• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945

Fransiska Rani Widyasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan faktor pendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said berjuang untuk kaum perempuan Indonesia; 2) mendeskripsikan bentuk perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia; 3) mendeskripsikan tantangan yang dihadapi Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia dan nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangannya.

Makalah ini disusun menggunakan pendekatan multidimensional dan ditulis secara deskriptif analitis.

(2)

ix ABSTRACT

THE ROLE OF HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID IN THE STRUGGLE OF INDONESIAN WOMEN 1945

Fransiska Rani Widyasari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The writing of this paper aims to: 1) describe the catalyst Hajjah Rangkayo Rasuna Said’s fighting for women in Indonesia; 2) describe Hajjah Rangkayo Rasuna Said in the struggle for the Indonesian women; 3) described the challenges facing Hajjah Rangkayo Rasuna Said in the struggle of Indonesian women and those values contained in the struggle.

(3)

PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

FRANSISKA RANI WIDYASARI NIM: 101314016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

FRANSISKA RANI WIDYASARI NIM: 101314016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rendah hati tugas akhir makalah ini ku persembahkan untuk

Orang tuaku tercinta Fransiskus Widodo dan Anastasya Daryani, terimakasih

untuk doa, dukungan, semangat dari bapak ibu selama ini.

Ibu Margaretha Sumari dan Petrus Caelestinus Candra Riyawan atas

(8)

v MOTTO

 Jangan jadikan kegagalan sebagai sebuah alasan namun jadikanlah kegagalan menjadi motivasi untuk terus melangkah lebih baik lagi kedepan.

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah makalah.

Yogyakarta, 6 Maret 2015

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas sanata Dharma:

Nama : Fransiska Rani Widyasari

Nomor Mahasiswa : 101314016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Peran Hajjah

Rangkayo Rasuna Said Dalam Perjuangan Perempuan Indonesia Tahun 1945.

Dengan demikian saya memberikan kepeda Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 6 Maret 2015

Yang menyatakan

(11)

viii ABSTRAK

PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945

Fransiska Rani Widyasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan faktor pendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said berjuang untuk kaum perempuan Indonesia; 2) mendeskripsikan bentuk perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia; 3) mendeskripsikan tantangan yang dihadapi Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia dan nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangannya.

Makalah ini disusun menggunakan pendekatan multidimensional dan ditulis secara deskriptif analitis.

(12)

ix ABSTRACT

THE ROLE OF HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID IN THE STRUGGLE OF INDONESIAN WOMEN 1945

Fransiska Rani Widyasari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The writing of this paper aims to: 1) describe the catalyst Hajjah Rangkayo Rasuna Said’s fighting for women in Indonesia; 2) describe Hajjah Rangkayo Rasuna Said in the struggle for the Indonesian women; 3) described the challenges facing Hajjah Rangkayo Rasuna Said in the struggle of Indonesian women and those values contained in the struggle.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat dan

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam Perjuangan Perempuan Indonesia Tahun 1945”. Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mahasiswa S1 program studi pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini pula

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Ketua program studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Y.R. Subakti, M.Pd., selaku dosen pembimbing tugas akhir.

4. Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakata.

5. Staff sekretariat Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

6. Staff perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

menyempurnakan makalah ini sangat diharapkan penulis.

Yogyakarta, 6 Maret 2015

Penulis

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul………... i

Halaman Persetujuan Pembimbing....………...ii

Halaman Pengesahan………... iii

Halaman Persembahan……….. iv

Motto………. v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya……….vi

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis vii Abstrak……….. viii

Kata Pengantar……….. x

Daftar Isi……… xi

Bab I pendahuluan Latar Belakang……….. 1

Rumusan Masalah………. 5

Tujuan dan Manfaat Penulisan……….. 5

Sistematika Penulisan……… 7

Bab II Faktor Pendorong Hj. Rangkayo Rasuna Said Berjuang untuk Kaum Perempuan di Indonesia Tahun 1945 Faktor Pendidikan……….. 8

Faktor Perjuangan Kesetaraan Gender……….. 10

Faktor Situasi Politik Hindia Belanda………... 12

(15)

xii

Bab III Bentuk Perjuangan Hj. Rangkayo Rasuna Said dalams Perjuangan Perempuan

di Indonesia Tahun 1945 17

Sekertaris Cabang Sarekat Rakyat……… 18

Anggota Persatuan Muslim Indonesia……….. 21

DPR RIS……… 23

Pendiri Organisasi Nippon Raya………... 23

Anggota Dewan Pertimbangan Agung ………. 24

Bab IV Tantangan yang dihadapi oleh Hj. Rangkayo Rasuna Said dalam Perjuangan Perempuan di Indonesia Tahun 1945 26 Bidang Pendidikan……… 27

Bidang Kesetaraan Gender……… 29

Bidang Politik……… 32

Bab V Nilai-nilai Perjuangan Hj. Rangkayo Rasuna Said dalam Perjuangan Perempuan di Indonesia Tahun 1945 Nilai Nasionalisme dan Patriotisme ……… 35

Nilai Perjuangan... 36

Nilai Kemanusiaan... 38

Nilai Persatuan... 39

Bab VI Kesimpulan dan Saran... 40

Daftar Pustaka... 43

Silabus ... 45

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan

masyarakat yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi, militer, dan budaya.

Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah. Negara

merupakan wadah yang terbentuk atas dasar perjanjian antar warganya guna

membangun dan mengembangkan kerjasama diantara mereka, sehingga

tujuan bersama dapat terwujud.1) Pemerintah merupakan penguasa tertinggi

dalam suatu wilayah yang disebut negara. Terbentuknya sebuah Negara salah

satunya juga karena campur tangan para pahlawan.

Kemerdekaan yang dinikmati hari ini, tidak dapat dipisahkan dari

pengorbanan nyawa para pahlawan. Kemerdekaan merupakan buah tulus dari

semangat rela berkorban dari para pahlawan. Melalui perjuangan dan

pengorbanan para pahlawan, kemerdekaan dan berbagai keberhasilan Bangsa

Indonesia dapat dirasakan. Bangsa ini merdeka, karena para pahlawan

berjuang keras, pantang menyerah, berani berkorban harta benda, bahkan

nyawa untuk mengusir penjajah sampai Indonesia merdeka.

Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ini, kaum perempuan juga

ikut ambil andil didalamnya. Keikutsertaan kaum perempuan dalam semua

aspek kehidupan suatu bangsa tidak dapat diabaikan. Disamping sebagai ibu

1)

(17)

dan isteri yang menjalankan peran domestik seputar urusan keluarga dan

rumah tangga, kaum perempuan sejalan dengan tuntutan zaman dan kondisi

real lingkungan sekitarnya, juga dituntut berperan di sektor publik.

Keikutsertaan kaum perempuan Indonesia dalam perjuangan perempuan di

Indonesia telah berlangsung lama sejak zaman pra kolonial yang antara lain

ditandai oleh tampilnya beberapa tokoh perempuan sebagai penguasa

kerajaan baik di Jawa maupun luar Jawa. Demikian juga pada masa perang

kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949, kaum perempuan Indonesia secara

langsung dan tidak langsung ikut berperan aktif di medan peperangan.2)

Jasa para pahlawan tidak boleh dilupakan. Nilai dan hakikat

perjuangan mereka harus terus tertanam dalam setiap generasi bangsa ini dari

waktu ke waktu. Dalam masa kemerdekaan, yang perlu dilestarikan dari

semangat para pejuang adalah nilai - nilai luhur perjuangan yang sangat

relevan untuk terus dihidupkan dizaman sekarang. Semangat pantang

menyerah, rela berkorban, serta mengutamakan kepentingan negara di atas

kepentingan pribadi dan golongan. Salah satu cara untuk menghidupkan

kembali nilai - nilai luhur yang dimiliki para pahlawan adalah melakukan

napak tilas perjuangan mereka, mempelajari dan menulis kembali perjuangan

yang telah dilakukan para pahlawan, serta menjadikannya sebagai pemandu

untuk terus maju ke depan, mewujudkan cita - cita kemerdekaan.

Salah seorang pejuang perempuan di Indonesia yang patut diteladani

adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Yang menarik bahwa beliau Hajjah

2)

(18)

Rangkayo Rasuna Said berjuang karna beliau ingin mengangkat kesetaraan

derajat kaum perempuan agar sama dengan kaum laki – laki dan tidak

dipandang rendah. Hajjah Rangkayo Rasuna Said sangatlah memperhatikan

kemajuan dan pendidikan kaum perempuan, terbukti bahwa beliau sempat

mengajar di Diniyah School Putri sebagai guru. Namun pada tahun 1930,

Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan

kaum perempuan tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi

harus disertai dengan perjuangan politik.

Emansipasi yang beliau lakukan sebagai bagian dari upayanya untuk

menegakkan kesetaraan gender yang selama beberapa dekade berada dalam

kekuasaan patriarkhi (yaitu sisttem sosial yang menempatkan laki-laki

sebagai sosok otoritas utama).3) banyak hal yang mendorong Hajjah

Rangkayo Rasuna Said untuk melakukan perjuangan. Keinginannya untuk

menegakkan emansipasi perempuan Ia lakukan demi menjunjung tinggi

martabat kaum wanita agar setara dengan laki-laki. Banyak bentuk

perjuangan yang sudah Ia lakukan saat itu. Mulai dari andilnya dalam sebuah

gerakan Thawalib, mendirikan sekolah serta mengikuti berbagai

organisasi-organisasi yang mendukung keinginannya. Segala upanya dilakukan karena

Hajjah Rangkayo Rasuna Said sangat memperdulikan kemajuan bagi kaum

wanita.

Saat itu Hajjah Rangkayo Rasuna Said sangat gigih untuk

memperjuangkan emansipasi wanita. memperjuangkan adanya persamaan hak

3)

(19)

antara pria dan wanita, salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan

pahlawan nasional Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar kaum perempuan

memiliki kesetaraan dengan kaum laki-laki. Saat Hajjah Rangkayo Rasuna

Said lulus dari Sekolah Dasar kemudian Rasuna diminta ayahnya untuk

belajar di pesantren Ar Rasyidiyah. Ia dikenal sebagai siswi cerdas, tangkas

dan pemberani. Kemudian, Ia pindah ke sekolah di sekolah Diniyah Padang.

Di sinilah ia bertemu dengan seorang guru bernama Zainuddin Labai

el-Junusiah, seorang tokoh gerakan Thawalib.

Gerakan Thawalib adalah gerakan yang dibangun kaum reformis

islam di Sumatera Barat yang sangat nasionalis. Dengan banyaknya

pendidikan, ajaran serta pengalaman semasa Rasuna sekolah, akhirnya ia

sangat menginginkan kemajuan kaum perempuan karena saat itu derajat kaum

perempuan masih dinilai sangat rendah.4) Kebanyakan perempuan yang ikut

ambil andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia salah satunya yaitu

ingin menjunjung tinggi kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki.

Melalui peran dari seorang tokoh bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said ini

kemudian mengangkat bahwa terdapat usaha yang sangat besar dalam

perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan dibuktikannya bahwa kedudukan

perempuan setara dengan laki – laki. Dalam makalah ini penulis akan

membahas banyak menegenai “Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam

Perjuangan Perempuan Indonesia Tahun 1945”.

4)

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa faktor pendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said berjuang untuk kaum

perempuan Indonesia tahun 1945 ?

2. Bagaimana bentuk perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam

perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945 ?

3. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said

dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945 ?

4. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan Hajjah Rangkayo

Rasuna Said tahun 1945 ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini

ini adalah :

1. Mendeskripsikan faktor pendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said

berjuang untuk kaum perempuan Indonesia tahun 1945.

2. Mendeskripsikan bentuk perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam

perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

3. Mendeskripsikan tantangan yang dihadapi oleh Hajjah Rangkayo Rasuna

Said dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

4. Mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan Hajjah

(21)

2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

a. Bagi Universitas Sanata Dharma

Selain untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi

khususnya bidang penelitian yaitu ilmu pengetahuan sosial, makalah ini

diharapkan dapat memberikan kekayaan khasanah yang berguna bagi

pembaca dan pemerhati sejarah dilingkungan Universitas Sanata Dharma

secara umum dan secara khusus untuk Program Studi Pendidikan Sejarah.

b. Bagi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Penulisan makalah ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai karya – karya yang telah dilakukan oleh Hajjah Rangkayo

Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

Penulisan makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pelengkap dalam pembelajaran sejarah.

c. Bagi Pembaca

Makalah ini diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk

mempelajari secara lebih lanjut peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said

dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945 dalam hal perjuangan

(22)

D. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah melihat tentang bagaimana Sejarah peran Hajjah

Rangkayo Rasuna Said dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945, maka

penulisan makalah ini dibagi menjadi lima bab yang dijabarkan sebagai berikut :

1. BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penulisan, serta Sistematika Penulisan.

2. BAB II : Faktor pendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said berjuang untuk

kaum perempuan Indonesia tahun 1945.

3. BAB III : Bentuk perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam

perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

4. BAB IV : Tantangan yang dihadapi oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said

dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

5. BAB V : Nilai-nilai terhadap perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said

dalam perjuangan perempuan Indonesia tahun 1945.

(23)

BAB II

FAKTOR PENDORONG HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID BERJUANG UNTUK KAUM PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945.

Perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan

salah satu upaya untuk mengangkat derajat kaum perempuan agar setara atau

sederajat dengan kaum laki-laki. Banyak faktor pendorong Hajjah Rangkayo

Rasuna Said berjuang untuk kaum perempuan di Indonesia, yakni faktor

pendidikan, emansipasi perempuan, faktor politik serta faktor sosial.

A. Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan merupakan salah satu upaya Hajjah Rangkayo

Rasuna Said berjuang. Dengan banyak berdirinya sekolah-sekolah untuk

golongan pribumi, maka secara perlahan tapi pasti mulailah muncul

bibit-bibit kaum terpelajar di Indonesia yang semakin lama semakin banyak

jumlahnya, hal ini merupakan salah satu dampak positif perjuangan Hajjah

Rangkayo Rasuna Said untuk berjuang. Karena dengan munculnya golongan

terpelajar inilah yang nanti mejadi motor penggerak lahir dan tumbuhnya

kesadaran nasional di Indonesia.

Melalui pendidikan nantinya perempuan di Indonesia akan

mendapatkan bekal untuk tujuan dari perjuangannya. Seperti halnya Hajjah

Rangkayo Rasuna Said memulainya dengan perjuangan dalam bidang

(24)

akan tertanam tumbuhnya kesadaran baru untuk memperjuangkan kesamaan

derajat antara laki-laki dan perempuan.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said sadar jika menginginkan adanya

sebuah kemajuan bagi kaum perempuan agar tidak selalu tertindas dari kaum

laki-laki maka harus dimulai melalui bidang pendidikan. Melalui pendidikan

ini mulai tertanam pemahaman perjuangan perempuan. Pendidikan inilah

yang kemudian menjadi akar tumbuhnya kesadaran akan pembaharuan

kesamaan derajat kaum perempuan agar setara dengan kaum laki-laki.

Tumbuhnya kesadaran kaum perempuan ini sebagai akibat dari

perkembangan pendidikan baik yang bercorak barat maupun Islam akhirnya

membangkitkan suatu kekuatan baru dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dari

pendidikan yang mereka dapat itulah mereka akhirnya muncul kesadaran

untuk melakukan emansipasi perempuan.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said setelah menamatkan Sekolah Dasar

kemudian melanjutkan belajar di pesantren Ar-Rasyidiyah sebagai

satu-satunya santri perempuan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Diniyah

School Putri di Padang Panjang dan bertemu dengan Rahmah El-Yunusiah.

Dengan bekal yang dimiliki oleh Rasuna Said inilah kemudian muncul

sebuah kesadaran pentingnya sebuah pendidikan bagi kaum perempuan.

Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum

perempuan, terbukti pada tahun 1923 Rangkayo Rahman Al-Yunusiah,

(25)

Diniah Putri”.5) Pada saat itu Hajjah Rangkayo Rasuna Said sempat

mengajar di Diniyah School Putri sebagai guru namun pada tahun 1930

Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan

kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah tapi harus

disertai perjuangan politik. Rasuna Said ingin memasukan pendidikan politik

dalam kurikulum sekolah Diniyah School Putri tetapi usahanya tersebut

ditolak.

B. Faktor Perjuangan Kesetaraan Gender

Sekilas memulai bidang pendidikan yang paling utama, maka

munculah akan kesadaran dari Hajjah Rangkayo Rasuna Said bahwa beliau

ingin mengangkat kesetaraan derajat kaum perempuan agar sama dengan

kaum laki – laki dan tidak dipandang rendah. Timbulnya kesadaran ini sangat

memicu Hajjah Rangkayo rasuna said untuk tetap berjuang bagi kaum

perempuan. Pada kenyataannya perbedaan gender sesungguhnya tidak

menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun,

yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai

ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum

perempuan.6)

Hajjah Rangkayo Rasuna Said, merupakan sosok pejuang emansipasi

perempuan dari tanah Minang. Hajjah Rangkayo Rasuna Said sangat gigih

memperjuangan kaum perempuan untuk dapat bergerak dalam bidang politik

dan jurnalisme. Beberapa aktivis perempuan memiliki pemahaman atau

5) Mardanas Safwan, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Barat, 1997, hlm. 91. 6)

(26)

penekanan isu yang sedikit berbeda tentang emansipasi perempuan, sebut saja

Rasuna Said yang lebih menekankan pentingnya kesadaran politik perempuan

sebagai bagian dari emansipasi perempuan. Dapat dikatakan bahwa Rasuna

Said adalah aktivis perempuan pertama yang percaya bahwa perempuan tidak

dapat dipisahkan dari politik. Rasimah Ismail, penerus dari perjuangan

Rasuna Said, menekankan keyakinannya bahwa perempuan harus

memberikan kontribusi nyata untuk gerakan kemerdekaan Indonesia.

Kesadaran politik perempuan menjadi lebih jelas ketika pada tahun 1928 pada

kongres nasional pertama perempuan yang diadakan di Jakarta. Pada kongres

perempuan ini membahas masalah peningkatan pendidikan perempuan, dan

juga mendukung gerakan kemerdekaan. Setahun kemudian, pada kongres

kedua juga di Jakarta, mereka disajikan kembali pada agenda politik termasuk

dukungan kaum perempuan bagi kemerdekaan dan penolakan mereka

terhadap provinsialisme (kedaerahan).7)

Perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said patut mendapatkan

apresiasi yang dapat menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan Indonesia

saat ini. Emansipasi wanita yang ia tegakkan sebagai bagian dari upayanya

untuk menegakkan kesetaraan gender yang selama beberapa dekade berada

dalam kekuasaan patriarkhi (yaitu sistem sosial yang menempatkan laki-laki

sebagai sosok otoritas utama). Dari usaha yang dilakukan oleh Rasuna Said

tersebut menjadi salah satu faktor pendorong Rasuna Said untuk berjuang

7)

(27)

bagi perempuan Indonesia. Hal tersebut dilakukannya untyuk menegakkan

kesetaraan gender.

C. Faktor Situasi Politik Hindia Belanda

Perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said salah

satunya juga menginginkan adanya perjuangan perempuan dalam bidang

politik. Dimulai dengan adanya pendidikan yang diperoleh, kemudian

banyaknya pengetahuan yang didapatkan maka muncullah kesadaran dalam

diri Hajjah Rangkayo Rasuna Said untuk ikut serta aktif dalam perjuangan

perempuan Indonesia tahun 1945. Beliau menginginkan melalui kegiatan

politiknya derajat kaum perempuan juga akan setara dengan kaum laki-laki.

Gambaran umum tentang perempuan dalam bidang politik di berbagai

negara termasuk Indonesia memang tidak seimbang dan bahkan tidak konusif

bagi partisipasi politik perempuan. Secara faktual, bahkan komposisi

pengambilan politik di berbagai wilayah saat ini membuktikan bahwa

perempuan tetap menghadapi sejumlah kendala dalam mengartikulasi dan

menentukan keinginannya.8)

Rasuna Said adalah perempuan yang terpelajar dan berjuang diranah

Politik pada masa itu. Awal perjuangan politik Hajjah Rangkayo rasuna Said

dengan beraktifitas di sarekat rakyat sebagai sekretaris cabang. Rasuna

kemudian bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean

Moeslimin Indonesia (PERMI) di Bukit Tinggi pada tahun 1930 Rasuna Said

mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI dan kemudian

8)

(28)

mendirikan sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin kursus putri dan

normal kursus di Bukit Tinggi.9)

Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan

Belanda. Rasuna Said juga tercatat sebagai perempuan pertama yang terkena

hukum Speek Delict yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa

siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. Rasuna Said

sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan

dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.

Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan pendidikannya

di Islamic College pimpinan K.H. Mochtar Jahja dan Dr. Kusuma Atmaja dan

pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi majalah Raya. Karena

ruang gerak yang dibatasi Belanda Rasuna Said pindah ke Medan dan

mendirikan sekolah pendidikan khusus perempuan yaitu Perguruan Putri dan

juga menerbitkan majalah Menara Putri, yang khusus membahas seputar

pentingnya peran perempuan, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan

keislaman. Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai

pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang. Alasan Rasuna Said

masuk dalam organisasi tersebut karena Rasuna Said ingin memperjuangkan

kedudukan perempuan yang saat itu sedang dijajah oleh pihak kolonial.

9)

(29)

D. Faktor Sosial

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang berkembang salah

satunya yakni karena sisi religiusitas masyarakat setempat tidak dapat kita

pisahkan dari kesehariannya. Tatanan kehidupan masyarakat pun telah

bergeser dari adat istiadat yang di bentuk pemuka-pemuka adat terdahulu.

Kehidupan masyarakat tidak lagi menjadikan niniak mamak atau penghulu

sebagai panutan dalam kehidupan sosial, alim ulama tidak lagi menjadi

tempat bertanya, dan kemenakan pun tidak lagi menjadikan mamaknya

sebagai tempat bermusyawarah dalam kehidupan.

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau.

Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama yaitu Koto Piliang didirikan

Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yang didirikan Datuak

Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliang memakai sistem aristokrasi yang

dikenal dengan istilah Titiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istana Pagaruyung,

sedangkan Bodi Chaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan

istilah Mambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi). Sehari-hari, masyarakat

berkomunikasi dengan Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek,

seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek

Payakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak

beberapa puluh kilometer di lepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya

menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan Bahasa Batak

(30)

Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan

budaya tradisional serta terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari

luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas yang sangat kondusif bagi

pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku Minangkabau

mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan

mereka relatif rukun dan damai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri

atas berbagai etnis minoritas, seperti suku Mentawai di Kepulauan Mentawai,

suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa di Pasaman dan

Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang

berdiam di kota-kota di Sumatera Barat.10)

Kehidupan yang masih sangat tradisional ini membuat pemikiran

masyarakat pun tidak berkembang. Jika dijajah oleh Jepang maupun Belanda

masyarakat hanya menerima dan menjalankannya begitu saja. Dari

permasalahan inilah yang kemudian mendorong Hajjah Rangkayo Rasuna

Said untuk berjuang membangkitkan masyarakat setempat dengan

mengadakan berbagai pembaharuan mulai dari awal pada aspek pendidikan,

politik dan selanjutnya kehidupan sosial masyarakat setempat.

Faktor sosial didaerah Minangkabau mendorong Hajjah Rangkayo

Rasuna Said untuk berjuang bagi kaum perempuan. Ia menginginkan adanya

kemajuan bagi masyarakat setempat. Hal ini dilakukannya mulai dari

memajukan pendidikan terutama bagi kaum perempuan, perubahan dalam

bidang politik dan kehidupan sosial. Hal tersebut dilakukan agar kaum

10)

(31)

perempuan terlepas dari penjajahan yang dilakukan bangsa Belanda dan

Jepang sehingga dengan kondisi kehidupan sosial yang masih sangat

sederhana kemudian Hajjah Rangkayo Rasuna Said melakukan perjuangan.

(32)

BAB III

BENTUK PERJUANGAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah seorang pejuang kemerdekaan

Indonesia yang telah menerima penghargaan sebagai pahlawan nasional Indonesia

dari pemerintah. Ia merupakan pejuang yang dengan gigih memperjuangkan

persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, sama seperti perjuangan yang

dilakukan oleh Ibu Kartini. Hajjah Rangkayo Rasuna Said dikenal sebagai sosok

yang berkemauan keras dan memiliki pengetahuan yang luas.

Pada masa kecilnya, ia telah mengenyam pendidikan Islam di pesantren.

Pada saat sekolah inilah, ia pernah menjadi satu-satunya santri perempuan. Sejak

saat itu, Rasuna Said sangat memperhatikan kemajuan dan pendidikan bagi kaum

perempuan. Ia menilai bahwa perjuangan tersebut tidak hanya bisa dilakukan

melalui jalur pendidikan, namun bisa dilakukan juga dengan perjuangan politik. Ia

memulai perjuangannya untuk membela kaum perempuan dengan bergabung di

Sarekat Rakyat sebagai sekretaris cabang. Setelah itu, ia menjadi anggota

Persatuan Muslim Indonesia. Karena kemampuan dan cara pikirnya yang sangat

kritis, ia sempat ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Belanda pada tahun

1932. Rasuna Said juga tercatat sebagai perempuan pertama yang terkena hukum

Speek Delict, yaitu hukum pemerintahan Belanda yang menyatakan bahwa

(33)

Pada masa penjajahan Jepang, Rasuna Said merupakan salah satu pendiri

organisasi pemuda Nippon Raya. Dalam karir politiknya, Hajjah Rangkayo

Rasuna Said pernah menjabat sebagai DPR RIS dan kemudian menjadi anggota

Dewan Pertimbangan Agung sejak tahun 1959 sampai meninggal. Rasuna Said

diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan

Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974. Untuk

mengenang jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, nama HR

Rasuna Said diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan

Kuningan, Jakarta Selatan.11) Bentuk perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah

Rangkayo Rasuna Said antara lain sebagai berikut:

a. Sekretaris Cabang Sarekat Rakyat

Pada tahun 1909, seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisurjo

(1880-1918), yang telah meninggalkan dinas pemerintahan dan menjadi

wartawan, mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Batavia. Pada tahun

1910, dia mendirikan organisasi semacam itu di Buitenzorg. Berdirinya SDI

dimaksudkan membantu pedagang-pedagang bumi putera yang mayoritas

beragama Islam. Tahun 1911 Tirtoadisurjo mendorong seorang pedagang

batik yang berhasil di Surakarta bernama Samanhudi (1868-1956) untuk

mendirikan SDI sebagai koperasi pedagang batik Jawa. Cabang-cabang

lainnya segera didirikan. Di Surabaya, H.O.S. Tjokroaminoto (1882-1934)

menjadi pimpinan organisasi itu.

11)

(34)

Seperti halnya Tirtoadisurjo, H.O.S. Tjokroaminoto adalah seorang

lulusan OSVIA yang juga telah mengundurkan diri dari dinas pemerintahan.

Dia merupakan tokoh yang memiliki karisma dan terkenal sikapnya yang

memusuhi orang-orang yang memegang kekuasaan baik berkebangasaan

Belanda maupun bumi putera. Karena itu dia dengan cepat menjadi pemimpin

yang paling terkemuka dari gerakan rakyat yang pertama itu Dan ketika nama

SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912, H.O.S.

Tjokroaminoto menjadi pucuk pimpinannya. Dan semenjak itulah SI menjadi

organisasi yang berkembang pesat dari sisi jumlah anggotanya. Pada tahun

1919 tercatat SI memiliki 2 juta anggota di Jawa dan di luar Jawa. Hal ini

berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi keanggotan hanya sebatas

orang Jawa.

Ketika SI berkembang pesat terutama di pedesaan, SI menjadi suatu

organisasi perlawanan terhadap struktur kekuasaan lokal yang monolitis

seperti priyayi, kaum Tionghoa dan pejabat Hindia Belanda. Oleh karena itu

organisasi tersebut menjadi lambang solidaritas kelompok yang dipersatukan.

Persentuhan SI dengan faham komunis kurang lebih terjadi ketika seorang

anggota SI cabang Surabaya, yaitu Semaoen pindah ke Semarang pada tahun

1915 dan kemudian aktif di dalam Serikat Buruh Kereta Api dan Term

(VSTP). Sneevliet, seorang Belanda penganut mistik yang berideologi

marxisme, rupanya juga aktif disana Dan juga sebagaimana diketahui,

Sneevliet adalah pendiri Indische Sociaal-Democratische Vereeniging

(35)

Perjumpaannya dengan Sneevliet ini kemudian membawa Semaoen masuk ke

dalam ISDV.

Pada saat-saat itu kedudukan Tjokroaminoto sebagai ketua SI sangat

sulit, ia mengalami situasi yang dilematis, apakah mempertahankan SI

sebagai organisasi bernafaskan Islam ataukah menerima Marxisme sebagai

ideologi partai. Akhirnya ia bersikap kompromis, dia menerima doktrin sosial

Marxisme walaupun dengan kualifikasi yang cukup lemah. SI yang pada saat

itu memiliki orang-orang seperti Haji Agus Salim (1884-1954), mantan

konsulat Belanda di Jeddah, yang menjadikan Pan-Islamisme dan

modernisme sebagai dasar menjalankan kegiatan politik, membawa SI

menerapkan “disiplin partai” yang disetujui pada kongres SI bulan Oktober

tahun 1921. Dengan adanya “disiplin partai”, maka seorang anggota SI tidak

mungkin lagi menjadi anggota partai lain. Anggota-anggota PKI kini

dikeluarkan dari SI, tetapi pertikaian tetap harus diselesaikan di setiap cabang

SI. Sebagai akibatnya, SI terpecah menjadi dua yaitu “SI Putih” dan “SI

Merah”.

Dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 kemudian mendirikan

Partai Sarekat Islam (PSI) yang memiliki “disiplin partai” dengan bertekad

akan mendirikan cabang-cabang partai ini dimana saja yang ada cabang “SI

Merah”nya. Cabang-cabang “SI Merah” kemudian banyak ditentang oleh

masyarakat Minangkabau, kemudian SI Merah tersebut dihapuskan. Setelah

SI Merah dihapuskan kemudian berdirilah organisasi “Sarekat Rakyat” di

(36)

yang aktif dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Aktifitasnya

dalam pergerakan nasional dimulai sejak ia diangkat sebagai sekretaris

cabang Sarekat Rakyat di Sumatera Barat.12)

b. Anggota Persatuan Muslim Indonesia

Partai politik merupakan salah satu tempat penyaluran aspirasi atau

wadah politik masyarakat dalam menyatukan persepsi ideologi serta

menjalankan cita-cita bersama. Lahirnya partai-partai politik di Minangkabau

tidak bisa terlepas dari sejarah panjang Minangkabau dalam menghadapi

hegemoni kekuasaan kolonial yang telah menyengsarakan rakyat.

Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) dalam waktu singkat (dua

tahun) setelah berdirinya, berubah menjadi partai politik yang terkuat dan

paling berpengaruh di Sumatera Barat, dan dapat dikatakan sebagai partai

yang paling mewakili karakter politik kawasan ini dalam periode akhir

penjajahan. Salah satu penyebab perubahan menjadi partai politik ini adalah

karena tidak adanya saluran politik sebagai akibat tertutupnya

Muhammadiyah bagi kegiatan politik.

Permi merupakan organisasi yang didirikan pada tahun 1930 dengan

asas Islam dan kebangsaan (nasionalisme). Permi merupakan organisasi Islam

yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia, seiring merebaknya kegiatan

politik pada masa itu. Permi juga dengan cepat menjadi partai politik terkuat

di Sumatera Barat, dan menyebar ke Aceh, Tapanuli, Riau, Jambi dan

Bengkulu. Partai ini menjadi wadah utama paham Islam modernis. Rasuna

12)

(37)

Said merupakan tokoh Permi yang terkenal. Meskipun komunisme menjadi

sangat populer pada dasawarsa 1920-an kaum agama yang tak setuju dengan

ideologi baru itu pun tetap berkembang. Awal tahun 1920 berdiri PGAI

(Persatuan Guru Agama Islam) dengan tujuan mengumpulkan ulama-ulama

di Sumatera Barat. Atas prakarsa H. Abdullah Ahmad tahun 1924 berdirilah

sekolah Normal Islam di Padang. Sekolah ini dimaksudkan sebagai sekolah

lanjutan, lebih tinggi daripada Sumatera Thawalib yang merupakan sekolah

rendah.

Setelah melawat ke Jawa tahun 1925 dan bertemu

pemimpin-pemimpin Muhammadiyah di sana Haji Rasul turut mendirikan cabang

Muhammadiyah. Pertama di Sungai Batang dan kemudian di Padang Panjang.

Organisasi ini dengan cepat menjalar ke seluruh Sumatera Barat.

Muhammadiyah berperan penting dalam menentang pemberlakuan Ordonansi

Guru di Sumatera Barat tahun 1928. Dengan ordonansi ini guru agama

diwajibkan melapor kepada pemerintah sebelum mengajar.

Peraturan ini dipandang mengancam kemerdekaan menyiarkan agama.

Sebelumnya Muhammadiyah di Jawa sudah memutuskan meminta ordonansi

ini dicabut. Pada tanggal 18 Agustus 1928 diadakanlah rapat umum yang

kemudian memutuskan menolak pemberlakuan ordonansi guru. Meskipun

terlibat dalam penolakan Ordonansi Guru, berbeda dengan organisasi

komunis seperti Sarikat Rakyat, pada umumnya Muhammadiyah menghindari

kegiatan politik. Penumpasan gerakan komunis tahun 1927 menyebabkan

(38)

Muhammadiyah mencari perlindungan. Para anggota yang lebih radikal ini

tidak puas dan kemudian banyak yang keluar untuk aktif dalam Persatuan

Sumatra Thawalib. Organisasi ini pada tahun 1930 menjelma menjadi partai

politik bernama Persatuan Muslim Indonesia, disingkat Permi.

c. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Hajjah Rangkayo Rasuna Said

diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Serikat (DPR RIS). Kemudian dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan

Agung setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.

d. Pendiri Organisasi Pemuda Nippon Raya

Pada masa pendudukan Jepang, kembali ke Padang. Bersama Khatib

Sulaiman mendirikan organisasi pemuda Sumatera Barat dengan nama

Pemuda Nippon Raya yang bertujuan membina bibit-bibit pejuang

kemerdekaan.

Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna beserta kaum muda lainnya

mendirikan organisasi pemuda Nippon Raya di Padang. Nippon Raya

digunakan Rasuna untuk menggembleng mental pemuda untuk mencapai

kemerdekaan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, beliau ikut serta

sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian

dibubarkan oleh Pemerintah Jepang.13)alasannya, pemuda nippon raya lebih

berorientasi membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang siap

memperjuangkan kemerdekaan.

13)

(39)

e. Anggota Dewan Pertimbangan Agung

Dewan Pertimbangan Agung (disingkat DPA) adalah lembaga tinggi

negara Indonesia menurut UUD 45 sebelum diamandemen yang fungsinya

memberi masukan atau pertimbangan kepada presiden. DPA dibentuk

berdasarkan Pasal 16 UUD 45 sebelum diamandemen. Ayat 2 pasal ini

menyatakan bahwa DPA berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan

presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah. Dalam penjelasan

Pasal 16 disebutkan bahwa DPA berbentuk Council of State yang wajib

memberi pertimbangan kepada pemerintah.

Pada 25 September 1945, DPA dibentuk melalui pengumuman

pemerintah (Berita Republik Indonesia No. 4) dengan ketua R. Margono

Djojohadikusumo. Anggota DPA pertama ini berjumlah sebelas orang. Di

antaranya adalah Radjiman Widiodiningrat, Syekh Djamil Djambek, Agus

Salim dan dr. Latumeten. Tidak banyak yang dikerjakan DPA pertama ini.

Ketika sistem pemerintahan berubah menjadi sistem parlementer, keberadaan

DPA menjadi tidak berarti. Walau tetap eksis sampai pada 1949 tapi nasib

DPA sebagai lembaga konstitusional menjadi terpuruk. Periode berikutnya

posisi DPA makin tidak jelas. Kondisi ini berlangsung hingga Presiden

Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959. DPA Sementara dibentuk

berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959, 22 Juli 1959. Ketuanya

dirangkap oleh Presiden Soekarno. DPA definitif baru muncul pada 1967

(40)

Setelah kemerdekaan, Rasuna menjadi anggota Dewan Perwakilan

Sumatera, mewakili daerah Sumatera Barat. Kemudian ia terpilih sebagai

anggota DPR-RIS di tahun 1950-an. Pada 1959, Rasuna diangkat menjadi

anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) hingga akhir hayatnya, 2

November 1965. Karena jasa-jasanya, Rasuna dimakamkan di TMP Kalibata

Jakarta.14)

14)

(41)

BAB IV

TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA

TAHUN 1945

Minangkabau banyak melahirkan tokoh dan pahlawan nasional, mereka

tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa dalam menghadapi berbagai proses

kemajuan bangsa. Para tokoh ini menjadi teladan para generasi muda sekarang

yang ingin terus belajar dan berjuang dalam mengisi kemerdekaan di era

sekarang. Salah satu tokoh perempuan Minangkabau yang terkenal adalah Hajjah

Rangkayo Rasuna Said. Beliau lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 15

September 1910. 15)

HR Rasuna Said dikenal sebagai seorang orator, pejuang kemerdekaan

Indonesia. Rasuna Said juga tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum

Speek Delict yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun

dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. Tantangan terbesar bagi

Hajjah Rangkayo Rasuna Said yaitu menghadapi sikap pemerintah Hindia

Belanda yang sangat keras saat menindas masyarakat Minangkabau terutama

kaum laki-laki untuk melakukan kerja rodi sedangkan kaum perempuan tidak

diperkenankan melakukan aktivitas apapun selain pekerjaan rumah tangga Rasuna

Said sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan

dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.16)HR Rasuna Said adalah pejuang yang

15)

http://wildanrenaldi.wordpress.com/tag/yang-tidak-terlupakan-tokoh-indonesia/. Diunduh pada 18 Oktober 2014 pukul 20.43

16)

(42)

berpandangan luas dan berkemauan keras. Sejak muda berjuang melalui Sarekat

Rakyat sebagai Sekretaris Cabang. Kemudian aktif sebagai anggota Persatuan

Muslim Indonesia (PERMI). Dia seorang orator yang sering kali mengecam tajam

kekejaman dan ketidakadilan pemerintah Belanda. Beliau tak gentar kendati

akibatnya harus ditangkap dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.

Meski sempat mengalami pengapnya udara penjara, Rasuna said tak

pernah berhenti berjuang. Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan

pendidikannya di Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr Kusuma

Atmaja.17) berbagai tantangan dihadapi oleh Hj. Rangkayo Rasuna Said. Adxapun

tantangan tersebut ada dalam bidang:

A. Bidang Pendidikan

Berbagai upaya dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam

bidang pendidikan. Banyak pembaharuan yang dilakukannya untuk mencapai

sebuah kesetaraan gender. Tantangan yang dihadapi oleh Hajjah Rangkayo

Rasuna Said dalam bidang pendidikan ini adalah memulai dari dasar dengan

memberikan pendidikan bagi kaum perempuan. Pada saat penjajahan

kolonial, kaum perempuan hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh bangsa

kolonial. Seperti halnya kaum perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan

diluar pekerjaan rumah tangg. Aktivitas perempuan saat itu tidak lepas dari

urusan ekonomi rumahtangga. Hal tersebut disebabkan mereka tidak tahu

apa-apa dan tidak ada bekal pendidikan bagi mereka, sehingga apa yang

17)

(43)

ditetapkan oleh bangsa kolonial, masyarakat Minangkabau khususnya kaum

perempuan hanya mengikuti saja.

Tantangan yang dihadapi oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam

bidang pendidikan dari pihak Belanda itu sendiri yaitu adanya keinginan

pihak Belanda untuk mendirikan pendidikan bagi masyarakat Minangkabau

namun dengan cara yang keras. Pemerintah Belanda menginginkan

masyarakat Minangkabau bekerja keras untuk Belanda. Sedangkan tantangan

dari masyarakat pribumi itu sendiri yaitu dengan minimnya kemampuan

masyarakat pribumi yang tidak mengetahui apa-apa sehingga apa yang

diinginkan oleh pihak Belanda langsung dituruti oleh masyarakat

Minangkabau, oleh sebab itu dalam bidang pendidikan ini Hajjah Rangkayo

Rasuna Said berupaya mendirikan sekolah, mengajar pada sekolah-sekolah,

memberikan ilmu, bekal dan pengetahuan terutama bagi kaum perempuan,

sehingga mereka tidak mudah terhasut oleh pihak kolonial.

Dari permasalahan tersebut kemudian tergeraklah hati Hajjah

Rangkayo Rasuna Said untuk berjuang dalam bidang pendidikan. Kepolosan

kaum perempuan Minangkabau saat itu menjadi sebuah tantangan bagi Hajjah

Rangkayo Rasuna Said untuk memajukan pola pikir mereka serta

memberikan bekal melalui pendidikan yang ia berikan.

Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan kemudian Hajjah

Rangkayo Rasuna Said memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum

wanita, ia sempat mengajar di Diniyah School Putri sebagai guru.

(44)

Rasuna Said ingin memberikan ilmu, pengetahuan terutama bagi kaum

perempuan agar tidak terus menerus ditindas oleh bangsa Belanda. Namun

pada tahun 1930, Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan

bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan

sekolah, tapi harus disertai perjuangan politik. Rasuna Said ingin

memasukkan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah Diniyah School

Putri, tapi ditolak. Rasuna Said kemudian mendalami agama pada Haji Rasul

atau Dr H Abdul Karim Amrullah yang mengajarkan pentingnya

pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berfikir yang nantinya banyak

mempengaruhi pandangan Rasuna Said.

Selain menjadi guru di Sekolah Dasar, ia juga melanjutkan mengajar

dengan menjadi guru sekolah menengah Islam di Padang Panjang yang

dipimpin oleh Rahman el-Yunussi, dengan jumlah pelajar perempuan lebih

dari 1000 orang. Keinginannya memasukan unsur politik dalam pendidikan,

meskipun tidak disetujui namun Hajjah Rangkayo Rasuna Said tetap

memberikan pendidikan bagi masyarakat Minangkabau khususnya kaum

perempuan, dengan demikian terbukalah hati dan pikiran bagi kaum

perempuan untuk memperjuangkan kesetaraan gender.18)

B. Perjuangan Kesetaraan Gender

Dalam perjuangan menyetaraan hak-hak kaum perempuan, Hajjah

Rangkayo Rasuna Said sangat menginginkan adanya perjuangan untuk

memberi kesadaran umum kepada semua kaum perempuan bahwa mereka

18)

(45)

adalah manusia dengan kedaulatan kemanusiaan yang sama dengan kaum

lelaki, Hanya saja secara kodrati ada hal yang tidak mungkin disamakan

antara kaum perempuan dengan lelaki sejarah, sebenarnya sejak tahun 1912

sudah ada organisasi perempuan. 19)

Pejuang-pejuang wanita pada abad ke-19 seperti M. Christina

Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi

Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara

tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan

perjuangan. Hal itu menjadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan

kaum perempuan di Indonesia, dan memotivasi para pemimpin organisasi

perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan

pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan

nasib bagi kaum perempuan.

Para pejuang perempuan itu menuangkan pemikiran kritis dan

upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia khususnya kaum

perempuan. Tantangan yang dihadapi oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said

bahwa dari pihak Belanda saat itu menginginkan masyarakat Minangkabau

bekerja keras bagi Belanda. Dari permasalahan ini maka tergeraklah hati

Hajjah Rangkayo Rasuna Said untuk berjuang, untuk membela kaum

perempuan karna pada saat itu keberaaan kaum perempuan sangat rendah,

kaum perempuan dianggap tidak bisa apa-apa. Dengan permasalahan ini

maka muncullah semangat yang berkobar dari dalam hati Hajjah. Rangkayo

19)

(46)

Rasuna Said untuk berjuang, untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak

bagi kaum perempuan. Agar kedudukan kaum perempuan menjadi setara

dengan kaum laki-laki. Berbagai perjuangan ia lakukan dengan memberikan

pengetahuan bagi kaum perempuan, banyak menulis di majalah maupun surat

kabar untuk menggugah semangat kaum perempuan.

Aktivitas dan perjuangan Rasuna juga patut mendapatkan apresiasi

dan sejatinya bisa menjadi inspirasi bagi perempuan selanjutnya. Emansipasi

wanita yang ia tegakkan sebagai bagian dari upayanya untuk menegakkan

kesetaraan gender yang selama beberapa dekade berada dalam kekuasaan

patriarkhi. Karena itu, ada beberapa hal yang mesti kita pahami dari sepak

terjang Rasuna Said. Pertama, Rasuna merupakan simbol perempuan pejuang,

yang tidak saja pandai bicara (orator) tapi juga seorang organisatoris. Hal itu,

ia tunjukkan dengan terlibat dalam banyak kegiatan perjuangan dan

sekolah-sekolah. Satu hal lagi, bahwa Rasuna juga seorang penulis. Terbukti, ia

mampu mendirikan majalah Menara Putri dan berperan sebagai seorang

pemimpin redaksi pada Majalah Raya. Dengan kemampuannya ini, praktis

beliau adalah seorang multi talenta. Sayangnya, tidak ada data yang

menunjukkan akan karya-karyanya yang dibukukan seperti yang dilakukan

oleh gurunya, Hamka.20)

Kedua, beliau adalah seorang penganut idealisme yang kuat. Terbukti,

untuk mewujudkan kebebasan negeri ini dari tangan penjajah Belanda dan

Jepang serta tegaknya emansipasi perempuan, ia rela dipenjara. Padahal,

20)

(47)

sejatinya, seorang perempuan lebih sering berada di rumah mengurus

keluarga. Tapi, ia berani keluar dan berjuang menentang kekerasan dan

ketidakadilan. Dan terbukti, penjara telah gagal meruntuhkan tekad

perjuangannya. Setelah keluar dari hotel prodeo, ia tetap berdakwah baik

sebagai pejuang maupun pendidik.

Ketiga, eksistensinya di Dewan Perwakilan Sumatera dan anggota

DPR-RIS juga menjadi autokritik terhadap perempuan lain yang memiliki

posisi yang sama. Ia memperlihatkan kepada kaum perempuan bahwa untuk

menjadi seorang dewan itu tidak harus menjual pesona kecantikan semata,

tapi juga kelebihan intelektual. Hal ini kadang berbeda dengan yang terjadi

sekarang, seperti masuknya beberapa kalangan selebritis wanita ke dewan.

Tanpa punya latar belakang perjuangan politik yang kuat, dia justru bisa

diterima di dewan karena pesona kecantikannya atau ketenarannya. Masih

banyak lagi yang bisa dipelajari dari sosok Rasuna.

C. Bidang Politik

Berbagai perjuangan dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

Dalam bidang politik ini banyak tantangan yang dihadapi oleh Rasuna Said

sendiri. Awal perjuangan politik Rasuna Said dimulai dengan beraktifitas di

Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang. Rasuna Said kemudian juga

bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin

Indonesia (PERMI) di Bukit Tinggi pada tahun 1930. Rasuna Said juga ikut

(48)

mendirikan Sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin Kursus Putri dan

Normal Kursus di Bukit Tinggi

Dengan bekal politik yang sangat mendalam kemudian Hajjah

Rangkayo Rasuna Said mulai banyak aktivitas pidatonya, memang Hajjah

Rangkayo Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato. Pada saat itu ia sangat

benci dengan pemerintahan Belanda kemudian dalam pidatonya ia mengecam

pemerintahan Belanda. Pada saat itu pihak pemerintahan Belanda sangat

marah, mereka tidak terima bahwa Hajjah Rangkayo Rasuna Said mengecam

pemerintahannya, kemudian oleh pihak Belanda Rasuna Said dikenakan

hukuman yang diberi nama hukum speek delict. Rasuna Said juga tercatat

sebagai perempuan pertama yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum

kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena

berbicara menentang Belanda. Rasuna Said sempat di tangkap bersama

teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di

Semarang. Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan

pendidikannya di Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr

Kusuma Atmaja.

Tantangan terberat yang dihadapi Hajjah Rangkayo Rasuna Said

dalam bidang politik ini yaitu ketika ia terkena hukum speek delict dan harus

dipenjara oleh pihak pemerintahan Belanda.21) Saat di penjara di Semarang,

Rasuna Said di tanya oleh pihak pemerintahan Belanda, mengapa ia sangat

menentang kekuasaan Belanda. Controleur Van Der Meulen, adalah salah

(49)

Rangkayo Rasuna Said selama ia di penjara. Banyak percakapan yang

dilakukan selama Rasuna Said berada didalam sel. Namun Hajjah Rangkayo

Rasuna Said tidak dapat membela diri karena pemerintahan Belanda tetap

tidak terima jika ada orang yang tidak tunduk terhadap pemerintahaannya saat

itu.

Upaya penyelesaiannya ketika Hajjah Rangkayo Rasuna Said

dipenjara oleh pihak Belanda yakni bahwa Hajjah Rangkayo Rasuna Said

tetap tenang dan mengikuti hukuman yang diberikan oleh pihak Belanda.

Namun saat Hajjah Rangkayo Rasuna Said dipenjara, ia tidak hanya diam dan

menerima dengan pasrah, saat ia dipenjara ia merencanakan apa yang akan ia

lakukan ketika ia terbebas dari Belanda dan hal tersebut terbukti setelah

Hajjah Rangkayo Rasuna Said keluar dari penjara ia kemudian melanjutkan

sekolah untuk terus tetap membela kaum perempuan serta menjadi pimpinan

redaksi sebuah majalah Raya.22)

22)

(50)

BAB V

NILAI-NILAI PERJUANGAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA TAHUN 1945

Dalam perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said banyak terjadi

perubahan, terutama bagi kaum perempuan. Sejak adanya perjuangan Hajjah

Rangkayo Rasuna Said, kedudukan kaum perempuan mulai setara dengan

laki-laki. Kaum perempuan juga mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum

laki-laki. Dengan banyaknya pembaharuan yang terjadi maka nilai-nilai universal

muncul sebagai hasil dari perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Adapun

nilai-nilai tersebut antara lain:

a. Nilai Nasionalisme dan Patriotisme Perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

Nilai nasionalisme dan patriotisme dari perjuangan Hajjah Rangkayo

Rasuna Said nampak saat bangsa Belanda menjajah masyarakat Minangkabau

dan saat itu dengan gigihnya Hajjah Rangkayo Rasuna Said berjuang

membela negara Indonesia dengan semangat perjuangannya membela kaum

perempuan. motivasi para pejuang bangsa Indonesia untuk melawan penjajah

adalah kecintaan mereka terhadap kemerdekaan tanah air, bangsa dan Negara

Indonesia sebagai jiwa dan semangat nasionalisme dan patriotisme.

Patriotisme itu sendiri merupakan sikap dan semangat yang sangat cinta

kepada tanah air sehingga berani berkorban. patriotism mempunyai ciri-ciri

(51)

menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan Negara di

atas kepentingan pribadi dan golongan, berjiwa pembaharuan dan tak kenal

menyerah.23)

Semangat nasionalisme dan patriotisme yang dikobarkan oleh Hajjah

Rangkayo Rasuna Said mendapat respon atau tanggapan yang baik oleh

masyarakat setempat. Hal tersebut nampak bahwa dengan semangat Hajjah

Rangkayo Rasuna Said, oleh masyarakat setempat nama tersebut diabadikan

sebagai nama sebuah jalan yaitu Jln. HR Rasuna Said Kav C-1, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta 12920. Nama tersebut diabadikan oleh masyarakat

setempat karena masyarakat sangat mengagumi perjuangan Hajjah Rangkayo

Rasuna Said dalam membela kaum perempuan. Kecintaannya terhadap tanah

air membuat Hajjah Rangkayo Rasuna Said melakukan berbagai cara untuk

terus membela kebenaran.

b. Nilai Perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said Membela Kaum Perempuan di Indonesia tahun 1945.

Nilai perjuangan yang dialami oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said

terbukti saat Rasuna Said menginginkan adanya pendidikan bagi masyarakat

Minangkabau terutama bagi kaum perempuan. Para pahlawan ini tidak diam

saja ketika perempuan Indonesia tak mendapat pendidikan. Mereka ingin

membuat para perempuan Indonesia tak begitu saja, tetapi dapat mendapatkan

pendidikan.

23)

(52)

Dengan keadaan yang sederhana yang dimiliki oleh para pejuang

perempuan Indonesia, berjuang untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya

terutama yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Para perempuan

Indonesia masa kini harus bersyukur dengan selalu berbagi kepada sesama

dan mampu serta harus melihat lingkungan sekitar.24) semangat perjuangan

dan ketulusan pengorbanan yang telah ditunjukkan, patut menjadi teladan

bagi kita semua. Semangat perjuangan akan terus menjadi spirit bangsa

apabila pemudanya turut berperan dalam hal ini. Berakhirnya perjuangan

Hajjah Rangkayo Rasuna Said berada ditangan pemuda saat ini, karena ialah

pemegang masa depan suatu bangsa dan ialah penerus perjuangan ini kelak.

Nilai perjuangan merupakan salah satu nilai yang dapat diambil dari

sosok Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Banyak perjuangan yang telah

dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Perjuangannya yang gigih

terlihat saat ia dipenjara di Semarang karena Rasuna Said menentang pihak

kolonial. Upayanya tersebut dilakukan semata-mata untuk kedudukan kaum

perempuan agar terbebas dari pihak kolonial. Namun saat pihak Belanda

menetapka Hajjah Rangkayo Rasuna Said dipenjara di Semarang, beliau tetap

mengikuti apa yang dilakukan oleh Belanda. Tetapi Rasuna Said tidak tinggal

diam, dalam menjalani hukumannya ia merencanakan berbagai hal, sehingga

saat Hajjah Rangkayo Rasuna Said keluar dari penjara ia langsung melakukan

perjuangan kembali untuk memperjuangkan kedudukan kaum perempuan.

Semangat perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said

24)

(53)

juga mendapat respon yang baik oleh masyarakat minangkabau hal tersebut

terbukti bahwa sekolah-sekolah yang pernah dipimpinnya sampai saat ini

masih berdiri yaitu sekolah Thawalib. Tidak hanya itu saja sebagai tanda

untuk mengenang perjuangannya masyarakat kedudukan masyarakat

Minangkabau sampai pada saat ini sudah setara dan kesetaraannya merupakan

salah satu usaha dari Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

c. Nilai Kemanusiaan sebagai bentuk perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam Membela Kaum Perempuan.

Semua manusia dipandang setara dan bersaudara, yang

mengharuskan untuk menghormati kemanusiaan. Nilai kemanusiaan nampak

pada perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said bahwa ia

selalu menginginkan agar terjadi kesamaan derajat antara kaum perempuan

dan kaum laki-laki, oleh sebab itu dalam hal ini nilai kemanusiaan dijunjung

tinggi oleh Rasuna Said untuk memanusiakan manusia. Agar manusia

semakin beradab.

Nilai kemanusiaan ini pada awalnya karena Hajjah Rangkayo Rasuna

Said melihat kondisi masyarakat Minangkabau yang benar-benar masih

sangat minim dalam bidang pendidikan, dengan minimnya pengetahuan

masyarakat setempat maka akan menjadi mudah bagi pihak Belanda untuk

menerapkan apa yang menjadi keinginan pihak Belanda. Dengan demikian

muncul keinginan dari Hajjah Rangkayo rasuna Said itu sendiri untuk

memberikan pendidikan terutama bagi kaum perempuan agar pengetahuan itu

(54)

Belanda. Hal tersebut sebuah tindakan kemanusiawian Hajjah Rangkayo

rasuna Said.

d. Nilai Persatuan dalam Perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

Nilai persatuan yang terjadi yakni dengan adanya semangat yang

dimiliki oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said untuk terus mempersatukan

keinginan dan keyakinan membebaskan diri dari penjajahan. Nilai persatuan

itu diwujudkan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said saat ia mengetahui

kondisi masyarakat Minangkabau saat itu kemudian ia bersama-sama dengan

tokoh lain seperti Abul Karim untuk mempersatukan pendapatnya yang

kemudian berupaya untuk mengubah pola pikir masyarakat terutama kaum

perempuan untuk mendapatkan kedudukan yang lebih baik. Kemudian Hajjah

Rangkayo Rasuna Said melakukannya dengan memulai tahap awal dari

bidang pendidikan. Berbagai upaya dilakukan. Usahanya tersebut

semata-mata agar perempuan terutama masyarakat Minangkabau mendapat

kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki.

Upaya yang dilakukan dengan semangat persatuan yang dibangun

oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said kemudian mendapat respon atau

tanggapan baik oleh masyarakat Minangkabau terutama oleh kaum

perempuan. Hal tersebut terlihat dari adanya persatuan yang dibangun oleh

masyarakat Minangkabau terutama oleh kaum perempuan dalam menghadapi

pemerintahan Belanda di Minangkabau. Perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna

Said membuahkan hasil bagi masyarakat setempat bahwa masyarakat menjadi

(55)

BAB VI

KESIMPULAN

Perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said mendapatkan apresiasi baik dari

masyarakat Minangkabau maupun dari pemerintah sendiri. Kegigihannya

memperjuangkan derajat perempuan agar sama kedudukannya dengan laki-laki

membuat namanya sampai saat ini dikenang oleh setiap orang. Dari perjuangan

yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said, maka penulis dapat menarik

kesimpulan:

1. Banyak faktor yang mendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said untuk

berjuang. Mulai dari faktor pendidikan, kesetaraan gender maupun faktor

politik. Ia menginginkan pada saat itu bahwa masyarakat minangkabau

terutama kaum perempuan terlepas dari penjajahan kolonial, sehingga Ia

melakukan berbagai cara agar masyarakat Minangkabau mendapatkan

pendidikan dan memberi pengetahuan bagi kaum perempuan untuk

menyamakan derajatnya dengan kaum laki-laki. Dengan keterbatasan

pengetahuan yang dimiliki masyarakat Minangkabau saat itulah yang

mendorong Hajjah Rangkayo Rasuna Said untuk tetap berjuang membela

kaum perempuan Minangkabau.

2. Perjuangan yang dilakukan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said tidak hanya

dengan memberikan bekal pendidikan maupun pengetahuan bagi masyarakat

Minangkabau namun dengan semangat dan kegigihannya, Hajjah Rangkayo

(56)

menjadi guru, menjadi Sekretaris Cabang Sarekat Rakyat, masuk dalam

Anggota Persatuan Muslim Indonesia, setelah masuk dalam persatuan muslim

Indonesia, menjadi Pendiri Organisasi Pemuda Nippon Raya. Hajjah

Rangkayo Rasuna Said kemudian masuk dalam organisasi Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), tidak hanya sampai disitu saja

ia benar-benar menginginkan adanya perubahan kedudukan bagi kaum

perempuan Minangkabau sehingga saat itu ia juga upaya yang dilakukan oleh

Hajjah Rangkayo Rasuna Said dan keuletannya masuk dalam organisasi

pemerintahan, maka ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Pertimbangan

Agung. Karya yang dihasilkan oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said memang

sungguh luar biasa sehingga ia mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional

Indonesia yang sampai saat ini jasa dan pengorbanannya selalu dikenang.

Gambar

gambar – gambar dan ditempelkan pada kertas karton menjadi suatu rangkaian cerita yang
gambar perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam masing-masing kelompok.

Referensi

Dokumen terkait

- Bagian akhir, nomor halaman ditulis di bagian bawah tengah dengan angka latin dan merupakan kelanjutan dari penomoran pada bagian pokok.. Judul dan Nomor Gambar / Grafik

Perumusan tugas, fungsi, jenjang, susunan organisasi, dan tata kerja Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Johor Bahru, Malaysia ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri setelah

Teknik-teknik pemotongan pelat ini dapat dilakukan dengan berbagai macan teknik pemotongan pelat dengan peralatan tangan, mesin-mesin potong manual, mesin gunting putar,

Kapal dan perahu dalam Hikayat Raja Banjar terdiri atas keci, kapal, salup, konting, pencalang, galiung, pelang, top, perahu, sampan, pergata, gali, gurap, galiut, pilau, som,

Berdasarkan Diagram 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari seluruh responden, dapat disimpulkan lebih dari setengahnya (56%) atau sebanyak 49 responden memiliki

rendahnya penguasaan konsep sains siswa Indonesia, karena orang yang memiliki. kemampuan literasi sains harus memahami dan menguasi konsep sains

“ Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH Koordinasi Perencanaan Air Minum, Drainasen dan sanitasi Permukiman Jasa Konstruksi Perorangan Pengadaan Tenaga Ahli JB: Barang/jasa JP: