• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PLB 1001295 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PLB 1001295 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Sheila Muflihah, 2015

POLA KOMUNIKASI SISWA TUNANETRA DENGAN SISWA TUNARUNGU DI SLBN-A CITEUREUP KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diperoleh bahwa pola komunikasi

siswa tunanetra dengan siswa tunarungu menggunakan komunikasi verbal baik

secara lisan ataupun tulisan tidak jauh berbeda dengan komunikasi verbal pada

umumnya. Sisa pendengaran yang dimiliki siswa tunarungu memungkinkan

adanya kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan yang lebih

baik jika dibandingkan dengan siswa tunarungu yang tidak memiliki sisa

pendengaran. Selain bahasa lisan, mereka menggunakan bahasa tulisan untuk

saling bertukar informasi. Sisa pendengaran yang dimiliki siswa tunarungu

memungkinkan adanya kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

lisan yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa tunarungu yang tidak

memiliki sisa pendengaran. Selain bahasa lisan, mereka menggunakan bahasa

tulisan untuk saling bertukar informasi. Sama halnya dengan pola komunikasi

secara verbal, pola komunikasi dengan menggunakan komunikasi total tidak jauh

berbeda dengan komunikasi pada umumnya. Pola komunikasi pada komunikasi

total dapat terjalin apabila dilakukan oleh siswa tunanetra yang masih memiliki

sisa penglihatan dengan siswa tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran.

terdapat pola komunikasi yang berbeda dengan pola komunikasi lainnya yaitu

pola komunikasi dengan menggunakan komunikasi nonverbal dengan

menggunakan bahasa isyarat, pola komunikasi ini bisa terjalin diantara siswa

tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan dan siswa tunarungu yang masih

memiliki sisa pendengaran ataupun tidak. Pola komunikasi siswa tunanetra

terhadap siswa tunarungu dimulai dengan siswa tunanetra menghampiri siswa

tunarungu kemudian menepuknya, dilanjutkan dengan menyampaikan pesan

dengan menggunakan bahasa isyarat. Adapun pola komunikasi siswa tunarungu

terhadap siswa tunanetra yaitu dimulai dengan menepuk siswa tunanetra

kemudian menyampaikan pesan menggunakan bahasa isyarat dengan posisi

tangan siswa tunarungu didekatkan pada bola mata siswa tunanetra.

Pola komunkasi yang terjalin tidak selalu berjalan dengan mudah, terkadang

timbul kesalahpahaman yang terjadi akibat adanya kesulitan dalam

(2)

51

Sheila Muflihah, 2015

POLA KOMUNIKASI SISWA TUNANETRA DENGAN SISWA TUNARUNGU DI SLBN-A CITEUREUP KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saat berkomunikasi dengan siswa tunarungu diantaranya adalah penggunaan

bahasa tulisan siswa tunarungu tidak dapat sepenuhnya dimengerti siswa

tunanetra dikarenakan susunan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan aturan

pola kalimat dasar, dan penggunaan bahasa lisan yang disampaikan siswa

tunarungu tidak selalu dapat dipahami dengan baik oleh siswa tunanetra karena

terdapat beberapa pengucapan yang tidak dilafalkan dengan baik. Adapun

kesulitan yang dihadapi siswa tunarungu yaitu ketika menafsirkan pesan dengan

menggunakan bahasa tulisan yang kompleks dari siswa tunanetra, dan pada saat

mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan, siswa tunarungu

kesulitan membaca gerak bibir siswa tunanetra yang terlalu cepat.

Berkaitan dengan kesulitan tersebut, terdapat beberapa upaya yang dilakukan

siswa tunanetra dengan siswa tunarungu untuk memudahkan mereka dalam

berkomunikasi. Upaya yang dilakukan seperti, memanfaatkan layanan short

message service (SMS), memanfaatkan handphone siswa tunanetra untuk

berkomunikasi dengan cara bergantian mengetik pesan, dan menggunakan media

sosial. Terdapat pula upaya yang dilakuan siswa tunarungu yaitu dengan

mengajarkan bahasa isyarat pada siswa tunanetra yang masih memiliki sisa

penglihatan untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, maka rekomendasi yang

akan diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Dengan keberagaman siswa yang ada, sekolah disarankan untuk membuat

program khusus seperti mengadakan kegiatan yang melibatkan siswa tunanetra

dan siswa tunarungu, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih

intensif lagi.

2. Bagi Guru dan Pembimbing Asrama

Guru dan pembimbing asrama diharapkan mampu menjadi penengah siswa

tunanetra dengan siswa tunarungu saat terjadi kesalapahaman akibat keterbatasan

pemahaman diantara siswa tersebut.

(3)

52

Sheila Muflihah, 2015

POLA KOMUNIKASI SISWA TUNANETRA DENGAN SISWA TUNARUNGU DI SLBN-A CITEUREUP KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola komunikasi siswa tunanetra

dengan siswa tunarungu di lingkungan yang berbeda dan mengembangkan

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 ini dibuat mengacu kepada Rencana Strategis Sekretariat Daerah

Substitusi tepung protein tinggi dengan tepung beras merah dan mocal dapat meningkatkan nilai fungsionalnya seperti serat kasar, antosianin tetapi menurunkan kadar gluten maka

Inisiasi Menyusu Dini pada ibu bersalin dapat mengaktifkan hormon oksitosin yang dapat mempercepat lama kala III dan mencegah perdarahan pada kala IV.. Tujuan: Untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan spermatozoa pada suhu ruang maka motilitas dan viabilitas akan semakin turun dimana motilitas dan

[r]

a. Perencanaan Tindakan: Dalam tahap perencanaan tindakan dilaksanakan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Menyamakan persepsi dengan guru mengenai model pembelajaran

1. Tahap pendahuluan , meliputi kajian studi literatur dan sumber informasi lainnya terutama sistem tanggap bencana banjir yang ada sekarang sehingga dapat

Meningkatkan kemampuan profesional guru adalah suatu keharusan bagi setiap guru. Setiap guru harus menyadari kekurangan yang dimiliki, khususnya yang menyangkut dengan