• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN PROVINSI DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN PROVINSI DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN

TENAGA KESEHATAN PROVINSI

DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN

TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Republik Indonesia

2011

PEDOMAN PEMBENTUKAN

(2)
(3)

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN

TENAGA KESEHATAN PROVINSI

DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN

TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Republik Indonesia

2011

PEDOMAN PEMBENTUKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ijin dan perkenanNya, setelah melalui proses diskusi antar lintas sektor, pada akhirnya Pedoman Pengorganisasian Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan Indonesia/Tim KF-PTK dapat diselesaikan dengan baik.

Pedoman ini memuat berbagai hal yang bersifat umum dan dimaksudkan sebagai dasar pijak sekaligus sebagai sumber inspirasi bagi daerah dalam upaya pengembangan tenaga kesehatan di lapangan. Oleh sebab itu, setelah adanya pedoman umum ini, diharapkan masing-masing daerah dan lintas sektor terkait segera melakukan langkah-langkah penjabaran yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah dan sektor, kemudian dikemas kedalam bentuk pedoman pengorganisasian Tim KF-PTK Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota serta petunjuk pelaksanaannya.

Penyusunan pedoman ini telah melibatkan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat pusat (dalam hal ini yang ada dalam Tim KF-PTK sesuai SK Menkokesra No 12/2011), dan juga telah menerima masukan dari berbagai daerah. Namun kami yakin masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan saran masukan sekaligus sebagai narasumber dalam penyusunan pedoman ini, termasuk beberapa daerah dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya; semoga gerak langkah kegiatan pengembangan tenaga kesehatan selalu mendapat rahmatNya. Aamiin.

Jakarta, Mei 2011

Indroyono Soesilo

Sesmenkokesra

(5)

Dalam upaya Pembangunan Manusia Indonesia, disamping unsur pendidikan dan ekonomi, maka unsur kesehatan termasuk yang penting di dalamnya. Pembangunan Kesehatan yang merupakan bagian dari Pembangunan Nasional, 80% keberhasilannya adalah terletak dari Pengembangan Tenaga Kesehatan. Dengan demikian suatu daerah bahkan suatu Negara akan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang lebih besar untuk pencapaian MDG's 2015 dan optimalisasi peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan pengembangan tenaga kesehatan yang pada gilirannya berdampak pada meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan sekaligus meningkatnya posisi Pembangunan Manusia Indonesia/Human Development Index di tingkat internasional.

Saat ini derajat kesehatan masyarakat bangsa Indonesia belumlah dapat dikatakan optimal dalam rangka pencapaian MDG's, pada dasarnya hal ini sangat terkait dengan permasalahan tenaga kesehatan baik dari sisi jumlah, distribusi maupun kualitas. Tenaga kesehatan strategis masih terpusat pada daerah perkotaan, sedangkan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan/DTPK masih jauh dari harapan, ditambah ketidakseimbangan antara produksi dan distribusi serta pendayagunaan tenaga kesehatan, dipersulit oleh rendahnya akses masyarakat akan pelayanan kesehatan berkualitas.

Menyikapi masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat tersebut, maka tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia untuk berupaya sedemikian rupa melalui pemecahan permasalahan pengembangan tenaga kesehatan antar lintas pemangku kepentingan di lintas sektor terkait, dengan SK Menkokesra No. 12/2011, agar secara bertahap tapi pasti dengan gerak dan langkah yang terkoordinir dan sinergis menyusun pedoman pengorganisasian sekaligus tata hubungan kerja antar lintas pemangku kepentingan. Sehingga keberadaan pedoman ini sangat strategis dan diharapkan akan dapat mempercepat terwujudnya kondisi optimal dari pemecahan masalah pengembangan tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Terimakasih, semoga Allah SWT meridhoi segala usaha kita dan selalu memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Aamiin.

Jakarta, Mei 2011

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

H. R. Agung Laksono

SAMBUTAN

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

H. R. Agung Laksono

Menkokesra

(6)

SAMBUTAN

Menteri Kesehatan

Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia. Kesehatan sebagai hak asasi manusia mengandung pengertian bahwa setiap orang berhak untuk disembuhkan jika sakit dan setiap orang yang sehat berhak untuk menjaga dirinya agar tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian kesehatan bukan saja merupakan hak asasi manusia, tetapi sekaligus merupakan suatu investasi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan hanya dapat diselenggarakan dengan berhasil-guna dan berdaya-guna, bila didukung oleh tenaga kesehatan yang memadai sebagai subyek pembangunan kesehatan.

Pengembangan tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi jumlah, jenis, kualitas, dan penyebaran tenaga kesehatan yang diperlukan untuk pembangunan kesehatan, tetapi situasi tenaga kesehatan di Indonesia terus membaik. Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan tenaga ksehatan untuk pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia secara merata, khususnya di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan terluar, masih senantiasa perlu ditingkatkan.

Permasalahan tenaga kesehatan akan dapat diatasi dengan baik melalui sinergisme dan kerja-sama lintas sektor serta kerja-kerja-sama semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan. Dengan adanya Tim Kooridinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (TIM KF-PTK), diharapkan berbagai permasalahan tenaga kesehatan di Indonesia dapat diatasi segera. Pedoman ini akan sangat bermanfaat untuk digunakan dan diacu oleh semua pemangku kepentingan dalam mengembangkan tenaga kesehatan di Tanah Air. Semoga upaya kita untuk memenuhi hak rakyat Indonesia memperoleh akses pelayanan kesehatan yang berkualitas akan meraih sukses dan semoga kita senantiasa mendapatkan rakhmat dan hidayah Tuhan ang Maha Kuasa.Amin.

dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH.

Menkes

(7)

Pembangunan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Upaya untuk mewujudkan hal ini, juga ditentukan oleh peran aktif para “Tenaga Kesehatan” dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan kesehatan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat perdesaan, termasuk masyarakat yang bermukim di kawasan daerah terpencil.

Mengingat penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang kesehatan merupakan urusan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka setiap Pemerintah Daerah diwajibkan untuk meningkatkan pemerataan dan aksesibiltias pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa pada sejumlah daerah masih banyak tenaga kesehatan yang bertugas di perkotaan dibandingkan dengan yang bertugas di perdesaan, baik pada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun pada Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan penyediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualifikasi kompetensi sesuai dengan kebutuhan daerah, serta mengembangkan kompetensi keahlian para tenaga kesehatan, agar mampu mengemban tugas pelayanan kesehatan masyarakat secara efektif.

Oleh karena itu, sejalan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (Tim KF-PTK), maka seluruh Pemerintah Daerah diwajibkan untuk membentuk Tim KF-PTK Provinsi dan Kelompok Kerja KF-PTK Kabupaten/Kota, dengan mengacu pada “Pedoman Pengorganisasian Tim KF-PTK Provinsi dan Kelompok Kerja TF-PTK Kabupaten/Kota” yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, meridhoi seluruh pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Sekian dan terima kasih.

(concurrent function)

SAMBUTAN

Menteri Dalam Negeri

Gamawan Fauzi, SH, MM

Mendagri

(8)
(9)

KATA PENGANTAR SAMBUTAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN BAB II PENGORGANISASIAN BAB III MEKANISME KERJA BAB IV PENUTUP TIM PENYUSUN

DAFTAR ISI

ii iv vii 1 7 13 14 19

(10)
(11)
(12)

2

1 | PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan konteks desentralisasi yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia, urusan kesehatan merupakan salah satu kewenangan yang dilimpahkan kepada daerah, termasuk pengembangan tenaga kesehatan (PTK). Sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan berada dalam kewenangan pembinaan pemerintah daerah.

Masalah ketenagaan yang umum terjadi di berbagai daerah antara lain kurangnya jumlah, jenis dan mutu tenaga kesehatan, distribusi tenaga kesehatan yang kurang merata, lemahnya kemampuan pembiayaan sebagian pemerintah daerah untuk PTK serta masih kurang optimalnya pengembangan karir tenaga kesehatan.

Berbagai permasalahan tenaga kesehatan tersebut diatas berkontribusi pada terjadinya krisis SDM kesehatan.

Upaya mengatasi krisis SDM kesehatan, tidak mungkin dilakukan hanya pada tataran nasional, tetapi bahkan harus dimulai dari tingkat daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Di tingkat nasional, hal ini telah diupayakan dengan dibentuknya Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan (Tim KF-PTK) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan keputusan nomor 33/SK/Menko/Kesra/IX/2010, yang diperbaharui dengan keputusan nomor 12 Tahun 2011. Untuk melaksanakan keputusan tersebut, perlu sinergisme dengan para pemangku kepentingan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam Lokakarya Nasional Pengembangan Tenaga Kesehatan bulan Desember 2010 di Bali, diusulkan agar di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota dibentuk pula Tim PTK. Dengan demikian pembentukan Tim KF-PTK di tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota sangat dibutuhkan.

Untuk memberikan kejelasan tentang pembentukan Tim KF-PTK di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota maka perlu disusun suatu pedoman sebagai acuan.

PEDOMAN PEMBENTUKAN Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia 2011

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN PROVINSI DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

(13)

3

1 | PENDAHULUAN

B. TUJUAN

C. LANDASAN HUKUM

Tujuan pembentukan Tim KF-PTK Provinsi dan Kelompok Kerja PTK Kabupaten/Kota adalah untuk meningkatkan koordinasiantar para pemangku kepentingan PTK di masing-masing tingkatan yang disesuaikan dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan pihak terkait lainnya di daerah dalam perencanaan, pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan.

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

5. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2005 tentang Penetapan Perpu No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan atas UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025;

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 8. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;

PEDOMAN PEMBENTUKAN

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN PROVINSI DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

(14)

4

1 | PENDAHULUAN

10. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Kewenangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi;

14. Instruksi Presiden Nomor 1 th 2010 tentang Percepatan pelaksanaan prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010;

15. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;

1. Pengembangan tenaga kesehatan adalah upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan yang dilaksanakan secara multidisiplin, lintas sektor dan program untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.

2. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi dan distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

3. Pengadaan tenaga kesehatan adalah upaya yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan. 4. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan dan pemanfaatan serta

pengembangan tenaga kesehatan.

D. PENGERTIAN

PEDOMAN PEMBENTUKAN Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia 2011

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN PROVINSI DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

(15)

5

1 | PENDAHULUAN

5. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan adalah upaya untuk mengarahkan, memberikan dukungan serta mengawasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan.

6. Sumberdaya Manusia Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan.

7. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 8. Pemangku kepentingan ( ) adalah semua pihak yang terkait dengan

isu/permasalahandan upaya untuk mengatasinya di bidang pengembangan tenaga kesehatan.

stakeholder

PEDOMAN PEMBENTUKAN

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN PROVINSI DAN KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

Referensi

Dokumen terkait

JADWAL KEGIATAN PENDIDIKAN BLOK 3.6 (INDRA KHUSUS) TAHUN AJARAN 2012/2013. MINGGU MODERATOR NARA SUMBER HARI

Adapun flowchart yang digunakan dalam perancangan untuk mendapatkan hasil simulasi dan hasil pengukuran sesuai dengan spesifikasi antena dapat dilihat pada Gambar

Promosi kartu kredit banyak dilakukan kerjasama dengan beberapa tempat makan, bioskop, penjualan <em>gadget</em>, tiket pesawat terbang, pemesanan hotel,

Dalam penelitian yang digunakan adalah quasi experiment,menggunakan pendekatan “one group pretest-postest design“.Dalam penelitian ini ibu hamil pada trimester I

Selain pelaksanaan upacara adat kematian ini berkaitan dengan leluhur, upacara adat kematian ini juga mampu mengajarkan kepada orang Nolloth untuk bagaimana bisa

Ukuran kemiskinan konvensional yang biasa digunakan adalah konsep yang diperkenalkan Bank Dunia pada tahun 1990 dengan mengukur sejumlah pengeluaran berdasarkan Paritas Daya

Setelah 4 minggu pada media perbanyakan, kultur diamati dengan peubah: panjang tunas yang diukur mulai dari pangkal tunas yang tumbuh dari eksplan, jumlah buku tunas