• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL KERJA TAHUN Daftar Masukan Kegiatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL KERJA TAHUN Daftar Masukan Kegiatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2012"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL KERJA TAHUN 2012

5.1 PENCAPAIAN TARGET KINERJA

5.1.1 PENCAPAIAN TARGET KEGIATAN DAN PENDAPATAN

Daftar Masukan Kegiatan

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2012

Tabel 5.1 Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan

No Masukan

(Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Melaksanakan

Sistem Akuntansi sesuai standar

Sistem Akuntansi

Laporan Keuangan sesuai standar

Laporan keuangan bisa diakses oleh publik

Terlaksananya Sistem

Akuntansi sesuai standar 2 Menyesuaikan pola

tarif secara berkala

Pola tarif Pola tarif berdasarkan unit cost

Tarif terjangkau customer

Disesuaikan pola tarif secara berkala 3 Meningkatkan

pengelolaan piutang

Piutang Pengelolaan piutang sesuai aturan

Penatausahaan piutang sesuai Peraturan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan

Terkelolanya piutang

4 Mengalokasikan anggaran sesuai dengan program BBLK Surabaya yang telah

direncanakan untuk tahun 2012

DIPA Perencanaan dalam

penganggaran

Anggaran terserap sesuai dengan program

Teralokasinya anggaran sesuai

program BBLK Surabaya

(2)

Tabel 5.2 Instalasi Data dan Informasi

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Laporan rutin

bulanan dan surveilans terpadu laboratorium

Meningkatkan rutinitas, ketepatan dan kelengkapan laporan sesuai standar dan melaporkan ditemukannya hasil

pemeriksaan yang potensial menimbulkan KLB/wabah, baik secara regional Jawa Timur maupun nasional

Sebagai

laboratorium yang mampu dan mempunyai ketepatan dan kelengkapan laporan, baik laporan rutin pelayanan,

keuangan dan hasil pemeiksaan yang potensial

menimbulkan wabah secara regional maupun nasional

- Data dan informasi yang disajikan dapat membantu para pengambil keputusan/kebijak an dalam

penentuan status kesehatan masyarakat di wilayah kerja.

- Perencanaan program kegiatan dan anggaran, baik di BBLK Surabaya maupun wilayah kerja (Dinkes di Provinsi Jawa Timur

maupun luar Jawa Timur

Status kesehatan masyarakat dapat segera ditindaklanjuti karena masalah dapat segera diidentifikasi dan

diselesaikan.

Tabel 5.3 Instalasi Penerimaan, Pengambilan Sampel dan Penyerahan Hasil

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Pelatihan

operasional alat Audiometri

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM mengenai operasional alat Audiometri

Mampu

mengoperasionalkan dan melakukan perawatan alat dengan baik dan benar

Dapat melayani permintaan pelayanan Medical Check Up

Meningkatkan kepuasan pelanggan Medical Check Up melalui pemeriksaan satu atap 2 Penambahan

alat baru berupa USG, Audiometri

Menambah jenis pelayanan baru di BBLK

Surabaya

Memenuhi kebutuhan

masyarakat untuk pemeriksaan USG dan Audiometri

Meningkatkan pendapatan BLU BBLK Surabaya

Meningkatkan kepuasan customer terhadap pelayanan BBLK Surabaya

(3)

Tabel 5.4 Instalasi Patologi (Kimia Klinik)

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Training

Urinalyzer UF500i

Hasil

pemeriksaan sedimen urine secara automatik

Skrining sedimen urine lebih cepat

Customer mendapat hasil

pemeriksaan sedimen urine lebih cepat

Diagnosis dan

penanganan penyakit / masalah kesehatan lebih cepat

2 Sistem online baru “Sysmex”

Hasil

pemeriksaan secara automatik

Hasil lebih cepat dan mengurangi human error

Customer mendapat hasil lebih cepat

Diagnosis dan

penanganan penyakit / masalah kesehatan lebih cepat

Tabel 5.5 Instalasi Patologi ( Hematologi )

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Sistem online

baru “Sysmex”

Pemeriksaan Blood Counting dan Reticulocyte Counting secara automatik

Hasil lebih cepat dan mengurangi human error

Customer mendapat hasil Blood Count dan Reticulocyte Count lebih cepat

Diagnosis dan penanganan penyakit / masalah kesehatan lebih cepat

Tabel 5.6 Instalasi Mikrobiologi

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Pemeriksaan

kultur Difteri

Terlaksananya pemeriksaan kultur Difteri sampai dengan penentuan varian dan toxigenitas

Dapat menerima rujukan

pemeriksaan kultur Difteri sampai dengan penentuan varian dan

toxigenitas dari dalam dan luar Provinsi

Dapat mendeteksi kasus KLB Difteri sampai dengan penentuan varian dan toxigenitas

Membantu dalam penentuan kebijakan untuk KLB Difteri

(4)

Tabel 5.7 Instalasi Bakteriologi Sanitasi

No Masukan

(Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Pelatihan “Estimasi

Ketidakpastian Pengukuran untuk Uji Mikrobiologi”

Pengenalan dan pemahaman tentang perlunya penghitungan estimasi ketidakpastian pengukuran untuk

mikrobiologi

Mampu melakukan penghitungan estimasi ketidakpastian pengukuran

Meningkatkan kualitas hasil pengujian

Menambah tingkat kepercayaan terhadap hasil pengujian

Tabel 5.8 Instalasi Imunologi

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Program

rujukan laboratorium (HIV, Campak)

Peningkatan koordinasi dengan stakeholder

Adanya jejaring laboratorium yang baik

Kerjasama dengan

stakeholder yang berkelanjutan

Adanya

pengembangan program

2 Program

pengembangan SDM (pelatihan / seminar / simposium)

Mutu SDM meningkat Pengetahuan dan ketrampilan SDM meningkat

Peningkatan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium

Peningkatan kualitas BBLK Surabaya

3 Program

pengembangan layanan rutin

Peningkatan jenis parameter

pemeriksaan

Peningkatan jumlah pemeriksaan

Peningkatan jumlah

pemeriksaan di BBLK Surabaya

Peningkatan pendapatan BLU BBLK Surabaya 4 Program ISO

15189

Layanan

pemeriksaan yang terstandarisasi

Peningkatan kualitas hasil pemeriksaan

Peningkatan kepercayaan masyarakat

Peningkatan daya saing BBLK Surabaya dengan

laboratorium lain

5 Program PME (peserta dan penyelenggara)

- Sebagai peserta : mendapatkan hasil baik

- Sebagai

penyelenggara : mampu

menyelenggarakan PME dengan baik

- Peningkatan rasa percaya diri petugas

laboratorium - Peserta program

merasa terbantu dengan program ini

- Peningkatan kemampuan petugas laboratorium - Peningkatan

kapasitas sebagai

penyelenggara PME

- Peningkatan kualitas BBLK Surabaya - Jumlah

peserta PME meningkat

(5)

Tabel 5.9 Instalasi Virologi

No Masukan

(Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Pelatihan SDM untuk

genotyping virus Campak dan Rubella

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM dalam melakukan Genotyping virus Campak dan Rubella

Mampu melakukan Genotyping virus Campak dan Rubella

Peningkatan kemampuan BBLK Surabaya dalam pemeriksaan Campak dan Rubella

Pengembangan jenis layanan BBLK Surabaya

2 Pelatihan supervisor dan teknisi laboratorium PCR

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam

melakukan pemeriksaan PCR untuk virus Campak dan Rubella

Mampu

melaksanakan pemeriksaan PCR untuk virus Campak dan Rubella

Peningkatan kemampuan BBLK Surabaya dalam pemeriksaan Campak dan Rubella

Pengembangan jenis layanan BBLK Surabaya

3 Pelatihan SDM untuk Ribotyping Difteri

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM dalam melakukan Ribotyping Difteri

Mampu melakukan Ribotyping Difteri

Peningkatan kemampuan BBLK Surabaya dalam pemeriksaan Difteri

Pengembangan jenis layanan BBLK Surabaya

Tabel 5.10 Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

No Masukan

(Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Program kalibrasi alat

laboratorium dan penunjang laboratorium

Alat laboratorium dapat dimonitor kondisinya

Kondisi alat dapat terdeteksi sejak dini

Akurasi hasil dapat

dipertanggung- jawabkan

- Umur pakai alat dapat dideteksi - Meningkatkan

kepercayaan customer terhadap hasil pemeriksaan laboratorium 2 Program validasi :

- Mikropipet - Volumetrik - Labu ukur

- Alat terawat dengan baik - Volume tidak

berubah

Menunjang ketepatan ukuran dalam pemeriksaan

Hasil

pemeriksaan akurat

Meningkatkan kepercayaan customer terhadap hasil pemeriksaan laboratorium

(6)

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 3 Maintenance alat

laboratorium

Alat laboratorium dan penunjang laboratorium terawat dengan baik.

Bila ada trouble alat, dapat segera diperbaiki

Kegiatan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar

Hasil

pemeriksaan bisa

dikeluarkan tepat waktu

Tabel 5.11 Instalasi Pendidikan dan Pelatihan

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 1 Bimbingan

Teknis terhadap tenaga laboratorium di Provinsi Jawa Timur dan 6 BLK binaan di 6 Provinsi Luar Jawa Timur

Terlaksananya bimbingan teknik

- SDM mampu melaksanakan tugas sesuai

dengan kompetensi - Identifikasi

permasalahan yang dihadapi

laboratorium binaan

- Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium binaan - Menemukan

solusi

permasalahan teknis dan non teknis yang dihadapi laboratorium binaan

- Bagi laboratorium binaan mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat - Meningkatkan

kualitas laboratorium binaan baik aspek teknis dan non teknis

2 Diklat

Internal (PKL dan Magang)

- Intern : Menambah pendapatan BLU dan promosi BBLK Surabaya

- Ekstern : Meningkatk an

ketrampilan SDM peserta

- Intern :

Pendapatan BLU bertambah serta mempromosikan BBLK Surabaya pada instansi lain

- Ekstern : SDM mampu

melaksanakan tugas sesuai

dengan kompetensi

- Intern : Membantu pencapaian target pendapatan BLU serta BBLK Surabaya lebih dikenal masyarakat luas

- Ekstern : SDM mampu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi

- Intern :

Meningkatnya kesejahteraan pegawai karena penambahan pendapatan BLU serta meningkatnya wawasan

masyarakat tentang peran dan

kemampuan BBLK Surabaya

- Ekstern :

Mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat (untuk peserta magang) dan menambah wawasan untuk persiapan memasuki dunia kerja (untuk peserta PKL)

(7)

No Masukan (Input)

Keluaran (Output)

Hasil (Outcome)

Manfaat (Benefit)

Dampak (Impact) 3 Diklat

Terpadu Lintas Program

Pelatihan peningkatan SDM :

- PCR

SDM bisa melaksanakan pemeriksaan :

- PCR untuk Difteri, Campak & Rubella

- Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan Difteri, Campak &

Rubella

Mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat untuk Difteri, Campak & Rubella

4 Uji

kompetensi tenaga analis kesehatan

Mengikuti uji kompetensi tenaga analis kesehatan

Diupayakan seluruh SDM analis

kesehatan sudah mengikuti uji kompetensi

Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium

Mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat

(8)

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan R.I. yang berada di Jawa Timur, memberikan pelayanan untuk pemeriksaan sampel klinik maupun sampel non klinik.

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan adalah melalui kegiatan sebagai berikut :

1) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat, Perorangan dan Lingkungan Kegiatan dalam pelayanan ini antara lain :

Pelayanan Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat dilaksanakan untuk melayani permintaan dari :

Rumah Sakit Pemerintah

Rumah Sakit Swasta

Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

Dokter praktek swasta

Puskesmas

Perorangan/Lain-lain

Rujukan wilayah

Industri

Instansi Pemerintah lain

Lain-lain

Kegiatan pelayanan laboratorium pada Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya dapat digolongkan menjadi :

1) Instalasi Patologi

a. Laboratorium Kimia Klinik b. Laboratorium Hematologi 2) Instalasi Mikrobiologi

3) Instalasi Bakteriologi Sanitasi 4) Instalasi Virologi

5) Instalasi Imunologi

6) Instalasi Kimia Kesehatan 7) Instalasi Penunjang Medik

a. Radiologi Diagnostik

b. Electrocardiography (ECG) c. Patologi Anatomi

d. Audiometri

e. Treadmill

f. USG

(9)

8) Instalasi Media Reagensia dan Hewan Percobaan a. Laboratorium Media Reagensia

Laboratorium Media dan Reagensia membuat bermacam-macam media siap pakai untuk memenuhi kebutuhan di lingkungan Instalasi Mikrobiologi.

Berdasarkan fungsi Media dan Reagensia, macam-macam media serta jumlah pembuatan media tahun 2012 sebagai berikut :

Tabel 5.12 Rekapitulasi Pembuatan Media dan Reagensia di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2012

No Jenis Media & Reagensia Jumlah No. Jenis Media & Reagensia Jumlah

1 Media Transport 5 Media Differential

Amies/Cary & Blair btl. 5.950 ml. CLED/Brolacin 21.600 ml.

E M B Agar Plate 44.400 ml.

2 Media Pertumbuhan/ KIA (Kligger Iron Agar) 10.650 ml.

Media Enriched

Lactose Broth I 59.300 ml.

Bouillon/Nutrient Broth ml 112.150 ml. Lactose Broth III 53.850 ml.

Blood agar ml 65.600 ml.

Trypticase Soy Broth/TSB ml 2.530 ml. 6 Media Penyimpan Bakteri

Trypticase Soy Agar/TSA ml 130 ml. Stock culture ml. 500 ml.

Letheen 5.150 ml BHIB / HIB ml. 16.860 ml.

BHI/TSB glyserol 1.800 ml.

3 Media Selektif 7 Media dan Reagensia

BGLB 57.800 ml. Uji Biokimia

Livental agar tabung 3.720 ml. Air pepton 6.600 ml.

T C B S agar 7.250 ml. Arginin 125 ml.

Thayer martin agar 5.500 ml. Simon citrat agar 3.000 ml.

Manitol Salt agar 1.790 ml. Gula-gula biasa 17.750 ml.

Loffler serum 400 ml. Lysine 1.750 ml.

SS agar 2.500 ml. M I U 4.700 ml.

XLD agar 650 ml. Malonat 420 ml.

Brucella agar + Kanamycin 100 ml. Ornithine 125 ml.

E. coli broth I 31.000 ml. Urea agar 4.800 ml.

Soda agar 4.610 ml. VP / MR 3.750 ml.

Hoyle Medium 106.200 ml. D Nase agar 300 ml.

Crom Agar 580 ml Bile esculin 600 ml.

(10)

No Jenis Media & Reagensia Jumlah No. Jenis Media & Reagensia Jumlah 4 Media Enrichment/Pemupuk 8 Reagensia Pengenceran

Gall medium btl. 2.100 ml. Phosphat buffer aq. 123.100 ml.

Pepton alkali 1 % 4.800 ml. Phosphat buffer saline phenol 10.000 ml.

Pepton alkali 10 % 300 ml. PZ / NaCl 0,9 % 20.300 ml.

Selenite broth 6.300 ml.

Fluid thioglyc. medium 7.800 ml. 9 Media untuk Screening tes

NaCl broth 10.300 ml. Nitrat reagent 400 ml.

Columbia Medium 23.400 ml. Tiensdal Medium 2.800 ml.

10 Media khusus utk mengetahui MRSA 16 Reagen Indikator Media MRSA (Metisilin Resisten

Staphylococcus Aureus) 200 ml.

Methyl red 900 ml.

11 Media Test Kepekaan untuk TB 17 Media untuk Toxigenik kuman Difteri

Ogawa medium/LJ bt. 89.350 ml. ELEK 486 ml

Ogawa medium/LJ Sens 84.500 ml.

18 Gula2 untuk mengetahui

12 Media Biakan Dasar Varian Difteri

Bouillon/Nutrient Agar ml 81.200 ml. Gula - gula diphtheriae 1.810 ml

13 Media Test Kepekaan

M H agar 59.200 ml. 19 Reagensia Pengecatan Kuman

Mac Conkey 97.920 ml. Neisser A 500 ml.

Neisser B 600 ml.

14 Media Biakan Jamur Air fuchsin 5.800 ml.

Saboroud agar plate/PDA 17.600 ml. Lugol 8.800 ml.

Corn Meal Agar 500 ml HCl alkohol 3% 66.600 ml.

Cristal Violet 8.000 ml

15 Reagensia lainnya

Skim Milk 450 ml Jumlah 1.402.506 ml.

Sumber : Instalasi Media Reagensia dan Hewan Percobaan BBLK Surabaya, 2012

b. Laboratorium Hewan Percobaan

Laboratorium Hewan Percobaan bertujuan memelihara dan menyiapkan hewan yang diperlukan untuk menunjang pemeriksaan laboratorium.

Instalasi yang membutuhkan hewan percobaan antara lain : - Media Reagensia

- Mikrobiologi

- Imunologi

(11)

Hewan-hewan yang dipelihara dan diperlukan untuk menunjang pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :

1. Domba

Pengambilan darah domba setiap kali pengambilan + 300 – 400 ml.

Darah tersebut diperlukan untuk :

- Membuat media di Instalasi Media Reagensia - Pemeriksaan laboratorium di Instalasi Imunologi 2. Kelinci

Pengambilan darah kelinci setiap kali pengambilan + 20 ml.

Darah, serum, plasma kelinci diperlukan untuk : - Membuat media di Instalasi Media Reagensia

- Pemeriksaan laboratorium di Instalasi Imunologi dan Mikrobiologi 3. Angsa

Pengambilan darah angsa setiap kali pengambilan ± 20 ml.

Darah angsa hanya diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium di Instalasi Imunologi.

Sebagai upaya penyiapan hewan-hewan yang sehat, dilakukan pemantauan dengan cara sebagai berikut :

1. Mengatur pola/menu makan masing-masing hewan 2. Menjaga kebersihan kandang-kandang hewan 3. Melakukan peremajaan hewan-hewan yang ada

4. Memberi pengobatan untuk hewan-hewan yang tidak sehat, antara lain

dengan pemberian vitamin untuk domba

(12)

9) Instalasi Sterilisasi

Instalasi Sterilisasi menerima limbah sisa sampel media maupun alat-alat gelas yang telah digunakan untuk pemeriksaan dari semua Instalasi. Instalasi Sterilisasi bertanggung jawab terhadap kebersihan dan sterilitas jas laboratorium dan alat-alat gelas yang telah dipakai di laboratorium serta penanganan/pengolahan limbah dari Instalasi, baik melalui sterilisasi basah maupun kering.

Untuk kegiatan di Instalasi Sterilisasi, baik penerimaan limbah sisa sampel, pencucian dan sterilisasi alat gelas, jas laboratorium, hingga distribusi ke Instalasi pengguna dicatat dalam dilaporkan tiap bulan.

Berikut rincian kegiatan pencucian dan sterilisasi tahun 2012 :

Tabel 5.13 Kegiatan Pencucian dan Sterilisasi Peralatan Laboratorium Tahun 2012

No. Jenis Peralatan Laboratorium Jumlah

1. Jas Laboratorium 1.659 buah

2. Botol LJ (Mc Cardney) 105.675 buah

3. Plate 17.070 buah

4. Tabung 25.820 buah

5. Botol 3.145 buah

6. Pipet 4.233 buah

7. Kolf 2.050 buah

Sumber : Instalasi Sterilisasi BBLK Surabaya, 2012

(13)

Secara keseluruhan, jumlah pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,92% dibanding tahun 2011 (271.272 pemeriksaan tahun 2011 menjadi 260.636 pemeriksaan tahun 2012).

Berikut ini rincian jumlah pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik tahun 2011 dan 2012 :

Tabel 5.14 Rekapitulasi Jumlah Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Medik Tahun 2011 dan 2012

No. Pemeriksaan Jumlah

2011 % 2012 %

A. Laboratorium

1. Hematologi 28.226 10,41% 26.107 10,02%

2. Kimia Klinik 73.998 27,28% 66.312 25,44%

3. Mikrobiologi 85.166 31,40% 93.346 35,81%

4. Virologi 1.421 0,52% 1.501 0,28%

5. Bakteriologi Sanitasi 19.643 7,24% 13.708 5,26%

6. Imunologi 15.319 5,65% 17.776 6,82%

7. Kimia Kesehatan 45.596 16,81% 40.113 15,39%

8. Patologi Anatomi 82 0,03% 98 0,04%

Jumlah Pemeriks. Lab. 269.451 99,33% 258.947 99,36%

B. Penunjang Medik

1. Radiologi Diagnostik 1.157 0,43% 1.029 0,39%

2. ECG 664 0,24% 594 0,23%

3. USG - - 31 0,01%

4. Treadmill - - 3 0,00%

5. Audiometri - - 18 0,01%

Jumlah Pemeriks. Penunj.

Medik 1.821 0,67% 1.675 0,64%

TOTAL 271.272 100,00% 260.636 100,00%

Dari tabel di atas dapat dilihat Instalasi yang mengalami peningkatan jumlah pemeriksaan yaitu Instalasi Mikrobiologi, Virologi dan Imunologi.

Sumber : Data Jumlah Pemeriksaan Pelayanan dan Penunjang Program BBLK Surabaya, 2011-2012

(14)

Tabel berikut menunjukkan capaian kinerja pelayanan pada masing-masing Instalasi dalam pendapatan Badan Layanan Umum tahun 2012 :

Tabel 5.15 Pendapatan Badan Layanan Umum Tahun 2011 dan 2012 per-Instalasi

No Uraian Pencapaian Tahun

2011 (dalam rupiah)

Pencapaian Tahun 2012 (dalam rupiah)

% Kenaikan / Penurunan 1 Patologi Klinik :

a. Hematologi 148.706.000 153.899.000 3,49%

b. Kimia Klinik 913.030.420 1.035.996.000 13,47%

2 Mikrobiologi 696.497.000 914.475.000 31,30%

3 Imunologi 611.392.500 684.058.600 11,89%

4 Kimia Kesehatan 906.839.987 1.209.003.100 33,32%

5 Sanitasi 970.941.950 735.311.500 -24,27%

6 Patologi Anatomi

( Pap Smear ) 6.470.000 3.240.000 -49,92%

7 Penunjang Medik

( Radiologi + ECG ) 92.542.000 102.355.000 10,60%

8 Audiometri - 4.140.000

9 Treadmill - 1.140.000

10 USG - 9.975.000

11 Media 77.512.500 91.912.258 18,58%

12 Cek Fisik 1.870.000 -

13 Vaksin 9.200.000 -

14 Diklat 187.942.000 496.489.000 164,17%

15 Sarana/Sewa Ruang 15.975.000 4.500.000 -71,83%

16 Limbah 138.333.500 140.001.600 1,21%

17 Legalisir 235.000 -

18 Lain-Lain 735.000 -

19 Pendapatan jasa

lembaga keuangan 55.813.382

Total Pendapatan BLU 4.778.222.857 5.642.309.440 18,08%

Dari tabel di atas dapat dilihat Instalasi yang mengalami peningkatan Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) yaitu : Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi, Imunologi, Kimia Kesehatan, Penunjang Medik, Media dan Diklat.

Bila dibandingkan dengan target dalam Rencana Strategis, realisasi pelayanan pemeriksaan laboratorium dan pendapatan BLU Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2010-2012 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan BBLK Surabaya, 2011-2012

(15)
(16)
(17)

Realisasi kegiatan pelayanan laboratorium dan penunjang medik tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 5.1 Persentase Realisasi Kegiatan Pelayanan Laboratorium dan Penunjang Medik Menurut Parameter Tahun 2012

Berdasarkan grafik di atas, persentase terbesar realisasi pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik tahun 2012 adalah pemeriksaan Mikrobiologi (35,81%) dan Kimia Klinik (25,44%).

Sumber : Data Jumlah Pemeriksaan Pelayanan dan Penunjang Program BBLK Surabaya, 2012

(18)

Sedangkan realisasi pendapatan BLU per-Instalasi dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 5.2 Persentase Realisasi Pendapatan BLU Per-Instalasi Tahun 2012

Berdasarkan grafik di atas, persentase terbesar realisasi pendapatan BLU tahun 2012 diperoleh Instalasi Kimia Kesehatan (21,43%) dan Patologi

(21,09%).

Pada tahun 2012, kunjungan pelanggan/pasien laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat terbanyak berasal dari Perorangan/Lain- Lain.

Sedangkan berdasarkan kelompok umur, terbanyak pada kelompok umur 20-44 tahun.

Berikut grafik kunjungan pelanggan/pasien laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat berdasarkan asal instansi dan kelompok umur tahun 2012 :

Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan BBLK Surabaya, 2012

(19)

Gambar 5.3 Kunjungan Pasien Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Asal Instansi Tahun 2012

Gambar 5.4 Kunjungan Pasien Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

Sumber : Instalasi Penerimaan, Pengamb. Sampel & Peny. Hasil BBLK Surabaya, 2012

Sumber : Instalasi Penerimaan, Pengamb. Sampel & Peny. Hasil BBLK Surabaya, 2012

(20)

2) Pelayanan Rujukan Laboratorium dan Pencegahan - Pemberantasan Penyakit Kegiatan ini meliputi pelayanan laboratorium rujukan, surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB), yang terdiri dari pelayanan pemeriksaan sebagai berikut :

a. Instalasi Mikrobiologi

1. Pemeriksaan Tuberkulosis ( TBC )

Tabel 5.18 Pemeriksaan TB dan Hasil Positif TB Menurut Asal Spesimen (Mikroskopis s/d Desember 2012, Positif kultur s/d September 2012)

No Instansi Jumlah

Spesimen

Pewarnaan

Ziehl Nelsen Jumlah Pemerik saan Kultur *)

Kultur Positif

**)

Kepekaan

Positif Negatif

Lini 1 Lini 2 Jml

Pem

Pos Jml Pem

Pos

1 RS. Dr. Soetomo 1531 515 1016 1429 409 412 201 157 71

2 Puskesmas 348 248 100 290 134 137 103 0 0

3 RS Kab./Kota 92 43 49 51 19 50 17 0 0

4 RS Syaiful Anwar 669 252 417 669 165 243 116 36 18

5 RSUD Sanglah 0 0 0 223 163 160 115 2 0

6 BP4/RS Paru 38 25 13 37 15 36 12 0 0

7 RS Paru Surabaya 4 2 2 0 0 0 0 0 0

8 RSAL 34 7 27 21 9 20 10 0 0

9 BLK Semarang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 BBKPM Surakarta 2 0 2 4 2 4 2 0 0

11 BBLK Surabaya 20 2 18 6 1 4 1 0 0

12 RS. Swasta 144 32 112 110 28 100 25 0 0

13 Lain-2/APS 403 112 291 92 31 88 22 0 0

14 Lab. Swasta 323 82 241 284 83 150 71 0 0

15 Litbang Jakarta 834 39 795 417 0 0 0 0 0

16 UGM Yogyakarta 0 0 0 20 0 20 0 0 0

17 BLK Lampung 0 0 0 1 1 1 1 0 0

18 BLK Sulteng 0 0 0 0 0 2 2 0 0

19 BLK Banjarmasin 0 0 0 10 8 12 10 12 10

20 BLK Palu 0 0 0 1 1 1 1 0 0

21 BPPK Manado 0 0 0 15 12 12 10 0 0

22 BBLK Makassar 0 0 0 6 6 3 3 0 0

23 BLK Pekan Baru 1 0 1 1 0 1 0 0 0

24 RSUD Merauke 1 1 0 4 0 4 0 3 0

25 RSUD Sulteng 0 0 0 1 0 1 0 0 0

JUMLAH : 4444 1360 3084 3692 1087 1461 722 210 99

Cross Check ***) 2940 1811 1129 1159 Belum

ada hasil

Keterangan : *) Jumlah pemeriksaan kultur s.d Desember 2012 = 3.692, s.d September 2012 = 2.419 **) Jumlah kultur positif s.d September 2012 = 1.087

***) Jumlah yang telah diperiksa s.d Desember 2012 = 2.940 slide, belum ada hasil = 1.159 Sumber : Laboratorium TBC BBLK Surabaya, 2012

(21)

Tabel 5.19 Hasil pemeriksaan Tes Kepekaan terhadap Obat Anti Tuberkulosis Lini I (Januari – September 2012) dengan sampel PMDT

No Instansi

Resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis Lini I

SENS I

MO T T

Am Ofl Ka n

SENS S I R E IR IR II

E RI S

ES IR I E I

S EI S

RE R S

RE S

ES

1 RS Dr. Soetomo 1 1 6 6

2 RS. Kab. 1 1 3 1 8 3

3 BBLK 1

4 Puskesmas

5 RSAL 1 1 1 4 3

6 BLK Palu 1

7 BP4 5 3 4

8 RS Sanglah 1 4 1 3 2 2 27 4

9 BLK Palu 1

10 BLK Lampung 1

11 BLK Banjarmasin 1 1 1 4 1 2 2 1 7

12 BLK Makassar 1 1 1

13 BPKPM Surakarta 1 1

14 BPK Manado 3 2 1 4

15 Lab Swasta 2 2 3 1 7 7 2 5 1 1 37

16 RS Swasta 1 2 1 1 2 1 17

17 Lain-Lain 1 3 2 2 1 13

Jumlah 5 15 6 2 23 20 7 16 1 2 1 2 0 0 0 124 17 0 2 1 7

PMDT

1 RS Dr. Soetomo 1 5 4 26 25 3 29 1 1 1 1 1 49 15 10 61

2 RS. Syaiful Anwar 2 7 7 1 6 8 1 9 1 3 1 57 23 1 17

3 RSUP Sanglah 1 1 3 2 1 25

Jumlah 4 12 12 1 35 35 4 38 2 5 2 1 1 0 0 131 38 0 10 1 78

SENTINEL

1 RS Dr. Soetomo 1 1 1 22 1

2 Puskesmas 8 2 1 3 1 3 1 84

3 RSUP Sanglah 2 1 36

Jumlah 3 9 2 0 1 3 0 0 2 3 1 0 1 0 0 142 1 0 0 0 0

Jumlah seluruhnya 829

Keterangan :

S : Streptomycin I : INH

R : Rifampycin E : Ethambutol

MOTT : Mycobacterium Other Than Tuberculosis Sumber : Laboratorium TBC BBLK Surabaya, 2012

(22)

Berdasarkan tabel hasil tersebut didapatkan sebagai berikut :

Multi Drug Resistance (MDR) = (182/829) X 100% = 21,95%

Sensitif terhadap OAT = (482/829) X 100% = 58,14%

MOTT = (56/829) X 100% = 6,76%

Keterangan : MDR = Resisten terhadap Obat Anti Tuberculosis INH dan Rifampycin

Pemeriksaan Tes Kepekaan terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) sejumlah 829 sampel, 21,95% Multi Drug Resistance (MDR) terutama resisten terhadap

obat Izoniazid dan Rifampycin atau Izoniazid dan Rifampycin dengan obat TB lainnya yang termasuk dalam MDR pada tabel di atas (SIRE, SIR, IRE, IR).

Hasil pemeriksaan yang MDR didapatkan dari :

- Dr. Soetomo = 84 - BLK Lampung = 1 - BP4 Surabaya = 8 - BLK Banjarmasin = 5

- RS Swasta = 6 - BPPK Manado = 6

- RS Kab. = 5 - RSUD Sanglah = 31

- Lain-lain = 3 - RSAL Surabaya = 2 - Lab. Swasta = 21 - Puskesmas = 4 - BLK Makassar = 1

MOTT adalah Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis, ditemukan 56 sampel dalam bulan Januari s.d. September 2012.

Tabel 5.20 Hasil Pemeriksaan Tes Kepekaan Obat Anti Tuberkulosis Lini II (Januari – September 2012)

No Instansi

Resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis

Lini II Sensitif

terhadap Lini II Ami Ofl Kan AO AK OK AOK

1 BLK Banjarmasin 0 2 1 7

2 RS Dr. Soetomo 0 10 0 61

3 RS. Syaiful Anwar 0 0 1 17

Jumlah 0 12 2 0 0 0 0 85

Jumlah Seluruhnya 85

Keterangan :

Ami : Amikacin Ofl : Ofloxacin Kan : Kanamicin

Sumber : Laboratorium TBC BBLK Surabaya, 2012

(23)

Pemeriksaan terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) Lini kedua (Second Line) dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya mulai Januari s.d. September 2012, terdiri dari Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin, pasien PMDT dari RSU Dr. Soetomo dan pasien PMDT RS Syaiful Anwar.

Pasien yang resisten terhadap Ofloxacin sejumlah 12 pasien, resisten Kanamicin sejumlah 2 pasien dan sensitif terhadap Lini II sejumlah 85 pasien.

Pada tahun 2012 telah dilaksanakan pemeriksaan TBC yang spesimennya berasal dari berbagai instansi dengan rincian sebagai berikut :

Pemeriksaan mikroskopis dengan teknik Pewarnaan Ziehl Neelsen

Dari 4.444 spesimen yang diterima untuk pemeriksaan BTA, 1.360 spesimen (30,60%) dinyatakan sebagai BTA positif.

Pemeriksaan kultur TBC

Dari 3.692 spesimen yang diterima s.d Desember 2012, 1.087 spesimen (29,44%) dari 2.419 spesimen dinyatakan sebagai kultur TBC positif (hasil pembacaan s.d September 2012), sedangkan 1.273 spesimen masih dalam proses pembacaan hasil.

Permintaan pemeriksaan untuk Tes Kepekaan sejumlah 648 spesimen.

Sedangkan yang diperiksa s.d September 2012 sejumlah 255 spesimen berdasarkan pertumbuhan kultur dan kiriman isolat dari instansi laboratorium di luar Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.

Pemeriksaan Tes Kepekaan umumnya digunakan untuk memantau resistensi obat pada penderita yang sudah diberikan terapi.

Untuk semua teknik pemeriksaan di atas, jumlah spesimen terbanyak berasal dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Selain itu di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya telah melaksanakan kegiatan Cross Check BTA yang berasal dari 10 RSU/RSUD dan 5 BP4/RS Paru.

Dari 2.940 slide BTA yang telah dibaca, hasil positif = 1.811 slide (61,60%).

Sedangkan slide yang belum dibaca sebanyak 1.159. Dan masih ada beberapa

tempat yang belum mengirim cross check, sehingga jumlah slide kemungkinan

masih bisa bertambah (data per 31 Desember 2012).

(24)

2. Pemeriksaan Difteri

Sebagai salah satu laboratorium pemeriksa Difteri di Indonesia Sejak tahun 1976, Maka mulai tahun 2011 Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya sudah mempunyai kemampuan pemeriksaan difteri sesuai manual WHO yaitu mulai kultur kuman, penentuan varian & toxigenicity. Hal ini dapat dilakukan karena Pada bulan Juli 2011, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya mendapat pelatihan pemeriksaan Difteri dari WHO Collaborating Center for Diphteriae, Health Protection Agency, United Kingdom bekerja sama dengan WHO South East Asia Regional Office, New Delhi, India. Pelatihan tersebut juga diikuti oleh peserta dari BBLK Makassar, BBLK Jakarta, Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin, BLK Samarinda dan Badan Litbangkes Jakarta. Sejak Juli 2011 setelah pelatihan tersebut, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya melakukan pemeriksaan isolasi, identifikasi dan toksigenitas sesuai standar WHO Manual for The Laboratory Diagnosis of Diphteriae.

Pada bulan Oktober 2012 WHO Collaborating Center for Diphteriae, Health Protection Agency, United Kingdom bekerja sama dengan WHO South East Asia Regional Office, New Delhi, India kembali memberikan pelatihan mengenai Clinical, Epidemiological and Microbiological Characterisation of Diphtheriae and Related Infections in Indonesia &

Corynebacterium Diphtheriae Ribotyping. Pelatihan Tenaga tehnis ini diikuti oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, BBLK Makassar, BBLK Jakarta, Badan Litbangkes Jakarta, & pelatihan Clinical & Epidemiology diikuti oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Badan Litbangkes, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dirjen BUK (Directorat BPPM & SK), Dirjen P2PL (Subdit Surveilans & Respon KLB), BBTKL Surabaya, Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya/UNAIR.

Dari Hasil dari pelatihan tersebut diharapkan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya mampu melakukan Pemeriksaan lebih lanjut (epidemiologi molekuler) untuk menentukan karakteristik dari masing masing varian diphtheria di Indonesia sehingga dapat dipakai dalam mengambil kebijakan untuk penanggulangan KLB difteri lebih lanjut.

Kendala yang dihadapi oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya

dalam melaksanakan pemeriksaan molekuler epidemiologi adalah alat-alat

dan reagen yg belum tersedia secara lengkap sehingga diharapkan pada tahun

2013 bisa mendapatkan bantuan atau pengadaan dari DIPA Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Surabaya.

(25)

Karena kemampuan Balai Besar Laboratorium Kesehatan/Balai Laboratorium Kesehatan di Indonesia (selain Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya) dalam pemeriksaan Difteri belum semuanya sesuai standar WHO, maka selain melakukan pemeriksaan KLB Difteri dari Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2011-2012 Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya juga menerima spesimen dari luar Provinsi Jawa Timur yaitu Provinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Selatan dan Sulawesi Barat. Semua Provinsi tersebut diatas telah terkonfirmasi adanya C. diphteriae varian mitis toxigenic & C. diphteriae varian gravis toxigenic.

Diharapkan sebelum seluruh Balai Besar Laboratorium Kesehatan/Balai Laboratorium Kesehatan di Indonesia siap melakukan pemeriksaan Difteri sesuai standar WHO, maka Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya siap membantu Provinsi-Provinsi lain di luar Jawa Timur.

Dari 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, pemeriksaan kultur KLB Difteri tahun 2012 di BBLK Surabaya didapatkan total sebagai berikut :

1. Kasus yang diambil spesimen dan diperiksakan sebanyak 845 kasus

(143 dari RSU Dr. Soetomo), sebanyak 85 kasus (12 dari RSU Dr. Soetomo) positif C. diphtheriae atau 10,1% dari total kasus

diperiksa, sebanyak 81 kasus positif toxigenic (12 dari RSU Dr.

Soetomo) atau 95,3% dari total kasus diperiksa yang positif C. diphtheriae).

2. Kontak yang diambil spesimen dan diperiksakan sebanyak 7.884 kontak (112 dari RSU Dr. Soetomo), sebanyak 50 kontak (2 dari RSU Dr. Soetomo) positif C. diphtheriae atau 0,63% dari total kontak

diperiksa, sebanyak 33 kontak (2 dari RSU Dr. Soetomo) positif toxigenic atau 66% dari total kontak yang positif C. diphtheriae.

Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, hanya Kota Malang yang tidak mengirimkan spesimen kasus maupun kontak KLB Difteri ke BBLK Surabaya, selanjutnya dari 37 kabupaten/kota yang mengirimkan spesimen kasus dan kontak, yang masih kurang dalam mengirim spesimen kasus adalah Kab.

Malang (20 kasus dari 22 kasus / 90,9%), Kab. Jombang (10 kasus dari 22 kasus / 10,4%), Kab. Sidoarjo (8 kasus dari 23 kasus / 34,78%), Kab.

Jember (8 kasus dari 57 kasus / 14%), Kab. Pasuruan (5 kasus dari 24 kasus /

20,8%), Kab. Situbondo (6 kasus dari 115 kasus / 5,2%), dan Kab. Gresik

(4 kasus dari 23 kasus / 17%).

(26)

Berikut Laporan Pemeriksaan Spesimen Kasus Difteri Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Timur Tahun 2012 :

Tabel 5.21 Laporan Pemeriksaan

Spesimen Kasus Difteri

Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Surabaya Menurut Kabupaten / Kota

di Jawa Timur

Tahun 2012

Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan

Kab. Gresik 0 28 28 0

Kab. Sidoarjo 0 28 28 0

Kab. Mojokerto 0 19 19 0

Kab. Jombang 1 87 88 MITIS=1 1

Kab. Bojonegoro 0 14 14 0

Kab. Tuban 2 6 8 MITIS=2 2

Kab. Lamongan 0 12 12 0

Kab. Madiun 1 2 3 MITIS=1 1

Kab. Ngawi 0 6 6 0

Kab. Magetan 0 6 6 0

Kab. Ponorogo 0 8 8 0

Kab. Pacitan 0 5 5 0

Kab. Kediri 0 9 9 0

Kab. Nganjuk 1 6 7 MITIS=1 1

Kab. Blitar 0 20 20 0

Kab. Tulungagung 0 20 20 0

Kab. Trenggalek 0 5 5 0

Kab. Malang 0 2 2 0

Kab. Pasuruan 0 19 19 0

Kab. Probolinggo 7 19 26 MITIS=7 7

Kab. Lumajang 1 16 17 MITIS=1 1

Kab. Bondowoso 7 11 18 MITIS=7 7

Kab. Situbondo 4 105 109 MITIS=4 4

Kab. Jember 4 45 49 MITIS=3 GRAVIS=1 3

Kab. Banyuwangi 2 21 23 MITIS=2 2

Kab. Pamekasan 2 3 5 MITIS=2 2

Kab. Sampang 11 25 36 MITIS=11 11

Kab. Sumenep 3 23 26 MITIS=3 3

Kab. Bangkalan 31 40 71 MITIS=29 GRAVIS=2 28

Kota Surabaya 5 79 84 MITIS=5 5

Kota Madiun 1 24 25 MITIS=1 1

(27)

Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan

Kota Probolinggo 1 8 9 MITIS=1 1

Kota Blitar 0 8 8 0

Kota Kediri 0 2 2 0

Kota Mojokerto 0 22 22 0

Kota Malang 0 0 0 0

Kota Pasuruan 1 2 3 MITIS=1 1

Kota Batu 0 5 5 0

TOTAL 85 760 845 81

Kabupaten/Kota terbanyak ditemukan kasus positif C. diphtheriae adalah

Kab. Bangkalan (31 kasus dari 71 kasus diperiksa / 43,7%), Kab. Sampang (11 kasus dari 36 kasus diperiksa / 30,6%), Kab. Probolinggo (7 kasus dari 26 kasus diperiksa / 26,9%), Kota Surabaya (5 kasus dari 84 kasus diperiksa /

6,0%), Kab. Jember (4 kasus dari 49 kasus diperiksa / 8,2%), dan Kab.

Situbondo (4 kasus dari 109 kasus diperiksa / 3,7%).

Dari kasus yang positif C. diphtheriae, sebanyak 7 kasus ditemukan dari swab hidung, 63 kasus ditemukan dari swab tenggorok, dan 15 kasus ditemukan dari kedua swab hidung dan tenggorok.

Pengiriman jumlah kasus diperiksa terbanyak adalah Kab. Situbondo (109 kasus), Kab. Jombang (88 kasus), Kota Surabaya (84 kasus), Kab.

Bangkalan (71 kasus), Kab. Jember (49 kasus), dan Kab. Sampang (36 kasus)

Berikut pemeriksaan spesimen kasus Difteri yang berasal dari Luar Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 :

Tabel 5.22 Laporan Pemeriksaan

Spesimen Kasus Difteri

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya yang Berasal dari

Luar Provinsi Jawa Timur

Tahun 2012

Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan

Prov. Sulsel 7 16 23 MITIS=6 GRAVIS=1 7

Prov. Kalsel 12 20 32 MITIS=12 12

Prov. Sulbar 2 0 2 MITIS=2 2

Prov. NAD 1 1 2 MITIS=1 1

TOTAL 22 37 59 22

Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012

Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012

(28)

Pemeriksaan spesimen kontak Difteri menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.23 Laporan Pemeriksaan

Spesimen Kontak Difteri

Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Surabaya Menurut Kabupaten / Kota

di Jawa Timur

Tahun 2012

Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan

Kab. Gresik 0 365 365 0

Kab. Sidoarjo 0 150 150 0

Kab. Mojokerto 0 23 23 0

Kab. Jombang 1 1.033 1.034 BELFANTI=1 0

Kab. Bojonegoro 1 243 244 MITIS=1 1

Kab. Tuban 0 69 69 0

Kab. Lamongan 0 89 89 0

Kab. Madiun 2 14 16 MITIS=2 1

Kab. Ngawi 0 53 53 0

Kab. Magetan 0 11 11 0

Kab. Ponorogo 0 46 46 0

Kab. Pacitan 0 24 24 0

Kab. Kediri 1 105 106 BELFANTI=1 0

Kab. Nganjuk 0 32 32 0

Kab. Blitar 0 99 99 0

Kab. Tulungagung 0 281 281 0

Kab. Trenggalek 0 101 101 0

Kab. Malang 0 415 415 0

Kab. Pasuruan 1 141 142 MITIS=1 1

Kab. Probolinggo 9 192 201 MITIS=8 BELFANTI=1 8

Kab. Lumajang 0 82 82 0

Kab. Bondowoso 4 221 225 MITIS=3 BELFANTI=1 2 Kab. Situbondo 4 316 320 MITIS=3 BELFANTI=1 1 Kab. Jember 6 335 341 MITIS=5 BELFANTI=1 5

Kab. Banyuwangi 0 92 92 0

Kab. Pamekasan 1 74 75 MITIS=1 1

Kab. Sampang 4 355 359 MITIS=3 BELFANTI=1 3 Kab. Sumenep 4 271 275 MITIS=2 BELFANTI=2 1 Kab. Bangkalan 9 611 620 MITIS=8 BELFANTI=2 7 Kota Surabaya 3 1.257 1.260 MITIS=2 BELFANTI=1 2

Kota Madiun 0 212 212 0

Kota Probolinggo 0 103 103 0

Kota Blitar 0 73 73 0

Kota Kediri 0 36 36 0

Kota Mojokerto 0 202 202 0

(29)

Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan

Kota Malang 0 0 0 0

Kota Pasuruan 0 29 29 0

Kota Batu 0 79 79 0

Jumlah 50 7.834 7.884 33

Kabupaten/Kota terbanyak ditemukan kontak positif C. diphtheriae adalah Kab. Probolinggo (9 kontak dari 201 kontak / 4,5%), Kab. Bangkalan (9 kontak dari 620 kontak / 1,5%), Kab. Jember (6 kontak dari 339 kontak / 1,8%), Kab.

Sumenep (4 kontak dari 275 kontak / 1,5%), Kab. Sampang (4 kontak dari 359 kontak / 1,1%).

Dari kontak yang positif C. diphtheriae, sebanyak 40 kasus ditemukan dari swab hidung, 9 kasus ditemukan dari swab tenggorok, dan 1 kasus ditemukan dari kedua swab hidung dan tenggorok.

Pengiriman jumlah kontak terbanyak adalah Kota Surabaya (1.260 kontak),

Kab. Jombang (1.034 kontak), Kab. Bangkalan (620 kontak), Kab. Malang (415 kontak), dan Kab. Gresik (365 kontak).

Rasio pengiriman jumlah kontak dibandingkan jumlah epid terbanyak

adalah Kota Surabaya (25 kontak/epid; total kontak 1.193), Kab. Malang (19 kontak/epid; total kontak 415), Kab. Bojonegoro (19 kontak/epid; total

kontak 244), Kota Kediri (18 kontak/epid;total kontak 36), dan Kab. Gresik (16 kontak/epid; total kontak 360).

Pemeriksaan spesimen kontak Difteri yang Berasal dari Luar Provinsi Jawa Timur tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.24 Laporan Pemeriksaan

Spesimen Kontak Difteri

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya yang Berasal dari

Luar Provinsi Jawa Timur

Tahun 2012

Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan

Prov. Sulsel 9 112 121 MITIS=6 GRAVIS=3 9

Prov. Kalsel 1 62 63 MITIS=1 1

Prov. Sulbar 0 4 4 0

Prov. NAD 1 71 72 MITIS=1 1

TOTAL 11 249 260 11

Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012 Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012

(30)

Dari semua kabupaten/kota yang ditemukan kultur C. diphtheriae positif, sebanyak 3 orang ditemukan varian gravis non-toxigenic tersebar di Kab.

Bangkalan dan Jember, sebanyak 13 orang ditemukan varian belfanti non- toxigenic tersebar di Kab. Bangkalan, Jember, Jombang, Kediri, Probolinggo, Sampang, Situbondo, Sumenep, dan Kota Surabaya, dan sisanya sebanyak 114 orang ditemukan varian mitis toxigenic dan 6 orang ditemukan varian mitis non-toxigenic.

Gambar 5.5 Mapping Area Difteri Patogenik di Jawa Timur Tahun 2012

Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012

(31)

Jumlah kasus Difteri positif paling banyak terdapat pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebesar 67%. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 5.6 Persentase Kasus Difteri Positif Menurut Kelompok Umur Tahun 2012

.

3. Pemeriksaan Malaria

Dari 9 sampel yang diperiksa, semuanya negatif.

4. Pemeriksaan Filariasis = 1 pemeriksaan, hasil : negatif

5. Pemeriksaan Diare

Dari 50 sampel Kejadian Luar Biasa (KLB) dari Dinas Kesehatan Kab./Kota ( 43 spesimen rectal swab dan 7 spesimen faeces) didapatkan hasil : 3 sampel positif Salmonella sp. dan 1 sampel positif Staphylococcs aureus.

Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012 15-24 th

17% 25-44 th

4%

0-4 th 5-14 th 12%

67%

Persentase Kasus Difteri Positif Menurut Kelompok Umur Tahun 2012

N = 107

(32)

b. Instalasi Virologi

1. Pemeriksaan Virus Polio, sejumlah 1.273 spesimen kasus dan 6 spesimen kontak

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya merupakan Laboratorium Nasional untuk pemeriksaan virus Polio dan Campak sesuai SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 239/MENKES/SK/IV/2006 tentang penunjukkan Laboratorium Virologi Nasional Polio dan Laboratorium Virologi Nasional Campak. Wilayah pemeriksaan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya meliputi Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, Maluku Utara, Gorontalo, Papua, Sulawesi Barat. BBLK Surabaya juga mendapatkan tugas untuk memeriksa spesimen AFP dari negara lain yaitu Timor Leste.

Berdasarkan sensus Populasi 2003 oleh Biro Pusat Statistik, sejak tahun 2006 target jumlah minimal kasus AFP (AFP Rate) di Indonesia naik menjadi 2:100.000 anak usia <15 tahun, jadi target jumlah minimal kasus AFP untuk wilayah Timur menjadi 358 kasus atau 716 spesimen. Pada tahun 2012 jumlah kasus yang diperiksa sebanyak 623 kasus dengan 1.273 spesimen, kontak sebanyak 6 spesimen. Artinya bahwa target spesimen yang diterima oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya melampaui target dari yang ditentukan.

Setiap tahun, laboratorium Nasional Polio mendapatkan proficiency Panel Test dan Akreditasi dari WHO. Pada tahun 2012 Hasil Proficiency test Panel adalah 100% sedangkan hasil Akreditasi (on site review) yang dilakukan oleh WHO adalah Fully Accredited.

Dalam rangka mendukung rencana sertifikasi Eradikasi Polio secara

Regional pada tahun 2014 & Global pada tahun 2018 maka Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Surabaya selain sebagai laboratorium Nasional

Polio juga berperan aktif dalam pelaksanaan containment virus Polio Liar di

Indonesia. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya juga

mendapatkan Training bagi Trainer Biorisk Managemen training di

Geneva, Swizerland pada tahun 2011 dan telah melakukan training bagi

Virologist & sebagian tenaga Tenis Laboratorium Polio baik di Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Surabaya maupun di regional SEARO pada tahun

2012.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh maka penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarias Bangun (2009) yang meneliti tentang

Dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal sesuai dengan analisis SWOT, BBLK Surabaya berupaya untuk memiliki kekuatan yang ada pada faktor internal

Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja

Buku ini banyak mengulas transformasi Pecinan, perbandingannya struktur ruko di Pecinan Semarang dan Tiongkok Selatan, perbandingan rumah Tionghoa yang dibangun di luar

Materi yang perlu dicantumkan dalam informasi tertulis sesuai dengan keinginan penderita, selengkapnya tercantum pada Lampiran F, Tabel 4.17.. 4.2.5 Kepuasan Penderita

Aplikasi permainan simulasi lalu lintas merupakan media yang dijalankan di smartphone android sebagai sarana mengenal dan mempelajari jenis rambu-rambu lalu

Sebagai lembaga yang mempunyai tugas pokok untuk menyalurkan dana dari pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, maka

Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin