• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Teoretis

Pada bab ini penulis ingin mengemukakan mengenai dasar-dasar teori yang menjadi pokok pembahasan yang berhubungan dengan permasalahan. Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan permasalahan yangs sedang dihadapi dengan teori-teori yang berhubungan, sehingga akan didapat pemahaman yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

2.1.1 Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yag membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Menurut UU RI No.8 Tahun 1995, pasal 1 tentang pasar modal (dalam Samsul, 2006:43) mendefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdangangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar modal adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi dan juga merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2010:29). Menurut Sunariyah (2006:4) pasar modal adalah sistem keuangan terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank

(2)

komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

Menurut Husnan (2005:3) pasar modal adalah didefisinikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara dengan negara yang lain. Pasar modal merupakan sarana yang dipakai pada individu atau perusahaan yang mempunyai kelebihan dana untuk melakukan investasi dalam surat berharga dengan cara mendaftarkan terlebih dahulu pada bursa efek di pasar modal. Dengan berkembangnya pasar modal, perusahaan dapat menata kembali struktur modal agar menjadi baik.

2. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lenders ke borrowers. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.

Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dana para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat

(3)

langsung dalam kepemilikan aktiva rill yang diperlukan untuk investasi tersebut. Fungsi ini sebenarnya yang dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya seperti lembaga perbankan hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang (Husnan, 2005:4).

Menurut Sunariyah (2006:7) fungsi pasar modal dari aspek mikro yang ditinjau dari kepentingan para pelaku modal adalah sebagai berikut :

a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara langsung).

b. Pasar modal memberi kesempatan bagi investor untuk menjual kembali saham yang dimiliknya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yag dimilikinya sampai saat likuidasi perusahaan. Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima uangnya kembali.

c. Pasar modal meberi kesempatan bagi investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal. Untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan dividen dan stabilitas harga

(4)

sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas.

d. Kesempatan pada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil dalam perusahaan publik. e. Pasar mosal melindungi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi

para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Dengan adanya para pelaku pasar modal tersebut, biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku pasar bursa, sehingga jauh lebih murah.

Dengan adanya fungsi strategis yang ada menyebabkan lembaga pasar modal ini mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal keluar negeri. Bila suatu negara tidak ada pasar modal kemungkinan besar akan terjadi capital flight karena tidak adanya sarana investasi bagi para pemilik dana.

3. Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Keberhasilan Pasar Modal

Menurut Husnan (2009:8) pasar modal merupakan tempat pertemuan supply and demand akan jangka panjang yang transferable. Karena itu

(5)

pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demnad. Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain :

a. Supply Sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang tersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. Tetapi juga berarti bahwa penggunaan dana yang diperoleh dari penerbitan sekuritas tersebut memang menguntungkan. Pada negara-negara yang sedang berkembang, faktor tersebut perlu diperhatikan karena mungkin tidak banyak perusahaan yang memenuhi persyaratan dan bersedia untuk menerbitkan sekuritas.

b. Demand akan Sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dpergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari individu, perusahaan non-keuangan, maupun lembaga keuangan. Sehubungan dengan faktor ini, maka income per capita suatu negara dan distribusi pendapatan mempengaruhi besar kecilnya demand sekuritas.

c. Kondisi Politik dan Ekonomi

Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan membantu pertumbuhan ekonomi yang ada pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.

d. Masalah Hukum dan Peraturan

Pembelian sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.

(6)

Kebenaran informasi, karena itu menjadi sangat penting disamping kecepatan dan kelengkapan informasi.

e. Peran Lembaga-Lembaga Pendukung Pasar Modal

Lembaga-lembaga seperti BAPEPAM, bursa efek, akuntan publik, underwriter, wali amanat, notaris, konsultan hukum, lembaga clearing, dan lain-lain perlu untuk bekerja dengan profesional dan bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek bisa berlangsung dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya.

4. Lembaga-Lembaga Pendukung Pasar Modal

Menurut Husnan (2005:9) di dalam mengatur dan mengarahkan mekanisme pasar modal di bentuk lembaga-lembaga yang diatur dengan di keluarkannya keputusan presiden No.53/1990 sebagai berikut:

a. BAPEPAM

Lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengatur dan mengawasi pasar modal di Indonesia.

b. Bursa efek

Lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan efek/sekuritas. c. Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.

d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa kustodian (penyimpanan efek) sentral dan penyelesaian transaksi efek.

(7)

e. Perusahaan Efek

Perusahaan efek dapat menjalankan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek dan atau Manajer Investasi setelah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM.

f. Reksa Dana

Merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

g. Kustodian

Menyelenggarakan kegiatan penitipan, bertanggung jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara Kustodian dan pemegang rekening tadi.

h. Biro Administrasi Efek

Lembaga yang menyelenggarakan kegiatan jual beli saham yang diterbitkan yang dipilih oleh emiten berdasarkan atas kontrak tertentu.

i. Wali amanat (Trustee)

Pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit.

j. Akuntan publik

Tugas utama dari akuntan publik adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan.

(8)

k. Notaris

Jasa dari notaris diperlukan untuk memuat berita acara rapat umum pemegang saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS.

l. Konsultan hukum

Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas dipasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain dan juga keabsahan dokumen-dokumen perusahaan perusahaan perlu diperiksa oleh konsultan hukum tersebut.

m. Penilai (Appraisal)

Merupakan perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar.

5. Bentuk Pasar Modal

Menurut Jogiyanto (2010:33) penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya dilakukan sesuai dengan bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam yaitu :

a. Pasar Perdana (Primary Market)

Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

(9)

c. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup.

d. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.

2.1.2 Investasi

1. Pengertian Investasi

Menurut Tandelilin (2010:2) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2010:5).

Menurut Sunariyah (2006:4) Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya memiliki jangka waktu dengan harapan akan mendapat keuntungan di masa yang akan datang, dimana keputusan penanaman modal tersebut dilakukan oleh individu atau entitas yang mempunyai kelebihan dana. Menurut Halim (2005:2) investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pasa saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa datang.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan aktifitas penanaman modal pada satu atau lebih perusahaan dalam

(10)

jangka waktu yang tidak terbatas, dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih di masa yang akan datang.

2. Tujuan Investasi

Menurut Tandelilin (2010:7) tujuan investor melakukan investasi yaitu untuk mendapatkan keuntungan, dalam arti luas tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.

Secara lebih khusus alasan untuk berinvestasi adalah :

a) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

b) Untuk mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

(11)

3. Jenis Investasi

Menurut Jogiyanto (2010:7) jenis investasi berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung.

a) Investasi Langsung

Dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan atau aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-diperjual-belikan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan pleh suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain.

b) Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.

4. Faktor Pertimbangan Investasi

Menurut Tandelilin (2010:9) sebelum melaksanakan program investasi, banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Pertimbangan ini dilakukan melalui analisa yang mendalam tentang beberapa hal, terutama perpaduan antara aspek profitability (aspek keuntungan) dan aspek safety(aspek keamanan). Faktor-faktor pertimbangan tersebut antara lain :

a) Tingkat Bunga

Pilihan penempatan dana dalam investasi akan sangat banyak dipengaruhi oleh tingkat bunga yang menarik, namun risiko harus minimum. Banyak

(12)

contoh yang terjadi, di saat seperti ini banyak bank yang mencari saham atau obligasi yang mendekati jatuh tempo dan masih menawarkan bunga tinggi dengan harga yang relatif turun.

b) Safety and Quality

Credit standing dari penerbit saham dan obligasi akan sangat berperan disini. Jika penerbit obligasi adalah pemerintah pusat atau BI maka obligasi itu “risk free”. Kualitas surat berharga akan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan keuangan dan tentu saja kepercayaan masyarakat seperti halnya terhadap BI. c) Marketability

Adalah kemampuan efek-efek untuk dijual kembali. Artinya bila suatu saat Bank sangat membutuhkan uang dan pimpinan Bank memutuskan untuk menjual sebagian atau seluruh surat berharga yang dimiliki, maka baik saham maupun obligasi akan mudah ditawarkan atau dibeli.

d) Maturity Date

Pertimbangan terhadap jangka waktu dikaitkan dengan risiko yang mungkin timbul sehubungan dengan credit rating dari penerbit. Bila jangka waktu melebihi 10 tahun dan lembaga penerbit kurang bonafite, tentu risiko akan tinggi.

e) Expectation

Harapan masa depan memegang peranan yang sangat penting dalam penilaian Bank, baik dikaitkan dengan keamanan maupun dengan capital gain atau deviden yang tinggi. Perkembangan nilai efek-efek dalam pasar modal akan memberikan harapan yang cerah bagi penanaman dana Bank.

(13)

f) Tax

Bank akan cenderung untuk membeli surat-surat berharga jangka menengah- panjang yang pajaknya minimum. Pajak atas dividen memang salah satu bagian dari sistem pajak progresif yang terus-menerus dikembangkan di Indonesia.

g) Diversifikasi

Pertimbangan terakhir adalah usaha dari manager Bank untuk diversifikasi dari investasinya pada berbagai bidang, misalnya pembelian saham perusahaan industri, usaha perdagangan, lembaga keuangan bukan bank atau pembelian saham atau obligasi bank-bank lain yang beredar di pasar modal. Usaha diversifikasi ini dihubungkan dengan sistem konversi atas kemungkinan timbulnya kerugian pada sektor usaha yang akan ditutup oleh keuntungan pada sektor usaha lainnya.

2.1.3 Saham

1. Pengertian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Menurut Tandelilin (2010:301) saham adalah surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Menurut Husnan (2009:279) saham yaitu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, disebut juga sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Menurut Sawidji (2009:140) saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pasa suatu Perseroan Terbatas (PT). Saham adalah

(14)

surat berharga sebagai bukti penyertaan atas kepemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas.

2. Jenis Saham

Menurut Halim (2005:16) di dalam perdagangan efek atau surat berharga terdapat beberapa jenis saham antara lain :

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham ini merupakan saham yang tidak memberikan suatu keistimewaan bagi pemiliknya, saham tersebut dibedakan menjadi :

1) Saham Blue Chip (Blue Chip Stock)

Saham yang emitennya memiliki reputasi baik yaitu emiten yang mampu menghasilkan pendapatan tinggi dan konsisten membayar dividen tunai.

2) Saham pendapatan (Income Stock)

Saham yang mampu membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan tahun-tahun sebelumnya.

3) Saham spekulatif (Speculative Stock)

Saham yang emitennya tidak mampu mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik dari masa-masa mendatang meskipun penghasilan ini belum tentu dapat direalisasi.

(15)

4) Saham Siklikan (Cyclical Stock)

Saham yang mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.

5) Saham Pertumbuhan (Growth Stock)

Saham yang emitennya merupakan pimpinan didalam industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil diatas rata-rata.

6) Saham Defensive (Defensive Stock)

Saham ini tidak berpengaruh oleh adanya situasi ekonomi makro ataupun kondisi secara umum.

b. Saham Istimewah

Saham ini memberikan keistimewaan kepada pemiliknya yaitu dijaminnya memperoleh laba dalam prosentase tertentu dari nilai nominalnya.

c. Saham Bonus

Merupakan perbandingan antara cadangan dan modal saham yang tidak berimbang pada suatu perseroan dan dapat dihilangkan dengan memberikan bonus bagi pemegang saham dengan cuma-cuma.

3. Keuntungan Investasi dalam Bentuk Saham

Investasi pada saham sangat memberikan harapan pengembalian dan tingkat keuntungan yang tinggi. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:8) manfaat yang diperoleh investor dalam insvestasi saham di pasar modal, yaitu:

(16)

a. Dividen

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.

b. Capital Gain

Merupakan selisih antara harga beli yang rendah dan harga jual yang tinggi, capital gain berbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan saham dipasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.

4. Kerugian Investasi dalam Bentuk Saham

Investasi saham mempunyai risiko yang paling tinggi karena investor bisa kehilangan semua modalnya jika emiten saham yang dibelinya bangkrut. Menurut Sunariyah (2006:49) kerugian yang dihadapi pemodal dengan melakukan investasi dalam bentuk saham, sebagai berikut :

a. Tidak Mendapat Dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Sehingga potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b. Capital Loss

Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual

(17)

saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss.

c. Saham di Delist dari Bursa (Delisting)

Jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist) biasanya karena kinerja yang buruk misalnya kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, atau berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek di bursa efek.

d. Perusahaan Bangkrut (Likuidasi)

Apabila perusahaan bangkrut maka pasti berdampak langsung pada saham tersebut. Sesuai dengan peraturan apabila perusahaan bangkrut atau likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut dikeluarkan dari bursa (delist). Dalam kondisi perusahaan likuidasi posisi pemegang saham lebih rendah dibandingkan kreditur (pemegang obligasi), artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih ada sisa baru dibagikan kepada pemegang saham.

2.1.4 Portofolio

1. Pengertian Portofolio

Teori portofolio dipelopori oleh Markowitz pada tahun 1956 yang merupakan aspek terpenting dalam investasi. Portofolio menggambarkan kepemilikan dari pada instrument investasi yang disusun dengan perencanaan yang matang untuk pencapaian hasil yang optimal melalui penyebaran risiko.

(18)

Portofolio dipilih atas dasar struktural penilaian investasi dan tujuan investasi. Suatu portofolio dibentuk guna memanfaatkan secara optimal situasi dan kondisi yang didasarkan pada pertimbangan risiko dan keuntungan. Portofolio mempunyai beberapa alternatif variasi dengan pertimbangan investor harus melihat risiko dan tingkat keuntungan yang bergerak positif didalam portofolio.

Menurut Sunariyah (2006:194) portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Menurut Husnan (2005:49) portofolio merupakan sekumpulan investasi yang menyangkut idenifikasi saham-saham yang mana akan dipilih dan menentukan proporsi dana yang ditanamkan pada masing-masing saham tersebut.

2. Return Portofolio

Menurut Jogiyanto (2010:253) mengukur return dan risiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi manager portofolio, return dari risiko seluruh sekuritas di dalam portofolio lebih diperlukan. Bagaimanapun juga menghitung return dan risiko untuk sekuritas tunggal juga berguna karena nilai-nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung return dan risiko portofolio.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Return Realisasi

Merupakan keuntungan yang telah terjadi. Keuntungan ini dihitung berdasarkan daa historis dan digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan.

(19)

Selain itu juga berguna sebagai dasar penentuan keuntungan ekspektsi dan risiko masa mendatang.

b. Return Ekspektasi

merupakan keuntungan yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang, jadi keuntungan ini belum terjadi.

Menurut Jogiyanto (2010:253) keuntungan dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Return Realisasi Portofolio (Portofolio Realized Return)

Merupakan rata-rata tertimbang dari keuntunngan-keuntungan realisasi tiap-tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebu. Secara matematis, return realisasi portofolio dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

Rp = return realisasi dari portofolio

Wi = porsi dari sekuritas i tehadap seluruh sekuritas di portofolio

Ri = return realisasi dari sekuritas ke-i

n = jumlah dari sekuritas tunggal

2) Return Ekspektasi Portofolio (Portofolio Expected Return)

Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasian tiap-tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut :

(20)

Keterangan :

E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio

Wi = porsi dari sekurias i terhadap seluruh sekuritas di portofolio

E(Ri) = return ekspektasi dari sekuritas ke-i

n = jumlah dari sekuritas tunggal 3. Risiko Portofolio

Risiko disebabkan oleh adanya ketidakpastian masa yang akan datang bagi peminjam uang, karena suatu hal yang tidak bisa diduga tidak dapat melunasinya.

Menurut Halim (2005:38) risiko merupakan besarnya pemyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian actual (actual return), semakin besar tingkat perbedaan berarti semakin besar pula tingkat risikonya.

Menurut Sawidji (2009:144) ada tiga pengertian risiko di dalam surat berharga, yaitu :

a. Risiko Sistematis adalah risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dalam diversifikasi. Bisa juga disebut risiko pasar (market risk).

b. Risiko Tidak Sistematis adalah risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi surat berharga (unique risk).

c. Total Risiko adalah penjumlahan kedua jenis risio yaitu risiko sistematis ditambah dengan risiko yang tidak sistematis.

(21)

Ketiga keadaan diatas dapat ditunjukkan pada gambar 1 berikut : Risiko (%)

Jumlah Saham

Gambar 1

Pengurangan Risiko Dengan Diversifikasi Sumber : Sawidji (2009:144)

A = risiko sistematis (market risk) B = risiko tidak sistematis (unique risk) C = total risiko (total risiko)

Para pemodal melakukan diversifikasi investasi karena mereka mengurangi risiko yang mereka tanggung. Semakin banyak jumlah jenis saham dalam suatu investasi portofolio, maka semakin kecil risiko yang dihadapi.

4. Pembentukan Portofolio yang Efisien

Portofolio efisien merupakan portofolio yang baik, tetapi bukan yang terbaik. Hanya ada satu portofolio yang terbaik, yaitu portofolio optimal. Suatu portofolio optimal juga sekaligus portofolio efisien, tetapi suatu portofolio efisien belum tentu portofolio optimal.

Menurut Jogiyanto (2010:309) mendefisinikan portofolio efisien (efficient portofolio) sebagai portofolio yang memberikan return ekpektasi terbesar dengan risiko yang tertentu atau memberikan risiko terkecil dengan return ekspekasi yeng tertentu. Portofolio yang efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat

C

B A

(22)

return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan memilih portofolio efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio.

Menurut Bodied an Kane dkk (2008:288) suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi sebagai berikut :

a. Memberikan expected return terbesar dengan risiko yang sama. b. Memberikan risiko terkecil dengan expected return yang sama.

Untuk membentuk portofolio yang efisien, kita harus berpegang pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang paling penting adalah bahwa semua investor tidak menyukai risiko (Tandelilin, 2010:177).

5. Pembentukan Portofolio yang Optimal

Menurut Jogiyanto (2010:361) perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suau sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Angka tersebut adalah rasio antara acses return dengan Beta (excess return to beta ratio). Rasio ini adalah :

Keterangan :

(23)

E(Ri) = return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas ke-i

RBR = return aktiva bebas risiko

βi = beta sekuritas ke-i

Excess return didefisinikan sebagai selisih return ekspekasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko.

Portofolio yang optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Aktiva-aktiva dengan rasio ERB yang rendah tidak akan dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi.

Langkah berikutnya adalah menghitung Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-I sebagai berikut :

Dan

Keterangan :

= varian dari kesalahan residu sekurias ke-I yang juga merupaka risiko unik atau risiko tidak sistematik.

(24)

Kemudian menetapkan satu titik pembatas (cut-off point = C*). Untuk C* berasal dari Ci yang terbesar. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan

rumus sebagai berikut :

Keterangan :

= varian dari return indeks pasar 6. Diversifikasi

Telah diketahui bahwa risiko yang dapat didiversifikiasikan adalah risiko yang tidak sistematik atau risiko spesifik dan unik untuk perusahaan. Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan beberapa cara sebagai berikut :

a. Diversifikasi dengan banyak aktiva

Risiko dari portofolio akan menurun dengan cepat dengan semakin besarnya jumlah sekuritas (n). semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya.

b. Diversifikasi secara random

Diversifikasi secara random merupakan pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya return dari sekuritas itu sendiri. Dengan diversifikasi ini keuntungan diversifikasi dapat dicapai hanya dengan

(25)

sekuritas yang tidak terlalu banyak, yaitu hanya kurang dari 15 sekuritas sudah dapat mencapai diversifikasi optimal.

c. Diversifikasi secara Markowitz

Dengan menggunakan metode mean-variance dari Markowitz, sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio.

7. Model Indeks Tunggal

Sharpe (dalam Jogiyanto, 2010:339) konsep model indeks tunggal merupakan teori investasi yang dalam perkembangannya digunakan untuk menyederhanakan perhitungan di model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input yang dibutuhkan dengan memperhitungkan risiko pasar sebagai pembandingnya.

Menurut Husnan (2008:103) konsep model indeks tunggal adalah menyatakan pada saat “pasar” membaik ( yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga saham-saham akan turun harganya.

Keuntungan saham berasal dari perubahan harga saham dan pembagian dividen, berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar, maka tingkat keuntungan masing-masing saham dapat dihitung menggunakan rumus : (Jogiyanto, 2008:197)

(26)

Dalam analisis ekonomi, sering kita merasa tidak cukup sekedar mengetahui bagaimana hubungan (association) antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Kita ingin memperkirakan apa yang akan terjadi dengan suau variabel apabila variabel yang lain berubah. Hubungan fungsional ini dikenal sebagai regresi (Husnan, 2008:115).

Pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar yang dapat dipilih untuk pasar misalnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) atau indeks untuk saham-saham yang aktif saja (misal ILQ-45). Jika digunakan IHSG, maka return pasar untuk waktu ke-t dapat dihitung sebesar : (Jogiyanto, 2010:340)

Return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan : (Jogiyanto, 2010:340)

(27)

Maka return ekspektasi dapa dinyatakan sebagai berikut : (Jogiyanto, 2010:342)

Risiko (varian return) sekuritas yang dihitung berdasarkan model indeks tunggal terdiri dari dua bagian : pertama, risiko yang berhubungan dengan pasar (market related risk) yaitu βi2. m2 dan kedua risiko unik masing-masing

perusahaan (unique risk) yaitu ei2, naka rumus varian return sekuritas

berdasarkan model indeks tunggal adalah : (Jogiyanto, 2010:346)

Menurut Jogiyanto (2010:356) model indeks tunggal dapat digunakan sebagai input analisis portofolio, dapat juga langsung digunakan untuk analisis portofolio. Analisis portofolio menyangkut perhitungan return ekspektasi portofolio dan risiko portofolio. Model indeks tunggal mempunyai beberapa karakeristik sebagai berikut :

a. Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing

sekuritas (βi) :

b. Alpha portofolio (αp) juga merupakan rata-rata tertimbang dari Alpha tiap-tiap

(28)

Return ekspektasi portofolio adalah keuntungan yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang, jadi keuntungan ini belum terjadi, maka return ekspektasi portofolio dapat dihitung dengan rumus : (Jogiyanto, 2010:357)

Risiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut, risiko portofolio dapat dihitung menggunakan rumus : (Jogiyanto, 2010:357)

Model indeks tunggal menggunakan asumsi-asumsi yang merupakan karakteristik sehingga menjadi berbeda dengan model-model yang lain. Asumsi utama dari model indeks tunggal adalah kesalahan residu dari ke-i atau ei tidak

berkorelasi dengan ej untuk semua nilai dari i dan j. asumsi ini secara sistematis

dapat dituliskan sebagai : (Jogiyanto, 2010:343) Cov (ei,ej) = 0

Return indeks pasar (Rm) dan kesalahan residu untuk tiap-tiap sekuritas

atau saham (ei) merupakan variabel acak. Maka ei tidak berkorelasi dengan Rm,

dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut : (Jogiyanto, 2010:344) Cov (ei,Rm) = 0

(29)

Asumsi-asumsi model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan umum terhadap indeks pasar.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sumber dan bahan masukkan karena tema penelitian tersebut berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh penulis. Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan : 1) Hasil penelitian oleh Didin Marfitasari (2011)

Didin Marfitasari (2010) melakukan penelitian mengenai “Analisis Portofolio Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Dalam Upaya Memilih Saham Yang Optimal Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia”. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model indeks tunggal terdapat 3 saham perusahaan farmasi yang masuk dalam portofolio optimal dari 9 saham perusahaan farmasi yang telah terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2009.

Ketiga perusahaan tersebut memiliki dalam bentuk prosentase untuk pembentukan portofolio optimalnya, dengan proporsi :

PT Merck (MERK) : 3,59%

PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) : 81,21%

PT Scharing Plough Indonesia Tbk (SCPI) : 15,20%

Setelah melalui perhitungan analisis portofolio terdapat perhitungan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 0,6442, yang risiko portofolionya

(30)

1,0067. Hal ini dapat dikatakan bahwa portofolio saham dapat digunakan sebagai analisis, akan tetapi tidak dapat digunakan sebagai optimalisasi keuntungan investasi saham bagi investor yang menanamkan modalnya di PT Merck Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Scharing Plough Indonesia Tbk, karena tingkat keuntungan yang diharapkan nilainya masih lebih kecil dibandingkan dengan risikonya. Dan diketahui beta saham-saham portofolio yang optimal ternyata lebih besar atau sama dengan satu (1) yang menunjukkan bahwa portofolio optimal dari perusahaan farmasi tersebut memiliki sensitifitas yang kuat terhadap perubahan pasar.

2) Hasil penelitian oleh Handiartani (2010)

Handiartani (2010) melakukan penelitian mengenai “Analisis Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Untuk Memilih Saham-Saham Sebagai Pertimbangan Investasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian menunjukkan hanya terdapat 3 saham yang efisien dari 10 saham sampel dalam portofolio optimal yaitu PT Bank Mega (MEGA), PT Bank Ekonomi Raharja (BAEK), PT Bank Negara Indonesia (BNI).

Handiartani (2010) menggunakan model indeks tunggal dalam pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan data harga saham bulanan dan pembagian dividen bulanan periode tahun 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model indeks tunggal baik digunakan dalam pembentukan portofolio optimal. Pada penelitian ini menggunakan proporsi 50%:50%, 40%:60%, 30%:70% sehingga didapatkan

(31)

titik efisien pada portofolio 1 antara saham PT Bank Mega (MEGA) dan saham PT Bank Ekonomi Raharja (BAEK) pada portofolio 3 antara saham PT Bank Ekonomi Raharja (BAEK) dan saham PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang mana dengan alasan adanya perbedaan harga saham, tingkat keuntungan, risiko individu dan beta yang menyertai saham-saham tersebut. Analisis atas saham dilakukan dengan membandingkan ERB (Excess Return to Beta) yang merupakan selisih return ekspektasi dengan aktiva bebas risiko. Rasio ERB menunjukkan rasio hubungan antara return dan risiko.

3) Hasil penelitian oleh Widyantini (2005)

Widyantini (2005) melakukan penelitian mengenai “ Analisis Dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham-Saham LQ-45”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat empat saham yang efisien dalam portofolio optimal yaitu saham Tempo Scan Pasifik, saham HM Sampoerna, saham Ramayana Argo Lestari Sentosa, dan saham HM Sampoerna. Beliau menggunakan model indeks tunggal dan model constant correlation dalam pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan data harga saham mingguan periode 2003 hingga 2004.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model indeks tunggal lebih baik jika dibandingkan dengan model constant correlation dalam pembentukan portofolio yang optimal. Hasil simulasi cut-off point (C*) dalam model indeks tunggal memperlihatkan bahwa semua saham yang menjadi kandidat awal untuk masuk dalam portofolio optimal memiliki nilai Ri-Rf βi

(32)

menjadi portofolio optimal. Nilai cut-off point (C*) merupakan batas suatu saham masuk menjadi portofolio optimal.

(33)

2.3. Rerangka Pemikiran

Sampel Perusahaan Manufatur

Data yang Digunakan

Model Indeks Tunggal

PT.Unilever Indonesia Tbk, PT.Holcim Indonesia Tbk, PT.Multi Bintang Indonesia Tbk, PT.Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT.Astra International Tbk.

Harga saham individu Dividen yang dibagi

Tingkat suku bunga Sertikat Bank Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Tingkat Keuntungan Masing-Masing saham (Rit)

Tingkat Keuntungan Ekspektasi (E(Ri))

Alpha, Beta Saham, dan Tingkat Keuntungan Ekspektasi dari Indeks Pasar

Tingkat Risiko Pasar (σm) Varian dari Keuntungan Pasar (σm)

Menentukan Varian dari Kesalahan Residu Excess Return to Beta (ERB)

Menghitung Keuntungan Ekspektasi Portofolio (E(Rp)) Alpha

Portofolio, Beta Portofolio, dan Tingkat Keuntungan Ekspektasi Indeks Pasar Menghitung Risiko Portofolio (σp)

Saham yang Paling Optimal

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memilih warna dominan hijau dan orange, hijau memberi kesan fresh pada rubrik ini tetapi tetap masuk dalam konsep karna halaman ini membahas pramuka, sedangkan

Senyawa turunan vinkadiformina yang tidak memiliki nilai aktivitas antimalaria pada rentang tersebut tidak dapat diterima sebab berada di luar rentang intrapolasi model

Permasalahan  dasar  adanya  gap  antara  akademi  dan  industri  adalah  karena  karakter  dan  sudut 

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data bahwa jumlah bakteri susu sapi perah di peternakan SNAKMA Cikole pada perlakuan sampel kontrol (dipping dengan air

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Identifikasi unsur dalam cuplikan lapisan tipis yang terdeposit pada permukaan substrat kaca dilakukan dengan menggunakan metode analisis aktivasi neutron cepat menunjukkan bahwa

Dua responden memiliki orientasi masa depan pada bidang yang berbeda, namun walaupun demikian mereka telah memiliki gambaran yang jelas terkait perencanaan masa depan pada

Penyediaan Layanan Rujukan Lanjutan bagi Perempuan Korban Kekerasan yang Memerlukan Koordinasi Kewenangan Kabupaten/Kota Pengelolaan Data Fakir Miskin Cakupan.