• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GONDORUKEM-TERPENTIN MENGGUNAKAN METODE FENTON (Fe2+/H2O2) UNTUK MENDEGRADASI COD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GONDORUKEM-TERPENTIN MENGGUNAKAN METODE FENTON (Fe2+/H2O2) UNTUK MENDEGRADASI COD"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GONDORUKEM-TERPENTIN MENGGUNAKAN METODE FENTON (Fe2+/H2O2) UNTUK MENDEGRADASI COD

Bella Paramaeshela*, Suwardiyono dan Indah Hartati

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang 50236

*

Email:bellaps33@gmail.com Abstrak

Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) adalah suatu industri kimia milik perhutani yang mengolah bahan baku berupa getah pinus menjadi produk gondorukem (gum rosin), terpentin dan produk derivatifnya. Industri tersebut menghasilkan limbah cair yang memiliki kandungan konsentrasi COD tinggi sebesar 3248 ppm. Salah satu metode pengolahan limbah yang dapat digunakan yaitu proses fenton. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses fenton terhadap pengaruh suhu, waktu kontak, dan konsentrasi Fe2+.Proses inidilakukan pada suhu 30oC, 35

oC, 45oC, 55 oC, waktu kontak 60, 120, 180, 240 menit, dan konsentrasi Fe2+pada 129,92;

162,4; 216,5;324,8; 649,6 mg/L. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penurunan nilai COD tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan bertambahnya suhu proses, waktu reaksi tidak menunjukkan penurunan COD yang semakin besar dengan bertambahnya waktu kontak serta penambahan konsentrasi Fe2+tidak menunjukkan pengaruh positif terhadap penurunan COD. Hasil penelitian ini mendapatkan kondisi optimum pada suhu 30oC, waktu kontak 60 menit dan konsentrasi Fe2+ sebanyak 129,92 mg/L, yang mampu menurunkan nilai COD menjadi 480 ppm dengan efisiensi penurunan COD sebesar 85,2%.

Kata kunci: Chemical Oxygen Demand (COD), fenton, gondorukem

1. PENDAHULUAN

Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) adalah suatu industri kimia milik perhutani yang mengolah bahan baku berupa getah pinus menjadi produk gondorukem (gum rosin), terpentin dan produk derivatifnya.PPCI dapat mengolah getah pinus sebanyak 10 ton dalam satu kali pemasakan untuk dijadikan gondorukem, yang diproduksi pada plant PGT (Pabrik Gondorukem Terpentin). Plant PGT tersebut menghasilkan limbah padat dan limbah cair.

Limbah cair yang dihasilkan dari plant memiliki kandungan konsentrasi COD 3248 ppm. Berdasar pada PerMenLH No.5 tahun 2014 limbah industri gondorukem menunjukkan tingkat pencemaran berat karena nilai COD lebih dari 3000 ppm. Proses pengolahan limbah di Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) dilakukan melalui proses equalisasi, Upflow Anaerobic Sludge Blaket (UASB), aerasi, clarifier, fish pond, dan lagoon. Proses tersebut dianggap belum efektif karena masih menghasilkan COD keluaran lagoon sebesar 2300 ppm. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengolahan air limbah yang sederhana, efektif dan realible yang menjanjikan dan dapat menekan tingkat pencemaran seminimim mungkin. Salah satu pengolahan yang teknologi yang dianggap

realible adalah teknologi AOP (Advanced Oxidation Processes) bebasis H2O2 (Elfiana,

2013).

AOP dianggap menjanjikan, baik sebagai alternatif terhadap metode pengolahan air limbah konvensional,maupun peningkatan metode pengolahan biologi saat ini, terutama yang berkaitan dengan limbah yang sangat beracun dan limbah dengan biodegradasi rendah (Dincer, 2008).AOP merupakan proses oksidasi yang memanfaatkan hydroxyl radical (OH●) sebagai oksidan utama.Salah satu sistem yang digunakan dalam AOP adalah reaksi Fenton. Reaksi Fenton melibatkan gugus reaktif yaitu radikal hidroksil yang dihasilkan dari reaksi oksidasi antara hidrogen peroksida dan garam Fe(II) (Yulia, 2016).

Reaksi fenton telah banyak digunakan untuk mengolah limbah. Nofriani (2017) melakukan pengolahan limbah cair zat warna jenis indigosol yellow menggunakan kombinasi metode fenton (Fe2+/H2O2) dan adsorpsi arang

batok kelapa terhadap parameter COD dan warna, Dincer (2008) juga telah melakukan penurunan COD dari industri oil recovery menggunakan AOP dengan basis H2O2, dan

Elfiana (2013) tentang kajian efektifitas reagen fenton untuk menurunkan konsentrasi COD air limbah domestik secara batch.

(2)

Menimbang dari beberapa penelitian tersebut belum ada yang menggunakan reagen fenton untuk untuk menurunkan nilai COD pada industri gondorukem–terpentin. Sehingga penelitian ini menyajikan hasil dari proses menggunakan fenton untuk pengolahan limbah cair industri gondorukem–terpentin.

2. METODOLOGI

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pabrik gondorukem yang diperoleh dari KBM Perhutani Pine Chemical Industry – Perum Perhutani kabupaten Pemalang. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah H2O2, Fe2SO4,

H2SO4, aquadest.

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah magnetic stirer. Alat lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, peralatan gelas. Gambar alat disajikan dalam gambar 1. Analisa hasil COD menggunakan refluxtertutup

.

Gambar 1. Gambar Alat

Limbah cair yang didapatkan dari perhutani diawetkan dengan cara menambahkan H2SO4

pada pH 2 – 3. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga nilai COD dalam kondisi yang sama sampai penelitian selesai.

Tahap selanjutnya adalah tahap reaksi. Limbah diambil 300 mL kemudian diencerkan sampai 500 mL, kemudian tambahkan FeSO4.7H2O sesuai dengan variabel percobaan

sampai larut, kemudian secara perlahan tambahkan H2O2 sebanyak 3248 ppm sampai

variabel waktu yang ditentukan.

Analisis COD dilakukan menggunakan analisa reflux tertutup secara titimetri.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu

Pengaruh suhu terhadap penurunan COD dapat dilihat pada gambar 2.

(a)

(b)

Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap penurunan COD (a) dan efisiensi pengaruh

suhu terhadap penurunan COD (b) Gambar 2(b) menunjukkan penurunan COD terbaik pada suhu 30 oC dengan efisiensi penurunan COD sebesar 87,5%. Mohajeri (2010) menjelaskan bahwa temperatur yang lebih tinggi dapat berdampak negatif terhadap penurunan nilai COD, karena flock yang terbentuk tidak stabil pada suhu tinggi.

Tekin (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa efek suhu reaksi pada COD dan degradasi warna dievaluasi pada kisaran 30-60oC tidak ada penurunan signifikan yang diamati untuk nilai COD. Martinez (2003) menyebutkan pengaruh suhu pada penurunan nilai COD dapat diabaikan. Dengan demikian, suhu tidak perlu dianggap sebagai faktor dalam pra-oksidasi air limbah yang dipelajari, hal tersebut serupa dengan penelitian Tekin (2006) juga melaporkan bahwa suhu air limbah hampir tidak memengaruhi efisiensi penghilangan COD dalam oksidasi Fenton.

Menurut Mohajeri (2010) suhu reaksi 30oC dianggap tepat dan semua percobaan dilakukan pada suhu kamar, untuk alasan praktis dan ekonomis.

Penelitian ini menunjukkan bahwa waktu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan nilai COD, sehingga sejalan dengan

(3)

penelitian Martinez dan Mohajeri yang menyebutkan bahwa suhu dapat diabaikan dan suhu 30 oC dianggap tepat untuk semua percobaan.

Pengaruh Waktu

Pengaruh waktu dalam penunuran COD limbah gondorukem dapat dilihat pada gambar 3.

(a)

(b)

Gambar 3. Pengaruh waktu terhadap penurunan COD (a) dan efisiensi pengaruh

waktu terhadap penurunan COD Gambar 3(b) menunjukkan penurunan COD terbaik terjadi pada waktu reaksi 60 menit dengan efisiensi penurunan COD sebesar 87,5%. Beltran dalam Imtiyaz (2016), menyebutkan tipikal umum dari penurunan nilai COD pada limbah dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama terjadi fase penurunan cepat, dimana terjadi penurunan dengan kecepatan tinggi, selanjutnya tahap kedua terjadi titik balik dimana kecepatan reaksi menurun akibat terbentuknya karbon organik sebagai hasil sementara proses. Hal ini dapat disebabkan oleh oksidasi kimia organik terlarut dalam air limbah dengan OH● (Karthikeyan, 2011) dan penggunaan dosis Fe2+/H2O2, karena

penggunaan dosis Fe2+/H2O2 berpengaruh

terhadap kondisi optimum yang dihasilkan (Elfiana, 2013).

Pengaruh Konsentrasi Fe2+

Pengaruh konsentrasi Fe2+dalam penunuran COD limbah gondorukem dapat dilihat pada gambar 4.

(a)

(b)

Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Fe2+ terhadap penurunan COD (a) dan efisiensi

pengaruh konsentrasi Fe2+terhadap penurunan (b)

Gambar 4(b) menunjukkan bahwa penurunan COD optimal terjadi pada penambahan Fe sebesar 129,92 mg/L, dengan efisiensi penurunan COD sebesar 85,2%. Penambahan konsentrasi Fe yang semakin besar tidak menunjukkan presentase penurunan nilai COD yang besar pula. Hal ini disebabkan terjadinya autodekomposisi, dimana radikal hidroksil terbentuk akan mengoksidasi H2O2

menjadi oksigen dan air. Penambahan Fe2+ berlebih juga akan membentuk reaksi regenerasi Fe2+menjadi Fe3+(Dincer, 2008).

(4)

Fe3+ yang direaksikan dengan hidrogen peroksida akan membentuk HO●2 seperti

reaksi:

Fe3+ + H2O2→ Fe2++ HO●2+ H+

HO●2 (hidroperoxy radikal) memiliki sifat

yang kurang reaktif sehingga tidak dapat bereaksi cepat dengan senyawa organik atau komponen-komponen lain yang ada dalam limbah cair (Mukaromah, dkk., 2012). Hal ini mengurangi efektifitas reagen fenton dalam mengoksidasi senyawa organik sehingga %ECODkecil.

Rasio optimal H2O2/Fe 2+

sangat bervariasi dengan jenis limbah yang akan dioksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai penghapusan COD maksimum, serta rasio H2O2/Fe

2+

yang optimal, konsentrasi yang cukup dari reagen Fenton juga diperlukan untuk menghasilkan jumlah radikal hidroksil yang memadai (Tekin, 2006).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi optimum FeSO4 pada

konsentrasi 129,92 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa proses Fenton (FeSO4: H2O2) lebih baik

dilakukan dengan konsentrasi optimum dalam menurunkan nilai COD pada limbah pabrik gondorukem. Dalam proses Fenton, H2O2

digunakan sebagai reagen dasar pembentukan radikal hidroksil yang terbentuk selama reaksi fenton berlangsung dengan kehadiran garam besi (FeSO4) sebagai sumber Fe

2+

dalam reaksi. Pada proses Fenton, H2O2 dengan

adanya Fe2+ akan terkonversi menjadi radikal hidroksil (HO●) yang sangat reaktif.

4. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bahwa

penurunan

nilai

COD

tidak

mengalami

perubahan

yang

signifikandengan

bertambahnya

suhu

proses

, waktu reaksi tidak menunjukkan penurunan COD yang semakin besar dengan bertambahnya waktu kontak serta penambahan konsentrasi Fe2+ tidak menunjukkan pengaruh positif terhadap penurunan COD.Hasil penelitian ini mendapatkan kondisi optimum pada suhu 30 oC, waktu kontak 60 menit dan konsentrasi Fe2+ sebanyak 129,92 mg/L, yang mampu menurunkan nilai COD sampai 480 ppm dengan efisiensi penurunan COD sebesar 85,2%.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, P.B. 2015. “Penurunan Nilai COD Air Limbah Pabrik Tahu Menggunakan Reagen Fenton Secara Batch”. Skripsi pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Dincer, A.R.,Karakaya N., Gunes, S., Gunes, Y. 2008. “Removal of COD from Oil Recovery Industry Wastewater by the Advanced Oxidation Processes (AOP) Based on H2O2”. Global NEST Journal,

Vol 10, No 1, pp 31-38.

Elfiana, Rahmahwati C.A, Zaini H., Fuadi, A. 2013. “Kajian Efektifitas Reagen Fenton Untuk Menurunkan Konsentrasi Cod Air Limbah Domestik Secara Batch Pada Metode AOP Berbasis H2O2”.

JurnalTeknologi, Vol 13 No 2.

Imtiyaz, I., Rezagama, A., Luvita, V. 2016. Pengolahan BOD, COD, TSS Dan Ph Pada Limbah Industri MSG (Monosodium Glutamate) Menggunakan Teknologi Advanced Oxidation Processes (O3/H2O2 Dan Fenton). Jurnal

Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1

Karthikeyan, S., Titus, A., Gnanamani A., Mandal, A.B., SekaranG. 2011. Treatment of Textile Wastewater by Homogeneous and Heterogeneous Fenton Oxidation Processes. DesalinationVolume 281, 17 October 2011, Pages 438-445

Martinez, N.S.S., Fernandez J.F., Segura X.F., Ferrer, A.S. 2003. Pre-Oxidation of an Extremely Polluted Industrial Wastewater by the Fenton’s Reagen”. Journal of Hazardous Materials B101 (2003) 315–322.

Mohajeri, S.,Aziz, H.A.,Isa, M.H.,Bashir,M.J.,Mohajeri, L., Adlan, M.N.2010. Influence Of Fenton Reagent Oxidation on Mineralization and Decolorization of Municipal Landfill Leachate. Journal of Environmental Science and Health Part A (2010) 45, 692–698 ISSN: 1093-4529

Mukaromah, A.H., Yusrin., Mubiarti E. 2012. Degradasi Zat Warna Rhodamin B Secara Advanced Oxidation Processes Metode Fenton Berdasarkan Variasi Konsentrasi H2O2. Seminar Hasil-Hasil

Penelitian – LPPM UNIMUS 2012 ISBN : 978-602-18809-0-6

(5)

Tekin, H.,Bilkay, O., Ataberk, S.S., Balta, T.H., Ceribasi, I.H., Sanin, F.D., Dilek, F.D., Yetis, U. 2006. “Use of Fenton Oxidation to Improve the Biodegradability of a Wastewater”. Journal of Hazardous Materials B136 (2006) 258–265.

Yulia, R., Meilina, M., Adisalamun, Darmadi.2016. “Aplikasi Metode Advance Oxidation Process (AOP) Fenton pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit”. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 11, No. 1, Hlm. 1-9, ISSN 1412-5064, e-ISSN 2356-166

Gambar

Gambar 1. Gambar Alat
Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Fe 2+

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok A (kontrol negatif) diberikan pelet selama 7 hari, kelompok B (kontrol positif) diberikan pelet dan aspirin 150mg/kgBB selama 7 hari, kelompok C (perlakuan 1)

siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik, prestasi belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe PDEODE

Posttest diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa kelas X.10 (control group) di SMAN 1 Sukawati dalam bidang menulis karangan narasi. Tes dilakukan dalam bentuk

[r]

SSO, sistem informasi penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia, gudang bahan baku, dan gudang barang jadi termasuk di bagian Key Operational dikarenakan seluruh

Untuk mengetahui cue s yang berhubungan dengan rasa takut pada wanita ketika melalui TPO bawah tanah Stasiun Manggarai, dilakukan pengelompokkan elemen-elemen pembentuk

Pemberian remisi terhadap narapidana korupsi harus bisa diajalankan, mengingat hal tersebut merupaan hak seorang narapidana yang sudah menjalani dan mempertanggung