• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus Transformator di PT. PJB UBJOM PLTU Paiton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus Transformator di PT. PJB UBJOM PLTU Paiton"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP)

Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus

Transformator di PT. PJB UBJOM PLTU Paiton

Winarno1

1Teknik Elektro, Fakultas Teknik – Universitas Panca Marga Probolinggo

Email: jonwin590@gmail.com Abstract—Electrostatic Precipitator (ESP) is a device

that has the function of capturing the ashes of combustion contained in the exhaust gases before being discharged into the atmosphere through a stack / chimney, so that the discharged gases to be discharged do not contain ash particles that can pollute the environment. PT PJB UBJOM PLTU Paiton has 16 ESP transformers operating 24 hours. During the operating period there are disturbances and damage that causes ESP efficiency is reduced so there is a need to reset the transformer secondary current. It is intended that the efficiency of ESP is maintained and the exhaust gas does not pollute the environment. By using the "5 Whys or RCPS (Root Cause problem solving)" method, the researcher knows the causes of disturbances and damage to the ESP transformer and provides recommendations for the configuration of the current used by the ESP transformer to improve its efficiency when disturbances or damage occurs. The cause of disruption and damage to the ESP transformer consists of 3 factors: the method / method used, human and machine / equipment. The magnitude of the Electrostatic Precipitator (ESP) efficiency during faults and damage varies depending on the amount of current in the ESP transformer. The greater the current, the greater the magnetic field strength so that the greater the ESP efficiency value. Although there is less efficiency (below 90%), with the right transformer secondary current configuration, efficiency can be maintained close to the design. The efficiency of ESP on March 18, 2019 increased from 88.23% to 90.58%. The efficiency of ESP on March 30, 2019 increased from 89.71% to 90.55%. The efficiency of ESP on June 10, 2019 increased from 84.38% to 93.63%. The efficiency of ESP on June 13, 2019 increased from 87.38% to 91.92%. ESP efficiency on June 24, 2019 increased from 85.83% to 90.03%

Index Terms — Analysis, Electrostatic Precipitator (ESP), ESP’s Efficiency

Abstrak–-Electrostatic Precipitator (ESP) adalah peralatan yang berfungsi menangkap abu sisa pembakaran yang terkandung dalam gas buang sebelum dibuang ke atmosfir melalui stack/cerobong, sehingga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu yang dapat mencemari lingkungan. PT PJB UBJOM PLTU Paiton memiliki 16 buah trasformator ESP yang beroperasi selama 24 jam. Selama masa operasi terdapat gangguan dan kerusakan yang menyebabkan efisiensi ESP berkurang sehingga perlu adanya setting ulang arus sekunder trafo. Hal ini bertujuan agar efisiensi ESP tetap terjaga dan gas buang tidak mencemari lingkungan. Dengan menggunakan metode “5 Whys atau RCPS (Root Cause problem solving)”, Peneliti mengetahui penyebab gangguan dan kerusakan pada Trafo ESP serta memberikan rekomendasi

konfigurasi besarnya arus yang digunakan trafo ESP untuk meningkatkan efisiensinya ketika terjadi gangguan atau kerusakan. Penyebab gangguan dan kerusakan pada trafo ESP terdiri dari 3 faktor yaitu Metode/cara yang digunakan,manusia dan mesin/peralatan. Besarnya efisiensi Electrostatic Precipitator (ESP) saat terjadi gangguan dan kerusakan bervariasi tergantung besarnya arus pada transformator ESP. Semakin besar arus, semakin besar kuat medan magnetnya sehingga semakin besar juga nilai efisiensi ESP. Meskipun terdapat efisiensi yang kurang (dibawah 90%), dengan konfigurasi arus sekunder trafo yang tepat, efisiensi dapat dipertahankan mendekati desain. Efisiensi ESP pada tgl 18 Maret 2019 meningkat dari 88,23 % menjadi 90,58 %. Efisiensi ESP pada tgl 30 Maret 2019 meningkat dari 89,71 % menjadi 90,55 %. Efisiensi ESP pada tgl 10 Juni 2019 meningkat dari 84,38 % menjadi 93,63 %. Efisiensi ESP pada tgl 13 Juni 2019 meningkat dari 87,38 % menjadi 91,92 %. Efisiensi ESP pada tgl 24 Juni 2019 meningkat dari 85,83 % menjadi 90,03%

Kata Kunci — Analisis, Electrostatic Precipitator (ESP), Efisiensi ESP

I. PENDAHULUAN

Pencemaran udara merupakan salah satu pencemaran yang sangat berbahaya bagi manusia, makhluk hidup dan lingkungan. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 Tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Termal)[5]. Bertambahnya populasi manusia serta semakin pesatnya perindustrian menyebabkan tuntutan kebutuhan pasokan energi listrik semakin meningkat. Untuk menjawab tantangan itu, saat ini di Indonesia banyak mengunakan jenis pembangkit tipe PLTU yang menggunakan bahan bakar batubara. Hal ini disebabkan karena selain harganya yang lebih ekonomis, jumlahnya masih cukup banyak dibandingkan dengan minyak bumi dan gas bumi, hasil energi listrik yang didapatkan dari PLTU batubara juga besar. Salah satu PLTU batubara yang ada di Indonesia adalah PT PJB UBJOM PLTU PAITON.

PT PJB UBJOM PLTU PAITON merupakan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang mempunyai kapasitas produksi listrik sebesar 660 MW.

(2)

Dengan kapasitas sebesar itu, PT PJB UBJOM PLTU PAITON mengkonsumsi hingga 9600 ton batubara dan menghasilkan kurang lebih 300 ton abu bekas pembakaran tiap harinya[8]. Limbah bekas pembakaran tersebut berupa gas buang yang bercampur partikel-partikel abu ringan (Fly Ash) yang dapat mengotori lingkungan.

Salah satu cara untuk mengatasi limbah abu di PLTU adalah dengan dipasangnya Electrostatic Precipitator (ESP). Electrostatic Precipitator (ESP) adalah peralatan yang berfungsi menangkap abu terbang hasil sisa pembakaran yang terkandung dalam gas buang sebelum dibuang ke atmosfir melalui stack/cerobong, sehingga gas buang tersebut tidak mengandung partikel-partikel abu yang dapat mencemari lingkungan. Masalah timbul jika terdapat beberapa Electrostatic Precipitator (ESP) yang mengalami gangguan atau kerusakan, tetapi hasil gas buang tetap dalam kondisi ambang batas. Oleh sebab itu, perlu adanya pembagian Kuat arus transformator agar kinerja ESP lebih effisien dan tidak berdampak pada peralatan lain di area PT PJB UBJOM PLTU PAITON

Dari latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul “Analisis Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Pembagian Besarnya Arus Transformator Di PT PJB UBJOM PLTU Paiton”.

II. LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Listrik di PLTU

Pada dasarnya produksi listrik di PLTU Paiton 9 untuk menghasilkan listrik pertama air kan diubah menjadi uap dengan proses pembakaran batubara di dalam boiler. Selanjutnya uap tersebut akan digunakan untuk memutar blade/sirip turbin, karena Turbin terhubung dengan generator, maka terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi listrik didalam generator, akhirnya terciptalah arus listrik yang selanjutnya diteruskan ke Transformator step-up. Sedangkan uap pembuangan dari turbin dijadikan air kembali dengan proses kondensasi di Kondensor dengan bantuan air pendingin (air laut). Bagian-bagian utama pada PLTU Paiton 9 yaitu meliputi

Boiler, Turbin, dan Generator. Selain itu juga memiliki

alat-alat bantu sebagai penunjang produksi listrik diantaranya Coal Handling, Ash Handling dan Water

Treatment Plant. Sedangkan Electrostatic Precipitator

sendiri merupakan salah satu bagian dari Ash Handling

System.

Gambar 1. Gambaran Umum Peralatan Utama PLTU

2.2 Ash Handling System

Ash Handling system merupakan salah satu bagian di PT PJB UBJOM PLTU Paiton yang bertugas untuk mengendalikan abu sisa pembakaran didalam boiler. Ash Handling system terdiri atas penanganan abu ringan atau abu terbang (Fly ash system) dan penanganan abu berat atau bottom ash system. Fly ash system meliputi Electrostatic Precipitator (ESP), sistem transpot fly ash dari hopper ke fly ash silo menggunakan compressor, heater dan blower sebagai penjaga temperature fly ash serta proses loading dan unloading fly ash. Sedangkan Bottom ash system meliputi Submerged scrapper conveyor (SSC), Bottom ash conveyor, cooling system SSC serta proses loading dan unloading bottom ash.

2.3 Electrostatic Precipitator (ESP)

Electrostatic Precipitator (ESP) adalah peralatan yang

berfungsi menangkap abu sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang akan dibuang ke atmosfir melalui cerobong, sehinga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu yang dapat mencemari lingkungan.

2.3.1 Prinsip Kerja Electrostatic Precipitator (ESP)

Pada dasarnya Electrostatic Precipitator (ESP) ada 3 sistem utama yang bekerja. Pertama proses ionisasi abu yang terkandung dalam gas buang,selanjutnya proses collection abu yang telah terionisasi dan terakhir proses rapping abu yang menempel pada collecting plate agar jatuh ke area hopper. Proses ionisasi dan collection terdiri dari collecting plate dan emitting wire& RDE

(Ripid Discharge Electroda), keduanya mendapat supply

power dari trafo step up. Pada dasarnya partikel abu memiliki muatan netral, karena ada suatu sumber daya maka akan tercipta suatu medan listrik di area antara

collection plate dan emitting wire. Medan listrik yang

kuat akan menyebabkan partikel abu mengalami ionisasi. semakin kuat arus yang diberikan oleh oleh power supply (trafo), maka semakin kuat pula medan magnetnya, sehingga kecepatan migrasi dari partikel abu juga semakin cepat. Partikel abu yang sudah mengalami ionisasi akan memiliki muatan negatif yang selanjutnya akan tertarik ke arah collecting plate. Abu yang sudah menempel akan dijatuhkan oleh motor rapper ke arah ESP hopper yang selanjutnya akan ditransfer ke fly ash

silo.

(3)

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP)

Adapun faktor yang sanagt mempengaruhi penangkapan debu oleh collecting plate pada

Electrostatic precipitator (ESP) yaitu:

A. Resistifitas Partikel[1]

Resistifitas partikel adalah suatu ukuran resistansi partikel terhadap listrik, yang merupakan indikator kecepatan migrasi partikel. Resistifitas sangat mempengaruhi efisiensi ESP. Adapun persamaan mencari resistifitas partikel dinyatakan dengan persamaan 1 sebagai berikut :

𝜌 = 𝑅 𝐴 𝑙 (1) Dimana: 𝜌 = Resistifitas (Ω.cm) R = Tahanan (Ω) A = luas penampang (𝑐𝑚2) 𝑙 = Panjang penghantar (cm)

Nilai resistifitas bahan atau material secara umum di bumi berada diantara 10−3 sampai 1014 Ω-cm, sedangkan nilai resistivitas partikel fly ash yang tertangkap oleh ESP adalah 50 – 100 Ω-cm.

B. Ukuran Partikel[1]

Semakin besar ukuran partikel debu, semakin besar kemungkinan ionisasi material fly ash sehingga semakin besar muatan yang dimilikinya. Dengan demikian kecepatan atau migrasi partikel untuk bergerak ke arah elektroda positif (collecting plate) akan semakin cepat.

C. Pengaruh Temperatur

Pengaruh temperature dari Fly ash yang terbawa oleh udara Flue gas ( gas buang boiler ) berpengaruh terhadap laju aliran gas dan effisiensi ESP. Temperature fly ash tinggi karena Beban Unit besar sehingga laju aliran gas kecil dan effisiensi ESP semakin besar, begitu pula sebaliknya.

D. Pengaruh Spark

Spark terjadi ketika ada penebalan tumpukan fly ash yang tertangkap oleh collecting plate tidak terbuang dan terus menempel menjadi kerak dan semakin membesar. Spark dapat kita amati ketika cerobong/chimney mengeluarkan asap tebal coklat pekat secara tiba tiba .jika spark tidak segera di perbaiki maka di khawatirkan akan ada ledakan di dalam ESP.

Perhitungan Luas Satu Permukaan Pelat Pengumpul dirumuskan oleh persamaan 2 yaitu :

A = P x L x 2 (2) Dimana:

A = Luas efektif collecting plate (m)2 P = Panjang pelat (m)

L = Luas pelat (m)

Sedangkan perhitungan banyak pelat pengumpul abu terbang dirumuskan oleh persamaan 3 yaitu :

N = Baris × Kolom × Field × jumlah ESP (3) Sehingga untuk mencari luas pelat pengumpul dirumuskan menggunakan persamaan 4 yaitu :

A = Luas permukaan pelat × jumlah pelat (4)

E. Kecepatan Migrasi Partikel[1]

Kecepatan migrasi partikel adalah kecepatan gerak dari partikel fly ash ketika diberi muatan negatif oleh

emitting wire bergerak menuju collecting plate. Variabel

yang mempengaruhinya adalah Laju aliran gas, luas media penangkap dan effisiensi ESP, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan 5 yaitu :

ω = - 𝑄𝐴 + ln ( 1 – η ) (5) Dimana :

ω= Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ ) Q = Laju aliran gas ( 𝑚3⁄ ) 𝑠

A = Luas media penangkap ( 𝑚2 ) η = Effisiensi ESP

kita juga dapat mencari besarnya kecepatan migrasi partikel dengan rumus yang berbeda,seperti persamaan 6 yaitu

ω = 𝟐.𝒌𝟎.𝒑.𝑬𝒄.𝑬𝒑

𝟑µ (6) Dimana :

ω = Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ ) Ko = Permittivity ( 8,85 x 10−12 F/m) p = Tekanan (Pascal)

Ec = Kuat medan listrik (V/m) Ep = Kuat medan Precipitator (V/m) µ = Viskositas gas buang (Pascal.s)

F. Kuat medan listrik

Kuat medan listrik merupakan besarnya gaya listrik yang di butuhkan untuk membuat medan listrik yaitu efek yang ditimbulkan dari adanya muatan listrik seperti ion, proton dan elektron yang berada di sekitar partikel listrik. Dalam ESP, besarnya kuat medan listrik berpengaruh pada kuat medan precipitator. Bisa juga dinyatakan bahwa kuat medan listrik besarnya sama dengan kuat medan precipitator. Besarnya kuat medan listrik dan kuat medan precipitator bergantung kepada besarnya tegangan output yang di hasilkan oleh Transformator. Dalam hal ini dapat kita jelaskan dengan persamaan 7 yaitu :

E = 𝑉𝑑 (7) Dimana :

E = Kuat medan listrik ( V/m )

V = Tegangan Output transformator ( V ) d = Jarak antara 2 pelat pengumpul ( m )

Dari penjelasan rumus tersebut, kita dapat melakukan perhitungan effisiensi pengumpulan partikel dari sebuah ESP yang pertama kali di kembangkan secara empiris oleh Elvald Anderson ditahun 1919 dan dikembangkan

(4)

secara teoritis oleh W.deutsch di tahun 1922. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Deutsch-Anderson. Adapun persamaan 8 Deutsch-Anderson sebagai berikut

:

η = 1 – 𝑒− ( 𝜔.𝐴 𝑄 ) (8)

Dimana :

η = Effisiensi electrostatic precipitator ω= Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ ) A = Luas media penangkapan ( 𝑚2 ) Q = Laju aliran gas ( 𝑚3⁄ ) 𝑠 e = Bilangan natural ( 2.718 )

2.3.3 Bagian-Bagian Utama Electrostatic Precipitator (ESP)

A. Transformator Rectifier

Adalah peralatan utama EP yang berfungsi mencatu daya sehingga ESP bisa bekerja. Tegangan input : 380 Volt output :70 KV DC. Transformator dan Rectifier diletakkan dalam satu bagianyang dilengkapi dengan minyak pendingin trafo, sehingga dinamakan

Transformator Rectifier, Total terdapat 16 unit transformator ESP di PT PJB UBJOM PAITON

Gambar 3. Transformator Rectifier B. Collecting Plate

Adalah Pelat baja yang dipasang sejajar berfungsi sebagai penangkap abu fly ash yang sudah mengalami ionisasi (bermuatan listrik negatif), sedangkan collecting

plate memiliki muatan positif

C. Emitting wire dan RDE ( Ripid Discharge Electroda)

Berfungsi sebagai pemberi kontribusi arus dan muatan (ionisasi) yang diberikan kepada abu dari boiler yang belum bermuatan, yang selanjutnya ditangkap oleh

Collecting Plate.

Gambar 4. Collecting Plate dan Emitting Wire

D. Motor Collecting Rapper

Berfungsi untuk memukul Collecting Plate secara periodik agar abu yang menempel jatuh ke ESP Hopper

Gambar 5. Motor Collecting Rapper E. Motor Emitting Rapper

Berfungsi untuk memukul Emitting Wire dan RDE secara periodik agar abu yang menempel pada Emitting

Wire jatuh ke ESP Hopper

Gambar 6. Motor Emitting Rapper F. Gas Distribution System

Untuk mendapatkan effsiensi ESP yang optimal Gas

Distribution System mempunyai peranan yang sangat

penting yaitu untuk mendistribusikan fly ash ke seluruh field area. Gas distribution system terdiri dari plat-plat baja yang tersusun sedemikian rupa searah dengan arah gas buang, sehingga fly ash dapat tersebar merata ke seluruh field area.

G. Panel Control Power

Berfungsi sebagai pengatur / pengendali kerja ESP , hingga dapat bekerja secara otomatis sesuai dengan fungsinya. peralatan ini bernama AVC ( Automatic

Voltage control )

Gambar 7. AVC ( Automatic Voltage Control ) H. ESP Hopper

Berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari

Collecting plate Emitting wire

(5)

Collecting Plate dan Emitting wire setelah proses rapping. ESP Hopper dilengkapi dengan line Heater untuk menjaga temperature abu agar tidak terjadi penggumpalan/plugging

Gambar 8. ESP Hopper I. Transporter

Transporter berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan electrostatic Precipitator( ESP ) dari ESP hopper ke Transfer Pot yang selanjutnya dipindahkan lagi ke ash silo dengan bantuan udara tekan compressor

III. METODE PENELITIAN

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian 3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka di sini diambil dari perpustakaan PT.PJB UBJOM Paiton, Jasa Diklat Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya. Data tersebut meliputi spesifikasi peralatan, pengoperasian dan pemeliharaan listrik (dari pihak terkait), history gangguan yang terjadi pada peralatan, serta data lain yang berkaitan dengan Electrostatic Precipitator (ESP). Selain itu juga berasal dari Perpustakaan Universitas Panca Marga Probolinggo yang berisi data dasar listrik statis, hukum coulomb dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini, serta literatur dari internet yang mendukung penyelesaian skripsi

2. Interview atau Wawancara

Untuk memperoleh data-data mengenai peralatan dan permasalahan yang akan diteliti, penulis mengadakan tanya jawab secara langsung kepada Operator ash handling, Bapak Isa Catur Putra sebagai Supervisor coal and ash handling dan Bapak Hariski Priyo Sangadi sebagai tim pemeliharaan listrik PT.PJB UBJOM PAITON sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi

3. Studi Lapangan

Guna mendapat data-data yang dibutuhkan untuk analisis dalam penelitian ini, maka penulis melakukan studi lapangan pada PLTU Paiton Unit 9, khususnya ruang Coal and Ash handling plant lantai 1-3, MCC Breaker ESP,CCR Ash handling

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Januari 2019 sampai 31 Maret 2020

2. Tempat Penelitian

Coal an Ash Handling plant di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton Unit 9 dengan perusahaan jasa pengoperasian dan pemeliharaan PT PJB UBJOM Paiton yang beralamat di Jalan Raya Surabaya – Situbondo, Km 141 Paiton – Probolinggo.

3.3 Identifikasi Permasalahan TABEL Ⅰ

GANGGUAN ESP DI PT.PJB UBJOM PLTU PAITON No. waktu Uraian gangguan

1. 18 Maret 2019 pukul 12:20 WIB ESP A 22 progres maintenance 2. 30 Maret 2019 pukul 15:00 WIB

1. ESP A22 kondisi

maintenance

2. ESP B 24 Trip muncul

alarm Heavy gas protection

3. 13 April 2019 pukul 10:00 WIB

1. ESP A22 dan B24 kondisi maintenance

2. ESP B21 dimatikan, muncul alarm secodary current humting

4. 15 April 2019 pukul 10:00 WIB

1. ESP A22, B21

maintenace finish,lanjut running 2. ESP B24 kondisi maintenance

3. Resetting semua ESP 5. 22 Mei 2019

pukul 10:00 WIB

1. ESP B24 kondisi

maintenance

2. Resetting semua ESP 6. 10 Juni 2019

pukul 17:00 WIB

1. ESP B24 kondisi

maintenance

2. ESP B23 Trip muncul

alarm Input open Protection, start ulang dengan beban

rendah 7. 13 Juni 2019 pukul 17:30 WIB 1. ESP B24 kondisi maintenance 2. ESP B13 STOP terdapat kebocoran oli

Trasformator

8. 24 Juni 2019 pukul 08:30 WIB

1.ESP B24 dan B13 kondisi maintenance

(6)

No. waktu Uraian gangguan 2.ESP B23 OFF karena penggantian transformator bersamaan dengan ESP B24 9. 15 Juli 2019 pukul 10:30 WIB 1. ESP B13, B24 maintenace finish,lanjut running 2. ESP B23 kondisi maintenance

3. ESP A11 Trip alarm

partial excitation

4.ESP A13 OFF ada kebocorn oli di flange

conservator transformator

10. 18 Juli 2019 pukul 17:10 WIB

1. ESP B23 maintenace finish,lanjut running

2. ESP A11 dan A13 kondisi maintenance

3. Resetting ESP 11. 19 Juli 2019

pukul 17:10 WIB

1. ESP A11 dan A13 kondisi maintenance 2.

Resetting ESP

12. 31 Juli 2019 pukul 10:30 WIB

1. ESP A11 maintenace finish,lanjut running

2.ESP A13 kondisi

maintenance

3. Resetting ESP 13. 07 Agustus 2019

pukul 17:05 WIB

1.ESP A13 kondisi

maintenance

2.ESP B24 Trip alarm

Input Open current

14. 11 Agustus 2019 pukul 01:50 WIB

All equipment STOP,Unit Paiton 09 status OH 15. 16 September

2019 pukul 01:50 WIB

1. All equipment ESP running setelah progres OH

2. Resetting ESP 3. ESP A14 kondisi masih

maintenance

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Gambar 10. Diagram Alir Pengolahan dan Analisis data Electrostatic precipitator ( ESP ) dilengkapi dengan AVC ( automatic Voltage Control ) yang berfungsi untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang digunakan

dalam pengoperasian transformator rectifier. Setiap AVC memiliki besaran setting kuat arus yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada pola pengoperasian dan ada atau tidaknya gangguan atau kerusakan pada ESP. Dari perbedaan besarnya kuat arus transformator ESP yang terdapat pada AVC tersebut, peneliti akan melakukan analisis seberapa efektif dan efisien kerja dari ESP saat beberapa ESP mengalami gangguan dan atau kerusakan.

IV. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA TABEL Ⅱ

SPESIFIKASI ELECTROSTATIC PRECIPITATOR[4]

4.1 Penyusunan RCPS (Root Cause Problem Solving)

RCPS (Root Cause Problem Solving) adalah diagram yang digunakan untuk mencari akar permasalahan secara mendalam. Dalam RCPS dilakukan analisis akar masalah dari setiap permasalahan yang diperoleh

(7)

Dari gambar diatas penyebab terjadinya downtime peralatan Electrostatic precipitator (ESP) yang tinggi adalah :

a. FLM (First Line Maintenance) kurang optimal b. Durasi pelaksanaan PM (Prefentive

Maintenance) kurang, sehingga hasil kurang

maksimal

c. Kurang kepedulian/ kesadaran dari operator d. Kurang pengetahuan / keahlian operator e. Rutin test dan change over peralatan tidak

efektif karena tidak adanya redudansi peralatan

4.2 Idea Generation

Idea generation merupakan point-point task yang akan

dilakukan untuk menyelesaikan detail permasalahan TABEL Ⅲ

IDEA GENERATION

4.3 Focus Group Discussion (FGD)/Penentuan Matriks Prioritas

Dari ide generation yang ada tersebut dilakukan focus group discussion (FGD) untuk menentukan matrix priotisasi yang merupakan metode untuk memastikan pemilihan ide – ide yang kita miliki, nilai dampak dan usaha secara obyektif.

Gambar 12. Matriks Prioritas

TABEL Ⅳ OVERVIEW MATRIKS PRIORITAS

4.4 Analisis Arus Sekunder Trafo Saat Terjadi Gangguan

TABEL Ⅴ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)18/03/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 319 266 1000 38 A13 326 246 1400 43 A14 412 267 1600 35 A21 150 219 700 44 A22 0 0 0 0 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 110 212 500 65 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 350 312 1600 48 B21 158 220 700 44 B22 464 298 1600 61 B23 50 104 200 20 B24 20 80 100 17 Tegangan rata-rata 40,5 TABEL Ⅵ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)30/03/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 319 266 1000 38 A13 326 246 1400 43 A14 412 267 1600 35 A21 150 219 700 44 A22 0 0 0 0 A23 443 289 1600 46 A24 410 265 1600 33 B11 110 212 500 65 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 350 312 1600 48 B21 158 220 700 44 B22 464 298 1600 61 B23 50 104 200 20 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 40,1 TABEL Ⅶ

(8)

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)13/04/2019 ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 319 266 1000 38 A13 326 246 1400 43 A14 412 267 1600 35 A21 150 219 700 44 A22 0 0 0 0 A23 443 289 1600 46 A24 410 265 1600 33 B11 110 212 500 65 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 350 312 1600 48 B21 0 0 0 0 B22 464 298 1600 61 B23 50 104 200 20 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 42,1 TABEL Ⅷ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)15/04/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 409 287 1300 40 A13 464 296 1600 60 A14 461 268 1800 33 A21 153 180 500 32 A22 416 296 1300 24 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 110 212 500 65 B12 350 282 1300 42 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 110 211 500 65 B22 517 305 1800 62 B23 50 104 200 20 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 42,7 TABEL Ⅸ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)22/05/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 431 273 1400 41 A13 464 296 1600 60 A14 461 268 1800 33 A21 153 180 500 32 A22 445 307 1400 26 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 110 212 500 65 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 110 211 500 65 B22 517 305 1800 62 B23 50 104 200 20 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 42.9 TABEL Ⅹ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)10/06/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 319 266 1000 38 A13 238 219 1000 41 A14 252 220 1000 30 A21 153 180 500 32 A22 316 233 1000 22 A23 273 239 1000 41 A24 253 220 1000 30 B11 110 212 500 65 B12 270 246 1000 40 B13 268 209 1000 32 B14 220 260 1000 44 B21 110 211 500 65 B22 283 273 1000 55 B23 20 80 100 17 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 39.0 TABEL Ⅺ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)13/06/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 319 266 1000 38 A13 238 219 1000 41 A14 252 220 1000 30 A21 153 180 500 32 A22 316 233 1000 22 A23 196 204 700 36 A24 253 220 1000 30 B11 110 212 500 65 B12 270 246 1000 40 B13 0 0 0 0 B14 220 260 1000 44 B21 110 211 500 65 B22 283 273 1000 55 B23 20 80 100 17 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 39,1 TABEL Ⅻ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)24/06/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 148 181 500 32 A12 319 266 1000 38 A13 238 219 1000 41 A14 252 220 1000 30 A21 153 180 500 32 A22 316 233 1000 22 A23 146 180 500 32 A24 253 220 1000 30 B11 110 212 500 65 B12 270 246 1000 40 B13 0 0 0 0 B14 220 260 1000 44 B21 110 211 500 65 B22 283 273 1000 55 B23 0 0 0 0 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 40.5 TABEL ⅫⅠ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)15/07/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 0 0 0 0 A12 499 298 1600 41 A13 0 0 0 0 A14 462 268 1800 33 A21 220 253 1000 46 A22 445 307 1400 26 A23 443 289 1600 46

(9)

A24 463 267 1800 33 B11 222 251 1000 46 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 220 253 1000 46 B22 240 448 1600 51 B23 0 0 0 0 B24 395 283 1800 47 Tegangan rata-rata 41,8 TABEL ⅩⅣ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)18/07/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 0 0 0 0 A12 499 298 1600 41 A13 0 0 0 0 A14 462 268 1800 33 A21 220 253 1000 46 A22 445 307 1400 26 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 222 251 1000 46 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 220 253 1000 46 B22 240 448 1600 51 B23 269 209 1000 32 B24 395 283 1800 47 Tegangan rata-rata 43,4 TABEL ⅩⅤ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)19/07/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 0 0 0 0 A12 499 298 1600 41 A13 0 0 0 0 A14 462 268 1800 33 A21 220 253 1000 46 A22 316 233 1400 22 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 222 251 1000 46 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 220 253 1000 46 B22 400 292 1400 61 B23 420 243 1600 39 B24 395 283 1800 47 Tegangan rata-rata 42,1 TABEL ⅩⅥ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)31/07/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 252 220 1000 45 A12 463 267 1800 39 A13 0 0 0 0 A14 462 268 1800 33 A21 220 253 1000 46 A22 445 307 1400 26 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 222 251 1000 46 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 110 211 500 65 B22 464 298 1600 61 B23 480 277 1800 41 B24 220 260 1000 44 Tegangan rata-rata 43,6 TABEL ⅩⅦ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)07/08/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝐕𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝐕𝟐 ( KV ) A11 252 220 1000 45 A12 463 267 1800 39 A13 0 0 0 0 A14 462 268 1800 33 A21 220 253 1000 46 A22 445 307 1400 26 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 222 251 1000 46 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 220 260 1000 44 B21 110 211 500 65 B22 464 298 1600 61 B23 480 277 1800 41 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 43.3 TABEL ⅩⅧ

DATA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)16/09/2019

ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 252 220 1000 45 A12 431 273 1400 41 A13 440 289 1600 46 A14 0 0 0 0 A21 220 253 1000 46 A22 445 307 1400 26 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 222 251 1000 46 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 393 284 1800 47 B21 220 253 1000 46 B22 400 292 1400 61 B23 420 243 1600 39 B24 395 283 1800 47 Tegangan rata-rata 43,4

Perhitungan besar kuat medan listrik pada elecrostatic precipitator pada saat terjadi gangguan dapat dihitung menggunakan persamaan 7 dan hasilnya akan ditampilkan dalam Tabel ⅩⅨ

E = V/d (7) Dimana :

E = Kuat medan listrik ( V/m )

V = Tegangan Output transformator ( V )

d = Jarak antara 2 pelat pengumpul ( m ),nilai (d) sesuai desain ESP

TABEL ⅩⅨ KUAT MEDAN MAGNET ESP No . Waktu gangguan V ( Volt) d (m) EP (V/m) 1 18/03/2019 40,5 0,4 101,25 2 30/03/2019 40,1 0,4 100,25

(10)

3 13/04/2019 42,1 0,4 105,25 4 15/04/2019 42,7 0,4 106,75 5 22/05/2019 42,9 0,4 107,25 6 10/06/2019 39 0,4 97,5 7 13/06/2019 39,1 0,4 97,75 8 24/06/2019 40,5 0,4 101,25 9 15/07/2019 41,8 0,4 104,5 10 18/07/2019 43,4 0,4 108,5 11 19/07/2019 42,1 0,4 105,25 12 31/07/2019 43,6 0,4 109 13 07/08/2019 43,3 0,4 108,25 14 16/09/2019 43,4 0,4 108,5

Perhitungan besar kecepatan migrasi partikel dan efisiensi ESP pada saat terjadi gangguan menggunakan persamaan 6 dan Persamaan 8. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam Tabel ⅩⅩ.

ω = 𝟐.𝒌𝟎.𝒑.𝑬𝒄.𝑬𝒑

𝟑µ (6) Dimana :

ω = Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ ) Ko = Permittivity ( 8,85 x 10−12 F/m) p = Tekanan (Pascal)

Ec = Kuat medan listrik (V/m) Ep = Kuat medan Precipitator (V/m)

µ = Viskositas gas buang (Pascal.s), nilai (µ) sesuai desain ESP

η = 1 – 𝑒− ( 𝜔.𝐴 𝑄 ) (8)

Dimana :

η = Effisiensi electrostatic precipitator ω= Kecepatan migrasi partikel ( 𝑚 𝑠⁄ )

A = Luas media penangkapan ( 𝑚2 ), nilai (A) sesuai desain ESP

Q = Laju aliran gas ( 𝑚3⁄ ) 𝑠 e = Bilangan natural ( 2.718 )

TABEL XⅩ

EFISIENSI ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP)

TABEL ⅩⅩⅠ

EFISIENSI ESP KURANG DARI 90%

TABEL ⅩⅩⅡ

EFISIENSI ESP REKOMENDASI SAAT DIBAWAH 90%

TABEL ⅩⅩⅢ

KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 18/03/2019 ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 231 446 1200 50 A12 246 460 1200 51 A13 326 246 1400 43 A14 412 267 1600 35 A21 310 206 1400 54 A22 0 0 0 0 A23 443 289 1600 46 A24 463 267 1800 33 B11 110 212 500 65 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 350 312 1600 48 B21 158 220 700 44 B22 464 298 1600 61 B23 50 104 200 20 B24 20 80 100 17 Tegangan rata-rata 43.2

(11)

TABEL ⅩⅩⅣ

KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 30/03/2019 ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 158 220 700 34 A12 246 460 1200 51 A13 410 268 1600 35 A14 249 461 1000 41 A21 150 219 700 44 A22 0 0 0 0 A23 443 289 1600 46 A24 410 265 1600 33 B11 110 212 500 65 B12 373 273 1400 43 B13 420 242 1600 39 B14 350 312 1600 48 B21 158 220 700 44 B22 464 298 1600 61 B23 50 104 200 20 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 43,2 TABEL ⅩⅩⅤ

KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 10/06/2019 ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 231 446 1200 50 A12 246 460 1200 51 A13 373 272 1400 43 A14 412 267 1600 35 A21 310 206 1400 54 A22 316 233 1000 22 A23 443 289 1600 46 A24 410 265 1600 33 B11 110 212 500 65 B12 270 246 1000 40 B13 420 242 1600 39 B14 350 312 1600 48 B21 158 220 700 44 B22 464 298 1600 61 B23 20 80 100 17 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 43,2 TABEL ⅩⅩⅥ

KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 13/06/2019 ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 231 446 1200 50 A12 246 460 1200 51 A13 238 219 1000 41 A14 412 267 1600 35 A21 153 180 500 32 A22 316 233 1000 22 A23 443 289 1600 46 A24 410 265 1600 33 B11 110 212 500 65 B12 270 246 1000 40 B13 0 0 0 0 B14 350 312 1600 48 B21 110 211 500 65 B22 464 298 1600 61 B23 20 80 100 17 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 43,2 TABEL ⅩⅩⅦ

KONFIGURASI ARUS SEKUNDER REKOMENDASI 24/06/2019 ESP A 𝐈𝟏 ( A ) 𝑽𝟏 ( V ) 𝐈𝟐 ( mA ) 𝑽𝟐 ( KV ) A11 231 446 1200 50 A12 319 266 1000 38 A13 238 219 1000 41 A14 252 220 1000 30 A21 153 180 500 32 A22 316 233 1000 22 A23 443 289 1600 46 A24 410 265 1600 33 B11 110 212 500 65 B12 270 246 1000 40 B13 0 0 0 0 B14 350 312 1600 48 B21 110 211 500 65 B22 464 298 1600 61 B23 0 0 0 0 B24 0 0 0 0 Tegangan rata-rata 44.0

Gambar 13. Grafik Perbandingan Efisiensi ESP Awal dan Rekomendasi

Dari Gambar 13 dan Tabel ⅩⅩⅦ, kita dapat mengetahui bahwa dengan menaikkan nilai arus sekunder dapat meningkatkan besarnya kuat maden ESP yang secara langsung juga meningkatkan efisiensi ESP. Efisiensi ESP pada tgl 18 Maret 2019 meningkat dari 88,23 % menjadi 90,58 %. Efisiensi ESP pada tgl 30 Maret 2019 meningkat dari 89,71 % menjadi 90,55 %. Efisiensi ESP pada tgl 10 Juni 2019 meningkat dari 84,38 % menjadi 93,63 %. Efisiensi ESP pada tgl 13 Juni 2019 meningkat dari 87,38 % menjadi 91,92 %. Efisiensi ESP pada tgl 24 Juni 2019 meningkat dari 85,83 % menjadi 90,03%. Meskipun terdapat kendala kerusakan dan perbaikan di beberapa transformator ESP, tetapi dengan melakukan setting ulang di arus sekunder transformator, effisiensi ESP sudah mendekati efisiensi ESP sesuai desain yaitu 99,65 %

(12)

4.5 Analisis Solusi Pembagian Arus Transformator ESP

TABEL ⅩⅩⅧ

PERBNDINGAN EFISIENSI AWAL DAN REKOMENDASI

Perubahan nilai arus trafo dilakukan melalui panel AVC (Automatic Voltage Control) dengan memperhatikan letak Trafo ESP yang mengalami gangguan atau kerusakan. Perubahan nilai arus trafo ESP berpengaruh terhadap perubahan besar tegangan trafo yang selanjutnya mempengaruhi besarnya kuat medan magnet ESP (Ep). Flow udara ( Q ) pada saat ESP mengalami gangguan perlu diperhatikan agar nilai efisiensi ESP baik. Berdasarkan tabel 4.30, Pada tgl 18/03/2019, kuat medan magnet awal sebesar 101,25 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat meningkatkan efisiensi dari 88,23 % menjadi 90,58 %. Pada tgl 30/03/2019, kuat medan magnet awal sebesar 100,25 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat meningkatkan efisiensi dari 89,71 % menjadi 90,55 %. Pada tgl 10/06/2019, kuat medan magnet awal sebesar 97,5 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat meningkatkan efisiensi dari 84,38 % menjadi 93,63 %. Pada tgl 13/06/2019, kuat medan magnet awal sebesar 97,75 V/m direkomendasikan menjadi 108 V/m dapat meningkatkan efisiensi dari 87,38 % menjadi 91,92 %. Pada tgl 24/06/2019, kuat medan magnet awal sebesar 40,5 V/m direkomendasikan menjadi 110 V/m dapat meningkatkan efisiensi dari 85,83 % menjadi 90,03 %.Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar arus trafo maka kuat medan magnetnya juga semakin besar sehingga nilai efisiensi ESP tersebut semakin meningkat atau lebih baik dari kondisi awal

Tabel ⅩⅩⅨ

HASIL PARAMETER CEMS (CONTINOU EMISSION MONITORING SYSTEM)

Tabel ⅩⅩⅨ diatas menjelaskan hasil pembacaan CEMS (Continuos Emission Monitoring system) yang disinkronkan dengan besar efisiensi ESP pada saat terjadi gangguan atau kerusakan. Partikulat menunjukkan

besarnya abu yang masih lolos ke lingkungan, sedangkan opasitas menunjukkan kadar kepekatan udara yang keluar dari cerobong/stack. Kedua parameter ini menjadi tolak ukur utama dalam menentukan efisiensi ESP, sedangkan kadar gas NOx dan SOx besarnya bergantung pada jenis batubara yang dibakar dalam boiler, dan merupakan bawaan batubara yang tidak dapat diubah. Dalam tabel efisiensi ESP terbaik ditunjukkan dengan angka bewarna hijau, ketika efisiensi pada tgl 18/07/2019 sebesar 98,67%, tgl 19/07/2019 sebesar 97,59% dan tgl 07/08/2019 sebesar 98,83%. Efisiensi kurang baik ditunjukkan dengan angka bewarna merah, ketika efisiensi pada tgl 10/06/2019 sebesar 84,38% dan tgl 24/06/2019 sebesar 85,83%

4.6 Error atau Kendala Analisis Pembagian Besarnya Arus Trafo ESP

Selama menjalani proses pengumpulan data, peneliti mengalami beberapa kendala, salah satunya adanya gangguan atau kerusakan pada CEMS (Continuos Emission Monitoring system). Tercatat dalam periode penelitian dari 01 Januari 2019 sampai 31 September 2019 terdapat total 40 hari dari 273 hari, dengan demikian terdapat error sekitar 14,65 %. Error bisa diminimalisir selama proses perbaikan dan kalibrasi sensor parameter emisi pada CEMS berjalan cepat.

4.7 Kelebihan dan Kekurangan Analisis Pembagian Besarnya Arus Trafo ESP

Dalam suatu analisis pasti terdapat kelebihan dan kekurangannya. Hal ini dapat menjadi panduan untuk penelitian yang lebih jauh dan baik lagi.adapun kelebihan dan kekurangannya antara lain

Kelebihan:

1. Mempertahankan besarnya efisiensi ESP saat terjadi gangguan dan kerusakan mendekati efisiensi desain

2. Nilai kadar/parameter emisi gas buang sesuai dengan peraturan Menteri Lingkuangan Hidup dan Kehutanan

3. Mencegah dan meminimalisir gangguan dan kerusakan pada ESP serta mencegah kerusakan terulang lagi

Kekurangan :

1. Adanya error pada CEMS membuat pemantauan emisi kadang terganggu

2. Aplikasi pemantauan emisi CEMS belum terinstal di semua bidang sehingga kesulitan mengetahui besarnya emisi yang masih lolos ke lingkungan sekitar

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Kinerja

Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Pembagian

Besarnya Arus Transformator Di PT PJB UBJOM PLTU Paiton yaitu:

(13)

Precipitator (ESP) di PT PJB UBJOM PLTU

PAITON disebabkan oleh 3 faktor yaitu Metode, Manusia dan mesin/peralatan. Inti ketiga faktor tersebut adalah :

a. FLM (First Line Maintenance) kurang optimal

b. Durasi pelaksanaan PM (Prefentive

Maintenance) kurang, sehingga hasil kurang

maksimal

c. Kurang kepedulian/ kesadaran dari operator d. Kurang pengetahuan / keahlian operator e. Rutin test dan change over peralatan tidak

efektif karena tidak adanya redudansi peralatan

2. Besarnya efisiensi Electrostatic Precipitator (ESP) di PT PJB UBJOM PLTU PAITON saat terjadi gangguan dan kerusakan bervariasi tergantung besarnya arus pada transformator ESP. Semakin besar arus, semakin besar kuat medan magnetnya sehingga semakin besar juga nilai efisiensi ESP. Efisiensi ESP terbaik saat terjadi gangguan dan kerusakan diperoleh pada tgl 07/08/2019 sebesar 98,83% yang mendekati nilai efisiensi ESP sesuai desai yaitu 99,5 %

3. Berdasarkan penelitian dan analisis data terdapat beberapa efisiensi ESP yang tergolong rendah yaitu kurang dari 90%. Penurunan efisiensi ESP terjadi karena adanya gangguan di beberapa

transformator, Tetapi efisiensi ESP dapat di

pertahankan mendekati desain. Efisiensi ESP pada tgl 18 Maret 2019 meningkat dari 88,23 % menjadi 90,58 %. Efisiensi ESP pada tgl 30 Maret 2019 meningkat dari 89,71 % menjadi 90,55 %. Efisiensi ESP pada tgl 10 Juni 2019 meningkat dari 84,38 % menjadi 93,63 %. Efisiensi ESP pada tgl 13 Juni 2019 meningkat dari 87,38 % menjadi 91,92 %. Efisiensi ESP pada tgl 24 Juni 2019 meningkat dari 85,83 % menjadi 90,03%

5.2. Saran

Hasil dari penelitian dapat diusulkan beberapa saran sebagai berikut :

1. Dalam melakukan setting arus sekunder

transformator masih Manual, untuk kedepannya

diharapkan terdapat suatu program otomatis yang dapat mengatur besarnya arus sekunder

transformator dari monitor operator di ruang

CCR ash handling ketika suatu saat terjadi kerusakan pada salah satu transformator ESP 2. Kebutuhan instal Aplikasi CEMS di monitor

operator CCR ash handling untuk mempermudah pemantauan besarnya laju aliran flue gas yang membawa material partikulat, emisi dan besarnya opasitas dari gas buang tersebut

REFERENSI

[1] Afrian,Noza dkk.2015.Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Besarnya Tegangan DC Yang Digunakan Terhadap Perubahan Emisi di Power Boiler Industri Pulp And Paper. Jom FTEKNIK Volume 2 No.2.Riau: Universitas Riau. [2] Doa Doel, Cara Menulis Daftar Pustaka dari Internet Dengan

BENAR http://caradanlangkah.blogspot.com/2014/07/cara-menulis-daftar-pustaka-dari.html . Diakses pada 20 April 2020

[3] Fitrianto,Ardy.2018.Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Hasil Dari Perubahan Emisi Pada Power Boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Studi Kasus di PLTU Lestari banten Energy).Skripsi.Yogyakarta: Universitas Teknologi Yogyakarta.hlm 2,10

[4] Harbin Power Engineering CO., LTD. 2009. Indonesia 1X660 MW Paiton Coal Fired Thermal Power Plant Operating and

Maintenance Manual.hlm 17-34

[5] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.2019. Tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik

Tenaga Termal. Nomor

P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019.Jakarta:Sekretariat Negara.hlm 1-23

[6] PT PLN (PERSERO). 2019. Modul Pembelajaran Supervisory Education.Surabaya:PJB Academy

[7] PT PLN (PERSERO). 2006. Paket 1 Pengoperasian PLTU. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Suralaya

[8] Rendalop UBJOM Paiton. 2019.Laporan Harian Coal and ash handling.Probolinggo:PT PJB UBJOM PAITON

[9] Yulianti,Vivi.2018. Studi Efisiensi Penggunaan Electrostatic Precipitator (ESP) Pada PT. Makassar Tene.Skripsi.Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Gambar

Gambar 2. Prinsip Kerja Elctrostatic Precipitator (ESP)
Gambar 7. AVC ( Automatic Voltage Control )
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian
Gambar 10.  Diagram Alir Pengolahan dan Analisis data
+4

Referensi

Dokumen terkait