• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta religi dan budaya atau tujuan kemanfaatan lainnya dengan catatan bahwa peruntukan itu tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan tersebut.Menteri Kehutanan telah menetapkan beberapa lokasi KHDTK sebagai hutan penelitian, dan untuk menjamin kepastian hukumnya pengelolaan KHDTK tersebut diserahkan kepada Badan Litbang Kehutanan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai ekosistem hutan tanaman, hutan sekunder, atau sebagai hutan primer dari segi nilai langsung tetap memiliki nilai dan jasa sebagaimana kawasan hutan lainnya.Hutan sekunder dilihat dari segi nilai tidak langsung yaitu konservasi tanah dan air, resapan karbon, perlindungan banjir, transportasi air, tanah dan keanekaragaman hayati bernilai lebih tinggi dari hutan primer.Sebaliknya apabila dilihat dari nilai langsung, maka potensi produk hutan primer lebih tinggi daripada hutan sekunder (Departemen Kehutanan 2006).

Kawasan hutan yang dikelola untuk kegiatan penelitian tidak secara langsung memanfaatkan hasil hutan kayu yang menjadi sumber terbentuknya jasa lingkungan lain. Untuk itu pemanenan dapat dilakukan dalam rangka mendukung kegiatan penelitian dan dilakukan secara sistematis dan terkontrol. KHDTK akan lebih banyak memberikan nilai jasa lingkungan ekologis, dimana salah satunya adalah penambatan karbon. Nilai ekologis langsung dari aspek biodiversitas kawasan KHDTK yang dimiliki hutan sekunder dan primer sangat potensial sebagai sumber plasma nutfah lokal, terutama jenis ekonomi lokal untuk dikembangkan di hutan penelitian sebagai proses budidaya. Pengembangan melalui penelitian dapat menghasilkan bibit stek pucuk atau bibit vegetatif dan

(2)

generatif serta sumber bibit yang bermikoriza untuk memacu pertumbuhannya (Departemen Kehutanan 2006).

2.2 Interpretasi

2.2.1 Defenisi interpretasi

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988) dalam buku pedomannya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan interpretasi konservasi alam adalah suatu kegiatan bina cinta alam yang khusus ditujukan kepada pengunjung kawasan konservasi alam, yang mana merupakan kombinasi dari enam hal yaitu pelayanan informasi, pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan, inspirasi, dan promosi. Kegiatan diselenggarakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pengunjung dan dengan cara mempertemukan pengunjung kepada obyek-obyek interpretasi, sehingga pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, ataupun perabaan.

Sharpe (1982), menjelaskan bahwa interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung yang datang ke taman-taman, hutan, tempat-tempat yang dilindungi dan tempat-tempat rekreasi lainnya yang sejenis. Tujuan pengunjung datang ke tempat rekreasi selain untuk bersantai dan mencari inspirasi, juga untuk belajar tentang alam dan kebudayaan. Sumberdaya alam yang ingin dilihat bisa berupa proses geologis, binatang, tumbuhan, komunitas ekologis, sejarah, dan prasejarah manusia. Interpretasi merupakan mata rantai komunikasi antara pengunjung dengan sumberdaya yang ada. Ditambahkan oleh Ham S (1992) diacu dalamNational Park Service (2007) bahwa interpretasi yang berkualitas memuat empat unsur yaitu interpretasi haruslah menyenangkan, relevan, terorganisir, dan memiliki tema.

Muntasib (2003) mendefinisikan bahwa interpretasi lingkungan adalah suatu seni dalam menjelaskan keadaan lingkungan (flora, fauna, proses geologis, proses biotik dan abiotik yang terjadi) oleh pengelola kawasan kepada pengunjung yang datang ke lingkungan tersebut sehingga dapat memberikan inovasi dan menggugah pemikiran untuk mengetahui, menyadari, mendidik dan bila

(3)

memungkinkan menarik minat pengunjung untuk ikut menjaga lingkungan tersebut ataupun mempelajarinya lebih lanjut.

Interpretasi lingkungan juga dapat dikatakan sebagai suatu aktifitas pendidikan untuk mengungkapkan arti dan hubungan antara obyek alami dengan pengunjung melalui pengalaman tangan pertama dan penggambaran media (ilustrasi) secara sederhana (Tilden 1957diacu dalam Sharpe 1982).Interpretasi yang lengkap harus dapat diketahui, distimulasikan, dan jelas. Seseorang tidak akan pernah menjadi pendengar yang baik apabila tidak mengetahui permasalahan-permasalahannya. Melalui pengetahuan dan menjadi pendengar yang baik maka selanjutnya akan mau belajar (Graser 1976 diacu dalam Muntasib 2003).

2.2.2 Tujuan interpretasi

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988) menyatakan interpretasi konservasi alam merupakan suatu cara yang strategis, sebab interpretasi taman nasional memiliki dua tujuan pokok, yakni:

a. Untuk membantu pengunjung agar kunjungannya lebih menyenangkan dan lebih kaya akan pengalaman, dengan cara meningkatkan kesadaran, penghargaan dan pengertian akan kawasan konservasi yang dikunjunginya, antara lain melalui:

1. Pemanfaatan waktu yang efisien selama kunjungan yang sifatnya rileks, menyenangkan dan penuh inspirasi.

2. Penambahan pengetahuan dan atau pengertian semaksimal mungkin tentang hubungan timbal balik dari sekian banyak aspek yang mereka amati, termasuk dengan kehidupan mereka sendiri. 3. Penyampaian informasi yang benar, tepat, dan menarik.

b. Untuk mencapai tujuan pengelolaan kawasan konservasi yang bersangkutan, yaitu dengan cara:

1. Meningkatkan penggunaan sumberdaya rekreasi bagi pengunjung yang bijaksana.

2. Menanamkan pengertian bahwa kawasan konservasi yang dikunjungi tersebut adalah tempat yang istimewa sehingga memerlukan perlakuan yang khusus, dan sekaligus menekan

(4)

serendah-rendahnya pengaruh yang kuat dari manusia terhadap sumberdaya alam yang ada.

Sharpe (1982), menjelaskan interpretasi memiliki tiga tujuan, pertama adalah interpretasi bertujuan membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran agar lebih peka, apresiasi, dan paham akan kawasan yang dikunjungi. Kedua, interpretasi membantu dalam mencapai tujuan manajemen, dan yang terakhir adalah interpretasi bertujuan mempromosikan organisasi agar publik lebih memahami organisasi tersebut. Tilden (1957) diacu dalam Sharpe (1982) memberikan enam prinsip interpretasi, antara lain:

1. Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara apa yang diperagakan atau diuraikan dengan apa yang dialami atau kepribadian personal para pengunjung, maka hal tersebut merupakan hal yang sia-sia.

2. Informasi atau materi yang sejenis dengan itu saja bukanlah termasuk dalam kategori interpretasi. Interpretasi adalah ungkapan rahasia yang didasarkan atas informasi-informasi, namun interpretasi berbeda dan lebih luas daripada informasi. Interpretasi memuat unsur-unsur informasi.

3. Interpretasi adalah seni yang menggabungkan bermacam-macam seni, baik bersifat ilmiah, sejarah atau arsitektur, atau sesuatu seni yang pada suatu tingkatan dapat diajarkan pada orang lain.

4. Cara mengungkapkan interpretasi bukanlah dengan paksaan melainkan dengan ajakan atau persuasif.

5. Interpretasi bermaksud mempertunjukkan secara jelas dan bukan setengah-setengah. Interpretasi sebaiknya tidak dirahasiakan atau hanya boleh digunakan oleh kelompok tertentu saja.

6. Interpretasi yang ditujukan pada anak-anak tidak dapat digunakan pada interpretasi yang ditujukan pada orang dewasa karena masing-masingmya memiliki pendekatan yang berbeda.

2.2.3 Obyek interpretasi

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988) mendefinisikan bahwa obyek interpretasi adalah segala sesuatu yang ada di taman nasional yang bersangkutan yang digunakan sebagai obyek dalam menyelenggarakan interpretasi. Obyek interpretasi dapat digolongkan menjadi dua macam pokok,

(5)

yaitu obyek interpretasi berupa potensi sumberdaya alam dan potensi sejarah ataupun budaya. Obyek interpretasi sumberdaya alam suatu kawasan konservasi dapat berupa flora fauna (darat dan laut), tipe-tipe ekosistem yang khas, tanah dan geologi, kawah gunung, gua, air terjun, danau atau telaga, sungai, perairan pantai, laut (termasuk bawah laut), pemandangan alam dan lain sebagainya. Sedangkan obyek interpretasi budaya atau sejarah dapat berupa batu-batu megalitik, situs-situs dan benda peninggalan purbakala, situs-situs-situs-situs sejarah, bekas pemukiman yang sudah lama ditinggalkan, pemukiman dan kehidupan penduduk asli baik di dalam ataupun di sekitar kawasan konservasi, sejarah kawasan, legenda yang ada di kalangan masyarakat setempat, dan lain sebagainya.

2.2.4 Teknik interpretasi

Sharpe (1982) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua macam teknik interpetasi yaitu teknik secara langsung dan teknik secara tidak langsung.

a. Teknik secara langsung (attended service)

Teknik interpretasi secara langsung adalah kegiatan interpretasi yang melibatkan langsung antara pemandu (interpreter) dan pengunjung dengan obyek interpretasi yang ada sehingga pengunjung dapat segera melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba, dan merasakan obyek-obyek interpretasi yang digunakan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah:

1. Informasi: pengunjung akan mendapatkan informasi tentang obyek yang akan dikunjungi

2. Rencana kegiatan pelaksanaan program akan dijelaskan pada suatu sentra pengunjung, jadi pengunjung sudah terlebih dahulu mengetahui program interpretasi yang direkomendasikan dan garis besar rencana perjalanannya.

3. Penyampaian uraian-uraian, dilakukan oleh interpreter pada saat melaksanakan program interpretasinya.

Kontak antara pengunjung dengan interpreter adalah suatu bentuk komunikasi langsung, sehingga peran seorang interpreter sangatlah besar untuk dapat mengungkapkan semua potensi dalam kawasan.Seorang interpreter yang baik harus dapat membuat suasana yang nyaman dan

(6)

santai sehingga pengunjung dapat bebas bertanya atau menyampaikan keluhan-keluhannya. Beberapa hal yang harus diingat oleh interpreter apabila membawa rombongan ke suatu tempat:

1. Mengatur tempat berkumpul 2. Datang lebih awal dari pengunjung 3. Berangkat tepat pada waktunya

4. Menjelaskan secara singkat apa yang akan dikerjakan 5. Pelaksanaan program

6. Tepat dalam mengakhiri program tersebut

Peran interpreter bisa diganti dengan semacam buku petunjuk terutama bila jalan-jalan sudah tertata dengan baik dan cukup aman bagi pengunjung serta apabila program yang disusun sudah sangat jelas. Interpretasi secara langsung dapat berupa:

1. Tamasya keliling atau berjalan-jalan dengan pemandu wisata. Pengunjung dalam kelompok-kelompok atau perorangan yang bergabung membentuk suatu rombongan, berjalan-jalan atau dengan kendaraan mendatangi obyek-obyek interpretasi dengan dipandu oleh interpreter dan mengikuti salah satu program interpretasi yang telah disusun.

2. Percakapan atau diskusi di lokasi dengan atau tanpa demonstrasi. Cara ini biasanya dilakukan pada tempat-tempat khusus misalnya adalah tempat yang memiliki keunikan flora fauna tertentu.

b. Teknik secara tidak langsung (unattended service)

Teknik interpretasi secara tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Interpretasi disajikan dalam suatu program, slide, video, film, rangkaian gambar-gambar dan sebagainya. Program ini biasanya diselenggarakan terutama untuk kawasan yang sangat luas, tidak semua potensi alam mudah dinikmati atau didatangi, daerahnya rawan, satwaliarnya masih banyak, dan sebagainya.Walaupun begitu, pengunjung tetap dapat mengetahui dan menikmati kekayaan alam yang ada di lokasi

(7)

tersebut. Program interpretasi secara tidak langsung ini harus dibuat menarik dan dapat mewakili potensi alam yang ada di lokasi tersebut.

2.2.5 Media interpretasi

Media sebenarnya merupakan salah satu unsur dalam komunikasi, karena dalam proses komunikasi selalu terjadi suatu proses penyampaian informasi dan sumber informasi atau dari pengirim pesan kepada sasaran atau penerima informasi melalui suatu media. Proses komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan yang dikirimkan tersebut dapat dimengerti oleh penerima pesan. Atau dengan cara lain pengirim pesan harus mendesain pesan yang dikirimkan sedemikian rupa sehingga penerima pesan dapat mengerti dan memahami isi pesan tersebut (Muntasib 2003). Skema proses komunikasi dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Model Komunikasi Katz and Lazarsfeld (diacu dalam Lubis et. al 2010).

Muntasib (2003) menjelaskan bahwa komunikasi bisa berlangsung secara verbal maupun non verbal atau dalam bentuk visual berupa gambar, simbol, dan lain-lain. Dalam interpretasi, komunikasi non verbal sangatlah diperlukan karena:

1. Pesan yang akan disampaikan akan lebih menarik perhatian

2. Pesan yang disampaikan lebih efisien karena gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata sehingga diharapkan dapat lebih mempercepat pemahaman pesan.

3. Pesan yang disampaikan lebih efektif karena dapat membuat sasaran lebih berkonsentrasi.

Pesan visual harus dirancang sesuai dengan tingkat pemahaman isi penerimasehingga dapat memahami isi pesan yang disampaikan.Maka dari itu diperlukan suatu keterampilan memvisualkan ide-ide dari lingkungan yang masih bersifat verbal menjadi bentuk-bentuk visual (Haryono & Siswosumarto 1986 diacu dalam Muntasib 2003). Terdapat tiga cara untuk memvisualkan ide-ide yaitu simbol piktoral, simbol grafis, dan simbol verbal.

Sumber Pesan Media Massa

Publik Opinion

(8)

1. Simbol piktoral merupakan suatu cara untuk merekonstruksi benda atau obyek yang diwakili serealistik dan senyata mungkin, misalnya potret, gambar, ilustrasi, relief, maupun ukiran.

2. Simbol grafis merupakan suatu cara untuk merekonstruksi benda atau obyek secara abstrak atau hanya garis besar benda nyatanya saja atau hanya bayangan dari benda nyata tersebut.

3. Simbol verbal merupakan suatu cara untuk merekonstruksi benda atau obyek yang berupa kata atau kalimat yang memberikan label atau uraian pada benda nyatanya.

Pemilihan simbol-simbol tersebut haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan juga tergantung dari siapa sasarannyaagardapat merancang suatu interpretasi yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan simbol antara lain simbol tersebut dapat mengkomunikasikan obyeknya, sasaran dapat membaca pesan sesuai dengan tujuan perencana, simbol harus dirancang dengan baik, dan rancangan haruslah estetis. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan media (Muntasib & Rachmawati 2003):

1. Pengunjung

Pengunjung yang datang ke suatu kawasan mempunyai kesenangan dan latar belakang yang bermacam-macam, usia, kelompok, dan sebagainya. Perencana interpretasi harus memilih media yang dapat meliputi keanekaragaman pengunjung seluas mungkin.

2. Tujuan pengunjung

Suatu kawasan biasanya mempunyai daya tarik lingkungan masing-masing dan diantara bagian-bagian yang menarik tadi, terdapat bagian yang lebih disukai pengunjung dibanding tempat lainnya.Tempat inilah yang biasanya diperlukan lebih banyak informasi untuk mempermudah pengunjung. 3. Interaksi pengunjung

Interaksi antar pengunjung juga harus menjadi perhatian dalam memilih media interpretasi. Misalnya jika suatu pengunjung dapat berinteraksi dengan pengunjung lainnya maka media yang dapat direkomendasikanadalah perjalanan dengan pemandu. Namun jika tidak,

(9)

bisa, direkomendasikan media berupa tanda-tanda interpretasi atau papan interpretasi.

4. Hubungan antara pengunjung dengan media

Menurut Tilden (1957) diacu dalamMuntasib (2003), cara untuk berhubungan dengan seseorang adalah dengan memberikan sentuhan di hatinya. Oleh karena itu media yang direkomendasikan juga harus dapat menyentuh hati dan perasaan dari pengunjung.

5. Perlindungan pengunjung

Jika terdapat potensi bahaya di suatu kawasan serta dekat dengan daerah yang sedang diinterpretasikan, maka dibutuhkan suatu informasi bagi pengunjung mengenai keadaan lingkungan baik secara verbal maupun melalui tanda-tanda.

6. Musim kunjungan

Musim kunjungan di Indonesia biasanya tidak begitu dipengaruhi oleh musim atau cuaca, akan tetapi lebih dipengaruhi oleh musim liburan sekolah atau hari-hari besar lainnya.

7. Sumberdaya yang ada

Muntasib (2003) mengungkapkan bahwa tidak semua sumberdaya yang ada bisa dinikmati oleh pengunjung sehingga sebaiknya dibuat paket berupa slide atau film dari potensi yang ada.

8. Perlindungan sumberdaya

Terutama ditujukan pada sumberdaya yang langka atau rawan terhadap gangguan sehingga dibutuhkan suatu perlindungan. Pengunjung tetap dapat menikmati sumberdaya tersebut melalui media foto, film, atau slide. 9. Kerusakan tapak yang disebabkan pembangunan

Sharpe (1982) dalam bukunya yang berjudul Interpreting The Environment, menjelaskan bahwa media interpretasi terbagi dalam dua kategori yaitu personal services dan nonpersonal services.

(10)

1. Personal services

Kategori ini mengutamakan fleksibilitas dan pelayanan yang ramah kepada pengunjung. Jenis-jenis media interpretasi yang tergolong pada kategori ini adalah:

a. Petugas informasi; berfungsi melayani pengunjung dengan ramah dan membuat pengunjung merasa nyaman serta membangun komunikasi dua arah dengan pengunjung. Petugas informasi dapat berlokasi di pintu masuk, kemah area, pusat informasi, ataupun lokasi lainnya yang mudah ditemukan oleh pengunjung.

b. Penyelenggaraan kegiatan; terdiri atas tracking, berkemah, tur, dan menyusuri gua. Pengunjung dipandu langsung oleh interpreter sejak awal kegiatan hingga akhir. Kegiatan ini dapat diselingi dengan diskusi antara pengunjung dan interpreter.

c. Perbincangan grup; terdiri atas presentasi slide atau diskusi yang biasanya diadakan di auditorium. Diskusi haruslah memiliki agenda yang terstruktur seperti menonton film dokumenter mengenai lokasi wisata yang dilanjutkan dengan tanya jawab. d. Tinggal bersama masyarakat setempat dan merasakan budaya serta

nilai-nilai tradisional di dalamnya 2. Nonpersonal services

Jenis-jenis media interpretasi yang tergolong pada kategori ini adalah: a. Peralatan audio; dapat berupa suara manusia dalam berbagai

bahasa, suara alam, dan suara satwa.

b. Papan interpretasi; terdiri dari papan tanda, labels, papan vandalisme, dan papan pengumuman.

c. Kegiatan pemanduan sendiri (self-guiding)

d. Pameran; baik pameran yang diselenggarakan di dalam ruangan atau luar ruangan.

e. Pusat informasi; terdiri dari ruangan pengunjung dan pengelola. Ruangan pengunjung dibagi menjadi lobi, ruang pameran, dan auditorium. Sedangkan ruangan pengelola terdiri atas kantor, perpustakaan, dan ruang koleksi. Pusat informasi merupakan salah

(11)

satu tempat yang sering dikunjungi oleh pengunjung sehingga harus terletak di lokasi yang mudah dicapai.

f. Media elektronik dan media cetak; terdiri atas radio, televisi, brosur, koran, dan internet.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : model pengembangan infrastruktur dan sistem administrasi kelembagaan jurusan teknik sipil ft unnes menggunakan geographic information system. Program : penelitian kelembagaan

Dari hasil penelitian ini akan terlihat bagaimana mahasiswa menerapkan peraturan tata guna lahan pada hasil tugas SPA 3 sesuai ketentuan yang telah diatur dalam RTRW

[1] Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh kegagalan

mencegah, melarang, menutup jalan atau wasilah suatu pekerjaan yang awalnya dibolehkan, tetapi karena dapat menimbulkan sesuatu yang menyebabkan terjadinya

Berdasarkan hal tersebut penulis membuat laporan akhir ini dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Pintu Rumah Untuk Penetapan Harga Jual Pada CV Sinar

Baumgarten menekankan pula bahwa pengetahuan sensual adalah hal yang penting bagi hal-hal yang sifatnya rasional, yakni dikembangkan dari yang lainnya dan diperlukan untuk

Berdasarkan hasil wawancara kedua ini, maka dapat diketahui bahwasannya dosen tersebut memiliki pendapat yang negatif, meskipun dosen terebut mengetahui e-learning

Proses penerimaan (jika ada) akan dijelaskan dalam Materi Pendukung terkait, dan hanya berlaku untuk penyerahan yang ditentukan dan tidak berlaku untuk produk atau