PERANCANGAN ANTENA ARRAY FRACTAL MIKROSTRIP
3.1. Pendahuluan
Pada penelitian ini akan dirancang dan analisa antena mikrostrip array fractal
dengan teknik pencatuan secara tidak langsung yaitu menggunakan saluran
mikrostrip (Microstrip Feed Line). Dengan rancangan ini adalah diharapkan
menghasilkan bandwidth yang lebar sehingga mampu memenuhi spesifikasi
yang dibutuhkan. Tahapan pertama dimulai dengan perancangan antena
mikrostrip single patch seperti flowchart dibawah ini.
Gambar 3.1 Prosedur Rancang Bangun Antena Mikrostrip Single Patch
Pada tahapan ini mengesampingkan nilai VSWR dan return loss karena
sebagai pembanding pada pembuatan antena fractal. Setelah perancangan
antena mikrostrip single patch selesai dilakukan dengan perancangan antena
mikrostrip single fractal iterasi 1. tahapan perancangan antena mikrostrip single fractal iterasi 1 dapat dilihat di flowchart di bawah ini.
Gambar 3.2 Prosedur Rancang Bangun Antena Mikrostrip Single Fractal Iterasi 1
Pada tahapan ini juga mengesampingkan nilai VSWR dan return loss karena
sebagai pembanding pada pembuatan antena fractal. Setelah perancangan
antena mikrostrip single fractal iterasi 1 selesai dilakukan dengan perancangan antena mikrostrip single fractal iterasi 2. tahapan perancangan antena mikrostrip single fractal iterasi 2 dapat dilihat di flowchart di bawah ini.
Gambar 3.3 Prosedur Rancang Bangun Antena Mikrostrip Single Fractal
Iterasi 2
Pada tahapan ini mengesampingkan nilai VSWR dan return loss karena sebagai pembanding pada pembuatan antena fractal.
Dalam hal pembuatan antena fractal menggunakan mode Sierpinski_Karpet
Setelah perancangan antena mikrostrip single fractal iterasi 2 selesai
dilakukan perancangan array terhadap antena tersebut sehingga diperoleh
antena mikrostrip array 2 fractal iterasi 2. Pada tahapan ini sebelumnya
dilakukan modifikasi antena single fractal iterasi 2 yang digunakan karena
frekuensi kerja antena tersebut telah bergeser dari frekuensi kerja yang
diinginkan. Setelah didapat hasil antena single fractal iterasi 2 yang
dimodifikasi sesuai frekuensi kerja yang diinginkan selanjutnya dilakukan
perancangan array 2 pada antena tersebut, Pada tahapan ini nilai VSWR dan
Return Loss tidak dikesampingkan, untuk mencari hasil terbaik dalam
perancangan saluran pencatu. tahapan perancangan antena mikrostrip array 2
fractal iterasi 2 dapat dilihat di flowchart di bawah ini.
Gambar 3.4 Prosedur Rancang Bangun Antena Mikrostrip Array 2 Fractal
Setelah perancangan antena mikrostrip array 2 fractal iterasi 2 selesai, maka dilanjutkan dengan perancangan antena mikrostrip array 4 fractal iterasi 2.
Pada tahapan ini nilai VSWR dan Return Loss tidak dikesampingkan, untuk
mencari hasil terbaik dalam perancangan saluran pencatu. tahapan
perancangan antena mikrostrip array 4 fractal iterasi 2 dapat dilihat di
flowchart di bawah ini.
Gambar 3.5 Prosedur Rancang Bangun Antena Mikrostrip Array 4 Fractal
Iterasi 2
Ada beberapa tahapan utama dalam perancangan antena ini, diantaranya adalah penentuan karakteristik antena, penentuan spesifikasi substrat yang akan digunakan, penentuan dimensi patch antena dan penentuan dimensi saluran pencatu yang kemudian disimulaskan pada perangkat lunak sonnet.
3.2. Perangkat Lunak Perancangan Antena
Pada perancangan antena ini menggunakan perangkat lunak. Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk simulasi dan untuk mengetahui karakteristik atau kinerja antena yang dirancang. Adapun perangkat perangkat lunak yang digunakan yaitu :
Sonnet versi 11.54.
Perangkat lunak ini dipergunakan untuk merancang dan mensimulasikan antena array fractal yang akan dibuat. Setelah disimulasi akan diperoleh beberapa karakteristik antena seperti frekuensi kerja, bandwidth, impedansi input , return loss, VSWR, dan pola radiasi.
Software TXLINE 2003
Perangkat lunak ini digunakan untuk menentukan saluran pencatu microstrip line sehingga dihasilkan kondisi matching.
Softaware ExpressPCB versi 70.02
Perangkat lunak ini digunakan untuk membuat gambar layout PCB yang
akan dibuat sebelum dicetak pada PCB
Microsoft Excel 2007
Perangkat lunak ini digunakan untuk mengolah data dengan persamaan matematis.
3.3. Perancangan Antena
Tahapan perancangan antena pertama kali yaitu menentukan frekuensi kerja antena mikrostrip yaitu 2.45 GHz (2.4 GHz – 2.5 GHz) untuk aplikasi WIFI.
Setelah menentukan frekuensi kerja antena mikrostrip, tahapan selanjutnya yaitu menentukan jenis substrat yang akan digunakan untuk pembuatan antena, dalam hal ini penulis menggunakan jenis FR-4 karena jenis ini banyak digunakan untuk pembuatan antena mikrostrip di Indonesia dan mudah ditemukan di lapangan serta harga yang terjangkau. Jenis substrat FR-4 mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Spesifikasi Substrat yang Digunakan Konstanta Dielektrik Relatif (𝜀
𝑟) 4,2
Dielektrik Loss Tangent (tan δ) 0,0017
Ketebalan Substrat (h) 1,6 mm
Konstanta Permeabilitas Relatif (𝜇
𝑟) 1 Konduktifitas Bahan 5,88 x 10
7S/m
Ketebalan substrat akan mempengaruhi bandwidth dan gelombang permukaan
(surface wave), semakin kecil tebal substrat maka efek gelombang permukaan
semakin kecil, dengan mengecilnya gelombang permukaan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja antena, seperti : gain dan bandwidth. Selain itu konstanta dielektrik relatif (𝜀
𝑟) juga akan mempengaruhi terjadinya gelombang permukaan, namun dengan semakin kecilnya konstanta dielektrik relatif maka ukuran patch dan saluran pencatu mikrostrip yang dibutuhkan akan semakin besar, karena ukuran patch saluran pencatu mikrostrip yang dibutuhkan akan semakin besar, karena ukuran patch dan saluran mikrostrip berbanding terbalik dengan konstanta dielektrik.
3.4. Perancangan Saluran Pencatuan Mikrostrip
Teknik pencatuan yang digunakan pada penelitian ini adalah direct coupling (pencatuan secara langsung). Pada penelitian ini digunakan dua buah spesifikasi saluran pencatu mikrostrip, yaitu : 50 Ohm dan 100 Ohm.
3.4.1. Saluran Pencatu 50 Ohm
Saluran pencatu 50 Ohm dihubungkan dengan konektor 50 Ohm. Untuk
mendapatkan nilai impendasi 50 Ohm dapat dilakukan dengan mencari
lebar saluran pencatu. Dengan menggunakan perangkat lunak txline 2003
dan memasukan beberapa parameter yang dibutuhkan , maka secara
otomatis akan diketahui berapa lebar impendasi 50 Ohm. Pada gambar di
bawah ini :
Gambar 3.6 Tampilan txline 2003 untuk mencari lebar saluran pencatuan 50 Ohm
Seperti terlihat pada gambar 3.2 di atas, maka didapatkan lebar saluran pencatu 50 ohm sebesar 3.12958 mm, dan dalam perancangan dibulatkan menjadi 3 mm karena disesuaikan dengan grid yang ada pada perangkat lunak SONNET.
3.4.2. Saluran Pencatu 100 Ohm
Dengan cara yang sama, menggunakan perangkat lunak txline 2003 dapat
dihasilkan lebar saluran pencatu 100 ohm sebagai berikut :
Gambar 3.7 Tampilan txline 2003 untuk mencari lebar saluran pencatuan 100 Ohm
Seperti yang terlihat pada gambar 3.3 di atas, didapatkan lebar saluran pencatu 100 ohm sebesar 0,702304 mm, dan dalam perancangan dibulatkan menjadi 1 mm karena disesuaikan dengan grid pada perangkat lunak SONNET. Saluran pencatu 100 ohm dihubungkan dengan patch pada perancangan dua elemen atau lebih (array). Setelah itu dihubungkan dengan saluran pencatu 50 ohm.
Gambar 3.8 Saluran Pencatu 50 Ohm dan 100 Ohm
3.5. Perancangan Antena Single Patch
Setelah menentukan frekuensi kerja antena dan jenis substrat yang digunakan, maka langkah selanjutnya melakukan perancangan patch antena. Perancangan patch antena dimulai dengan menentukan dimensi dari patch tersebut. Patch antena yang dirancang berbentuk persegi panjang (rectangular) dan formula untuk perhitungan dimensi dari patch sebagai berikut :
Sebelum menentukan nilai panjang dan lebar patch kita harus menentukan terlebih dahulu nilai panjang gelombang antena yang kita rancang.
Diketahui : 𝑐 : 3 × 10
8𝑚 𝑠
𝑓
𝑜: 2,45 𝐺𝐻𝑧 = 2,45 × 10
9𝐻𝑧 𝜀
𝑟: 4,2
tan 𝛿 : 0,0017
ℎ : 1,6𝑚𝑚
𝜇
𝑟: 1
Maka rumus untuk mencari panjang gelombang :
𝜆 = 𝑐 𝑓
𝑟𝜆 = 3 × 10
8𝑚 𝑠 2,45 × 10
9𝐻𝑧
𝜆 = 122,45 𝑚𝑚
Setelah itu dapat dicari nilai dari lebar patch antena dengan rumus :
𝑊 = 𝑐 2𝑓
𝑜 𝜀𝑟+12
𝑊 = 3 × 10
82 × 2,45 × 10
9 4,2+12
𝑊 = 3 × 10
82 × 2,45 × 10
9× 2,6
𝑊 = 3 × 10
87,9 × 10
9𝑊 = 0,03797 𝑚 = 37,97 𝑚𝑚
𝑊 ≈ 38 𝑚𝑚
Untuk mencari nilai konstanta dielektrik efektif (𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓) dapat dirumuskan :
𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓= 𝜀
𝑟+ 1
2 + 𝜀
𝑟− 1 2
1 1 + 12 ℎ 𝑊
𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓= 4,2 + 1
2 + 4,2 − 1 2
1
1 + (12 × 1,6 × 10
−3) 37,97 × 10
−3𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓= 2,6 + 1,6 1
1 + 0,51)
𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓= 2,6 + 1,6 1 1,23
𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓= 2,6 + 1,3
𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓≈ 3,9
Selanjutnya untuk mencari efek medan tepi pada elemen peradiasi sebagai berikut :
Δ𝐿 = 0,412ℎ 𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓+ 0,3
𝑊ℎ
+ 0,264 𝜀
𝑟,𝑒𝑓𝑓− 0,258
𝑊ℎ
+ 0,8
Δ𝐿 = (0,412 × 1,6 × 10
−3) 3,9 + 0,3
37,97×10−31,6×10−3
+ 0,264 3,9 − 0,258
37,97×10−31,6×10−3