• Tidak ada hasil yang ditemukan

POPULASI LALAT BUAH (Bactrocera spp.) DAN PARASITOIDNYA PADA PERTANAMAN CABAI DI BANJARNEGARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POPULASI LALAT BUAH (Bactrocera spp.) DAN PARASITOIDNYA PADA PERTANAMAN CABAI DI BANJARNEGARA."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

11 POPULASI LALAT BUAH (Bactrocera spp.) DAN PARASITOIDNYA PADA PERTANAMAN

CABAI DI BANJARNEGARA

Eko Apriliyanto1 dan Bondan Hary Setiawan2 1

Dosen Program Studi Agroteknologi Politeknik Banjarnegara E-mail : okeapriliyanto@gmail.com

2

Dosen Program Studi Agroteknologi Politeknik Banjarnegara E-mail : primagila@gmail.com

Received date: 19/1/2015, Revised date: 1/9/2015, Accepted date: 23/9/2016

ABSTRACT

The aims of this study is to know the fruitfly and parasitoid populations in chili cropping in Banjarnegara. The study was conducted on April to October 2014. The fruitflies sampling was conducted by using fruitflies host maintenance. It means that collect the chilies wich has indicated attaced by fruitflies. One experimental unit was 10 pieces of chilies placed in a plastic jar filled with steril sand and covered with guaze. Further more, chilies left until the imago appearance, so that the fruitflies and parasitoid could be identified and could be accounted. The research was held in laboratory using a completely randomized block design with three experimens and nine repetitions, so there were 27 experimental units. Experimen consist of three sampling location wich attacked by chili fruitflies (Purwanegara, Karangkobar and Pagentan). The decision of certain location research used purposive sampling technique. Data analysis used F test, if there was significant different followed by Duncan’s Multiple Range Test at 5% level. The highest population of Bactrocera spp. in Pagentan is 20.78 individuals, while in district Purwanegara and Karangkobar are 2.11 and 1.67 individuals. Family Braconidae parasitoid population have not been able to reduce fruitfly population. Parasitoid population in distric Purwanegara, Karangkobar and Pagentan are 0.44, 0.22, and 1.22 individuals.

Keywords : Chili, fruitfly, parasitoid, populations

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi lalat buah dan parasitoidnya pada pertanaman cabai di Banjarnegara. Waktu penelitian pada bulan April hingga Oktober 2014. Pengambilan contoh lalat buah dilakukan dengan metode pemeliharaan inang yaitu mengumpulkan buah cabai yang terindikasi terserang lalat buah. Satu unit percobaan berupa 10 buah cabai diletakkan dalam toples plastik yang telah diisi pasir steril dan ditutup dengan kain kasa. Selanjutnya buah cabai dibiarkan hingga kemunculan imago untuk diidentifikasi dan dihitung kemunculan lalat buah dan parasitoidnya. Penelitian ini di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan, sehingga terdapat 27 unit percobaan. Perlakuaan terdiri atas 3 lokasi pengambilan contoh cabai terserang lalat buah (Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan). Penentuan lokasi penelitian menggunakan Teknik Samping Purposive. Analisis data menggunakan Uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan pada taraf 5%. Populasi imago Bactrocera spp. tertinggi di kecamatan Pagentan yaitu 20.78 individu, sedangkan di kecamatan Purwanegara dan Karangkobar berturut-turut 2.11 dan 1.67 individu. Populasi parasitoid famili Braconidae belum mampu menurunkan populasi lalat buah. Populasi parasitoid pada kecamatan Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan berturut-turut yaitu 0.44, 0.22 dan 1.22 individu.

(2)

12 PENDAHULUAN

Cabai merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Penurunan produksi cabai dapat disebabkan oleh luas lahan yang berkurang, ketidakpastian musim dan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Salah satu OPT utama tanaman cabai yaitu lalat buah (Bactrocera spp.). Selain kerugian menurunnya produksi cabai oleh serangan lalat buah, kerugian kualitatif dapat berupa buah yang cacat berupa bercak, busuk, berlubang yang akhirnya kurang diminati oleh konsumen. Hal inilah yang dapat menurunkan daya saing komoditas hortikultura di pasar global.

Pengamatan berupa populasi lalat buah sangat perlu sebagai informasi tentang tingkat serangan dan jenis lalat buah yang menyerangnya. Salah satu upaya pengendalian yang ramah lingkungan dalam menekan populasi lalat buah yaitu dengan memanfaatkan agen hayati diantaranya adalah parasitoid. Salah satu parasitoid yang dapat menekan populasi lalat buah yaitu dari famili Braconidae. Borror et

al., (1992), famili Braconidae merupakan parasitoid pada Ordo Diptera, Hemiptera, Coleoptera dan

Lepidoptera. Data dan informasi tentang keberadaan spesies lalat buah di Banjarnegara masih kurang, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana populasi lalat buah dan musuh alaminya berupa parasitoid yang ada di pertanaman cabai di Banjarnegara. Hal ini akan bermanfaat sebagai informasi tentang keberadaan lalat buah sebagai dasar dalam pengendalian hama lalat buah yang efektif dan efesien.

Informasi tentang populasi serangan lalat buah telah dipublikasikan oleh Herlinda et al., (2007), namun kajiannnya masih terbatas pada wilayah dataran tinggi di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi lalat buah Bactrocera spp. dan parasitoidnya pada pertanaman cabai di Banjarnegara.

BAHAN DAN METODE

Waktu penelitian pada bulan April hingga Oktober 2014. Penentuan pengambilan contoh menggunakan Teknik Samping Purposive yaitu contoh pertanaman cabai dipilih dengan pertimbangan lahan terluas pada pertanaman cabai di Banjarnegara. Jumlah sampel minimal yaitu 10%, Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, maka diambil 3 kecamatan dengan luas lahan pertanaman cabai tertinggi yaitu Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan (BPS Kab. Banjarnegara, 2013). Penelitian di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan, sehingga terdapat 27 unit percobaan. Perlakuaan terdiri atas 3 lokasi pengambilan contoh cabai terserang lalat buah (Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan). Pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Sterilisasi media

Media tempat hidup larva lalat buah untuk menjadi pupa yaitu pada pasir steril yang cara pembuatannya sebagai berikut:

a. Pasir dibersihkan dari bahan lainnya, kemudian diletakan pada penyangrai (sangan) dan dilakukan pemanasan di atas nyala api.

b. Penyangraian hingga seluruh bagian pasir panas merata dengan dilakukan pengadukan. c. Pasir steril diperoleh dengan ciri-ciri panas pada seluruh bagian pasir.

d. Pasir steril didiamkan hingga kondisi suhu normal dan siap untuk digunakan. 2. Pemeliharaan inang

a. Pengumpulkan buah cabai dari lahan yang terindikasi terserang lalat buah.

b. Satu unit percobaan berupa 10 buah cabai diletakkan dalam toples plastik yang telah diisi pasir steril 1/5 volume toples.

c. Toples ditutup dengan kain kasa.

d. Buah cabai dibiarkan hingga kemunculan imago untuk diidentifikasi dan dihitung kemunculan lalat buah dan parasitoidnya.

3. Peubah yang diamati dalam penelitian meliputi: a. Jenis lalat buah

(3)

13 Identifikasi lalat buah dengan mengamati morfologi lalat buah untuk disesuaikan dengan buku atau sumber pustaka.

b. Populasi lalat buah

Pengukuran dengan menghitung jumlah lalat buah yang muncul dari buah cabai. c. Jenis parasitoid

Identifikasi parasitoid dengan mengamati morfologi parasitoid untuk disesuaikan dengan buku atau sumber pustaka.

d. Populasi parasitoid

Pengukuran dengan menghitung jumlah parasitoid yang muncul dari buah cabai.

Analisis data menggunakan Uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Gambar 1 bahwa populasi imago Bactrocera spp. berbeda nyata pada pengamatan di Kecamatan Pagentan yaitu sebanyak 20.78 individu. Sedangkan imago Bactrocera spp. Kecamatan Purwanegara dan Karangkobar tidak berbeda nyata berturut-turut 2.22 dan 1.67 individu. Diduga selain ketinggian tempat yang menyebabkan tingginya populasi Bactrocera spp., juga iklim mikro dan faktor biotik pada lokasi penanaman juga berpengaruh terhadap perkembangan lalat buah. Lebih lanjut Herlinda et al., (2007) pada penelitiannya menyebutkan bahwa fluktuasi populasi lalat buah berkaitan dengan iklim yang ada di dataran tinggi yang bersuhu rendah dan kelembapan yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan perkembangan populasi lalat buah lambat. Curah hujan yang tinggi dapat meyebabkan populasi lalat buah meningkat dan daya hidup lalat buah di dataran tinggi umumnya lebih lama dibandingkan dataran rendah sehingga fluktuasi populasi lalat buah yang terjadi relatif stabil. Zahara (2002) menambahkan bahwa aktivitas terbang lalat buah sangat dipengaruhi oleh keadaan waktu, cuaca dan lingkungan sekitarnya.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan UJGD taraf 5%.

Gambar 1. Populasi imago lalat buah

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1, bahwa persentase kelulushidupan imago lalat buah pada Kecamatan Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan menunjukkan tidak terjadi perbedaan pada masing-masing perlakuan yang berturut-turut 76.23%, 61.86% dan 78.53%. Diduga buah cabai yang diserang lalat buah memiliki nutrisi yang sama untuk perkembangan lalat buah. Iskandar et al., (2010) berpendapat bahwa kematian lalat buah yang diberi pakan dengan tambahan monosodium glutamat dapat disebabkan oleh kesalahan metabolisme yakni enzim-enzim yang diperlukan untuk metabolisme tidak terbentuk atau mengalami kesalahan secara fisiologis. Lebih lanjut Sudarsono (2000) menjelaskan bahwa perbedaan populasi di lokasi tanam juga berhubungan dengan suhu lingkungan

2.11 a 1.67 a 20.78 b 0 5 10 15 20 25

Purwanegara Karangkobar Pagentan

P o pul as i im ago l al at b ua h ( in di vi du) Lokasi

(4)

14 pertanaman. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi perbedaan kepadatan populasi ini diduga berhubungan dengan jumlah buah, suhu dan kelembapan di lingkungan pertanaman.

Tabel 1. Kelulushidupan lalat buah

Tempat Kelulushidupan lalat buah (%)

Purwanegara 76.23 a

Karangkobar 61.86 a

Pagentan 78.53 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan UJGD taraf 5%.

Populasi parasitoid pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata (Gambar 2). Populasi parasitoid di Kecamatan Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan berturut-turut sebanyak 0.44, 0.22 dan 1.22 individu. Menurut Kandowangko et al., (2011), adanya curah hujan yang cukup tinggi mungkin mempengaruhi terhadap kepadatan populasi parasitoid dan aktivitas parasitoid untuk menemukan inang. Parasitoid berukuran kecil dan berada pada permukaan tanaman untuk mencari inang yang akan diparasit, oleh karena itu dengan adanya curah hujan selama penelitian parasitoid tertekan. Sedangkan hama umumnya berada di dalam jaringan tanaman (contohnya buah), sehingga pengaruh curah hujan terhadap hama sangat kecil dibandingkan parasitoid.

Populasi parasitoid cenderung paling banyak di kecamatan Pagentan, hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor biotik dan bukan ketinggian tempat. BPS Kab. Banjarnegara (2013), ketinggian tempat lokasi penelitian sebagai berikut, Purwanegara 157 mdpl, Pagentan 935 mdpl dan Karangkobar 1.015 mdpl. Suputa et al., (2007) menambahkan bahwa tingkat parasitisasi bervariasi diduga selain disebabkan oleh pengaruh ketinggian tempat, juga dipengaruhi iklim makro dan mikro serta faktor biotik sekitar tanaman inang. Wang et al., (2013), perilaku parasitoid telur lalat buah ada yang memiliki kecenderungan lebih suka akan meletakkan telur pada telur muda.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan UJGD taraf 5%.

Gambar 2. Populasi parasitoid

Tidak adanya perbedaan perlakuan pada populasi parasitoid diduga juga karena metode budidaya yang dilakukan pada tiap kecamatan cenderung sama, yaitu adanya penggunaan insektisida kimia sintetis yang sudah dilakukan terjadwal. Penggunaan insektisida yang kurang bijaksana dapat menurunkan populasi organisme bukan sasaran misalnya musuh alami berupa parasitoid, oleh karena itu populasinya dapat menurun. Aminatun (2012), konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan menyediakan tanaman alternatif sebagai habitat musuh alami maupun sebagai inang alternatif bagi serangga hama. Dalam aplikasinya di lapang, masih perlu kajian lebih lanjut untuk mementukan jenis gulma agar terhindar dari dampak negatif dari kompetisinya dengan tanaman yang dibudidayakan.

0.44 a 0.22 a 1.22 a 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Purwanegara Karangkobar Pagentan

P o pul as i pa ra si to id (i n di vi du) Lokasi

(5)

15 Lebih lanjut Suputa et al., (2007), rendahnya parasitisasi diduga disebabkan oleh fekunditas parasitoid yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan fekunditas lalat buah.

KESIMPULAN

Populasi imago Bactrocera spp. tertinggi di Kecamatan Pagentan yaitu 20.78 individu, sedangkan di Kecamatan Purwanegara dan Karangkobar berturut-turut 2.11 dan 1.67 individu. Populasi parasitoid famili Braconidae belum mampu menurunkan populasi lalat buah. Populasi parasitoid pada Kecamatan Purwanegara, Karangkobar dan Pagentan berturut-turut yaitu 0.44, 0.22, dan 1.22 individu.

DAFTAR PUSTAKA

Aminatun T. 2012. Teknik pengendalian serangga hama tanaman padi dengan konservasi musuh alami. Majalah Ilmiah Populer WUNY. September 2012.

Borror, D.J., C.A. Triplehorn & N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Terjemahan S. Partosoedjono & M.D. Brotowidjojo. UGM Press, Yogyakarta.

BPS Kab. Banjarnegara. 2013. Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2013.

www.bps.banjarnegarakab.go.id. Diakses 2 November 2014.

Herlinda S., Mayasari R., Adam T., Pujiastuti Y. 2007. Populasi dan serangan lalat buah Bractocera

dorsalis (Hendel) (Diptera : Tephritidae) serta potensi parasitoidnya pada pertanaman cabai

(Capsicum annum L.). Makalah disampaiakan pada Seminar Nasional dan Kongres Ilmu

Pengetahuan Wilayah Barat, Palembang, 3 - 5 Juni 2007.

Iskandar RD., S.S. Adisewojo, & E. Mursyanti. Pengaruh Monosodium Glutamat (MSG) terhadap fenotip lalat buah (Drosophila melanogaster). J.Biota 6 (2) : 73 - 80.

Kandowangko D., Engka R., Rimbing J. 2011. jenis parasitoid telur hama Conopomorpha cramerella pada tanaman kakao di Sulawesi Utara. Eugenia Vol. 17 No. 1 April 2011. Hal 21 - 27. Sudarsono DS. 2000. Kajian populasi hama dan tingkat kerusakan tanaman cabai merah di tiga daerah

di Yogyakarta. Agr UMY Vol. VIII/1, Januari 2000. Hal. 1 - 6.

Suputa, Arminudin AT, Jatuasri P, Rahmawati IP, Trisyono YA. 2007. Tingkat parasitisasi Fopius

arianus (Hymenoptera : Braconidae) pada lalat buah belimbing di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 13, No. 2, 2007: 106 - 113. Wang X., Bokonon-Ganta AH., Ramadan MM., Messing RH. 2013. Classical biological control of

Tephritid fruit using parasitoid in Hawaii: interspecific competition and potential non-target impact.

Zahara F. 2002. Pemanfaatan metal eugenol untuk pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) pada tanaman jeruk siam (Citrus nobilis). Jurnal Ilmiah Pertanian, Vol. 37 No. 2, September 2002. Hal 40 - 44.

Gambar

Gambar 1. Populasi imago lalat buah
Tabel 1. Kelulushidupan lalat buah

Referensi

Dokumen terkait

Keramahan adalah salah satu dimensi kualitas pelayanan yang efeknya dapat langsung dirasakan oleh pengguna jasa, yaitu bagaimana sikap pegawai dalam memberikan

Dalam penggunaan tanaman sebagai obat diperlukan suatu standarisasi. Hal ini dilakukan agar khasiat dan stabilitas dari suatu ekstrak dan simplisia dapat terjaga maka

Berbeda dengan data pada bagian ke dua atau out of sample dengan periode data yang lebih singkat hasil perhitungan optimal hedge dalam periode ini menemukan bahwa model OLS

Hasil penelitian menemukan (i)Bahwa konfigurasi Politik hukum mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan di Pendidikan Tinggi pada masa Orde Lama (awal

1) Observasi Non-Sistematis, adalah observasi yang dilakukan pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. 2) Observasi Sistematis, adalah observasi yang

Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan

Kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Bantul direncanakan seluas kurang lebih 1.001 (seribu satu) Hektar atau 1,98% (satu koma sembilan delapan persen) dari luas

LELA SITI NURFAJRIYAH, S.Ag - MTs Ponpes Al Basyariyah Cigondewah Hilir Marga Asih Bandung 022-5415424 Aqidah-Akhlak 499 OTONG SUNANDAR, S.Pd - MTs Al Ihsan Jl Galanggang No