• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DIREKTORAT BINA KESEHATAN JIWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DIREKTORAT BINA KESEHATAN JIWA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

DIREKTORAT BINA KESEHATAN JIWA

Peningkatan Keterampilan Terapi dan rehabilitasi NAPZA

Peningkatan keterampilan kegawatdaruratan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas

Advokasi bebas pasung Supervisi Terapi dan rehabilitasi NAPZA

AMT 2015

HKJS 2015

DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN J A K A R T A

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah SWT, puji syukur kami panjatkan karena atas perkenan- nya, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dapat menyusun Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (Sakip) tahun 2015.

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa sebagai salah satu entitas akuntansi dibawah lingkup direktorat jenderal bina upaya kesehatan, kementerian kesehatan RI yang berkewajiban menyusun Sistem akuntabilitas kinerja pemerintah (Sakip)

Sakip ini berisi informasi tentang uraian pertanggung jawaban atas keberhasilan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya ditahun 2015.

Laporan ini merupakan realisasi dari laporan rencana strategis tahun 2015 yang memberikan gambaran tentang rencana strategis, penetapan kinerja tahunan, kegiatan dan anggaran .

Sakip Direktorat Bina Kesehatan Jiwa tidak terlepas dari kekurangan mengingat masih perlu penyempurnaan terus menerus semaksimal mungkin melalui koordinasi Sub.Bagian Tata Usaha dengan Sub Direktorat – Sub Direktorat yang ada di Direktorat Bina Kesehatan Jiwa.

Mudah-mudahan Sakip ini dapat menjadi cermin untuk dapat mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar dapat melaksanakan kinerja kedepan lebih produktif, efektif dan efesien baik dari aspek perencanaan, manajemen keuangan maupun koordinasi pelaksanaan.

Jakarta, 25 Januari 2015 Direktur Bina Kesehatan Jiwa,

dr. Eka Viora,SpKJ

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan merupakan Unit Eselon 2 pada Unit Eselon I Ditjen Bina Upaya Kesehatan.

Tugas dan fungsi Direktorat Bina Kesehatan Jiwa berdasarkan Permenkes Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 adalah : Penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kegiatan , penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria , penyiapan pemberian bimbingan teknis , evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina kesehatan jiwa di non fasilitas pelayanan kesehatan, bina kesehatan jiwa di fasililitas pelayanan kesehatan, bina etikolegal dan asesmen kesehatan jiwa, dan bina pencegahan dan penanggulangan masalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA), rokok, dan alkohol serta bina kesehatan jiwa pada kelompok berisiko serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Susunan organisasi Direktorat Bina Kesehatan Jiwa :

1. Subdit Bina Kesehatan Jiwa Di Non Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 2. Subdit Bina Kesehatan Jiwa Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 3. Subdit Bina Etikolegal dan Assesmen Kesehatan Jiwa;

4. Subdit Bina P2 Masalah Napza, Rokok dan Alkohol; 5. Subdit Bina Kesehatan Jiwa Kelompok Berisiko 6. Subbagian Tata Usaha

Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Data dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas), sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan.

(4)

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Karena sebagian pelayanan kesehatan, khususnya untuk perorangan, diselenggarakan melalui fasilitas kesehatan, maka peningkatan akses dan mutu fasilitas kesehatan menjadi suatu keharusan, apalagi dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasioal (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS), yang mengamanatkan agar pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah tercakup dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Peningkatan akses dan mutu fasilitas kesehatan ini mencakup fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, serta sistem rujukan antar fasilitas kesehatan tersebut. Dalam hal ini sasaran yang akan dicapai pada tahun 2015-2019 adalah :

1. Meningkatnya jumlah Rumah Sakit Umum Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri dari 23 RSU (rumah sakit umum rujukan regional (13,53%) menjadi 102 (60%) RSU rujukan regional. Jumlah RSU rujukan regional saat ini adalah 110 RSU.

2. peningkatan mutu pelayanan kesehatan melalui pelayanan komprehensif yang meliputi pelayanan kesehatana fisik dan mental.

3. Peningkatan upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa.

Tantangan dan permasalahan strategis yang dihadapi dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan jiwa dan Napza adalah

1. Belum terselenggaranya pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan diantaranya pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri.

2. Belum optimalnya pelayanan kesehatan jiwa dan napza di fasilitas kesehatan dasar,

3. 8 provinsi di Indonesia yang belum memiliki rumah sakit jiwa. Yaitu Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, NTT, Papua Barat, Kalimantan Utara.

4. 5 provinsi bahkan tidak memiliki tenaga profesional kesehatan jiwa atau psikiater. Kebanyakan di antaranya adalah provinsi-provinsi baru hasil pemekaran. Yaitu h Gorontalo, Papua Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara,

(5)

5. Jumlah dokter psiakter sebanyak 700 orang, padahal kebutuhannya adalah 1 orang tiap 10.000 jumlah penduduk. Jika jumlah penduduk Indonesia adalah 247 juta, maka diperlukan sekitar 24.700 tenaga profesional

Berdasarkan hal tersebut di atas maka Direktorat Bina Kesehatan Jiwa sesuai tugas dan fungsi melakukan upaya pembinaan di bidang peningkatan mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa dengan melakukan advokasi, sosialisasi, koordinasi, bimbingan teknis, pelatihan tenaga kesehatan bidang kesehatan jiwa dan Napza , monitoringa dan evaluasi di bindang kesehatan jiwa dan Napza bekerja sama dengan dinas kesehatan propinsi, RSU,RSJ, Puskesmas, serta lintas program dan lintas sektor terkait.

(6)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No 9 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penerapan Indikator Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah di nyatakan bahwa “Mewajibkan setiap instansi pemerintah penetapkan indikator kinerja utama di lingkungan instansi masing-masing” .

Indikator kinerja utama merupakan ukuran keberhasilan dari pencapaian suatau tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peringkat akuntabilitas kinerja.

Pada Rencana Strategis Kementerian dan Rencana Aksi Program 2015-2019 Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan terdapat sasaran, target dan indikator Direktorat Bina Kesehatan Jiwa yang harus di capai selama 5 (lima) tahun, dengan sararan strategisnya untuk meningkatnya mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa dan Napza dengan target dan Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

Target Indikator Direktorat Bina Kesehatan Jiwa 2015-2019

kegiatan sasaran indikator target

Pembina an Pelayana n Kesehata n Jiwa Meningkatnya Mutu dan Akses Pelayanan

Kesehatan Jiwa dan NAPZA 201 5 2016 2017 2018 2019 1 Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif

25 30 35 40 50

2

Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang

menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

80 130 180 230 280

3

Persentase RS Umum rujukan regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri

(7)

Atas dasar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi republik Indonesia No 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara riviu atas laporan kinerja instansi pemerintah, maka di buat perjanjian kinerja antara Direktur Bina Kesehatan Jiwa dengan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Jiwa tahun 2015 yang mengacu Rencana strategis kementerian kesehatan 2015-2019 sebagai berikut:

Perjanjian Kinerja Tahun 2015

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Ditje Bina Upaya Kesehatan

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

1 Meningkatnya Mutu dan Akses

Pelayanan

Kesehatan Jiwa dan NAPZA

Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif

25%

2 Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas

yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

80

3 Persentase RS Umum rujukan regional yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa / psikiatri

20%

Dengan Jumlah anggaran tahun 2015 sebesar Rp. 24.020.323.000 ( dua puluh empat milliar dua puluh juta tiga ratus dua puluh tiga ribu rupiah)

(8)

BAB III

AKUNTABILTAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Berdasarkan perjanjian kinerja tahun 2015 antara Direktur Bina kesehatan Jiwa dan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, maka target dan capaian indikator sebagai berikut :

Target dan Capaian Indikator Tahun 2015

No Indikator Target Capaian

1 Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) pecandu narkotika yang aktif

25% IPWL Aktif

28 % (76) IPWL Aktif

2 Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang

menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

80 KAB/KOTA

82 kab/kota

3 Persentase RS Umum Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri

20% 20%

(22 RS Rujukan RegionaI)

target dan capaian indikator tahun 2014

No Indikator target capaian

1 Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis utama dan Napza

100% 100%

2 Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk napza

50% 56,08%

3 Persentase puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dsasar dan kesehatan jiwa masyarakat

(9)

Capaian dan target indikator tahun 2010-2014

No Indikator Target Capaian

1 Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis utama dan Napza 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 10% 30% 50% 70% 100% 10% 64,5% 64,5% 70,9% 100% 2 Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk napza 10% 20% 30% 40% 50% 10% 23% 30,18% 40,76% 56,08% 3 Persentase puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dsasar dan kesehatan jiwa masyarakat 5% 10% 20% 30% 40% 5% 13,7% 20% 30% 46,44%

(10)

Target dan capaian indikator 2015-2019

Definisi operasional untuk Indikator Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif sebagai berikut:

No kegiatan sasaran indikator target capaian

1 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Jiwa Meningkat nya Mutu dan Akses Pelayanan Kesehatan Jiwa dan NAPZA 201 5 2016 2017 2018 2019 2015 1 Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif 25 30 35 40 50 28 % 2 Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa 80 130 180 230 280 82 3 Persentase RS Umum rujukan regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri 20 30 40 50 60 20

1. Definisi Operasional Persentase Fasyankes IPWL yang aktif adalah IPWL yang melaporkan kegiatan terkait program wajib lapor pecandu atau penyalahguna Napza lainnya (ada atau tidak adanya pasien). IPWL 2013 adalah sebanyak 274.

2. Cara perhitungan IPWL yg mengirimkan laporan X 100% Jumlah IPWL (274)

(11)

K e g i a

Kegiatan yang lakukan untuk mencapai target Indikator Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif sebagai berikut:

No Kegiatan peserta output

1 Peningkatan Keterampilan Terapi dan

rehabilitasi NAPZA

dokter dan perawat dari RSJ, RSU dan Puskesmas

Tercapainya peningkatan keterampilan Terapi dan Rehabilitasi Napza pada petugas kesehatan dan pemegang program terapi rehabilitasi Napza 2 Rapat Koordinasi Program Rehabilitasi NAPZA Kemenkes, BNN, Polri, RSKO, RSJ, RSU, Puskesmas Sinkronisasi pelaksanaan program wajib lapor yang melibatkan fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan 3 Penyusunan Pedoman Pengurangan Dampak Buruk Alkohol Kemenkes, BNN, Dinkes Prov/Kab/Kota, RSKO, RSJ, RSU, Puskesmas, WHO, Universitas, LSM Tersedianya Pedoman Pengurangan Dampak Buruk Alkohol 4 Penyusunan Modul Pencegahan Penyalahgunaan Kemenkes, Dinkes Prov, RSKO, RSJ, RSU, Puskesmas Tersedianya Modul Peningkatan Ketrampilan di bidang Pencegahan data Desember 2013: 16.4% (45/274 IPWL) 3. Target 2015 25% dari 274 IPWL

4. Sumber data Laporan dari Dinas Kesehatan Laporan IPWL

5. Pengambilan data Setiap tiga bulan (triwulan) 6 Metode

pengumpulan data capaian indikator

Dinas kesehatan supervisi

(12)

NAPZA Gangguan Penggunaan Napza 5 Supervisi Terapi dan rehabilitasi NAPZA Kemenkes, Dinkes, RSJ, RSU, Puskesmas Meningkatnya jumlah IPWL yang aktif melayani dan atau melaporkan program wajib lapor 6 Klaim Wajib Lapor RSKO, RSJ, RSU,

Puskesmas sebagai IPWL Terselenggaranya proses rehabilitasi bagi penyalahguna Napza di IPWL

Walaupun target indikator telah di capai namun masih terdapat Kendala dan Hambatan dalam pencapai target Indikator Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif yaitu :

1. Uang klaim masuk PAD sehingga tidak melakukan klaim. 2. Tidak melayani klien karena klien tidak melakukan wajib lapor.

3. Proses klaim repot dan harus biaya sendiri dahulu sebelum klaim.

4. Proses klaim berbelit belit sehingga merepotkan.

Tindak lanjut dari kendala dan hambatan:

1. Mengangkat Verifikator di fasyankes untuk memperpendek proses sehingga klaim cepat cair.

2. Bekerjasama dengan BNN untuk penjangkauan agar klien mau melakukan wajib lapor melalui Peraturan Bersama

(13)

3. Membuat aturan dalam Permenkes (PMK 50 Tahun 2015) yang

mengatur penggunaan dana klaim, yaitu Dana klaim ini dialokasikan untuk 2 (dua) hal Jasa pelayanan tenaga kesehatan yang terlibat pada program rehabilitasi medis; Pengadaan sarana / prasarana.

Data capaian Indikator Persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif. 1) RSKO Jakarta 2) PKM Tanjung Priok 3) PKM Tebet 4) PKM Jatinegara 5) PKM Tambora 6) PKM Gambir 7) PKM Koja 8) PKM Cengkareng 9) PKM Kemayoran 10) RSJ Soeroyo, Magelang

11) Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor 12) RSJ Provinsi Aceh 13) RSJKO Bengkulu 14) RSJ Ernaldi Bahar 15) Puskesmas Prabumulih 16) RSHS Bandung 17) RSJD Surakarta 18) RSUD Bekasi 19) RSUD Sukabumi 20) RSUD Tasikmalaya

21) RSUD Gunung Jati Cirebon

22) RSJD Amino Gondohusodo Semarang 23) PKM Bogor Timur

24) PKM Sukma Jaya Depok 25) PKM Pondok Gede

(14)

27) Puskesmas Sukabumi 28) RSUP Sanglah Denpasar 29) RSJD Provinsi Jambi 30) PKM Ubud II

31) PKM Tabanan III 32) PKM Abiansemal I

33) RSUD Dr. Soetomo Surabaya 34) PKM Manukan Kulon Sby 35) PKm Jagir Sby

36) RSJ Menur Sby

37) PKM Bangil Pasuruan 38) RSUD Genteng Banyuwangi 39) RSUD Dr.Syaiful Anwar Malang 40) PKM KendalSari Malang

41) PKM Gondanglegi Malang 42) RSUD Dr. Soedono Madiun 43) RSWS Makassar

44) PKM Jumpandang Baru 45) PKM KasiKasi

46) PKM Jongaya

47) RSU Andi Makassau

48) RSJ Prof. Dr. V.L Ratumbuysang 49) RSUP Fatmawati 50) PKM Kec.Senen Jakarta 51) PKM Kec.Kramat Jati 52) PKM Grogol Petamburan Jkt 53) PKM Cibodasari Banten 54) PKM Jalan Mas Banten 55) RSUD Prof. dr. H. Aloe Saboe 56) PKM Cipondoh Banten 57) PKM Johar Baru 58) PKM Ciputat

59) RSUD Kab. Tangerang 60) RSUD Serang

61) RSUD Kota Batam

62) RSUD Petala Bumi Pekan Baru 63) RSJD Lampung

(15)

64) RSJD Jambi

65) RSUP M Djamil Padang 66) RSUP Adam Malik Medan 67) PKM Tanjung Morawa 68) RSJ Sambang Lihum

69) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 70) RSJ Grhasia DIY

71) PKM Gedong Tengen DIY 72) PKM Umbul Harjo DIY 73) PKM Banguntapan II

74) RSUD Dr. Soedarso Pontianak 75) RSJ Alianyang Pontianak 76) RSUD Abdul Azis Singkawang

Definisi operasional untuk Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sebagai berikut:

1. Definisi Operasional

Kabupaten/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dengan kriteria:

(1). memiliki tenaga kesehatan (dokter dan perawat atau tenaga kesehatan lainnya) terlatih kesehatan jiwa, minimal 30 jam pelatihan, dan (2). melaksanakan upaya promotif dan preventif terkait kesehatan jiwa secara berkala dan terintegrasi dengan program kesehatan puskesmas lainnya, dan

(3). melaksanakan deteksi dini, penegakan diagnosis, penatalaksanaan awal dan pengelolaan rujukan balik kasus gangguan jiwa. 2. Cara

Penghitungan

Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sesuai dengan kriteria

3. Target 2015 80 kab/kota 4 Pengambilan

data

(16)

Kegiatan yang di lakukan untuk mencapai target Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sebagai berikut

N o

Kegiatan peserta Output

1 Workshop

penatalaksanaan keswa bagi nakes di puskesmas

Tenaga Kesehatan Puskesamas

Peningkatan Keterampilan Penatalaksanaan Masalah Keswa bagi Nakes di Puskesmas

2 Peningkatan

keterampilan kegawat daruratan bagi nakes puskesmas Tenaga Kesehatan Puskesamas Peningkatan Keterampilan Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Psikiatrik bagi Nakes di Puskesmas 3 Penyusunan pedoman penyelenggaraan layanan keswa di FKTP Narasumber FKUI, F Kep dan RSJ Draft Pedoman Penyelenggaraan Yankeswa di FKTP 4 Penyusunan e-modul pelatihan jarak jauh (PJJ) kesehatan jiwa di FKTP

Narasumber FKUI, F Kep dan RSJ

Kurikulum (Klasikal & PJJ ) dan Modul Klasikal Pelatihan Keswa bagi Nakes di FKTP 5 Penyusunan Materi KIE

keswa

Narasumber FKUI, F Kep dan RSJ

Media KIE Keswa untuk Promosi Keswa di Puskesmas 6 Advokasi Penanggulangan Pemasungan Orang dengan Penderita Gangguan Jiwa di Masyarakan Pada 4 Provinsi. DPRD, PKK, Bappeda, Sekda, Kesra, Dinsos, Disnakertrans, disnag, Kepolisian dan SatpolPP) dan Lintas Program (Dinkes, Teradvokasi dan Tersosialisasi Penanggulangan Pemasungan ODGJ di 15 Provinsi (Bengkulu, Sulteng, Kaltim, Jambi, Sumsel, Lampung, Sumut, Jabar, 5 Sumber Data Laporan Dinas Kesehatan

6 Metode pengumpulan data capaian indikator

Dinas kesehatan provinsi

evaluasi puskesmas kab/kota yang menyelenggaran upaya kesehatan jiwa

(17)

RSJ/RSU/RSUD, Puskesmas,

Fasyankes lainnya, Kader Kes)

Kalteng, Sulsel, Bali,

Gorontalo, DIY, Jateng, Jatim). Tersusunnya Rencana Tindak Lanjut dari dan Komitmen (regulasi, deklarasi) dan peningkatan alokasi anggaran.

Tersedianya 9 Pergub/Perda (Aceh, NTB, Babel, Sumsel, Bali, Jambi, Jateng, Jatim, DIY), dan Deklarasi Bebas Pasung.

Sementara proses

Perda/Pergub pada tahun 2015, ini ada 2 provinsi Banten dan Riau.

N o

Kegiatan peserta Output

7 Evaluasi Penanggulangan Pemasungan Orang dengan Penderita Gangguan Jiwa Pengelola Program Keswa Dinkes Provinsi, RSJ & RSU/RSUD Propinsi.

Laporan hasil Evaluasi Proses Penanggulangan Pemasungan di 6 Provinsi. Laporan Evaluasi bebas pasung

8 Diseminasi Dan Informasi Rentranas Keswa dan NAPZA

Dinkes dan SDM di Fasyankes (Rumah Sakit Jiwa, RSU), LS

Tersedianya Layanan Keswa dan NAPZA sesuai Restranas. Terbangunnya koordinasi antara tim di Fasyankes dengan Dinsos

9 Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Model Keswa, Bumil , Bufas , Menyusui

Bidan, Perawat dan Dokter Puskesmas, Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota

Tersosialisasinya

Pengembangan Model Keswa, Bumil , Bufas , Menyusui

(18)

10 Pelatihan TOT Bagi Fasilitator Keswa dalam Pencegahan perilaku berisiko pada remaja

Ada 2 Sasaran : Guru dan Tenaga

Kesehatan KKP

Tersedianya tenaga

kependidikan dan Kelompok sebaya (peer group) yang mampu menjadi fasilitator Keswa untuk pencegahan perilaku berisiko pada remaja disekolah / luar sekolah

11 Pelayanan MMHS di Fasilitas Umum

Masyarakat Umum Makin meningkat pemahaman masyarakat terhadap Keswa serta berkurangnya Stigma dan Diskriminasi terhadap ODMK dan ODGJ

12 Penyusunan Kesepakatan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka

Pencegahan Perilaku Berisiko Pada Anak remaja

Lintas Sektor dan Lintas Program, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan

Adanya Kesepakatan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pencegahan Perilaku Berisiko Pada Anak remaja

Walaupun telah di tercapai target Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa namun masih terdapat kendala dan hambatan sebagai berikut

1. Belum semua provinsi memberikan laporan

2. Belum semua provinsi mengambil dana dekonsentrasi untuk pelatihan nakes puskesmas di kab/kota.

3. Sebagian provinsi masih menyelenggarakan pelatihan di tahun 2015 Ini

4. Adanya pergantian/rotasi nakes puskesmas yang telah dilatih

(19)

Tindak lanjut dari kendala dan hambatan tersebut adalah :

1. Meminta laporan provinsi saat pertemuan nasional keswa yang akan diselenggarakan tahun 2015 .

2. Melanjutkan pemberian dana dekonsentrasi untuk pelatihan nakes puskesmas di kabupaten/kota

3. Membuat surat permintaan data PKM kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk disampaikan kepada Kemenkes (Ditkeswa) secara rutin.

Data capaian indikator Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa sebagai berikut

No. NamaProvinsi NamaKabupaten/Kota

1. Nanggroe Aceh

Darussalam 1. Kab. Aceh Barat 2. Kab. Aceh Barat Daya 3. Kab. Aceh Besar 4. Kab. Aceh Jaya 5. Kab. Aceh Selatan 6. Kab. Aceh Singkil 7. Kab. Aceh Tamiang 8. Kab. Aceh Tengah 9. Kab. Aceh Tenggara 10. Kab. Aceh Timur 11. Kab. Aceh Utara 12. Kab. BenerMeriah 13. Kab. Bireuen 14. Kab. GayoLues 15. Kab. Nagan Raya 16. Kab. Pidie

17. Kab. Pidie Jaya 18. Kab. Simeulue 19. Kota Banda Aceh 20. Kota Langsa

21. Kota Lhokseumawe 22. Kota Sabang

23. Kota Subulussalam

2. Jambi 24. Kota Sungai Penuh

3. DKI Jakarta 25. Kota Adm. Jakpus 26. Kota AdmJaksel 27. Kota AdmJaktim 28. Kota AdmJakbar 29. Kota AdmJakut

30. Kab. Adm. Kep. Seribu 4. Jawa Tengah 31. KabKebumen

32. KabPurworejo 33. KabSragen 34. KabPurbalingga 35. KabCilacap

(20)

36. KabGrobogan 37. KabRembang 38. KabPemalang 39. KabPati 40. KabDemak 41. KabTegal 42. KabWonogiri 43. KabBrebes 44. KabBlora 45. Kota Salatiga 46. Kota Surakarta 47. KabKaranganyar 48. KabBoyolali

5. Kalimantan Barat 49. KabupatenSekadau 6. Maluku Utara 50. Kota TidoreKepulauan

51. Kota Ternate

52. Kab. Halmahera Tengah 7. Jawa Timur 53. Kab. Malang

54. Kab. Jombang 55. Kab. Situbondo 56. Kab. Pacitan 57. Kab. Ponorogo 58. Kab. Madiun 59. Kab. Tulungagung 60. Kab. Kediri 61. Kab. Nganjuk 62. Kab. Ngawi 63. Kab. Sidoarjo 8. Jawa Barat 64. Kab. Bandung

65. Kab. Bandung Barat 66. Kab. Bekasi 67. Kab. Bogor 68. Kab. Ciamis 69. Kab. Cianjur 70. Kab. Cirebon 71. Kab. Garut 72. Kab. Indaramayu 73. Kab. Karawang 74. Kab. Tasikmalaya 75. Kota Bandung 76. Kota Banjar 77. Kota Bekasi 78. Kota Bogor 79. Kota Cimahi 80. Kota Cirebon 81. Kota Depok 9. Sulawesi Selatan 82. Kab. Tana Toraja

(21)

Definis operasional Untuk Indikator Prosentase RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri sebagai berikut:

T A K e g i a t a n u 1 Definisi Operasional

Prosentase RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri

2. Cara Penghitungan Jumlah RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa baik rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri oleh tenaga kesehatan yang kompenten di bagi Jumlah RS Rujukan Regional yang telah ditetapkan X 100 %

3. Target 2015 20 %

4 Pengambilan data Tiga bulanan 5 Sumber Data Dinas kesehatan 6 Metode

pengumpulan data capaian indikator

Melakukan monitoring, dan evaluasi dengan dinas kesehatan tentang RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri

(22)

untuk mencapai target Indikator Prosentase RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri sebagai berikut

No Kegiatan Peserta Output

1 Pengembangan model layanan keswa di RSU rujukan regional Dokter spesialis kedokteran Jiwa ,perawat spesialis jiwa , dokter dan perawat

Dua (2) Rumah sakit Umum yang menjadi model layanan kesehatan jiwa yang dapat dijadikan sebagai contoh bagi RSU lainnya.

2 Penyusunan pedoman

penyelenggaraan layanan psikaitri anak dan remaja di RSJ PDSKJI , RSJ MM, RSKO,RSJ SH, RS AL Dr.Mintohardjo , RS AD Gatot Subroto, RS Pondok Indah, HIMPSI, Bag Hukormas , Ditkeswa Terwujutnya buku pedoman penyelenggaraan layanan psikiatri anak dan remaja di RS mengacu pada pedoman. 3 Penyusunan model praktek keperawatan profesional (MPKP) jiwa MP2 PDSKJI, RSJ MM, RSKO,RSJ SH, FIK-UI , RSCM , Ditkesw Terwujutnya buku pedoman model praktik keperawatan profesional (MPKP) jiwa lanjutan bagi S2 keperawatan jiwa di RSJ dalam meningkatkan dan mengembangkan layanan asuhan

keperawatan bagi ODGJ di RSJ dan fasyankes lainnya. 4 Penyusunan

modul TOT keswa bagi psikiater dan perawat jiwa

PPSDM , RSJ MM, RSKO,RSJ SH, RSCM , Dit Keswa

Terwujutnya modul TOT keswa bagi psikiater dan perawat jiwa sesuai dengan kurikulum modul ToT yang terakreditasi.

(23)

No Kegiatan Peserta Output 5 Diseminasi dan

Informasi

Perundang-Undang Keswa dan Pedoman Visum et Repertum

Psiatrikum.

Dinkes, RSUP

institusi/universitas, Psikiater, Psikologi Klinis di Fasyankes (Rumah Sakit Jiwa, RSU), kejaksaaan, PDSKJI, kepolisian dan Pengadilan) bekerjasama dgn seksi psikiatri forensik PDSKJI Tersedianya Layanan VeRP sesuai pedoman. Terbangunnya koordinasi antara tim pembuat VeR di Fasyankes dengan penegak hukum 6 Penyusunan Pedoman Pendampingan Psikologis pada anak korban kejahatan seksual dan pelaku

Ikatan Profesi : PDSKJI, IPK Pusat, Apsifor, Pusat Krisis Fak Psikologi UI, Departemen Psikiatri FKUI, Fakultas Psikologi UI, Yayasan Pulih, Pusdokkes

Permenkes tentang

Pedoman pendampingan & rehabilitasi psikologis pada anak korban kejahatan seksual dan pelaku tindak kekerasan seksual 7 Bimtek Pelayanan Keswa Pada Tenaga Kesehatan dalam penangan TKI B Di daerah Entry Point

Perawat, Dokter dan tenaga kesehatan KKP, Puskesmas Pengampu

Penguatan Kemampuan Teknis Nakes dalam memberikan layanan pada TKI-B/TPPO

Laporan Bimtek terkait masalah dan solusi dalam menyediakan layanan yang mampu melakukan tatalaksana keswa terhadap TKI-B /TPPO di wilayah entry point.

(24)

Walaupun target Indikator Prosentase RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri telah tercapai, namun masih terdapat kendala dan hambatan yaitu:

1. Pengembangan dan penguatan RSU Kab/Kota dengan layanan jiwa membutuhkan komitmen dari Pemda setempat terutama dari segi sumber daya (belum tersedianya sumber daya terutama SDM dan sarana prasarana pelayanan kesehatan jiwa).

2. Belum semua provinsi memberikan laporan secara lisan/tertulis tentang RSU dengan layanan jiwa

3. Distribusi / sebaran tenaga kesehatan khususnya psikiater belum merata

4. Adanya pergantian/ rotasi/ pendidikan spesialis lainnya bagi tenaga kesehatan RSU yang telah dilatih ke Provinsi, Kab/Kota lainnya

Tindak lanjut dari kendala dan hambatan tersebut di lakukan :

1. RSU Kab/Kota bekerjasama dengan Pemda setempat terutama Dinkes agar di RSU rujukan regional dapat mengembangkan, menguatkan dan mengimplementasikan layanan keswa sesuai dengan yang ditargetkan

2. Menyediakan SDM : tenaga psikiater, psikolog klinis, dan perawat

jiwa serta meningkatkan kompetensi dokter umum, perawat daerah agar terlatih keswa, menjadi psikiater dan perawat jiwa serta psikolog/psikolog klinis) sesuai standar 3. Menyediakan sarana prasarana dan peralatan seperti perlengkapan

layanan jiwa di IGD, poli rawat jalan, ruang rawat inap akut dan

consultation liaison psychiatry/ CLP) di RSU sesuai standar

4. Melengkapi administrasi dan manajemen keswa sesuai standar Mendukung amanat UU No 44 tentang RS dan UU Keswa No 18

(25)

Data capaian target Indikator Prosentase RS Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan medik kedokteran jiwa rawat jalan dan rawat inap kedokteran jiwa / psikiatri sebagai berikut

N0. Nama Provinsi Nama Kabupaten /

Kota Nama RSU

1 Nanggroe Aceh

Darussalam 1. Kab. Aceh Barat 1. RSUD Cut Nyak Dhien 2. Kab. Aceh Tengah 2. RSUD Datu Beru

Takengon

3. Kab. Aceh Selatan 3. RSUD dr.H.Yulidin Away

2 Gorontalo 4. Kab Gorontalo 4. RSUD Dr. MM Dunda 3 Kalimantan Selatan 5. Kab Hulu Sungai

Selatan 5. RS H. Hasan Basri 6. Kab . Banjarmasin 6. RSUD Ansari Saleh 4 Jawa Tengah 7. Kab Purwokerto 7. RS Prof dr.Margono

Soekarjo

8. Kab.Surakarta 8. RS dr. Moewardi 9. Kab. Tegal 9. RSUD Kardinah 10. Kab Pekalongan 10. RSUD Kraton 11. Kab Pati 11. RSUD RAA.

Soewondo

5 Banten 12. Kab.Serang 12. RSUD Kab Serang 6 Jawa Barat 13. Kab Sukabumi 13. RSUD Syamsudin 14. Kab. Cirebon 14. RSUD Gunung Jati 15. Kab Cimahi 15. RSUD Cibabat 7 Jawa Timur 16. Kab Malang 16. RSUD dr Saiful

Anwar

17. Kab Jember 17 RSUD Soebandi 8 DKI Jakarta 18. Kab Jakarta Barat 18. RSUD Cengkareng

19. Kab Jakarta Pusat 19. RSUD Tarakan 20. Kab Jakarta Utara 20. RSUD Kodja 21. Kab Jakarta Timur 21. RSUD Pasar Rebo 22. Kab Jakarta Timur 22. RSUD Budi Asih Seperti kita ketahui Setiap tahun selalu dilakukan efesiensi terhadap alokasi anggaran, SDM , sarana dan prasarana pelayanan kesehatan jiwa, dan obat-obat dibidang kesehatan jiwa dan napza yang terbatas, melakukan kerja sama dengan lintas sektor dan lintas program bidang kesehatan jiwa dan Napza.

(26)

B. REALIASASI ANGGARAN

Alokasi anggaran tahun 2015 pada Direktorat Bina Kesehatan Jiwa sebesar Rp. 11.876.997.000 dengan n realisasi sebesar Rp. 10.539.997.131 (88,74%)

kegiatan untuk mencapai target indikator Persentase RS Umum rujukan regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri , alokasi anggaran sebesar Rp. 1,312,056,000 dengan realisasi sebesar Rp. 1,312,053,166 (100%) dan rincian sebagai barikut :

No Kegiatan Alokasi

Anggaran

Realisasi Sisa % Penanggungja wab kegiatan

1 Pengembangan model layanana kesehatan jiwa rujukan

regional 92.850.000 91.832.800 967.200 98,90 Kasubdit bina keswa di fasyankes 2 Penyusunan pedoman penyelenggaraan layanan psikaitri anak dan remaja di RSJ

60.318.000 57.353.500 2.959.500 95,09

3 Penyusunan model praktek keperawatan profesional (MPKP) jiwa lanjtan di RSJ 63.618.000 55.811.050 12.806.950 87,73

4 Penyusunan modul keswa bagi psikiater dan perawat jiwa

46.620.000 35.762.800 10.857.200 76,71 5 Penyusunan Pedoman

Pendampingan Psikologis pada anak korban kejahatan seksual dan pelaku 156.740.00 0 134.266.100 22.473.900 86% Subdit keswa kelompok berisiko

6 Bimtek Pelayanan Keswa Pada Tenaga Kesehatan dalam penangan TKI B Di daerah Entry Point 58.570.000 56.792.169 1.777.831 97%

7 Evaluasi proses pelayanan kasus percobaan bunuh diri di fasilitas kesehatan ( draf dan Uji coba Instrument dan Pengambilan data ) 135.600.00 0 141.126.600 12.473.400 92%

8 Peringatan Hari Anti Narkoba 54.840.000

40.000.000

14.840.000 73% 10 Penyusunan Media Informasi

Pencegahan Bunuh Diri Dalam Bentuk MCV 43.450.000 42.550.000 900.000 98%

(27)

No Kegiatan Alokasi Anggaran

Realisasi Sisa % Penanggungja wab kegiatan

11 Pengembangan model layanana kesehatan jiwa rujukan

regional 92.850.000 91.832.800 967.200 98,90 Kasubdit bina keswa di fasyankes 12 Diseminasi dan Informasi

Perundang-Undang Keswa dan Pedoman Visum et Repertum Psiatrikum 246.000.000 233.365.589 12.634.411 94,86 Subdit etikolegal

13 Diseminasi Dan Informasi Rentranas Keswa dan NAPZA

274.800.000 266.310.000 8.490.000 96,91 14 Penyusunan Pedoman Pemeriksaan Keswa bagi Jabatan atau Pekerjaan tertentu

219.690.000 211.960.000 7.730.000 96,48

kegiatan untuk memcapai Indikator Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa alokasi anggran sebesar Rp. 1,931,649,000.00 dan realisasi sebesar Rp. 1,807,719,630.00 (93,58) dan rinciannya sebagai beriut :

No Kegiatan Alokasi

Anggaran

Realisasi sisa % Penanggung

jawab kegiatan 1 Workshop

penatalaksanaan keswa bagi nakes di puskesmas 275.110.000 273.460.000 1.650.000 99.7% Subdit Nonfaskes 2 Peningkatan kegawatdaruratan bagi nakes di puskesmas 222.470.000 206.608.298 15.861.702 93% 3 Penyusunan pedoman penyelenggaraan layanan keswa di FKTP 73.277.000 72.980.000 297.000 99,60% 4 Penyusunan e modul pelatihan jarak jauh (PJJ) keswa di FKTP 122.520.000 122.520.000 - 100%

(28)

5 Penyusunan materi media KIE keswa

86.420.000 86.420.000 - 100% 6 Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Model Keswa, Bumil , Bufas , Menyusui 62.136.000 60.472.697 1.663.303 97% Subdit keswa kelompok berisiko

7 Pelatihan TOT Bagi Fasilitator Keswa dalam Pencegahan perilaku berisiko pada remaja 280.500.000 242.026.600 38.473.400 86% 8 Pengembangan Model Mindfulinnes di Lapas Anak dan Remaja , dan Bimtek pada provinsi terpilih 245.280.000 212.558.902 32.721.098 87% No Kegiatan Alokasi Anggaran

Realisasi sisa % Penanggung

jawab kegiatan 9 Pelayanan MMHS di Fasilitas Umum 119.120.000 113.918.500 52.018.500 96% Subdit keswa kelompok berisiko 10 Penyusunan Kesepakatan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pencegahan Perilaku Berisiko Pada Anak remaja 129.880.000 108.255.500 21.624.500 83% 11 Advokasi Penanggulangan Pemasungan Orang dengan Penderita Gangguan Jiwa di Masyarakan Pada 4 Provinsi. 300.000.000 288.762.200 11.237.800 96,25 Subdit etikolegal 12 Evaluasi Penanggulangan Pemasungan Orang dengan Penderita Gangguan Jiwa 144.816.000 133.655.433 11.160.567 92,29

(29)

kegiatan dalam mencapai target Indikator persentase fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) institusi penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu Narkotika yang aktif Alokasi anggaran sebesar Rp. 3,692,980,000 dan realisasi sebesar Rp 3,360,355,147 (91%) dan rincian sebagai berikut :

No Kegiatan Alokasi Realisasi sisa % penanggungjawab

1 Peningkatan Keterampilan Terapi dan rehabilitasi NAPZA

220.360.000 200.111.650 20.248.350 90,81 Subdit P2M Napza , rokok dan alkohol 2 Rapat Koordinasi Program Rehabilitasi NAPZA 157.400.000 148.014.300 9.385.700 94,04 3 Penyusunan Pedoman Pengurangan Dampak Buruk Alkohol 183.210.000 160.174.600 23.035.400 87,43 4 Penyusunan Modul Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA 196.470.000 163.583.500 32.886.500 83,26

5 Supervisi Terapi dan rehabilitasi NAPZA 80.640.000 32.178.900 48.461.100 39,90

6 Klaim Wajib Lapor 2.854.900.000

2.656.292.197 198.607.803 93,04

(30)

Foto – foto kegiatan

WORKSHOP PENATALAKSANAAN KESWA BAGI NAKES DI

PUSKESMAS DALAM RANGKA AKREDITASI MODUL KESWA

PENINGKATAN KETERAMPILAN KEGAWATDARURATAN BAGI NAKES DI PUSKESMAS DTPK PENYUSUNAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN LAYANAN KESWA DI FKTP PENYUSUNAN E-MODUL PELATIHAN JARAK JAUH (PJJ) KESEHATAN JIWA DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)

PENYUSUNAN MATERI MEDIA KIE KESEHATAN JIWA

Supervisi Terapi dan rehabilitasi NAPZA

Advokasi Penanggulangan Pemasungan Orang dengan Penderita Gangguan Jiwa di Masyarakan

(31)

Peningkatan Keterampilan Terapi dan rehabilitasi NAPZA

Evaluasi Penanggulangan Pemasungan Orang dengan Penderita Gangguan Jiwa

(32)

BAB IV PENUTUP

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa sebagai unit eselon 2 dari dirjen Bina Upaya Kesehatan yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pembinaan di bidang kesehatan jiwa dan napza telah berupaya melakukan dan melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai terget indikator yang telah ditetapkan dalam rencana strategis kementerian kesehatan 2015-2019, perencanaan dan perjanjian kinerja 2015.

Berbagai program prioritas dan program yang terdapat pada Direktorat Bina Kesehatan Jiwa meliputi program pengembagan layanan kesehatan jiwa di RSU Rujukan Regional, pengembangan layanan kesehatan jiwa di puskesmas, dan Institusi Penerima Wajib Lapor yang Akif , program bebas pasung program pelayanan kesehatan jiwa mulai dari ibu hamil sampai lanjut usia telah diupayakan n melalui advokasi, sosialisasi, peningkatan keterampilan petugas kesehatan, penyusunan NSPK bidang kesehatan jiwa dan Napza, bimbingan teknis dan montoring dan evaluasi dengan sasaran kegiatan adalah pemerintah daerah, tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta pemegang program kesehatan jiwa di dinas kesehatan provinsi.

Berdasarkan hal tersebut, untuk indikator kinerja Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) pecandu narkotika yang aktif capaianya 28 % (76) IPWL Aktif Untuk indikator Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa capaiannya 82 puskesmas , untuk Persentase RS Umum Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri capaianya 22 RS Rujukan RegionaI)

Untuk alokasi anggaran Direktorat Bina kesehatan tahun 2014 sebesar Rp. 15.539.490.000 dengan realisasi sebesar Rp. 13.390.949.110 (86,17%).

Walaupun target indikator telah dicapai secara kuantitas namun masih perlu dilakukan peningkatan kualitas terhadap :

1. Dinas Kesehatan dan pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan Kab/Kota melalui Advokasi dan Sosialisasi Program Keswa dan NAPZA 2. Pemegang program Keswa dan NAPZA di tingkat Dinkes Provinsi dan

(33)

3. Tenaga kesehatan yang telah dilatih Kompentensi Keswa dan NAPZA melalui Supervisi, Pendampingan dan Bimbingan Teknis

4. Pelayanan Kesehatan agar berjalannya sistem rujukan berjenjang (FKTP dan FKTRL)

Referensi

Dokumen terkait

Video streaming merupakan suatu cara menyampaikan video pada client- client yang terhubung dengan server untuk menerima video secara real-time, dengan mengirimkan

menganai hasil kerja peneliti dan aktivitas belajar siswa selama tindakan dalam. pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model

Beranjak dari kenyataan tersebut penelitian yang telah dilakukan ini adalah untuk mengukur secara kuantitatif bagaimana sesungguhnya tingkat pencapaian aspek pemberdayaan

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa, hormat mendalam dan terimah kasih yang sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu,

Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam Ottawa ini kemudian diperbarui World Health Organization (WHO) menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu

Persamaan regresi nilai prediksi fungsi paru dari rentang tangan belum bisa dikatakan akurat untuk diaplikasikan pada anak- anak di Indonesia dengan riwayat asma

(2) Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud ayat (1) perlu dilakukan fleksibelitas penyaluran yang dilaksanakan melalui koordinasi dengan Dinas

Terkait dengan putusan Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Pontianak, putusan tersebut haruslah juga mencerminkan rasa keadilan dan