• Tidak ada hasil yang ditemukan

Restorative Justice. Nathalina Naibaho. Pascasarjana Fakultas Hukum UI,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Restorative Justice. Nathalina Naibaho. Pascasarjana Fakultas Hukum UI,"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Nathalina Naibaho

nathalina.naibaho@yahoo.com

Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2013

Perkembangan

Teori-Teori Hukum Pidana :

Restorative

Justice

(2)

Terminologi dan Pengertian

Restorative Justice

Keadilan restoratif (UNICEF)

Merupakan suatu model pendekatan baru (muncul sktr thn 70-an sbg alternatif

penyelesaian sengketa) dalam upaya

penyelesaian perkara pidana yg memusatkan pd partisipasi langsung pelaku, korban dan

(3)

Teori/Tujuan Pemidanaan

Retributif (backward looking) Rehabilitatif

Resosialisasi (forward looking) Restoratif

(4)

Kelemahan dalam SPP

1. Proses dlm SPP dianggap rumit, lama, biaya tinggi (proses pembuktian serta perhitungan untung dan rugi proses tsb)

2. SPP dianggap tdk dpt menampung aspirasi korban dan masyarakat sbg pihak yg dirugikan (baik secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat dari tindak pidana)

3. Penyelesaian akhir (putusan/vonis hakim) dari perkara tsb dianggap tdk menguntungkan bagi korban, masyakarat maupun pelaku sendiri.

(5)

Perkembangan

• Mekanisme penyelesaian perkara pidana yang ditawarkan  mengedepankan:

konsep mediasi dan rekonsiliasi

• Perubahan orientasi kita:

1. Tindak pidana 2. Keadilan

Korban utama bukanlah negara melainkan individu, kejahatan  menciptakan kewajiban utk membenahi rusaknya hubungan akibat terjadinya tindak pidana

(6)

Perubahan perspektif dan orientasi

(

John Braithwaite & Heather Strang)

Criminal Justice System (CJS)

Restorative Justice (RJ)

Tindak Pidana (Crime)

Violation of the state,

defined by lawbreaking and guilty.

Serangan terhadap individu dan masyarakat serta hubungan kemasyarakatan

Keadilan (Justice)

Terbuktinya dakwaan dan penjatuhan pidana kepada pelaku oleh negara sebagai pemegang kedaulatan dalam menjatuhkan pidana

Proses pencarian pemecahan masalah yg terjadi atas suatu perkara pidana, di mana

keterlibatan korban, pelaku dan masyarakat penting dlm usaha dan menjamin keberlangsungan perbaikan dan rekonsiliasi tsb.

(7)

Pihak yang terlibat dalam RJ

1. PELAKU 2. KORBAN

3. MASYARAKAT

4. Pihak lain: setiap sub-sistem dalam SPP dan restorative justice agency yang terdiri dari LSM dan Pemerintah.

(8)

Teori Hukum Pidana

• Ultimum Remedium

Remmelink : hakikat hukum pidana harus

ditafsirkan sbg suatu upaya terakhir yg hanya dpt dijatuhkan apabila mekanisme penegakan hukum lainnya yg lebih ringan telah tdk berdaya guna/tdk memadai. Tp dalam praktiknya apakah hukum pidana menjadi senjata pamungkas ?

Beccaria :

(9)

Elemen RJ

1. Nilai-nilai yang terkait dengan penerapan keadilan restorative dalam praktik yang disebut sebagai fundamental procedural

safeguard yang terdiri dari:

• Non domination, di mana semua pihak yang terlibat berada dalam posisi yang sederajat • Empowerment, pemberdayaan pihak yang tidak berada dalam posisi yang

menguntungkan untuk membangun keberanian

• Honouring legally specific upper-limits on sanction, menerima keputusan semua dalam rangka penghormatan terhadap model penyelesaian melalui restorative justice

• Respectful listening, kemauan untuk saling menghormati dan berempati antar pihak dan menjadi pendengar yang baik

• Equal concern for all stakeholders, perhatian terhadap kebutuhan stakeholders • Accountability and appealability, akuntabilitas dimaksud adalah keleluasaan untuk

memilih mekanisme penyelesaian merupakan keputusan dari semua pihak baik melalui lembaga pengadilan atau di luar pengadilan

(10)

Elemen RJ

2. Nilai yang terkait dengan kemampuan untuk melupakan kejadian pada masa lalu.

Diterimanya suatu kesepakatan mengandung arti dengan suatu tugas membawa dan

menyebarkan nilai baru dan mengubah

paradigm masyarakat sekitarnya terhadap tindak pidana yang terjadi

3. Nilai yang terkandung dalam pendekatan ini untuk mencegah ketidakadilan, saling

(11)

UN Basic Principles on the use of Restorative Justice Programmes in Criminal Matters (2000)

Restorative Justice programmes may be used at any stage of the criminal justice system, subject to national law.

Dapat dilakukan dalam setiap tahapan, sesuai dgn hukum nasional.

(12)

Restorative Justice

Pandangan I:

– Di dalam SPP (dlm taraf penyelidikan/penyidikan) maksimal di sidang pertama  usulan damai

– Di luar SPP (tanpa invertensi dr penyelidik dan penyidik)

Dicretional power dan asas oportunitas

Pandangan II

(13)

LEGALISASI

• UN : semua kesepakatan/perjanjian dituangkan dlm dokumen (tertulis), sbg jaminan/kepastian bhw

semua pihak akan melakukan spt yang disepakati  ada penetapan Hakim (spt Ps. 82 KUHP)

• John Braithwaite dan negara2 berkembang: krn dilakukan spt musyawarah dlm hukum adat maka tdk perlu tertulis (didokumentasikan)

• Indonesia: belum ada pengaturan baru berupa

(14)

Jenis Tindak Pidana

• Kasus tertentu (Sir Anthony Mason): TP yg dilakukan oleh anak2/remaja atau TP yang berkaitan dgn anggota masyarakat hkm adat (penduduk asli daerah ttt - indigenous

offenders), TP yg tidak terlalu serius/berat (Roach)

• Dapat diterapkan utk kasus2 lain (Bazemore) • Dimungkinkan utk ragam TP dgn jangka waktu

penanganan yg cukup bahkan sangat panjang (Umberit dan Walgrave)

(15)

Bagaimana utk:

• Tindak pidana yg menimbulkan ancaman keselamatan masyarakat scr luas

• Delik politik

• Pelaku dan korban tdk dapat diidentifikasi scr jelas

• Tindak pidana yg mengancam nyawa dan

tubuh, kejahatan thdp kesusilaan, nama baik atau harta benda (????)

(16)

Hybrid Criminal Justice System

Institusi Pemerintah/ Lembaga Kemasyarakatan/ Peradilan Adat Polisi Jaksa Hakim Lapas

(17)
(18)

Alternatif Mekanisme

1. Perluasan Diskresi/asas oportunitas:

• perkara pidana  polisi/jaksa  perdamaian (penghapusan penuntutan, dicatatkan dlm

adm kepolisian/kejaksaan)

• perkara pidana  penyelesaian perkara oleh masyarakat/lembaga adat 

(19)

Alternatif Mekanisme

2. Perdamaian sbg dasar penghapusan penuntutan:

• Temuan kasus  kepolisian  pertimbangan penanganan oleh masy lbh baik, polisi sbg

fasilitator (penanganan oleh masy)  Jaksa  Hakim membuat penetapan hasil kesepakatan • Temuan kasus  penanganan oleh masy 

hasil kesepakatan  Jaksa  Hakim membuat hasil kesepakatan

(20)

Alternatif Mekanisme

3. Skema Resolusi 2 Arah :

• Perkara Pidana  penyelesaian oleh

warga/lembaga di luar SPP (perdamaian yg dihasilkan dilaporkan dan mjd dasar)

• Perkara Pidana  Polisi

(penyelidikan/penyidikan) – (perdamaian)  JPU (penuntutan) – (perdamaian)  Hakim (penghapus/peringan pidana)

(21)

Pengaturan dalam KUHP

Ps. 82 KUHP

(1) Kewenangan menuntut pelanggaran yang diancam dengan pidana denda saja menjadi hapus, kalau dengan suka rela dibayar maksimum denda dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan kalau penuntutan telah dimulai, atas kuasa pejabat yang ditunjuk untuk itu oleh aturan-aturan umum , dan dalam waktu yang ditetapkan olehnya.

(2) Jika di samping pidana denda ditentukan perampasan, maka barang yang dikenai perampasan harus diserahkan pula, atau harganya harus dibayar

menurut taksiran pejabat dalam ayat 1.

(3) Dalam hal-hal pidana diperberat karena pengulangan, pemberatan itu tetap berlaku sekalipun kewenangan menuntut pidana terhadap pelanggaran yang dilakukan lebih dahulu telah hapus berdasarkan ayat 1 dan ayat 2 pasal ini. (4) Ketentuan-ketentuan dalam pasal ini tidak berlaku bagi orang yang belum dewasa, yang pada saat melakukan perbuatan belum berumur enam belas tahun.

(22)

Pengaturan dalam RKUHP

Tujuan Pemidanaan Pasal 54 : (1) Pemidanaan bertujuan:

a. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat; b.

memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang yangbaik dan berguna; c.

menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan

mendatangkanrasadamaidalammasyarakat; d.

membebaskanrasabersalahpadaterpidana; dan e. memaafkan terpidana.

b. (2) Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia

(23)

Pasal 55 RKUHP

1) Dalam pemidanaan wajib dipertimbangkan: a. Kesalahan pembuat tindak pidana;

b. Motif dan tujuan melakukan tindakpidana; c. Sikap batin pembuat tindakpidana;

d.Apakah tindak pidana dilakukan dengan berencana; e. caramelakukantindakpidana;

f. sikap dantindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana;

g. riwayat hidup dan keadaan sosial dan ekonomi pembuat tindak pidana; h. pengaruhpidana terhadapmasa depan pembuat tindak pidana;

i. pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluargakorban; j. pemaafan dari korban dan/atau keluarganya; dan/atau

k. pandanganmasyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan.

(2) Ringannya perbuatan, keadaan pribadi pembuat, atau keadaan pada waktu

dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian, dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan

(24)

Pasal 145 R-KUHP

Kewenanganpenuntutan gugur, jika:

a. telah ada putusan yangmemperoleh kekuatan hukumtetap; b. terdakwameninggaldunia; c. daluwarsa;

d. Penyelesaian di luarproses;

e. maksimum pidana denda dibayar dengan sukarela bagi tindak pidana yang dilakukan hanya diancam dengan pidana denda paling banyak kategori II; f. maksimumpidana denda dibayar dengan sukarela bagi tindakpidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori III;

g. Presidenmemberiamnesti atau abolisi;

h. penuntutan dihentikan karena penuntutan diserahkan kepada negara lain berdasarkanperjanjian;

i. tindak pidana aduan yang tidak ada pengaduan atau pengaduannya ditarik kembali; atau

(25)

Referensi

• http://www.restorativejustice.org/

• Restorative Justice, Self-interest and

Responsible Citizenship (Lode Walgrave, 2008) • Orasi Pengukuhan Prof. Harkristuti

• Keadilan Restoratif oleh Eva Achyani Z • UU No. 11/2012 tentang SPP Anak

(26)

TUGAS Kelompok

Paparan restorative justice dan abolisionis sebagai perkembangan teori hukum pidana (pidana dan pemidanaan)

Pandangan kelompok terhadap proyeksi abolisionis di masa yad.

Penerapan pendekatan restorative justice dalam kasus : tindak pidana yg dilakukan oleh anak, delik kesusilaan dan KDRT.

Referensi

Dokumen terkait

Mungkin Anda belum mendapatkan visi yang jelas Anda ingin ke mana atau apa yang ingin Anda lakukan, namun sesuatu dalam diri Anda mengatakan kehidupan ini bisa – dan harus jadi

Ikääntyvien henkilöiden ravitsemusta ja syömistä on tutkittu paljon. Uutta tutkimusta kuitenkin tarvitaan, sillä ikääntyvien ruokaan liittyvät toiveet ja tarpeet muuttuvat ajan

Sehubungan dengan hal diatas,maka motivasi dan disiplin kerja merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena dapat meningkatkan produktivitas

Selama Polis masih berlaku apabila Pemegang Polis mengakhiri Polis ini atau Tertanggung meninggal dunia sebelum Tanggal Berakhirnya Polis, atau Tertanggung masih hidup

Waluyo (1995:81) berpendapat bahwa diperkonkret dengan maksud bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Kata-kata konkret yang digunakan dalam lirik-lirik

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

Terhadap orang yang telah berulang kali dijatuhi pidana denda untuk tindak pidana yang hanya diancam dengan pidana denda, dapat dijatuhi pidana penjara paling lama 1

5 Ada berbagai alternatif cara pengaturan pelaksanaan pidana denda, yang dapat dijadikan pilihan sebagai sarana yang efektif dan bermanfaat dalam mencapai tujuan, menurut