MINAT SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN
AUDIO VIDEO SMK N 3 YOGYAKARTA DALAM MENGIKUTI
EKSTRAKURIKULER ROBOTIK LINE FOLLOWER
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik S1
Oleh :
ANDY AULA NIM. 08502241003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
v
MOTTO
“Hai orang
-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”
(QS. Muhammad 47:7)
“Tiap
-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-
lah kamu dikembalikan”
(QS. Al-
Anbiya’ 21:35)
“Di tempat
-tempat yang cintanya paling besar, di situlah terjadi
berbagai keajaiban”
(Nilla Gather, 1873-1947)
vi
PERSEMBAHAN
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai tanda bakti kepada :
● Ayah dan Ibu yang saya hormati dan saya sayangi, terimakasih atas semua dukungan baik materiil dan non materiil sehingga dengan izin Allah SWT dan do’a restumu saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Biarpun selama beberapa tahun ini saya tidak pernah bertemu denganmu, namun keyakinan dalam hati saya tetap kuat
untuk bertahan disini, membawa segenap harapan dan do’a dari ayah dan ibu, inilah sepenggal janji yang sudah dapat saya tepati dalam beberapa tahun ini.
● Kakak dan adik saya tercinta, yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan disaat saya sedang mengalami masa-masa sulit dan penuh tekanan dalam kehidupan saya.
● Teman-teman SMP saya, yang bersedia menjadi tempat persinggahan semantara disaat saya mengalami kejenuhan saat berada di ruamh.
● Teman-teman jurusan elektronika kelas A yang selalu membuat saya tertawa dan memberikan dukungan akan arti sebuah persahabatan yang tiada akirnya.
● Penasihat akademik saya, Bpk. Slamet, M.Pd. yang selalu memotivasi, mengarahkan perjalanan akademik saya sehingga semagat saya terus ada dalam diri ini untuk menyelesaikan penelitian saya.
● Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu disini.
Terimakasih atas semua dukungan dan do’anya sehingga penelitian ini
selesai sesuai dengan target dan rencana saya, semoga kebaikan do’a dan harapan
vii
ABSTRACT
Interest Students X Class Of Audio Video Skills Competency SMK N 3 Yogyakarta In Participating
Line FollowerRobotic Extracurricular By:
Andy Aula 08502241003
The purpose of final project this thesis is: (1) determine the effect of intrinsic factors to the interest students X class of audio video skills competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular, (2) determine the effect of extrinsic factors to the interest students X class of audio video skill competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular, (3) determine the effect of intrinsic and extrinsic factors to the interest students X class of audio video skill competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular.
This study used survey research methods, variables in this study is interest students X class of audio video skill competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular divided into intrinsic factors (X1), extrinsic factors (X2), and extracurricular (Y). The population in this study is
X class of audio video skills competency force 2012/2013 which amounts to 68 students. Data collection techniques in this study is questionnaire likert scale measuring. The number of questions in the questionnaire is 60 items, and items that fall is 14 items, so that valid and reliable items totaling is 56 items. Techniques of analysis in this study is a multiple regression analysis.
The results of this study are : (1) interest students X class of audio video skills competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular that is equal to 0,372 then the value consulted with Rtable intrinsic
factors bring low influence to interest students in participating line follower robotic extracurricular and the effective contribution of intrinsic factor is 23,41%, (2) interest students X class of audio video skills competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular that is equal to 0,429 then the value consulted with Rtable extrinsic factors bring moderate
influence to interest students in participating line follower robotic extracurricular and the effective contribution of extrinsic factor is 30,88%, (3) there is a significant effect between intrinsic and extrinsic factors on interest students X class of audio video skills competency SMK N 3 Yogyakarta in participating line follower robotic extracurricular, this is indicated with correlation coefficient is 0,737, coefficient of determination is 0,543, effective contribution of intrinsic factor is 23,41%, and effective contribution of extrinsic factor is 30,88%.
viii
ABSTRAK
MINAT SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN AUDIO VIDEO SMK N 3 YOGYAKARTA DALAM MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER
ROBOTIK LINE FOLLOWER
Oleh : Andy Aula 08502241003
Tujuan tugas akhir skripsi ini adalah : (1) mengetahui pengaruh faktor intrinsik terhadap minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower, (2) mengetahui pengaruh faktor ekstrinsik terhadap minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower, (3) mengetahui pengaruh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik terhadap minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey, variabel dalam penelitian ini adalah minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower yang terbagi dalam faktor intrinsik (X1), faktor ekstrinsik (X2), dan ekstrakurikuler (Y).
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video angkatan 2012/2013 yang berjumlah 68 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan pengukuran skala likert. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner yaitu 60 item,dan item yang gugur yaitu 14 item sehingga item valid dan reliabel berjumlah 56 item. Teknik analisis dalam penelitian ini yaitu dengan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini adalah : (1) minat siswa kelas X kompetensi keahlian audio video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower yaitu sebesar 0,372 kemudian nilai tersebut dikonsultasikan dengan Rtabel
faktor intrinsik memberikan pengaruh rendah terhadap minat siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower dan sumbangan efektif faktor intrinsik sebesar 23,41%, (2) minat siswa kelas X kompetensi keahlian audio video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower
yaitu sebesar 0,429 kemudian nilai tersebut dikonsultasikan dengan Rtabel faktor
ekstrinsik memberikan pengaruh sedang terhadap minat siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower dan sumbangan efektif faktor ekstrinsik sebesar 30,88, (3) terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik terhadap minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower, hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,737, koefisien determinasi sebesar 0,543, sumbangan efektif faktor intrinsik sebesar 23,41%, dan sumbangan efektif faktor ekstrinsik sebesar 30,88%.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufik, hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Minat Siswa Kelas X Jurusan
Audio Video SMK N 3 Yogyakarta Dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Robotik
Line Follower”. Shalawat serta salam senatiasa tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu istiqomah
berada dijalan-Nya.
Dalam menyelesaikan proyek akhir ini tidak lepas dari bantuan, arahan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Moch. Bruri Triyono selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Bapak Muhammad Munir, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
Elektronika.
4. Bapak Handaru Jati, Ph.D. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Teknik Elektronika.
5. Bapak Slamet, M.Pd. selaku Penasehat Akademik.
x
7. Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik yang selalu memberikan bantuan, doa,
dukungan, dan semangat yang tiada henti.
8. Rekan-rekan kelas A Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika UNY
2008 yang telah menjadi teman dan sahabat penulis selama ini, semoga
persaudaraan kita selalu terjaga.
9. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu hingga tersusunnya laporan tugas akhir skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu sangat terbuka oleh semua pihak untuk
memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan, pembaca pada umumnya, dan penulis ada khususnya.
Yogyakarta, 19 September 2012
xii
C. Variabel Penelitian ... 61
D. Paradigma Penelitian ... 62
E. Populasi ... 63
F. Definisi Operasional Variabel ... 63
G. Teknik Pengumpulan Data ... 63
H. Instrumen Penelitian ... 64
I. Uji Coba Instrumen ... 67
J. Teknik Analisa Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Deskripsi Data ... 80
B. Uji Persyaratan Analisis ... 91
C. Pengujian Hipotesis ... 93
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Populasi ... 63
Tabel 2. Pemberian Skor Item Jawaban ... 65
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 66
Tabel 4. Validitas Instrumen ... 68
Tabel 5. Reliability Statics ... 70
Tabel 6. Distribusi Uji Reliabilitas Instrumen ... 70
Tabel 7. Kategori Kecenderungan ... 73
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Intrinsik ... 81
Tabel 9. Kategori Kecenderungan Faktor Intrinsik ... 81
Tabel 10. Distribusi Kecenderungan Seluruh Faktor Intrinsik ... 82
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Ekstrinsik ... 85
Tabel 12. Kategori Kecenderungan Faktor Ekstrinsik ... 86
Tabel 13. Distribusi Kecenderungan Seluruh Faktor Ekstrinsik ... 87
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Ekstrakurikuler ... 89
Tabel 15. Kategori Kecenderungan Ekstrakurikuler ... 90
Tabel 16. Uji Normalitas Kolmogolov-Smirnov ... 91
Tabel 17. Uji Linieritas X1 Terhadap Y ... 91
Tabel 18. Uji Linieritas X2 Terhadap Y ... 92
Tabel 19. Uji Multikolinieritas X1 dan X2 ... 92
Tabel 20. Distribusi Regresi Ganda X1 dan X2 Terhadap Y ... 94
Tabel 21. Koefisien Korelasi ... 95
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Terjadinya Motivasi ... 18
Gambar 2. Kerangka Berpikir ... 59
Gambar 3. Paradigma Penelitian ... 62
Gambar 4. Pie Chart Minat Siswa Berdasarkan Faktor Intrinsik ... 82
Gambar 5. Pie Chart Minat Siswa Berdasarkan Motivasi ... 83
Gambar 6. Pie Chart Minat Siswa Berdasarkan Bakat ... 84
Gambar 7. Pie Chart Minat Siswa Berdasarkan Faktor Ekstrinsik ... 86
Gambar 8. Pie Chart Minat Siswa Berdasarkan Lingkungan Keluarga ... 87
Gambar 9. Pie Chart Minat Siswa Berdasarkan Lingkungan Teman Sebaya .. 88
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan hal pokok dan suatu keharusan bagi setiap
individu. Jika individu itu malas dalam belajar, maka akan tertinggal dan
mengalami kesulitan dalam mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang begitu pesat serta kesulitan dalam menerima dan
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru di sekolah. Dalam buku
Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan yang disusun oleh TIM Dosen IKIP
Malang (1980:213) disebutkan bahwa hakekat pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia dan membudayakan manusia, sehingga mampu
mencipta, berkarya, dan membaik bagi kehidupan ekosentrisnya (kebulatan
diri dan lingkungannya). Pernyataan tersebut merupakan salah satu konsep
pendidikan yang menekankan betapa penting dan kuatnya peranan pendidikan
dalam pembinaan manusia, artinya pendidikan sebagai suatu kegiatan
pembinaan sikap dan mental yang akan menentukan tingkah laku seseorang.
Dalam menerima pelajaran khususnya di SMK, siswa perlu
memahami setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah, hal ini
dikarenakan seorang siswa yang berada di sekolah kejuruan (SMK) harus
membagi waktu dalam mempelajari pelajaran umum dan memepelajari
pelajaran khusus (produktif) sesuai dengan kompetensi keahlian
2
Kegiatan lain diluar jam pelajaran (KBM) seperti ekstrakurikuler yang
menyita waktu dan tenaga siswa, perlu sebuah manajemen waktu yang baik
dalam mengikuti dan membagi porsi pada kegiatan kelas dan ekstrakurikuler
tersebut. Ektrakurikuler di setiap sekolah pada dasarnya hampir sama, namun
pada lembaga pendidikan di SMK biasanya terdapat ektrakurikuler yang
berkaitan dengan setiap kompetensi keahlian yang ada di sekolah tersebut,
salah satu ektrakurikuler di SMK N 3 Yogyakarta yaitu ektrakurikuler robotik
line follower.
Berdasarkan pengamatan saat melaksanakan program KKN-PPL di
SMK N 3 Yogyakarta, dari dua kelas yaitu kelas AV I dan AV II siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler robotik jumlahnya masih sedikit, yaitu kurang dari
jumlah keseluruhan siswa per kelas, ini berarti diduga tingkat ketertarikan
siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler robotik tersebut sangat rendah,
beberapa siswa mempunyai alasan bahwa mengikuti ektrakurikuler membuat
kondisi mereka semakin bertambah lelah karena pada dasarnya jam kegiatan
pembelajaran di kelas cenderung berakhir hingga sore hari, belum lagi bila
siswa mengikuti ekstrakurikuler maka mereka akan tetap tinggal di sekolah
lebih lama lagi.
Alasan lain juga menyebutkan bahwa selain hingga sore hari, mereka
juga disibukkan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh para guru baik untuk
mata pelajaran umum dan ataupun mata pelajaran khusus, sehingga bila
mengikuti ekstrakurikuler yang berakhir hingga sore hari, ditambah
3
rumah dan kebanyakan dari mereka mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah
esok hari di sekolah dengan meniru atau mencontek hasil tugas dari teman
yang sudah mengerjakan sebelumnya.
Perlu adanya sebuah minat dalam diri siswa supaya bersedia
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah, khususnya
ektrakurikuler robotik yang cenderung diikuti oleh siswa-siswi kompetensi
keahlian audio video di SMK N 3 Yogyakarta. Hal ini dikarenakan robotik
tidak diajarkan dalam mata pelajaran maupun tertera pada silabus program
keahlian audio video, namun ektrakurikuler robotik merupakan satu-satunya
ektrakurikuler yang berkesinambungan dengan materi pelajaran kompetensi
keahlian audio video di SMK N 3 Yogyakarta.
Semakin tinggi minat yang ada pada diri siswa tersebut dan dapat
tersalurkan serta mendapat bimbingan dengan baik, maka minat tersebut
dimungkinkan akan menjadikan siswa belajar dengan antusias yang tinggi
dan dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan baik.
Menurut Joner (Saleh, 2005:263) minat siswa dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik terdiri dari pengaruh umur, jenis kelamin,
pengalaman, persepsi, perasaan mampu, intelegensi, prestasi belajar,
motivasi, dan kebutuhan. Sedangkan faktor ekstrinsik terdiri dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, informasi, teman
sebaya, sosial ekonomi, dukungan orang tua, dan juga lingkungan sosial
4
mengemukakan bahwa faktor intern terklasifikasi dalam tiga kategori, yaitu
faktor jasmaniah, faktor psikologis yang meliputi kecerdasan,
perhatian,minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan, dan faktor yang
ketiga yaitu faktor kelelahan. Kedua faktor tersebut mempunyai peranan
dalam pembentukan sebuah minat pada setiap individu.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Minat Siswa
Kelas X Kompetensi keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta Dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Robotik Line Follower”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Rendahnya ketertarikan siswa-siswi kompetensi keahlian audio
video dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower.
2. Diperlukan timbulnya minat dalam diri siswa supaya bersedia
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler robotik line follower.
3. Ditemukan beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi minat
siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower.
4. Ditemukan beberapa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat
5
C. Batasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang diangkat dan tertera pada
identifikasi masalah, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan
pada penelitian ini yaitu minat siswa kelas X kompetensi keahlian audio
video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower berdasarkan faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
D. Rumusan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang diangkat dan tertera pada latar
belakang masalah dan batasan masalah, maka penulis membatasi ruang
lingkup permasalahan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui :
1.Bagaimana pengaruh faktor intrinsik terhadap minat siswa Kelas X
Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam
mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower ?
2.Bagaimana pengaruh faktor ekstrinsik terhadap minat siswa Kelas
X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam
mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower ?
3.Adakah pengaruh yang signifikan antara faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik terhadap minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian
Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam mengikuti
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh faktor intrinsik terhadap minat siswa Kelas X
Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam
mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower.
2. Mengetahui pengaruh faktor ekstrinsik terhadap minat siswa Kelas
X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta dalam
mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower.
3. Mengetahui pengaruh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik terhadap
minat siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Audio Video SMK N 3
Yogyakarta dalam mengikuti ekstrakurikuler robotik line follower.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan mempunyai
beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya sebagai pengembang disiplin ilmu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan solusi untuk
menimbulkan minat siswa kelas X kompetensi keahlian audio
7 b. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan saran bagi peneliti dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama berada di bangku perkuliahan, serta
menambah pengetahuan sebagai bekal untuk terjun ke
masyarakat dan sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar sarjana pendidikan.
c. Bagi Universitas
Menambah koleksi sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa yang
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Minat
a. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu faktor yang ada dalam pendidikan,
pekerjaan, maupun kegiatan yang lainnya diperkirakan ada hubungnnya
dengan prestasi seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari kurangnya
perhatian sering diduga sebagai penyebab kegagalan atau kurangnya
prestasi seseorang. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu objek
tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek
tersebut. Timbulnya minat terhadap suatu objek akan disusul dengan
meningkatnya perhatian terhadap objek tersebut. Perhatian yang lahir
karena adanya minat akan membuat individu akan mengikuti atau
memperhatikan objek secara sungguh-sungguh dengan perasaan senang
tanpa ada unsur paksaan dari dalam maupun dari luar siswa.
Gunarso (1985) mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang
pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap
suatu objek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan
serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek
tersebut. Woodworth dan Marquis (2001) berpendapat, minat merupakan
suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan
9
Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk
berhubungan dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa,
menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya.
Apabila individu menaruh minat terhadap sesuatu hal ini disebabkan objek
itu berguna untuk menenuhi kebutuhannya.
Minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda,
atau kegiatan apapun bisa berupa pengalaman yang afektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat
menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi dalam kegiatan”.
Dengan demikian hal-hal yang dapat dijadikan tolok ukur minat
seseorang terhadap suatu obyek adalah seperti perasaan senang,
perhatiannya terhadap obyek, kesesuaian dengan obyek dan adanya
kebutuhan. Karena minat merupakan kecenderungan seseorang yang
mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu akan memberikan
tanggapan posistif bila diajak berbicara mengenai masalah-masalah yang
berkaitan dengan sesuatu tersebut. Selain itu seseorang yang berminat
terhadap sesuatu akan mempunyai perhatian terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan obyek itu karena mempunyai sangkut paut dan
kesesuaian dengan dirinya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (1994:38) yang
menjelaskan bahwa “Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang
10
terhadap obyek tersebut”. Dalam pengertian ini pula terkandung bahwa
minat terhadap dua aspek yaitu adanya perhatian yang mendalam terhadap
obyek tersebut dan adanya keinginan untuk mempelajari dan membuktikan
lebih lanjut.
Menjalankan fungsi minat berhubungan erat dengan pikiran dan
perasaan. Manusia memberi corak dan menentukan, sesudah memilih dan
mengambil keputusan. Perbuatan minat memilih dan mengambil
keputusan disebut keputusan kata hati. (Ermina Istiqomah, 2011).
Selain itu Rochman Natawijaya mengemukakan, “Apabila
seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka minatnya tersebut akan
menjadi pendorong” (1990:94). Dorongan yang kuat untuk beraktifitas ini
hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan. Bila kebutuhan terpenuhi
maka akan menimbulkan kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri
sifatnya menyenangkan. Jadi dapat dikatakan bahwa dorongan untuk
berhubungan secara lebih aktif dengan obyek yang menarik ini disertai
pula dengan perasaan senang membuat individu tersebut cenderung
berhubungan lebih aktif dan ingin mengetahui ataupun mempelajari obyek
yang diamati tersebut.
Beberapa pendapat tentang minat yang tertera diatas dapat
disimpulkan bahwa minat timbul karena adanya perasaan tertarik, dimana
perasaan seseorang cenderung menetap dan menghasilkan perasaan senang
terhadap bidang yang ditekuni. Dengan perasaan senang ini tentunya dapat
11
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Berbicara mengenai minat, munculnya minat tidak terbentuk secara
tiba-tiba melainkan terbentuk dan berkembang melalui proses pendidikan,
proses sosialisasi dan proses interaksi sosial didalam keluarga, disekolah,
dan didalam masyarakat, Crow dan Crow (dalam Kasijan Z) menyebutkan
bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang, yaitu :
1) Faktor pendorong yang berasal dari dalam
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seperti harapan
dan keinginan, yang mendorong pemusatan perhatian dan
keterlibatan mental secara aktif.
2) Faktor motif sosial, merupakan faktor yang membangkitkan motif
sosial
Minat pada hal-hal yang ada hubungannya dengan pemenuhan
kebutuhan sosial bagi dirinya.
3) Faktor emosional, merupakan intensitas seseorang dalam
melakukan tindakan
Menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu
(1984:159-160).
Crow dan Crow seperti yang dikutip Jhony Killis (1988:25)
mengemukakan tiga faktor yang mendasarkan timbulnya minat yaitu
12
pemusatan perhatian dan keterlibatan mental secara aktif. Dorongan
mencari makan merupakan dorongan dari dalam yang menimbulkan minat
atas obyek atau kegiatan itu. Dorongan ingin tahu membangkitkan minat
pada kegiatan seperti penelitian atau sejenisnya.
Faktor motif sosial merupakan faktor yang membangkitkan minat
pada hal-hal yang ada hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan sosial
bagi dirinya, misalnya pengakuan lingkungan terhadap dirinya. Dorongan
untuk dihargai orang menimbulkan minat terhadap busana yang baik,
pendidikan yang lebih tinggi dan sebagainya.
Faktor emosional mendasari timbulnya minat setelah dirasakan
emosi menyenangkan pada peristiwa sebelumnya. Keberhasilan dalam
suatu kegiatan yang menyebabkan emosi yang menyenangkan selanjutnya
akan mempertinggi minat pada obyek tersebut. Sebaliknya kegagalan
dapat menurunkan minat seseorang dalam bidang yang bersangkutan.
Winkel (2004:94) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat
yaitu faktor intrinsik yang tumbuh dari dalam diri seseorang dan faktor
ekstrinsik yang berasal dari luar diri seseorang yang merangsangnya untuk
melakukan suatu aktivitas.
Syah (2002:10-11) mengklasifikasikan faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri siswa kedalam aspek fisiologis dan aspek psikologis. Syah
memaknai aspek fisiologis sebagai aspek yang bersifat jasmaniah.
Sementara aspek psikologis dimaknai sebagai aspek yang bersifat
13
minat, dan motivasi anak sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas belajar.
Suherman (2008) menyebutkan bahwa kontribusi kecerdasan
terhadap keberhasilan orang yaitu 20% kecerdasan intelektual, 40%
kecerdasan emosional, dan 40 % karena pengaruh faktor lainnya. Menurut
Joner (Saleh, 2005:263) terdapat dua hal yang mempengaruhi minat yaitu
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Joner (Saleh, 2005: 263) faktor
intrinsik tersebut timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar,
bakat, jenis kelamin, intelegensi dan sebagainya. Rebber (Syah, 2010:
133) faktor internal meliputi pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi
dan kebutuhan.
Saleh (2005:270) memaparkan bahwa minat yang berasal dari luar
mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Sejalan dengan Joner (Saleh, 2005:263) faktor ekstrinsik
antara lain pengaruh latar belakang sosial ekonomi, orang tua, teman
sebaya, dukungan orang tua, informasi, lingkungan dan sebagainya. Syah
(2010: 134) faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dimana individu
itu tinggal.
Berdasarkan pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
minat, peneliti menyimpulkan bahwa minat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan
faktor pendorong yang ditimbulkan individu itu sendiri tanpa adanya
14
individu sendiri. Faktor intrinsik tersebut yaitu berupa kecerdasan,
perhatian,minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. Sedangkan
faktor ekstrinsik merupakan faktor yang dipengaruhi atau yang datangnya
dari luar individu. Faktor ekstrinsik tersebut yaitu berupa pengaruh latar
belakang sosial ekonomi, orang tua, teman sebaya, dukungan orang tua,
informasi, lingkungan dan sebagainya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sebuah minat,namun
berdasarkan dari beberapa pendapat yang tertera diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti lebih memfokuskan sebuah minat dipengaruhi oleh
faktor intrinsik yaitu motivasi dan bakat, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu
dukungan orang tua dan teman sebaya.
1) Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik merupakan faktor pendorong yang ditimbulkan
individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar, faktor tersebut
secara alami timbul dari dalam diri individu sendiri.
a) Motivasi
Motivasi adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri
seseorang yang mampu menyerahkan perilakunya untuk
memenuhi tujuan tertentu. Sukanto dalam Simarmata (2002)
menyatakan bahwa motivasi merupakan keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
15
Sementara itu Sastrohadiwityo (2002) sebagaimana
dikutip oleh Widyawati, dkk (2004) mengartikan motivasi
sebagai suatu keadaan kejiwaan dan sikap mental seseorang yang
membebankan energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan
dan mengendalikan atau meyalurkan perilaku kearah mencapai
kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan.
Lebih lanjut, Sukanto dalam Simarmata (2002)
menyatakan bahwa motivasi dibagi menjadi dua: motivasi
internal, yakni kebutuhan/keinginan yang ada dalam diri
seseorang akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk
melakukan perbuatan, artinya sesuatu yang mendorong seseorang
tersebut adalah faktor dari dalam diri sendiri. Motivasi eksternal,
yaitu menjelaskan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri
individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang dapat
mendorong seseorang tersebut adalah faktor dari luar dirinya.
Slameto (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah
suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Menurut
Akyas Azhari (2000:65) menyatakan motivasi adalah sesuatu
daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana
rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan
16
Sedangkan menurut Muhammad Surya (2004:62)
menyatakan motivasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan
atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu
yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2002:80) motivasi
adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan,
sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan
perilaku individu belajar.
Dimensi motivasi terdiri atas beberapa hal, tergantung
pada tujuannya. Widyawati, dkk. (2004) menjabarkan dimensi
motivasi menjadi empat macam, yaitu :
1) Motivasi kualitas
Motivasi kualitas merupakan dorongan yang timbul
dari diri seseorang yang memiliki dan meningkatkan
kualitas diri dan kemampuannya dalam bidang yang
ditekuninya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan
baik dan benar.
2) Motivasi karir
Motivasi karir menunjuk pada dorongan yang timbul
17
pribadinya dalam rangka mencapai kedudukan,
jabatan/karir yang lebih baik dari sebelumnya. Motivasi
karir dapat diukur dengan mengetahui seberapa besar
keinginan seseorang dalam meningkatkan karirnya
yaitu memperoleh kesempatan promosi jabatan,
pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang, mendapat
perlakuan profesional, mendapatkan pengetahuan
berkaitan dengan pertanggung jawaban dalam bekerja,
meningkatkan kemampuan berprestasi, mampu
melaksanakan beban pekerjaan dengan baik dan
mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan dunia
pekerjaannya (Widyawati, dkk. 2004) .
3) Motivasi ekonomi
Motivasi ekonomi merupakan dorongan yang timbul
dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan
kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai
penghargaan finansial yang diinginkannya. Motivasi
ekonomi dinilai dari seberapa besar dorongan
meningkatkan penghargaan ekonomi baik berupa
penghargaan langsung, seperti pembayaran gaji pokok,
atau upah dasar, overtime/gaji dari lembur, pembayaran
untuk hari libur, pembagian dari laba dan berbagai
18
penghargaan tidak langsung meliputi asuransi
pembayaran liburan, tunjangan biaya sakit, program
pensiun dan berbagai manfaat lainnya.
4) Motivasi sosial
Motivasi sosial diartikan sebagai suatu dorongan
seseorang untuk melakukan perbuatan dengan
tujuan/bernilai sosial, memperoleh pengakuan maupun
penghargaan dari lingkungan dimana seseorang berada.
Motivasi sosial berhubungan dengan keinginan
seseorang untuk diakui eksistensinya.
Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang
mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi.
Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya (1979:78)
menyatakan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur
tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau
menjadi tujuan.
19
Max Darsono (2000) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut :
1) Cita-cita atau aspirasi
2) Kamampuan belajar
3) Kondisi siswa
4) Kondisi lingkungan
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar
6) Upaya guru membelajarkan siswa
Berdasarkan pada beberapa pendapat yang telah diuraikan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keadaan
dalam pribadi seseorang yang menimbulkan atau meningkatkan
dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah
kepada pencapaian suatu tujuan tertentu dimana rumusan motivasi
menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari
sebuah tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan
untuk mengukur motivasi ditinjau dari faktor cita-cita atau
aspirasi, kemampuan belajar, dan kondisi siswa.
W.S.Winkel (1989:96) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah tujuan yang ditetapkan
dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
Max Darsono (2000) menyatakan cita-cita disebut juga aspirasi,
adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak
20
ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
seseorang.
Berdasarkan pada pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa cita-cita atau aspirasi adalah tujuan atau target yang
ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
seseorang, dimana tujuan atau target ini tidak sama bagi semua
siswa.
Max Darsono (2000) menyatakan kemampuan belajar ini
meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa,
misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir, fantasi. Orang belajar
dimulai dengan mengamati bahan yang dipelajari. Pengamatan
dilakukan dengan mengfungsikan panca indera. Makin baik
pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan yang terekam
dalam dirinya, dan makin mudah merepoduksi atau mengingat
apa yang mengolahnya dengan berpikir, sehingga memperoleh
sesuatu yang baru. Daya fantasi juga sangat berpengaruh terhadap
perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kempuan belajar merupakan gabungan dari aspek psikis yang
tedapat pada siswa berupa pengamatan, ingatan, daya fikir, dan
fantasi. Makin baik pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan
21
mengingat apa yang mengolahnya dengan berpikir, sehingga
memperoleh sesuatu yang baru.
Max Darsono (2000) menyatakan kondisi siswa yang
mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi
fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat
melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya
dari pada kondisi psikologisnya. Misalnya siswa yang kelihatan
lesu, mengantuk akibat begadang atau siswa yang dimarahi orang
tuanya dan terbawa ke sekolah akan mengurangi bahkan
menghilangkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kodisi siswa adalah berupa kondisi fisik dan psikologis yang
berada pada diri siswa untuk menerima pelajaran, kondisi fisik
akan lebih terlihat atau lebih cepat menunjukkan gejalanya ketika
siswa menerima pelajaran saat berada didalam kelas.
b) Bakat
Bakat (aptitude) biasanya diartikan “sebagai kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih” (Chaplin, 1976). Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil pembawaan dan
latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat
22
pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang
akan datang.
Sementara kapasitas sering digunakan sebagai sinonim
untuk kemampuan dan biasanya diartikan sebagai kemampuan
yang dapat dikembangkaan sepenuhnya di masa yang akan datang
apabila kondisi latihan dilakukan secara optimal. Dalam praktik
kapasitas seseorang jarang tercapai.
Bingham(dalam Saparinah Sadli, 1986:63): “Bakat adalah
suatu kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus
memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus. Misalnya, kemampuan berbahasa,
kemampuan bermain musik dan lain-lain”.
Bakat yang dimiliki setiap individu masing-masing
berbeda dalam bidang dan derajatnya. Dua orang bisa sama-sama
memiliki bakat melukis, tetapi yang satu lebih menonjol dari pada
yang lain. Individu tertentu dapat mempunyai bakat dalam bekerja
dengan angka-angka, dan yang lain berbakat menulis, dan masih
banyak lagi contoh lain.
Menurut Prof. Dr. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip
oleh Mustakim (2001:140) bakat adalah benih dari suatu sifat
yang baru akan tampak nyata jika ia mendapat kesempatan atau
kemungkinan untuk berkembang. Menurut Crow dan Crow yang
23
sebagai suatu bentuk khusus superioritas dalam lapangan
pekerjaan tertentu seperti musik, ilmu pasti atau teknik.
Bakat dapat segera nampak dan berkembang, atau
sebaliknya juga hanya bersifat potensial dan nampak dalam
kualitas tingkah laku tertentu. Hal ini dapat bergantung pada
individu itu sendiri atau lingkungannya. Suatu bakat tidak dapat
berkembang, karena misalnya individu tersebut kurang berminat
untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, bakat juga dapat
tidak berkembang karena kondisi lingkungan tidak mendukung.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan keluarga dan latar
belakang ekonomi dan sosialnya, lingkungan belajar di kampus,
dan lingkungan masyarakat.
Dengan demikian pengembangan bakat dalam kaitan
dengan proses belajar, ditentukan oleh faktor-faktor yang telah
disebutkan di atas, yang harus dikondisikan agar mendukung
pengembangan bakat yang optimal, sehingga tercapai motivasi
belajar yang baik dari setiap individu.
Bakat menurut Conny Semiawan dkk. (1984:5) yaitu
kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus,
kemampuan berfikir secara kreatif produktif, kemampuan dalam
salah satu bidang seni, kemampuan psikomotorik/kinestetik,
24
Renzulli (Conny Semiawan, 1984:6), berdasarkan hasil
penelitian mengungkapkan bahwa bakat seseorang ditentukan
oleh tiga kelompok ciri-ciri, yaitu:
1) Kemampuan di atas rata-rata
2) Kreatifitas
3) Tanggung jawab terhadap tugas
Sejauh mana seseorang dapat disebut berbakat pada
bidang-bidang tertentu bergantung dari saling keterkaitan antara
ketiga kelompok ciri tersebut. Setiap kelompok memiliki peran
yang sama-sama menentukan keberbakatan seseorang. Ketiga
kelompok di atas didefinisikan dan dirinci oleh Conny Semiawan
(1984:7), sebagai berikut:
1) Kemampuan di atas rata-rata tidak berarti bahwa
kemampuan itu harus unggul. Yang pokok ialah bahwa
kemampuan itu harus cukup diimbangi oleh kreatifitas
dan tanggung jawab terhadap tugas.
2) Kreatifitas ialah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah. Kreatifitas meliputi baik ciri-ciri
aptitude seperti kelancaran, keluwesan, keaslian dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu
25
3) Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas
menunjuk kepada semangat dan motivasi untuk
mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas. Suatu
pengikatan diri dari dalam, bukan tanggung jawab yang
diterima dari luar.
Kita memperoleh gambaran bahwa anak berbakat adalah
mereka yang mempunyai penonjolan-penonjolan dalam
bidang-bidang tertentu bila dibandingkan dengan anak-anak sebaya.
Penonjolan-penonjolan tersebut bisa dalam satu bidang, dua
bidang atau beberapa bidang.
Dalam perkembangan selanjutnya bakat kemudian
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung upaya pendidikan dan
latihannya, inilah yang kemudian dimaksud dengan bakat khusus
(Specific Aptitude).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bakat adalah
kemampuan alamiah yang merupakan potensi untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum
(misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis
26
2) Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang dipengaruhi atau
yang datangnya dari luar individu. Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan faktor ekstrinsik dari “Minat Siswa Kelas X
Kompetensi keahlian Audio Video SMK N 3 Yogyakarta Dalam
Mengikuti Ekstrakurikuler Robotik Line Follower” adalah
lingkungan keluarga dan teman sebaya.
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga berasal dari dua kata yaitu
lingkungan dan keluarga. Sartain, seorang ahli psikologi dari
Amerika, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mendefinisikan
sebagai berikut :
“Lingkungan (environment) adalah meliputi semua
komdisi-kondisi dalam dunia ini yang dicatat dalam
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan, atau life process kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen yang dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen-gen lain” (Ngalim, 2001:28).
Lingkungan mempunyai peranan yang cukup besar
didalam perkembangan individu. Pada umumnya pengaruh
lingkungan bersifat pasif artinya bahwa lingkungan tidak
27
memberikan kemungkinan atau kesempatan kepada individu
untuk mengambil manfaat serta kesempatan yang telah diberikan
oleh lingkungan tergantung dari individu yang bersangkutan.
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung dalam suatu
lingkungan, Fuad Ihsan mengemukakan definisi lingkungan
sebagai berikut :
“Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang berada diluar diri anak,
lingkungan dapat berupa hal-hal nyata seperti tumbuhan,
orang, politik, sosial ekonomi, kebudayaan, kepercayaan,
dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia termasuk
didalamnya adalah pendidikan” (Fuad Ihsan, 2001:16).
Menurut Fuad Ihsan (2001:16) lingkungan yang dengan
sengaja diciptakan untuk memepengaruhi anak ada tiga, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Dari beberapa pengertian lingkungan yang telah
dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam suatu
lingkungan tidak hanya terdapat satu faktor pendukung, tetapi
terdapat faktor lain seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat
yang dapat mempengaruhi perilaku seorang anak.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama,
sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak karena
28
norma. Nana Syaodih Sukmadinata (2003:6) mendefinisikan
keluarga adalah masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat
luas. Semua aspek kehidupan masyarakat ada di dalam kehidupan
keluarga seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, agama
termasuk aspek pendidikan.
Dalam pengertian tersebut, keluarga sudah menjadi tempat
pertama untuk mengadakan sosialisasi bagi kehidupan seorang
anak. Seperti ibu, ayah, dan saudara-saudara serta keluarga yang
lain adalah orang-orang pertama dimana anak mengadakan kontak
dan yang pertama pula untuk mengajarkan bagaimana hidup
bersama orang lain.
Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Dalyono (2007:130)
yang mengemukakan bahwa keluarga merupakan :
“Tempat dimana anak akan diasuh dan dibesarkan,
sehingga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Terutama keadaan ekonomi rumah
tangga, serta tingkat kemampuan orang tua merawat
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani
anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua besar
pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak
terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Anak
29
berpendidikan akan menghasilkan anak yang
berpendidikan pula”.
Dalam pengertian diatas, lingkungan keluarga
berpengaruh cukup penting terhdap pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama keadaan ekonomi dan pendidikan
orang tua. Pendidikan didalam keluarga tertuang juga didalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional
pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “Pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan informal yang terbentuk
kegiatan belajar secara mandiri” (Depdiknas, 2003).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama
dimana seseorang dilahirkan, dan untuk pertama kalinya
mendapatkan pendidikan dasar, asuhan, bimbingan, pembiasaan
diri, latihan, pengalaman hidup, serta pertama kalinya mengenal
norma.
1) Fungsi dan peran lingkungan keluarga
Keluarga merupakan suatu lembaga pendidikan
pertama dan utama yang bersifat informal dan kodrati.
Menurut Hasbullah (2005:39-44) fungsi dan peran
30
a) Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lembaga pendidikan keluarga memberikan
pengalaman pertama yang merupakan faktor
penting dalam perkembangan kepribadian anak,
suasana pendidikan keluarga saat ini sangat
penting diperhatikan karena disinilah terjadi
keseimbangan jiwa didalam perkembagan
individu selanjutnya.
b) Menjamin kehidupan emosional anak
Kehidupan emosional ini merupakan faktor
yang penting didalam membentuk kepribadian
anak. Adanya kelainan didalam perkembangan
emosional pribadi individu disebabkan oleh
kurang berkembangnya kehidupan emosional
yang wajar.
c) Menanamkan dasar pendidikan moral
Keluarga merupakan penanaman utama
dasar-dasar moral bagi anak yang biasanya tercermin
dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai
teladan yang dapat dicontoh anak.
d) Memberikan dasar pendidikan sosial
Perkembangan benih-benih kesadaran sosial
31
terutama didalam kehidupan keluarga yang
penug dengan rasa tolong-menolong,
gotong-royong secara kekeluargaan.
e) Peletakan dasar-dasar keagamaan
Kehidupan dalam keluarga hendaknya
memberikan kondisi pada anak untuk
mengalami suasana hidup beragama.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa fungsi lingkungan keluarga yaitu sebagai suatu
pengalaman yang dialami anak-anak pertama kali,
menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan
pendidikan dasar moral, kehidupan sosial, dan
mengajarkan pendidikan keagamaan serta mendorong
anak untuk mengembangkan inisiatif, kreatifitas, dan rasa
tanggung jawab.
2) Hambatan-hambatan pendidikan dalam lingkungan keluarga
Seorang anak dalam menjalani pendidikan
dilingkungan keluarga biasanya menghadapi hambatan.
Menurut Fuad Ihsan (2001:19) hambatan tersebut antara
lain :
a) Anak kurang mendapat perhatian dan kasih
32
b) Figur orang tua yang tidak mampu
memeberikan keteladanan kepada anak
c) Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau
sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar
anak
d) Kasih sayang orang tua yang berlebihan
sehingga cenderung untuk memanjakan anak
e) Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa
aman kepada anak
f) Orang tua yang tidak bisa memberikan
kepercayaan kepada anak
g) Orang tua yang tidak bisa membangkitkan
inisiatif dan kreatifitas pada anak
Menurut Slameto (2003), lingkungan keluarga
merupakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
psikologi anak. Keluarga merupakan salah satu faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar yang
dijalani oleh seorang anak, sehingga psikologis anak
tersebut dapat berkembang. Keadaan tersebut didukung
oleh faktor-faktor dari dalam keluarga tersebut.
Menurut Slameto (2006:60) faktor-faktor keluarga
33
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik akan membentuk
kepribadian dan intelegensi anak yang akan
tampak pada kehidupan serta keberhasilannya
b) Relasi anatar anggota keluarga
Hal ini mencerminkan komunikasi antar
anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari
c) Suasana rumah
Mendukung tidaknya suasana rumah berkaitan
dengan kenyamanan belajar hal ini akan
mempengaruhi keberhasilan anak dalam
studinya
d) Keadaan ekonomi keluarga
Terpenuhinya sarana prasarana belajar sangat
mendukung keberhasilan anak
e) Pengertian orang tua
Perhatian yang diberikan oleh orang tua
terhadap perkembangan studi anak untuk
mencapai keberhasilan anaknya
f) Latar belakang kebudayaan
Latar belakang dalam arti yang sempit yaitu
latar belakang keluarga yang mendukung
34
3) Cara mendidik anak secara efektif
Salah satu faktor yang paling mendominasi adalah
faktor cara orang tua mendidik anak. Hal ini adalah salah
satu faktor penentu atau dasar pembentukan kepribadian
anak. Mendidik bisa disebut juga dengan disiplin. Disiplin
dapat diartikan secara luas, yaitu mencakup setiap
pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan oleh
orang dewasa.
“Mendidik atau disiplin adalah untuk mengajar,
atau seseorang yang mengikuti ajarandari seorang
pemimpin. Tujuan jangka pendek dari disiplin
ialah membuat anak-anak anda terlatih dan
terkontrol, dengan mengajarkan mereka
bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak
pantas atau yang masih asing bagi mereka. Tujuan
jangka panjang dari disiplin ialah untuk
perkembangan pendendalian diri sendiri dan
pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan
35
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pengendalian diri adalah menguasai tingkah laku diri
sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas.
Oleh karena itu orang tua sebaiknya secara aktif dan terus
berusaha untuk mendisiplinkan anak dengan cara
mengembangkan pengendalian dan pengarahan diri sendiri
kepada anak secara bertahap.
Menurut Charles Schaefer (2001:4) ada beberapa
cara yang efektif untuk mendidik dan mendisiplinkan anak
yaitu dengan cara melakukan pendekatan positif.
Pendekatan positif ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan teladan, persuasi (mengontrol), dorongan
(motivasi), pujian, dan hadiah. Cara mendidika anak
dengan pendekatan positif ini lebih efektif dibandingkan
dengan pendekatan negative seperti omelan atau hukuman.
Teori diatas menyimpulkan bahwa suatu
pendekatan yang sifatnya positif, maka orang tua akan
mengajarkan kepada anak-anaknya untuk berperilaku yang
baik, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan penghargaan, bantuan (sokongan),
dorongan, dan penerimaan anak sebagai dirinya sendiri.
36
memandang dan memperlakukan anak-anaknya layaknya
sebagai teman atau kawan daripada lawan atau musuh.
Sebaliknya “Jika melakukan suatu pendekatan
yang negatif berupa hukuman maka hal tersebut akan
menyakiti anak secara fisik dan kejiwaan, akan
menghilangkan harga diri anak, menimbulkan ketakutan
yang sangat, kecemasan, dan perasaan salah” (Charles
Schaefer, 2001:4).
Teknik mendidik yang bersifat menghukum seperti
ini dapat merendahkan anak dan meremehkan harga
dirinya sebagai manusia. Beberapa contoh cara
menghukum yang tidak baik itu berupa hinaan, ejekan,
bentakan, dan pukulan. Cara negatif ini kadang-kadang
efektif juga untuk sementara menghentikan perilaku anak
yang kurang bai, tetapi hal tersebut dapat merusak
perkembangan jiwa anak dikemudian hari, karena itu
harus dihindari.
Agar lebih efektif, mendidik serta mendisiplinkan
anak harus memenuhi tiga syarat atau kriteria yaitu :
a) Menghasilkan suatu keinginan perorangan atau
pertumbuhan diri anak
37
c) Selalu ada suatu hubungan yang dekat antara
orang tua dengan anak (Charles Schaefer,
2001:4)
Telah disebutkan diatas bahwa penggunaan metode
hukuman yang terlalu sering (hukuman yang sangat keras)
dapat menimbulkan resiko yang berbahaya yaitu dapat
merendahkan rasa harga diri seorang anak dan
menyebabkan timbulnya rasa takut, bermusuhan dengan
orang tua. Walaupun begitu penggunaan metode hukuman
itu mempunyai satu tempat didalam mendidik dan
mengasuh anak.
Selain mendidik secara disiplin, orang tua
diharapkan memberikan bimbingan keterampilan juga
kepada anak. Hal ini dimaksudkan agar semuanya
seimbang. Cara orang tua memberikan keterampilan
membimbing anak yaitu sebagai berikut :
a) Memberikan nasehat
b) Mendorong
c) Mengkritik secara konstruktif
d) Memberikan tugas-tugas
e) Memberikan kebebasan untuk mengalami
kegagalan
38
g) Mendorong anak berpikir positif
h) Menanamkan nilai-nilai (Charles Schaefer,
2001:4)
Dalam penelitian ini faktor yang akan digunakan
adalah cara orang tua mendidik seperti dukungan orang
tua dan perhatian orang tua, relasi antar anggota keluarga
(orang tua dengan anak-anaknya) dan ekonomi keluarga.
b) Teman Sebaya
Pengertian teman sebaya menurut J.P Chapnin yang
diterjemahkan oleh Kartini Kartono adalah “Sesama baik secara
sah maupun secara psikologi yang merupakan kawan seusia”.
Menurut Umar Tirtarhardja dan La Sulo, kelompok teman sebaya
adalah “Suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang
memiliki usia yang sama, antara lain kelompok bermain pada
masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya
beranggotakan sejenis kelamin atau geng yang kelompok
anak-anak nakal” (Umar Tirtarhardja dan La Sulo, 2005:81).
Sedangkan menurut Ifor Morisah dan Vembrianto,
kelompok teman sebaya adalah “Kelompok yang terdiri atas
sejumlah individu yang sama, dimana anggota kelompok sebaya
memiliki persamaan-persamaan dalam berbagai aspek, terutama
39
Menurut Vembrianto ada sejumlah unsur pokok dalam
pengertian kelompok teman sebaya, pengertian tersebut adalah :
1) Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang
berhubungan antar anggotanya intim
2) Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah
individu yang mempunyai persamaan usia dan status
sosial
3) Istilah kelompok sebaya dapat menujuk kelompok
anak-anak, kelompok remaja atau kelompok orang
dewasa (Vembriarto, 2003:55)
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan diatas maka
yang dimaksud dengan lingkungan teman sebaya adalah suatu
lingkungan yang terdiri dari sekelompok orang dengan
individu-individu yang sama dalam berbagai aspek, terutama sama dengan
usia dan status sosialnya. Linkungan teman sebaya dalam hal ini
adalah lingkungan teman sebaya baik dilingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan di tempat belajar (sekolah).
Diantara teman sebaya saling mengadakan interaksi yang
didalamya terdapat dorongan atau dukungan yang dapat
memepengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang. Subyek
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X kompetensi keahlian
audio video SMK N 3 Yogyakarta yang memiliki usia antara
40
sampai masa remaja akhir. Bila dilihat dari segi pertumbuhan,
tugas perkembangan pada usia siswa-siswi ini adalah pemantapan
pendirian hidup.
“Pemantapan pendirian hidup disini memiliki maksud
pengujian lebih lanjut terhadap pendirian hidup serta
penyiapan diri dengan keterampilan dan kemauan yang
digunakan untuk mewujudkan pendirian hidup yang telah
dipilih” Abu Ahmadi (1999:85).
1) Fungsi teman sebaya
Menurut pusat pengembangan penataran guru
tertulis Ditjen Dikdasmen Depdikbud yang dikutip oleh
Sahlan Syafei (2002:105) megatakan bahwa bagi remaja
teman sebaya tersebut memiliki fungsi penting antara lain :
a) Sebagai tempat pengganti keluarga
b) Sumber untuk mengembangkan kepercayaan
terhadap diri sendiri
c) Sumber kekuasaan yang melahirkan standar
tingkah laku
d) Perlindungan dari paksaan orang dewasa
e) Tempat untuk menjalankan sesuatu dan mencari
pengalaman
f) Model untuk mengembangkan moral dan
41
Sementara menurut Wayan Ardhana yang dikutip
oleh Umar Tirtarhardja dan La Sulo, terdapat beberapa
fungsi teman sebaya terhadap anggotanya yaitu:
a) Mengajarkan individu berhubungan dan
menyesuaikan diri dengan orang lain
b) Memperkenalkan individu pada kehidupan
masyarakat yang lebih luas
c) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat orang
dewasa
d) Memberikan kepada anggota-anggotanya
cara-cara membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan
otoritas
e) Memberikan individu pengalaman untuk
mengadakan hubungan yang didasarkan pada
prinsip persamaan hak
f) Memberikan pengetahuan yang tidak biasa
diberikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian,
musik, dan jenis tingkah laku tertentu)
g) Memperluas cakrawala pengalaman anak,
sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks
42
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan diatas,
dapat diketahui bahwa teman sebaya itu mempunyai fungsi
penting sebagai tempat pengganti keluarga, mengajarkan
berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain dan
memperluas cakrawala anak sehingga ia menjadi anak yang
lebih kompleks.
2) Kelompok teman sebaya sebagai situasi belajar
Dunia teman sebaya dalam belajar anatara lain
yaitu:
a) Dalam dunia teman sebaya, anak memiliki status
yang sama dan sederajat dengan anak lain
b) Dalam kelompok sebaya, belajar berlangsung
dalam situasi yang kurang terkait secara
emosional, ini berlangsung pada umur permulaan,
ketika anak menyadari bahwa situasi belajar itu
adalah situasi belajar
c) Pengaruh kelompok sebaya terhadap anak yang
umurnya semakin bertambah cenderung menjadi
lebih penting jika dibandingkan dengan pengaruh
keluarga, sebab semakin anak bertambah umur,
maka semakin sering berada di tengah-tengah
43
3) Macam-macam kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya adalah sekunmpulan
individu yang memiliki tingkatan usia yang relatif sama,
yang memeiliki aturan yang berbeda denagan aturan
masyarakat (Santrock, 1997). Sedangkan menurut Hurlock
(1999:215) ada lima macam kelompok dalam teman sebaya
dalam remaja, antara lain :
a) Teman dekat
Orang yang memeiliki hubungan yang sangat
akrab dan biasanya remaja mempunyai dua atau
tiga orang teman dekat
b) Teman kecil
Kelompok ini bisanya terdiri dari kelompok
teman-teman dekat yang merupakan teman
sepermainan saat kecil
c) Kelompok besar
Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok
teman kecil dan kelompok teman dekat,
berkembang dengan meningkatnya minat akan
pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar,
maka penyesuaian minat berkurang diantara
anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak
44
d) Kelompok terorganisasi
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang
dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial
para remaja yang tidak mempunyai kelompok
besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok
seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya
ketika berusia 16-17 tahun
e) Kelompok gang
Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan
tidak merasa puas dengan kelompok yang
terorganisasi, mungkin akan mengikuti kelompok
gang. Anggota biasanya terdiri dari anak-anak
sejenis dan minat mereka melalui adalah untuk
menghadapi penolakan teman-teman melalui
perilaku antisosial
Sementara menurut Abu Ahmadi (1991:195) yang
membedakan kelompok sebaya yaitu :
a) Kelompok sebaya bersifat informal
Kelompok sebaya ini dibentuk dan diatur serta