• Tidak ada hasil yang ditemukan

12. Wan, Y., Creber, K.A.M., Peppley, B., and Bui, V.T., (2003), Ionic Conductivity and Related Properties of Crosslinked Chitosan Membranes, Journal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "12. Wan, Y., Creber, K.A.M., Peppley, B., and Bui, V.T., (2003), Ionic Conductivity and Related Properties of Crosslinked Chitosan Membranes, Journal"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

1. Widodo,A., Mardiah., dan Prasetyo,A., (2006), Potensi Kitosan Dari Sisa Udang Sebagai Koagulan Logam Berat Limbah Cair Industri Tekstil, Jurusan Teknik Kimia, Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya

2. Chiyang,T., Fung,C., (2005), Adsorption of Metal Cations by Water-Soluble N Alkylated Disaccharide Chitosan Derivatives,

www.interscience.wiley.com., diakses 10 september 2007

3. Eckenfelder, W.W. Jr, (2000), Industrial Water Poluttion Control, Third edition, Singapore: Mc Graw-Hill Company

4. Marganof, (2003), Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadmium dan Tembaga) di Perairan, [http://rudict.topcities.com/pps702-71034/margonof.htm], diakses 10 September 2007

5. Kristi, B.K. P., (2001), Biodegradasi Kitosan oleh Penicillium Islandicum dan Streptomycesgriceus, Skripsi Departemen Kimia, FMIPA ITB

6. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, (2006), Industri Kitin Dari Limbah Menjadi Bernilai Tambah, [http://www.dkp.go.id/content.php=2779], diakses 2 Agustus 2007

7. Kurita, K., (2001), Controlled functionalization of the polysaccharide chitin, Progress in Polymer Science, 26, 1921-1971

8. Yaghobi, N., and Mirzadeh,H., (2004), Enhancement of Chitins Degree of Deacetylation by Multistage Alkali Treatments, Iranian Polymer Journal, 13 (2), 131-136

9. Wanichpongpan, P., Chitin and chitosan., (2002), [http://www.kmutt.ac.th.], diakses 2 Agustus 2007

10. Resmana, E., (2001), Langsing dan Sehat Lewat Limbah Perikanan, P3 Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, diakses 5 Agustus 2007

11. Walker, J., (1999), Chitosan, [http:/ntp server. niechs.nih.gov], diakses 5 Agustus 2007

(2)

12. Wan, Y., Creber, K.A.M., Peppley, B., and Bui, V.T., (2003), Ionic Conductivity and Related Properties of Crosslinked Chitosan Membranes, Journal of Applied Polymer Science, 89, 306-317

13. Afrizal, (2002), Pembuatan Membran Selulosa (SA) Dari Hasil Asetilasi Pulp Encalyptus Alba dan Aplikasinya Pada Penjernihan Air Sungai, Tesis Program Studi Kimia, FMIPA ITB

14. Silverstein, Robert, M., Bassler, G. Clayton., and Morril, T.C., (1996), Spectrometric Identification of Organic Compounds, Sixth Edition, John Willey and Sons Inc., New York

15. Mia Ledyastuti, (2007), Sintesis dan Karakterisasi Membran Berbasis Kitosan Dalam Aplikasi Fuel Cell, Tesis Program Studi Kimia, FMIPA ITB 16. Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., (1992), Principles of

Instrumental Analysis, 5 th ed, Saunders College Publishing, Philadelphia 17. Levine, I.N., (2002), Physical Chemistry. Fifth edition, New York : Mc

Graw-Hill Book. Co.

18. American Water Works Association (AWWA) / American Society of Civil Engineers (ASCE), (1990), Water Treatment Plant Design, 2nd ed, Mc Graw-Hill Book. Co., Singapore

19. Sinta Nurani, (2003), Penggunaan Ceiba pentandra Sebagai Bioflokulan Dalam Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil PT HML, Skripsi Program Studi Kimia, FPMIPA UPI, Bandung

20. Herbert E, D.W.S., and Klei, (1979), Wastewater Treatment, Department of Chemical Engineering, The University of Connecticut, Prentice-Hall, Englewood Cliffs

21. Benefield, L.D., Jud Skin, Jr. J.F. and Weand, B.L, (1982), Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment, Prentice- Hall. Inc., Englewood Cliffs

22. Surdia, N. (1981), Perlakuan Air dan Air buangan secara Koagulasi dari Partikel Tersuspensi, Bandung, ITB

(3)
(4)

Lampiran 1

Penentuan Derajat Deasetilasi Kitosan

Spektrum FTIR dari kitosan 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 5001/cm 30 40 50 60 70 80 90 100 %T 34 44 .8 7 28 81 .65 16 56 .8 5 15 95 .13 14 2 1 .5 4 13 79 .10 13 23 .17 11 51 .5 0 108 9. 78 10 33 .8 5 89 6. 90 60 1.7 9 40 1 1 9 Khitosan

Penentuan derajat deasetilasi kitosan berdasarkan spektrum FTIR %N-Deasetilasi = [1- (A 1655 x 1 ) x 100% A 3450 1,33 A 1655 = log T0/T = log 9,8 = 0,25 5,5 A 3450 = log 9,7 = 0,66 2,1 %N-Deasetilasi = { 1- ( 0,25 x 1 ) } x 100% 0,66 1,33 = ( 1- 0,2848 ) x 100% = 71,52%

(5)

Lampiran 2 Penentuan Massa Molekul Relatif Rata-rata

Viskositas (

Mv

) Kitosan

to = 4 dtk

Data konsentrasi dan waktu alir dari larutan kitosan

C (g/100 mL) t (dtk) t-to (dtk) 0 0 t t t− C ηsp 0,0512 10,00 6,00 1,50 29,29 0,1010 18,84 14,84 3,71 36,73 0,2008 38,90 34,90 8,73 43,45 0,3002 56,90 52,90 13,23 44,05 0,4002 83,70 79,70 19,93 49,79 \

Penentuan massa molekul relatif rata-rata viskositas kitosan (Mv)

y = 52.159x + 29.673 R2 = 0.8963 0 10 20 30 40 50 60 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 C (g/100 mL) ηsp /C

Dari kurva tersebut di dapat persamaan garis y = 52,159x + 29,673 [η] = 29,673

[η] = K . Mva dimana K = 1,40.10-4 dan a = 0,83 maka diperoleh

29,673 = 1,40.10-4 Mv0,83 v

(6)

Lampiran 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Data penentuan panjang gelombang maksimum air keruh simulasi

Panjang Gelombang (nm) %T Absorbansi Panjang Gelombang (nm) %T Absorbansi 390 63 0,0969 440 77 0,1135 395 63 0,1079 445 78 0,1079 400 65 0,1192 450 79 0,1079 405 68 0,1308 455 80 0,0969 410 70 0,1367 460 81 0,0915 415 71 0,1487 465 83 0,0809 420 73 0,1549 470 83 0,0809 425 75 0,1249 475 84 0,0757 430 72 0,1192 480 84 0,0757 435 77 0,1135

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum air keruh simulasi 0 0.05 0.1 0.15 0.2 350 400 450 500 Panjang Gelombang Absorbansi

(7)

Lampiran 4

Penentuan Persamaan Regresi Linier Larutan

Standar Hidrazin Sulfat

Persamaan regresi linier diperoleh dari absorbansi larutan standar hidrazin sulfat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40 NTU, dengan menggunakan Spectronic 20 pada panjang gelombang 420 nm seperti terlihat pada gambar berikut.

Data kekeruhan (NTU) dan absorbansi larutan standar hidrazin sulfat

Kekeruhan (NTU) Absorbansi

0 0,0000 10 0,0223 20 0,0458 30 0,0655 40 0,0915

Grafik skala kekeruhan larutan standar hidrazin sulfat

y = 0.0023x - 0.0002 R2 = 0.9987 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0 10 20 30 40 50 kekeruhan (NTU) Absorbansi

Dari grafik tersebut maka diperoleh persamaan regresi linier larutan standar hidrazin sulfat sebagai berikut,

y = 0,0023x – 0,0002 R = 0,9987

(8)

Lampiran 5

Data Hasil Pengolahan Air Keruh Simulasi

Data hasil pengolahan air keruh simulasi dengan koagulan kitosan

No Konsentrasi Kitosan

(ppm)

pH % T Absorbansi Kekeruhan (NTU)

awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir

1. 2 7,87 7,72 70 95 0,1549 0,0223 67,43 9,78 2. 4 7,87 7,70 70 100 0,1549 0,0000 67,43 0,09 3. 6 7,87 7,66 70 99 0,1549 0,0044 67,43 2,00 4. 8 7,87 7,64 70 98 0,1549 0,0088 67,43 3,91 5. 10 7,87 7,71 70 97 0,1549 0,0132 67,43 5,83

Data hasil pengolahan air keruh simulasi dengan koagulan tawas

No Konsentrasi Tawas (ppm)

pH % T Absorbansi Kekeruhan (NTU)

awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir 1. 2 7,87 7,68 70 71 0,1549 0,1487 67,43 64,74 2. 4 7,87 7,79 70 73 0,1549 0,1367 67,43 59,53 3. 6 7,87 8,12 70 83 0,1549 0,0809 67,43 35,26 4. 8 7,87 7,71 70 84 0,1549 0,0757 67,43 33,00 5. 10 7,87 7,84 70 86 0,1549 0,0655 67,43 28,57

(9)

Lampiran 6

Data Hasil Pengolahan Air Sungai

Data hasil pengolahan air sungai dengan koagulan kitosan

No Konsentrasi kitosan

(ppm)

pH % T Absorbansi Kekeruhan (NTU)

awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir 1. 2 7,53 7,33 68 96 0,1675 0,0177 72,91 7,78 2. 4 7,53 7,23 68 100 0,1675 0,0000 72,91 0,09 3. 6 7,53 7,26 68 99 0,1675 0,0044 72,91 2,00 4. 8 7,53 7,38 68 97 0,1675 0,0132 72,91 5,83 5. 10 7,53 7,33 68 96 0,1675 0,0177 72,91 7,78

Data hasil pengolahan air sungai dengan koagulan tawas

No Konsentrasi Tawas (ppm)

pH % T Absorbansi Kekeruhan (NTU)

awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir 1. 2 7,53 7,29 68 79 0,1675 0,1024 72,91 44,61 2. 4 7,53 7,30 68 82 0,1675 0,0862 72,91 37,57 3. 6 7,53 7,30 68 82 0,1675 0,0862 72,91 37,57 4. 8 7,53 7,23 68 83 0,1675 0,0809 72,91 35,26 5. 10 7,53 7,36 68 84 0,1675 0,0757 72,91 33,00

(10)

Lampiran 7

Petunjuk Praktikum Untuk Kelas III MAN

I.Judul 1 : Isolasi kitin dari cangkang udang II. Tujuan Kegiatan

Siswa mengetahui cara mengisolasi kitin sebagai polimer alam dari cangkang udang dengan melakukan percobaan secara berkelompok

III. Teori Dasar

Kitin merupakan konstituen organik yang sangat penting pada hewan golongan orthopoda, annelida, mollusca, corlengterfa, dan nematoda. Kitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan molekul polimer berantai lurus dengan nama β-(1-4)-2 asetamida 2-deoksi-Dglukosa (N-asetil-D-Glukosamin). Struktur kitin sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi β-(1-4). Perbedaannya dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang kedua pada kitin diganti oleh gugus asetamida (NHCOCH3). Dalam kitin terdapat kandungan protein dan mineral. Kandungan

mineral utama dalam kulit udang adalah CaCO3, sebesar 40-50% berat. Mineral

lain yang terdapat dalam kulit udang adalah Ca3(PO4)2.

IV. Alat dan Bahan

IV 1. Alat-alat: IV 2. Bahan:

1. Gelas kimia 1. Cangkang udang kering 2. Batang pengaduk 2. Larutan NaOH 3,5% (b/v) 3. Pemanas/Pembakar 3. Indikator Universal 4. Termometer 4. Aquades

5. Penyaring 5. Larutan HCl 1M 6. Kain untuk menyaring

7. Neraca

(11)

2. Masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 500 mL larutan NaOH 3,5%(b/v) 3. Panaskan pada suhu 65oC selama 2 jam, sambil terus diaduk

4. Dinginkan, saring dengan kain penyaring, cuci dengan air yang mengalir sampai netral (tes dengan indikator universal ) dan bilas dengan aquades

5. Keringkan, timbang

V.2 Penghilangan Mineral

1. Cangkang udang hasil dari langkah V.1, masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan HCl 1 M dengan perbandingan 1:15 (b/v)

2. Aduk selama 1 jam pada suhu kamar 3. Saring dengan kain penyaring

4. Cuci dengan air sampai netral (tes dengan indikator universal ) dan bilas dengan aquades

5. Keringkan, timbang (diperoleh kitin)

VI. Tugas setelah praktikum

1. Gambarkan struktur kitin dan selulosa 2. Tuliskan reaksi mineral dengan HCl

I. Judul II : Isolasi kitosan dari kitin

II. Tujuan Kegiatan

Siswa mengetahui cara mengisolasi kitosan dari kitin dengan melakukan percobaan secara berkelompok

III. Teori Dasar

Kitosan adalah senyawa yang berasal dari reaksi deasetilasi kitin dengan menggunakan basa kuat, seperti NaOH 50%. Kitosan merupakan suatu polimer multifungsi karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam, gugus hidroksil primer dan sekunder. Kitosan lebih reaktif dibanding kitin karena memiliki gugus amina bebas yang bersifat nukleofil kuat. Gugus amina bebas ini

(12)

menyebabkan kitosan dapat digunakan sebagai polielektrolit yang memiliki multifungsi. Kitosan disebut juga β-1,4 amino-2-deoksi-D-glukosa.

IV. Langkah Kerja (sebaiknya dilakukan di lemari asam)

1. Masukkan kitin ke dalam gelas kimia berisi larutan NaOH 50% selama 4 jam pada suhu 100oC dengan perbandingan 1:10 (b/v)

2. Dinginkan, saring

3. Cuci dengan air sampai netral (tes dengan indikator universal) dan bilas dengan aquades

4. Keringkan, timbang (diperoleh kitosan)

5. Ambil sedikit kitosan, larutkan dalam larutan asam asetat 1%, jika belum larut maka ulang langkah 1

V. Tugas setelah praktikum 1. Gambarkan struktur kitosan

2. Gugus apa pada kitosan yang mengalami protonasi jika dilarutkan dalam asam asetat?

(13)

Lampiran 8

Petunjuk Praktikum Untuk Kelas II MAN

I. Judul: Proses koagulasi air keruh dengan koagulan kitosan

II. Tujuan Percobaan

Siswa dapat memahami fenomena proses penjernihan air sungai dengan menggunakan kitosan sebagai koagulan

III. Teori Dasar

Koloid adalah campuran yang terdiri dari fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Diameter partikel koloid mempunyai rentang antara 10Ả sampai 10.000Ả. Partikel koloid merupakan partikel yang stabil. Salah satu faktor yang mempengaruhi kastabilan koloid ialah muatan permukaan koloid. Akibat adanya muatan ini, partikel-partikel tersebut akan tolak menolak dan mencegah terjadinya agregasi yang dapat menyebabkan pengendapan. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil dan akan terkoagulasi.

IV. Alat dan Bahan

IV.1 Alat-alat: IV.2 Bahan:

1. Gelas kimia 1. Air sungai yang keruh 2. Gelas ukur 2. Larutan kitosan 500 ppm 3. Alat jar test 3. Kertas saring

4. Corong saring 5. Stop watch

V. Langkah Kerja

1. Tuangkan 200 mL air sungai yang keruh ke dalam gelas kimia 600 mL 2. Tambahkan 1,6 mL larutan kitosan 500 ppm

3. Aduk dengan kecepatan 100 rpm selama 2 menit dan diteruskan dengan kecepatan 50 rpm selama 13 menit dengan alat jar test

(14)

5. Saring dengan kertas saring

6. Bandingkan air sebelum penambahan kitosan dengan setelah penambahan kitosan

VI.Pertanyaan

1. Bagaimana warna air sungai?

2. Partikel apa yang menyebabkan kekeruhan air sungai? 3. Mengapa koloid dapat terkoagulasi?

4. Mengapa kitosan dapat berfungsi sebagai koagulan pada air sungai?

Referensi

Dokumen terkait

Kecelakaan kerja yang disebabkan dari kelalaian karyawan yang melanggar atau tidak mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan perusahaan, sebaiknya diberikan sanksi yang

Dalam peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 09 Tahun 2010 tentang “Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri

Dengan adanya aplikasi ini, estimator, manager dan admin dapat lebih mudah dalam melalukan monitoring dari kegiatan yang dilakukan di divisi Custom Project dan tidak

Penanggung dengan ini setuju dengan Tertanggung bahwa jika pada suatu saat selama jangka waktu asuransi seperti yang tercantum dalam Ikhtisar atau selama jangka waktu berikutnya

Sanitasi i ruang ruangan dilakukan dengan dua media, an dilakukan dengan dua media, yaitu >A dan P!A, yaitu >A dan P!A, hal hal ini dilakukan ini

Hybrid recommendation system memanfaatkan kombinasi penggalian frequent itemset dan perbandingan keyword dapat menghasilkan rekomendasi tanpa menggunakan identitas

Katup limbah merupakan salah satu komponen terpenting pompa hidram, oleh sebab itu katup limbah harus dirancang dengan baik sehingga berat dan gerakannya dapat

masalahnya adalah : area ini ditempatkan pada area yang dekat dengan parkir, sehingga tidak aman bagi anak dan juga jauh dari posyandu anak yang berada pada area