• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan semangat persaudaraan siswa-siswa SMA Seminari Santa Maria Immaculata Lalian Atambua Nusa Tenggara Timur, melalui katekese umat model shared Christian Praxis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan semangat persaudaraan siswa-siswa SMA Seminari Santa Maria Immaculata Lalian Atambua Nusa Tenggara Timur, melalui katekese umat model shared Christian Praxis."

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini dipilih berpangkal dari keprihatinan penulis terhadap situasi persaudaraan yang terjadi dalam kehidupan di Seminari Menegah St. Maria Immaculata Lalian. Dalam kenyataannya semangat persaudaraan di Seminari belum dialami sepenuhnya oleh para Seminaris. Para siswa Seminaris belum mampu menerima kehadiran orang lain apa adanya dan lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kelompoknya. Di samping itu pembinaan semangat persaudaraan yang dilakukan oleh pembina Seminaris masih kurang berjalan dengan semestinya. Pembina selalu memberi tanggapan dengan permasalahan yang dihadapi oleh para siswa Seminaris dengan mengusahakan materi, metode, dan sarana yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan para seminaris.

Skripsi ini memaparkan persoalan pokok yang didasari oleh keprihatinan bagaimana meningkatkan semangat persaudaraan di Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua melalui katekese umat sehingga hal-hal yang menghambat persaudaraan dapat diatasi dengan semestinya. Pembahasan masalah dikaji dengan mengumpulkan data-data melalui kuesioner tertutup yang diberikan kepada siswa periode 2010/2011 sampai periode 2012/2013 dan wawancara dengan pembina atau pendamping.

Persaudaraan merupakan ikatan cintakasih persaudaraan, bukan melulu persahabatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan persaudaraan adalah melalui katekese. Katekese merupakan usaha Gereja untuk menolong dan memperdalam iman umat supaya semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan konkrit. Melalui katekese, umat saling mengetahui dan memahami keadaan satu sama lain, sehingga hubungan persaudaraan diantara mereka dapat terjalin dengan baik. Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) bertolak dari pengalaman hidup yang direfleksikan dan dimengkonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi kristiani sehingga mampu mengambil keputusan dalam hidup sehari-hari, baik secara pribadi maupun bersama.

(2)

ABSTRACT

The title of the thesis is THE INITIAL EFFORT OF ENHANCING THE FRATERNITY SPIRIT AMONG THE STUDENTS OF SAINT MARRY THE IMMACULATE SEMINARY LALIAN ATAMBUA

THROUGH PEOPLE CATECHESIS MODELS THE SHARED

CHRISTIAN PRAXIS. The thesis was chosen based on the author’s concerns toward the fraternity situation within the life of Saint Mary the Immaculate Seminary. The fraternity spirit has not been fully experienced by the students in the seminary. The seminary students have not been able to accept the presence of other people; instead, they only prioritize their interests and those of their group. In addition, the development of fraternity spirit has not met the expectation. In solving the encountered problems, the mentor only provides the students with appropriate materials, methods and facilities in accordance with the students’ needs.

This thesis describes the principal issues of the concern that is how to promote the spirit of brotherhood in the Seminary High St. Mery Immaculate Lalian Atambua through people catechesis so that things that inhibit the fraternity can be addressed properly. This issue was studied by collecting data throungh questionnaires given to students of the period 2009/2010 to 2011/2012 period and interviews with formators.

The thesis describes the fundamental problems that stems from the concerns toward how to improve the fraternity spirit in the Saint Mary the Immaculate Seminary Lalian Atambua through communionship catechism so that the students will be able to overcome the problem that they encounter appropriately. the problem formulations will be discussed by means of closed questionnaire that had been distributed to the students from 2009/2010 until 2011/2012 academic year and of interview sessions with the mentors.

Fraternity is a bond of affection among certain people under the same community and not only friendship. One of the affert to develop fraternity forms is cathecism. Through catechesis, people know each other and understand each other circumstances, so that the brotherly relations between them can be established. Catechism is also one of the Catholic Church efforts in deepening the faith of Catholic people so that they will understand, and realize their faith in the concrete life better. One of the catechism model, named Shared Christian Praxis, departs from life experience reflected by the Christian vision and tradition so that the Catholic people may take good decisions in their daily life both individually and communally.

(3)

UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA

LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR,

MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Yunita Sumiati Ulu

NIM: 101124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada

Allah

atas kasih dan penyelenggaraan-Nya,

kepada bapak, ibu, sanak saudara dan seluruh keluarga, dan

(7)

v MOTTO

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis,

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Yunita Sumiati Ulu NIM : 101124023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini dipilih berpangkal dari keprihatinan penulis terhadap situasi persaudaraan yang terjadi dalam kehidupan di Seminari Menegah St. Maria Immaculata Lalian. Dalam kenyataannya semangat persaudaraan di Seminari belum dialami sepenuhnya oleh para Seminaris. Para siswa Seminaris belum mampu menerima kehadiran orang lain apa adanya dan lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kelompoknya. Di samping itu pembinaan semangat persaudaraan yang dilakukan oleh pembina Seminaris masih kurang berjalan dengan semestinya. Pembina selalu memberi tanggapan dengan permasalahan yang dihadapi oleh para siswa Seminaris dengan mengusahakan materi, metode, dan sarana yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan para seminaris.

Skripsi ini memaparkan persoalan pokok yang didasari oleh keprihatinan bagaimana meningkatkan semangat persaudaraan di Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua melalui katekese umat sehingga hal-hal yang menghambat persaudaraan dapat diatasi dengan semestinya. Pembahasan masalah dikaji dengan mengumpulkan data-data melalui kuesioner tertutup yang diberikan kepada siswa periode 2010/2011 sampai periode 2012/2013 dan wawancara dengan pembina atau pendamping.

Persaudaraan merupakan ikatan cintakasih persaudaraan, bukan melulu persahabatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan persaudaraan adalah melalui katekese. Katekese merupakan usaha Gereja untuk menolong dan memperdalam iman umat supaya semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan konkrit. Melalui katekese, umat saling mengetahui dan memahami keadaan satu sama lain, sehingga hubungan persaudaraan diantara mereka dapat terjalin dengan baik. Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) bertolak dari pengalaman hidup yang direfleksikan dan dimengkonfrontasikan dengan Tradisi dan Visi kristiani sehingga mampu mengambil keputusan dalam hidup sehari-hari, baik secara pribadi maupun bersama.

(11)

ix

ABSTRACT

The title of the thesis is THE INITIAL EFFORT OF ENHANCING THE FRATERNITY SPIRIT AMONG THE STUDENTS OF SAINT MARRY THE IMMACULATE SEMINARY LALIAN ATAMBUA THROUGH PEOPLE CATECHESIS MODELS THE SHARED CHRISTIAN PRAXIS. The thesis was chosen based on the author’s concerns toward the fraternity situation within the life of Saint Mary the Immaculate Seminary. The fraternity spirit has not been fully experienced by the students in the seminary. The seminary students have not been able to accept the presence of other people; instead, they only prioritize their interests and those of their group. In addition, the development of fraternity spirit has not met the expectation. In solving the encountered problems, the mentor only provides the students with appropriate materials, methods and facilities in accordance with the students’ needs.

This thesis describes the principal issues of the concern that is how to promote the spirit of brotherhood in the Seminary High St. Mery Immaculate Lalian Atambua through people catechesis so that things that inhibit the fraternity can be addressed properly. This issue was studied by collecting data throungh questionnaires given to students of the period 2009/2010 to 2011/2012 period and interviews with formators.

The thesis describes the fundamental problems that stems from the concerns toward how to improve the fraternity spirit in the Saint Mary the Immaculate Seminary Lalian Atambua through communionship catechism so that the students will be able to overcome the problem that they encounter appropriately. the problem formulations will be discussed by means of closed questionnaire that had been distributed to the students from 2009/2010 until 2011/2012 academic year and of interview sessions with the mentors.

Fraternity is a bond of affection among certain people under the same community and not only friendship. One of the affert to develop fraternity forms is cathecism. Through catechesis, people know each other and understand each other circumstances, so that the brotherly relations between them can be established. Catechism is also one of the Catholic Church efforts in deepening the faith of Catholic people so that they will understand, and realize their faith in the concrete life better. One of the catechism model, named Shared Christian Praxis, departs from life experience reflected by the Christian vision and tradition so that the Catholic people may take good decisions in their daily life both individually and communally.

(12)

x KATA PENGANTAR

Syukur dan pujian kepada Allah Bapa yang Maha Baik, yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, melalui berkat, bimbingan dan pendampingan Roh-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang judul UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR, MELALUI KATEKESE UMAT

MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat kelulusan Strata 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selain itu penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada seminari dalam usaha membantu para seminari untuk meningkatkan semangat persaudaraan yang sesuai dengan pedoman hidup seminari. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, perhatian serta keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Maka perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan terutama kepada:

(13)

xi

2. Romo Dr. C. Putranta, S.J., selaku penguji kedua dan pembimbing akademik, yang telah banyak memberikan perhatian, bimbingan, dukungan, sumbangan pemikiran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini serta berkenan menguji penulis.

3. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku penguji ketiga, yang telah memberikan dukungan, perhatian, bimbingan serta berkenan menguji penulis. 4. Romo Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, yang berkenan memberikan kelonggaran waktu dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Staf dosen dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing dan memberi bekal pengetahuan serta teladan yang bermanfaat sehingga membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan di Prodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

7. Romo Leonardus Asuk, SVD, selaku romo Preses, dan para guru SMA Seminari Santa Maria Immaculata Lalian yang telah membantu dan memperkenankan penulis menyebarkan koesioner di SMA Seminari Lalian. 8. Ayah Benyamin Ulu, Ibu Kristina Rafu, kakak-kakak, adik-adik, keluarga dari

(14)

xii

perhatian, dukungan, semangat dan segala bentuk ungkapan cinta yang penulis terima dan alami selama penulis skripsi hingga selesai.

9. Rekan-rekan mahasiswa, khususnya angkatan 2010 yang telah banyak mendukung dan bekerja sama dengan penuh perhatian sampai terselesainya penulisan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah berkenan memberikan bantuan dalam bentuk apa saja dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga Allah yang Maha Kasih, senantiasa melimpahkan kasih-Nya dan memberkati semua pihak yang telah membantu penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015 Penulis,

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMANPERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAGA PERNYATAAN PERSETUJUAN BUPLIKASI KARYA ILMIAH UNTUKKEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKAT ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. GAMBARAN UMUM HIDUP PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA ... 9

A. Gambaran Umum SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 9

1. Letak Geografis Persekolahan Katolik Lalian ... 10

2. Visi dan Misi SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 10

(16)

xiv

2. Visi dan Misi SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 10

a. Visi SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 11

b. Misi SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 12

3. Latar Belakang Siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 13

4. Tenaga Pembina Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 14

5. Kegiatan Harian dan Tahunan ... 14

a. Kegiatan Harian ... 14

b. Kegiatan Tahunan ... 16

1) Retret ... 16

2) Rekoleksi ... 16

3) Turne ke Kampung- kampung ... 17

4) Pengakuan dosa... 18

6. Bentuk Pembinaan Iman Siswa Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 18

a. Hidup Doa ... 18

b. Refleksi ... 19

c. Rekoleksi ... 20

d. Retret ... 20

B. Penelitian Upaya Meningkatkan Semangat Persaudaraan Siswa-siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian ... 21

1. Latar Belakang Penelitian ... 21

2. Rumusan Permasalaan Penelitian ... 22

3. Tujuan Penelitian ... 22

4. Metode Penelitian... 23

a. Tempat dan waktu Penelitian ... 23

b. Instrumen Penelitian ... 23

c. Responden Penelitian ... 24

d. Variabel Penelitian ... 25

C. Hasil Penelitian ... 25

(17)

xv

2. Pemahaman Siswa Mengenai Semangat Persaudaraan... 27

3. Hidup Persaudaraan di Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua ... 28

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan di Seminari beserta Pembina yang diupayakan oleh pihak seminari ... 32

5. Peranan Katekese Umat dalam Membangun Semangat Persaudaraan di Seminari ... 36

6. Usulan Katekese Umat yang Diharapkan Dapat Meningkatkan Semangat Persaudaraan di Seminari ... 40

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 41

1. Identitas Responden ... 41

2. Pemahaman Siswa Mengenai Semangat Persaudaraan ... 42

3. Hidup Persaudaraan di Seminari ... 45

4. Faktor Pendukung dan Penghanbat hdup Persaudaraan di Seminari ... 50

5. Peranan Katekese Dalam Membangun Semangat Persaudaraan di Seminari ... 57

6. Usulan Katekese Umat dalam Upaya Meningkatkan Semangat Persaudaraan ... 61

E. Rangkuman Hasil Penelitian ... 64

BAB III. PERSAUDARAAN KRISTIANI DALAM KATEKESE UMAT ... 68

A. Persaudaraan Kristiani ... 68

1. Pengertian Persaudaraan Kristiani ... 69

a. Pengertian Persaudaraan berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ... 70

b. Pengertian Persaudaraan Berdasarkan Gaudium et Spest ... 70

2.Ciri-ciri Hidup Persaudaraan Kristiani... 71

3.Nilai-nilai yang Mendukung Persaudaraan ... 73

a. Cinta Kasih ... 74

b. Keadilan ... 75

(18)

xvi

d. Toleran ... 76

e. Perdamaian ... 77

4. Hal-Hal Yang Menghambat Persaudaraan ... 78

a. Egois ... 79

b. Prasangka dan Curiga ... 79

c. Kurang Keterbukaan ... 80

d. Fanatismes ... 81

e. Kurang Mengampuni ... 81

5. Bentuk-bentuk Pembinaan Semangat Persaudaraan ... 82

a. Ziarah ... 82

b. Camping Rohani ... 83

c. Rekoleksi ... 84

d. Retret ... 84

B. Katekese Umat ... 85

1. Pengertian Katekese Umat ... 85

2. Isi Katekese Umat ... 87

3. Peserta Katekese Umat ... 88

4. Tujuan Katekese Umat ... 88

5. Model-model Katekese Umat ... 90

a. Model Pengalaman Hidup ... 90

b. Model Biblis ... 95

c. Model Campuran ... 98

C. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) Sebagai Salah Satu Alternatif Katekese Umat Model Pengalaman Hidup ... 102

1. Pengertian SCP ... 103

a. Shared ... 103

b. Christian ... 105

c. Praxis ... 106

2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ... 107

(19)

xvii

b. Langkah Pertama: Pengungkapan Praksis Faktual ... 109 c. Langkah Kedua: Refleksi Kritis atau Pengalaman

Faktual ... 110 d. Langkah Ketiga: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi

Kristiani Lebih Terjangkau ... 112 e. Langkah Keempat: Interpretasi/tafsir dialektis antara

Tradisi dan Visi Kristiani ... 114 f. Langkah Kelima: Keterlibatan baru demi makin

terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ... 115 D. Peranan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP)

dalam Meningkatkan Persaudaraan ... 117 1. Katekese Umat dapat Membantu Umat untuk Memahami

Hidup Persaudaraan ... 118 2. Katekese Umat dapat Membantu Umat untuk Semakin

Menghayati Hidup Persaudaraan ... 119 3. Katekese Umat dapat Mengarahkan Umat Pada

Transformasi diri ... 120 4. Peranan Shared Christian Praxis (SCP) dalam

Meningkatkan Persaudaraan ... 121 a. PerananLangkah Pertama SCP dalam Meningkatkan

Persaudaraan ... 121 b. Peranan Langkah Kedua SCP dalam Meningkatkan

Persaudaraan ... 122 c. Peranan Langkah Ketiga SCP dalam Meningkatkan

Persaudaraan ... 123 d. Peranan Langkah Keempat SCP dalam Meningkatkan

Persaudaraan ... 123 e. Peranan Langkah Kelima SCP dalam Meningkatkan

Persaudaraan ... 124 BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DALAM

RANGKA MENINGKATKAN SEMANGAT

PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN

(20)

xviii

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ... 126

C. Rumusan Tema dan Tujuan ... 127

D. Penjabaran Program Katekese ... 129

E. Petunjuk Umum Pelaksanaan Program ... 132

F. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat ... 133

BAB V. PENUTUP ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 152

LAMPIRAN ... (1)

Lampiran 1: Surat ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat bukti bahwa Penelitian sudah dilakukan ... (2)

Lampiran 3: Koesioner ... (3)

Lampiran 4: Contoh Koesioner yang sudah diisi siswa ... (10)

Lampiran 5: Panduan Wawancara ... (17)

Lampiran 6: Rangkuman hasil wawancara ... (18)

Lampiran 7: Jadwal harian seminari ... (20)

(21)

xix DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1966.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang ketekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965.

Youcat : Youcat Indonesia–Katekismus Populer, disahkan oleh Paus Benedictus

XVI, 11 Oktober 2010.

(22)

xx APP : Aksi Puasa Pembangunan

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Br : Bruder

D 3 : Diploma 3

Fr : Frater

Hal : Halaman

Jml : Jumlah

KS : Kurang setuju

KWI : Konferensi waligereja indonesia

MB : Madah bakti

No : Nomor

NTT : Nusa Tenggara Timur

PKKI : Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia

RR : Ragu-ragu

S : Setuju

SCP : Shared christian praxis SMA : Sekolah menengah atas SS : Sangat setuju

SSpS : Servarum Spiritus Sancti (Suster-suster Misi Abadi Roh Kudus)

St : Santa

(23)

xxi

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semangat persaudaraan ditengah arus perkembangan jaman yang semakin canggih dewasa ini banyak mengalami kemunduran. Orang lebih banyak mementingkan kepentingan sendiri-sendiri dan kurang memperdulikan kepentingan orang lain. Sikap cuek dan tidak mau perduli dengan kepentingan orang lain menjadi suatu gambaran dimana orang sudah tidak lagi mampu memaknai arti dari persaudaraan. Persaudaraan tidak hanya sekedar karena engkau berguna buat saya, karena kau dan saya sering jumpa, lantaran kita sama-sama pintar, satu tempat teduh, satu organisasi ataupun satu bangsa. Gereja mengajak umat manusia untuk membangun persaudaraan yang didasarkan pada cinta kasih terhadap Tuhan dan sesama. Manusia memang perlu membangun persaudaraan dengan memberi diri secara tulus, saling mengembangkan sifat-sifat pribadi manusia dan membela hak-hak asasi manusia (GS, art. 25), karena Allah menciptakan manusia bukan untuk hidup sendiri melainkan untuk membentuk persatuan sosial.

(25)

teman-teman sesama angkatan dan teman-teman yang disukai saja serta yang menguntungkan bagi dirinya. Disamping itu, mereka juga terkadang kurang akur antara satu dengan yang lainnya dan tidak sedikit yang membuat kelompok sendiri-sendiri. Tidak hanya itu saja, siswa-siswa yang duduk di kelas dua maupun kelas tiga seringkali menganggap diri sebagai senior dan kurang menunjukkan rasa persaudaraan kepada adik kelasnya. Mereka terkadang bertindak sesuka hati mereka. Mereka ingin dihormati dan disegani oleh adik-adik kelasnya sehingga sikap mereka terhadap adik-adik kelas suka main suruh atau perintah. Situasi seperti ini tentunya perlu mendapat perhatian dan tanggapan yang serius dari berbagai pihak terutama dari para pembina asrama yang membina dan membimbing mereka, karena para seminaris adalah calon-calon imam yang nantinya mengembangkan umat. Sebagai calon imam, hendaknya para seminaris dapat menjadi contoh dan teladan bagi umat dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain dan dapat hidup bersaudara dengan siapa saja.

(26)

baik dalam komunitasnya dan membangun semangat rekonsiliasi dimana antara sesama mau saling mengampuni, berani melintas batas dalam artian meninggalkan segala egoisme, perasaan tidak suka dan mampu menerima serta menghargai pribadi orang lain.

Persaudaraan adalah suatu hal yang wajib dan penting sekali dalam membina hubungan horizontal dengan sesama manusia yaitu pada satu tujuan untuk menjauhkan manusia dari permusuhan. Persaudaraan membuat menjadi lebih berwarna, tidak ada permusuhan, tidak ada rasa sakit hati dan hidup menjadi lebih berarti. Tuhan memanggil dan menghendaki manusia untuk saling membangun persaudaraan dan persahabatan didunia ini. Rasul Paulus mengatakan: sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang (Rm 12:18). Hendaklah kamu saling mengasih sebagai saudara (Rm 12:10). Jangan hakimi dan jangan hina saudaramu (Rm 14:10-13). Paulus dalam suratnya kepada orang Ibrani mengatakan: peliharalah kasih persaudaraan (Ibr 13:1). Persaudaraan itu dilandasi suatu semangat membina kekerabatan yang baik dengan siapapun dan dimanapun tanpa ada suatu kepentingan lain.

(27)

pengalaman hidup sehingga diantara mereka terjadi komunikasi. Komunikasi yang baik membuahkan persaudaraan, saling pengertian, keterbukaan dan saling menghargai. Komunikasi berlangsung dalam suasana bebas, akrab dan mempunyai tujuan. Masing-masing para seminaris bebas mengungkapkan pengalamannya dalam suasana kekeluargaan sehingga sampai pada persaudaraan yang mendalam.

Dengan melihat permasalahan yang terjadi, penulis menawarkan katekese umat sebagai usaha membantu para seminaris dalam meningkatkan semangat persaudaraan di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua. Dalam katekese umat ini diharapkan dapat membantu para seminaris sungguh-sungguh memahami, menghayati dan mengarahkan mereka pada transformasi diri. Menanggapi hal tersebut, maka penulis terdorong mengambil judul skripsi: UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana membangun hidup persaudaraan di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua?

2. Apa yang dimaksud dengan persaudaraan dan katekese?

(28)

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hidup persaudaraan para siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua.

2. Untuk menjelaskan pengertian persaudaraan dan katekese.

3. Untuk mengetahui model katekese Shared Christian Praxis (SCP) yang sesuai dengan perkembangan iman para siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian.

D. Manfaat Penulisan

1. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua mengenai katekese.

2. Memberikan sumbangan bagi pihak seminari dan mahasiswa Seminari St. Maria Immaculata Lalian dalam membangun persaudaraan.

3. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai katekese serta mengembangkan kreativitas dalam membangun persaudaraan dengan orang lain.

E. Metode Penulisan

(29)

Immaculata Lalian dan disebarkan untuk diisi oleh siswa-siswa seminari periode 2010/2011 sampai periode 2012/2013 serta wawancara dengan guru-guru SMA seminari sebagai responden. Data-data yang ada dikumpulkan dianalisa, dibantu dengan studi pustaka dan akhirnya membuat suatu usulan program.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul UPAYA MENINGKATKAN SEMANGAT PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS yang dibagi menjadi lima bab:

Bab I membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, yang merupakan alasan pemilihan judul bagi penulis. Dalam rumusan masalah penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang dianggap menjadi keprihatinan yang perlu dicari solusinya. Tujuan penulisan berisi beberapa tujuan dari penulisan skripsi ini. Manfaat penulisan berisikan beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini, serta metode dan sistematika penulisan.

(30)

Seminari St. Maria Immaculata Lalian. Penelitian tentang upaya meningkatkan semangat persaudaraan siswa-siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian meliputi metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan asil penelitian, rangkuman hasil penelitian.

Bab III memaparkan tentang persaudaraan kristiani dalam katekese umat mencakup persaudaraan kristiani, Katekese Umat, katekese model Shared

Christian Praxis sebagai salah satu alternatif katekese umat model pengalaman

hidup, peranan Katekese Umat model Shared Christian Praxis dalam meningkatkan semangat persaudaraan. Persaudaraan kristiani meliputi pengertian persaudaraan kristiani, ciri-ciri hidup persaudaraan, nilai-nilai yang mendukung persaudaraan, hal-hal yang menghambat persaudaraan, bentuk-bentuk pembinaan semangat persaudaraan. Katekese Umat meliputi pengertian, isi, peserta, tujuan, model-model katekese umat. Model Shared Christian Praxis sebagai salah satu alternatif katekese umat model pengalaman hidup meliputi pengertian SCP, langkah-langkah SCP. Sedangkan peranan katekese model Shared Charistian

Praxis dalam meningkatkan semangat persaudaraan meliputi katekese umat dapat

membantu umat untuk memahami hidup persaudaraan, katekese umat dapat membantu umat semakin menghayati semangat persaudaraan, katekese umat dapat mengarahkan umat pada transformasi diri dan peranan SCP dalam meningkatkan persaudaraan.

(31)

Latar belakang penyusunan program katekese umat, alasan pemilihan tema dan tujuan, usulan program katekese umat, petunjuk umum pelaksanaan program, contoh satuan persiapan.

(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM HIDUP PERSAUDARAAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTA MARIA IMMACULATA LALIAN ATAMBUA

Seminari merupakan salah satu sekolah menengah atas yang mempunyai satu keunggulan dimana mendidik para calon imam untuk menuju kepada kepribadian yang dewasa dan menjadi biarawan. Di dalam Seminari Lalian berhimpunnya siswa yang mempunyai tradisi dan budaya yang berbeda. Dalam kehidupan bersama sangat diperlukan hidup persaudaraan, karena hidup persaudaraan merupakan bagian dari kebersamaan yang harus dibangun sehingga membantu para seminaris untuk menyelesaikan studi dengan baik. Untuk mengetahui realitas hidup persaudaraan di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian yang meliputi gambaran umum SMA Seminari Lalian, letak persekolahan SMA Seminari Lalian, visi dan misi SMA Seminari Lalian, latar belakang siswa SMA Seminari Lalian, tenaga pembina SMA Seminari Lalian, kegiatan harian dan tahunan SMA Seminari Lalian, dan penelitian tentang hidup persaudaraan di SMA Seminari Lalian.

A. Gambaran Umum SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian

(33)

pemerintahan dan kemasyarakatan, dengan caranya sendiri membagikan ilmu dan mensharingkan pengalaman positif yang pernah ditimbanya dilembaga pendidikan SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian, sehingga SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian semakin dikenal dikalangan masyarakat. Para siswa SMA Seminari St. Maria Immculata Lalian berasal dari berbagai suku dan budaya berbeda-beda. SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian didirikan oleh Uskup pimpinan Atambua, Romo-romo SVD, dan tiga Raja besar Atambua Belu (Raja Tasifeto, Tasimane dan Kewar). Pembangunan komplek dirintis pertama oleh Br. Willibrodus Donkers, SVD, dengan arsitek Br. Agustinus, SVD [Lampiran 3: (12)]

1. Letak Geografis Persekolahan Katolik Lalian Atambua

Seminari Menegah St. Maria Immaculata Lalian terletak di Jl. Nela Raya, Lalian Naekasa Tasifeto Barat Kabupaten Belu. Kecamatan Tasifeto Barat, Desa Lalian Tolu dengan batas, Bagian Utara perbatasan dengan kelurahan Mota Buik, Selatan perbatasan dengan Kelurahan Halikelen, Barat perbatasan dengan Kelurahan Batu Merah, dan bagian Timur perbatasan dengan Kelurahan Marae [Lampiran 3: (12)].

(34)

a. Visi SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua

Seminari Lalian sebagai lembaga calon imam milik Gereja Lokal Keuskupan Atambua yang mengelola pendidikan formal akademis tingkat menengah (SMA) bercita-cita agar seminaris yang dididik, didampingi oleh para pembina, bekerja sama dengan orang tua, pemerintah, berkembang secara seimbang (unggul) dalam bidang intelektual, mental kepribadian, iman, serta keterampilan dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa.

Seminari Lalian sebagai lembaga calon imam milik Gereja Lokal Keuskupan Atambua yang mengelolah pendidikan Seminari, bercita-cita agar seminaris yang dididik dan didampingi oleh para pembina dan bekerja sama dengan orang tua berkembang secara seimbang dalam

sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan) dan scientia (pengetahuan)

sehingga menjadi manusia kristiani yang dewasa untuk mengikuti Yesus Kristus ke arah imam dalam Gereja sebagai umat Allah dalam konteks Indonesia (Bria, 2009: 2).

(35)

b. Misi SMA Seminari St. Maria Immacula Lalian Atambua

Mendidik dan mendampingi seminaris agar berkembang secara seimbang dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), dan scientia (pengetahuan) ke arah kedewasaan sesuai dengan usianya sehingga seminaris semakin mampu mengambil keputusan hidup sesuai dengan panggilan hidupnya.

Menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa agar Seminari menjadi tempat persemaian yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya benih-benih panggilan kaum muda ke arah imamat. Melatih dan membina seminaris menjadi calon-calon pemimpin Gereja yang bersifat melayani, tidak membeda-bedakan (suku ras dan latar belakang sosial), suka memperhatikan kebutuhan orang lain, rajin dan kreatif, pendoa, nabi, beriman, dewasa-mendalam-misioner-memasyarakat, berani memperjuangkan keadilan serta mampu bekerja sama dan berdialog dengan penganut agama/kepercayaan lain.

Mendampingi seminaris agar mereka semakin menyadari dan menghayati Gereja sebagai Umat Allah dalam konteks masyarakat Indonesia, serta mengarahkan mereka terutama untuk menjadi imam diosesan Keuskupan Atambua, tarekat SVD, dan lain-lain tarekat yang bekerja di Keuskupan Atambua setelah mendapat bimbingan yang matang (Bria, 2009: 2).

(36)

seminaris menjadi calon-calon pemimpin Gereja yang bersifat melayani, tidak membeda-bedakan (suku ras dan latar belakang sosial), suka memperhatikan kebutuhan orang lain, rajin dan kreatif, pendoa, nabi, beriman, dewasa-mendalam-misioner-memasyarakat, berani memperjuangkan keadilan serta mampu bekerja sama dan berdialog dengan penganut agama/kepercayaan lain. Keempat, lembaga seminari mendampingi seminaris agar mereka semakin menyadari dan menghayati Gereja sebagai Umat Allah dalam konteks masyarakat Indonesia, serta mengarahkan mereka terutama untuk menjadi imam diosesan Keuskupan Atambua, tarekat SVD, dan lain-lain tarekat yang bekerja di Keuskupan Atambua setelah mendapat bimbingan yang matang.

3. Latar Belakang Siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua

(37)

4. Tenaga Pembina Seminari

Tenaga pembina di Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari lima pastor SVD, dua suster SpSS, dua orang awam tenaga pendidik, dan 1 orang karyawan. Pendidikan para tenaga pembina seminari S2, S1, Diploma III. Para tenaga pembina seminari menempuh pendidikan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tenaga pendidik yang lulusan S2 berjumlah 2 (dua) orang Romo, Lulusan S1 berjumlah 7 (tujuh) orang yaitu 3 (tiga) orang Romo SVD, 2 (dua) orang suster SpSS, 2 (dua) orang awam, dan yang Lulusan Diploma 1 (satu) orang awam karyawan [Lampiran 3: (13)].

5. Kegiatan Harian dan Tahunan

Kegiatan harian dan pembinaan bagi para siswa seminari sudah disusun oleh pembina Seminari St. Maria Immaculata Lalian. Para seminaris diwajibkan melaksanakan dan mengikuti segala kegiatan yang ada di seminari baik itu kegiatan harian maupun kegiatan tahunan. Pembinaan yang sudah diupayakan oleh pembina seminari dapat terlaksana dengan baik apabila para seminaris dapat menjalani dan melaksanakan segala kegiatan yang ada dengan baik pula. Jadwal dan program kegiatan seminari itu terdiri dari jadwal kegiatan harian dan jadwal kegiatan tahunan [Lampiran 3: (13)].

a. Kegiatan Harian

(38)

Jadwal harian disusun sebagai berikut [Lampiran 4: (14)-(15)]: Waktu Hari Biasa

(1) (2)

04.15-04.30 Mandi (Selama mandi silensium) 04.30-04.55 Studi di ruang belajar

04.55-05.50 Doa pagi-misa: Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu

14.30-16.45 Kerja umum : Senin dan Jumat Studi/Ekstra : Selasa dan Rabu Ekstra pertanian : Kamis 16.55-17.10 Mandi- persiapan studi 17.15-18.15 Studi malam

18.15-18.30 Makan malam (dinner)

18.30-20.15 Studi malam II: Senin dan Kamis Ekstra/ Les : Selasa dan Jumat Doa Rosario-Koor: Sabtu 20.15-21.00 Rekreasi

21.00-21.15 Doa malam/ Completorium

21.15-04.15 Istirahat Malam (Jaga ketenangan) Waktu Hari Minggu

04.30-05.00 Bangun-mandi-studi (jaga ketenangan) 05.00-05.45 Doa-Renungan bersama di kapel 05.45-06.55 Misa di Gereja

08.00-09.15 Studi

09.15-09.50 Urus alat-alat tidur dan pakaian 09.50-11.30 Nonton TV/ acara lain

12.00-12.15 Makan siang 12.30-14.30 Tidur siang (wajib)

14.30-17.55 Ambulatio di sekitar Lalian Catatan Untuk Hari Rabu

04.30-04.55 Studi

(39)

b. Kegiatan Tahunan

Kegiatan tahunan siswa-siswa Seminari St. Maria Immaculata antara lain berupa retret, rekoleksi, turne ke kampung- kampung dan pengakuan dosa.

1) Retret

Kegiatan retret dilaksanakan setahun sekali. Pelaksanaannya setiap bulan juli dan tanggal pelaksanaannya tidak tetap. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dan biasanya dilaksanakan di Wisma Emaus yang letaknya masih di sekitar persekolahan Lalian. Dalam melaksanakan kegiatan ini pihak pembina seminari bekerjasama dengan Tim Komkat Keuskupan Agung Atambua. Tim Komkat diberi kepercayaan penuh oleh pihak pembina seminari untuk menentukan tema, tujuan, judul pertemuan, tujuan pertemuan, materi, metode, sarana, dan sumber bahan dalam kegiatan ini. Dengan demikian Tim Komkat dapat dengan leluasa memberi materi yang dirasa cocok dengan kebutuhan para seminaris [Lampiran 3: (13)].

2) Rekoleksi

(40)

dan pendalaman pribadi yang diakhiri dengan sharing bersama dan ibadat penutupan. Dalam kegiatan ini pihak pembina seminari meminta tenaga pendamping dari luar untuk mendampingi siswa-siswa seminari [Lampiran 3: (13)].

3) Turne ke kampung-kampung

(41)

pembelajaran bagi para siswa kelas tiga guna melanjutkan panggilannya keseminari tinggi [Lampiran 3: (13)].

4). Pengakuan dosa

Pengakuan dosa dilaksanakan setahun dua kali. Pelaksanaannya menjelang hari raya Paskah dan Natal. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa seminari berani mengakui segala dosa dihadapan Tuhan. Kejujuran dan ketulusan hati dari setiap seminaris sangat diharapkan dalam kegiataan ini. Kegiataan ini diharapkan dapat membantu para siswa seminari untuk semakin terbuka pada Tuhan dan sesama [Lampiran 3: (13)].

6. Bentuk Pembinaan Iman Siswa Seminari

Dalam membantu para seminaris untuk mencapai sikap yang perlu

mereka miliki, maka diupayakan bentuk-bentuk pembinaan iman. Bentuk

pembinaan iman yang sering digunakan adalah: hidup doa, refleksi, rekoleksi dan

retret.

a. Hidup doa

(42)

akan cinta kasih Allah sebagai pedoman dan pegangan hidup serta mewujudnyatakannya melalui sikap dan perbuatan dalam pelayanan, perhatian, dan tingkah laku setiap harinya.

Doa dilaksanakan di seminari yaitu doa bersama dan pribadi. Doa bersama berupa offisi, renungan bersama, dan doa rosario. Doa offisidilaksanakan sebanyak dua kali sehari yakni ibadat pagi dan ibadat malam (completorium). Renungan bersama dilaksanakan setiap hari pada setelah ibadat pagi, sedangkan doa rosario dilaksanakan pada Sabtu sore. Untuk katekese waktu pelaksanaannya tidak tetap, menyesuaikan jadwal yang ada. Doa malam bersama para seminaris dilaksanakan sebelum istirahat malam. Selain itu juga para seminaris diberi kesempatan untuk doa pribadi secara khusus. Pelaksanaan doa pribadi ini diserahkan pada kebebasan para seminaris untuk mencari waktunya sendiri-sendiri [Lampiran 4: (14)-(15)].

b. Refleksi

(43)

c. Rekoleksi

Rekoleksi adalah suatu usaha untuk mengumpulkan kembali pengalaman hidup yang telah dijalani dan memperkembangkan kehidupan iman atau rohani berhubungan dengan pristiwa. Rekoleksi bertujuan untuk memberi nilai rohani terhadap semua kegiatan yang telah dilaksanakan dalam kurang waktu tertentu. Kegiatan ini berguna bagi para seminaris untuk melihat hal-hal mana yang perlu ditinjaukan dan mana yang perlu mendapat perhatian agar lebih ditingkatkan baik secara pribadi maupun bersama. Pada saat rekoleksi para seminaris diwajibkan untuk membuat niat-niat pribadi maupun niat-niat bersama untuk dilaksanakan di masa yang akan datang [Lampiran 3: (13)].

d. Retret

Retret adalah kegiatan penemuan dan pembatinan kembali nilai-nilai rohani demi penyegaran dan pembaharuan diri. Dalam retret orang meninjau karya Allah, cara kerja serta bimbingan-Nya di masa lampau dan tanggapan atau jawaban terhadap Allah. Kegiatan ini bertujuan agar para seminaris mengalami suatu perubahan hidup (metanoia). Kegiatan retret ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Juli dan tanggal pelaksanaannya tidak tetap. Judul Pertemuannya tentang “Menggapai Bintang” yang memberi retret Romo Leonardus Asuk SVD.

(44)

B. Penelitian Upaya Meningkatkan Semangat Persaudaraan Siswa-siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian

Penelitian ini merupakan upaya awal untuk melihat persaudaraan di Seminari Menegah St. Maria Immacula Lalian Atambua dan bukan sebagai penelitian tindakan. Sebagai upaya awal, penulis ingin mengetahui secara lebih mendalam kehidupan persaudaraan siswa seminari, faktor yang mendukung dan menghambat persaudaraan di seminari, dan memperoleh keterangan mengenai peran katekese umat bagi persaudaraan siswa seminari. Maka, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada upaya meningkatkan semangat persaudaraan siswa-siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian yang meliputi metode penelitian, tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, Variabel penelitian.

1. Latar Belakang Penelitian

(45)

tidak mau memberitahukan kepada pembina atau pendamping seminari. Mereka menganggap bahwa itu bukan dari kelas kami. Hal ini dikarenakan para siswa-siswa seminari yang masih mempunyai sifat transisi seperti anak-anak muda pada umumnya, sehingga masih banyak siswa yang tidak mau peduli terhadap sesama teman yang ada disekitar mereka. Dan ini juga disebabkan karena kesibukan dari pembina atau pendamping seminari itu sendiri. Kurangnya pendampingan karena kesibukan dari pembina atau pendamping seminari inilah yang menyebabkan hidup persaudaraan diantara para seminari belum begitu dirasakan oleh semua siswa yang ada di seminari.

2. Rumusan Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana hidup persaudaraan yang berlangsung di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian?

b. Apa hambatan dalam membangun hidup persaudaraan di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian?

c. Sejauh mana persaudaraan yang terjadi di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian?

3. Tujuan Penelitian

(46)

a. Untuk mengetahui sejauhmana kehidupan persaudaraan siswa seminari di SMA Seminari St. Maria Immacula Lalian.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat terciptanya hidup persaudaraan di Seminari St. Maria Immaculata Lalian.

c. Untuk mengetahui peranan katekese umat dalam membangun semangat persaudaraan siswa Seminari St. Maria Immacula Lalian.

4. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Metode diskriptif berusaha untuk memecahkan masalah berdasarkan data-data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Cholik Narbuko & Abu Achmadi, 2007: 44).

a. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua pada 4 sampai dengan 10 Agustus 2014. Hal ini dikarenakan siswa seminari sudah aktif dan efektif dalam mengikuti segala kegitan yang ada di asrama dan di sekolah.

b. Instrumen Penelitian

(47)

Sudjana, 2004: 99). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa koesioner dan wawancara.

Dalam menyebarkan koesioner peneliti menggunakan angket tertutup. Angket tertutup merupakan koesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih sedangkan wawancara diajukan secara lisan (SuharsimiArikunto, 2006: 28). Penyebaran koesioner itu sendiri ditujukan bagi siswa kelas X, XI dan kelas XII SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua yang masing-masing kelasnya diambil 20 siswa.

c. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah para siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua. Jumlah keseluruhan siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian Atambua adalah 263 orang siswa. Jumlah siswa kelas peralihan ada 100 orang, kelas X ada 82 orang, kelas XI ada 50 orang dan kelas XII ada 31 orang. Dari keseluruhan jumlah siswa SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian, peneliti hanya mengambil 60 responden yaitu dari kelas X, XI, dan XII yang masing-masing kelasnya diambil 20 siswa untuk dijadikan responden penelitian.

(48)

random sampling (Moleong, 1989: 9). Sampel pada penelitian ini adalah

responden. Dari jumlah populasi yang ada maka penulis mengambil sampel penelitian berjumlah 60 orang dari 263 siswa yang ada di SMA Seminari St. Maria Immaculata Lalian karena sudah mewakili responden yang ada.

d. Variabel Penelitian

Variabel penelitian tertera dalam dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Variabel Penelitian

3 Peranan katekese umat dalam membangun semangat

4 Usulan Katekese Umat yang diharapkan dapat meningkatkan

(49)

1. Identitas Responden

Identitas responden yang akan dipaparkan berdasarkan hasil penelitian meliputi: kelas, umur dan asal daerah seperti terungkap dalam tebel 2.

(50)

2. Pemahaman Siswa Mengenai Semangat Persaudaraan

Penulis akan memaparkan pemahaman siswa mengenai semangat persaudaraan dari hasil penelitian yang terungkap pada tabel 3.

Tabel 3. Pemahaman siswa mengenai semangat persaudaraan (N=60) No

1 Arti persaudaraan pada umumnya a. SS b.S 2 Arti persaudaraan dalam Gereja a. SS

b.S 3 Arti persaudaraan dalam Kitab Suci a. SS

b.S 4 Arti persaudaraan dalam Gaudium et

Spes

(51)

persahabatan yang serupa dengan pertalian keluar. Persaudaraan adalah suatu persahabatan yang universal, yang didasarkan pada cinta kasih terhadap Tuhan dan sesama serta diwujudkan dengan sikap saling memberi diri guna membantu perkembangan orang lain dalam menemukan eksistensi dirinya, ada 27 (45%) responden yang menyatakan sangat setuju dan ada 30 (50%) responden menyatakan setuju. Di samping itu ada 1 (1,7%) responden yang menyatakan kurang setuju dan ada 2 (3,3%) responden menyatakan Ragu-ragu.

Berdasarkan tabel 3 no. 3, persaudaraan menurut Kitab Suci dapat dipahami oleh seminaris sebanyak 41 (68,3%) responden menyatakan sangat setuju dan ada 15 (25%) responden yang menyatakan setuju. Selain itu terdapat 1 (1,7%) responden yang mengatakan sangat tidak setuju dan ada 3 (5%) responden yang menyatakan kurang setuju. Dari tabel yang sama dapat diketahui pula dalam ajaran iman katolik, persaudaraan merupakan suatu anugerah yang sekaligus sebagai penugasan untuk mengembangkannya lebih lanjut. Sebanyak 15 (25%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 36 (60%) responden mengatakan setuju, 3 (5%) responden mengatakan kurang setuju dan ada 5 (8,3%) responden yang mengatakan ragu-ragu.

3. Hidup Persaudaraan di Seminari Menengah St. Maria Immaculata Lalian Atambua

(52)

No 6 Semangat cinta kasih yang ada di

seminari. 8 Nilai toleran yang ada di asrama

seminari. 9 Nilai perdamaian yang ada di

seminari. 10 Para seminaris saling peduli

dengan permasalahan yang ada di 12 Usaha yang dilakukan dalam

(53)

Dari tabel 4 diatas memperlihatkan hidup persaudaraan di seminari Lalian. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa semangat persaudaraan diantara para penghuni seminari ada 23 (38,3%) responden mengatakan sangat setuju, 1 9 (15%) responden mengatakan setuju, 2 (3,3%) responden mengatakan ragu-ragu, dan ada (1,67%) responden mengatakan kurang setuju bahwa semangat persaudaraan diantara para penghuni seminari.

(54)
(55)

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan di Seminari beserta Pembinaan yang Diupayakan oleh Pihak Seminari

Tabel 5. Faktor Pendukung dan penghambat Hidup persaudaraan di Seminari beserta Pembinaan yang Diupayakan oleh Pihak Seminari (N=60) No 15 Jadwal harian telah mendukung

para seminaris dalam 17 Pembina asrama seminari telah

berperan serta dalam 18 Dalam kehidupan bersama di

(56)

(1) (2) (3) (4) (5) 20 Para seminaris yang berasal dari

berbagai daerah menjadi 22 Pembinaan yang dilaksankan di

(57)

seminaris dalam meningkatkan semangat persaudaraan di seminari, 3 (5%) responden mengatakan ragu-ragu, dan ada 5 (8,3%) responden pula yang mengatakan Sangat tidak setuju. Menurut tabel 5, dikatakan bahwa lingkungan asrama seminari telah mendukung hidup persaudaraan para seminaris, ada 19 (31,7%) responden yang menyatakan sangat setuju, 28 (46,7%) responden menyatakan setuju, 7 (11,6%) responden menyatakan ragu-ragu, 5 (8,3%) responden menyataan kurang setuju, dan ada 1 (1,7%) responden yang mengatakan sangat tidak setuju.

(58)

(40%) responden menyatakan kurang setuju dan ada 10 (16,7%) responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari item yang sama pada tabel 5, dikatakan bahwa latarbelakang para seminaris yang berasal dari berbagai daerah menjadi penghambat hidup persaudaraan di seminari, ada 30 (50%) responden yang mengatakan kurang setuju, 4 (6,7%) responden menyatakan sangat setuju, 5 (8,3) responden mengatakan setuju, 5 (8,3) responden menyatakan ragu-ragu, 16 (26,7%) responden mengatakan kurang setuju. Mengenai pembinaan semangat persaudaraan di seminari pada tabel 5, ada 39 (65%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 21 (35%) responden yang menyatakan setuju bahwa pembinaan semangat persaudaraan dalam kehidupan di seminari sangat penting.

(59)

5. Peranan Katekese Umat dalam Membangun Semangat Persaudaraan di Seminari

Tabel 6. Peranan Katekese Umat dalam Membangun Semangat Persaudaraan Di Seminari (N=60)

24 Arti katekese umat (pendalaman iman). 25 Katekese umat (pendalaman iman)

mengajak para seminaris untuk 26 Katekese umat (pendalaman iman)

membantu para seminaris agar 28 Anda senantiasa menghadiri setiap

pendalaman iman (katekese umat) 29 Anda senantiasa aktif dalam

keseluruhan proses katekese umat. 30 Pendalaman iman (katekese umat)

(60)

(1) (2) (3) (4) (5)

seminari. e. STS 1 1,6

31 Katekese umat (pendalaman iman) telah memperkembangkan diri 32 Katekese umat (pendalaman iman)

yang selama ini dilaksanakan di 33 Katekese umat (pendalaman iman)

telah memperkembangkan 34 Katekse umat (pendalaman iman)

(61)

mengenal dan terbuka dalam menanggapi Sabda Allah serta memperdalam dan memperkembangkan iman akan Allah dengan cara memahami, merefleksikan, memperbaharui dan memaknai pengalaman iman dalam terang Injil, 26 (43,3%) responden mengatakan setuju, 3 (5%) responden yang menyatakan ragu-ragu, 1 (1,7%), responden menyatakan kurang setuju, dan ada 1 (1,7%) menyatakan sangat tidak setuju. Pada tabel 6, dikatakan bahwa katekese umat (pendalaman iman) membantu mereka untuk senantiasa malakukan pertobatan secara terus menerus menuju pada kematangan iman, ada 24 (40%) responden menyatakan sangat setuju, 24 (40%) responden yang menyatakan setuju, 9 (15%) responden yang menyatakan ragu-ragu, 1 (1,7%) responden menyatakan kurang setuju, dan ada 2 (3,3%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Data dari tabel 6, ada 23 (38,3%) responden menyatakan selalu menghadiri setiap pendalaman iman (katekese umat) yang dilaksanakan diasrama, 25 (41,7%) responden menyatakan sering, 6 (10%) responden menyatakan kadang-kadang, 1 (1,7%) responden menyatakan jarang sekali, dan 5 (8,3%) responden menyatakan tidak pernah. Berkaitan dengan tabel 6, para seminaris yang sangat setuju ada 7 (11,7%) responden, dalam keseluruhan proses katekese umat (pendalaman iman) yang dilaksanakan diseminari, 37 (61,7%) responden mengatakan setuju, 13(21,7%) responden yang mengatakan ragu-ragu, 2 (3,3%) responden kurang setuju, dan ada 1 (1,6%) sangat tidak setuju.

(62)

memperkembangkan mereka untuk lebih solider terhadap penghuni seminari, 7 (11,7%) responden mengatakan ragu-ragu, 3(5%) responden mengatakan kurang setuju, dan ada 1 (1,6%) responden mengatakan sangat tidak setuju.

(63)

adil terhadap teman asrama, 6 (10%) responden yang menyatakan kurang setuju, 2 (3,3%) yang mengatakan ragu-ragu.

6. Usulan Katekese Umat yang diharapkan dapat Meningkat Semangat Persaudaraan di Seminari

Tabel 7. Usulan Katekese Umat yang diharapkan dapat Meningkat Semangat Persaudaraan di Seminari (N=60)

No Soal

Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5) setuju bahwa katekese umat (pendalaman iman) yang diberikan menarik dan relevan dapat membantu para seminaris untuk meningkatkan persaudaraan. 18 (30%) responden mengatakan setuju , ada 4 (6,7%) responden mengatakan ragu-ragu, 16 (26,7%) responden mengatakan kurang setuju, dan ada 14 (23,3%) responden yang mengatakan sangat tidak setuju bahwa dengan adanya katekese umat (pendalaman iman) yang diberikan menarik dan relevan dapat membantu para seminaris untuk meningkatkan persaudaraan.

(64)

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari paparan hasil penelitian kita telah memperoleh data hasil penelitian mengenai identitas responden, pemahaman siswa tentang persaudaraan, hidup persaudaraan di seminari, Faktor penghambat dan mendukung persaudaraan para seminaris, peranan katekese umat dalam hidup persaudaraan di seminari dan usulan para seminari untuk katekese umat kedepannya.

1. Identitas Responden

Berdasarkan hasil dari jawaban responden pada tabel 2, telah diperoleh 60 responden yakni siswa kelas X berjumlah 20 (33,3%) siswa, kelas XI berjumlah 20 (33,3%) siswa dan kelas XII berjumlah 20 (33,3%), siswa (tabel 2 no. 1).

Usia para seminaris yang berada dikelas X berkisar antara 15-16 tahun, kelas XI berkisar antara 17-18 tahun dan kelas XII berkisar antara 18-19 tahun (tabel 2 no. 2). Asal daerah responden terbanyak berasal dari Keuskupan Agung Atambua ada 36 orang (60%), dan daerah yang paling sedikit Keuskupan Agung Jakarta 1 orang (1,7%) (tabel 2 no. 3). Hal ini menunjukkan bahwa para seminaris yang menyegam pendidikan di Seminari menegah St. Maria Immaculata Lalian berasal dari latar belakang keluarga, budaya dan bahasa yang berbeda-beda.

(65)

Atambua Belu bahwa Seminari St. Maria Immaculata Lalian sudah dikenal oleh banyak orang. Mereka yang masuk ke Seminari St. Maria Immaculata tidak hanya karena mutu pendidikan yang bagus dan kedisiplinannya yang tinggi tetapi juga karena mereka ingin memupuk panggilan yang ada dalam dirinya.

2. Pemahaman Siswa mengenai Semangat Persaudaraan

(66)

menerima keberadaan orang lain sebagai sahabatnya dan sekaligus saudaranya (tabel 3 no. 1).

Persaudaraan tidak hanya sebagai persahabatan yang sekarib saudara tetapi juga suatu persahabatan yang universal, yang didasarkan pada cinta kasih terhadap Tuhan dan sesama serta diwujudkan dengan sikap saling memberi diri guna membantu perkembangan orang lain dalam menemukan eksistensi dirinya. Para seminaris yang mengerti dan memahami ini sebanyak 27 (45%) yang menyatakan sangat setuju dan ada 30 (50%) responden menyatakan setuju. Hal ini menjadi dasar bagi para seminaris dalam bersikap dan menjalin hubungan persaudaraan dengan orang lain. Semangat persaudaraan dimaksudkan agar kita mampu memperkembangkan diri dan orang lain menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggungjawab. Namun sehubungan dengan hal itu masih ada dari para seminaris yang menyatakan kurang setuju 1 (1,7%) dan ada 2(3,3%) responden menyatakan ragu-ragu. Itu artinya bahwa para seminaris masih harus memahami dan menghayati persaudaraan dengan lebih baik lagi (tabel 3 no. 2). Untuk itu, para seminaris dapat belajar dari Kitab Suci dengan meneladani sikap Yesus yang menjadikan semua orang yang percaya kepada Allah sebagai saudara-Nya.

(67)

tanpa ada batasan dan pembedaan. Akan tetapi berkaitan dengan pesaudaraan menurut Kitab Suci masih ada dari para seminaris masih harus belajar lagi memahami arti persaudaraan menurut Kitab Suci. Para seminaris dapat juga belajar dari ajaran iman katolik dimana persaudaraan dipandang sebagai suatu anugerah dan sekaligus sebagai penugasan untuk mengembangkannya lebih lanjut.

(68)

3. Hidup Persaudaraan di Seminari Menengah St. Maria Immaculata Lalian Atambua

Suasana Persaudaraan di Seminari St. Maria Immaculata Lalian berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam tabel 4 no. 5, sebanyak 23 (38,3%) responden mengatakan sangat setuju. Itu menunjukkan bahwa persaudaraan diantara para seminaris sudah terjalin dengan baik. Hal ini hendaknya tetap dipertahankan agar kebersamaan di dalam satu asrama menjadi semakin berarti dan bemakna. 19 (15%) responden mengatakan setuju. Namun sehubungan dengan suasana persaudaraan di seminari masih ada dari para seminaris yang mengatakan ragu-ragu ada 2 (3,3%) responden dan ada 1 (1,67%) responden mengatakan sangat tidak setuju bahwa semangat persaudaraan diantara para penghuni seminari sudah terjalin dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa semangat persaudaraan di seminari masih perlu ditingkatkan lagi oleh para seminaris. Dari penelitian dan pengamatan penulis, masih ada diantara para seminaris yang hanya bergaul atau berteman baik dengan yang itu-itu saja dan cuek dengan teman lain. Kondisi ini perlu mendapat perhatikan dari pihak seminari yakni dengan mengadakan pembinaan guna menciptakan suasana persaudaraan yang lebih kondusif di dalam seminari.

(69)

dan ada 28 (46,7%) responden mengatakan setuju bahwa semangat cinta kasih yang ada di asrama telah memampukan para seminaris menjalin hubungan dengan orang lain sebagai saudara. Ini menunjukkan bahwa semangat cinta kasih telah mendorong para seminaris untuk saling menghormati dan hidup berdamai dengan semua orang dalam ikatan persaudaraan. Akan tetapi berkaitan dengan semangat cinta kasih yang ada di asrama ternyata masih ada dari para seminaris yang kurang setuju 1 (1,6%) dan ada 4 (6,6%) responden yang meragukan bahwa semangat cinta kasih yang ada di asrama memampukan mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain sebagai saudara. Ini berarti semangat cinta kasih di dalam seminari masih perlu untuk ditingkatkan lagi.

(70)

terhadap orang lain, tidak mudah menghakimi dan memandang negatif terhadap orang lain (tabel 4 no. 7).

(71)

para seminari untuk menciptakan suasana damai didalam kebersamaan dengan saling tegur sapa, menghindari persaingan dan perselisihan, serta saling mengampuni. Kondisi ini tentunya masih harus ditingkatkan lagi agar kedamaian sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh seluruh penghuni seminari.

(72)

seminari tidak semua seminari yang berani terbuka dengan teman asramanya. Diantara mereka ada 1 (1,7%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju, 6 (10%) responden menyatakan kurang setuju, dan ada 12 (20%) responden menyatakan ragu-ragu bahwa para seminaris mempunyai keberanian untuk terbuka mensharingkan atau menceritakan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian para seminaris perlu mengusahakan sikap inklusif dalam hidup persaudaraan di seminari (tabel 4 no. 11). Dalam meningkatkan Semangat Persaudaraan di seminari berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 no. 12, Usaha yang ada dilakukan oleh para seminaris yakni menjalin hubungan pertemanan dengan siapa saja, membantu teman yang sadang mengalami kesusahan, menghormati dan menghargai segala perbedaan, dan menyapa serta memberi senyuman kepada teman sewaktu bertemu. Dalam usaha meningkatkan semangat persaudaraan di seminari tersebut dari 60 responden, ada 19 (31,7%) responden yang mengupayakan semangat persaudaraan melalui menjalin hubungan pertemanan dengan siapa saja. Mereka yang mengusahakan ini ingin agar para seminaris tidak membeda-bedakan teman yang satu dengan yang lainnya.

(73)

membantu teman yang sedang mengalami kesusahan ada 11 (18,3%) responden yang mengusahankan melalui menyapa dan memberi senyum kepada teman sewaktu bertemu. Saling tegur sapa dan memberi senyum kepada teman sewaktu bertemu sangat penting dalam meningkatkan hidup persaudaraan di seminari agar suasana persaudaraan semakin harmonis. Selain itu, ada 12 (20% responden yang mengusahakan dengan cara menghormati dan menghargai segala perbedaan yang ada. Mereka ingin agar perbedaan tidak menjadi suatu halangan bagi mereka dalam membangun semangat persaudaraan di seminari. Keanekaragaman yang ada dapat mengembangkan mereka menjadi pribadi yang dewasa.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan di Seminari Faktor pendukung hidup persaudaraan di seminari meliputi fasilitas seminari, kegiatan harian dan kegiatan tahunan, jadwal harian, lingkungan seminari, dan pembinaan asrama seminari. Pihak seminari menyedikan berbagai fasilitas guna mendukung hidup persaudaraan di seminari. Fasilitas di seminari telah mendukung hidup persaudaraan para penghuni seminari, sebanyak 24 (40%) responden menyatakan sangat setuju dan ada 30 (50%) responden menyatakan setuju. Mereka yang mengatakan demikian karena mereka memanfaatkan fasilitas yang ada di seminari dengan baik sehingga mereka pun dapat merasakan persaudaraan diantara para penghuni asrama. Fasilitas yang ada di seminari antara lain: alat olah raga, alat musik, alat kerja, ruang rekreasi dan lain sebagainya.

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel 2. Identitas responden (N=60)
Tabel 3. Pemahaman siswa mengenai semangat persaudaraan (N=60)
Tabel 5. Faktor Pendukung dan penghambat Hidup persaudaraan di Seminari
+5

Referensi

Dokumen terkait