• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan individu yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998). Menurut UU No. 10 tahun 1992 keluarga didefinisikan sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak. Menurut Perry dan Potter (2005), keluarga adalah sebagai unit yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja menurut jenis kelamin.

Dari ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan atau hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.

2. Tipe Keluarga

Menurut Setyowati dan Murwani (2007), keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

Berikut ini disampaikan berbagai tipe keluarga : a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau anak angkat).

(2)

2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah , misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.

3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.

4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat diakibatkan oleh perceraian atau kematian.

5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

b. Tipe keluarga non tradisional 1) The unmarriedteenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri. 3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisai anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

4) The non marital heterosexual cohibitang family

Keluarga yang hidup besama dan berganti-ganti pasangan tanpa melaui pernikahan.

5) Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).

(3)

6) Cohibitang couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group marriage family

Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

8) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

10) Homesless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan.

3. Tugas Keluarga Dalam Kesehatan

Menurut Setyowati dan Murwani (2007), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu:

(4)

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat, agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan dapat teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak dapat terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

(5)

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin keluarga sehat.

e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

B. Kecemasan Keluarga 1. Pengertian

Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart dan Sundeen, 2007).

Taylor (2003) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikoligis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).

2. Faktor Predisposisi

a. Teori Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi dua tuntutan dari elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya (Stuart dan Sundeen, 2007).

Menurut Freud (1926) dalam Kaplan dan Saddock (1997) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan

(6)

perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk menganbil tindakan dengan defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkat rendah intensitas karakteristik fungsinya sebagai suatu sinyal, ia dapat timbul semua kehebatan serangan panik. Idealnya, penggunaan represi saja menyebabkan pemulihan keseimbangan psikologis tanpa pembentukan gejala, karena represi yang efektif sama sekali menahan dorongan dan efek serta khayalan yang menyertainya, menahan mereka di bawah sadar. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan, dan regresi) mungkin menyebabkan pembentukan gejala, jadi menghasilkan gambaran gangguan neurotik yang klasik (seperti histeria, fobia, neurosis, obsesif-kompulsif).

b. Teori Perilaku

Pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pakar perilaku menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan (Stuart dan Sundeen, 2007)

Menurut Kaplan dan Saddock (1997) teori perilaku atau belajar tentang kecemasan telanh menghasilkan suatu pengobatan yang paling efektif untuk gangguan kecemasan.teori prilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik.

c. Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

(7)

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat (Stuart dan Sundeen, 2007).

d. Teori Eksistensial

Menurut Kaplan dan Saddock (1997) teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder), dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronik. Konsep inti dari teori eksistensional adalah bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih menggangu dari pada penerimaan kematian atas mereka yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistansi dan arti yang berat tersebut. Permasalahan eksistansional telah semakin banyak sejak pekembangan senjata nuklir.

e. Teori Keluarga

Menjelaskan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan, antara gangguan kecemasan dengan depresi (Stuart dan Sundeen, 2007)

f. Teori Biologi

Menurut Kaplan dan Saddock (1997) teori biologi tentang kecemasan telah dikembangkan dari penelitian praklinis dengan model kecemasan pada pasien yang faktor biologisnya dipastikan, berkembangnya pengetahuan tentang neurologi dasar, dan kerja obat psikoterapetik. Suatu kutub pikiran menyatakan bahwa perubahan biologis yang dapat diukur pada pasien dengan gangguan kecemasan mencerminkan akibat konflik psikologis; kutub yang berlawanan menyatakan bahwa

(8)

peristiwa biologis mendahilui konflik psikologis. Kedua situasi mungkin terdapat orang tertentu, dan berbagai macam kepekaan yang didasarkan secara biologis mungkin bervariasi di antara orang-orang dengan gejala gangguan-gangguan kecemasan.

Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis, Hall (1980) dalam Stuart dan Sundeen (2007). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Stuart dan Sundeen, 2007)

3. Presipitasi

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), faktor presipitasi kecemasan dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu:

a. Ancaman terhadap integritas biologi

Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum penyebab kecemasan.

b. Ancaman terhadap rasa aman

Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri meliputi tidak tercapainya harapan, tidak terpenuhinya akan status, rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan perilaku, dan tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.

4. Manifestasi Kecemasan

a. Respon Fisik

Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, nafsu, gemetar, mual muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan, kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri (dada, punggung dan leher), gelisah, pingsan dan pusing (Carpenito, 2001).

(9)

Hal senada juga diungkapkan oleh Maramis (1998) bahwa gejala-gejala fisik yang menyertai kecemasan adalah palpitasi, keringat dingin, telapak tangan basah, denyut jantung meningkat, serta keluarnya keringat dingin.

b. Respon Perilaku

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.

c. Respon Kognitif

Tidak mampu berkonsentrasi, kurang orientasi lingkungan, pelupa (tidak mampu untuk mengingat) dan perhatian yang berlebihan (Carpenito, 2001).

d. Respon Afektif

Respons afektif akibat dari kecemasan antara lain; mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, malu.

5. Tingkat Kecemasan

Menurut Hamilton klasifikasi tingkat kecemsan dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :

a. Kecemasan Ringan (mild anxiety)

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsi. Tanda dan gejala antara lain : persepsi dan perhatian meningkat, waspada, mampu mengatasi situasi bermasalah dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

(10)

b. Kecemasan Sedang (moderate anxiety)

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan seseorang pada hal yang nyata dan mengesampingkan yang lain, sehingga mengetahui perhatian yang sedikit, tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Tanda dan gejala dari kecemasan sedang yaitu persepsi agak menyempit secara selektif, tidak perhatian tetapi dapat mengarahkan perhatian.

c. Kecemasan Berat (severe anxiety)

Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain.

6. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 symptom yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang di observasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (Severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang di perkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0.972. Kondisi ini menunjukka bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel.

(11)

Penilaian kecemasan skala HARS terdiri 14 item, meliputi :

a. Perasaan cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

b. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi

f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

(12)

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = satu dari gejala yang ada 2 = separuh dari gejala yang ada 3 = lebih dari ½ gejala yang ada 4 = semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai pernyataan 1 - 14 dengan hasil :

a. Skor <17 = kecemasan ringan b. Skor 18 – 24 = kecemasan sedang c. Skor 25 – 30 = kecemasan berat

C. Dukungan Sosial 1. Pengertian

Friedman (1985) dalam Friedman (1998) Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan; sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998). Kane (1988) dalam Friedman (1998) mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya.

Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Johnson and Johnson dalam Brunner & Suddarth, (2002) berpendapat bahwa dukungan sosial

(13)

adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu.

2. Bentuk - Bentuk Dukungan Sosial

Kebanyakan peneliti melihat dukungan sosial sebagai dukungan instrumental yang nyata (transaksi yang memberikan pertolongan atau bantuan langsung) dan dukungan emosional/informasi (House dan Kahn, 1985; Thoits, 1982 dalam Friedman, 1998) memasukan kedua komponen dukungan sosial ini dalam empat jenis dukungan : instrumental, informasional, penilaian, dan emosional. Friedman (1998) menambahkan selain empat dukungan di atas dukungan spiritual adalah sebagai cara paling penting bagi keluarga mengatasi suatu stresor yang berkaitan dengan kesehatan.

a. Tangible Assistance Support (Dukungan Materi)

Dukungan materi adalah merupakan tindakan atau materi yang diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang menekan.

b. Information Support (Dukungan Informasi)

Dukungan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini. Bentuk intervensi keperawatan yang biasa diminta, diperolehnya informasi mempunyai sasaran memperbaiki kemampuan koping pasien/keluarga (Levental dan Johnson, 1983 dalam Brunner & Suddarth, 2002), misalnya nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu untuk mengatasi sesuatu

(14)

c. Apprasial Support (Dukungan Penilaian/penghargaan)

Dukungan penghargaan termasuk bantuan individu untuk memahami peristiwa yang dapat menimbulkan stres dengan lebih baik dan mengetahui penyebabnya. Penghargaan dari orang lain dan sugesti yang berarti bagi seseorang dapat mengimbangi aspek yang dapat menimbulkan stres suatu kejadian.

d. Emotional Support (Dukungan Emosional)

Bantuan sosial emosional merupakan pernyataan tentang cinta, perhatian, empati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress.

Kemampuan untuk mendapat dukungan emosional dari keluarga, sahabat dan pelayan kesehatan sementara memelihara rasa kemampuan diri sangat penting. Penyakit sering mengakibatkan ketakutan dan ansietas serta rasa terasing. Keterampilan koping yang bermakna dapat meraih bantuan dari orang lain, sehingga akan memelihara harapan melalui dukungan. Dukungan dapat diperoleh dengan cara berbicara dengan orang lain yang mengalami kondisi serupa. Kelompok pendukung sangat penting untuk mendorong ekspresi perasaan, berbagi masalah praktis, dan merupakan koping efektif secara bersama ( Brunner & Suddarth, 2002).

e. Spiritual Support (Dukungan Spiritual)

Meskipun kebanyakan orang akan memikirkan upaya mencari dan mengandalkan dukungan spiritual sebagai suatu respons koping individual, beberapa studi menyatakan bahwa anggota keluarga menemukan dukungan spiritual ini sebagai cara keluarga untuk mengatasi stresor (Chesler dan Barbarinm 1987; Friedman, 1985; Olson et al, 1983 dalam Friedman 1998).

(15)

Sesungguhnya kepercayaan terhadap Tuhan dan berdoa diidentifikasikan oleh anggota keluarga sebagai cara paling penting bagi keluarga mengatasi suatu stresor yang berkaitan dengan kesehatan (Friedman, 1985; Pravikoff, 1985 dalam Friedman 1998).

3. Sumber - Sumber Dukungan Sosial

Hause dan Kahn dalam Friedman (1998) mengemukakan bahwa dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung; atau dukungan sosial eksternal – dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga). Menurut Pilisuk dan Parks (1983) dalam Friedman (1998) di dalam jaringan kerja sebuah keluarga ada teman-teman, asosiasi kerja, tetangga-tetangga, dan jaringan kerja komunitas; jaringan kerja profesional (termasuk mereka yang memberikan perawatan kesehatan, dan kaum profesional lainnya).

(16)

D. Kerangka Teori

Gambar : 2.1 Skema Kerangka Teori

Sumber modifikasi : Hamilton (1959), (House & Kahn, (1985); Thoits, (1982) dalam Friedman, 1998), Kaplan & Saddock (1997), Stuart & Sundeen (2007).

E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar : 2.2 Skema Kerangka Konsep

Dukungan sosial 1. Materi 2. Informasi 3. Penilaian 4. Emosi 5. Spiritual Kecemasan Keluarga Tingkat kecemasan 1. Kecemasan ringan 2. Kecemasan sedang 3. Kecemasan berat

Dukungan sosial Kecemasan keluarga

Faktor Predisposisi 1. Psikoanalitik 2. Perilaku 3. Interpersonal 4. Eksistensial 5. Keluarga 6. Biologi Faktor presipitasi 1. Ancaman terhadap integritas biologi 2. Ancaman terhadap rasa aman Sumber Dukungan 1. Suami/Istri 2. Saudara kandung 3. Teman 4. Asosiasi kerja 5. Tetangga 6. Dokter 7. Perawat 8. Ahli gizi

(17)

F. Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan kecemasan keluarga pasien di ruang HND RSUP Dr. Kariadi Semarang.

G. Hipotesa

Hipotesa penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan keluarga pasien di ruang HND.

2. Ada hubungan antara dukungan materi dengan kecemasan keluarga pasien di ruang HND.

3. Ada hubungan antara dukungan informasi dengan kecemasan keluarga pasien di ruang HND.

4. Ada hubungan antara dukungan penghargaan dengan kecemasan keluarga pasien di ruang HND.

5. Ada hubungan antara dukungan emosi dengan kecemasan keluarga pasien di ruang HND.

6. Ada hubungan antara dukungan spiritual dengan kecemasan keluarga pasien di ruang HND.

Gambar

Gambar : 2.1 Skema Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, bahwa salah satu tujuan pendidikan jasmani adalah mengarahkan peserta didik pada pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Melalui aktivitas gerak yang

Pembuatan berbagai macam antibiotik (Alexander Flemming/1928 menemukan penisilin yang dihasilkan oleh Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum. Selman Waksman/1944

Adapun dari penelitian ini, pasien yang memiliki dukungan keluarga baik tetapi kurang baik dalam menerapkan self care diabetes melitus, dapat dipengaruhi oleh

− Huruf : bila akan dirujuk di-refer di bagian lain dari Laporan KKL, harus menggunakan huruf untuk menghindari kerancuan dengan penggunaan angka untuk bab dan sub bab. Bentuk

Dan  pada perhitungan setiap titik pada suatu spesimen Jominy mengalami laju pendinginan dengan laju tertentu, yang besarnya dapat dianggap sama pada spesimen Jominy yang

Stripping potensiometri anodik adalah seperti yang telah dibahas di atas, sedangkan stripping potensiometri katodik yang juga sering disebut dengan analisis stripping

Juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 22:3 &#34;Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti