• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 16 TAHUN 1995 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 16 TAHUN 1995 TENTANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 1995

TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN PROGRAM BIMAS INTENSIFIKASI PADI, PALAWIJA, HORTIKULTURA, MINA PADI, TAMBAK,

AYAM BUKAN RAS DAN TERNAK KERJA DI JAWA TIMUR TAHUN 1995/1996

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

MENIMBANG : a. bahwa sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian tujuan Program Bimas Intensifikasi adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kesejahteraan, peningkatan pendapatan petani, peningkatan produksi guna memantapkan swasembada pangan, mengembangkan sistem agribisnis dan mendorong terbukanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha terutama di pedesaan;

b. bahwa sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri Pertanian/ Ketua Badan Pengendali Bimas tanggal 18 Nopember 1994 Nomor 09/SK/Mentan/Bimas/XI/1994 tentang Program Bimas Intensifikasi Padi, Palawija dan Hortikultura tahun 1995/1996 perlu menetapkan Pedoman Pembinaan Program Bimas Intensifikasi dimaksud dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur. MENGINGAT : 1. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1974 ;

2. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1979 ; 3. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1992 ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 ;

(2)

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984 jo Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1993 ; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M Tahun 1993 ; 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 jo

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 1993 ; 9. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984; 10.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1986 ; 11.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 558/Kpts/Org/6/1981 ; 12.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 430/Kpts/OT.210/ 7/1986 ; 13.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 58/Kpts/LP.110/ 2/1991 ; 14.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 41/Kpts/OT.210/1/1992 ; 15.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 96/Kpts/OT.210/2/1994 ; 16.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 97/Kpts/OT.210/2/1994; 17.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/BM.400/5/1994; 18.Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas

Nomor 04/SK/Mentan/Bimas/1994 ;

19.Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Nomor 539/Kpts/LP.120/7/1991 ;

69 Tahun 1991

20.Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 60/KP/IV/1989 ; 21.Instruksi Menteri Pertanian Nomor 3/Inst/LP.120/2/1988 ; 22.Instruksi Menteri'Pertanian Nomor 4/Inst/DL.350/3/1988 ; 23.Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1986 ;

24.Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor 09/SK/Mentan/Bimas/XI/1994 ;

25.Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Nomor IK.310/DL10.022/93 K;

26.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 3 Tahun 1978 ;

27.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 5 Tahun 1983 ;

28.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor.12 Tahun 1983 ;

29.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 4 Tahun 1984 ;

30.Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 15 Tahun 1986 ;

(3)

32.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1984 ;

33.Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 296 Tahun 1984 ;

MEMPERHATIKAN : 1. Surat Edaran Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi Nomor HK.060/378/Mentan/VI/1991 ;

01/SE/M/VI/1991

2. Hasil Rapat Satuan Pembina Bimas Propinsi Jawa Timur tanggal 29 Desember 1994.

M E M U T U S K A N

MENETAPKAN : KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PROGRAM BIMAS INTENSIFIKASI PADI, PALAWIJA, HORTIKULTURA, MINA PADI, TAMBAK, AYAM BUKAN RAS DAN TERNAK KERJA DI JAWA TIMUR TAHUN 1995/ 1996

Pasal 1

Dengan Keputusan ini, ditetapkan pedoman Pembinaan Program Bimas Intensifikasi Padi, Palawija, Hortikultura, Mina Padi, Tambak, Ayam Bukan Ras dan Ternak Kerja di Jawa Timur Tahun 1995/1996.

Pasal 2

Program Bimas di Jawa Timur Tahun 1995/1996 terdiri dari : a. Intensifikasi Padi ;

b. Intensifikasi Jagung ; c. Intensifikasi Kedelai; d. Intensifikasi Hortikultura ; e. Intensifikasi Mina Padi ; f. Intensifikasi Tambak ;

g. Intensifikasi Ayam Bukan Ras; h. Intensifikasi Ternak Kerja.

(4)

Pasal 3

(1) Program Bimas Intensifikasi Pertanian dilaksanakan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan sistem agribisnis, pendekatan pembangunan pertanian dan pedesaan yang terpadu dan berkelanjutan, dan pendekatan basis sumberdaya pertanian ;

(2) Intensifikasi Pertanian dalam Program Bimas di Jawa Timur Tahun 1995/1996 dilaksanakan dengan mewujudkan keterpaduan komoditas, disemua wilayah lahan usaha tani baik lahan sawah, lahan kering, tambak, pekarangan dan pada wilayah/lahan baru hasil perluasan pencetakan sawah, serta pada wilayah/lahan konservasi, rehabilitasi dan penghijauan yang memungkinkan diterapkannya anjuran Sapta Usaha Intensifikasi, baik secara lengkap maupun parsial;

(3) Bimbingan Intensifikasi Pertanian yang dikoordinasikan melalui organisasi Bimas, adalah kegiatan Intensifikasi yang dilaksanakan secara swadana maupun dengan memanfaatkan fasilitas kredit; (4) Penyelenggaraan Intensifikasi Mina Padi, yang secara fungsional

terkait dengan tanaman padi, dititikberatkan pada Daerah Supra Insus dan Insus Paket D ;

(5) Intensifikasi Tambak dimaksudkan untuk meningkatkan produksi udang dan bandeng guna keperluan ekspor non migas, menambah pendapatan, meningkatkan gizi, yang dilaksanakan dengan teknologi sederhana, madya maupun maju;

(6) Intensifikasi Ayam Bukan Ras (INTAB) dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas Ayam Bukan Ras dengan usaha pokok menekan kematian, menambah pendapatan dan meningkatkan gizi keluarga ;

(5)

(7) Intensifikasi Usaha . tani Konservasi Lahan Kering dilaksanakan di dalam dan di luar Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah diprakondisikan dengan upaya Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) seperti areal dampak Unit Percontohan Usaha Pelestarian Sumberdaya Alam/Usaha Pertanian Menetap (UP-UPSA/ UPM), Proyek-proyek : DAS, P2LK dan lain-lain ;

(8) Intensifikasi Pertanian dilaksanakan secara terpadu mencakup semua koraoditas cabang usaha tani yang ada dalam suatu wilayah tertentu, yang mencakup komoditas prioritas Nasional maupun prioritas Daerah ;

(9) Mutu Intensifikasi ditingkatkan melalui penerapan paket teknologi tepat guna yang direkomendasikan oleh Tim Teknis Bimas untuk mewujudkan produktivitas tinggi, menguntungkan petani serta aman bagi konsumen dan lingkungan.

(10)Untuk menjamin pencapaian sasaran Program Bimas perlu ditempuh dengan peningkatan mutu intensifikasi, diversifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi, sehingga di-peroleh kinerja yang maksimal dari upaya tersebut;

(11)Dalam rangka pengembangan agribisnis dan agro industri harus diperhatikan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, peningkatan produktivitas usahatani, peng-olahan dan pemasaran hasil;

(12)Untuk mendukung keberhasilan Program Bimas Intensifikasi dikembangkan hubungan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara petani/kelompok tani dengan Perusahaan Pembimbing, bait sebagai Perusahaan Inti Perusahaan Pengelola maupun Perusahaan Penghela.

Pasal 4

(1) Untuk meningkatkan kegairahan petani agar berperan serta dalam melaksanakan Intensifikasi Pertanian dan memacu pengembangan kelompok tani, perlu di selenggarakan perlornbaan Supra Insus, Intensifikasi Kedelai, Intensifikasi Jagung, Intesifikasi Mina Padi, Intensifikasi Tambak dan Intensifikasi Ayam Bukan Ras ;

(6)

(2) Untuk merangsang kegiatan pembinaan dalam pelaksanaan Intensifikasi Pertanian, diselenggarakan Lomba Tingkat Karya Bimbingan Intensifikasi Pertanian antar Satuan Pelaksana Bimas.

Pasal 5

(1) Sasaran produksi dan kuantitas Intensifikasi Padi, Palawija, Hortikultura, Mina Padi, Tambak dan Ayam Bukan Ras Tahun 1995/1996 sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini; (2) Rincian masing-masing sasaran untuk Daerah Tingkat II

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur/Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur atas usul Kepala Dinas Teknis yang terkait selaku Wakil Ketua Bidang di Sub Sektornya masing-masing.

Pasal 6

Dalam rangka peningkatan efisiensi pemanfaatan air irigasi untuk usaba tani terutama pada musim kemarau, maka jadwal giliran pembagian air yang ditetapkan oleh Panitia Irigasi Tingkat II setempat dan po!a tanam yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tingkat II setempat dengan pertimbangan prakiraan musim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), agar dipatuhi oleh kelompok tani baik di dalam maupun antar kelompok tani.

Pasal 7

(1) Semua petani pelaksana Intensifikasi wajib menggunakan benih unggul bermutu tinggi, tahan organisme peng-ganggu utama setempat dan khusus untuk padi dan pala-wija benihnya berlabel biru ;

(2) Pengawasan terhadap ketepatan jenis, mutu, jumlah, harga, tempat dan waktu pengadaan benih dilakukan oleh Lembaga Teknis yang bersangkutan.

(7)

Pasal 8

(1) Kepala Daerah Tingkat II/Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten/Kotamadya menyusun rencana kebutuhan sarana produksi yang meliputi macam, jumlah dan jadwal bulanan bagi masing-masing Kecamatan di wilayah kerjanya dengan berpedoman pada rencana alokasi yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Program Bimas Intensifikasi Padi, Palawija, Hortikultura, Mina Padi, Tambak, Ayam Bukan Ras dan Ternak Kerja oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian/Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur;

(2) Pengadaan dan penyaluran benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh (ZPT) dan pupuk pelengkap cair (PPC) serta vaksin pelaksanaannya diatur sebagai berikut :

a. Pemenuhan kebutuhan benih sebar menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah;

b. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai di Lini IV menjadi tugas dan tanggung jawab PT. PUSRI;

c. Pengadaan dan penyaluran vaksin dalam program Intab agar dikoordinasikan antara Dinas Peternakan Daerah Tingkat I dengan Dinas Peternakan Daerah Tingkat II dan Perusahaan yang ditunjuk untuk mengadakan vaksin bagi peserta Intab adalah perusahaan yang telah ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau usulan Kepala Dinas Peternakan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ;

d. Pengadaan dan penyaluran pupuk tidak bersubsidi sampai di Lini IV dikoordinir dan menjadi tanggung jawab PT. PUSRI dan PUSKUD ;

e. Pengadaan dan penyaluran ZPT/PPC dan Pestisida tidak bersubsidi sampai di Lini IV menjadi tanggung jawab produsen yang bersangkutan dan dalam penyalurannya bekerjasama dengan PT. PERTANI dan KUD.

(8)

(3) Satuan Pembina Bimas Propinsi Jawa Timur dan Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten/Kotamadya berkewajiban memantau dan mengendalikan persediaan pupuk ber-subsidi dan pestisida serta sarana produksi pertanian lainnya di Lini III dan IV/Kecamatan agar dapat menjamin pemenuhan yang diperlukan petani, sesuai dengan prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat Mutu, Jenis, Jumlah, Waktu, Tempat dan Harga.

Paul 9

(1) Pengendalian organisme pengganggu dilaksanakan dengan berpedoman pada konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang diterapkan sesuai dengan ekosistem pertanian setempat (teknis, sosial dan budaya) dan dalam pelaksanaannya dijalin kerjasama dan keterpaduan antar Instansi terkait ;

(2) Konsepsi perencanaan dan pelaksanaan konsepsi PHT di tingkat lapangan menjadi bagian integral dan RDK/ RDKK.

Pasal 10

(1) Petani peserta Program Bimas yang membutuhkan tambahan modal dan memenuhi syarat untuk dapat me-nerapkan teknologi sesuai dengan rekomendasi, disedia-kan kredit dengan pola Kredit Usaha Tani (KUT) untuk Intensifikasi Padi, Jagung, Kedelai dan Hortikultura ;

(2) Untuk menjamin kelancaran dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi baik swadana maupun kredit, Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani (RDKK) sebagai hasil musyawarah kelompok tani sudah selesai disusun 1 (satu) bulan sebelum musim tanam dan disampaikan ke Koperasi Unit Desa ;

(3) Penyusunan RDKK tersebut dibawah bimbingan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Koperasi Unit Desa (KUD), Tenaga Teknis Administrasi (TTA-BRI) dan penyelesaiannya menjadi tanggung jawab Kepala Desa dan Camat selaku Ketua Satuan Pelaksana Bimas Tingkat Desa dan Kecamatan;

(9)

(4) Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten/Kotamadya ber-kewajiban melaksanakan pembinaaa. dalam penyaluran dan pengembalian kredit.

Pasal 11

Untuk meningkatkan keterpaduan Koperasi Unit Desa (KUD) dan kelompok tani, dilakukan kegiatan :

a. Mendorong kerjasama antara KUD dengan kelompok tani untuk mengembangkan kelompok tani menjadi Tempat Pelayanan Koperasi (TPK);

b. Mengupayakan agar semua anggota kelompok tani menjadi anggota KUD sehingga tercipta hubungan yang melembaga (struktural dan fungsional) antara kelompok tani dengan KUD; c. Menunjuk beberapa kontak tani nelayan menjadi anggota Badan

Pembimbing dan Pelindung Koperasi Unit Desa (BPP-KUD) dan dapat dipilih menjadi Pengurus dan Badan Pengawas Koperasi Unit Desa (BP-KUD) sesuai dengan persyaratan dan prosedur yang berlaku.

Pasal 12

Tugas dan tanggung jawab pembinaan teknis Program Bimas berada pada masing-masing Instansi dan Dinas terkait sesuai dengan Pedoman Operasional Koordinasi Intensifikasi Pertanian Propinsi Jawa Timur sebagaimana dimaksud dalam surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 27 Desember 1989 Nomor 520.1./34183/002/1989.

(10)

Pasal 13

Kepala Daerah Tingkat II di Jawa Timur menetapkan pelaksanaan Program Bimas Intensifikasi Padi, Palawija, Hortikultura, Mina Padi, Tambak dan Ayam Bukan Ras Tahun 1995/1996 dengan berpedoman pada Keputusan ini yang pen-jabarannya dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan yang di-tetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian/ Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur dan Petunjuk Teknis oleh Kepala Dinas Lingkup Pertanian serta oleh Pimpinan Instansi terkait.

Pasal 14

(1) Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan ;

(2) Keputusan ini diumumkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Ditetapkan di : Surabaya

Tanggal : 25 Januari 1995

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

ttd.

M. BASOFI SOEDIRMAN

DIUMUMKAN DALAM LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

(11)

LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

TANGGAL : 25 JANUARI 1995 NOMOR : 16 TAHUN 1995 SASARAN PRODUKSI DAN KUANTITAS INTENSIFIKASI PADI,

PALAWIJA, HORTIKULTURA, MINA PADI, TAMBAK, AYAM BUKAN RAS DAN TERNAK KERJA TAHUN 1995/1996

Sasaran produksi masing-masing jenis dari komoditas prioritas Nasional dan Daerah : a. Padi tahun 1995 sebesar 9.100.000 ton gabah kering giling ;

b. Jagung tahun 1995 sebesar 3.388.122 ton pipilan kering ; c. Kedelai tahun 1995 sebesar 668.827 ton biji kering ;

d. Ikan dari Mina Padi, Tahun Anggaran 1995/1996 sebesar 808.475 ton ikan segar ;

e. Udang Tahun Anggaran 1995/1996 sebesar 22.278.240 ton dan Bandeng sebesar 3.567.000 ton;

f. Ayam Bukan Ras, Tahun Anggaran 1995/1996 populasi awal 8.000.000 ekor dan populasi akhir 14.400.000 ekor ;

g. Ternak Kerja populasi awal 30.000 hektar dan populasi akhir 42.000 ekor.

Sasaran kuantitas (areal/populasi) Intensifikasi Komoditas prioritas Nasional dan Daerah : A. MUSIM TANAM 1995 a. Padi 470.000 hektar b. Jagung 375.450 hektar c. Kedelai 263.640 hektar d. Hortikultura 1.850 hektar

e. Mina Padi (termasuk dalam areal padi) 887 hektar

f. Tambak 12.363 hektar B. MUSIM TANAM 1995/1996 a. Padi 1.170.000 hektar b. Jagung 876.000 hektar c. Kedelai 176.490 hektar d. Hortikultura 2.450 hektar

e. Mina Padi (termasuk dalam areal padi) 1.913 hektar

(12)

C. JUMLAH AREAL MUSIM TANAM 1995 DAN MUSIM TANAM 1995/1996

a. Padi 1.640.000 hektar

b. Jagung 1.251.450 hektar

c. Kedelai 440.130 hektar

d. Hortikultura 2.300 hektar

e. Mina Padi (termasuk dalam area! Padi) 2.800 hektar

f. Tambak 26.700 hektar

D. AYAM BUKAN RAS

a. PopulasiAwal 8.000.000 ekor

b. Populasi Akhir 14.400.000 ekor

c. Produksi daging 19.200 ton

d. Produksi telur 18.960.000 butir

E. TERNAK KERJA

a. Populasi Awal 30.000 ekor

b. Populasi Akhir 42.000 ekor

c. Luas garapan 60.000 hektar

d. Produksi kotoran 194.400 ton

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

ttd.

M. BASOFI SOEDIRMAN

DIUMUMKAN DALAM LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

(13)

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : Yth. : 1. Sdr. 2. Sdr. 3. Sdr. 4. Sdr. 5. Sdr. 6. Sdr. 7. Sdr. 8. Sdr. 9. Sdr. 10.Sdr. 11.Sdr. 12.Sdr. 13.Sdr. 14.Sdr. 15.Sdr. 16.Sdr. 17.Sdr. 18.Sdr. 19.Sdr.

Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Menteri Pertanian di Jakarta.

Sekretaris Badan Pengendali Bimas di Jakarta.

Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan di Jakarta. Direktur Jenderal Perikanan di Jakarta.

Direktur Jenderal Peternakan di Jakarta. Pembantu Gubernur di Jawa Timur.

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II di Jawa Timur. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian/Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi di Surabaya.

Kepala Kantor Bank Rakyat Indonesia Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Dinas Perikanan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Dinas Peternakan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Kepala Dinas Perkebunan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur di Surabaya.

Sekretaris Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur di Surabaya. Anggota Pembina Harian Bimas Propinsi Jawa Timur.

Referensi

Dokumen terkait

Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan, dan pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan agama Islam berdasarkan kebi- jakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala

Beberapa efek samping menjadi resiko potensial bagi pasien yang diterapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap potensi interaksi dari obat

Kedua komponen tersebut adalah (1) komponen fisik padi yang terdiri atas faktor umur tanaman, tinggi tanaman, rasa padi, bobot bulir, potensi hasil, dan (2)

Pada penelitian ini air yang masuk ke dalam membran sebelumnya dilakukan proses pengolahan awal terlebih dahulu menggunakan filter pasir dan karbon aktif, kedua filter ini

Disparitas harga telur ayam antar wilayah berdasarkan data Ditjen Perdagangan Dalam Negeri (Dirjen PDN, 2015) pada bulan November 2015 cukup tinggi jika dibandingkan dengan

“yuran” ertinya jumlah wang yang disumbangkan pada lat-lat masa yang tetap oleh seseorang anggota berkenaan dengan keanggotaannya dalam Koperasi ini dan tidak boleh

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Sistem Informasi Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Yogyakarta dikembangkan menggunakan framework CodeIgniter dengan fitur:

Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 21 Nopember 1994 Nomor 136 Tahun 1994 tentang Baku Mutu Limbah