Rancang Bangun Sistem Pemancar Wireless Charging dengan
Memanfaatkan Induksi Magnetik Guna Pengisian Daya Pada Mobile
Phone
Desnal Dwi Prakoso.1, Efa Maydhona Saputra, S.T., M.T.2, Rheyuniarto Sahlendar Asthan, S.T., M.T.31,2,3Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Informatika dan Sistem Fisis
Institut Teknologi Sumatera
[email protected], [email protected], [email protected] Abstract—Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai rancang bangun
sistem pemancar(transmitter) yang terdapat pada perangkat pengisian daya wireless charging dengan sistem induksi magnetic sebagai pengisian daya pada mobile phone. Sistem transfer daya nirkabel saat ini sangat dibutuhkan sebagai pengisian energi, sistem wireless yang digunakan akan mempermudah dalam melakukan pengisian daya pada perangkat- perangkat elektronik secara efektif, dengan metode induksi resonansi magnetic. Tegangan pada frekuensi tertentu dipancarkan oleh transmitter kemudian tegangan yang dipancarkan dapat diterima oleh receiver dalam tegangan berfrekuensi seperti pada transmitter. Pada bagian penulisan ini akan membahas mengenai sistem pada transmitter dan untuk bagian receivernya akan dibahas pada jurnal[1].
Kata kunci : wireless charging, transmitter, induksi magnetic, resonansi magnetic.
I. PENDAHULUAN
Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah tersebar luas serta sudah semakin canggih. Perkembangan teknologi tersebut dapat memberikan kemudahan dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan perkembangan teknologi yang sudah tersebar luas maka 100 juta lebih masyarakat Indonesia telah mempunyai perangkat komunikasi genggam seperti mobile phone[2]. Mobile phone dapat digunakan sebagai media informasi dan komunikasi yang dapat digunakan dimana saja dan kapan saja. Namun, pada saat daya baterai dari perangkat mobile phone habis maka perangkat tersebut harus dihubungkan ke sumber daya sehingga perangkat tersebut dapat digunakan kembali. Saat ini pengisian daya antara perangkat mobile phone dengan sumber daya masih menggunakan perantara berupa kabel penghubung. Pengisian daya menggunakan kabel menjadi tidak efektif apabila kabel tersebut dalam keadaan rusak sehingga pengisian daya tidak dapat dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuat suatu produk yang dapat mentransfer daya tanpa menggunakan kabel sebagai penghantarnya lalu juga bisa dibawa berpergian kemana-kemana dan dimana saja [3].Dengan adanya pengembangan teknologi wireless ini kita dapat melakukan transfer daya tanpa menggunakan kabel penghubung sebagai perantaranya. Tentu dengan adanya teknologi tersebut akan lebih mudah melakukan dalam pengisian daya baterai tanpa rumit dengan kabel. Alat yang menggunakan sistem magnetic coupling dianggap tepat pada teknologi ini karena proses pengiriman daya tidak menggunakan kontak fisik tetapi menggunakan induksi magnetik yang saling terintegrasi untuk mentransferan daya listrik [3].
Seiring perkembangan teknologi yang ada saat ini dan kendala yang dihadapi, kita dapat mendesain suatu perangkat transfer daya listrik secara wireless serta memiliki sifat yang portable. Untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan suatu produk yang disebut dengan portable wireless charging.
II. DASAR TEORI
A. Transfer daya nirkabel dan induksi magnetik
Transfer daya listrik secara nirkabel adalah sebuah proses terjadinya perpindahan energi listrik tanpa menggunakan kabel sebagai penghubung, listrik tersebut ditransmisikan dari sumber listrik baik AC maupun DC menuju ke beban. Metode utama transfer daya secara nirkabel adalah dengan memanfaatkan induksi elektromagnetik.
Induksi elektromagnetik adalah timbulnya gaya gerak listrik (GGL) di dalam suatu kumparan/konduktor, terdapat perubahan fluks magnetik pada kumparan jika kumparan tersebut bergerak relatif pada medan magnetik[4]. Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan yang mencakup sejumlah fluks magnetik.
Apabila banyaknya fluks magnetik garis gaya tersebut di variasi, maka akan menimbulkan gaya gerak listrik di dalam kumparan. Sehingga kumparan berada di dalam medan magnet yang kuat medannya berubahubah terhadap waktu.
Gambar 2.1 Ilustrasi kumparan yang beresonansi Gambar 2.1 merupakan cara kerja transfer energi listrik terjadi pada masing-masing kumparan sisi pengirim yang terhubung dengan power supply sebagai sumber energi listrik, induksi elektromagnetik yang dihasilkan akan beresonansi dengan kumparan sisi penerima sehingga terjadi aliran energi listrik[6].
A. Koppling magnetic
Induksi elektromagnetik yang terjadi pada proses transfer daya listrik nirkabel, mempengaruhi jarak antara kedua kumparan pengirim dan kumparan penerima. Pada proses terjadi induksi elektromagnetik, jumlah fluks magnetik yang dihasilkan hanya sebagian kecil oleh kumparan pengirim dan diterima pada kumparan penerima untuk terjadinya proses transfer daya listrik nirkabel. Sehingga semakin banyak fluks magnetik yang diterima oleh kumparan penerima, nilai kopling magnetik yang dihasilkan akan semakin baik[4]. Pada gambar 2.2 dapat merupakan contoh copling magnetic.
Gambar 2.2 induksi antar lilitan coil.
Nilai kopling magnetik dipengaruhi oleh jarak antara kumparan pengirim dan kumparan penerima juga dari bentuk dan ukuran antar kumparan tersebut.
A. Rangkaian osilator
Rangkaian osilator adalah suatu rangkaian elektronika yang dapat membangkitkan dengan frekuensi tertentu dan amplitudonya tetap dengan menggunakan sistem feedback yaitu, sebagian sinyal dan keluaran yang dikembalikan lagi ke masukan dengan phase dan tegangan yang sama sehingga terjadi osilasi terus-menerus [7]. Untuk menghasilkan sinyal osilasi dibutuhkan tegangan DC yang diberikan ke rangkaian osilator oleh beberapa komponen-komponen osilasi.
Prinsip kerja dari rangkaian osilator dimulai dari sinyal noise yang berasal dari tegangan sumber DC saat pertama kali rangkaian bekerja [7]. Sinyal noise ini kemudian kembali ke input penguat sehingga terjadi proses looping (berulang-ulang). Selanjutnya sinyal noise yang semakin membesar dan membentuk periode tertentu sesuai dengan jaringan filter yang dipasang. Periode inilah yang menjadi nilai frekuensi sebuah osilator yang sering disebut dengan frekuensi resonansi. Jika sinyal umpan balik melalui komponen resonansi, maka sinyal dilewatkan yang paling dominan adalah sinyal dengan frekuensi resonansi.
Gambar 2.3 Rangkaian osilator.
Gambar 2.3 adalah rangkaian osilator yang terdiri dari nilai R3 dan R4 sebagai pembagi tegangan suplay pada basis transtor sedangan rangkaian feedback yang memiliki kapasitor dan inductor yang terhubung secara seri sebagai penghasil frekuensi osilasi kemudian output tersebut dikuatkan menggunakan darlington transitor yang disusun secara seri sebagai pin out. Sehinnga rangkaian menghasilkan sinyal osilasi yang memiliki frekuensi resonansi. Berikut merupakan persaman untuk frekuensi dari osilator :
Fo
=
12𝜋√LC (1)
Fo = Frekuensi osilasi (Hz) L = Nilai induktansi (H) C = Nilai kapasitansi (F)
III. PERANCANGAN SISTEM
A. Rangkaian Baterai
Pada rangkain baterai memiliki fungsi utama yaitu sebagai rangkaian proteksi baterai auto cut off ketika pengisian daya pada baterai perangkat tersbut sudah terisi full guna menghindari arus
berlebih yang menyebabkan baterai perangkat rusak. Rangkaian baterai ini dilengkapi dengan indikator berupa dua buah nyala LED dimana LED warna hijau yang menandakan sedang terjadi pengisian daya pada baterai, sedangkan led berwana merah menadakan daya pada tersebut terisi full dan sistem auto cut off berjalan. Diagram blok sistem pada perangkat rangkaian baterai akan ditunjukan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Blok sistem rangkaian baterai.
B. Rangkaian osilator
Rangkaian osilator dalam subsistem ini berperan sebagai penghasil gelombang sinyal listrik secara periodik dengan amplitudo yang konstan. Sinyal arus searah DC dari supply baterai dikonversi oleh rangkaian osilator menjadi sinyal arus bolak balik atau AC sehingga menghasilkan sinyal yang periodik dengan amplitudo konstan untuk menghasilkan frekuensi yang diinginkan [7]. Rangkaian osilator adalah suatu rangkaian elektronika yang dapat membangkitkan dengan frekuensi tertentu dan amplitudonya tetap dengan menggunakan sistem feedback yaitu, sebagian sinyal dan keluaran yang dikembalikan lagi ke masukan dengan phase dan tegangan yang sama sehingga terjadi osilasi terus-menerus [7]. Dalam merancang produk portable wireless charging rangkaian osilator dirancang untuk berkerja pada frekuensi 100kHz - 300kHz. Untuk rancangan desain osilator dapat dilhat pada Gambar 2.3. diagram blok sistem pada rangkaian osilator dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram blok sistem rangkaian osilator C. Antena coil transmitter pemancar
Antena coil Transmiter(Pemancar) dalam subsistem ini berperan sebagai komponen pasif yang dapat memancarkan daya dengan frekuensi yang dihasilkan oleh rangkaian osilator sehingga transfer daya dapat terjadi dengan adanya antena coil receiver (penerima) menggunakan sistem induksi magnetik. Untuk desain antena dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan 3.4 untuk diagram blok sistem antenna pemancar.
Gambar 3.3 Desain antena pemancar.
Gambar 3.4 Diagram blok sistem antenna pemancar
IV. IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN
A. Rangkaian baterai
Hasil implementasi sistem rangkaian baterai yang telah di kemas dalam packaging dapat dilihat seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil Implementasi rangkaian baterai Dari gambar 4.1 subsistem ini terdapat tiga bagian blok sistem, yaitu baterai, rangkaian baterai, dan adaptor yang memiliki tugas masing-masing. baterai berfungsi sebagai penyimpanan daya dan sebagai supply utama pada perangkat, rangkaian baterai yang berfungsi sebagai proteksi baterai terhadap pengisian daya berlebih, dan adaptor sebagai suplai pengisian daya baterai ketika baterai habis. ketiga bagian ini harus berfungsi dengan baik agar tidak terjadi malfungsi terhadap sistem. apabila terjadi kegagalan fungsi terhadap subsistem ini, subsistem lain akan mengalami gangguan dan tidak dapat berjalan dengan baik karena supply utama dari perangkat ada di dalam subsistem tersebut.
B. Rangkaian Osilator
Rangkaian osilator ini terdapat komponen yang amat penting sehingga fungsi dari subsistem rangkaian osilator ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Komponen tersebut adalah rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus DC menjadi arus AC sehingga dapat membangkitkan frekuensi yang diharapkan, nantinya akan dikirim oleh antena pengirim dan diterima antena penerima.
Subsistem ini harus memiliki tingkat akurasi yang tinggi agar tidak terjadi malfungsi terhadap sistem. Apabila terjadi malfungsi terhadap subsistem ini, maka subsistem lainnya akan terganggu sehingga tidak akan bisa mentransfer daya seperti yang diharapkan.. Hasil implementasi perangkat rangkaian osilator dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Hasil Implementasi rangkaian Osilator
C. Antena pengirim(transmitter)
Perancangan antenna transmitter (pengirim/ pemancar) merupakan bagian yangpenting dalam sistem ini, jika tidak ada antena pemancar, maka sebuah tegangan dari supply dari osilator tidak dapat di transmisi / dihantarkan tanpa menggunakan kabel menuju bagian sistem receiver. Pada antena pemancar ini maka dibutuhkan komponen agar dapat memancar energi dari rangkaian osilator menuju ke sistem penerima(receiver) yaitu berupa kawat email yang digunakan dalam rangkaian ini adalah 0,7 mm. pada Gambar 4.3 merupakan hasil implementasi dari antenna pengirim(transmitter).
Gambar 4.3 Implemtasi antenna pemancar(transmitter) D. Hasil Pengujian
Hasil pengujian yang dilakukan terdiri atas pengujian sistem pemancar(transmitter) dan pengujian sistem penerima(receiver).
Adapun hasil pengujian sistem pemancar dan sistem penerima akan diuraikan dibawah ini.
1. Pengujian sistem pemancar
Hasil pengujian sistem pemancar(transmitter) dilakukan dengan melakukan pengujian pada hasil rangkaian baterai untuk pengisian baterai pada perangkat, pengujian rangkaian osilator, dan pengujian antenna pengirima. Berikut hasil pengujian yang diperoleh.
a. Hasil pengujian rangkaian baterai
Tabel 4.1 Parameter keberhasilan dan Hasil pengujian Rangkian baterai Parameter
keberhasilan pengujian
• Dapat mencharging baterai pada produk portable wireless charging
• Kapasitas baterai > 10000 mAh
• Tegangan 5V
• Otomatis cut off Hasil pengujian • Arus keluaran
Rangkaian baterai ini mempunyai fungsi agar baterai pada produk portable wireless charging dapat terisi, dari hasil yang didapatkan yaitu arus charging yang didapat sebesar 0.6A
• Tegangan keluaran
Untuk melakukan pengisian daya pada baterai ion 18650 tegangan input harus diatas tegangan kerja baterai yaitu 3,7V.
Dari rangkaian baterai didapat hasil tegangan output sebesar 4.99V
• Otomatis cut off
Untuk pengujian otomatis cut off , jika tegangan baterai sudah mencapai 4,2V maka sistem otomatis cut off langsung berfungsi.
Gambar 4.4 Hasil uji kapsistas 1 baterai
Gambar 4.5 hasil outut tegangan rangkaian baterai
Gambar 4.6 Hasil output arus charging rangkaian baterai
Gambar 4.7 Indikator led ketika charging
Gambar 4.8 Indikator led ketika auto cut off
A. Rangkaian Osilator
Tabel 4.2 Parameter keberhasilan dan Hasil pengujian Parameter
keberhasilan pengujian
• Tegangan keluaran AC
• Vrms >5V
• Frekuensi berpedoman dengan standar Qi
Hasil pengujian • Tegangan keluaran AC
Dalam melakukan pengujian arus/tegangan AC dapat dilakukan dengan menggunakan osiloskop.
• Vrms >5V
Setelah melakukan pengujian rangkaian osilator menghasilkan output tegangan sebesar 14,8V
• Frekuensi standar Qi
Setelah melakukan pengujian output frekuensi rangkaian osilator sebesar 112,4kHz.
Gambar 4.9 Hasil output rangkaian osilator
B. Antenna Pengirim Parameter
keberhasilan pengujian
• Material kawat tembaga
• Koefisien refleksi (S11) ≤-10 dB
• Frekuensi berpedoman dengan standar Qi
Hasil pengujian • Material kawat tembaga
Hasil pengujian kawat tembaga masih menjadi bahan yang paling cocok untuk mengalirkan listrik.
• Koefisien refleksi (S11) ≤-10 dB Frekuensi yang keluar masih dalam
rentang S11.
• Frekuensi standar Qi
Setelah melakukan pengujian keluaran frekuensi rangkaian osilator sebesar 112,4kHz.
Gambar 4.10 Hasil induktansi antenna pengirim C. Hasil keseluruhan pengujian sistem penerima (Receiver) Tabel 4.1 Tegangan terhadap jarak tanpa beban
Pada tabel 4.1 terdapat hubungan jarak, tegangan, dan arus tanpa kondisi berbeban. Besaran tersebut terlihat bahwa semakin jauh jarak penerima maka akan menyebabkan tegangan yang terukur semakain mengecil. Secara visual penurunan tegangan dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
Tabel 4.2 Tegangan terhadap jarak ketika berbeban mobile phone.
Jarak (mm)
Tegangan (V)
0 11,3
1 11
2 10
3 10
4 9,2
5 8,6
6 8,3
7 7
8 5,6
9 5,1
10 4,9
15 3,3
20 2,5
25 1,7
30 1,2
35 0,8
40 0,6
45 0,4
50 0
Pada tabel 4.1 terdapat hubungan jarak dan tegangandengan menggunakan beban feature phone. Besaran tersebut terlihat bahwa semakin jauh jarak penerima maka akan menyebabkan tegangan yang terukur semakain mengecil. Secara visual penurunan tegangan dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
V. PEMBAHASAN
A. Rangkaian Baterai
Pada perangkat portable wireless charging for mobile phone perangkat memiliki suplay daya utama baterai dimana Ketika baterai supplay daya tersebut habis maka harus dilakukan pengisian daya kembali agar perangkat dapat digunakan terus-menerus secara optimal, rangkaian baterai berfungsi sebagai pengatur daya masuk charging ke baterai dimana rangkaian baterai tersebut dapat melakukan monitoring pengisian daya pada baterai seperti ditunjukan pada gambar 4.1 selain itu juga rangkaian baterai dapat berfungsi sebagai otomatis cut off apabila pengisian baterai sudah terisi penuh untuk menjaga agar baterai terhindar dari arus belebih Ketika pengisian, proses otomatis cut off ini menggunakan relay dan transistor sebagai komponen utama serta led indikator sebagai monitoring Ketika otomatis cut off tersebut aktif. Transistor pada rangkaian berfungsi sebagai saklar otomatis yang akan memerintah kontaktor pada relay untuk berpindah NO sehingga akan memutus 0
50 100 150 200
Grafik Tegangan terhadap jarak tanpa beban
Jarak (mm) Tegangan (V) arus (mA)
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan terhadap jarak berbeban
Jarak (mm) Tegangan (V)
Jarak Tegangan (V)
Arus (mA)
0 5,5 151
1 4,8 147
2 4,43 124
3 4,27 97
4 4,26 73
5 4,2 56
6 4,1 47
7 4,1 22
8 4,1 13
9 4,0 11
10 4,0 7
11 3,8 2
12 3,6 0
rangakain charging menuju baterai membuat rangkaian otomatis cut off berjalan dengan baik seperti ditunjukan pada Gambar4.8 indikator led warna merah menyala dan charging arus ke baterai 0V, Pada prinsipnya transistor pada kaki base transistor mempunya tegangan 0,7V yang membuat transistor tersebut berubah menjadi mode aktif sehingga akan menggerakan kontaktor pada relay yang akan memutus aliran daya ke baterai Ketika tegangan pada baterai menunjukan 4,2V(baterai penuh), untuk setting cut off pada tegangan 4,2 dengan cara memasang resistor variable ke kaki base transistor ketika charging terjadi di tengangan tersebut maka supplai dari changer akan lebih dominan ke arah transistor sehingga supplai pada transistor terpenuhi Vb=0,7V yang menyebabkan transistor tersebut aktif.
B. Sistem rangkaian osilator
Rangkaian osilator dalam pengimplementasian dapat menyuplai listrik sebesar 14,8volt. Tegangan ini diperoleh ketika proses osilasi tegangan dari rangkaian kapasitor dan induktor. Tegangan untuk menyuplai rangkaian osilator ini sebesar 7 Volt. Proses osilasi bekerja secara cepat sehingga membangkitkan tegangan dengan tinggi puncak 2 kali dari puncak gelombang pertama. Rangkaian osilator terdapat kapasitor 22nF dan induktor 3µH yang merupakan bagian terpenting dalam pembangkitan sinyal. Dalam pengujian ini digunakan osiloskop untuk mengetahui nilai tegangan yang disuplai oleh osilator.
Frekuensi pada osilator dibangkitkan melalui keberadaan kapasitor dan induktor yang terdapat pada osilator. Kapasitor merupakan hal yang berpengaruh terhadap besaran frekuensi yang akan dibangkitkan. Selain kapasitor, dalam proses pembangkitan frekuensi pada rangkaian osilator terdapat induktor. Adapun nilai kapasitor dan nilai induktor yang digunakan dalam proses pembangkitan frekuensi dinyatakan dalam perhitungan sebagai berikut:
Nilai induktor
𝐿 = 28,8𝜇𝐻 + 3𝜇𝐻 𝐿 = 31,8𝜇𝐻 Nilai kapasitor
𝐶 = 22𝑛𝐹 + 0,9𝑛𝐹 𝐶 = 22,9𝑛𝐹
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai induktor sebesar 31,8μH dan nilai kapasitor sebesar 22,9nF. Besaran kedua nilai tersebut digunakan dalam perhitungan untuk menentukan frekuensi secara teoritis. Perhitungan yang digunakan membantu dalam proses perancangan nilai kapasitor dan nilai dari induktor. Secara teoritis frekusnsi yang diperoleh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐹0= 1
2𝜋√𝐿𝐶 ……….(1)
𝐹0 = 1
2𝜋√31,8 × 10−6× 22,9 × 10−9 𝐹0= 186504,2919𝐻𝑧
Sesuai dengan perhitungan secara teoritis diperoleh nilai frekuensi sebesar 186504,2919Hz. Proses implementasi osilator yang dirancang dengan menggunakan acuan persaan di atas diperoleh 112400Hz. Perbedaan dengan nilai perhitungan dan nilai implementasi dikarenakan toleransi nilai kapasitor yang digunakan.
Penggunaan resistor akan menghasilkan feedback yang membuat tegangan berosilasi yang akan membangkitkan frekuensi pada transistor. Mengacu dalam standar Qi dengan nilai acuan rentang frekuensi pada suatu osilator yaitu senilai 110000-300000Hz.
Menurut hasil implementasi, nilai frekuensi yang dihasilkan dalam rangkaian osilator telah sesuai dengan standar Qi. Oleh karena itu, rangkaian osilator dapat digunakan dalam perangkat portable wireless charging for mobile phone.
C. Antena pemancar
Pengimplementasian antenna pemancar menggunakan koefisien refleksi -10dB. Acuan koefisen fleksi berupa daya pantul yang diterima antena penerima. Daya proses transmisi daya terdapat rugi- rugi daya yang disebabkan oleh jarak dari antena pemancar ke antena penerima. Penentuan besaran rugi-rugi dapat diketahui melalui dengan menggunakan Vektor Network Analyzer (VNA). Keterbatasan keberadaan alat dalam proses pengimplementasian sehingga rugi-rugi tidak dapat terukur dalam proses ini. Dalam hal ini pengujian antenna pemancar terjadi dengan cara mengintergrasikan antena pemancar dengan antena penerima sehingga terlihat antena tersebut dapat memancarkan dengan baik dan diterima oleh antenna penerima.
VI. KESIMPULAN
1. Rancang bangun yang telah diimplementasikan telah memenuhi standar Qi dan wireless charging sehingga telah layak digunakan untuk produk wireless charging phone mobile.
2. Dalam implementasi produk portable wireless charging for mobile phone dapat mentransferkan daya ke beban dengan sistem nirkabel.
3. Jarak maksimum pengisian daya secara nirkabel pada perangkat portable wireless charging for mobile phone pada 12mm.
4. Dalam implementasi produk portable wireless charging for mobile phone masuk kedalam standar Qi yang menjadi acuan dalam transfer daya untuk mobile phone.
5. Dalam implementasi produk portable wireless charging untuk indikator baterai sudah bekerja sesuai dengan fungsinya.
6. Dalam implementasi produk portable wireless charging for mobile phone pengisian beban dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
VII. REFERENSI
[1] M. Aidil “Rancang Bangun Rectenna Pada Produk Portable Wireless Charging For Mobile Phone,” Tugas Akhir, ITERA, 2020.
[2] I. Rahmayani, Kominfo, “Indonesia Raksasa Teknologi Digital Asia,” Sorotan media,2015.
[3] X. Lung, P. Wang, D. Niyato, D. I. Kim dan Z.
Han, “Wireless Charging Tecnologies : Fundamentals, Standards, and Network Applications,” vol. 1, hal. 1-6, 2015.
[4] V. B. Saputra, C. Kumolo, N. F. F. Wibowo “ Analisa Luas Penampang dan Pengaruh Jarak Terhadap Transmisi Daya pada Wireless Charger Universal Smartphone,” vol. II , hal. 1-2, 2016.
[5] P. Studi, T. Elektro, F. T. Industri, U. Islam, and I. Jalan, “LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN TRANSFER DAYA
LISTRIK NIRKABEL BEBAN DC
MENGGUNAKAN INDUKSI
ELEKTROMAGNETIK Tugas Akhir Oleh : Tyo Fabian Fadel Abstrak Pendahuluan Tinjauan Pustaka,” 2018
[6] Panggabean, Berri M. Haloan, Herman.
Purwasing, Nining “ Perancangan Sistem Transfer Energi Secara Wireless Dengan
Menggunakan Teknik Resonansi Induktif Medan ElektromagnetikAnalisa” , 2014.
[7] L. N. Rohmah, H. Nugroho dan K. Wardani
“Rancang Bangun Pembelajaran Osilator,” Vol.
2, hal. 55-65, 2018.