sampai hasil joint reaction mencapai persyaratan. Alasan mengapa dalam analisis sistem struktur ganda (dual system) ini mengambil nilai yang sedekat mungkin dengan yang disyaratkan oleh SNI 03- 1726-2012 adalah agar gedung tersebut efisien dari segi biaya namun efektif dari segi kekuatan.

Model 2 dengan boundary element ini digunakan sebagai pembanding model 1 dalam perencanaan penulangan balok dan kolom, yaitu dipilih nilai gaya dalam yang maksimum antara model 1 dan model 2.

6. KESIMPULAN

Kesimpulan dari analisis sistem struktur

ganda (dual system) ini adalah gedung dual

system yang dianalisis telah memenuhi

(7)

persyaratan SNI 03-1726-2012. Persyaratan- persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Partisipasi massa ragam untuk analisis statik telah mencapai 100% di kedua arah orthogonal dan partisipasi massa ragam untuk analisis dinamik sebesar 99,06% dalam arah x dan 99,19% dalam arah y. Hal ini menunjukkan telah memenuhi persyaratan partisipasi massa ragam dalam Pasal 7.9.1, yaitu minimum 90% dari massa aktual dalam masing-masing arah horizontal orthogonal dari respons yang ditinjau oleh model.

2. Nilai modal participating mass ratios pada mode 1 dominan kondisi translasi UX dengan nilai 58,2%, mode 2 dominan kondisi translasi UY dengan nilai 56,1% dan mode 3 dominan kondisi rotasi RZ dengan nilai 58,1%. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan gerak ragam telah terpenuhi di mana pada mode 1 dan mode 2 harus dominan kondisi translasi lebih dari 50% dan mode 3 harus dominan kondisi rotasi lebih dari 50%.

3. Interaksi dual system menghasilkan gaya geser yang diterima oleh shear wall pada model 1 sebesar 75,44% untuk arah x dan 77,71% untuk arah y. Interaksi dual system menghasilkan gaya geser yang diterima oleh kolom pada model 2 dengan boundary element sebesar 25,84% untuk arah x dan 25,28% untuk arah y. Hal ini menunjukkan telah memenuhi persyaratan dual system dalam Pasal 7.2.5.1, yaitu rangka pemikul momen harus mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa desain.

7. SARAN

1. Analisis yang dilakukan sebaiknya menggunakan peraturan yang terbaru, yaitu SNI 03-1726-2019.

2. Sebaiknya dilakukan juga analisis pushover untuk mengetahui kapasitas dari gedung dual system tersebut.

8. REFERENSI

[1] Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI 03-1726-2012: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[2] Badan Standardisasi Nasional. (2013). SNI 03-1727-2013: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[3] Departemen Pekerjaan Umum. (1987).

Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Yayasan Penerbit PU.

Jakarta.

[4] Ghaffar, M. A., Soehardjono A., and Nuralinah D. (2015). Perencanaan Ulang Struktur Gedung Tahan Gempa Menggunakan Metode Dinding Geser yang Mengacu pada SNI 1726-2012 pada Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Vol. 1 No. 1.

[5] Krismahardi, W. and Wahyuono, P. (2013).

Perencanaan Struktur Gedung “SUNTER PARK VIEW APARTMENT” Sunter- Jakarta Utara, Vol. 2 No. 1.

[6] Tavio dan Wijaya and Usman. (2018).

Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja.

Andi. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1 – Rekapitulasi Variabel Analisis Gempa
Tabel 3 – Modal Participating Mass Ratios

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, perencanaan struktur bangunan gedung beton bertulang tahan gempa berdasarkan standar peraturan gempa Indonesia yaitu SNI 1726-2012 dan standar peraturan beton

Shearwall adalah dinding geser yang terbuat dari beton bertulang dimana tulangan-tulangan tersebut yang akan menerima gaya lateral akibat

Berdasarkan SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, ada beberapa sistem struktur yang dapat diterapkan dalam bangunan untuk

Mampu menerapkan perhitungan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) yang sesuai dengan SNI beton 03-2847-2002 dan SNI gempa 03- 1726-2002 untuk perencanaan struktur gedung

Penulisan tugas akhir ini adalah merencanakan komponen struktur gedung beton bertulang tahan gempa dengan sistem ganda yaitu kombinasi antara sistem dinding geser

v ABSTRAK PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG HOTEL IBIS BUDGET SURABAYA DENGAN BETON BERTULANG DAN DINDING GESER SESUAI SNI 2847-2012 DAN SNI 1726-2013 Imam Sholikin, NIM : 13.042.009

xxii REDESAIN STRUKTUR GEDUNG DUA BELAS LANTAI BERDASARKAN SNI 1726-2019 Abstrak Dinding geser beton bertulang merupakan elemen struktur vertikal yang biasa digunakan pada

Besarnya parameter gempa dan respon spektrum diatur dalam SNI 1726 2012 yang merupakan revisi dari SNI 03 1726 2002.Penelitian ini membahas tentang perencanaan struktur beton bertulang