• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA, 26 JULI 2011

KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL

(2)

KERANGKA PAPARAN

KONDISI SWASEMBADA, SASARAN

PRODUKSI, DAN UPAYA PEMBIAYAAN

STRATEGI MENINGKATKAN PRODUKSI

KONDISI PANGAN GLOBAL

(3)
(4)

KETIDAKPASTIAN MENGANCAM KETAHANAN PANGAN

Fenomena 2008-2011

 Negara-negara net importir pangan terkena dampak negatifnya:

• Kecenderungan kekurangan pangan dan • Harga pangan domestik meningkat tajam

•Andil harga pangan thd Inflasi meningkat • Akses pangan khususnya bagi masyarakat

miskin menurun

Krisis BBM dunia

• Konversi

food,feed, fuel • Supply dan stok

pangan dunia turun.

• Harga pangan dunia meningkat tajam

Perubahan iklim dunia

• Prediksi produksi semakin sulit • Gagal panen di sebagian negara penghasil pangan, • Beberapa negara cenderung memupuk stok  Ketidakpastian pasar finansial dunia • Spekulasi dlm bursa komoditas dan saham • Harga transaksi pangan

tidak mencerminkan harga riil

• Volume perdagangan menurun

(5)

 Pergerakan harga

pangan dunia yang cenderung meningkat selama tahun 2010

yang disebabkan oleh :

‒ Perubahan iklim

yang berdampak pada produksi;

‒ Kecenderungan

harga energi yang terus naik.

 Selama periode

Januari – Juni tahun 2011, food price

index berada di atas

tahun-tahun sebelumnya.

HARGA PANGAN DUNIA CENDERUNG NAIK

Sumber: FAO, Juli 2011

(6)

 Harga beras di pasar internasional Juni 2011 terjadi kenaikan setelah sebelumnya

terus mengalami penurunan sejak Feb-Mei 2011 dan berada sekitar 48% di bawah harga puncak pada Mei 2008.

 Harga jagung dunia pada Juni 2011 masih tetap menguat atau sama dengan bulan

sebelumnya. Jika dibandingkan dengan Mei 2010, harga naik lebih dari dua kali lipat.

 Harga gandum dunia Juni 2011 turun 8% dibanding bulan sebelumnya, namun lebih

tinggi 84,5% dibanding bulan Mei 2010, dan masih sekitar 24,9% di bawah harga puncak pada Mei 2008.

 Harga gula internasional setelah Januari 2011 mencapai tingkat tertinggi selama 30

tahun (US 29.61 cents/pound), pada Februari turun ke US 29.47 cents/pound. Kemudian mengalami tren penurunan yang signifikan sampai dengan Mei 2011.

Sumber: FAO Global Price Monitor, Juni 2011

HARGA PANGAN POKOK DUNIA CENDERUNG NAIK

(7)

KONDISI SWASEMBADA,

SASARAN PRODUKSI, DAN

UPAYA PEMBIAYAAN

(8)

KONDISI SWASEMBADA 2010

8

No. Deskripsi Beras Jagung (PK) Kedelai (BK) Gula#) Daging Sapi#)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Produksi (Ton) 37.343.169 18.364.430 908.111 2.850.866 301.719 2 Konsumsi*) (Ton) 33.055.968 15.965.501 2.229.081 4.216.154 354.017 3 Ekspor (Ton) 345 41.954 385 670 0 4 Impor (Ton) 687.528 1.527.516 1.740.505 1.785.569 90.506 98,19 92,52 34,29 61,50 76,92

Sumber : Kolom (3),(4),(5) ASEM 2010 - BPS

Kolom (6) Angka Rencana 2009 - DGI #); Kolom (7) ASEM 2009- Ditjen Peternakan#)

Keterangan : PK (Pipilan Kering); BK (Biji Kering); *) kolom (3) konsumsi langsung Ruta, kolom lainnya termasuk permintaan antara Beras menggunakan angka konversi 56,23% dari produksi GKG

Self Sufficiency Ratio (%)

Posisi swasembada (on-trend) pangan hingga 2010:

 Baru pada beras dan jagung

(9)

Perubahan Sasaran Produksi Padi Tahun 2011-2014 sesuai Arahan Presiden RI untuk mencapai surplus 10 juta ton beras.

PROYEKSI PRODUKSI PANGAN 2010 S.D 2014 (RIBU TON)

BERDASARKAN RENSTRA KEMENTAN 2010-2014

Keterangan:

GKG (Gabah Kering Giling) PK (Pipilan Kering) BK (Biji Kering) GROWTH 2010 2011 2012 2013 2014 (%) PADI (GKG) 66.680 70.100 74.130 77.840 81.730 5,22 JAGUNG (PK) 19.800 22.000 24.000 26.000 29.000 7,93 KEDELAI (BK) 1.300 1.560 1.900 2.250 2.700 15,74 GULA 3.254 3.867 4.396 4.935 5.700 11,86 DAGING SAPI 329 351 376 405 436 5,79 KOMODITAS TAHUN 9

(10)

UPAYA PEMBIAYAAN: SUBSIDI TERUS DITINGKATKAN

10

 Subsidi meningkat tajam sejak tahun 2006 untuk mendukung swasembada

beras, jangung, dan kedelai.

 Untuk mengurangi dampak negatif kenaikan harga terhadap penduduk

miskin, subsidi pangan pun dinaikkan secara signifikan.

0.0 2,500.0 5,000.0 7,500.0 10,000.0 12,500.0 15,000.0 17,500.0 20,000.0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 M il y a r R p .

1. Pupuk 2. Benih 3. Kredit Program 4. Pangan

(11)

PEMBIAYAAN SEKTOR PERTANIAN PERLU

DITINGKATKAN

• Pembiayaan yang berasal dari perbankan untuk

sektor pertanian secara luas termasuk

peternakan, perkebunan, hortikultura dan sektor

perikanan masih sangat rendah.

• Dari total kredit perbankan pada tahun 2010

(September) sebesar Rp 1750 triliun, hanya tersalur

5% untuk UMKM atau sebesar Rp 87, 50 triliun

sementara untuk kredit sektor pertanian dan

perikanan hanya 2,2 % dari total kredit UMKM atau

Rp. 1,925 triliun ( sumber BI)

• Perlu didorong pertumbuhan Lembaga Keuangan

Mikro bidang agribisnis (LKM-A) yang belum

berbadan hukum menjadi Koperasi, BPR, atau

Bumdes

(12)

STRATEGI MENINGKATKAN

PRODUKSI

(13)

STRATEGI PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN

 Mengupayakan penambahan luas baku lahan

sawah melalui cetak sawah baru dari 60 ribu ha

tahun 2011 menjadi 300 ribu ha tahun 2015 dan

cetak lahan tadah hujan dari 8 ribu ha tahun

2011 menjadi 200 ribu ha tahun 2015

 Melakukan perluasan areal tanam melalui

kegiatan optimasi lahan dari 25 ribu ha tahun

2011 menjadi 350 ribu ha tahun 2015

 Melakukan peningkatan indeks pertanaman (IP)

melalui perbaikan jaringan irigasi dari 350 ribu

ha tahun 2011 menjadi 650 ribu ha tahun 2015

(14)

MP3EI MENCAKUP PERLUASAN DAN PENGELOLAAN

LAHAN SESUAI POTENSI MASING-MASING WILAYAH

(CONTOH: MIFEE)

Koridor Sumatera Koridor Kalimantan Koridor Sulawesi Koridor Jawa

Koridor Bali - Nusa Tenggara

Koridor Papua – Kep. Maluku

"Pendorong Industri dan Jasa Nasional"

''Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung

Pangan Nasional''

''Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan,

dan Perikanan serta Pertambangan Nikel

Nasional'' "Sentra Produksi

dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi

Nasional" "Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional" “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, E nergi dan Pertambangan Nasional” 14 CONTOH: DI KORIDOR PAPUA AKAN DIKEMBANGKAN MIFEE

(15)

LAHAN REKOMENDASI

PENGEMBANGAN MIFEE

JANGKA PENDEK

(

Clear dan Clean

)

Sumber Analisa:

1.Data kawasan hutan, menurut

Kementerian Kehutanan (Dirjen Baplan). 2.Peta Partisipatif Identifikasi tempat

Penting Masyarakat adat.

3.Data persebaran Gambut, Wetland Internasional.

4.Data kesesuaian lahan, Zona Agro Ekologi Merauke.

5.Data spasial, Rencana Pola Ruang RTRWK Merauke.

Rekomendasi Pengembangan Kawasan : 228.023 Ha (APL = 65.287 Ha dan HPK= 162.736 Ha) Cluster I

Cluster II

Cluster III Cluster IV

(16)

PENGUATAN PRODUKSI

BERAS, JAGUNG, KEDELAI

(17)

1. Untuk meningkatkan produksi/produktivitas jangka pendek, serta upaya pencapaian target pertumbuhan

produksi 2011 minimum 5% dan surplus beras minimal 10 juta ton s/d 2015, telah dikeluarkan:

a. Inpres No. 5/2011 tanggal 2 Maret 2011 tentang

Pengamanan Produksi Beras Nasional Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim (Instruksi kepada 11 Menteri, Kepala Kepolisian Negara RI, Panglima TNI, 3 Kepala Badan, Para Gubernur; Bupati/Walikota)

b. Perpres No. 14/2011 tanggal 2 Maret 2011 tentang Bantuan Langsung Benih Unggul dan Pupuk.

c. Inpres No. 8/2011 tanggal 15 April 2011 tentang Kebijakan Pengamanan Cadangan Beras Yang Dikelola oleh

Pemerintah Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim

REGULASI YANG DITERBITKAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI/PRODUKTIVITAS

(18)

a. Inpres No. 5/2011 tanggal 2 Maret 2011 (Peningkatan Produksi/ Produktivitas):

 Perluasan dan Pengelolaan Lahan : cetak sawah baru, optimasi

lahan, peningkatan IP melalui perbaikan jaringan irigasi

 Penerapan teknologi : pengembangan System of Rice

Intensification (SRI), perluasan SL-PTT, peningkatan teknologi pasca panen dan revitalisasi penggilingan padi, pelaksanaan SL-PHT dan Sekolah Lapangan Iklim (SLI), optimalisasi

alsintan pra panen

 Penurunan Konsumsi Beras : percepatan penganekaragaman

konsumsi pangan, pengembangan bisnis/industri pengolahan pangan lokal, perubahan RASKIN ke PANGKIN

 Penggantian biaya puso/gagal panen (benih; pupuk Rp1,2 jt/ha

dan tenaga kerja Rp2,6 jt/ha)

18

STRATEGI DAN LANGKAH YANG DITERAPKAN

(TINDAK LANJUT INPRES)

(19)

 POLA KEMITRAAN GP3K (GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI

PANGAN berbasis KORPORASI – PT. SHS, PT. Pertani, PT. Perhutani, PT. Pusri Holding, Perum Jasa Tirta, BUMN

Perbankan, Perum BULOG), dengan rencana luas lahan 570.000 ha dan target produksi 3,725 juta ton dengan:

1.Pola Bantuan Natura : sebagian kebutuhan sarana produksi

petani diberikan secara cuma-cuma dalam bentuk natura melalui dana CSR.

2.Pola Yarnen : seluruh kebutuhan sarana produksi petani dibantu dalam bentuk natura dan dikembalikan dalam bentuk hasil

panen. Sumber dana PKBL/KKPE/KUR

STRATEGI DAN LANGKAH YANG DITERAPKAN (PELAKSANAAN INPRES), LANJUTAN...

(20)

DUKUNGAN BUMN :

GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K)

Tujuan program :

Mendorong produktivitas padi, jagung dan kedele melalui

penyediaan paket teknologi, modal, saprodi sesuai kalender

tanam,jaminan harga dan pembelian hasil.

NO KOMODITAS TARGET

LUAS AREAL (Ha)

TARGET KONTRIBUSI PRODUKSI (Ribu Ton) *)

Kwantum %

1

PADI

570.000

3.725

5,28

2

JAGUNG

250.000

1.500

6,82

3

KEDELAI

50.000

60

3,85

*) Kotribusi terhadap produksi nasional

TARGET PRODUKSI GP3K TERHADAP TARGET NASIONAL TAHUN 2011

(21)

PENGUATAN INDUSTRI SAWIT

(22)

1. Produktivitas rendah, khususnya PR (a) tidak menerapkan GAP, (b) benih asalan/palsu.

2. Industri hilir belum berkembang (ekspor Indonesia 64,53% CPO, Malaysia 31,47% CPO)  nilai tambah rendah

3. Infrastruktur terbatas (jalan kebun, jalan produksi, pelabuhan)

4. Berbagai kebijakan yg tdk kondusif (Perda, Pungutan, PPN, Pajak ekspor)

5. Isue Pembangunan berkelanjutan.

6. Kepastian lahan  RTRW, Loi Indonesia -Norwegia

TANTANGAN PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

(23)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT

• Peningkatan produksi dan produktivitas (1) Revitalisasi

Perkebunan, (2) penggunaan bibit unggul/penggantian bibit asalan, (3) penyediaan pupuk dan agroinput

lainnya.

• Pengembangan Industri hilir kelapa sawit  fokus

kepada industri yang nilai tambahnya tinggi dan

memberikan multiplier effect pertumbuhan ekonomi Indonesia.

• Pengembangan Infrastruktur : (1) infrastruktur jalan dan

pelabuhan, (2) sarana transportasi, (3) Klaster Industri Berbasis Sawit (Sei Mangke, Dumai, Kuala Enok dan Maloy).

• Riset dan Development (On farm dan Off farm)

• Penerapan Pengembangan Perkebunan Berkelanjutan

Pemberlakuan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil).

(24)

• Pengembangan industri hilir kelapa sawit (IHKS) bertujuan

untuk meningkatkan nilai tambah produk primer daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

• Wilayah klaster industri kelapa sawit, meliputi:

- Sei Mangke (Sumatera Utara) - Kuala Enok dan Dumai (Riau) - Maloy (Kalimantan Timur)

• Klaster IHKS di Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur

berpotensi untuk dikembangkan berdasarkan ketersediaan dan kontinuitas pasokan bahan baku, lokasi geografis yang

strategis serta dukungan pemerintah daerah setempat.

• Pengembangan klaster IHKS meliputi infrastruktur jalan dan

pelabuhan, dan sarana trasportasi.

PENGEMBANGANKLUSTER INDUSTRI BERBASIS

SAWIT

(25)

PENGUATAN PRODUKSI TERNAK

(26)

KEBIJAKAN PANGAN HEWANI

• PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI Tahun 2014

(PSDS-2014) merupakan program utama Pemerintah guna mewujudkan kemandirian pangan hewani.

TUJUAN:

• Mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak

berbasis sumberdaya domestik khususnya ternak

sapi potong

• Mengurangi ketergantungan terhadap impor ternak

sapi potong dan daging sapi

• Mengembangkan potensi ternak sapi dalam negeri

yang unggul.

(27)

SASARAN:

• Meningkatnya populasi sapi potong menjadi 14,2 juta

ekor tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 12,48%.

• Meningkatnya produksi daging dalam negeri sebesar

420,3 ribu ton pada tahun 2014 atau meningkat 10,4%

setiap tahunnya.

• Tercapaianya penurunan impor sapi dan daging

sehingga hanya mencapai 10% dari kebutuhan

konsumsi masyarakat.

…KEBIJAKAN PANGAN HEWANI

(28)
(29)

 Permintaan pangan global akan terus meningkat,

seiring dengan meningkatnya jumlah populasi dan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

 Ketidakpastian global telah mengganggu produksi,

suplai ke pasar, dan harga pangan dunia.

 Ancaman krisis pangan dunia amat nyata, bila dunia

tidak dapat meningkatkan produksi pangannya.

 Karena itu, ketahanan pangan adalah isu yang sentral

dalam program pembangunan ekonomi Indonesia.

29

(30)

 Berbagai kebijakan sudah dibuat untuk meningkatkan

ketahanan pangan Indonesia. MP3EI turut mendukung

terciptanya ketahanan pangan Indonesia.

 Keberhasilan kebijakan pangan nasional ditentukan

oleh partisipasi seluruh stakeholder, termasuk KADIN

Karena itu, KADIN harus berperan aktif dalam

mendukung program pangan Indonesia.

Potensi-potensi bisnis yang tercipta melalui program

pembangunan nasional, utamanya yang berhubungan

dengan pangan, harus dimanfaatkan secara optimal

oleh KADIN.

30

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penggunaan metode kualitatif dalam evaluasi adalah menjawab pertanyaan mengapa sebuah program dapat atau tidak dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan, bagaimana

Dengan menggunakan pewarna daun jati muda (Tectona Grandis) dan filtrat kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), struktur histologis preparat lebih jelas dan lebih

Menghasilkan suatu usulan Rancangan Kawasan Pariwisata Pada Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura sebagai generator pembangkit ekonomi dalam bidang pariwisata dengan

Tujuan utama dari Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini, menyelesaikan permasalahan mitra, yaitu dalam pembukuan keuangan usaha dan permasalahan dalam pengemasan

Dengan mengintegrasikan DAS dengan metode saluran suplesi lebih dapat memenuhi debit andalan dari daerah irigasi yang defisit dan kritis dari pada DAS dengan DI tunggal.

Tinklaraščiai universitetiniame ugdy- me gali būti naudojami: 1) kuriant besimo- kančiojo el. aplinką, sudarytą iš studento namų darbų, užduočių, refleksijų,

Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi antara aktivitas setelah 3 jam dengan waktu paro biologi sebesar -0,94, karena nilai korelasi mendekati -1 (negatif satu)

Selama penyimpanan kualitas kelapa parut kering diukur berdasarkan analisa kimia meliputi kadar air, kadar lemak, kadar FFA, bilangan peroksida, analisa fisik meliputi