• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati ( biodiesel). Indonesia adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati ( biodiesel). Indonesia adalah"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti – plasma).

Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha/th. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha/th dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha/th, sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO/ha/th dan 0,91 ton PKO/ha/th, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO/ha/th dan 0,57 ton PKO/ha/th (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2008).

(2)

Dalam kegiatan perkebunan yang dilakukan, biaya yang dikeluarkan perusahaan masih tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan biaya adalah memanfaatkan teknologi yang ada dengan menciptakan alat yang berguna dalam penyemprotan tanaman mature kelapa sawit yang bernama mikron herbi. Dengan menggunakan mikron herbi, penggunaan material dalam penyemprotan bisa ditekan dibandingkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Hal ini disebabkan karena mikron herbi memiliki volume semprot yang lebih kecil daripada knapsack sprayer sehingga biaya material bisa lebih rendah.

1.2. Rumusan Masalah

Bah Lias Estate merupakan salah satu perusahaaan yang menerapkan sistem manajemen mutu. Hal ini dibuktikan dengan adanya sertifikat ISO 14001 yang berhubungan dengan manajemen lingkungan dan sertifikat RSPO (Rountable suistanable palm oil). RSPO merupakan forum internasional yang mempertemukan para pemangku kepentingan industri sawit untuk menghasilkan kriteria produk minyak sawit yang berkelanjutan. Dengan adanya sertifikat tersebut, perusahaan terus berusaha untuk memperoleh minyak yang berkualitas agar penjualan dan keuntungan juga meningkat dengan biaya (cost) serendah-rendahnya.

(3)

Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah penggunaan material untuk penyemprotan tanaman mature kelapa sawit yang terlalu boros karena masih menggunakan knapsak sprayer. Pada kenyataannya, pengendalian gulma pada tanaman yang sudah menghasilkan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Pengendalian gulma akan jadi lebih mahal jika penggunaan tenaga kerja dan herbisida tidak diawasi. Untuk itu, perusahaan menciptakan alat yang dirakit sendiri dengan nama Mikron herbi. Mikron herbi merupakan alat semprot gendong yang memiliki arus listrik yang diperoleh dari baterai.

1.3. Tujuan dan kegunaan

Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan PKPM ini adalah :

a) Memperoleh keterampilan dalam teknik-teknik budidaya tanaman kelapa sawit.

b) Melatih mahasiswa agar terampil dalam mengaplikasikan ilmu dalam lingkungan masyarakat serta mengembangkan pengetahuan dan menyesuaikan antara teori dan praktek di lapangan.

c) Mengenali dan menganalisis strategi perusahaan.

d) Mencoba memberikan langkah-langkah manajemen yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah yang terdapat dalam budidaya tanaman kelapa sawit.

(4)

Laporan ini diharapkan berguna bagi mahasiswa, perusahaan maupun politeknik pertanian. Kegunaan lain dari laporan ini adalah :

1. Untuk Mahasiswa

a) Melatih mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan manajemen yang telah diperoleh selama perkuliahan dan menyesuaikan sesuai dengan perkembangan di lapangan.

b) Merupakan tahap awal dalam memperoleh pengalaman bekerja

c) Melatih kemampuan berpikir mahasiswa dalam memberikan ide-ide baru bagi perusahaan.

d) Melatih jiwa sosial dalam bermasyarakat. 2. Untuk Perusahaan

a) Memberikan alternatif pemecahan masalah bagi Bah Lias Estate

b) Terjalinnya kerja sama (interaksi) yang saling menguntungkan antara pihak universitas dengan perusahaan.

3. Untuk Politeknik Pertanian

a) Menjalin hubungan yang baik antara pihak universitas dengan perusahaan. b) Merupakan salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum, konsep, dan

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), taksonomi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah :

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Palmales Family : Palmae Subfamily : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Pengelompokkan kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan tebal tipisnya cangkang dan warnanya (Risza, 1994).

A. Berdasarkan Tebal Tipisnya Cangkang

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu :

1) Tipe Dura

Kelapa sawit ini memiliki tempurung (cangkang) yang sangat tebal, tetapi kandungan minyak dalam buahnya rendah.

(6)

2) Tipe Pisifera

Memiliki tempurung (cangkang) yang sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, namun kandungan minyak dalam buah tinggi.

3) Tipe Tenera

Merupakan persilangan antara Dura sebagai pohon ibu, dengan Pisifera sebagai pohon bapak. Tenera memiliki tempurung yang tipis dan kandungan minyak tinggi.

B. Berdasarkan Warna Buah

Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu :

1) Nigrescens

Warna buahnya lembayung (violet) sampai hitam pada waktu masih muda, kemudian berubah menjadi warna merah kuning (orange) sesudah matang.

2) Virescens

Warna buahnya hijau pada waktu muda, kemudian berubah menjadi merah kuning sesudah matang.

3) Albescens

(7)

2.2. Marfologi Tanaman Kelapa Sawit

a) Akar

Akar merupakan bagian tanaman yang memiliki peranan yang penting pada setiap tanaman yaitu sebagai penyerap unsur hara didalam tanah dan sebagai alat respirasi bagi tanaman (Fauzi, dkk, 2005). Macam-macam akar pada tanaman kelapa sawit yaitu :

- Akar primer yaitu akar yang tumbuh vertikal maupun mendatar dengan diameter akar 5-10 mm.

- Akar sekunder yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah dengan diameter 1-4 mm.

- Akar tertier yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya mendatar, panjang mencapai 15 cm dengan diameter 0,5-1,5 mm.

- Akar Kuartier yaitu akar-akar cabang dari akar tertier, berdiameter 0,2-0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm. Akar ini berperan aktif dalam menyerap unsur-unsur hara, air dan kadang-kadang oksigen (Setyamidjaja, 2000).

Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya 10-15 mm, sedangkan calon batang disebut dengan plumula. Pertumbuhan radikula mula-mula menggunakan makanan cadangan yang ada dalam endospern yang kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2000).

(8)

b) Batang

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang pada tanaman kelapa sawit tumbuh lurus ke atas dengan diameter batang normalnya 40-60 cm dengan tinggi dapat mencapai 30 m dan batang ini juga berfungsi sebagai penyangga tajuk, serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan.

c) Daun

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar seperti daun pohon kelapa. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m dengan jumlah daun pada setiap pelepah dapat mencapai 300 helai. Daun muda yang masih berupa kuncup berwarna kuning pucat. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Semakin tua umur tanaman maka jumlah pelepah dan anak daunnya semakin banyak.

d) Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, maka bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga

(9)

memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Fauzi, dkk, 2005).

e) Buah

Buah disebut juga fructus. Lama proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang adalah ± 6 bulan. Tetapi, dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung pada keadaan iklim setempat (Risza, 1994). Selama buah kelapa sawit masih muda, yaitu sampai umur 4,5-5 bulan, buah kelapa sawit akan berwarna ungu. Setelah itu warna kulit buah (exocarp) dari ungu berangsur-angsur berubah menjadi warna merah kekuning-kuningan. Pada saat inilah terjadi pembentukan minyak yang intensif pada daging buah (mesocarp), dan butir-butir minyak tersebut mengandung zat warna karotin (carotein) yang berwarna jingga (Setyamidjaja, 2000).

2.3. Syarat Tumbuh

a) Iklim

Kelapa sawit merupakan tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh didaerah yang terletak pada 12º LU dan 12 º LS, dengan curah hujan 2.000-2.500 mm/thn, lama penyinaran matahari 5-7 jam/hari dengan suhu optimum 24º - 38º c dan berada pada ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut.

(10)

b) Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu, alluvial, atau regosol. Perbedaan jenis tanah yang digunakan dalam kegiatan budidaya juga mengakibatkan unsur hara yang terkandung dalam tiap tanah juga berbeda sehingga jumlah poduksi kelapa sawit juga akan mengalami perbedaan.

2.4. Pembibitan Kelapa Sawit

2.4.1. Pembibitan Satu Tahap (Single Stage)

Pembibitan satu tahap ini dilakukan dengan cara kecambah ditanam langsung ke polybag besar. Tanaman berada di polybag besar dengan ukuran 38 x 51 cm atau 40 x 50 cm selama 10 bulan atau sampai tanaman siap untuk ditanam ke lapangan. Pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan single stage sama dengan pemeliharaan pada pembibitan dengan menggunakan sistem double stage (Lubis, 1982).

Keuntungan dari pembibitan single stage adalah :

- Tidak memerlukan polybag kecil

- Tidak memerlukan bedengan dan atap pelindung

(11)

2.4.2. Pembibitan dua tahap (Double Stage)

Pembibitan ini dilakukan dengan cara memindahkan bibit Prenursery yang telah berumur 3 bulan ke polybag besar. Dengan menggunakan sistem ini biasanya setelah kecambah ditanam di polybag kecil yang berukuran 13 x 21 cm, kemudian polybag tersebut disusun dalam satu bedengan dan ditempatkan di bawah naungan. Setelah bibit berumur 3 bulan baru ditanam ke polybag besar.

Menurut Lubis (1982), keuntungan dari pembibitan double stage adalah :

- Karena ditanam di polybag kecil, bibit tahap awal berkumpul dalam suatu luasan yang kecil sehingga memudahkan pengawasan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.

- Penggunaan polybag besar lebih sedikit karena seleksi awal sekitar 10 % telah dilakukan dan lama pembibitan dalam kantong plastik besar lebih singkat.

- Kebutuhan tanah lebih sedikit.

- Biaya penyiraman lebih murah.

2.5. Panen (Harvesting)

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas

(12)

dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.

Gambar 1. Tandan buah yang siap panen

Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah.

Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun yang telah dipotong diatur rapi di tengah gawangan. Untuk mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, maka pelepah-pelepah daun tersebut dipotong-potong menjadi 2-3 bagian. Cara pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipanen diletakkan teratur di piringan dan brondolan

(13)

segar) dan brondolan tersebut dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS hasil panenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam TBS setelah dipanen harus segera diolah.

Gambar 2. Tandan buah segar kelapa sawit yang telah dipanen

Besarnya produksi kelapa sawit sangat tergantung pada berbagai faktor, di antaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim dan teknologi yang diterapkan. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit. Sebagai gambaran produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit berbagai umur tanaman per hektar, dapat dilihat pada table berikut :

(14)

Tabel 1. Perkiraan produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit pada berbagai umur tanaman kelapa sawit

Umur Tanaman (tahun) Produksi Tbs (ton) Produksi Minyak Sawit (ton) Produksi Inti Sawit (ton) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 4,00 7,00 9,67 11,75 13,40 14,67 17,67 19,67 20,83 21,50 21,83 22,00 21,83 21,67 21,33 21,00 20,50 20,00 19,50 19,00 18,50 18,00 17,50 0,52 1,20 1,80 2,30 2,72 3,03 3,37 4,23 4,53 4,70 4,77 4,80 4,77 4,73 4,67 4,60 4,50 4,40 4,30 4,20 4,10 4,00 3,90 0,11 0,18 0,40 0,52 0,59 0,65 0,78 0,87 0,92 0,95 0,96 0,97 0,96 0,95 0,94 0,92 0,90 0,88 0,86 0,84 0,81 0,79 0,77 Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 2008

(15)

III.METODOLOGI PENULISAN 3.1. Ruang Lingkup

Laporan ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di PT.PP. London Sumatra Indonesia Tbk unit Bah Lias Estate, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini dimulai pada tanggal 04 April – 10 Juni 2011.

Penulisan laporan ini mencakup seluruh kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan, yang dimulai dari proses budidaya, pengolahan hasil, sampai produk dipasarkan dalam bentuk CPO (Crude palm Oil). Laporan ini juga berisikan tentang rencana pengembangan bisnis yang nantinya bisa dijadikan alternatif pilihan strategi bagi pihak perusahaan untuk mengoptimalisasikan keuntungan yang diperoleh perusahaan

3.2. Data dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penyusunan laporan PKPM ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pelaksanaan kegiatan di lapangan, diskusi dan dokumentasi foto sebagai pelengkap data primer. Sedangkan data sekunder berasal dari literature yang diberikan oleh perusahaan dan buku-buku penunjang, serta data-data yang berasal dari internet yang berhubungan dengan judul laporan

(16)

3.3. Metode Analisis

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, sehingga didapatkan alternatif dan strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan untuk pengembangan bisnis di Bah Lias Estate. Analisa ini dilakukan dengan melihat faktor internal perusahaan yaitu kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness), serta faktor eksternal perusahaan yaitu peluang (opportunities), dan ancaman (Threat). Penetapan strategi pilihan berdasarkan atas masalah yang muncul yang harus ditangani dengan langkah-langkah manajemen yang tepat sasaran, dan disesuaikan dengan keadaan di Bah Lias Estate dan sumber daya yang dimiliki.

(17)

IV. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIK PERUSAHAAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT.PP. London Sumatra Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang budidaya tanaman perkebunan yang kegiatan operasionalnya dimulai pada tahun 1906, dengan nama Horrisons dan Crossfield (H & C ). H & C sendiri merupakan perusahaan yang berdiri sejak tahun 1884 di London, Inggris. Keberadaan H&C di Sumatera dimulai sejak Arthur Lampard membawa misi perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha ke pantai timur Sumatra dan disanalah ia menemukan lahan perkebunan tembakau dan kopi yang sangat bagus yaitu tepatnya di daerah Bagerbang.

PT.PP.London Sumatra merupakan salah satu perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Perusahaan ini didirikan pada tanggal 18 desember 1962 dengan akte notaries Raden kardiman di Jakarta, yang berkantor pusat di Jln. A. yani no 2 Medan. Pada tanggal 2 januari 1964 disebabkan karena keadaan politik yang kuarang stabil, maka perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Seiiring dengan membaiknya sistem politik di Indonesia, pada tanggal 26 maret 1968 di tanda tangani perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Horrisons dan Crossfield Plc (H & C) untuk membuat izin usaha yang kemudian berlaku pada tanggal 1 April 1968 hingga 31 Maret 1998. Meskipun Horrisons dan Crossfield Plc sudah menjadi milik Indonesia tetap merupakan penanaman modal asing (PMA) dengan nama PT.PP.London Sumatra Indonesia Tbk yang memiliki beberapa anak perusahaan yang antara lain terdiri dari Bah Lias Estate, Dolok Estate, Turangie estate, dll.

(18)

Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit, karet, kakao. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan maka diperlukan bahan baku yang baik dan berkualitas, dan untuk itu maka pada tahun 1972 PT.PP. London Sumatra Tbk mendirikan pusat penelitian kelapa sawit yang dikenal dengan nama BLRS ( Bah Lias Riset Station ). BLRS bergerak dibidang penyediaan bahan tanam yang berasal dari berbagai percobaan yang dilakukan untuk memperoleh kecambah kelapa sawit yang nantinya setelah berproduksi dapat menghasilkan CPO yang berkualitas.

Sebagai salah satu perusahaan besar yang bertaraf internasional, perusahaan ini menjalankan program RSPO (Rountabel Sustenabel palm Oil) yang dimulai pada tahun 2007. Program ini berorientasi pada pengembangan dan pembangunan lingkungan hidup untuk menuju lingkungan sehat yang nantinya juga berdampak pada harga jual CPO yang dihasilkan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyukseskan program ini adalah pembangunan gudang untuk penyimpanan limbah kemasan pestisida, oli, baterai bekas yang dikenal dengan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), pembuatan TPS (tempat pembuangan sampah), pembangunan areal Bernilai Konversi Tinggi/ High Conservation value (HCV), penerapan sistem keselamatan kerja dengan menerapkan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada saat melakukan pekerjaan seperti penggunaaan helm, sepatu bot, sarung tangan, dll.

(19)

Bah Lias Estate adalah salah satu unit PT.PP.London Sumatra Tbk yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan kakao. Lokasi Bah Lias Estate terletak di kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Adapun batas-batas perkebunan Bah Lias Estate adalah :

Timur : Berbatasan dengan sungai Bah Bolon Barat : Berbatasan dengan kampong panambean Utara : Berbatasan dengan kampong sugaran bayu Selatan: Berbatasan dengan kampong gunung bayu.

Luas areal Bah Lias adalah 3.951,30 Ha yang dibagi menjadi 5 divisi, yaitu : 1. Divisi I : Pondok Tengah

2. Divisi II : Sugaran 3. Divisi III : Manahul 4. DIvisi IV : habatu 5. Divisi V : Panambean

Perkebunan Bah Lias Estate memilki beberapa infrastruktur antara lain :

1. Bangunan pabrik

2. Kantor, klinik, sekolah dan tangki air. 3. Gudang dan perumahan

4. Sarana olahraga dan mesin 5. Jalan

(20)

4.1.2. Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi kebun merupakan susunan dan hirarki tingkat jabatan dalam manajemen kebun yang menggambarkan tanggung jawab kerja. Struktur organisasi ini akan menjelaskan hubungan antar jabatan secara vertikal dan horizontal. Struktur organisasi Bah Lias Estate yang ditetapkan adalah berbentuk staff yang dikepalai oleh seorang Manager.

Gambar 3. Struktur Organisasi Bah Lias Estate

Berikut adalah bentuk uraian struktur organisasi :  Manager

Fungsi utama :

 Melakukan monitoring, analisis, evaluasi, memberi keputusan dan terobosan-terobosan serta memberdayakan sumber daya perusahaan di wilayahnya untuk mencapai kinerja yang optimal.

(21)

Tugas:

 Menjabarkan berbagai kebijaksanaan BOD serta melakukan kegiatan operasional perusahaan untuk mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham melalui Dewan Direksi (board of director).

 Menetapkan strategi dan tata cara penyampaian tujuan perusahaan sejalan dengan kebjiaksanaan BOD serta menetapkan kebijaksanaan pengawasan dan pengendalian operasional perusahaan.

 Penetapan tugas, tanggung jawab, wewenang dan persyaratan jabatan, penerimaan, pengangkatan, pemberhentian, skala gaji dan jaminan sosial bagi seluruh unsur dalam lingkup organisasi kerjanya.

 Penetapan struktur operasional manajemen ditiap unit.

 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber-sumber daya yang ada serta alokasi dana yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya untuk kepentingan pencapaian produktifitas usaha perusahaan.

 Asisten Kepala (Head Asistant) Fungsi utama :

 Bertugas dan bertanggung jawab serta memilki wewenang dalam seluruh kegiatan pengelolaan kebun seluas ± 1.000 Ha.

(22)

Tugas :

 Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen), TBS secara tepat, benar, efektif, dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.

 Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas dan mampu menghindarkan kerja berulang.

 Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja yang maksimaldan berkualitas.

 Membuat (mencatat) aktivitas kegiatan/pekerjaan serta melaporkan hasilnya keaatas.

 Melakukan evaluasi dan analisis kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang baik.

1) Asisten lapangan Fungsi Utama :

 Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen serta memberdayakan pengalokasian sumber daya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran bidangnya masing-masing.

Tugas:

 Mengelola dan memonitoring kegiatan-kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

(23)

 Membangun dan memelihara infrastruktur perhubungan dan konservasi.

 Membuat laporan kinerja bulanan afdeling ke Divisi manager.  Melaksanakan pembinaan terhadap karyawan.

 Mengajukan permintaan tambahan karyawan ke Estate manager.

2) Mandor Tugas :

 Mengatur ancak panen setiap hari.  Menetapkan basis borongan.

 Mengawasi pelaksanaan borongan dan memeriksa hasilnya setiap hari.

3) Krani Buah (Bunch Counter)

Krani buah bertanggung jawab kepada asistent panen, tugas bunch counter adalah mencatat buah yang ada sekaligus sortasi buah dan menyusun laporan buah dalam satu bulan.

4.1.3. Sumber Daya Perusahaan

Perusahaan London Sumatra memilki karyawan yang terdiri dari :

a) 1 orang manager

b) 1 orang Head Asistent/Asisten Kepala c) 3 orang Field Asistant/Asisten lapangan d) 1 orang EAA/Asisten tata usaha

(24)

e) Jumlah MRP(Monthly Rate Paymet) : 68 orang f) Jumlah DRP(Daily Rate Payment) : 343 orang

g) Untuk BHL (Buruh Harian Lepas), ada pihak lontraktor yang menanggungjawabinya.

4.1.4. Kondisi Keuangan

Sistem pencatatan keuangan dalam perusahaan ini sangat detail karena semua pemasukan dan pengeluaran dicatat dimulai dari pengeluaran dan pemasukan yang paling sederhana sampai kepada hal yang rumit seperti permintaan material ke gudang estate dan proses pengangkutan buah ke pabrik, sehingga semua pencatatn dilakukan secara jelas dan akan mempermudah dalam kegiatan audit yang dilakukan.

4.2. Deskripsi Kegiatan Bisnis

4.2.1. Deskripsi Proses Produksi

Kegiatan produksi yang terdapat di perkebunan kelapa sawit di Bah Lias Estate terdiri dari pembibitan (nursery), pembukaan lahan, penanaman (planting), pemeliharaan (up keep), panen (harvesting), sampai kepada pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi CPO (crude palm oil) dan inti sawit.

(25)

Adapun proses produksi yang dilakukan yaitu :

4.2.1.1. Pembibitan (nursery)

Pembibitan merupakan tahap awal yang sangat menentukan dalam budidaya kelapa sawit. Karena, bibit yang baik akan menghasilkan tanaman kelapa sawit yang baik sehingga kualitas CPO yang dihasilkan juga bagus. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah seperti kegiatan berikut :

A. Pemilihan Tempat

Dalam persiapan pembibitan, kita harus melakukan pemilihan tempat yang baik untuk pembibitan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tempat pembibitan adalah harus dekat dengan sumber air, dekat dengan lahan tanaman, tanahnya rata (tidak mereng), mudah diawasi dari pencurian dan gangguan binatang, tidak ternaungi oleh tanaman tinggi dan areal pembibitan harus bebas dari bahaya banjir.

B. Persiapan Areal Pembibitan

Setelah melakukan pemilihan tempat pembibitan, kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan areal pembibitan yang terdiri dari pembersihan areal dari vegetasi yang ada, meratakan areal, membuat jalan supaya dirancang sempurna agar ada akses kesetiap bagian pembibitan dan membuat drainase jika diperlukan. Selain itu kita juga harus membuat instalasi air dengan cara pemasangan sprinkler, jarak dalam barisan 12 m dan jarak antar barisan 18 m.

(26)

C. Persiapan Kecambah

Kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan kecambah. Kecambah /benih adalah faktor yang sangat penting dalam suatu pembibitan. Kerusakan kecambah yang tidak baik akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar, karena kelapa sawit merupakan tanaman tahunan sehingga jika dari awal kita tidak merencanakan dengan baik maka hasil ke depannya akan mengalami kerugian. Pada perkebunan Bah Lias Estate, kacambah yang digunakan berasal dari Bah Lias Riset (BLRS) yang menghasilkan kecambah jenis Tenera. Kecambah ini diperoleh dari persilangan jenis dura (sebagai pohon ibu) dan serbuk Psifera (sebagai pohon bapak). Kegiatan persilangan di Bah Lias Estate dilakukan oleh pihak BLRS.

Tahapan kegiatan persilangan yaitu pemilihan pohon induk, pemilihan pohon induk ini dilakukan setelah dilakukan serangkaian kegiatan tes terhadap suau pohon seperti kadar minyak, dan melakukan kegiatan persilangan (polynasi) dengan tahapan sebagai berikut :

a) Isolasi bunga betina

Ciri-ciri bunga betina yang siap diisolasi yaitu ¼ membuka. Pelaksanaan kegiatan isolasi dilakukan dengan cara membungkus bunga tersebut dengan menggunakan karung yang sudah diberi jendela transparan. Tujuan pemberian jendela ini adalah agar sinar matahari dapat menembus pembungkus tersebut dan memudahkan pemantauan bunga receptif. Bunga receptif adalah bunga yang telah siap dibuahi atau disilangkan. Bunga yang receptif ditandai dengan bunga tersebut berbentuk seperti cengkeh atau pada bagian ujung tandan telah pecah-pecah, bunga

(27)

telah mengeluarkan aroma nektar. Nektar merupakan cairan yang dikeluarkan oleh bunga betina yang berfungsi untuk menarik serangga untuk membantu penyerbukan.

b) Polynasi

Kegiatan ini dilakukan setelah bunga betina diisolasi selama 9 hari. Polynasi tidak boleh dilakukan dibawah 9 hari, hal ini disebabkan karena kekhawatiran bahwa masih ada serbuk lain yang masih hidup yang nantinya dapat mengakibatkan penyerbukan yang dilakukan gagal atau tidak berhasil. Setelah 9 hari maka dapat dipastikan serbuk lain yang tidak diharapkan telah mati. Polynasi ini dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama pooper. Polen (bunga jantan) yang digunakan dalam kegiatan ini tergantung dari jenis apa yang ingin diperoleh dikemudian hari.

D. Persiapan Tanah

Syarat tanah untuk mengisi polybag adalah top soil yang subur, bebas dari hama dan penyakit, remah dan cukup mengandung pasir, jangan menggunakan tanah bekas bakaran karena akan merusak keseimbangan hara dalam tanah, tanah harus diayak agar bebas dari kayu dan sampah lain, tanah yang digunakan tidak berasal dari daerah gawangan mati, hal ini bertujuan untuk mencegah terserangnya ganodherma, jika tanah yang tersedia hanya tanah liat, tanah ini harus ditambah dengan pasir sebanyak 20 %, dengan tujuan agar akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan juga memperbaiki aerase tanah tersebut.

(28)

E. Proses pengisian tanah ke dalam polybag

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tanah harus diisi sedikit demi sedikit sementara polybag diguncang agar tanah merata, pengisian tanah harus penuh karena akan mengalami penyusutan ketika dipindah dan disusun, 2/3 bagian tanah pada polybag dicampur pupuk Rock fosfat (60 gr/polybag dengan ukuran polybag 38 x 51 cm), setelah penyusunan dan tanah susut, sisa bibir polybag 3-5 cm dibiarkan untuk menahan pupuk atau mulsa. Produktivitas; 1 wd (working days) = 300 polybag (ukuran kecil), 1 wd = 150-200 polybag (ukuran besar).

F. Penyusunan Polybag

Untuk pre nursery (dua tahap), cara penyusunan polybagnya adalah polybag kecil disusun rapat dalam 10 baris, tiap baris berisi 100 polybag, sehingga total setiap bedengan adalah 1000 polybag.

Gambar 4. Pembibitan pada double stage

Sedangkan untuk satu tahap, cara penyusunan polybagnya adalah polybag besar ukuran 38 x 51 cm digunakan langsung dalam cara ini. Susun polybag sekitar sprinkler setiap kelompok 25 polybag, dalam luas 12 x 18 m harus ada sekitar 300 bibit.

(29)

Gambar 5. Pembibitan pada single stage

G. Penanaman Kecambah

Kecambah harus ditanam segera setelah sampai di pembibitan. Sebelum penanaman di polybag, harus dipastikan bahwa asisten pembibitan, mandor dan semua pekerja penanaman mengerti teknik penanaman dan dapat membedakan antara radikula (akar) dan plumula (calon daun). Biji yang akan ditanam harus sudah dapat dibedakan radikula dan plumula. Radikula berwarna lebih suram dibanding plumula. Biji yang belum dapat dibedakan antara radikula dan plumula dimasukkan kembali dan dijaga kelembaban dengan menyemprot dengan air bersih. Kecambah yang beradikula/ plumula panjang harus hati-hati dalam penanaman. Ketika menanam kecambah, jangan mengambil terlalu banyak karena sebagian akan terkena sinar matahari langsung terlalu lama.

Organisasi penanaman kecambah juga harus ada agar kegiatan menanam kecambah berjalan dengan lancer. Organisasi ini terdiri dari pengecer sesuai dengan crossingnya, pembuatan batas crossing, pekerja untuk menyiram, pengawasan oleh asisten dan mandor.

(30)

Kegiatan penanaman terdiri dari membuat lubang di tengah polybag dengan jari-jari 2-2,5 cm, masukkan kecambah kedalam lubang dengan radikula menghadap kebawah dan plumula menghadap keatas, tutup dengan tanah dan tekan dengan jari hati-hati, sebelum dan sesudah penanaman, polybag harus disiram. Produktivitas; 1 wd = 1000 kecambah.

Gambar 6. Penanaman Kecambah

H. Penyiraman

Kriteria dalam penyiraman adalah di bawah umur 12 bulan perlu 1 liter per hari per polybag, setara dengan 20 mm hujan. 10 mm pagi dan 10 mm sore, dan di atas umur 12 bulan diperlukan 1,5 liter per hari per polybag, setara dengan 30 mm hujan. 15 mm pagi dan 15 mm sore. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan selang yang terhubung dengan selang utama dengan ujung selang yang dipasang mata gembor. Sistem penyiramannya adalah tulang ikan atau mengikuti selang utama agar mudah dalam penyiraman.

I. Penyusunan Polybag (Spacing)

Dilakukan setelah culling (seleksi) pertama (3 bulan) dengan jarak 90 cm x 90 cm, dengan jarak antar barisan 78 cm. Dilakukan dengan bentuk segitiga sama sisi/

(31)

J. Penyiangan ( Weeding )

Penyiangan dilakukan 2 kali dalam 1 bulan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh dalam dan luar polybag dan tergantung juga pada kondisi gulma yang tumbuh di areal pembibitan. Penyiangan rumput dalam polybag dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut rumput yang tumbuh dalam polybag. Sedangkan penyiangan di luar polybag dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan chemical. Penyiangan secara manual dilakukan dengan cara mencangkul rumput yang tumbuh disekitar polybag. Setelah dicangkul rumput tersebut dikumpulkan dalam beberapa bedengan dengan menggunakan garu.

Pengendalian gulma dengan cara chemical dilakukan dengan cara penyemprotan yang menggunakan herbisida dengan bahan aktif glifosat seperti Round Up dan Smart. Herbisida yang akan digunakan ditakar sesuai dengan dosis 6 cc/Liter. Sebelum dicampur dengan air, herbisida dicampur dengan air yang perbandingannya 1:1. Setelah herbisida ditakar, kemudian dicampur dengan air dan diaduk supaya merata. Penyemprotan dilakukan dibarisan antar polybag dengan jarak semprot ± 15 cm agar percikan herbisida tidak mengenai daun atau bagian lainnya pada tanaman.

K) Seleksi

Seleksi merupakan kegiatan yang sangat penting karena kesalahan dalam seleksi dapat mengakibatkan terjadinya kerugian di masa akan datang. Dalam pelaksanaan seleksi kita harus mengetahui kriteria-kriteria tanaman yang harus diseleksi. Dalam pelaksanaannya seleksi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanaman berumur 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan.

(32)

Kriteria tanaman yang ikut terseleksi dalam umur 3 bulan yaitu : 1. Twisted shoot (tunas memutar) : kesalahan penanaman.

2. Rolled leaf (daun menggulung) : faktor genetik. 3. Grees leaf (daun lalang) : faktor genetik.

4. Crinkled leaf (daun keriting) : kekurangan air. 5. Colante : kekurangan pupuk Boron (borat).

6. Kerdil : faktor genetik, kurang pupuk, kekurangan air. Gambar 7. Kriteria seleksi pada umur 3 bulan

OK Collante Grass Leaf Rolled Leaf Twisted Shoot Crinkled Leaf

Kriteria tanaman yang ikut terseleksi dalam umur 6 bulan yaitu : 1. Runt (tanaman kerdil).

2. Short internode (anak daun tersusun rapat-rapat). 3. Steril irect (pelepah tegak dan kaku/tidak terbuka). 4. Flat top (permukaan tajuk rata).

5. Wide in (ruas daun tidak terbuka).

6. Juvenile form (bentuk daun tidak terbuka). Gambar 8. Kriteria seleksi pada umur 6 bulan

OK Sterile Erect Short Internode Flat Top Juvenile Form Wide

(33)

2. Short internode (daun pendek). 3. Limp (daun lemas).

4. Runt (tanaman kerdil). 5. Accute pinnae.

Gambar 9. Kriteria seleksi pada umur 9 bulan

OK Sterille Erect barren Short Internode Accute Pinnae Limp Normal & runt Tanaman yang memiliki kriteria diatas kemudian dipotong dengan menggunakan parang, lalu dikumpulkan dan dicincang dengan tujuan agar tanaman tersebut tidak ditanam kembali oleh orang-orang atau pihak yang tidak berkepentingan.

L) Pemupukan (manuring)

Dosis dan jadwal berdasarkan sirkular dari ED. Produktivitas; Pupuk cair, 1 wd = 3.000 polybag (umur 1-3 bulan). Pupuk granular; 1 wd = 1500-2000 polybag (umur 3-9 bulan).

M) Pengendalian Hama dan Penyakit (pest and disease control)

Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan karena akan berpengaruh terhadap hail/produksi. Pengendalian hama dan penyakit yamg terlambat akan mengakibatkan kerugian yang besar. Bah Lias Estate menetapkan system pengendalian hama terpadu (PHT) yang dikenal dengan Early warning system (EWS) yaitu penerapan pengendalian biologis dan apabila terjadi dalam kondisi darurat baru secara kimia. Pengendalian alami ini dilakukan dengan cara menanam tanaman yang

(34)

nantinya menjadi sarang predator yang merupakan musuh alami dari hama-hama yang ada di pembibitan seperti bunga pukul delapan (Turnera subulata), bunga air mata pengantin (antigonon leptopus).

Pengendalian secara kimiawi dilakukan jika tingkat serangan hama yang ada sudah sangat tinggi. Hama yang sering menyerang bibit kelapa sawit adalah apogonia, adoratus compresus, aphids, tetranycus piercey, hypomeces sqomacus, dll.Hama-hama yang menyerang pada pembibitan kelapa sawit adalah :

Tabel 2. Nama-nama hama pada pembibitan kelapa sawit.

No Nama Hama Ciri-ciri Serangan

1 Adoratus compresus

Tubuh berwarna coklat, panjang tubuh 1,5 cm dan punya bulu-bulu halus

Menyerang daun dengan cara memakan daun bagian tengah dan aktif pada malam hari

2 Apogonia Tubuh berwarna hitam

mengkilap, panjang tubuh 1,2 cm dan tidak berbulu

Menyerang daun dengan cara memakan bagian pinggir daun, aktif pada malam hari.

3 Apids Tubuh berwarna hijau,

ukuran tubuh kecil

Menyerang daun dengan cara menyerap cairan dalam daun dan menghambat proses fotosintesis

4 Hypomece sqomacus

Tubuh berwarna kuning Menyerang daun dengan cara memakan daun di pinggir.

Gambar 10. Hama-hama pada pembibitan kelapa sawit

(35)

Pengendalian hama-hama dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida Regen, Decis, marsal, Mitac, matador, Dipel, dll. Cara aplikasinya dengan disemprot menggunakan Conventional knapsack Sprayer (CKS), dan mist blower.

Jenis penyakit yang menyerang adalah Batrio diplodia dan culvuria. Gejala serangan batrio dilpodia terdapatnya bercak-bercak kuning dari ujung daun dan bagian tengah bercak berubah menjadi menjadi abu-abu/hitam. Gejala Culvularia yaitu adanya bercak kuning dan tembus cahaya, semakin lama bercak akan semakin besar dan mengakibatkan daun keriting dan kering. Pengendaliannya biasanya dilakukan dengan menggunakan antrakol sebanyak 2 gr. Pengendalian hama penyakit ini biasanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan.

N) Pemangkasan (toping)

Dalam kegiatan pangkas ini dilakukan secara manual dengan menggunakan parang. Tujuannya agar bibit tidak roboh ditiup angin karena terlalu rimbun. Pemangkasan dimulai saat umur 13 bulan atau umur 12 bulan, jika tinggi bibit melebihi 1,5 m dari tanah. Kegiatan ini harus dilakukan setiap 2 bulan. Bibit dipangkas bagian atas, tinggi bibit menjadi 1,5 m, menggunakan tongkat sepanjang 1,5 m untuk pedoman.

4.2.1.2. Pembukaan lahan dan penyiapan lahan

Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, alang-alang atau bekas perkebunan. Sebelum melakukan pembukaan lahan, hal yang harus diperhatikan adalah identifikasi vegetasi dan jenis tanah pada lahan tersebut.

(36)

Pembukaan lahan dapat dilakukan dengan cara manual, manual-mekanis, dan mekanis, selain itu pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan metode konservasi yaitu pembukaan lahan perkebunan dari bekas perkebunan lain.

Tahapan pembukaan lahan tanaman bekas kelapa sawit atau lebih dikenal dengan peremajaan (replanting) ialah : pemetaan (maping), pemancangan rumpukan dan pokok mati (lining windrowing), penumbangan dan pembersihan (felling clearing), pembongkaran dan pembuatan lobang (dig out root & making hole), perumpukan (stacking), pemangkasan pelepah (cutting frond), penutupan lobang/perataan tanah (covering hole/land smoothing), dan pembajakan (ploughing), sedangkan tahap penyiapan lahan adalah pembuatan teras dan pembuatan benteng (tanggul) sinambung dan rorak, pembuatan saluran draenase, penanaman tanaman penutup tanah (leguminase cover crop/LCC) dan pembuatan jalan transportasi.

a) Pemancangan rumpukan dan pokok mati (lining for windrowing)

Pemacangan dilakukan untuk penempatan rumpukan saat replanting. Penentuan pemacangan yaitu 2:1 (setiap 2 baris tanaman menjadi 1 rumpukan). Pemancangan untuk penempatan rumpukan ditandai dengan bendera putih atau tanda tertentu. Pemancangan ini dilakukan sebagai tanda bahwa tanaman mati atau kosong.

b) Penumbangan (felling clearing), pembongkaran akar & pembuatan lobang (dig out root & making hole), perumpukan (stacking).

Kegiatan felling clearing (penumbangan), dig out root & making hole (pembongkaran akar & pembuatan lobang), stacking (perumpukan) ini dilakukan

(37)

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah penumbangan selanjutnya dilakukan pembongkaran akar dan pembuatan lobang. Hal yang perlu diperhatika adalah dalam pembongkaran akar yaitu setelah dibongkar sisa akar diletakkan dirumpukan dan ukuran lobang yang digunakan adalah 1,5 x 1,5 x 1 m, selanjutnya langsung dilakukan perumpukan yang lebar rumpukan maksimal 3,5 m, hal ini bertujuan agar rumpukan tidak mengenai point tanaman baru.

Gambar 11. Proses persiapan lahan

Felling Clearing Dig Out Root Making Hole Stacking

c) Pemotongan pelepah (cutting frond)

Kegiatan pemangkasan pelepah ini dilakukan setelah proses perumpukan, dimana pekerja membuang pelepah-pelepah pohon yang telah ditumbang setelah itu dirapikan dirumpukan.

d) Penutupan lobang/pemerataan tanah (covering hole/land smoothing) Kegiatan ini dilakukan minimal 2 minggu setelah dig out root, hal ini dilakukan agar ganodherma berkurang dan tidak menular ke tanaman baru setelah sinar matahari. Pelaksanaan covering hole/land smoothing dilakukan antara rumpukan 2 putaran.

(38)

e) Pembajakan (ploughing)

Kegiatan pembajakan ini dilakukan setelah land smoothing/covering hole, proses pelaksanannya menggunakan traktor dengan cara membajak tanah kearah US dan berbalik lagi kearah SU sebanyak ± 8 x putaran.

Gambar 13. Proses Pembajakan

f) Penanaman Tanaman Penutup Tanah (leguminase cover crop)

Tanaman penutup tanah (LCC) pada areal kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuan gulma. Jenis-jenis tanaman kacangan yang sering digunakan adalah Pueraria javanica (PJ), Mucuna brachteata (MB), Calopogonium mucunoides (CM), Mucuna cochinchinensis (MC), dll. Untuk penggunaan LCC jenis PJ untuk penanaman dalam luasan 1 Ha dibutuhkan 5 Kg PJ dan 2 Kg pupuk rock phospat, sedangkan untuk penggunaan Mucuna brachteata dibutuhkan 500 polybag/Ha.

Jenis LCC yang sering digunakan adalah MB, keunggulannya dari MB adalah pertumbuhannya yang sangat cepat yakni mencapai 20 cm dalam 1 hari, serta tahan terhadap naungan. Sebelum penanaman di lapangan MB harus melalui proses pembibitan terlebih dahulu. Pembibitan MB ini dapat dilakukan dengan

(39)

kemungkinan LCC ini untuk tumbuh lebih besar jika dibandingkan dengan hasil stek, salah satunya karena akar bibit yang berasal dari biji lebih kuat jika dibandingkan dengan akar yang diperoleh dari stek.

4.2.1.3. Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan yaitu antara bulan Oktober sampai Februari. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a) Pemancangan /pengajiran.

Pengajiran merupakan cara untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Pengajiran harus tepat letaknya sehingga lurus jika dilihat dari segala arah. Sistem jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9,25 m x 9,25 m x 9,25 m dengan jarak antar barisan 8,01 m, jumlah populasi yang diperoleh yaitu 135/Ha. Pengajiran untuk didaerah Low Land (daerah berbukit) dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti bamboo yang diberi tanda pada bagian ujungnya dan kemudian ditancapkan di daerah Low Land hingga pada saat ditarik garis dari satu titik ke titik lain akan diperoleh satu garis lurus.

b) Pembuatan Lubang Tanam

Dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pembuatan lubang tanam lebih dari 1 minggu akan menimbulkan kemungkinan tertimbunnya kembali lubang tanam yang sudah dibuat. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit karena harus mengulang kembali pekerjaan membuat lubang tanam. Pada perkebunan

(40)

Bah Lias Estate pembuatan lubang dilakukan dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Lubang ini dibuat di bagian arah utara dari pancang/ajir. Hal ini bertujuan agar pada saat pembuatan lubang dilakukan, tongkat pancang tidak digeser-geser, karena sedikit saja terjadi penggeseran pancang ini akan mengakibatkan barisan tidak lurus serta populasi/Ha tidak tercapai. Pembuatan lobang tanam akan berbeda pada lahan gambut yaitu dengan cara membuat lobang dalam lobang (Hole in the hole) dengan ukuran lobang awal 60 cm x 60 cm x 60 cm, selamjutnya dibuat lobang di dalam lobang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.

c) Waktu Tanam

Waktu penanaman yang paling baik yaitu pada saat musim hujan karena persediaan air sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan. Penanaman pada saat kemarau dapat mengakibatkan kematian bibit yang baru dipindahkan ke lapangan.

Penanaman kelapa sawit di perkebunan Bah Lias Estate biasanya dilakukan pada hari yang sama dengan pembuatan lubang tanam, karena jika lubang tanam dibuat 1 minggu sebelum tanam maka kemungkinan besar lubang tersebut akan terisi kembali dengan tanah akibat turunnya hujan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja tambahan untuk membuat lubang kembali yang berarti akan terjadi penambahan biaya.

Cara penanaman yang dilakukan yaitu:

- Pada bagian pangkal pelepah bibit diikat dengan menggunakan tali. Hal ini bertujuan untuk mempermudah saat proses transportasi dilakukan.

(41)

- Untuk bibit yang sudah tinggi (> 1,5 m) harus dipangkas bagian atasnya (toping) hingga berukuran 1,5 m dari permukaan tanah.

- Sebelum bibit dikirim ke lapangan bibit harus disiram sampai jenuh, dan pengiriman dilakukan pada saat penanaman akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko stagnasi pada bibit akibat tidak disiram dan resiko kehilangan bibit karena pencurian.

- Sebelum penanaman dilakukan lubang tanam dipupuk dengan rock phospat 800 gr/lubang dan tricoderma 250 gr.

- Lepaskan polybag dan masukkan bibit.

- Timbun bibit dengan galian atas tanah, kemudian dipadatkan. 4.2.1.4. Pemeliharaan Tanaman ( up keep )

Pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit dibedakan pada dua fase yaitu pada tanaman belum menghasilkan (TBM/immature) dan tanaman menghasilkan (TM/mature).

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah :

a. Penyisipan (Suplying)

Penyisipan harus dilakukan paling lama 2-3 tahun setelah tanam. Hal ini dilakukan untuk mencegah tidak terjadinya keseragaman tumbuh. Dalam kegiatan ini bibit yang digunakan harus sejenis dengan pohon yang sudah ditanam sebelumnya. Pohon yang disisip yaitu pohon yang mati karena terserang hama Oryctes, tikus ataupun hama yang lainnya dan pohon yang belum mati tapi kondisinya kurang terjamin dan bengkok.

(42)

b. Konsolidasi

Konsolidasi sebaiknya dilakukan 1 minggu setelah bibit ditanam di lapangan. Tujuannya untuk memperbaiki penanaman tanaman yang kurang sempurna seperti adanya tanaman yang miring karena tanah yang kurang padat. Konsolidasi dilakukan dengan cara memadatkan tanah di sekeliling pohon dengan menggunakan tugal sampai tanah benar-benar padat, tanah disekitar pohon telah berbentuk cekungan seperti kuali.

c. Pemupukan (manuring)

Kegiatan pemupukan bertujuan untuk memberikan nutrisi bagi tanaman yang berguna untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 bulan yaitu pada bulan Januari-Februari dan bulan Juli-Agustus. Jumlah pupuk untuk setiap tanaman berdasarkan umur tanaman dan dana yang telah disiapkan perusahaan. Sebelum dilakukan pemupukan harus dilakukan kegiatan sensus pohon terlebih dahulu yang dilakukan pada bulan Juni, tujuan sensus pohon ini adalah untuk mengetahui jumlah pohon yang ada nantinya digunakan untuk menentukan pemesanan pupuk, dll. Pelaksanaan pemupukan ini harus sesuai dengan SOP (standar Operating Procedure).

Setelah tanaman memasuki usia mature yakni pada saat tanaman berumur 32 bulan maka kebutuhan pupuk yang akan diberikan dilakukan berdasarkan LSU (leaf sample unit) yaitu pengambilan contoh daun yang dilakukan oleh pihak BLRS. Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan, maka pihak riset memberikan rekomendasi dosis dan jenis pupuk yang harus diberikan untuk tanaman pada areal

(43)

d. Pengendalian gulma

Dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara manual weeding dan chemical weeding seperti selektif weeding. Kegiatan selektif weeding dilakukan dengan cara mendongkel gulma yang tumbuh pada areal perkebunan seperti anak kayu, pohon pisang liar, keladi, dll. Kegiatan lainnya adalah memotong kacangan yang merambat pada pohon kelapa sawit dengan menggunakan bahan herbisida berbahan aktif glifosat dan amin.

e. Kastrasi (Castration)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara membuang bunga jantan dan bunga betina yang terdapat pada tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat seperti tojok/dodos. Kastrasi dilakukan sekali yaitu pada saat tanaman berumur 21 bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah membuang seluruh bunga jantan dan bunga betina, serta membuang seluruh pelepah busuk yang ada, ini dilakukan pada areal yang berdekatan pohon yang didekatnya sudah ada pohon yang menghasilkan, berbeda dengan areal new planting dimana belum ada tanaman yang menghasilkan. Dalam proses kastrasi harus ditinggalkan sebagian bunga jantan untuk proses penyerbukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk merangsang Eladibilus kameronicus datang ke pohon tersebut.

Tujuan dilakukan kastrasi yaitu :

- Mempercepat pertumbuhan vegetative sehingga tanaman akan lebih sehat. - Membesarkan batang kelapa sawit itu sendiri dan menyeragamkan waktu

(44)

- Memperoleh kondisi tanaman yang bersih sehingga akan mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit.

Gambar 14. Proses Kastrasi

f. Pemangkasan (pruning)

Caranya masukkan mata egrek diantara pelepah yang ingin dipruning dan mepet ke batang, tujuannya agar berondolan tidak terselip diantara pelepah. Pelepah yang dipotong yaitu sangga 3 atau 3 pelepah dari buah yang paling tua. Pelaksanaan pruning dilakukan oleh 2 orang (1 geng) dimana satu orang melakukan pruning dan 1 lagi menyusun pelepah. Pelepah yang sudah dipangkas diletakkan diantara pohon menghadap pasar panen yang tujuannya untuk memperudah pekerja dalam melaksanakan prunning.

g. Pemeliharaan piringan dan pasar panen Tujuan dari kegiatan ini adalah :

1) Memudahkan dalam pengutipan berondolan

2) Mempermudah kegiatan panen dan kegiatan pemeliharaan lainnya 3) Menghindarkan persaingan dalam pengambilan unsur hara oleh

(45)

Pemeliharaan piringan dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Manual

Dilakukan dengan cara menggaruk gulma yang ada dengan menggunakan garu sampai jari-jari piringan dari pangkal pohon.

2) Mekanis

Pemeliharaan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan herbisida seperti smart dan diamin dengan cara penyemprotan. Kegiatan penyemprotan di piringan dilakukan dengan menggunakan herbisida berbahan dasar glifosat (smart) dan diamin. Herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu ditakar dengan menggunakan gelas ukur. Konsentrasi smart yang digunakan adalah 3,75 cc/L dan diamin 2,5 cc/L. Kedua herbisida ini dimasukkan kedalam drigen 20 L dan diaduk dengan menggunakan kayu sampai keluar buih.

Setelah tercampur rata, campuran tersebut dituan kedalam knapsack sprayer sebanyak 10 L. Penyemprotan ini dilakukan di sekeliling pohon kelapa sawit dan pasar panen.

4.2.1.5. Panen dan produksi A. Umur Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Saat umur 18 bulan setelah tanam kelapa sawit menghasilkan buah yang dikenal dengan buah pasir, tetapi buah yang dihasilkan memiliki ukuran yang sangat kecil dan memiliki kadar minyak yang sangat sedikit. Untuk itulah pihak perkebunan melakukan kegiatan kastrasi untuk membuang buah

(46)

yang belum diharapkan. Kegiatan panen kelapa sawit dimulai jika tanaman telah berumur 30 bulan.

B. Kriteria Panen

Perkebunan Bah Lias Estate menerapkan peraturan bahwa buah yang dapat dipanen adalah buah yang telah masak dengan kriteria telah terdapat 5 berondolan di piringannya. Tujuan dari penetapan kriteria ini adalah untuk memperoleh CPO yang berkualitas karena jika buah yang dipanen masih belum masak atau terlalu masak akan mengakibatkan kualitas dari CPO yang dihasilkan menurun.

Kriteria buah dalam kegiatan panen yaitu :

- Immature : buah yang mentah atau tidak ada berondolannya. - Un ripe : berondolan 1-9

- Under ripe : berondolan 10-24 - Normal ripe : berondolan lebih dari 25 - Over ripe : 50 % buah berondolan

- Abnormal : janjangan buah terbelah, dalam satu TBS ada buah jantan dan betina.

Pemanen yang tidak mengikuti standar panen akan dikenakan finalty berupa pemotongan sesuai dengan kesalahan yang dilakukan yaitu :

- Buah mentah : Rp. 2.500 - Berondolan : Rp. 150 - Tangkai panjang : Rp.2.000 - Pelepah sengkleh : Rp. 2.000

(47)

Untuk pemanen yang melebihi target (basic) yang ditetapkan oleh perusahaan akan diberikan premi berupa uang tambahan sesuai level tanaman yang dipanen.

C. Rotasi panen

Dalam perkebunan rotasi panen sering juga disebut dengan pusingan panen yang artinya merupakan jarak waktu memanen disatu blok sampai kembali ke blok yang sama. Rotasi panen juga berhubungan dengan ancak panen (wilayah panen). Rotasi panen yang terlalu rendah akan mengakibatkan berkurangnya jumlah buah yang dipanen sehingga pembagian ancak panen semakin lebar agar pemanen bisa mencapai target. Dalam bah Lias Estate, rotasi panen yang dilakukan adalah 7 hari. Jika kondisi buah banyak maka dilakukan Sunday harvesting yaitu pelaksanaan panen diluar hari kerja (minggu).

D. Sistem Ancak Panen

Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab setiap pemanen untuk mengambil buah/hasil panen setiap hari. Pembagian ancak panen dilakukan dengan melihat kerapatan buah yang matang dalam suatu blok/field yang akan dipanen besok harinya melalui sensus kerapatan buah. Sistem ancak panen yang digunakan adalah ancak giring dimana setiap pemanen memanen buah pada field yang berbeda setiap harinya. Namun, jika panen dilakukan di field yang sama pemanen tersebut akan kembali ke ancak sebelumnya.

E. Tenaga Pemanen

Penentuan jumlah pemanen yang digunakan berdasarkan luas lahan yang akan dipanen, kerapatan buah yang matang, jumlah populasi tanaman/Ha. Pemanen

(48)

biasanya dibantu oleh keluarganya yang bekerja sebagai pengangkut buah ke TPH (tempat pengumpulan hasil) dan juga pengutip berondolan.

Untuk menentukan jumlah pemanen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : Jumlah pemanen = a x b x c x d

e Keterangan :

a : Luas field yang akan dipanen b : Kerapatan buah yang akan dipanen c : Berat janjang rata-rata (kg)

d : Jumlah populasi/Ha

e : Standar/basic yang harus diperoleh pemanen F. Cara Penen

1) Buah yang dipanen adalah buah yang matang dan telah terdapat berondolan lebih dari 5 buah dipiringan. Ini merupakan kriteria panen yang paling dapat ditolerisir, namun buah sawit yang paling baik adalah buah matang dengan berondol >25 buah.

2) Dua orang pekerja masuk kedalam ancak yaitu 1 orang memotong buah dari pokok serta memotong pelepah lalu disusun dan memotong tangkai buah. Satu orang lagi mengangkut buah ke TPH dan mengutip berondolan. Pekerja ini mengambil 1 pasar panen dan setelah tembus dalam satu plot pekerja mengambil satu pasar panen yang selanjutnya. Pengambilan ancak panen ini seperti later U.

(49)

3) Pengambilan buah sawit yang matang dilakukan dengan memotong pelepah dan menyisakan 1 pelepah dibawah buah yang akan dipanen. Tangkai buah dipotong dengan menggunakan egrek dan dodos.

4) Setelah buah dan pelepah jatuh ke tanah, pelepah dipotong minimal 2 bagian dengan menggunakan kapak dan disusun diantara barisan tanaman dan sejajar dengan tanaman pada baris lain.

5) Tangkai buah yang panjang dipotong seperti huruf V atau cangkam kodok sehingga tangkai dekat dengan tandan sawit dengan ukuran tangkai yang tersisa 2 cm.

6) Berondolan dikutip dan dimasukkan kedalam karung goni serta TBS dan berondolan diangkut dengan menggunakan angkong ke tempat pemungutan hasil (TPH).

7) TBS disusun rapi dan pada tangkai buah diberi nomor pekerja dengan menggunakan arang. Berondolan ditumpuk masing-masing 1 ember dengan perkiraan 8 kg.

4.2.2. Deskripsi Produk

Produk yang dihasilkan adalah berupa tandan buah segar (TBS) atau Fruit Frees Bunch (FFB) yang kemudian diolah menjadi minyak kelapa sawit (CPO).

4.2.3. Deskripsi Pelanggan

Produk yang dihasilkan oleh Bah Lias Estate adalah CPO (crude palm oil) dimana semua kegiatan pemasarannya dilakukan dengan sistem kontrak yang telah diatur oleh kantor pusat yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. CPO yang

(50)

akan di ekspor ke luar negri dikirimkam melalui pelabuhan Belawan. Daerah pemasaran yaitu Cina, malaysia dan benua Eropa.

4.2.4. Deskripsi Pemasok Bahan Baku

Dalam melaksanakan kegiatan produksinya perkebunan Bah Lias Estate memperoleh bahan baku seperti bibit, pupuk, pestisida, dan lainnya dari pihak ketiga antara lain :

- PPKS Marihat.

- BLRS ( Bah Lias Research Station) - PT. SOCFINDO

- PT. Pupuk Sriwijaya Palembang. 4.2.5. Deskripsi Kegiatan Pemasaran

Kemajuan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan perusahaan itu sendiri untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan cara memasarkan produk yang dihasilkannya. Pemasaran CPO (crude palm oil) dilakukan berdasarkan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pembeli. Teknis pelaksanaan kontrak ini yaitu perusahaan membuat perkiraan tentang jumlah CPO yang dapat dihasilkan dalam 1 tahun berdasarkan forecasting yang telah dilakukan.

4.3. Analisa Lingkungan Strategik

Analisis SWOT berisi tentang kekuatan dan kelemahan (internal perusahaan) dan ancaman serta peluang (ekternal perusahaan). Rumusan strategi yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan kekuatan (strength) dan memanfaatkan peluang (opportunities) yang ada untuk meminimalkan kelemahan (weakness) dan mengatasi

(51)

tentang penggunaan micron herby untuk efisiensi biaya material pada penyemprotan tanaman mature di Bah lias Estate. Dari analisa SWOT disimpulkan bahwa dengan penggunaan micron herbi akan menghemat biaya material dibandingkan dengan penggunaan knapsack sprayer sehingga bisa meminimalkan pengeluaran.

(52)

Tabel 3. Analisa Strategi di Bah Lias Estate

STRENGHT (S) WEAKNESS (W)

IFAS

EFAS

 Memiliki lahan yang luas (3.951,3 Ha)

 Punya sarana tranportasi yang lancar

 Mempunyai letak yang strategis

 Mempunyai departemen penelitian milik sendiri  Memiliki sertifikat ISO

14001 dan RSPO  Pemborosan yang tinggi dalam penyemprotan dengan menggunakan knapsack srayer  Pada kantor divisi,

pegawai belum menguasai teknologi sehingga pekerjaan masih dilakukan secara manual

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

 Memiliki bengkel milik perusahaan sendiri  Teknologi yang terus

berkembang  Pengembangan usaha dengan cara memanfaatkan lahan yang kosong  Melakukan penelitian secara berkelanjutan sehingga menambah kualitas CPO  Menciptakan mikron herbi yang digunakan dalam penyemprotan sehingga material bisa lebih hemat

 Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang penguasaan teknologi

TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

 Polusi udara yang tinggi  Dekat dengan wilayah

perkampungan  Melakukan sanitasi  Menambah jumlah satpam dan meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar  Menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar  Memberikan alat

pelindung diri (APD) kepada pekerja

(53)

4.3. Rumusan Strategi

Dari hasil analisis SWOT diatas diperoleh delapan buah strategi untuk pengembangan bisnis di Bah Lias Estate. Strategi yang diperoleh sangat penting dalam pengembangan usaha bagi Bah Lias Estate kedepannya. Karena, sebagai salah satu perusahaan perkebunan yang berstandar internasional, Bah Lias memiliki banyak peluang agar perusahaannya bisa menjadi perusahaan perkebunan nomor satu. Salah satu upaya untuk mengurangi biaya dalam berproduksi adalah menggunakan mikron herbi sebagai pengganti knapsack sprayer. Strategi WO merupakan strategi yang dilakukan untuk meminimalisir kelemahan untuk merebut peluang yang ada. Kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan adalah permborosan yang tinggi dalam penyemprotan dengan menggunakan knpasack sprayer. Dengan perkembangan teknologi yang ada perusahaan mempunyai peluang yaitu menggunakan mikron herbi dalam penyemprotan sehingga material yang digunakan bisa jadi hemat.

(54)

V. RENCANA PENGEMBANGAN BISNIS 5.1. Rumusan Ide Pengembangan Bisnis

Bah Lias Estate merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit yang memiliki potensi yang cukup besar untuk melakukan pengembangan bisnis yang salah satunya dibidang pemeliharaan tanaman mature kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiangan yang terdiri dari manual weeding dan chemical weeding. Kegiatan manual weeding jarang dilakukan karena menimbulkan biaya yang besar dan waktu yang banyak. Untuk itu kegiatan penyiangan yang dilakukan adalah secara chemical weeding dan alat yang digunakan untuk menyemprot adalah knapsack sprayer dan mikron herbi.

Dalam perusahaan, untuk tanaman mature knapsack sprayer jarang digunakan karena boros dalam pemakain material. Untuk itu, perusahaan merakit sendiri alat yang bernama mikron herbi. Mikron herbi merupakan alat semprot gendong yang memiliki volume semprot lebih rendah dibanding dengan menggunakan knapsack sprayer. Perbandingan penggunaan mikron herbi bisa menghemat material dua kali lipat dibandingkan dengan menggunakan knapsack sprayer.

(55)

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan di lapangan, perbandingan penggunaan material antara knapsack sprayer dengan mikron herbi adalah sebagai berikut :

A. Dengan Knapsack Sprayer Diketahui : SPH (populasi/Ha) = 58

Larutan yang digunakan = 1 Liter

Pokok (tanaman) sawit yang tersemprot = 5 pokok Konsentrasi smart = 300 cc/20 liter = 15 cc/liter Ditanya : Volume semprot/ha, Dosis/ha, ???

Jawab :

- Volume semprot

= SPH x larutan yang terpakai

Pokok yang tersemprot

= 58 x 1 liter = 11,6 L/Ha. 5

- Dosis

= Volume semprot x konsentrasi = 11,6 L/Ha x 15 cc/L

= 174 cc/Ha

B. Dengan Mikron Herbi

Diketahui : SPH (populasi/Ha) = 58

Larutan yang digunakan = 1 Liter

Pokok (tanaman) sawit yang tersemprot = 12 pokok Konsentrasi smart = 300 cc/20 liter = 15 cc/liter

(56)

Ditanya : Volume semprot/ha, Dosis/ha, ??? Jawab :

- Volume semprot

= SPH x larutan yang terpakai

Pokok yang tersemprot

= 58 x 1 liter = 4,8 L/Ha. 12

- Dosis

= Volume semprot x konsentrasi = 4,8 L/Ha x 15 cc/L

= 72,4 cc/Ha

Dosis yang diberikan perusahaan sebanyak 150 cc/Ha. Jika menggunakan knapsack sprayer terjadi pemborosan material sebanyak 24 cc/Ha, sedangkan jika menggunakan mikron herbi penggunaan material dua kali lipat lebih hemat dari standar perusahaan (72,4 cc yang terpakai, dari standar perusahaan sebanyak 150 cc). 5.2. Deskripsi Unit Bisnis

5.2.1. Deskripsi produk yang dihasilkan

Produk yang dihasilkan adalah tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan buah (janjang). Rata-rata janjang yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit dalam setahun adalah 10-12 janjang (tanaman tua), tanaman dewasa (14-16 janjang), tanaman muda (18-20 janjang). Janjang inilah yang akan menghasilkan CPO.

(57)

5.2.2. Deskripsi Proses Produksi

Penggunaan mikron herbi sebagai alat untuk menyemprot gulma tanaman sawit pada tanaman mature yang digunakan dalam pengembangan bisnis ni bertujuan untu mengurangi/mengefisiensikan biaya dalam pemakaian material. Penyemprotan dilakukan satu kali dalam 2 bulan. Jika menggunakan knapsack sprayer material yag digunakan lebih boros, untuk itu perusahaan menggunakan mikron herbi yang penggunaan materialnya lebih hemat dua kali lipat.

5.2.3. Deskripsi Pelanggan

Produk yang dihasilkan oleh Bah Lias Estate adalah CPO (crude palm oil) dimana semua kegiatan pemasarannya dilakukan dengan sistem kontrak yang telah diatur oleh kantor pusat yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. CPO yang akan di ekspor ke luar negri dikirimkan melalui pelabuhan Belawan. Daerah pemasaran yaitu Cina, malaysia dan benua Eropa.

5.2.4. Deskripsi Pemasaran

Pemasaran CPO (crude palm oil) dilakukan berdasarkan kontrak yang telah disepakati dengan pihak pembeli. Teknis pelaksanaan kontrak ini yaitu perusahaan membuat perkiraan tentang jumlah CPO yang dapat dihasilkan dalam 1 tahun berdasarkan forecasting yang telah dilakukan.

5.3. Rencana Investasi dan pendanaan

Rencana investasi dan pendanaan pada penyemprotan tanaman kelapa sawit dimulai pada saat tanaman berumur 2,5 - 3 tahun (tanaman sudah menghasilkan) dengan luasan lahan yang akan disemprot adalah 1000 Ha selama satu bulan.

(58)

5.3.1. Biaya Alat

Tabel 4. Biaya alat pada penyemprotan gulma tanaman kelapa sawit sebelum pengembangan bisnis pada luas 1000 Ha selama satu bulan

N o Jenis Alat Jmlh (bh) Harga/unit (Rp) Total (Rp) U E Nilai Sisa Deprs /thn Deprs /bln 1 Knapsack Sprayer 10 310,000 3,100,000 2 155,000 77,500 6,458 2 Dirigen 20 Liter 3 30,000 90,000 2 4,500 12,750 1,063 3 Corong 1 5,000 5,000 2 250 2,375 198 4 Ember 2 16,000 32,000 2 1,600 7,200 600 5 Tabung ukur 2 10,000 20,000 2 1,000 4,500 375 6 Angkong 2 350,000 700,000 1 35,000 315,000 26,250 Jumlah 3,947,000 1 197,350 419,325 34,944

Tabel 5. Biaya alat pada penyemprotan gulma tanaman kelapa sawit setelah pengembangan bisnis pada luas 1000 Ha selama satu bulan

N o Jenis Alat Jmlh (bh) Harga/unit (Rp) Total (Rp) U E Nilai Sisa Deprs /thn Deprs /bln 1 Mikron herbi 5 580,000 2,900,000 2 145,000 217,500 18,125 2 Dirigen 20 Liter 3 30,000 90,000 2 4,500 12,750 1,063 3 Corong 1 5,000 5,000 2 250 2,375 198 4 Ember 2 16,000 32,000 2 1,600 7,200 600 5 Tabung ukur 2 10,000 20,000 2 1,000 4,500 375 6 Angkong 2 350,000 700,000 1 35,000 315,000 26,250 Jumlah 3,747,000 187,350 559,325 46,610

Berdasarkan biaya alat di atas, biaya yang bisa dihemat adalah sebanyak Rp. 200,000 untuk luasan 1000 Ha selama satu bulan.

Gambar

Gambar 1. Tandan buah yang siap panen
Gambar 2. Tandan buah segar kelapa sawit yang telah dipanen
Tabel 1. Perkiraan produksi TBS, minyak sawit dan inti sawit pada berbagai umur tanaman kelapa sawit
Gambar 3. Struktur Organisasi Bah Lias Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada 3 macam pengujian yang dilakukan, yang pertama pengujian tegangan DSSC terhadap waktu ketika tidak diberi rangkaian untuk mengetahui kestabilan tegangan DSSC, yang

Untuk pegawai non-darurat : Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Evakuasi

Debit air sangat berpengaruh besar, sebab debit air dapat mempngaruhi kadar oksigen terlarut dalam air, debit air yang kecil maka kadar oksigen juga

Tindak pidana yang berhubungan dengan dunia perbankan dimulai dengan perampokan uang di bank, ketika kejahatan pada umumnya dilakukan oleh orang- orang berasal

Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk

Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan data pribadi siswa, dan menggunakan angket Instrumen IKMS (Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa) untuk

Pada praktikum ini, perlu dilakukan pengaturan suhu supaya tidak terjadi tekanan ke atas yang berlebih, yang dapat menyebabkan molases tertarik ke tabung untuk uap alkohol.Pada bagian

Jika dilihat dari konsep pemupukan (5T) yaitu: tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat kualitas dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa petani belum