Opilona Badriyah, 2015
TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP SAMPAH DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat di Kecamatan Bjongloa Kaler.
Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan salah satu dari 30 Kecamatan yang terdapat
di wilayah Kota Bandung. Secara geografis Kecamatan Bojongloa Kaler terletak
antara 107°58’3” BT - 107°60’00” BT dan 6°9’25” LS - 6°9’41”LS, dengan luas wilayah 303,4 Ha dan berada di ketinngian ±755 meter dpl (diatas permukaan laut).
Pada tahun 1969-1989 bernama Kecamatan Bojongloa yang terdiri dari 7
Kelurahan yaitu Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo,
Sukaasih, Situsaeur dan Kelurahan Kebonlega. Namun, sejak tahun 1989 dipecah
menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Bojongloa
Kidul. Saat ini Kecamatan Bojongloa Kaler terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu :
Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, dan Suka Asih.
Sedangkan Kelurahan Situsaeur dan Kebonlega masuk ke Kecamatan Bojongloa
Kidul. Secara administratif Kecamatan Bojongloa Kaler berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Andir
Sebelah Selatan : Kecamatan Bojongloa Kidul
Sebelah Timur : Kecamatan Astana Anyar
Sebelah Barat : Kecamatan Babakan Ciparay
Menurut administratif pembangunan, Kecamatan Bojongloa Kaler dimasukan
ke dalam wilayah pengembangan Cibeunying. Untuk lebih jelasnya, wiilayah
3
2
Gambar 3.1 Peta Administratif Kecamatan Bojongloa Kaler
2. Desain Penelitian
Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif diperlukan
adanya desain penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tika (2005, hlm. 12)
bahwa desain penelitian adalah “suatu rencana tentang mengumpulkan, mengolah,
dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat
dilaksanakan secara efisien efektif sesuai dengan tujuannya. Adapun Silalahi (2010,
hlm. 180) menyatakan bahwa desain penelitian adalah rencana struktur dan
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya”.
Dalam penelitian ini menggunakan desain korelasional kumulatif, dimana
desain korelasional kumulatif ini berusaha untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau
lebih variabel dan menguji atau menemukan hubungan (relations) yang ada diantara
mereka kedalam suatu lingkungan tertentu.
3. Metode Penelitian
Menurut Tika (2005, hlm. 1) Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau
masalah guna mencari pemecahan terhadap masalah tersebut.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penelitian survei.
Menurut Singarimbun (1987, hlm. 3) :
“Metode penelitian survei adalah metode yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok digunakan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan
dengan tujuan untuk mengukur fakta dan merumuskan apa yang terjadi”.
Metode survei digunakan untuk penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mengamati objek penelitian secara langsung di lokasi penelitian dengan pengambilan
sampel yang dikumpulkan untuk mewakili seluruh wilayah kajian penelitian. Sejalan
dengan permasalahan penelitian yang telah diungkapkan, maka penelitian ini
termasuk kedalam penelitin deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Menurut Tika (2005, hlm. 24) Populasi adalah himpunan individu atau objek
yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988,
hlm. 112) Populasi penelitian atau universe mencakup kasus (kasus, peristiwa
tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan, maupun sebagai kelompok),
dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya dan politik), yang ada pada ruang geografi
tertentu”. Maka, dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan obyek atau subjek yang terdapat di lokasi penelitian dan dianggap penting atau terlibat untuk diteliti.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat di Kecamatan Bojongloa
Kaler, khususnya kelurahan-kelurahan yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler.
Tabel 3.1
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Bojongloa Kaler
Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler dalam Angka Tahun 2013
Berdasarkan data jumlah populasi dan luas wilayah pada tabel 3.1 diperoleh
kesimpulan bahwa bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Kopo
dengan jumlah penduduk 30.154 jiwa dan kelurahan dengan wilaya terluas adalah
kelurahan Suka Asih dengan luas wilayah 92 Ha.
2. Sampel Penelitian
Setelah diketahui populasi penelitian, tahap selanjutnya adalah menentukan
sampel penelitian. Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) “Sampel adalah bagian
dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan. Kriteria
sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang
ada pada populasi”. Sedangkan menurut Tika (2005, hlm. 24) “Sampel adalah
sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”.
Adapun pengambilan sampel manusia dalam penelitian ini adalah dengan
cara sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Menurut Tika (2005,
hlm. 30) “Sampel acak sederhana adalah cara mengambil sampel dengan memberi
kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam
keseluruhan populasi”. Pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan karena
seluruh masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kaler dianggap memiliki peluang yang
sama untuk memberikan pendapatnya.
Sementara jumlah sampel penduduk diperoleh dengan menggunakan formula
dari Dixson dan B. Leach (dalam, Tika, 2005, hlm. 25), sebagai berikut:
Menentukan Variabilitas
Menentuan Sampel (n)
Menentukan Jumlah Sampel yang dikoreksi (dibetulkan) dengan rumus :
dibulatkan 70 KK
Untuk mengambil jumlah sampel dari setiap masing-masing wilayah dihitung
dari jumlah penduduk yang dijadikan sampel dibagi dengan jumlah keseluruhan KK
dari masing-masing kelurahan yang dijadikan sampel penelitian. Jumlah penduduk
yang dijadikan sampel sebanyak 70 orang, sedangkan jumlah KK seluruh kelurahan
yang dijdikan sampel sebanyak 28.784 KK. Adapun cara menentukan jumlah sampel
dari setiap Kelurahan dengan cara menggunakan proposional sampling, yaitu dengan
Untuk hasil perhitungan jumlah KK yang dijadikan sampel penelitian pada
masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel :
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penduduk yang diambil dari setiap Kelurahan di Kecamatan
Bojongloa Kaler.
No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah Sampel
1. Kopo 30.154 6.734 16
2. Suka Asih 18.931 5.205 13
3. Babakan Asih 15.850 3.856 9
4. Babakan Tarogong 27.913 6.409 16
5. Jamika 26.178 6.580 16
Jumlah 119.026 28.784 70
Sumber : Hasil Perhitungan 2014
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran secara operasional dari variabel
yang akan di teliti. Menurut Silalahi (2010, hlm. 191) “Variabel merupakan abstraksi
dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan”. Judul yang
diambil dalam penelitian ini adalah “Tindakan Masyarakat Terhadap Sampah Di
Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung”. Untuk menghindari kesalahan
pahaman dalam penafsiran masalah yang diteliti, maka definisi operasional yang
1. Perilaku
Perilaku merupakan segala aktivitas manusia yang dapat damati secara
langsung maupun tidak langsung dalam hal ini adalah perilaku masyarakat terhadap
sampah yang berada disekitar tempat tinggalnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku Tertutup
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Oleh sebab itu, disebut convert behaviour atau unobservable behaviour.
b. Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dapat dilihat oleh orang
lain.oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice).
Dalam penelitian ini bentuk perilaku yang diteliti adalah perilaku terbuka atau
bentuk tindakan nyata, karena respons terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik. Perilaku masyarakat dapat diukur dari tingkat pengetahuan,
sikap dan praktik atau tidakan, akan tetapi penulis membatasi variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, karena tidak setiap pengetahuan dapat menjadi
perilaku dan setiap sikap dapat ditunjukkan oleh perilaku, sehingga didalam
penelitian ini, hanya menggunakan indikator tindakan/praktik untuk mengukur
perilaku.
2. Pratik atau Tindakan
Praktik atau tidakan adalah bentuk perbuatan/aktivitas nyata dari responden
terhadap sampah. Praktik atau tindakan ini juga merupakan salah satu indikator atau
parameter dari perilaku. Perilaku masyarakat pada lingkungan akan tercermin dari
tingkah lakunya dalam memperlakukan lingkungannya. Tindakan tersebut dapat
kegiatan di sekitar tempat tinggalnya berdasarkan kemauannya sendiri, tanpa
paksaan. Perilaku terbuka dalam bentuk tindakan nyata masyarakat terhadap sampah
dapat terlihat dari beberapa indikator misalnya menyediakan tempat sampah,
membuang sampah pada tempatnya, membuang sampah ke TPS, menggunakan jasa
pemungut sampah, menyediakan uang iuran/biaya untuk sampah, memberitahu/
menegur pembuang sampah, membiasakan membuang sampah pada tempatnya,
menyediakan waktu secara rutin, menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan
lingkungan, mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal, dan
membersihkan lingkungan rumah dari sampah.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju pembangunan sosial termasuk
didalamnya aspek lingkungan hidup. Pendidikan secara umum dibedakan menjadi
dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan Formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta yang terikat oleh
kurikulum dengan syarat-syarat tertentu scara ketat, teratur dan bertingkat. Tingkatan
pendidikannya mulai dari tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar (SD), ditingkat
menengah ada SMP dan SMA dan tingkat lanjutan hingga ke perguruan tinggi.
Sedangkan untuk pendidikan non-formalnya biasanya lebih bebas, dalam artian tidak
terlalu mengikuti peraturan yang ketat dan kurikulum yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan, misalnya kursus-kursus atau latihan-latiahan dan sebagainya. Tinggi
rendahnya pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tindakannya terhadap sampah.
4. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan perolehan barang berupa uang yang diterima atau
dihasilkan oleh seseorang. Tingkat Pendapatan masyarakat pada suatu daerah
merupakan salah satu indikator untuk dapat melihat keadaan sosial ekonominya.
Tinggi rendahnya tingkat pendapatan dapat melihat keadaan sosial ekonomi
masyarakat dan dapat menunjukan keadaan sosial ekonomi masyarakat tertentu.
5. Mata Pencaharian
Mata Pencaharian merupakan sumber penghasilan atau pendapatan yang
dengan keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki, dan kemampuan teknologi yang
dimiliki oleh masyarakat. Berdasarkan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan
akan menentukan jenis mata pencaharian masyarakat.
D. Variabel Penelitian
Menurut Nazir (2005, hlm. 123) Variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Sedangkan menurut Rifa’I (1996, hlm. 46) variabel
penelitian mengandung pengertian ukuran, sifat, ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok atau suatu yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain.
Variabel pada umumnya terbagi atas dua jenis, yaitu variabel bebas
(Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
sendiri berarti variabel yang mempengaruhi suatu kejadian. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas (X), yaitu tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat
pendapatan. Sedangkan variabel terikat (Y), yaitu variabel yang mendapat pengaruh
dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat, yaitu bentuk
praktik atau tindakan masyarakat terhadap sampah, misalnya Menyediakan tempat
sampah, Membuang sampah pada tempatnya, Membuang sampah ke TPS,
Menggunakan jasa pemungut sampah, Menyediakan uang untuk iuran/biaya,
Memberitahu/ menegur pembuang sampah, Membiasakan membuang sampah pada
tempatnya, Menyediakan waktu secara rutin, Menjaga kebersihan, keindahan,
kenyamanan lingkungan, Mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal dan
Membersihkan lingkungan rumah dari sampah. Keterkaitan antara variabel bebas
Tabel 3.3
Variabel Penelitian
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
1. Tingkat Pendidikan
Menggunakan jasa pemungut
sampah
Menyediakan uang untuk
iuran/biaya
Memberitahu/ menegur pembuang
sampah
Membiasakan membuang sampah
pada tempatnya
Menyediakan waktu secara rutin
Menjaga kebersihan, keindahan,
kenyamanan lingkungan.
Mengikuti kegiatan kerja bakti di
sekitar tempat tinggal.
Membersihkan lingkungan rumah
dari sampah
E. Instrumen Penelitian
Didalam penelitian ini, digunakan beberapa alat dan bahan untuk menunjang
penelitian, diantaranya:
e. Kamera digital untuk mengambil gambar atau mendokumentasikan kondisi pada
saat penelitian di lapangan.
g. Angket untuk memperoleh data atau informasi mengenai perilaku masyarakat
terhadap sampah.
h. Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman wawancara kepada responden
saat melakukan penelitian di lapangan.
2. Bahan
a. Peta rupa bumi diperlukan untuk menentukan daerah kajian saat penelitian di
lapangan dan digunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta administratif
darah penelitian. Adapun peta RBI yang dipakai, diantaranya Peta RBI skala
1:25.000 lembar 1209-311 Bandung.
b. Monografi Kecamatan beserta data-data sekunder lain yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berisi informasi-informasi untuk menunjang penelitian.
3. Instrumen Penelitian
Untuk menunjang sebuah penelitian, salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan adalah penyususnan instrumen penelitian. Menurut Ridwan 2010
(dalam, Mardianti, 2013, hlm. 42) instrumen penelitian adalah “Alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dan kegiatannya. Kisi-kisi instrumen dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.4.
F. Prosedur Penelitian
Untuk menggambarkan rangkaian kegiatan agar peneliti lebih memahami,
maka dibuatlah prosedur penelitian. Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan
yang dilaksanakan oleh seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai
tujuan-tujuan penelitian. Penelitian berawal dari adanya suatu masalah, kemudian
masalah tersebut harus diselesaikan oleh peneliti melalui sebuah penelitian agar arah
penelitian menjadi lebih jelas dan terstruktur maka perlu adanya suatu teori dan
konsep yang relevan dengan permasalahan. Dengan demikian, peneliti dapat
membangun kerangka pemikiran dan alur penelitian yang jelas sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan berhasil sesuai dengan tujuan awal penelitian yaitu,
prosedur penelitian, penulis membuat prosedur penelitian dalam bentuk bagan yang
dapat dilihat pada bagan 3.2.
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian
Latar Belakang Masalah
Data Sekunder Data Primer
Penyebaran angket kepada masyarakat
Hasil dari analisis data yang sudah terkumpul
Wawancara dengan aparat
kelurahan setempat
Wawancara dengan
masyarakat, terkait perilaku masyarakat terhadap sampah
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen
Variabel Sub Variabel Indikator Jenis
Instrumen
as Pendidikan Pendidikan Formal Angket 5
Mata
Pencaharian
Pekerjaan utama Angket 6
Pendapatan Pendapatan Pokok Angket 7
G. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Skala Pengukuran Instrumen
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Angket
(kuesioner) adalah alat pengumpul informasi atau data yang berisi sejumlah
pertanyaan tertulis yang ditunjukan kepada resopnden. Jenis angket yang digunakan
adalah angket tertutup, dimana jawaban atas pertanyaan yang diajukan sudah
ditentukan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan tanpa harus
memberikan tambahan jawaban.
2. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen perlu dilakukan agar hasil penelitian menjadi
valid. Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur Sugiyono, (2011, hlm. 148). Pengujian validitas yaitu dengan
mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Person Product Moment
sebagai berikut :
Keterangan :
Rhitung : Koefisien Korelasi
: Jumlah Skor Item
: Jumlah Skor total (seluruh item)
N : Jumlah Responden
(Riduwan (2004, hlm. 98 )
Jika rhitung > rtabel maka butir soal valid, sedangkan apabila rhitung < rtabel maka butir
dihitung menggunakan product moment, kemudian dihitung dengan Uji-t dengan
rumus :
(Riduwan (2004, hlm. 98 )
Keterangan :
t : Nilai thitung
r : Koefisien Korelasi hasil r hitung
n : Jumlah Responden
Berikut ini adalah hasil uji validitas dari instrumen, dengan kriteria rhitung <
rtabel dengan taraf signifikasi 5% dan dk = n-2= 23, maka diperoleh harga rtabel sebesar
0,685. Adapun ketentuannya adalah bila harga thitung > ttabel maka item dianggap
signifikan/valid dan bila harga thitung < ttabel maka butir item dinyatakan tidak valid.
Hasil perhitungan uji validitas instrument dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Pengelompokan Validitas Item
Keterangan Item Jumlah Jumlah
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27
26
Tidak Valid 8, 28, 29 3
Tabel 3.6
Hasil Uji t hitung dan t tabel
No. Item Hasil Uji t hitung Signifikasi t tabel = 0,685 Keterangan
25 1,732 thitung > ttabel Valid
Sumber : Hasil Penelitian 2015
Berdasarkan data diatas, hasil vaiditas uji coba instrumen dapat diketahui
bahwa dari 29 soal yang di ujicobakan, 26 soal memiliki keabsahan (valid) dan 3 soal
lainnya tidak valid.
3. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas ini digunakan untuk mengukur tingkat kejegan
instrument yang telah diujicobakan. Reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan, instrument dapat dikatakan mempunyai taraf tinggi, jika instrumen yang
menjadi alat ukur tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Arikunto (2005, hlm.
86) mengatakan bahwa instrument alat ukur berhubungan dengan masalah ketetapan
hasilnya.
Pengujian realibilitas dimaksudkan untuk menentukan suatu instrument,
apakah sudah dapat dipercaya untuk nantinya dapat digunakan sebagai alat pegumpul
data, ketentuannya sebagai berikut :
a. Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item instrument
yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas.
b. Kriteria instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai
Untuk menguji realibilitas instrument digunakan rumus Alpha Consbach
sebagai berikut.
Keterangan :
α = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
∑sb2 = Jumlah varians butir
sb2 = varians total
Selain rumus Alpha Consbach, rumus reliabilitas lain yang bisa digunakan
adalah Spearman-Brown sebagai berikut.
(Arikunto, 2005, hlm. 93)
Keterangan :
= Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Suatu Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila alpha (α)hitung ≥ (α)tabel
demikian juga sebaliknya. Didapatkan Nilai koefisien reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r
tabel pada taraf signifikan 5% dengan N=25 diperoleh r(tabel 5%) = 0,396. Hasil
diperoleh thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel atau
H. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data dalam mencari kejelasan terhadap masalah penelitian,
maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam
mengumpulkan data, jenis data yang diibutuhkan sangat bergantung kepada tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya
ialah:
1. Data Primer
a. Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data secara aktual dan
langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala atau fenomena yang terjadi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tika (2005,
hlm. 44) observasi adalah “cara dan tekik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada
pada objek penelitian”. Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi selokan dan jalan yang banyak berserakan sampah.
b. Angket / Kuisioner
Untuk mendapatkan data primer di daerah yang dijadikan sampel penelitian,
maka penulis melakukan kuisioner melalui penyebaran angket. Menurut Noor (2011,
hlm. 139). “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan kepada responden dengen harapan memberikan respons atas daftar
pertanyaan tersebut”. Sedangkan menurut Tika (1997, hlm. 82) “merupakan usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
di jawab secara tertulis oleh responden dan responden”. Angket ini dibuat oleh
peneliti untuk ditujukan kepada responden yang jawaban dari angket tersebut diisi
sendiri oleh responden. Dalam penelitian ini angket diberikan kepada responden yang
telah ditetapkan menjadi sampel, untuk meneliti bagaimana bentuk tindakan
c. Wawancara
Menurut Arikunto (2006, hlm. 155) “Wawancara atau kuesioner lisan adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara.” Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini di lakukan untuk mewawancarai kepala bidang lingkungan di Kecamatan Bojongloa
Kaler dan Ketua Rukun Warga setempat.
2. Data Sekunder
a. Studi Literatur/Kepustakaan
Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 110) menjelaskan bahwa: “pendapat para
ahli dalam berbagai bidang yang relevan dengan apa yang sedang kita kaji.
Konsep-konsep teoritis dan operasional tentang ketentuan penelitian dan lain-lain. Sebagainya
akan dapat kita peroleh dari kepustakaan tanpa mempelajari bahan-bahan ini kita
tidak akan mencapai hasil yang memuaskan pada penelitian.”
Studi kepustakaan digunakan untuk mendapatkan data sekunder berupa
informsi, teori, prinsip dan konsep-konsep yang dapat diperoleh melalui buku-buku
referensi, instansi-instansi terkait, hasil penelitian, artikel, jurnal, situs internet dan
juga surat kabar yang berhubungan dan mendukung penelitian.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokomentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari dan
mempelajari data mengenai variabel yang diteliti. Studi dokumentasi ini dilakukan
dengan cara mempelajari arsip arsip, penelitian terdahulu, lampiran lampiran, brosur
I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Seluruh data yang telah didapat dari penelitian harus diolah terlebih dahulu
agar mudah untuk dianalisis adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengolahan data adalah sebagai berikut.
1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing Data
Tika (2005,hlm. 63) Editing data adalah penelitian kembali data yang telah
dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup
baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Adapun hal-hal yang yang
harus dicek kembali dalam melakukan editing data adalah sebagai berikut.
1) Kelengkapan Pengisisan Kuisioner
Coding adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut
macamnya. Dalam melakukan coding jawaban responden diklasifikasikan dengan
memberikan kode tertentu berupa angka. Setelah coding dilaksanakan langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menghitung frekuensi.
c. Tabulasi Data
Data-data yang telah terkumpul kemudian ditabulsikan. Tabulasi adalah
proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Data dari tiap-tiap butir
angket kemudian dikelompokan pada angket isian, dengan cara memberikan
kode-kode tertentu atau tanda cheklist dari tiap-tiap item instrumen pengumpulan data
selanjutnya dimasukan kedalam bentuk data. Tabulasi dilakukan untuk memudahkan
2. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis
data yang sudah terkumpul. Jika dilihat dari bentuk datanya, maka teknik analisis
yang digunakan ialah teknik analisis kuantitatif. Teknik penelitian kuantitatif dalam
penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial.
a. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif yaitu teknik analisis dengan maksud
mendeskripsikan data penelitian. Adapun analisis statistik deskriptif yang digunakan
penulis adalah dengan presentase.
Santoso dalam Anggraeni (2010, hlm. 41) mengungkapakan “Untuk
mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan
analisis prosentase dengan mengunakan formula”. Formula persentase sebagai
berikut :
Keterangan:
F = frekuensi tiap kategori jawaban responden
N = Jumlah keseluruhan responden
P = besarnya prosentase
Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden maka penulis
menggunakan angka indeks. Angka indeks digunakan untuk membandingkan suatu
objek atau data baik yang bersifat factual ataupun perkembangan. Kriteria prosentase
(%) seperti yang dikemukakan oleh Santoso dalam anggraeni (2010, hlm. 41) yang
Tabel 3.7
Kriteria Penilaian Persentase
Persentase Kriteria
100 % Seluruhnya
75% - 99% Sebagian besar
51% - 74% > setengahnya
50 % Setengahnya
25% - 49% < setengahnya
1% - 24% Sebagian kecil
0% Tidak ada
Sumber: Santoso (dalam Anggraeni 2010)
b. Skala Guttman
Skala Guttman menurut Sugiyono (2012, hlm. 96) merupakan skala yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat tegas dan konsisten terhadap
suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala ini hanya memiliki dua interval jawaban,
misalnya “Ya” atau “Tidak”, “Ada” atau “Tidak Ada”,“Pernah” atau “Tidak” dan lain
sebagainya. Data yang diperoleh berupa data interval atau ratio. Pada skala Guttman
dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan untuk jawaban positif seperti “Ya” diberi skor
(1) sedangkan untuk jawaban negatif seperti “Tidak” mendapatkan skor terendah,
yaitu (0). Dari analisis dilakukan menggunakan kriteria interpretasi skor pada hasil
penelitian, dimasukan ke dalam tiga ketgori, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Kategori tersebut dilakukan berdasarka interval batasan dengan cara sebagai berikut:
Nilai Maksimum = Skor tertinggi
Penentuan Kategori (range) :
1) Nilai minimum + Interval = Kategori Kurang
2) Nilai kategori rendah + Interval =Kategori Sedang
3) Nilai kategori sedang + Interval = Kategori Baik
Perhitungan variabel tindakan masyarakat dibagi menjadi tiga Kategori, yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Jumlah pertanyaan perilaku dalam variabel ini ada 19 soal
dan masing-masing pertayaan memiliki bobot nilai maksimal 1 dan nilai minimal 0.
Pembagian kategori variabel tindakan masyarakat dilakukan melalui tahap berikut :
N max = 19
N min =11
Range : 11 – 13,67 = Rendah
13,68 – 16,35 = Sedang
16,36 – 19 = Tinggi
c. Hubungan antar variabel
Untuk dapat mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini, maka
diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sarwono 2004 (dalam Melly, 2012, hlm. 47) bahwa Skala
pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan objek individual atau
kelompok dimana dalam pengidentifikasiannya digunakan angka sebagai symbol dan
angka tersebut menunjukan keberadaan atau ketidak-adaannya karakteristik tertentu;
skala ordinal adalah informasi skala dengan sarana peringkat relatif tertentu yang
memberikan informasi apakah suatu objek memiliki karaktristik yang lebih atau
adalah skala yang memiliki karakteristik seperti yang dimiliki oleh nominal dan
ordinal dengan ditambah karakteristik lain yaitu adanya interval yang tetap; skala
rasio adalah skala yang memiliki karakteristik yang dimiliki oleh skala nominal,
ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai skala 0 (nol) empiris
absolut.
Maka, dalam penelitian ini digunakan analisis statistik korelasi. Analisis
korelasi digunakan untuk mengukur derajat hubungan dari dua variabel. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sujarweni dan Endrayanto (2012, hlm. 59) bahwa “korelasi
merupakan salah satu statistik inferensi yang akan menguji apakah dua varibel atau
lebih mempunyai hubungan atau tidak”. Adapun dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik korelasi, Berikut ini adalah pengelompokkan variabel berdasarkan
cara pengolahannya :
1) Korelasi Spearman Rank (rho)
Prosedur statistik penelitian ini bertujuan untuk mengukur derajat atau eratnya
hubungan antara dua variabel dengan jenis data ordinal dan ordinal. Berikut ini
adalah variabel yang dihubungkan dengan prosedur statistic Spearman Rank antara
lain:
a) Tingkat pendidikan dengan Tindakan Masyarakat
b) Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Masyarakat
Adapun rumus yang digunakan dalam Spearman Rank adalah sebagai berikut :
Keterangan :
rs = Nilai korelasi spearman rank
n = Jumlah pasangan rank untuk spearman
2) Koefisien Kontingensi C
Koefisien Kontingensi C adalah alat pengukur yang digunakan untuk
menghitung hubungan antar variabel dengan jenis data berbentuk nominal. Variabel
yang dihubungkan dengan prosedur statistik koefisien kontingensi adalah untuk
mencari hubungan jenis pekerjaan dengan tindakan masyarakat. Adapun rumus dari
koefisien kontingensi yang digunakan, yaitu:
Keterangan :
C = Nilai koefisien kotingensi
x2 = Nilai Chi Kuadrat
N = Jumlah sampel
Harga chi kuadrat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini :
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang
Tabel 3.8
Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat