BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Nama Zingiber kemungkinan berasal dari bahasa Arab “Zanjabil” yang dalam bahasa sansekerta “Singabera” dalam bahasa Yunani menjadi “Zingaberi” dan dilatinkan menjadi Zingiber. Secara botani, Zingiber menjadi petunjuk nama untuk semua famili jahe-jahean (Zingiberaceae). Kata Zingiber sebenarnya mengacu pada jahe yang diperdagangkan, yang dikenal dalam bahasa Melayu dengan “halia” dan nama ilmiah Zingiber officinale” (Larsen et al., 1999). Zingiberaceae merupakan salah satu famili dari ordo Zingiberales, kelas Monocotyledoneae dan Sub Divisio Angiospermae yang termasuk salah satu yang anggotanya berupa herba perennial (Tjitrosoepomo, 2002).
Larsen et al., (1999) mengatakan bahwa Ordo Zingiberales mempunyai delapan famili yakni Musaceae, Lowiaceae, Heliconiaceae, Strelitziaceae, Zingiberaceae, Costaceae, Cannaceae, dan Marantaceae. Dua famili terbesar adalah Zingiberaceae dan Marantaceae dimana penyebaran keduanya berbeda, Zingiberaceae tersebar di daerah tropis Asia dan Marantaceae tersebar di daerah tropis Amerika.
2.1 Deskripsi Zingiberaceae
Zingiberaceae merupakan tumbuhan berumpun, kuncup daun akan bermunculan diantara serasah daun yang basah dari pohon-pohon hutan. Beberapa jenis tumbuh pada daerah tepi sungai kecil dan ada yang mampu hidup dengan cahaya lebih atau kurang. Beberapa jenis dari famili ini ada juga yang tumbuh pada lekukan batu atau diatas permukaan batu, akarnya masuk kedalam tanah pada celah lekukan batu tersebut (Larsen et al., 1999).
Zingiberaceae merupakan tumbuhan herba perennial dengan rimpang yang mengandung minyak menguap hingga berbau aromatik. Batang diatas tanah, sering kali pendek dan mendukung bunga-bunga saja. Batang membentuk rhizome, biasanya berdaging, percabangan simpodial, setiap bagian dari percabangan diakhiri dengan kuncup bunga saja. Bagian rhizome yang mendatar diliputi sisik. Percabangan utama biasanya datar tersusun dari cabang yang menyebar kemana-mana (Holtum, 1950).
Tanaman Zingiberaceae merupakan tanaman terna tahunan dengan batang semu yang tumbuh tegak dengan akar rimpang yang bisa bertahan lama didalam tanah. Akar rimpang itu mampu mengeluarkan tunas baru untuk mengganti daun dan batang yang sudah mati. Batang tanaman Zingiberaceae merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang itu terdiri pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Batangnya ini biasanya basah dan mengandung air, sehingga tergolong tanaman herba (Paimin &
Murhananto, 1999).
Menurut Tjitrosoepomo (2004), daun tunggal, mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam 2 baris, kadang-kadang jelas mempunyai 3 bagian berupa helaian tangkai dan upih, selain itu juga memiliki lidah-lidah, helaian biasanya lebar dengan ibu tulang yang tebal dan tulang-tulang cabang yang sejajar dan rapat satu dengan yang lain dengan arah yang serong ke atas, tangkai daun pendek atau tidak ada, upih terbuka dan tertutup, lidah-lidah pada batas antara helaian dengan tangkai atau antara helaian dengan upih.
Letak perbungaan Zingiberaceae terminal atau muncul langsung dari rhizome, mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpang tindih (Nurainas & Yunaidi, 2007). Bunga terpisah-pisah tersusun dalam bunga majemuk tunggal dan berganda, kebanyakan banci, zigomorf atau asimetrik, hiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan tiga daun kelopak dan mahkota yang terdiri atas tiga daun mahkota yang berlekatan, pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh dengan bentuk dan warna yang kadang-kadang cukup atraktif, benang sari satu dengan tiga sampai lima benang sari mandul yang kadang-kadang bersifat seperti daun mahkota, tangkai putik di ujung, tidak berbagi, bebas atau bergigi dua (Tjitrosoepomo, 2004). Beberapa contoh bunga dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Beberapa bunga Zingiberaceae. A. Hedychium, dengan staminoida yang panjang dan bebas dari lip. 1. Kepala sari, 2. Tangkai benang sari, 3.
Staminoida, 4. Petal, 5. Lip, 6. Kelopak, 7. Bakal buah. B. Alpinia, dengan staminoida yang kecil atau kadang tidak ada dan lip yang besar.
1. Kepala putik, 2. Kepala sari, 3. Petal, 4. Lip, 5. Kelopak , 6.bakal buah. C. Zingiber, dengan staminoida yang kecil dan menyatu dengan lip. 1. Kepala putik , 2. Petal, 3. Stamenoida, 4. Tabung mahkota, 5.
Kepala sari, 6. Lip, 7. Kelopak, 8.Bakal buah (Henderson, 1954).
Menurut Tjitrosoepomo (2002), buah berkendaga 3 atau berdaging tidak membuka, dengan bakal buah tenggelam. Warna buah bervariasi, permukaan licin, berair, berambut atau berduri. Bentuk biji bulat atau berusuk, mempunyai satu biji berwarna putih, orange atau mera cerah yang dapat menarik hewan pemencar bijinya.
Bakal biji banyak, biji bulat atau berusuk, mempunyai salut biji dan endosperm banyak.
2.2 Distribusi Zingiberaceae
Jahe - jahean (Zingiberaceae) umumnya tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Pusat penyebaran terbesarnya terdapat di Asia Tenggara dan daerah terkaya akan jenis dari famili Zingiberaceae ini adalah kawasan Malesiana yaitu Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, Philipina dan Papua (Poulsen, 2006, Sirirugsa, 1999 dalam Nurainas & Yunaidi, 2006). Menurut Lawrence, (1964), tumbuhan Zingiberaceae diperkirakan mencapai 50 genera dan sekitar 1400 jenis, yang tersebar mulai dari
daerah tropis hingga subtropis. Persebaran yang paling besar terdapat di Asia Tenggara, khususnya wilayah Malesia termasuk Indonesia.
Tempat tumbuh yang disenangi tumbuhan ini umumnya tempat-tempat lembab. Beberapa jenis juga ditemukan pada hutan sekunder, hutan yang terbuka, pinggir sungai, rawa-rawa dan kadang dapat tumbuh pada daerah terbuka dengan cahaya matahari penuh. Beberapa jenis Etlingera tumbuh pada hutan sekunder atau lokasi hutan yang baru terbuka yang mana bisa tumbuh dengan cepat sepert gulma.
Bahkan beberapa diantaranya dapat dijadikan indikator kerusakan habitat (Larsen, et al,.1999).
Zingiberaceae di daerah Pantropikal merupakan famili terbanyak dalam ordo Zingiberales dengan 53 genus dan lebih dari 1200 jenis (Kress, 2002). Menurut Pandey (2003), sekitar 50 persen dari total genus famili Zingiberaceae dapat hidup dari dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl, terutama di daerah- daerah dengan curah hujan yang tinggi.
2.3 Kegunaan Zingiberaceae
Secara umum tumbuhan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sejak dulu hingga sekarang karena mempunyai potensi ekonomi yang penting yaitu antara lain;
sebagai obat tradisional seperti jamu, bahan ramuan herbal medicine, rempah-rempah, bumbu masak, bahan tonik rambut, bahan minuman, sayuran segar, dan penyedap makanan. Kepentingan ekonomi dari famili ini adalah akarnya yang dapat digunakan sebagai ekstrak rasa dan sebagai bumbu, untuk minyak wangi yang digunakan dalam parfum, dan untuk ornamental atau tanaman hias (Dalimartha, 2003, Lawrence 1964).
Zingiber merupakan tanaman obat yang memiliki cukup banyak komponen senyawa penyusun minyak atsiri (Marsusi, et, al., 2001). Senyawa ini tersimpan dalam sel-sel parenkim yang termodifikasi, di semua jaringan terutama rimpang, minyak ini memiliki aroma khas, memiliki rasa pedas, pahit dan hangat karena adanya resin
(Setyawan, 1996). Zingiberaceae ini juga banyak diminati sebagai tanaman hias disebabkan oleh warna bunganya yang sangat menarik, sehingga tidak mengherankan kalau akhir-akhir ini terjadi peningkatan penanaman Zingiberaceae sebagai tanaman hias di taman-taman kota, rumah kaca dan juga sebagai rumah potong. Beberapa jenis diantaranya memegang peranan penting secara ekologi sebagai tumbuhan penutup di dalam hutan, khususnya setelah adanya penebangan liar, fragmentasi lahan ataupun kebakaran hutan. Di Indonesia, famili Zingiberaceae umumnya banyak digunakan sebagai tanaman hias termasuk Alpinia, Hedychium, Elettaria, dan Etlingera (Poulsen, 2006, Tjitrosoepomo, 2005).
Menurut Syukur (2001), Zingiber officinale merupakan genus yang paling dikenal dari genus Zingiber karena memiliki manfaat yang sangat banyak. Jahe yang mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat anti inflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena rematik, tonikum, serta obat batuk. Selain kedua penggunaan jahe di atas, jahe kering juga digunakan untuk memberikan aroma dan rasa pada makanan seperti permen, biskuit, kue dan minuman. Minyak jahe atau oleoresin yang dihasilkan dari destilasi jahe kering yang banyak digunakan dalam industri parfum dan minuman.
Sampai saat ini, ekspor jahe dilakukan dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe asinan (Isalted ginger), dan minyak atsiri. Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil) dan pati (Paimin &
Murhananto, 1999).
Alpinia galanga (lengkuas) merupakan jenis yang terkenal dari genus ini.
Tumbuhan ini merupakan herba berumur panjang yang tingginya dapat mencapai 1- 1,5 m, batang tertutup oleh pelepah-pelepah dari daun yang tersusun berseling bangun lanset, rimpang dengan sisik-sisik yang berwarna putih atau kemerah-merahan, keras, mengkilap, rasanya pedas. Rhizome Alpinia galangal mengandung minyak atsiri berwarna kuning terutama terdiri dari sineol, eugenol, dan seskuiterpen. Resin Alpinia galanga disebut galangol. Kandungan kimia yang terdapat pada Alpinia galanga tersebut digunakan sebagai stimulan, karminatif dan sebagai bumbu (Tjitrosoepomo, 1994).