• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanyaan Journal Reading Hipertiroid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertanyaan Journal Reading Hipertiroid"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pertanyaan Journal Reading

Pertanyaan Journal Reading

1.

1. Jelaskan jenis metode penelitian cross sectional, case control, dan kohoJelaskan jenis metode penelitian cross sectional, case control, dan koho rt !rt ! Jawab :

Jawab : a)

a) Cross SectionalCross Sectional

Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan hubungan atau Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama atau sewaktu, artinya setiap dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama atau sewaktu, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat observasi. Angka rasio prevalensi memberi menurut keadaan atau status pada saat observasi. Angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam populasi yang berkaitan dengan gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat

faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat faktor-faktor risiko tertentu.faktor-faktor risiko tertentu.

 Kelebihan studi cross-sectional:Kelebihan studi cross-sectional:

Kelebihan rancangan studi potong lintang adalah kemudahannya untuk untuk dilakukan Kelebihan rancangan studi potong lintang adalah kemudahannya untuk untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan

follow-dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian “sekedar“up. Jika tujuan penelitian “sekedar“ mendeskripsikan distribusi penyakit dhubungkan dengan paparan faktor-faktor mendeskripsikan distribusi penyakit dhubungkan dengan paparan faktor-faktor  penelitian,

 penelitian, maka maka studi studi potong potong lintang lintang merupakan merupakan rancangan rancangan studi studi yang yang cocok, cocok, efisienefisien dan cukup kuat disegi metodologik. Selain itu seperti penelitian observasional lainnya, dan cukup kuat disegi metodologik. Selain itu seperti penelitian observasional lainnya, studi potong lintang tidak “memaksa” subjek untuk mengalami factor yang diperkirakan studi potong lintang tidak “memaksa” subjek untuk mengalami factor yang diperkirakan  bersifat

 bersifat merugikan merugikan kesehatan kesehatan (factor (factor resiko). resiko). Demikian Demikian pula, pula, tidak tidak ada ada subjek subjek yangyang kehilangan kesempatan memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek kehilangan kesempatan memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi control.

yang kebetulan menjadi control.

 Kekurangan penelitian cross sectional :Kekurangan penelitian cross sectional :

a.

a. Dibutuhkan subyek Dibutuhkan subyek penelitian yang penelitian yang relatif besarelatif besar atau r atau banyak, dengan asumsibanyak, dengan asumsi variable bebas yang berpengaruh cukup banyak.

variable bebas yang berpengaruh cukup banyak.  b.

 b. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat.Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat. c.

c. Faktor-faktor Faktor-faktor risiko risiko tidak tidak dapat diukur dapat diukur secara akursecara akurat dan at dan akan mempengaruhi akan mempengaruhi hasilhasil  penelitian.

 penelitian. d.

(2)

e. Korelasi faktor risiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila dibandingkan dengan rancangan penelitian analitik yang lainnya.

f. Kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan yang disusun sangat berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang baik adalah sekitar 40%, artinya hanya sebesar 40% variable bebas atau faktor risiko mampu menjelaskan variable terikat atau dampak, sisanya yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan model yang dibuat.

 b) Case Control

Penelitian Case Control adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Mempelajari seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya efek. Penelitian epidemiologi kasus-kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan subyek kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak negatif juga dicari kontrolnya. Kemudian variable penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru kemudian faktor risiko atau variable yang berpengaruh diamati secara retrospektif.

 Kelebihan penelitian case control :

a. Tidak menghadapi kendala etik, seperti halnya penelitian kohort dan eksperimental.  b. Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu yang bersamaan.

c. Adanya pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam. d. Tidak perlu intervensi waktu, lebih ekonomis sebab subyek bias dibatasi.

 Kekurangan penelitian case control :

a. Tidak diketahuinya efek variable luar oleh karena keterbatasan teknis yaitu variable yang tidak ikut dikenakan waktu matching.

 b. Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa mengetahui yang harus diukur (blind measurement).

c. Kelemahan pengukuran variable secara retrospektif adalah obyektivitas dan reliabilitasnya sehingga untuk faktor-faktor risiko yang tidak jelas informasinya dari

(3)

anamnesis maupun data rancangan sekunder sangat berisiko bila menggunakan rancangan mengatasinya, anamnesis sebaiknya dilengkapi data penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, misalnya pemeriksaan laboratorium klinis, roentgenologi, mikrobiologis, dan imunologis. Apabila data tersebut adalah data sekunder, perlu dilengkapi dengan uraian mengenai cara memperopleh data secara lengkap.

d. Kadang-kadang untuk memilih kontrol dengan matching kita mengalami kesulitan oleh karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek penelitian.

c) Kohort

Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan. Contoh klasik studi kohort adalah Framingham Heart Study.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan mengkaji dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian dinamikanya diikuti atau diamati sehingga timbul suatu efek atau penyakit. Kesimpulan hasil  penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang mempunyai efek positif (sakit)

antara kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan faktor risiko negative (kelompok kontrol). Rancangan penelitian kohort prospektif apabila paparan atau faktor resiko diukur pada awal penelitian, kemudian di follow up untuk mengetahui efek dari paparan dimasa datang. Lamanya follow up berdasarkan kepada perkiraan lamanya efek akan terjadi. Biasanya penelitian ini dilakukan bertahun-tahun.

Pada studi kohort retrospektif, faktor risiko dan efek atau penyakit sudah terjadi dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan demikian variabel tersebut diukur melalui catatan historis. Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort  prospektif, namun pada studi ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah

terjadi. Yang terpenting dalam studi retrospektif adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort, dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang

(4)

diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian kohort retrospektif hanya dapat dilakukan, apabila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya paparan pada populasi yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.

 Kelebihan penelitian Kohort :

a. Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor risiko  positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.

 b. Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.

c. Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.

 Kekurangan penelitian Kohort :

a. Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.

 b. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.

c. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi ketepatan dan kecukupan data untuk dianalisis.

d. Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya efek, menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.

Sumber : https://www.statistikian.com/2017/02/metode-penelitian.html 2. Apa yang dimaksud dengan analisis multivariat ?

Jawab :

Analisis multivariat merupakan suatu jenis analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data. Memungkinkan kita melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variable secara bersamaan, dimana data yang digunakan berupa pengubah  bebas (independent variables) dan juga pengubah terikat (dependent variables). Dengan menggunakan teknik analisis ini maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variable terhadap variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, jika dilakukan analisis regresi sederhana, dengan satu variabel Y dan satu variabel X, maka analisis seperti itu dikatakan bivariat, karena ada dua (bi) variabel, X dan Y. Sedangkan  jika dilakukan analisis regresi berganda, dengan satu variabel Y dan dua variabel X (X1 dan X2), maka analisis sudah bisa dikatakan multivariat, karena ada tiga variabel (termasuk X1 dan X2). Sedangkan variat bisa didefinisikan sebagai suatu kombinasi linier dari variabel-variabel dengan bobot variabel yang ditentukan secara empiris.

(5)

3. Mengapa gangguan penggunaan alkohol menjadi faktor resiko gangguan bipolar ? Jawab :

Para penderita gangguan bipolar justru seringkali mengalami penyalahgunaan minuman beralkohol dan obat-obatan lainnya. Penyalahgunaan yang terjadi ini mungkin terjadi karena penderita berusaha untuk mengobati dirinya sendiri ( self medication) atau untuk mengatasi mood yang terus berubah-ubah. Penyalahgunaan minuman beralkohol dan obat-obatan juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai gejala yang menyerupai gangguan bipolar. Alkohol merupakan suatu depresan. Hal inilah yang membuat banyak orang menggunakannya sebagai pengganti obat penenang saat sedang mengalami hari yang sangat buruk atau untuk membantu mengurangi rasa tertekan yang dirasakan. Walaupun beberapa penderita gangguan bipolar berhenti mengkonsumsi minuman  beralkohol saat mereka mengalami depresi, akan tetapi sebagian besar penderita gangguan bipolar justru akan mengkonsumsi minuman beralkohol lebih banyak saat mereka sedang mengalami depresi.

Menurut the National Institute of Mental Health, seorang penderita gangguan  bipolar memiliki resiko 5 kali lipat lebih tinggi untuk menyalahgunakan minuman  beralkohol yang akan berakibat pada ketergantungan dibandingkan dengan populasi

umum. Hubungan antara gangguan bipolar dan penyalahgunaan zat seperti minuman  beralkohol dan obat-obatan sangatlah luar biasa. Alkohol merupakan salah satu zat yang

dapat memicu terjadinya episode depresi pada sebagian besar orang yang memang rentan terhadap gangguan depresi atau gangguan bipolar. Ketergantungan dan penyalahgunaan zat ini dapat sangat mengganggu pengobatan gangguan bipolar.

Sumber : https://www.dokter.id /penderita-gangguan-bipolar-dan-konsumsi-minuman- beralkohol

4. Kaitan antara hormon tiroid terhadap gangguan bipolar ? Jawab :

Pada awalnya  Hypothalamus  akan menghasilkan TRH (Thyroid Releasing  Hormon) yang akan memacu kelenjar pituitary (hipofisis) untuk menghasilkan TSH (Thyrotropine Stimulating Hormone). Jika hormon tiroid diproduksi dalam jumlah sedikit maka TSH akan meningkat nilainya untuk memacu agar kelenjar tiroid dapat

(6)

menghasilkan T3 dan T4 dalam jumlah yang cukup. Sebaliknya jika terjadi peningkatan  produksi T3 dan T4 maka TSH akan menurun jumlahnya agar tidak terbentuk T3 dan T4. Pada hipertiroid kadar TSH menurun dan fungsi kelenjar tiroid meningkat, dimana  peningkatan fungsi kelenjar tiroid akan menyebabkan gejala seperti : pembengkakan kelenjar, mudah lelah, gangguan berat badan, rambut rontok, nyeri sendi, dan perubahan emosi.

Sumber : https://infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com/tag/mekanisme-kerja-kelenjar-thyroid/

Referensi

Dokumen terkait