• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengingat sesuatu yang dibutuhkan, dan dengan cepat dapat menentukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengingat sesuatu yang dibutuhkan, dan dengan cepat dapat menentukan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangannya, merek hanyalah sebuah tanda agar konsumen dapat membedakan produk barang/jasa satu dengan yang lainnya. Melalui merek konsumen lebih mudah mengingat sesuatu yang dibutuhkan, dan dengan cepat dapat menentukan apa yang akan dibelinya. Secara filosofis merek dapat membangun image baik dan buruk sebagai bagian dari nilai goodwill perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa pesatnya pertumbuhan dalam bidang perekonomian terutama dalam bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah banyak menghasilkan berbagai variasi barang dan jasa termasuk berbagai jenis produk dengan berbagai jenis merek yang beredar di tengah masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Hal ini menimbulkan kebebasan dalam hal memilih berbagai jenis merek produk tertentu dan kualitasnya

sesuai dengan kemampuan serta keinginan konsumen.1

Merek atau Brand itu merupakan sebuah bentuk atau tanda yang dilekatkan pada produk sebuah barang yang diperdagangkan atau jasa yang diperdagangkan. Fungsinya sangat penting, untuk menjamin kualitas, reputasi, sumber, kepercayaan

masyarakat atas suatu barang atau jasa yang diperdagangkan. Secara sederhana,

merek dapat dipahami sebagai identitas produk. Dalam dunia usaha, merek merupakan hal yang sangat penting, karena sering dikaitkan dengan citra, kualitas, atau reputasi suatu barang atau jasa tertentu. Oleh karenanya, sebuah merek mempunyai nilai yang bisa jadi lebih berharga dibanding nilai aset lainnya dalam

(2)

2

suatu perusahaan. Di sisi lain, merek juga dapat membantu konsumen dalam memilih barang atau jasa yang mereka inginkan.

Menyadari arti penting sebuah merek dalam dunia usaha, pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (“UU Merek”) yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 sebagai dasar dan payung hukum bagi pengaturan terkait dengan merek di Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat 1 undang-undang tersebut, merek didefinisikan sebagai gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Semakin terbukanya pasar sebagai akibat dari proses mekanisme pasar yang berkembang adalah hal yang tak dapat dihindarkan. Seringkali dalam transaksi jual beli yang terjadi terdapat permasalahan-permasalahan yang menyangkut persoalan sengketa dan ketidakpuasan konsumen akibat produk yang di konsumsinya tidak memenuhi kualitas standar bahkan ada yang membahayakan. Karenanya, adanya jaminan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kepastian atas mutu, jumlah, dan keamanan barang dan jasa yang diperolehnya di pasar menjadi sangat penting.

Masalah perlindungan konsumen adalah sebuah permasalahan yang tidak akan

pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat,

selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan

pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu di perhatikan. Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia saat ini, seperti juga yang dialami konsumen di negara-negara berkembang lainnya, tidak hanya pada soal cara memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks, yaitu mengenai kesadaran semua pihak, baik dari pengusaha, pemerintah, maupun konsumen sendiri tentang pentingnya

(3)

3

perlindungan konsumen. Pelaku usaha seharusnya menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen dengan memproduksi barang dan jasa berkualitas, aman dipakai/digunakan, mengikuti standar yang berlaku, serta harga yang sesuai.

Di dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 sendiri jelas mengatur adanya beberapa hak yang dapat diterima konsumen setelah memperoleh barang/jasa yang dibelinya, yaitu:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

Hak atas keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya,sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian.

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; Informasi yang merupakan hak konsumen tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat kegunaan produk; efek samping atas penggunaan produk; tanggal kadaluwarsa,serta identitas produsen dari produk tersebut. Informasi tersebut dapat disampaikan baik secara lisan, maupun secara tertulis, baik yang dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada kemasan produk, maupun melalui iklan-iklan yang disampaikan oleh produsen, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

Hak untuk memilih dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada konsumen untuk memilih produk-produk tertentu sesuai dengan kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak untuk memilih ini konsumen berhak

(4)

4

memutuskan untuk membeli atau tidak terhadap suatu produk, demikian pula keputusan untuk memilih baik kualitas maupun kuantitas jenis produk yang di pilihnya.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

Hak untuk didengar ini merupakan hak dari konsumen agar tidak dirugikan lebih lanjut,atau hak untuk menghindarkan diri dari kerugian. Hak ini dapat berupa pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu apabila informasi yang diperoleh tentang produk tersebut kurang memadai

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen ini dimaksudkan agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk, karena dengan pendidikan konsumen tersebut,konsumen akan dapat menjadi lebih kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.

7. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.2

(5)

5

Konsumen telah membeli produk dari produsen dengan merek yang dia ingini dengan membayar sejumlah uang yang di tentukan produsen seharusnya dengan uang yang diberikan ini,konsumen memiliki hak untuk memperoleh barang yang diinginkan dengan konsekuensi apabila terjadi ketidaksesuaian barang yang diterima dengan yang di harapkan konsumen tersebut dapat mengajukan keberatan atau complain kepada produsen barang yang dibelinya. Dampak langsung bagi perlindungan konsumen apabila hak-hak konsumen dilanggar yakni Kepercayaan konsumen terhadap merek yang selalu digunakan akan berkurang sehingga berakibat pada bergesernya konsumen kepada merek lain dengan barang serupa serta dampak merugikan konsumen apabila produk pada merek tertentu membahayakan keselamatan jiwa.

Penulis berpendapat bahwa sebagian hak-hak yang diterima oleh konsumen ini dapat dikaitkan dengan adanya sebuah Perlindungan Merek. Menurut penulis hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Menurut penulis hak-hak tersebut memiliki keterkaitan langsung terhadap merek.

Istilah “konsumen” secara formal definisinya dapat kita temukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam ketentuan UUPK yang dinamakan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan pengertian dari pelaku usaha dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 1 butir

(6)

6

3 yang intinya adalah mereka (baik perorangan maupun badan usaha) yang

menyelenggarakan kegiatan dalam bidang ekonomi.Secara umum lahirnya peraturan

dalam bidang perlindungan konsumen ini merupakan suatu bentuk upaya pemerintah untuk menjaga iklim usaha yang sehat dan upaya terciptanya keseimbangan kedudukan antara pelaku usaha dan para konsumen. Sebab seperti telah lama diketahui, bahwa pesatnya perkembangan dalam bidang perindustrian dan perdagangan mengakibatkan kedudukan yang tidak seimbang antara pelaku usaha dengan konsumen, dimana konsumen cenderung hanya menjadi obyek bisnis untuk meraih keuntungan. Oleh karena itu, dalam UU ini dimuat ketentuan mengenai hak dan kewajiban, baik bagi para pelaku usaha maupun bagi para konsumen.

Pemilik merek dan produsen terhadap barang/jasa tersebut memiliki tanggung jawab terhadap produknya. Dasar pertanggungjawaban itu menurut hukum perdata adalah kesalahan dan risiko yang ada dalam setiap peristiwa hukum. Di dalam Merek sendiri ada istilah mengenai Product liability, yakni suatu tanggung jawab secara hukum dari orang/badan hukum yang menghasilkan suatu produk,dari orang/badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk atau mendistribusikan produk tersebut. Di dalam hukum bisnis juga tanggung jawab produk yakni tanggung jawab hukum yang disebabkan oleh keadaan tertentu suatu produk (cacat atau membahayakan orang lain). Tanggung jawab ini sifatnya mutlak atau semua kerugian yang diderita seorang pemakai produk cacat atau membahayakan konsumen merupakan tanggung jawab mutlak dari pembuat produk/pemilik merek. Dengan diterapkannya tanggung jawab mutlak itu, produsen/pemilik merek telah dianggap bersalah atas terjadinya kerugian pada konsumen akibat produk cacat yang bersangkutan. Bisa dikatakan pemilik merek memberikan jaminan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa juga terhadap

(7)

7

barang yang dipasarkan/diedarkannya untuk tercapainya suatu perlindungan konsumen.

Hak-hak konsumen tersebut dapat tercapai dengan adanya Perlindungan terhadap Merek dari barang / jasa itu sendiri. Mengapa Perlindungan terhadap merek bisa dijadikan alat untuk terpenuhinya hak-hak konsumen di atas? Dalam dunia perdagangan, merek sebagai salah satu bentuk HKI telah digunakan ratusan tahun yang lalu dan mempunyai peranan penting karena merek digunakan untuk membedakan asal usul mengenai produk barang dan jasa. Walaupun Undang-undang Merek pada umumnya ditujukan untuk mengatur pemakaian merek agar para pemakai merek tidak saling merugikan,namun pengaturan tentang lalu lintas pemakain merek tersebut sangat bermanfaat pula bagi para konsumen,terutama karena konsumen dapat bebas dari kekeliruan pemakaian barang-barang tertentu yang bermerek palsu. Hal tersebut disebabkan karena konsumen yang biasanya sudah terikat menggunakan merek-merek tertentu yang dikenalnya, sehingga manakala terjadi pelanggaran terhadap merek itu,maka sangat besar kemungkinan konsumen mengalami kerugian karena mengonsumsi secara keliru barang tertentu yang kualitasnya berbeda dengan yang biasanya. Merek juga digunakan dalam dunia periklanan dan pemasaran karena publik sering mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek tertentu. Merek membawa daya pembeda dan reputasi (goodwill), karena itu jika suatu merek dilindungi dari pelaku usaha yang mendompleng, akan berpotensi juga melindungi konsumen untuk barang sesuai yang di inginkan dan sesuai reputasi dari merek tersebut sehingga hak-hak konsumen di atas dapat tercapai.

Merek itu juga dilindungi karena setiap hak intelektual adalah karya seseorang yang tidak boleh di akui oleh orang lain, dan apabila dilanggar terhadap kemampuan intelektual seseorang atau kelompok itu sama saja dengan tidak menghargai

(8)

8

keoriginalitasan suatu karya. Hal itu adalah kata lain dari “kepintaran” yang disepelekan. Secara garis besar, HKI (hak atas kekayaan intelektual) mencakup hak cipta, hak paten, hak merek, dan hak-hak kekayaan intelektual lain. jadi tidak boleh di ubah ubah oleh orang lain.

Merek sendiri berbicara soal reputasi, identifikasi, kualitas dari barang atau jasa yang telah diproduksi, sebagai contoh apabila konsumen telah membeli produk dari produsen dengan merek yang dia ingini dengan membayar sejumlah uang yang di tentukan produsen seharusnya dengan uang yang diberikan ini, konsumen memiliki hak untuk memperoleh barang yang diinginkan dengan konsekuensi apabila terjadi ketidaksesuaian barang yang diterima dengan yang di harapkan konsumen tersebut dapat mengajukan keberatan atau complain kepada produsen barang yang dibelinya. Tentu saja ini juga akan berdampak pada kepercayaan konsumen terhadap merek yang selalu digunakan akan berkurang sehingga berakibat pada bergesernya konsumen kepada merek lain dengan barang serupa.

Perlindungan terhadap merek dikatakan dapat mencegah adanya merek-merek palsu/imitasi sehingga tidak akan menimbulkan kerugian bagi konsumen. Perlindungan terhadap Merek juga berbicara mengenai informasi yang jujur dan jelas (mutu dan kualitas barang tersebut), jika ada pelaku usaha yang melanggar hal ini akan berdampak bagi konsumen karena tidak mendapat sesuatu yang diperjanjikan.

Merek sendiri memiliki manfaat bagi konsumennya. Merek dapat memudahkan pembeli dalam mengenal mutu produk,selain itu merek jelas dapat melindungi konsumen karena produsen dari merek tersebut memiliki itikad baik, merek juga dapat menimbulkan keseragaman mutu produk yang bermerek, mutu dari produk yang bermerek biasanya lebih baik dan konsisten terhadap kualitas dari barang/jasa yang bersangkutan. Hal ini tidak hanya berguna bagi produsen pemilik merek

(9)

9

tersebut, tetapi juga memberikan perlindungan dan jaminan mutu barang kepada konsumen. Merek sangat dibutuhkan oleh suatu produk karena selain merek merek memiliki nilai yang kuat merek juga memilki manfaat bagi produsen, konsumen dan publik.

Perlunya representasi yang benar terhadap suatu produk, karena salah satu penyebab terjadinya kerugian terhadap konsumen adalah terjadinya misrepresentasi terhadap produk tertentu. Kerugian yang dialami oleh konsumen di Indonesia dalam kaitannya dengan misrepresentasi banyak disebabkan karena tergiur oleh iklan-iklan atau brosur-brosur produk tertentu, sedangkan iklan atau brosur tersebut tidak selamanya memuat informasi yang benar,karena pada umumnya hanya menonjolkan kelebihan produk yang dipromosikan, sebaliknya kelemahan produk tersebut ditutupi-tutupi.

Oleh karena itu, apakah undang undang perlindungan merek yang selama ini telah diterapkan sudah dapat mencukupi kebutuhan atas perlindungan konsumen dan memenuhi hak hak konsumen. Hal hal yang berkaitan mengenai perlindungan hak konsumen melalui perlindungan merek akan penulis bahas di bab selanjutnya.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan: Apakah perlindungan bagi konsumen dapat tercapai melalui perlindungan merek?

(10)

10 III. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat diketahui tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :

a. Mengetahui hubungan antara merek dan perlindungan konsumen dalam upaya untuk memenuhi hak konsumen.

b. Mengetahui hak-hak konsumen yang terpenuhi melalui perlindungan merek.

IV. Manfaat Penelitian

Di dalam penulisan suatu penelitian mengandung dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dan pemahaman mengenai kesesuaian penyebutan secara terperinci mengenai perlindungan merek sebagai upaya untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan hukum hak kekayaan intelektual berkaitan dengan kajian mengenai kesesuaian penyebutan secara terperinci mengenai perlindungan merek sebagai upaya untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian sejenis

untuk tahap berikutnya. 2) Manfaat Praktis

(11)

11

a. Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacana keilmuan penulis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu hukum yang diperoleh dalam bangku perkuliahan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi semua pihak yang bersedia menerima dan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti serta bermanfaat bagi para pihak yang berminat pada permasalahan yang sama.

V. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh penulis adalah Penelitian Hukum. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about.3 Sebagai kegiatan know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan

isu hukum yang dihadapi.4 Disinilah membutuhkan kemampuan untuk

mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah

yang dihadapi dan kemudian memberikan pemecahan atas masalah tersebut.5

b. Metode Pendekatan

Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan Undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).6 Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendeketan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan

3 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: edisi revisi, Prenadamedia Group, Surabaya, 2005, h. 60. 4 Ibid.

5 Ibid. 6 Ibid., h. 133.

(12)

12

undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.7 Pendekatan konseptual

dilakukan dengan menelaah konsep dari pemenuhan hak konsumen yang dikaitkan dengan perlindungan merek.

c. Alat Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode kepustakaan atau penelitian studi pustaka (library research). Dimana buku-buku yang berkaitan dan memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian penulis dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Dengan mempelajari dan membaca bahan-bahan sumber hukum yang terkait dengan penelitian ini. Fungsi sumber hukum dalam penelitian hukum sangat fundamental, untuk membangun argumentasi hukum maka ahli hukum harus

memperoleh dukungan dari sumber-sumber hukum.8 Bahan hukum primer yang

berupa peraturan perundang-undangan maupun konvensi-konvensi. Dalam penelitian ini digunakan antara lain Undang-undang No 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dengan Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau

hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya.9 Bahan

hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah buku-buku, artikel-artikel dalam jurnal hukum, artikel-artikel yang terdapat di internet, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan bahan sejenis lainnya.

7 Ibid., h. 133.

8 Titon Slamet Kurnia, Sistem Hukum Indonesia, Sebuah Pemahaman Awal, Bandung: Mandar Maju,

cetakan ke-I, 2016, h. 111.

9 Sri Mamudji et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta : Badan Penerbit Fakultas

(13)

13 VI. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Menguraikan latar belakang masalah yang mau dibahas kemudian rumusan masalah dengan menentukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam pokok permasalahan. Kemudian dapat diketahui tujuan dan manfaat penenitian dari penulisan karya tulis ini. Lalu menentukan metode penulisan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini.

BAB II: Pemenuhan Perlindungan Konsumen melalui Perlindungan Merek

Bab ini berisikan uraian mengenai Konsep hukum perlindungan konsumen, Konsep Hukum Merek sebagai upaya perlindungan konsumen , Upaya untuk melindungi konsumen agar tidak rugikan, dan analisis mengenai tercapainya perlindungan konsumen melalui perlindungan merek.

BAB III: Penutup

Memuat kesimpulan yang didapat dari hasil analisis yang dilakukan. Dalam kesimpulan ini juga terdapat jawaban-jawaban yang berasal dari pokok permasalahan. Dalam bab ini juga memuat saran-saran yang dikemukakan oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempertahankan konsumen, perusahaan perlu meninjau bagaimana perilaku konsumen saat memilih dan melakukan pembelian, Karena perilaku konsumen itu timbul dari

Penerimaan adalah merupakan tingkat penjualan yang diperoleh dengan mengalikan besarnya nilai produksi dengan harga produk yang dikomulasikan setiap satu bulan yang

Menurut Ganie (2014:4) dalam Sahibul Hikayat atau disebut cerita rakyat, pada abad XIII sampai XIV di masa kerajaan Dipa di Kalimantan Selatan, kain sasirangan pertama kali dibuat,

Indonesia tidak bermasalah dengan tingkat pengangguran yang tinggi, tetapi bermasalah dengan kemiskinan.. Indonesia bermasalah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, tetapi

3) Peneliti selanjutnya dapat menggali lagi keterkaitan antara compassion dengan pola asuh orangtua, untuk mengetahui apakah orangtua dengan tingkar compassion

Waktu standar ini akan digunakan sebagai dasar penentuan waktu dari tiap-tiap proses untuk menentukan jumlah work station yang dibutuhkan dalam line balancing.. Dari proses

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan model sosialisasi nilai-nilai peduli sosial dalam kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan strategi Physical Self Assesment

Selain itu, sumber data berupa tindakan berasal dari orang-orang atau suatu hal yang menjadi subjek penelitian yang diamati oleh peneliti secara langsung, dan dilengkapi