BAB V
HASIL KERJA TAHUN 2012
5.1 PENCAPAIAN TARGET KINERJA
5.1.1 PENCAPAIAN TARGET KEGIATAN DAN PENDAPATAN
Daftar Masukan Kegiatan
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2012
Tabel 5.1 Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan
No Masukan
(Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Melaksanakan
Sistem Akuntansi sesuai standar
Sistem Akuntansi
Laporan Keuangan sesuai standar
Laporan keuangan bisa diakses oleh publik
Terlaksananya Sistem
Akuntansi sesuai standar 2 Menyesuaikan pola
tarif secara berkala
Pola tarif Pola tarif berdasarkan unit cost
Tarif terjangkau customer
Disesuaikan pola tarif secara berkala 3 Meningkatkan
pengelolaan piutang
Piutang Pengelolaan piutang sesuai aturan
Penatausahaan piutang sesuai Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan
Terkelolanya piutang
4 Mengalokasikan anggaran sesuai dengan program BBLK Surabaya yang telah
direncanakan untuk tahun 2012
DIPA Perencanaan dalam
penganggaran
Anggaran terserap sesuai dengan program
Teralokasinya anggaran sesuai
program BBLK Surabaya
Tabel 5.2 Instalasi Data dan Informasi
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Laporan rutin
bulanan dan surveilans terpadu laboratorium
Meningkatkan rutinitas, ketepatan dan kelengkapan laporan sesuai standar dan melaporkan ditemukannya hasil
pemeriksaan yang potensial menimbulkan KLB/wabah, baik secara regional Jawa Timur maupun nasional
Sebagai
laboratorium yang mampu dan mempunyai ketepatan dan kelengkapan laporan, baik laporan rutin pelayanan,
keuangan dan hasil pemeiksaan yang potensial
menimbulkan wabah secara regional maupun nasional
- Data dan informasi yang disajikan dapat membantu para pengambil keputusan/kebijak an dalam
penentuan status kesehatan masyarakat di wilayah kerja.
- Perencanaan program kegiatan dan anggaran, baik di BBLK Surabaya maupun wilayah kerja (Dinkes di Provinsi Jawa Timur
maupun luar Jawa Timur
Status kesehatan masyarakat dapat segera ditindaklanjuti karena masalah dapat segera diidentifikasi dan
diselesaikan.
Tabel 5.3 Instalasi Penerimaan, Pengambilan Sampel dan Penyerahan Hasil
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Pelatihan
operasional alat Audiometri
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM mengenai operasional alat Audiometri
Mampu
mengoperasionalkan dan melakukan perawatan alat dengan baik dan benar
Dapat melayani permintaan pelayanan Medical Check Up
Meningkatkan kepuasan pelanggan Medical Check Up melalui pemeriksaan satu atap 2 Penambahan
alat baru berupa USG, Audiometri
Menambah jenis pelayanan baru di BBLK
Surabaya
Memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk pemeriksaan USG dan Audiometri
Meningkatkan pendapatan BLU BBLK Surabaya
Meningkatkan kepuasan customer terhadap pelayanan BBLK Surabaya
Tabel 5.4 Instalasi Patologi (Kimia Klinik)
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Training
Urinalyzer UF500i
Hasil
pemeriksaan sedimen urine secara automatik
Skrining sedimen urine lebih cepat
Customer mendapat hasil
pemeriksaan sedimen urine lebih cepat
Diagnosis dan
penanganan penyakit / masalah kesehatan lebih cepat
2 Sistem online baru “Sysmex”
Hasil
pemeriksaan secara automatik
Hasil lebih cepat dan mengurangi human error
Customer mendapat hasil lebih cepat
Diagnosis dan
penanganan penyakit / masalah kesehatan lebih cepat
Tabel 5.5 Instalasi Patologi ( Hematologi )
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Sistem online
baru “Sysmex”
Pemeriksaan Blood Counting dan Reticulocyte Counting secara automatik
Hasil lebih cepat dan mengurangi human error
Customer mendapat hasil Blood Count dan Reticulocyte Count lebih cepat
Diagnosis dan penanganan penyakit / masalah kesehatan lebih cepat
Tabel 5.6 Instalasi Mikrobiologi
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Pemeriksaan
kultur Difteri
Terlaksananya pemeriksaan kultur Difteri sampai dengan penentuan varian dan toxigenitas
Dapat menerima rujukan
pemeriksaan kultur Difteri sampai dengan penentuan varian dan
toxigenitas dari dalam dan luar Provinsi
Dapat mendeteksi kasus KLB Difteri sampai dengan penentuan varian dan toxigenitas
Membantu dalam penentuan kebijakan untuk KLB Difteri
Tabel 5.7 Instalasi Bakteriologi Sanitasi
No Masukan
(Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Pelatihan “Estimasi
Ketidakpastian Pengukuran untuk Uji Mikrobiologi”
Pengenalan dan pemahaman tentang perlunya penghitungan estimasi ketidakpastian pengukuran untuk
mikrobiologi
Mampu melakukan penghitungan estimasi ketidakpastian pengukuran
Meningkatkan kualitas hasil pengujian
Menambah tingkat kepercayaan terhadap hasil pengujian
Tabel 5.8 Instalasi Imunologi
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Program
rujukan laboratorium (HIV, Campak)
Peningkatan koordinasi dengan stakeholder
Adanya jejaring laboratorium yang baik
Kerjasama dengan
stakeholder yang berkelanjutan
Adanya
pengembangan program
2 Program
pengembangan SDM (pelatihan / seminar / simposium)
Mutu SDM meningkat Pengetahuan dan ketrampilan SDM meningkat
Peningkatan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium
Peningkatan kualitas BBLK Surabaya
3 Program
pengembangan layanan rutin
Peningkatan jenis parameter
pemeriksaan
Peningkatan jumlah pemeriksaan
Peningkatan jumlah
pemeriksaan di BBLK Surabaya
Peningkatan pendapatan BLU BBLK Surabaya 4 Program ISO
15189
Layanan
pemeriksaan yang terstandarisasi
Peningkatan kualitas hasil pemeriksaan
Peningkatan kepercayaan masyarakat
Peningkatan daya saing BBLK Surabaya dengan
laboratorium lain
5 Program PME (peserta dan penyelenggara)
- Sebagai peserta : mendapatkan hasil baik
- Sebagai
penyelenggara : mampu
menyelenggarakan PME dengan baik
- Peningkatan rasa percaya diri petugas
laboratorium - Peserta program
merasa terbantu dengan program ini
- Peningkatan kemampuan petugas laboratorium - Peningkatan
kapasitas sebagai
penyelenggara PME
- Peningkatan kualitas BBLK Surabaya - Jumlah
peserta PME meningkat
Tabel 5.9 Instalasi Virologi
No Masukan
(Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Pelatihan SDM untuk
genotyping virus Campak dan Rubella
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM dalam melakukan Genotyping virus Campak dan Rubella
Mampu melakukan Genotyping virus Campak dan Rubella
Peningkatan kemampuan BBLK Surabaya dalam pemeriksaan Campak dan Rubella
Pengembangan jenis layanan BBLK Surabaya
2 Pelatihan supervisor dan teknisi laboratorium PCR
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan pemeriksaan PCR untuk virus Campak dan Rubella
Mampu
melaksanakan pemeriksaan PCR untuk virus Campak dan Rubella
Peningkatan kemampuan BBLK Surabaya dalam pemeriksaan Campak dan Rubella
Pengembangan jenis layanan BBLK Surabaya
3 Pelatihan SDM untuk Ribotyping Difteri
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM dalam melakukan Ribotyping Difteri
Mampu melakukan Ribotyping Difteri
Peningkatan kemampuan BBLK Surabaya dalam pemeriksaan Difteri
Pengembangan jenis layanan BBLK Surabaya
Tabel 5.10 Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
No Masukan
(Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Program kalibrasi alat
laboratorium dan penunjang laboratorium
Alat laboratorium dapat dimonitor kondisinya
Kondisi alat dapat terdeteksi sejak dini
Akurasi hasil dapat
dipertanggung- jawabkan
- Umur pakai alat dapat dideteksi - Meningkatkan
kepercayaan customer terhadap hasil pemeriksaan laboratorium 2 Program validasi :
- Mikropipet - Volumetrik - Labu ukur
- Alat terawat dengan baik - Volume tidak
berubah
Menunjang ketepatan ukuran dalam pemeriksaan
Hasil
pemeriksaan akurat
Meningkatkan kepercayaan customer terhadap hasil pemeriksaan laboratorium
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 3 Maintenance alat
laboratorium
Alat laboratorium dan penunjang laboratorium terawat dengan baik.
Bila ada trouble alat, dapat segera diperbaiki
Kegiatan pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar
Hasil
pemeriksaan bisa
dikeluarkan tepat waktu
Tabel 5.11 Instalasi Pendidikan dan Pelatihan
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 1 Bimbingan
Teknis terhadap tenaga laboratorium di Provinsi Jawa Timur dan 6 BLK binaan di 6 Provinsi Luar Jawa Timur
Terlaksananya bimbingan teknik
- SDM mampu melaksanakan tugas sesuai
dengan kompetensi - Identifikasi
permasalahan yang dihadapi
laboratorium binaan
- Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium binaan - Menemukan
solusi
permasalahan teknis dan non teknis yang dihadapi laboratorium binaan
- Bagi laboratorium binaan mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat - Meningkatkan
kualitas laboratorium binaan baik aspek teknis dan non teknis
2 Diklat
Internal (PKL dan Magang)
- Intern : Menambah pendapatan BLU dan promosi BBLK Surabaya
- Ekstern : Meningkatk an
ketrampilan SDM peserta
- Intern :
Pendapatan BLU bertambah serta mempromosikan BBLK Surabaya pada instansi lain
- Ekstern : SDM mampu
melaksanakan tugas sesuai
dengan kompetensi
- Intern : Membantu pencapaian target pendapatan BLU serta BBLK Surabaya lebih dikenal masyarakat luas
- Ekstern : SDM mampu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
- Intern :
Meningkatnya kesejahteraan pegawai karena penambahan pendapatan BLU serta meningkatnya wawasan
masyarakat tentang peran dan
kemampuan BBLK Surabaya
- Ekstern :
Mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat (untuk peserta magang) dan menambah wawasan untuk persiapan memasuki dunia kerja (untuk peserta PKL)
No Masukan (Input)
Keluaran (Output)
Hasil (Outcome)
Manfaat (Benefit)
Dampak (Impact) 3 Diklat
Terpadu Lintas Program
Pelatihan peningkatan SDM :
- PCR
SDM bisa melaksanakan pemeriksaan :
- PCR untuk Difteri, Campak & Rubella
- Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan Difteri, Campak &
Rubella
Mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat untuk Difteri, Campak & Rubella
4 Uji
kompetensi tenaga analis kesehatan
Mengikuti uji kompetensi tenaga analis kesehatan
Diupayakan seluruh SDM analis
kesehatan sudah mengikuti uji kompetensi
Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan laboratorium
Mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan R.I. yang berada di Jawa Timur, memberikan pelayanan untuk pemeriksaan sampel klinik maupun sampel non klinik.
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan adalah melalui kegiatan sebagai berikut :
1) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat, Perorangan dan Lingkungan Kegiatan dalam pelayanan ini antara lain :
Pelayanan Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat dilaksanakan untuk melayani permintaan dari :
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
Dokter praktek swasta
Puskesmas
Perorangan/Lain-lain
Rujukan wilayah
Industri
Instansi Pemerintah lain
Lain-lain
Kegiatan pelayanan laboratorium pada Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya dapat digolongkan menjadi :
1) Instalasi Patologi
a. Laboratorium Kimia Klinik b. Laboratorium Hematologi 2) Instalasi Mikrobiologi
3) Instalasi Bakteriologi Sanitasi 4) Instalasi Virologi
5) Instalasi Imunologi
6) Instalasi Kimia Kesehatan 7) Instalasi Penunjang Medik
a. Radiologi Diagnostik
b. Electrocardiography (ECG) c. Patologi Anatomi
d. Audiometri
e. Treadmill
f. USG
8) Instalasi Media Reagensia dan Hewan Percobaan a. Laboratorium Media Reagensia
Laboratorium Media dan Reagensia membuat bermacam-macam media siap pakai untuk memenuhi kebutuhan di lingkungan Instalasi Mikrobiologi.
Berdasarkan fungsi Media dan Reagensia, macam-macam media serta jumlah pembuatan media tahun 2012 sebagai berikut :
Tabel 5.12 Rekapitulasi Pembuatan Media dan Reagensia di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2012
No Jenis Media & Reagensia Jumlah No. Jenis Media & Reagensia Jumlah
1 Media Transport 5 Media Differential
Amies/Cary & Blair btl. 5.950 ml. CLED/Brolacin 21.600 ml.
E M B Agar Plate 44.400 ml.
2 Media Pertumbuhan/ KIA (Kligger Iron Agar) 10.650 ml.
Media Enriched
Lactose Broth I 59.300 ml.
Bouillon/Nutrient Broth ml 112.150 ml. Lactose Broth III 53.850 ml.
Blood agar ml 65.600 ml.
Trypticase Soy Broth/TSB ml 2.530 ml. 6 Media Penyimpan Bakteri
Trypticase Soy Agar/TSA ml 130 ml. Stock culture ml. 500 ml.
Letheen 5.150 ml BHIB / HIB ml. 16.860 ml.
BHI/TSB glyserol 1.800 ml.
3 Media Selektif 7 Media dan Reagensia
BGLB 57.800 ml. Uji Biokimia
Livental agar tabung 3.720 ml. Air pepton 6.600 ml.
T C B S agar 7.250 ml. Arginin 125 ml.
Thayer martin agar 5.500 ml. Simon citrat agar 3.000 ml.
Manitol Salt agar 1.790 ml. Gula-gula biasa 17.750 ml.
Loffler serum 400 ml. Lysine 1.750 ml.
SS agar 2.500 ml. M I U 4.700 ml.
XLD agar 650 ml. Malonat 420 ml.
Brucella agar + Kanamycin 100 ml. Ornithine 125 ml.
E. coli broth I 31.000 ml. Urea agar 4.800 ml.
Soda agar 4.610 ml. VP / MR 3.750 ml.
Hoyle Medium 106.200 ml. D Nase agar 300 ml.
Crom Agar 580 ml Bile esculin 600 ml.
No Jenis Media & Reagensia Jumlah No. Jenis Media & Reagensia Jumlah 4 Media Enrichment/Pemupuk 8 Reagensia Pengenceran
Gall medium btl. 2.100 ml. Phosphat buffer aq. 123.100 ml.
Pepton alkali 1 % 4.800 ml. Phosphat buffer saline phenol 10.000 ml.
Pepton alkali 10 % 300 ml. PZ / NaCl 0,9 % 20.300 ml.
Selenite broth 6.300 ml.
Fluid thioglyc. medium 7.800 ml. 9 Media untuk Screening tes
NaCl broth 10.300 ml. Nitrat reagent 400 ml.
Columbia Medium 23.400 ml. Tiensdal Medium 2.800 ml.
10 Media khusus utk mengetahui MRSA 16 Reagen Indikator Media MRSA (Metisilin Resisten
Staphylococcus Aureus) 200 ml.
Methyl red 900 ml.
11 Media Test Kepekaan untuk TB 17 Media untuk Toxigenik kuman Difteri
Ogawa medium/LJ bt. 89.350 ml. ELEK 486 ml
Ogawa medium/LJ Sens 84.500 ml.
18 Gula2 untuk mengetahui
12 Media Biakan Dasar Varian Difteri
Bouillon/Nutrient Agar ml 81.200 ml. Gula - gula diphtheriae 1.810 ml
13 Media Test Kepekaan
M H agar 59.200 ml. 19 Reagensia Pengecatan Kuman
Mac Conkey 97.920 ml. Neisser A 500 ml.
Neisser B 600 ml.
14 Media Biakan Jamur Air fuchsin 5.800 ml.
Saboroud agar plate/PDA 17.600 ml. Lugol 8.800 ml.
Corn Meal Agar 500 ml HCl alkohol 3% 66.600 ml.
Cristal Violet 8.000 ml
15 Reagensia lainnya
Skim Milk 450 ml Jumlah 1.402.506 ml.
Sumber : Instalasi Media Reagensia dan Hewan Percobaan BBLK Surabaya, 2012
b. Laboratorium Hewan Percobaan
Laboratorium Hewan Percobaan bertujuan memelihara dan menyiapkan hewan yang diperlukan untuk menunjang pemeriksaan laboratorium.
Instalasi yang membutuhkan hewan percobaan antara lain : - Media Reagensia
- Mikrobiologi
- Imunologi
Hewan-hewan yang dipelihara dan diperlukan untuk menunjang pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
1. Domba
Pengambilan darah domba setiap kali pengambilan + 300 – 400 ml.
Darah tersebut diperlukan untuk :
- Membuat media di Instalasi Media Reagensia - Pemeriksaan laboratorium di Instalasi Imunologi 2. Kelinci
Pengambilan darah kelinci setiap kali pengambilan + 20 ml.
Darah, serum, plasma kelinci diperlukan untuk : - Membuat media di Instalasi Media Reagensia
- Pemeriksaan laboratorium di Instalasi Imunologi dan Mikrobiologi 3. Angsa
Pengambilan darah angsa setiap kali pengambilan ± 20 ml.
Darah angsa hanya diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium di Instalasi Imunologi.
Sebagai upaya penyiapan hewan-hewan yang sehat, dilakukan pemantauan dengan cara sebagai berikut :
1. Mengatur pola/menu makan masing-masing hewan 2. Menjaga kebersihan kandang-kandang hewan 3. Melakukan peremajaan hewan-hewan yang ada
4. Memberi pengobatan untuk hewan-hewan yang tidak sehat, antara lain
dengan pemberian vitamin untuk domba
9) Instalasi Sterilisasi
Instalasi Sterilisasi menerima limbah sisa sampel media maupun alat-alat gelas yang telah digunakan untuk pemeriksaan dari semua Instalasi. Instalasi Sterilisasi bertanggung jawab terhadap kebersihan dan sterilitas jas laboratorium dan alat-alat gelas yang telah dipakai di laboratorium serta penanganan/pengolahan limbah dari Instalasi, baik melalui sterilisasi basah maupun kering.
Untuk kegiatan di Instalasi Sterilisasi, baik penerimaan limbah sisa sampel, pencucian dan sterilisasi alat gelas, jas laboratorium, hingga distribusi ke Instalasi pengguna dicatat dalam dilaporkan tiap bulan.
Berikut rincian kegiatan pencucian dan sterilisasi tahun 2012 :
Tabel 5.13 Kegiatan Pencucian dan Sterilisasi Peralatan Laboratorium Tahun 2012
No. Jenis Peralatan Laboratorium Jumlah
1. Jas Laboratorium 1.659 buah
2. Botol LJ (Mc Cardney) 105.675 buah
3. Plate 17.070 buah
4. Tabung 25.820 buah
5. Botol 3.145 buah
6. Pipet 4.233 buah
7. Kolf 2.050 buah
Sumber : Instalasi Sterilisasi BBLK Surabaya, 2012
Secara keseluruhan, jumlah pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,92% dibanding tahun 2011 (271.272 pemeriksaan tahun 2011 menjadi 260.636 pemeriksaan tahun 2012).
Berikut ini rincian jumlah pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik tahun 2011 dan 2012 :
Tabel 5.14 Rekapitulasi Jumlah Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Medik Tahun 2011 dan 2012
No. Pemeriksaan Jumlah
2011 % 2012 %
A. Laboratorium
1. Hematologi 28.226 10,41% 26.107 10,02%
2. Kimia Klinik 73.998 27,28% 66.312 25,44%
3. Mikrobiologi 85.166 31,40% 93.346 35,81%
4. Virologi 1.421 0,52% 1.501 0,28%
5. Bakteriologi Sanitasi 19.643 7,24% 13.708 5,26%
6. Imunologi 15.319 5,65% 17.776 6,82%
7. Kimia Kesehatan 45.596 16,81% 40.113 15,39%
8. Patologi Anatomi 82 0,03% 98 0,04%
Jumlah Pemeriks. Lab. 269.451 99,33% 258.947 99,36%
B. Penunjang Medik
1. Radiologi Diagnostik 1.157 0,43% 1.029 0,39%
2. ECG 664 0,24% 594 0,23%
3. USG - - 31 0,01%
4. Treadmill - - 3 0,00%
5. Audiometri - - 18 0,01%
Jumlah Pemeriks. Penunj.
Medik 1.821 0,67% 1.675 0,64%
TOTAL 271.272 100,00% 260.636 100,00%
Dari tabel di atas dapat dilihat Instalasi yang mengalami peningkatan jumlah pemeriksaan yaitu Instalasi Mikrobiologi, Virologi dan Imunologi.
Sumber : Data Jumlah Pemeriksaan Pelayanan dan Penunjang Program BBLK Surabaya, 2011-2012
Tabel berikut menunjukkan capaian kinerja pelayanan pada masing-masing Instalasi dalam pendapatan Badan Layanan Umum tahun 2012 :
Tabel 5.15 Pendapatan Badan Layanan Umum Tahun 2011 dan 2012 per-Instalasi
No Uraian Pencapaian Tahun
2011 (dalam rupiah)
Pencapaian Tahun 2012 (dalam rupiah)
% Kenaikan / Penurunan 1 Patologi Klinik :
a. Hematologi 148.706.000 153.899.000 3,49%
b. Kimia Klinik 913.030.420 1.035.996.000 13,47%
2 Mikrobiologi 696.497.000 914.475.000 31,30%
3 Imunologi 611.392.500 684.058.600 11,89%
4 Kimia Kesehatan 906.839.987 1.209.003.100 33,32%
5 Sanitasi 970.941.950 735.311.500 -24,27%
6 Patologi Anatomi
( Pap Smear ) 6.470.000 3.240.000 -49,92%
7 Penunjang Medik
( Radiologi + ECG ) 92.542.000 102.355.000 10,60%
8 Audiometri - 4.140.000
9 Treadmill - 1.140.000
10 USG - 9.975.000
11 Media 77.512.500 91.912.258 18,58%
12 Cek Fisik 1.870.000 -
13 Vaksin 9.200.000 -
14 Diklat 187.942.000 496.489.000 164,17%
15 Sarana/Sewa Ruang 15.975.000 4.500.000 -71,83%
16 Limbah 138.333.500 140.001.600 1,21%
17 Legalisir 235.000 -
18 Lain-Lain 735.000 -
19 Pendapatan jasa
lembaga keuangan 55.813.382
Total Pendapatan BLU 4.778.222.857 5.642.309.440 18,08%
Dari tabel di atas dapat dilihat Instalasi yang mengalami peningkatan Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) yaitu : Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi, Imunologi, Kimia Kesehatan, Penunjang Medik, Media dan Diklat.
Bila dibandingkan dengan target dalam Rencana Strategis, realisasi pelayanan pemeriksaan laboratorium dan pendapatan BLU Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun 2010-2012 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan BBLK Surabaya, 2011-2012
Realisasi kegiatan pelayanan laboratorium dan penunjang medik tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 5.1 Persentase Realisasi Kegiatan Pelayanan Laboratorium dan Penunjang Medik Menurut Parameter Tahun 2012
Berdasarkan grafik di atas, persentase terbesar realisasi pemeriksaan laboratorium dan penunjang medik tahun 2012 adalah pemeriksaan Mikrobiologi (35,81%) dan Kimia Klinik (25,44%).
Sumber : Data Jumlah Pemeriksaan Pelayanan dan Penunjang Program BBLK Surabaya, 2012
Sedangkan realisasi pendapatan BLU per-Instalasi dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 5.2 Persentase Realisasi Pendapatan BLU Per-Instalasi Tahun 2012
Berdasarkan grafik di atas, persentase terbesar realisasi pendapatan BLU tahun 2012 diperoleh Instalasi Kimia Kesehatan (21,43%) dan Patologi
(21,09%).
Pada tahun 2012, kunjungan pelanggan/pasien laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat terbanyak berasal dari Perorangan/Lain- Lain.
Sedangkan berdasarkan kelompok umur, terbanyak pada kelompok umur 20-44 tahun.
Berikut grafik kunjungan pelanggan/pasien laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat berdasarkan asal instansi dan kelompok umur tahun 2012 :
Sumber : Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan BBLK Surabaya, 2012
Gambar 5.3 Kunjungan Pasien Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Asal Instansi Tahun 2012
Gambar 5.4 Kunjungan Pasien Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012
Sumber : Instalasi Penerimaan, Pengamb. Sampel & Peny. Hasil BBLK Surabaya, 2012
Sumber : Instalasi Penerimaan, Pengamb. Sampel & Peny. Hasil BBLK Surabaya, 2012
2) Pelayanan Rujukan Laboratorium dan Pencegahan - Pemberantasan Penyakit Kegiatan ini meliputi pelayanan laboratorium rujukan, surveilans dan Kejadian Luar Biasa (KLB), yang terdiri dari pelayanan pemeriksaan sebagai berikut :
a. Instalasi Mikrobiologi
1. Pemeriksaan Tuberkulosis ( TBC )
Tabel 5.18 Pemeriksaan TB dan Hasil Positif TB Menurut Asal Spesimen (Mikroskopis s/d Desember 2012, Positif kultur s/d September 2012)
No Instansi Jumlah
Spesimen
Pewarnaan
Ziehl Nelsen Jumlah Pemerik saan Kultur *)
Kultur Positif
**)
Kepekaan
Positif Negatif
Lini 1 Lini 2 Jml
Pem
Pos Jml Pem
Pos
1 RS. Dr. Soetomo 1531 515 1016 1429 409 412 201 157 71
2 Puskesmas 348 248 100 290 134 137 103 0 0
3 RS Kab./Kota 92 43 49 51 19 50 17 0 0
4 RS Syaiful Anwar 669 252 417 669 165 243 116 36 18
5 RSUD Sanglah 0 0 0 223 163 160 115 2 0
6 BP4/RS Paru 38 25 13 37 15 36 12 0 0
7 RS Paru Surabaya 4 2 2 0 0 0 0 0 0
8 RSAL 34 7 27 21 9 20 10 0 0
9 BLK Semarang 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 BBKPM Surakarta 2 0 2 4 2 4 2 0 0
11 BBLK Surabaya 20 2 18 6 1 4 1 0 0
12 RS. Swasta 144 32 112 110 28 100 25 0 0
13 Lain-2/APS 403 112 291 92 31 88 22 0 0
14 Lab. Swasta 323 82 241 284 83 150 71 0 0
15 Litbang Jakarta 834 39 795 417 0 0 0 0 0
16 UGM Yogyakarta 0 0 0 20 0 20 0 0 0
17 BLK Lampung 0 0 0 1 1 1 1 0 0
18 BLK Sulteng 0 0 0 0 0 2 2 0 0
19 BLK Banjarmasin 0 0 0 10 8 12 10 12 10
20 BLK Palu 0 0 0 1 1 1 1 0 0
21 BPPK Manado 0 0 0 15 12 12 10 0 0
22 BBLK Makassar 0 0 0 6 6 3 3 0 0
23 BLK Pekan Baru 1 0 1 1 0 1 0 0 0
24 RSUD Merauke 1 1 0 4 0 4 0 3 0
25 RSUD Sulteng 0 0 0 1 0 1 0 0 0
JUMLAH : 4444 1360 3084 3692 1087 1461 722 210 99
Cross Check ***) 2940 1811 1129 1159 Belum
ada hasil
Keterangan : *) Jumlah pemeriksaan kultur s.d Desember 2012 = 3.692, s.d September 2012 = 2.419 **) Jumlah kultur positif s.d September 2012 = 1.087
***) Jumlah yang telah diperiksa s.d Desember 2012 = 2.940 slide, belum ada hasil = 1.159 Sumber : Laboratorium TBC BBLK Surabaya, 2012
Tabel 5.19 Hasil pemeriksaan Tes Kepekaan terhadap Obat Anti Tuberkulosis Lini I (Januari – September 2012) dengan sampel PMDT
No Instansi
Resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis Lini I
SENS I
MO T T
Am Ofl Ka n
SENS S I R E IR IR II
E RI S
ES IR I E I
S EI S
RE R S
RE S
ES
1 RS Dr. Soetomo 1 1 6 6
2 RS. Kab. 1 1 3 1 8 3
3 BBLK 1
4 Puskesmas
5 RSAL 1 1 1 4 3
6 BLK Palu 1
7 BP4 5 3 4
8 RS Sanglah 1 4 1 3 2 2 27 4
9 BLK Palu 1
10 BLK Lampung 1
11 BLK Banjarmasin 1 1 1 4 1 2 2 1 7
12 BLK Makassar 1 1 1
13 BPKPM Surakarta 1 1
14 BPK Manado 3 2 1 4
15 Lab Swasta 2 2 3 1 7 7 2 5 1 1 37
16 RS Swasta 1 2 1 1 2 1 17
17 Lain-Lain 1 3 2 2 1 13
Jumlah 5 15 6 2 23 20 7 16 1 2 1 2 0 0 0 124 17 0 2 1 7
PMDT
1 RS Dr. Soetomo 1 5 4 26 25 3 29 1 1 1 1 1 49 15 10 61
2 RS. Syaiful Anwar 2 7 7 1 6 8 1 9 1 3 1 57 23 1 17
3 RSUP Sanglah 1 1 3 2 1 25
Jumlah 4 12 12 1 35 35 4 38 2 5 2 1 1 0 0 131 38 0 10 1 78
SENTINEL
1 RS Dr. Soetomo 1 1 1 22 1
2 Puskesmas 8 2 1 3 1 3 1 84
3 RSUP Sanglah 2 1 36
Jumlah 3 9 2 0 1 3 0 0 2 3 1 0 1 0 0 142 1 0 0 0 0
Jumlah seluruhnya 829
Keterangan :
S : Streptomycin I : INH
R : Rifampycin E : Ethambutol
MOTT : Mycobacterium Other Than Tuberculosis Sumber : Laboratorium TBC BBLK Surabaya, 2012
Berdasarkan tabel hasil tersebut didapatkan sebagai berikut :
Multi Drug Resistance (MDR) = (182/829) X 100% = 21,95%
Sensitif terhadap OAT = (482/829) X 100% = 58,14%
MOTT = (56/829) X 100% = 6,76%
Keterangan : MDR = Resisten terhadap Obat Anti Tuberculosis INH dan Rifampycin
Pemeriksaan Tes Kepekaan terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) sejumlah 829 sampel, 21,95% Multi Drug Resistance (MDR) terutama resisten terhadap
obat Izoniazid dan Rifampycin atau Izoniazid dan Rifampycin dengan obat TB lainnya yang termasuk dalam MDR pada tabel di atas (SIRE, SIR, IRE, IR).
Hasil pemeriksaan yang MDR didapatkan dari :
- Dr. Soetomo = 84 - BLK Lampung = 1 - BP4 Surabaya = 8 - BLK Banjarmasin = 5
- RS Swasta = 6 - BPPK Manado = 6
- RS Kab. = 5 - RSUD Sanglah = 31
- Lain-lain = 3 - RSAL Surabaya = 2 - Lab. Swasta = 21 - Puskesmas = 4 - BLK Makassar = 1
MOTT adalah Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis, ditemukan 56 sampel dalam bulan Januari s.d. September 2012.
Tabel 5.20 Hasil Pemeriksaan Tes Kepekaan Obat Anti Tuberkulosis Lini II (Januari – September 2012)
No Instansi
Resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis
Lini II Sensitif
terhadap Lini II Ami Ofl Kan AO AK OK AOK
1 BLK Banjarmasin 0 2 1 7
2 RS Dr. Soetomo 0 10 0 61
3 RS. Syaiful Anwar 0 0 1 17
Jumlah 0 12 2 0 0 0 0 85
Jumlah Seluruhnya 85
Keterangan :
Ami : Amikacin Ofl : Ofloxacin Kan : Kanamicin
Sumber : Laboratorium TBC BBLK Surabaya, 2012
Pemeriksaan terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) Lini kedua (Second Line) dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya mulai Januari s.d. September 2012, terdiri dari Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin, pasien PMDT dari RSU Dr. Soetomo dan pasien PMDT RS Syaiful Anwar.
Pasien yang resisten terhadap Ofloxacin sejumlah 12 pasien, resisten Kanamicin sejumlah 2 pasien dan sensitif terhadap Lini II sejumlah 85 pasien.
Pada tahun 2012 telah dilaksanakan pemeriksaan TBC yang spesimennya berasal dari berbagai instansi dengan rincian sebagai berikut :
Pemeriksaan mikroskopis dengan teknik Pewarnaan Ziehl Neelsen
Dari 4.444 spesimen yang diterima untuk pemeriksaan BTA, 1.360 spesimen (30,60%) dinyatakan sebagai BTA positif.
Pemeriksaan kultur TBC
Dari 3.692 spesimen yang diterima s.d Desember 2012, 1.087 spesimen (29,44%) dari 2.419 spesimen dinyatakan sebagai kultur TBC positif (hasil pembacaan s.d September 2012), sedangkan 1.273 spesimen masih dalam proses pembacaan hasil.
Permintaan pemeriksaan untuk Tes Kepekaan sejumlah 648 spesimen.
Sedangkan yang diperiksa s.d September 2012 sejumlah 255 spesimen berdasarkan pertumbuhan kultur dan kiriman isolat dari instansi laboratorium di luar Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.
Pemeriksaan Tes Kepekaan umumnya digunakan untuk memantau resistensi obat pada penderita yang sudah diberikan terapi.
Untuk semua teknik pemeriksaan di atas, jumlah spesimen terbanyak berasal dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Selain itu di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya telah melaksanakan kegiatan Cross Check BTA yang berasal dari 10 RSU/RSUD dan 5 BP4/RS Paru.
Dari 2.940 slide BTA yang telah dibaca, hasil positif = 1.811 slide (61,60%).
Sedangkan slide yang belum dibaca sebanyak 1.159. Dan masih ada beberapa
tempat yang belum mengirim cross check, sehingga jumlah slide kemungkinan
masih bisa bertambah (data per 31 Desember 2012).
2. Pemeriksaan Difteri
Sebagai salah satu laboratorium pemeriksa Difteri di Indonesia Sejak tahun 1976, Maka mulai tahun 2011 Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya sudah mempunyai kemampuan pemeriksaan difteri sesuai manual WHO yaitu mulai kultur kuman, penentuan varian & toxigenicity. Hal ini dapat dilakukan karena Pada bulan Juli 2011, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya mendapat pelatihan pemeriksaan Difteri dari WHO Collaborating Center for Diphteriae, Health Protection Agency, United Kingdom bekerja sama dengan WHO South East Asia Regional Office, New Delhi, India. Pelatihan tersebut juga diikuti oleh peserta dari BBLK Makassar, BBLK Jakarta, Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin, BLK Samarinda dan Badan Litbangkes Jakarta. Sejak Juli 2011 setelah pelatihan tersebut, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya melakukan pemeriksaan isolasi, identifikasi dan toksigenitas sesuai standar WHO Manual for The Laboratory Diagnosis of Diphteriae.
Pada bulan Oktober 2012 WHO Collaborating Center for Diphteriae, Health Protection Agency, United Kingdom bekerja sama dengan WHO South East Asia Regional Office, New Delhi, India kembali memberikan pelatihan mengenai Clinical, Epidemiological and Microbiological Characterisation of Diphtheriae and Related Infections in Indonesia &
Corynebacterium Diphtheriae Ribotyping. Pelatihan Tenaga tehnis ini diikuti oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, BBLK Makassar, BBLK Jakarta, Badan Litbangkes Jakarta, & pelatihan Clinical & Epidemiology diikuti oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Badan Litbangkes, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dirjen BUK (Directorat BPPM & SK), Dirjen P2PL (Subdit Surveilans & Respon KLB), BBTKL Surabaya, Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya/UNAIR.
Dari Hasil dari pelatihan tersebut diharapkan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya mampu melakukan Pemeriksaan lebih lanjut (epidemiologi molekuler) untuk menentukan karakteristik dari masing masing varian diphtheria di Indonesia sehingga dapat dipakai dalam mengambil kebijakan untuk penanggulangan KLB difteri lebih lanjut.
Kendala yang dihadapi oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya
dalam melaksanakan pemeriksaan molekuler epidemiologi adalah alat-alat
dan reagen yg belum tersedia secara lengkap sehingga diharapkan pada tahun
2013 bisa mendapatkan bantuan atau pengadaan dari DIPA Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Surabaya.
Karena kemampuan Balai Besar Laboratorium Kesehatan/Balai Laboratorium Kesehatan di Indonesia (selain Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya) dalam pemeriksaan Difteri belum semuanya sesuai standar WHO, maka selain melakukan pemeriksaan KLB Difteri dari Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2011-2012 Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya juga menerima spesimen dari luar Provinsi Jawa Timur yaitu Provinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Selatan dan Sulawesi Barat. Semua Provinsi tersebut diatas telah terkonfirmasi adanya C. diphteriae varian mitis toxigenic & C. diphteriae varian gravis toxigenic.
Diharapkan sebelum seluruh Balai Besar Laboratorium Kesehatan/Balai Laboratorium Kesehatan di Indonesia siap melakukan pemeriksaan Difteri sesuai standar WHO, maka Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya siap membantu Provinsi-Provinsi lain di luar Jawa Timur.
Dari 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, pemeriksaan kultur KLB Difteri tahun 2012 di BBLK Surabaya didapatkan total sebagai berikut :
1. Kasus yang diambil spesimen dan diperiksakan sebanyak 845 kasus
(143 dari RSU Dr. Soetomo), sebanyak 85 kasus (12 dari RSU Dr. Soetomo) positif C. diphtheriae atau 10,1% dari total kasus
diperiksa, sebanyak 81 kasus positif toxigenic (12 dari RSU Dr.
Soetomo) atau 95,3% dari total kasus diperiksa yang positif C. diphtheriae).
2. Kontak yang diambil spesimen dan diperiksakan sebanyak 7.884 kontak (112 dari RSU Dr. Soetomo), sebanyak 50 kontak (2 dari RSU Dr. Soetomo) positif C. diphtheriae atau 0,63% dari total kontak
diperiksa, sebanyak 33 kontak (2 dari RSU Dr. Soetomo) positif toxigenic atau 66% dari total kontak yang positif C. diphtheriae.
Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, hanya Kota Malang yang tidak mengirimkan spesimen kasus maupun kontak KLB Difteri ke BBLK Surabaya, selanjutnya dari 37 kabupaten/kota yang mengirimkan spesimen kasus dan kontak, yang masih kurang dalam mengirim spesimen kasus adalah Kab.
Malang (20 kasus dari 22 kasus / 90,9%), Kab. Jombang (10 kasus dari 22 kasus / 10,4%), Kab. Sidoarjo (8 kasus dari 23 kasus / 34,78%), Kab.
Jember (8 kasus dari 57 kasus / 14%), Kab. Pasuruan (5 kasus dari 24 kasus /
20,8%), Kab. Situbondo (6 kasus dari 115 kasus / 5,2%), dan Kab. Gresik
(4 kasus dari 23 kasus / 17%).
Berikut Laporan Pemeriksaan Spesimen Kasus Difteri Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Timur Tahun 2012 :
Tabel 5.21 Laporan Pemeriksaan
Spesimen Kasus Difteri
Balai Besar LaboratoriumKesehatan Surabaya Menurut Kabupaten / Kota
di Jawa Timur
Tahun 2012Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan
Kab. Gresik 0 28 28 0
Kab. Sidoarjo 0 28 28 0
Kab. Mojokerto 0 19 19 0
Kab. Jombang 1 87 88 MITIS=1 1
Kab. Bojonegoro 0 14 14 0
Kab. Tuban 2 6 8 MITIS=2 2
Kab. Lamongan 0 12 12 0
Kab. Madiun 1 2 3 MITIS=1 1
Kab. Ngawi 0 6 6 0
Kab. Magetan 0 6 6 0
Kab. Ponorogo 0 8 8 0
Kab. Pacitan 0 5 5 0
Kab. Kediri 0 9 9 0
Kab. Nganjuk 1 6 7 MITIS=1 1
Kab. Blitar 0 20 20 0
Kab. Tulungagung 0 20 20 0
Kab. Trenggalek 0 5 5 0
Kab. Malang 0 2 2 0
Kab. Pasuruan 0 19 19 0
Kab. Probolinggo 7 19 26 MITIS=7 7
Kab. Lumajang 1 16 17 MITIS=1 1
Kab. Bondowoso 7 11 18 MITIS=7 7
Kab. Situbondo 4 105 109 MITIS=4 4
Kab. Jember 4 45 49 MITIS=3 GRAVIS=1 3
Kab. Banyuwangi 2 21 23 MITIS=2 2
Kab. Pamekasan 2 3 5 MITIS=2 2
Kab. Sampang 11 25 36 MITIS=11 11
Kab. Sumenep 3 23 26 MITIS=3 3
Kab. Bangkalan 31 40 71 MITIS=29 GRAVIS=2 28
Kota Surabaya 5 79 84 MITIS=5 5
Kota Madiun 1 24 25 MITIS=1 1
Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan
Kota Probolinggo 1 8 9 MITIS=1 1
Kota Blitar 0 8 8 0
Kota Kediri 0 2 2 0
Kota Mojokerto 0 22 22 0
Kota Malang 0 0 0 0
Kota Pasuruan 1 2 3 MITIS=1 1
Kota Batu 0 5 5 0
TOTAL 85 760 845 81
Kabupaten/Kota terbanyak ditemukan kasus positif C. diphtheriae adalah
Kab. Bangkalan (31 kasus dari 71 kasus diperiksa / 43,7%), Kab. Sampang (11 kasus dari 36 kasus diperiksa / 30,6%), Kab. Probolinggo (7 kasus dari 26 kasus diperiksa / 26,9%), Kota Surabaya (5 kasus dari 84 kasus diperiksa /
6,0%), Kab. Jember (4 kasus dari 49 kasus diperiksa / 8,2%), dan Kab.
Situbondo (4 kasus dari 109 kasus diperiksa / 3,7%).
Dari kasus yang positif C. diphtheriae, sebanyak 7 kasus ditemukan dari swab hidung, 63 kasus ditemukan dari swab tenggorok, dan 15 kasus ditemukan dari kedua swab hidung dan tenggorok.
Pengiriman jumlah kasus diperiksa terbanyak adalah Kab. Situbondo (109 kasus), Kab. Jombang (88 kasus), Kota Surabaya (84 kasus), Kab.
Bangkalan (71 kasus), Kab. Jember (49 kasus), dan Kab. Sampang (36 kasus)
Berikut pemeriksaan spesimen kasus Difteri yang berasal dari Luar Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 :
Tabel 5.22 Laporan Pemeriksaan
Spesimen Kasus Difteri
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya yang Berasal dariLuar Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan
Prov. Sulsel 7 16 23 MITIS=6 GRAVIS=1 7
Prov. Kalsel 12 20 32 MITIS=12 12
Prov. Sulbar 2 0 2 MITIS=2 2
Prov. NAD 1 1 2 MITIS=1 1
TOTAL 22 37 59 22
Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012
Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012
Pemeriksaan spesimen kontak Difteri menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.23 Laporan Pemeriksaan
Spesimen Kontak Difteri
Balai Besar LaboratoriumKesehatan Surabaya Menurut Kabupaten / Kota
di Jawa Timur
Tahun 2012Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan
Kab. Gresik 0 365 365 0
Kab. Sidoarjo 0 150 150 0
Kab. Mojokerto 0 23 23 0
Kab. Jombang 1 1.033 1.034 BELFANTI=1 0
Kab. Bojonegoro 1 243 244 MITIS=1 1
Kab. Tuban 0 69 69 0
Kab. Lamongan 0 89 89 0
Kab. Madiun 2 14 16 MITIS=2 1
Kab. Ngawi 0 53 53 0
Kab. Magetan 0 11 11 0
Kab. Ponorogo 0 46 46 0
Kab. Pacitan 0 24 24 0
Kab. Kediri 1 105 106 BELFANTI=1 0
Kab. Nganjuk 0 32 32 0
Kab. Blitar 0 99 99 0
Kab. Tulungagung 0 281 281 0
Kab. Trenggalek 0 101 101 0
Kab. Malang 0 415 415 0
Kab. Pasuruan 1 141 142 MITIS=1 1
Kab. Probolinggo 9 192 201 MITIS=8 BELFANTI=1 8
Kab. Lumajang 0 82 82 0
Kab. Bondowoso 4 221 225 MITIS=3 BELFANTI=1 2 Kab. Situbondo 4 316 320 MITIS=3 BELFANTI=1 1 Kab. Jember 6 335 341 MITIS=5 BELFANTI=1 5
Kab. Banyuwangi 0 92 92 0
Kab. Pamekasan 1 74 75 MITIS=1 1
Kab. Sampang 4 355 359 MITIS=3 BELFANTI=1 3 Kab. Sumenep 4 271 275 MITIS=2 BELFANTI=2 1 Kab. Bangkalan 9 611 620 MITIS=8 BELFANTI=2 7 Kota Surabaya 3 1.257 1.260 MITIS=2 BELFANTI=1 2
Kota Madiun 0 212 212 0
Kota Probolinggo 0 103 103 0
Kota Blitar 0 73 73 0
Kota Kediri 0 36 36 0
Kota Mojokerto 0 202 202 0
Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan
Kota Malang 0 0 0 0
Kota Pasuruan 0 29 29 0
Kota Batu 0 79 79 0
Jumlah 50 7.834 7.884 33
Kabupaten/Kota terbanyak ditemukan kontak positif C. diphtheriae adalah Kab. Probolinggo (9 kontak dari 201 kontak / 4,5%), Kab. Bangkalan (9 kontak dari 620 kontak / 1,5%), Kab. Jember (6 kontak dari 339 kontak / 1,8%), Kab.
Sumenep (4 kontak dari 275 kontak / 1,5%), Kab. Sampang (4 kontak dari 359 kontak / 1,1%).
Dari kontak yang positif C. diphtheriae, sebanyak 40 kasus ditemukan dari swab hidung, 9 kasus ditemukan dari swab tenggorok, dan 1 kasus ditemukan dari kedua swab hidung dan tenggorok.
Pengiriman jumlah kontak terbanyak adalah Kota Surabaya (1.260 kontak),
Kab. Jombang (1.034 kontak), Kab. Bangkalan (620 kontak), Kab. Malang (415 kontak), dan Kab. Gresik (365 kontak).
Rasio pengiriman jumlah kontak dibandingkan jumlah epid terbanyak
adalah Kota Surabaya (25 kontak/epid; total kontak 1.193), Kab. Malang (19 kontak/epid; total kontak 415), Kab. Bojonegoro (19 kontak/epid; total
kontak 244), Kota Kediri (18 kontak/epid;total kontak 36), dan Kab. Gresik (16 kontak/epid; total kontak 360).
Pemeriksaan spesimen kontak Difteri yang Berasal dari Luar Provinsi Jawa Timur tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.24 Laporan Pemeriksaan
Spesimen Kontak Difteri
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya yang Berasal dariLuar Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012Kab/Kota Pos Neg Total Varian Toxigenic Keterangan
Prov. Sulsel 9 112 121 MITIS=6 GRAVIS=3 9
Prov. Kalsel 1 62 63 MITIS=1 1
Prov. Sulbar 0 4 4 0
Prov. NAD 1 71 72 MITIS=1 1
TOTAL 11 249 260 11
Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012 Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012
Dari semua kabupaten/kota yang ditemukan kultur C. diphtheriae positif, sebanyak 3 orang ditemukan varian gravis non-toxigenic tersebar di Kab.
Bangkalan dan Jember, sebanyak 13 orang ditemukan varian belfanti non- toxigenic tersebar di Kab. Bangkalan, Jember, Jombang, Kediri, Probolinggo, Sampang, Situbondo, Sumenep, dan Kota Surabaya, dan sisanya sebanyak 114 orang ditemukan varian mitis toxigenic dan 6 orang ditemukan varian mitis non-toxigenic.
Gambar 5.5 Mapping Area Difteri Patogenik di Jawa Timur Tahun 2012
Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012
Jumlah kasus Difteri positif paling banyak terdapat pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebesar 67%. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 5.6 Persentase Kasus Difteri Positif Menurut Kelompok Umur Tahun 2012
.
3. Pemeriksaan Malaria
Dari 9 sampel yang diperiksa, semuanya negatif.
4. Pemeriksaan Filariasis = 1 pemeriksaan, hasil : negatif
5. Pemeriksaan Diare
Dari 50 sampel Kejadian Luar Biasa (KLB) dari Dinas Kesehatan Kab./Kota ( 43 spesimen rectal swab dan 7 spesimen faeces) didapatkan hasil : 3 sampel positif Salmonella sp. dan 1 sampel positif Staphylococcs aureus.
Sumber : Instalasi Mikrobiologi BBLK Surabaya, 2012 15-24 th
17% 25-44 th
4%
0-4 th 5-14 th 12%
67%