• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INDOLE BUTIRIC ACID (IBA) TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR PADA TANAMAN AREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INDOLE BUTIRIC ACID (IBA) TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR PADA TANAMAN AREN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGARUH INDOLE BUTIRIC ACID (IBA) TERHADAP

PEMBENTUKAN AKAR PADA TANAMAN AREN

Effect of indole butyric acid (IBA) to root formation of arenga palm

Kartina A.M., Nurmayulis dan Susiyanti E-mail: kartina_plg@yahoo.com

Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km.4 Pakupatan Serang, Banten. Telp. (0254)280330 Fax: 0254-8285293

Diterima: 24 Desember 2010 Disetujui: 28 Maret 2011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi IBA yang tepat untuk pembentukan akar dari eksplan tanaman aren secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Agroekologi dan Bioteknologi Faperta Untirta, Serang- Banten yang dimulai dari Agustus 2009- November 2009. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan variasi konsentrasi IBA: (1) C1 = MS + IBA 1 ppm, (2) C2 = MS + IBA 2 ppm, (3) C1 = MS + IBA 3 ppm, (4) C4 = MS + IBA 4 ppm, dan (5) C5 = MS + IBA 5 ppm. Setiap perlakuan diulang 10 kali. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA yang diberikan berpengaruh terhadap rata-rata pertumbuhan eksplan (cm) pada media MS + konsentrasi IBA yang berbeda. Konsentrasi IBA 2 ppm menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.

Kata kunci: kultur jaringan, IBA, dan aren.

ABSTRACT

The research was aims to determine the exact concentration of IBA for root formation of explants palm plants in vitro. Research has been conducted at the Laboratory of Agroecology and Biotechnology Faperta Untirta, Attack-Bantam starting from August 2009 - November 2009. This research used Completely Randomized Design with a concentration of IBA treatment variations: (1) C1 = MS + IBA 1 ppm, (2) C2 = MS + IBA 2 ppm, (3) C1 = MS + IBA 3 ppm, (4) C4 = MS + IBA 4 ppm, and (5) C5 = MS + IBA 5 ppm. Each treatment was repeated 10 times. Data were analyzed by analysis of variance followed by DMRT test at 5% level. The results showed that the concentration of IBA is given effect on the average growth of explant (cm) on MS medium + different concentrations of IBA. Concentration of 2 ppm IBA showed better root growth when compared with other concentrations.

Key words: tissue culture, IBA, and arenga palm.

PENDAHULUAN

Tanaman Aren {Arenga Pinnata (Wurmb) Merr.} atau enau merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis pada hampir seluruh bagian tanaman-nya, seperti tangkai tandan bunga jantan

(diambil niranya untuk pembuatan gula dan minuman beralkohol) endosperm (kolang-kaling), daun (atap), batang (pati untuk tepung aren), akar (vas bunga, anyam keranjang buah) serta ijuknya. Terdapat permasalahan dalam budidaya

(2)

aren secara konvensional karena benih aren memiliki struktur kulit yang keras dan tebal sehingga menyebabkan per-meabilitasnya rendah. Masa dormansi benih aren cukup lama yaitu bervariasi antara 1-12 bulan (Mujahidin et al., 2003).

Aspek penting yang sangat me-nentukan keberhasilan dalam perba-nyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan antara lain adalah terjadinya pembentukan akar pada shootlet. Untuk tujuan ini, dapat dilakukan induksi per-akaran dengan menggunakan hormon tanaman dari kelompok auksin. Menurut Wattimena (1987), auksin merupakan hormon tanaman yang esensial untuk pembelahan sel serta pembentukan akar.

Salah satu jenis auksin yang sering digunakan adalah Indolebutyric

Acid (IBA). Peran IBA dalam teknik

kultur jaringan adalah mampu meng-induksi dan meningkatkan pertumbuhan akar pada berbagai tanaman nangka (Roy et al. 1990), zaitun (Rama dan Pontikis, 1990), dan pepaya (Teo dan Chan, 1994).

BAHAN DAN METODE

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Agroekologi dan Biotek-nologi Fakultas pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang- Banten dari 15 Agustus 2009 hingga 30 November 2009.

Bahan-bahan yang digunakan adalah: 1) embriozigotik tanaman aren, 2) media MS, BAP, 3) aquadest,4)alkohol 70 dan 96 %, sedangkan Alat-alat yang dibutuhkan adalah: 1) autoclve, 2) scape l,3) tabung, botol kultur, dan 4) alat tim-bangan. Rancangan yang digunakan

ada-C1 = MS + IBA 1 ppm C2 = MS + IBA 2 ppm C3 = MS + IBA 3 ppmC4 = MS + IBA 4 ppm C5 = MS + IBA 5 ppm. Per-lakuan diulang 10 kali. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf 5 %.

Pembuatan media regenerasi dilaku-kan dengan mengencerdilaku-kan larutan stok sesuai dengan ketentuan untuk media MS yang ditambahkan ZPT sesuai dengan perlakuan. Komposisi media MS dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah larutan media yang dibuat sesuai dengan jumlah botol kultur yang diperlukan. Banyaknya botol yang disiapkan dan pembuatan media disesuaikan dengan banyaknya eksplan yang tersedia dan yang akan ditanam. Selain itu dilakukan penetatapan pH media MS ini pada kisaran 5,8 yang ditetapkan dengan me-nambahkan larutan NaOH 1 N jika pH terlalu rendah atau menambahkan HCl 1 N jika pH terlalu tinggi, sambil terus diaduk sampai larutan menjadi bening. Menjelang tercapainya titik didih, di-tambahkan agar sebanyak 7,5 g per liter media. Setelah larutan menjadi jernih pemanasan dihentikan dan media segera dimasukkan ke dalam botol kultur se-banyak 10 ml dan ditutup dengan aluminium foil. Selanjutnya disterilkan dalam autoclave pada tekanan 15 psi dengan suhu 121 o C selama 20 menit.

Setelah sterilisasi selesai, botol kultur dikeluarkan dan diinkubasi selama 2 minggu di ruang transfer sebelum di-tanam eksplan. Media yang terkon-taminasi dikeluarkan dari ruang kultur dan tidak digunakan untuk penanaman eksplan.Parameter yang diamati adalah: Persentase pembentukan akar, Jumlah

(3)

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini eksplan yang digunakan berasal dari biji buah aren yang dikecambahkan. Kecambah biji aren diambil hipokotil dan epikotil, yang selanjutnya disubkulturkan. Dari hasil penelitian, eksplan banyak yang meng-alami browning pada media perakaran. Aren merupakan tanaman kayu yang relatif sulit untuk dikulturkan karena merupakan tanaman tahunan. Tanaman tahunan berkayu yang memiliki senyawa fenolik yang tinggi . Menurut Widyawati et al. (2009), semakin tua benih aren maka permeabilitasnya terhadap air semakin menurun, tetapi tidak bersifat impermeable sehingga imbibisi berlang-sung lebil lama, antara lain disebabkan

oleh meningkatnya kandungan lignin dan tannin yang menutupi sel-sel sklereid kulit benih.

Penampilan eksplan tunas aren dalam media kultur dapat dilihat pada Gambar 1-3. Persentase tumbuh eksplan steril pada mediaperlakuan dari minggu ke minggu semakin berkurang (Tabel 1). Hal ini disebabkan adanya sumber kontaminasi yang merupakan seed born dan akibat adanya sering pemutusan hubungan listrik. Hal ini mengakibat-kan suhu di ruang kultur tidak sepenuh-nya sesuai seperti yang diharapkan. Jenis kontaminasi berupa jamur dan bakteri yang mengeluarkan eksudat dan membunuh eksplan yang terdapat dalam botol kultur.

Tabel 1. Persentase eksplan steril (%) dan tumbuh pada media MS +konsentrasi IBA yang berbeda

Konsentrasi IBA Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 ppm 90 80 80 60 50 50 50 40 40 40 30 30 2 ppm 80 70 60 50 50 40 40 40 40 30 30 30 3 ppm 90 80 70 70 60 50 50 50 40 40 20 20 4 ppm 80 70 50 50 40 30 30 30 20 20 20 20 5 ppm 90 80 80 70 60 60 40 40 40 30 30 30

(4)

Gambar 1. Eksplan tunas yang dikulturkan pada media inisiasi akar (Usia 3 minggu setelah kultur).

(5)

 

Gambar 2. Eksplan batang aren usia 3 minggu setelah kultur

(6)

Gambar 3. Eksplan batang aren + akar usia 6 minggu dalam media kultur.

1 ppm IBA

2 ppm IBA

(7)

 

Gambar 4. Eksplan aren yang telah berakar (usia 3 bulan setelah tanam)

Penampilan eksplan aren pada media dengan konsentrasi IBA yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5.

media.

Gambar 5. Hubungan antara jumlah akar dan panjang akar pada kultur tanaman aren pada media MS dengan konsentrasi IBA berbeda.

Berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa pemberian 2 ppm IBA sudah baik untuk menginduksi per-akaran pada eksplan aren. Hal ini sesuai

dengan penelitian Munir, Bhore dan Shah (2008) pada tanaman kelapa sawit media yang paling baik untuk regenerasi adalah diberikan 2 ppm IBA. Bila

(8)

sentrasi IBA yang diberikan melewati 2 mg L-1 IBA, maka panjang akar

cen-derung turun. Dosis auksin yang terlalu tinggi akan mengganggu pembentukan akar, namun pada dosis rendah atau sedang justru akan memacu pembentuk-an akar (Gambar 5). Pada tpembentuk-anampembentuk-an tahunan laju pertumbuhan sangat lambat bila dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya. Hasil penelitian Riyadi dan Tahardi (2009) menunjukkan bahwa pemberian IAA 10 mg L-1 dan

IBA 0,5 mgL-1 berhasil menginduksi akar

planlet kina (Cinchona ledgeriana Moens) secara in vitro yang menghasilkan per-sentase perakaran sebanyak 90 %.

Pertambahan jumlah akar akan menurunkan laju perpanjangan akar. Auksin seperti IBA, berperan dalam mendorong perpanjangan sel, pem-belahan sel diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar adventif, dominan apikal Gunawan 1987; Triatminingsih et al., 2001). Hal ini sesuai dengan pendapat Konan et al. (2007), keberadaan akar primer sangat menen-tukan tingkat keberhasilan dalam akli-matisasi. Akar sekunder dan lateral akan terbentuk dan tumbuh setelah akar primer berkembang dan bertambah pan-jang. Kinerja auksin eksogen yang diberi-kan juga bersinergis dengan auksin dan

sitokinin endogen yang telah ada dalam eksplan. Nisbah sitokinin dan auksin yang rendah akan mendorong pem-bentukan akar (Wattimena 1992). Se-makin tinggi IBA yang diberikan, maka perpanjangan akar cenderung lebih panjang pada semua kultivar. Gunawan (1987) menyatakan bahwa pemberian IBA akan mendorong pembentukan akar adventif. Media yang diperuntukkan untuk inisiasi akar juga mampu menghasilkan tunas yang baik. Hal ini karena IBA yang diberikan dalam media akan berinteraksi dengan sitokinin (endogen dan eksogen) untuk regenerasi tunas. Perimbangan auksin yang diberi-kan dalam media (IBA) dan sitokinin (eksogen ) pada eksplan akan menentu-kan jenis organ yang terbentuk. Bila nisbah auksin dan sitokinin tinggi, maka organ akar yang terbentuk; sedangkan bila sebaliknya maka tunas yang akan terbentuk. Peranan penting auksin dan sitokinin adalah untuk memprogram kembali sel somatik yang akan menen-tukan tahap dediferensiasi selanjutnya. Pemprograman ulang menyebabkan dediferensiasi dan rediferensiasi menuju perkembangan lintasan baru. Penelitian ini cenderung dihasilkan akar, hanya 1 tunas yang dapat dihasilkan untuk semua perlakuan.

Tabel 2. Rata-rata jumlah akar (buah) pada media MS + konsentrasi IBA yang berbeda Konsentrasi IBA Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 ppm 0 0 0 1 1 1b 2 b 2c 2 c 3b 3 c 4 b 2 ppm 0 0 0 1 1 1b 2 b 3b 3 b 3b 4 b 5 a 3 ppm 0 0 0 1 1 1 b 2 b 3b 3 b 4a 4 b 5 a 4 ppm 0 0 0 1 1 2 a 2 b 3 b 3 b 4a 4 b 5 a 5 ppm 0 0 0 1 1 2 a 3 a 4 a 4 a 4a 5 a 5 a

(9)

 

Tabel 3. Panjang akar terpanjang eksplan aren (cm) pada media MS + konsentrasi IBA yang berbeda Konsentrasi IBA Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 ppm 0 0 0 0 0.1 b 0.9 b 1.5 a 2.1 a 2.5 a 3.2 a 3.3 a 3.5 c 2 ppm 0 0 0 0 0.1 b 0.9 b 1.5 a 2.1 a 2.5 a 3 b 3.5 a 4.0 a 3 ppm 0 0 0 0 0.1 b 0.9 b 1.3 b 2 a 2.5 a 2.9 c 3.3 c 3.8 b 4 ppm 0 0 0 0 0.2 a 1.0 a 1.3 b 2.0 b 2.2 b 2.5 d 2.9 d 3.4 d 5 ppm 0 0 0 0 0.2 a 1.0 a 1.3 b 1.6 c 1.8 c 2.3 e 2.7 e 3.2 e Keterangan: Angka-angka diikuti dengan huruf kecil pada kolum yang sama, masing-masing tidak

berbeda nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5 %.

Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan tunas eksplan aren (cm) pada media MS + + konsentrasi IBA yang berbeda

Konsentra si BAP Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 1 ppm 0 0 0 1 1 1 1 1 2 ppm 0 0 0 1 1 1 1 1 3 ppm 0 0 0 1 1 1 1 1 4 ppm 0 0 0 0 1 1 1 1 5 ppm 0 0 0 0 1 1 1 1

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti auksin dan sitokinin memegang peranan yang sangat menonjol dalam perbanya-kan tanaman secara in vitro. Hasil pe-nelitian Neto et al. (2009) telah berhasil menginduksi akar secara in vitro pada tanaman Bexa orellana dengan meng-gunakan IBA dengan konsentrasi 5 µM. Auksin (seperti IBA) berperan dalam mendorong perpanjangan sel, pem-belahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar adventif, dan dominansi apikal. Hal ini sejalan dengan pendapat Istika (2009) bahwa efek dari zat pengatur tumbuh dalam tanaman merupakan fungsi dari ke-seimbangan zat tersebut akan mengatur pertumbuhan pada fase tertentu.

Hasil penelitian Ardiana dan Fitrianingsih (2010) bahwa pemberian IBA 2 ppm pada media MS meng-hasilkan persentase tunas berakar tertinggi (35 %) dan planlet memiliki akar yang vigor.

KESIMPULAN

Konsentrasi IBA berpengaruh terhadap rata-rata pertumbuhan eksplan (cm) pada media MS + konsentrasi IBA yang berbeda.

Konsentrasi yang baik untuk pem-bentukan akar eksplan aren adalah 2 mg L-1 IBA.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana, DW. dan I. Fitrianingsih. 2010. Teknik Kultur Jaringan Tunas Pepaya dengan Menggunakan Beberapa Konsentrasi IBA. J. Buletin Teknologi Pertanian. 15 (2). 52-55.

Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Lab Kultur jaringan tanaman. PAU Bioteknologi IPB. Bogor. 244 hal.

Konan, EK., J.Y. Kouadio, A. Flori, TD. Gasselin and A. Rival. 2007. Evidence for an Interaction (Elaeis

guineensis Jacq.) Somatic

Embryo-derived Plantlets. In vitro Cell. Dev. Biol Plant J. 43(456-466).

Mujahidin, Sutrisno, D. Latifah. T. Handayani. L.A. Fidjrianto. 2003. Aren, Budidaya dan Prospeknya. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Bogor. 35 hal. Munir, F. , S. J. Bhore, and F. H. Shah.

2008. Micropropagation of Elaeis

guiinensis Jacq. Dura; Comparison

of Three Basal Media for Efficient Regeneration. Indian J. of Exp. Biol. (45) 79-42

Neto, VBP., LB. Reis, FL.Figer, RS. Beros, CR.Corvalho and W.C.Otoni. 2009. Involvement of Ethylene in the Rooting of Seedling Shoot Culture of Bexa orellana.

In vitro Cell.

Dev. Biol Plant J. 44 (693-700).

Rama, P. dan A. Pontikis. 1990. Invitro

Propagation of Olive (Olea europea

sativa L.) Kalamon. J. of Hort. Sci.

65: 347-353

Riyadi, I., dan J. S. Tahardi. 2009. Perbanyakan in nitro Tanaman Kina (Cinchona ledgeriana Moens) melalui Tunas Aksilar dan Apikal. J. Menara Perkebunan 77 (I): 36-46. Roy, S.K., S.A.L. Rahman dan R.

Majumdar. 1990. Invitro Pro-pagation of Jackfruit (Artocarpus

heterophyllus Lam.). J. of Hort. Sci.

65:355-358.

Teo, C.K.H. dan L.K. Chan. 1994. The Effect of Agar Contents, Nutrient Concentration, Genotype and Light Intensity on the In Vitro Rooting of Papaya Microcuttings. J. of Hort. Sci. 69: 267-273.

Triatminingsih, Fitrianingsih RI, Sinaga EB, Wahyuni D. 2001. Pengaruh Beberapa Level Konsentrasi IBA dan Perlakuan Penyinaran ter-hadap Perakaran Plantlet Manggis secara in vitro. J Hort. 1(14):232-236.

Wattimena GA, Gunawan LW, Matjik NA, Syamsudin E, Armini NMA, Ernawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan. PAU. IPB. 309 hal.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soenardi. 2009.Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). J. Agron. Indonesia 37 (2): 152-158.

Gambar

Tabel 1.   Persentase    eksplan    steril   (%)  dan tumbuh  pada media  MS +konsentrasi  IBA yang berbeda
Gambar 1.  Eksplan tunas yang dikulturkan pada media inisiasi akar (Usia 3 minggu  setelah  kultur)
Gambar 2.  Eksplan batang aren usia 3  minggu setelah kultur
Gambar 3.  Eksplan batang aren + akar usia 6 minggu dalam media kultur.
+4

Referensi

Dokumen terkait

“Untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan angket ini, peneliti tidak harus bertemu langsung dengan subyek tetapi cukup dengan mengajukan pertanyaan atau pemyatan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pengaruh bauran pemasaran secara bersama ± sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen menggunakan kartu simpati

Tujuan dari penelitian ini adalah aplikasi Pemandu Wisata yang dapat memberikan informasi rute, jarak dan estimasi waktu tempuh untuk mencapai lokasi wisata yang

dari masing-masing Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah lainnya, serta Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah/swasta sesuai jenis pelayanan yang disediakan. (2)

Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa citra merek berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan baik secara positif maupun negatif namun hal tersebut

Penelitian ini merupakan pendahuluan guna mempelajari efek pembangkitan muatan pada bahan semikonduktor organik dan membuka langkah lebih lanjut untuk menentukan jenis

Oleh karena itu, perlu adanya suatu upaya pemanfaatan produksi perikanan di Indonesia, dan dalam upaya tersebut perlu mempertimbangkan faktor-faktor biologis (jenis dan

Pelaksanaan PPL di SMK Muhammadiyah Magelang pada umumnya berjalan dengan lancar. Praktikan dapat menyelesaikan jumlah mengajar yang telah ditentukan dengan