• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KREDIT MACET PADA PADA BPR DI INDONESIA: PENDEKATAN SOBEL TEST DAN BOOTSTRAPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KREDIT MACET PADA PADA BPR DI INDONESIA: PENDEKATAN SOBEL TEST DAN BOOTSTRAPING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KREDIT MACET PADA PADA BPR DI INDONESIA: PENDEKATAN SOBEL TEST DAN BOOTSTRAPING

Irman Firmansyah

Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi [email protected]

ABSTRAK

this study aims to analyze the causes and effects of non performing loans among which examine the effect of liquidity on non performing loan, examine the effect of non performing loan on financial performance, examine the effect of liquidity on the financial performance and examine the effect of non performing loan in mediating the relationship between liquidity and financial performance through Sobel test and bootstrapping approaches. Liquidity is measured by the LDR, non performing loan is measured by the NPL and financial performance measured by ROA. This study was conducted in rural banks in Indonesia with a 3-year time span from 2011 to 2013. Analysis showed that liquidity no significant effect on non performing loan, non performing loan is significant effect on financial performance, liquidity no significant effect on the financial performance and the non performing loan does not mediate relationship between liquidity on financial performance.

Keywords: liquidity, non performing loan, financial performance, sobel test 1. Latar Belakang Penelitian

Bank merupakan lembaga keuangan yang terpenting yang mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Fungsinya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana atau defisit. Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual kepercayaan dan jasa, setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru, memperbesar dana-dananya dan juga memperbesar pemberian kredit dan jasa-jasanya (Simorangkir, 2004). Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berbeda dengan bank umum, BPR mempunyai karakteristik yang lebih memasyarakat karena market share dari BPR adalah masyarakat bawah baik yang kelebihan dana maupun yang kekurangan dana.

Sebagian besar BPR yang ada di Indonesia masih mengandalkan kredit sebagai pemasukan utama dalam membiayai operasionalnya. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang

(2)

2

terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh karena itu pemberian kredit harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat (InfoBankNews.com, 2007 dalam Pratama 2010).

Begitu pun pada BPR, dalam perjalanannya dari jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat tidak semua kredit berkategori sehat tetapi diantaranya merupakan kredit yang mempunyai kualitas buruk atau kredit macet. Kredit macet ini dalam dunia perbankan disebut Non Performing Loan (NPL), ini merupakan fenomena biasa dalam dunia bisnis karena salah satu kegiatan utama perbankan berasal dari penyaluran kredit. Salah satu penyebab terjadinya kredit macet pada perbankan yaitu kondisi likuiditas bank (LDR). Seperti hasil penelitian Adisaputra (2012) yang menemukan hasil bahwa

Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap NPL. Namun berbeda

dengan Faiz (2010) yang menemukan hasil bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap NPL.

Selain itu, jika kredit macet BPR melampaui batas kemampuan, maka akan menjadi masalah serius yang akan mengganggu profitabilitas BPR. Seperti hasil penelitian Gelos (2006) dalam Nusantara (2009) bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.

Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan di atas maka penelitian ini akan menguji apakah likuiditas berpengaruh terhadap kredit macet dan apakah kredit macet berdampak terhadap kinerja keuangan pada BPR di Indonesia. Selain itu melalui pendekatan sobel test akan diuji pula apakah kredit macet merupakan variabel mediasi antara likuiditas dengan kinerja keuangan bank.

2. Kajian Teori

2.1 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 atas perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Fungsi BPR secara umum adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah /pengusaha kecil

(3)

3

seperti tercantum pada Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan. Pelayanan BPR sebagian besar diberikan kepada masyarakat yang bermodal kecil, yang sebagian besar berada dalam sektor informal. Oleh karena itu perbaikan kinerja baik manajemen, administrasi harus ditingkatkan kualitasnya. Disamping menyangkut perkembangan BPR itu sendiri juga menyangkut perkembangan sektor riil yang tumbuh dari sektor informal yang merupakan bagian terbesar dari perekonomian masyarakat. (Septianto, 2010).

2.2 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci untuk menilai

kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), Rentabilitas (utang tidak bisa ditagih), Solvabilitas (Modal berkurang). Sedangkan laba yang turun adalah salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan di samping harus menyisihkan pencadangan sesuai kolektibilitas kredit. Selektifitas dan kehati-hatian yang dilakukan manajemen dalam memberikan kredit dapat mengurangi risiko kredit macet, oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik agar memiliki penyaluran kredit yang baik.

Dalam menyalurkan kredit, bank mempunyai harapan agar kredit tersebut mempunyai resiko minimal dalam arti dapat dikembalikan sepenuhnya tepat pada waktunya dan tidak menjadi kredit bermasalah. Namun pada kenyataannya, bila bank gagal dalam mengelola resiko tersebut hubungannya dengan perkreditan bank, akan timbul kredit macet.

Menurut Rivai (2005), Kredit bermasalah merupakan kredit yang mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank, bila dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan. Pemecahan kredit bermasalah berfungsi sebagai pilihan kerjasama yang diputuskan antara peminjam dan pemberi kredit. Bank mencoba menyusun berbagai pilihan yang ada diharapkan dapat memperoleh hasil apabila dibandingkan tanpa sebuah rencana.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP 2004, Rumus Non

(4)

4 Kredit yang Bermasalah

NPL = --- x 100% Total Kredit yang dikeluarkan

Adapun besaran yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia mengenai rasio Non

Performing Loan adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5%, maka akan mempengaruhi

tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

2.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kredit Macet

LDR merupakan rasio keuangan perbankan yang dijadikan indikator dalam menilai likuiditas. LDR merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005:116). Dengan kata lain, LDR digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Artinya, semakin banyak dana kredit yang dikeluarkan, maka semakin tinggi LDR, dan kemungkinan terjadi resiko kredit macet (NPL) yang semakin tinggi pula.

Menurut Kasmir (2004 : 290) rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat. Rumus yang digunakan untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut:

Total Kredit

LDR = --- x 100% DPK

Hasil penelitian Misra dan Dahl (2009) yang didukung oleh Adisaputra (2012) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap NPL. Namun bertentangan dengan penelitian Faiz (2010) dan Soebagio (2005) menunjukkan LDR berpengaruh negatif terhadap NPL.

Oleh karena itu berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka diduga bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap kredit macet tanpa melihat pengaruh positif atau negatif sehingga hipotesis pertama yang diajukan adalah:

H1: likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kredit macet

(5)

5

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (Laba Sebelum Pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001)

Laba sebelum pajak

ROA = --- x 100% Total Aset

ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total aktiva. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional. Bank dengan total aset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat.

Salah satu hal yang mengakibatkan naiknya kinerja keuangan bank adalah dikarenakan kredit yang dikeluarkan oleh bank dalam keadaan lancar sehingga laba yang diperoleh menjadi meningkat. Oleh karena itu semakin kecil kredit macet (NPL) maka semakin besar kinerja keuangan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gelos (2006) yang menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.

Oleh karena itu berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, maka diduga kredit macet berpengaruh terhadap kinerja keuangan sehingga hipotesis kedua yang diambil yaitu:

H2: kredit macet berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

2.5 Pengaruh Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan

Seperti penjelasan sebelumnya bahwa LDR yaitu rasio yang menunjukkan likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga.

(6)

6

Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka bank akan pendapatan bank (ROA) akan semakin meningkat. Hal ini menandakan adanya pengaruh seperti yang dibuktikan oleh Gelos (2006) dan Nusantara (2009) bahwa LDR berpengaruh positif terhadap ROA.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian di atas maka diduga likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan sehingga hipotesis ketiga yang diajukan yaitu:

H3: likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

2.6 Kredit Macet dalam Hubungan antara Likuiditas dengan Kinerja Keuangan Selain ketiga hipotesis sebelumnya, berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dijelaskan di atas, maka pada penelitian ini diuji pula mengenai variabel kredit macet dalam memediasi pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan. Sehingga hipotesis keempat yang diajukan yaitu

H4: kredit macet memediasi pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan

2.7 Model Penelitian

Setelah menjelaskan teori, hasil penelitian dan hipotesis di atas, maka dapat diprediksi bahwa ada pengaruh langsung dan tidak langsung antara likuiditas terhadap kinerja keuangan melalui kredit macet pada BPR di Indonesia. Oleh karena itu model penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Model Penelitian

3. Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel

Likuiditas (LDR) Kinerja Keuangan (ROA) Kredit Macet (NPL)

(7)

7

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh BPR yang ada di Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dengan data yang diambil dari statistik perbankan syariah dengan website www.bi.go.id. Sehingga data yang diperoleh adalah data rata-rata dari seluruh BPRS yang ada di Indonesia. Periode data yang diambil yaitu data bulanan sehingga dari 3 tahun periode pengamatan maka diperoleh 36 observasi.

3.2 Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan adalah ROA yang merupakan ukuran kinerja keuangan dengan membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aset. b. Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini yaitu LDR yang merupakan indikator likuiditas pada perbankan dengan membandingkan antara total kredit dengan DPK. c. Variabel Intervening

Variabel intervening dalam penelitian ini yaitu NPL yang merupakan indikator kinerja tidak baik, yaitu perbandingan antara kredit macet dengan total yang disalurkan.

3.3 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan aplikasi sobel test. Sobel test meninginkan data dengan sampel besar guna menghindari data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu guna menghindari data tidak berdistribusi normal maka harus dilakukan bootstraping. Resampling data pada penelitian ini dengan teknik

bootstraping yaitu sebanyak 1000 kali menggunakan software IBM SPSS ver. 20.0.

Berdasarkan model yang telah dibangun, maka persamaan penelitian ini yaitu:

NPL = a + b1 LDR + e ... (1) ROA = a + b1 LDR + b2 NPL + e ... (2)

Dari kedua persamaan di atas, dalam rangka menjawab semua hipotesis yang telah diajukan, maka analisis tidak dilakukan dua kali sebagaimana biasanya melakukan

(8)

8

perhitungan analisis jalur dengan cara manual. Namun dengan sobel test cukup satu kali analisis dan data telah berdistribusi normal.

Akan tetapi perlu dilakukan uji asumsi klasik lainnya selain uji normalitas guna memperoleh data yang berkualitas, diantaranya: uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas.

4. Pembahasan

Atas data yang berhasil dikumpulkan maka sebelum menganalisis hipotesis, terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif data penelitian pada BPR di Indonesia dalam rentang waktu penelitian mulai Januari 2011 sampai Desember 2013. Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1: Statistik Deskriptif

Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviation

LDR 78.35 85.44 81.8925 2.00264

NPL 4.41 6.52 5.5250 .53867

ROA 3.32 4.03 3.7089 .15914

Sumber: Output SPSS, data diolah

Berikut adalah penjelasan mengenai tabel 1 di atas:

Variabel pertama yaitu likuiditas yang diukur dengan LDR. Nilai LDR pada BPR di Indonesia rata-rata sebesar 81,89 % dengan nilai minimum sebesar 78,35% dan nilai maksimum sebesar 85,44%. Standar deviasi yang dihasilkan yaitu sebesar 2,00%. Nilai standar deviasi ini jauh berada di bawah rata-rata sehingga menunjukkan data yang bersifat homogen. Dengan nilai rata-rata LDR sebesar 81,89% ini menunjukkan bahwa BPR di Indonesia mempunyai nilai likuiditas yang baik.

Variabel kedua yaitu kredit macet yang diukur dengan NPL. Nilai rata-rata NPL pada BPR di Indonesia yaitu sebesar 5.53% dengan nilai minimum sebesar 4,41% dan maksimum sebesar 6,52%. Adapun standar deviasi yang diperoleh yaitu 0,54% yang menunjukkan angka jauh di bawah rata-rata. Sehingga dapat disimpukan bahwa NPL mempunyai data yang bersifat homogen atau relatif sama di antara BPR yang ada di Indonesia. Dengan melihat rata-rata rasio NPL sebesar 5,52% menunjukkan kondisi kredit pada BPR yang kurang baik, mengingat batas maksimum rasio NPL yaitu sebesar

(9)

9

5%. Oleh karena itu kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan perhatian khusus kepada BPR agar dapat meningkatkan kualitas penyaluran kreditnya mengingat BPR adalah lembaga keuangan yang paling dekat dengan masyarakat bawah.

Variabel ketiga yaitu kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. ROA pada BPR di Indonesia mempunyai rata-rata sebesar 3,71% dengan nilai minimum sebesar 3,32% dan maksimum 4,03%. Adapun standar deviasinya yaitu sebesar 0,16%. Dengan nilai standar deviasi jauh di bawah rata-rata, maka kinerja keuangan BPR pada setiap periode penelitian cenderung bernilai sama. Jika melihat nilai rata-rata rasio ROA sebesar 3,71% dan nilai tersebut di atas 1%, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan BPR dalam keadaan baik. Hal ini sesuai dengan Surat Ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR. Jika ROA di bawah 1% maka bank tidak mampu memperoleh laba yang tinggi atau bahkan dapat mengalami kerugian sehingga mengancam keberlangsungan usaha, berbeda jika kondisi ROA tinggi maka bank sedang dalam performa terbaik karena mampu memperoleh laba tinggi.

Setelah melakukan analisis deskriptif, karena data sudah dilakukan resampling sebanyak 1000 kali melalui metode bootstraping, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan metode sobel test.

Berdasarkan hasil pengujian analisis jalur dengan IBM SPSS ver. 20 maka diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 2: Hasil Analisis Sobel Test

DIRECT And TOTAL EFFECTS

Coeff s.e. t Sig(two) b(YX) .0102 .0135 .7520 .4572 b(MX) -.0841 .0438 -1.9182 .0635 b(YM.X) .1550 .0464 3.3390 .0021 b(YX.M) .0232 .0125 1.8574 .0722

INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTION

Value s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two) Effect -.0130 .0081 -.0289 .0028 -1.6099 .1074 BOOTSTRAP RESULTS For INDIRECT EFFECT

Data Mean s.e. LL 95 CI UL 95 CI LL 99 CI UL 99 CI

Effect -.0130 -.0133 .0095 -.0361 .0013 -.0443 .0049

NUMBER OF BOOTSTRAP RESAMPLES 1000

(10)

10 Sumber: Output IBM SPSS

Berdasarkan hasil analisis sobel test yang disajikan pada tabel 2, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada bagian direct and total effects terlihat nilai koefisien b(YX) sebesar 0,0102 dengan nilai signifikansi sebesar 0,4572. Hal ini merupakan total pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan secara langsung dan tidak langsung yaitu sebesar 1,02%.

Selanjutnya pada baris kedua terlihat nilai koefisien b(MX) sebesar -0,0841 dan signifikansi sebesar 0,0635. Nilai ini merupakan besarnya pengaruh likuiditas terhadap kredit macet sebagai variabel mediasi yaitu sebesar 8,41%. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit macet. Sehingga hipotesis pertama ditolak. Artinya pada BPR di Indonesia bahwa berapa pun besarnya likuiditas tidak akan memberikan dampak terhadap terjadinya kredit macet. Hal ini dapat diindikasikan bahwa kredit macet pada BPR saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor eksternal yaitu berkaitan dengan kekuatan perekonomian masyarakat mengingat BPR erat kaitannya dengan masyarakat bawah.

Pada baris ketiga terlihat nilai koefisien b(YM.X) yaitu pengaruh kredit macet terhadap kinerja keuangan. Besarnya nilai koefisien yaitu sebesar 0,1550 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0021. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan BPR dipengaruhi oleh kredit macet sebesar 15,5%. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa kredit macet berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sehingga hipotesis kedua diterima. Oleh karena itu secara statistik bahwa tinggi rendahnya kinerja keuangan BPR dipengaruhi oleh besar kecilnya kredit macet. Sehingga perlu adanya perhatian khusus bagi manajemen bank atas besarnya nilai NPL yang diperoleh agar nilai NPL tidak terlalu besar. Jika rasio NPL (kredit macet) besar maka akan menurunkan kinerja keuangan dan sebaliknya jika rasio NPL rendah maka akan meningkatkan kinerja keuangan pada BPR.

Pada baris keempat terlihat nilai koefisien b(YX.M) yaitu pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan mengontrol variabel kredit macet. Besarnya nilai koefisien yaitu 0,0232 dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0,0722. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan dipengaruhi oleh likuiditas yaitu hanya sebesar 2,32%. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan bahwa

(11)

11

likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sehingga hipotesis ketiga ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang sangat kecil antara likuiditas terhadap keberhasilan kinerja keuangan BPR. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya kinerja keuangan tidak dipengaruhi oleh kondisi likuiditas tetapi oleh faktor lain.

Selain analisis di atas mengenai besarnya pengaruh pada setiap variabel, maka untuk melihat apakah kredit macet memediasi pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan dapat dilihat pada bagian indirect effects. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,1074 sehingga lebih besar dari 0,05. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kredit macet bukan merupakan variabel mediasi antara likuiditas dengan kinerja keuangan pada BPR di Indonesia. Sehingga hipotesis keempat ditolak.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit macet 2. Kredit macet berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan 3. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

4. Kredit macet tidak memediasi hubungan antara likuiditas terhadap kinerja keuangan

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, Iksan. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan pada PT. Bank Mandiri (PERSERO)”. Skripsi UNHAS, Makasar

Dendawijaya, Lukman. 2009. Kredit Bank. Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya

Faiz, Ihda A. 2010. “Ketahanan Kredit Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global”. Jurnal ekonomi Islam La Riba. Vol 4, no. 2

Kasmir. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Misra, B.M. dan Sarat Dhal. 2010. “Pro-cyclical management of non-performing loans by the Indian public sector banks”. BIS Asian Research Papers, June, 2010

(12)

12

Nusantara, Ahmad Buyung. 2009. Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO Terhadap profitabilitas bank. Tesis Magister Manajemen UNDIP

Pratama, Billy Arma. 2010. ”Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan”. Tesis UNDIP.

Rivai, F. 2005, Credit Management Handbook. Jakarta: P.T. Raya Grafindo Persada Septianto, Hendi dan Widiharih Tatik. (2010). “Analisis Efisiensi Bank Perkreditan

Rakyat Di kota Semarang Dengan Pendekatan Data Envolepment Analysis”.

Media Statistika, Vol. 3, No. 1, pp 41-48

Simorangkir O.P. 2004. Seluk beluk Bank Komersial, cetakan kelima,Jakarta : Persada Indonesia.

Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP 2004

Soebagio, Hermawan. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Bank Umum Komersil”. Tesis UNDIP

Gambar

Gambar 1: Model Penelitian
Tabel 2: Hasil Analisis Sobel Test

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu penyebab kredit macet adalah ketidakjujuran dari pihak nasabah yaitu agunan yang bukan milik pribadi yang mengakibatkan sikap relatif tidak bersungguh

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ” ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH BMT di SUKOHARJO”.

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KREDIT UNTUK MEMINIMALISASI KREDIT MACET PADA KOPERASI.. NGANTANG

Kredit macet atau bermasalah merupakan resiko yang ada pada bank atau lembaga keuangan syariah. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa efektifitas kinerja

Tingkat kredit macet pada tahun 2013 pada PD BPR Bank Tegal Gotong Royong (TGR) Slawi Kabupaten Tegal dilihat dari hasil prosentase Non Performing Loan (NPL) menunjukkan

Jika kredit macet telah terjadi, maka pihak BPR Klaten akan melakukan beberapa upaya untuk mengatasi kredit macet, yaitu Reschedulling (memperpanjang jangka waktu kredit)

Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan Kinerja Keuangan berdasarkan Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, dan LCR

Pengaruh Karakter Nasabah,Riwayat Kredit,Dan Kemapuan Usaha Terhadap Kredit Macet Dari hasil pengujian yang dilakukan mempunyai nilai signifikasi sebesar 0.000 karena nilai