• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.V. Keswan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.V. Keswan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SUB DINAS BINA KESEHATAN HEWAN

Pada tahun 2008 kegiatan yang ada pada Sub Dinas Bina Keswan di laksanakan oleh 4 seksi yaitu :

1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan 2. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan (P2H)

3. Seksi Pengawas Obat Hewan (POH)

4. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2008 pada sub Dinas Bina Keswan yaitu :

1. Pengawasan Lalu Lintas Hewan, Bahan Asal Hewan (BAH) Dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH)

Walaupun tahun 2008 telah berakhir akan tetapi pengawasan Lalu Lintas BAH dan HBAH diperbatasan tetap harus berjalan dan pengawasan Lalu Lintas ternak tetap harus diwaspai, demi amannya Sumatera Barat dari Ancaman penyakit yang sangat membahayakan kesehatan masyarakat Sumatera Barat, terutama dari penyakit Avian Influenza dan penyakit eksotis lainnya.

Pada tahun 2008 yang lalu telah banyak mamfaat yang diperoleh dengan adanya pengawasan yang ketat dari petugas kita di pintu pintu check point dalam menjaga Sumatera Barat dari berbagai ancaman penyakit yang datang dari luar, baik yang datang dari Prpoinsi lain di Indonesia maupun dari luar negeri.

Pengawasan lalulintas hewan/ternak dan hasil-hasil peternakan (BAH/HBAH) merupakan faktor penting dalam mencegah masuknya penyakit-penyakit hewan menular dan eksotik ke Propinsi Sumatera Barat.

Untuk itu Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat pada tahun mendatang akan selalu mengupayakan pengawasan Lalu Lintas BAH dan HBAH ini secara lebih baik dan profesional.

Dimana dalam lalulintas komoditi (hewan, BAH/HBAH) diperlukan berbagai persyaratan baik tekhnis keswan dan kesmavet maupun administratif yang menjadi acuan dalam pelaksanaan perdagangan komoditi tersebut.

(2)

memenuhi kebutuhan bagi daerah Sumatera Barat sendiri maupun kebutuhan daging unggas untuk propinsi tetangga.

Dengan adanya Industri Peternakan unggas di Sumatera Barat, Maka akan dipastikan Lalu Lintas Hewan BAH dan HBAH pada tahun mendatang akan lebih pesat lagi perkembangannya, dengan demikian peluang masuknya penyakit penyakit menular yang berbahaya dan penyakit Eksotik lainnya dari luar pasti akan bertambah. yang dapat merusak kelestarian sumberdaya alam/hayati (hewan/ternak) dan atau dapat mengganggu kesehatan manusia. Hal ini cukup berpotensi karena selain posisi Sumatera Barat yang berbatasan dengan berbagai propinsi di Sumatera. Untuk kelancaran kegiatan pengawasan lalulintas hewan, BAH dan HBAH maka Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat berkoordinasi dengan pelaku usaha, peternak dan instansi terkait (Dinas Peternakan, Perhubungan, Kepolisian Kabupaten/Kota).

Petunjuk Tekhnis Pengawasan Lalulintas Hewan, BAH dan HBAH di Sumatera Barat dibuat dengan maksud memberikan pedoman, arahan dan acuan kerja untuk Tim Pengawasan Lalulintas Hewan, BAH dan HBAH dalam rangka : Melindungi wilayah Sumatera Barat terhadap penyakit hewan menular dan eksotik serta melindungi konsumen/masyarakat serta memberikan keamanan dalam mengkonsumsi produk pangan asal hewan.

Dasar Hukum pelaksanaan kegiatan yaitu :

1. Undang-Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok-Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 No. 10, Tambahan Lembaran Negara No. 2824);

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3462);

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817);

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101);

(3)

Tahun 1983 Nomor ; 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara 3952);

9. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1991 tentang Peningkatan Pembinaan Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan;

10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1998 tentang Perdagangan Antar Dati I, Dati II dan Pulau.

11. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 284/Kpts/OP.210/1/1983 tentang Penunjukan Pejabat Penerima Wewenang Mengatur Tindakan Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan;

12. Keputusan Menteri Pertanian No. 750/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat Pemasukan Bibit Ternak dari Luar Negeri;

13. Keputusan Menteri Pertanian No. 752/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat Teknis Bibit Sapi Perah;

14. Keputusan Menteri Pertanian No.753/Kpts/Um/10/1982 tentang Kesehatan Bibit Sapi Perah yang akan dimasukkan dari Australia dan Selandia Baru ke Indonesia;

15. Keputusan Menteri Pertanian No.422/Kpts/LB.720/6/1988 tentang Peraturan Karantina Hewan;

16. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 745/Kpts/TN.240/12/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Pemasukan Daging dari Luar Negeri;

17. Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor : 144/TN.330/Kpts/DSP/Deptan/1996 tentang Pedoman Pemberian Nomor Kontrol Veteriner (NKV) Usaha Pengimpor, Pengumpul/Penampung;

18. Surat Keputusan Direktur Jenderal Produksi Peternakan Nomor : 71/TN/690/Kpts/DSP/Deptan/2000 tentang Prosedur Baku Importasi Hewan dan Bahan Asal Hewan;

Pengertian dari kegiatan ini adalah :

1. Kesehatan Masyarakat Veteriner disingkat Kesmavet merupakan segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.

2. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat menyembelih hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat.

(4)

4. Produk Peternakan merupakan Bahan Asal Hewan yang dapat diolah dan digunakan untuk makanan manusia, penyusunan makanan hewan serta bahan baku untuk industri dan farmasi. Daging, susu, telur , bulu, tanduk, kulit, tulang, darah, dll yang merupakan contoh BAH.

5. Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar.

6. Bahan Asal Hewan/Ternak adalah bahan yang berasal dari hewan/ternakyang dapat diolah lebih lanjut.

7. Hasil Bahan Asal Hewan/Ternak adalah bahan asal hewan/ternak yang diolah dan dipergunakan untuk manusia, penyusunan makanan hewan dan bahan baku untuk industri dan farmasi. 8. Penyakit eksotik merupakan penyakit yang tidak pernah ada

atau sudah dapat dibebaskan dari suatu wilayah (negara).

Sasaran Kegiatan pengawasan lalulintas hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan adalah pelaku usaha dibidang tataniaga yang menggunakan Sarana transportasi/kendaraan sebagai alat pengangkut hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan. Lokasi kegiatan pengawasan lalulintas hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan adalah 4 (empat) pintu masuk (entry point) ke Sumatera Barat.

1. Rao Mapat Tunggul (Kab. Pasaman) 2. Sei Rumbai (Kab. Sawahlunto Sijunjung) 3. Pangkalan (Kab. 50 Kota)

4. Tapan (Kab. Pesisir Selatan )

Kegiatan pengawasan Lalulintas Hewan, Bahan Asal hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dilaksanakan 12 (dua belas) bulan antara bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2008.

Kegiatan ini didukung oleh Dana APBD Tahun 2008 (DPA) untuk Biaya operasional Petugas Kabupaten (1 orang) dan Kecamatan 3 orang (Petugas Peternakan Kecamatan, Polisi dan LLAJR /Perhubungan).

Obyek kegiatan pengawasan Lalulintas hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan adalah :

A. Hewan

Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen  Surat Kesehatan Hewan dari Daerah Asal

 Surat Karantina Daerah Asal

 Surat Rekomendasi Pemasukan Hewan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat

(5)

B. Bahan Makanan Asal Hewan (Daging dan Hasil Olahannya)

Untuk mencegah kemungkinan masuknya /menjalarnya penyakit hewan menular ke wilayah/antar wilayah Republik Indonesia yang dapat ditularkan melalui daging/hasil olahannya dan menjamin ketentraman bathin masyarakat dalam mengkonsumsi daging/hasil olahannya, maka :

1. Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen

a. Daging/hasil olahannya yang berasal dari luar negeri  Setiap pemasukan daging/hasil olahannya harus

disertai Surat Keterangan Kesehatan (Health Certificate) yang dikeluarkan oleh Dokter Hewan Pemerintah yang berwenang.

 Disertai dengan sertifikat halal, yang menyatakan bahwa daging tersebut berasal dari ternak yang pemotongannya dilakukan menurut syariat Islam.  Surat Rekomendasi Pemasukan BAH dan HBAH dari

Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

b. Daging/hasil olahanya yang berasal dari dalam negeri/luar daerah :

 Harus disertai Surat Keterangan Kesehatan dan Asal Daging (Certificate of Health and Origin) yang dikeluarkan oleh Dokter Hewan yang berwenang pada Dinas Peternakan daerah pengirim.

 Khusus daging yang berasal dari propinsi lain, selain kelengkapan dokumen diatas, harus disertai Surat Izin Pengeluaran Bahan Makanan Asal Hewan (daging/hasil olahannya) dari Direktur Jenderal Peternakan.

 Surat Rekomendasi Pemasukan BAH dan HBAH dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

2. Alat/kendaraan Pengangkut Daging dan Hasil olahannya a. Kendaraan pengangkut daging dan atau hasil olahannya

harus berupa kendaraan khusus pengangkut daging dan tidak digunakan untuk keperluan lain atau Ruang daging dari kendaraan pengangkut daging tidak boleh digunakan untuk tujuan lain daripada pengangkut daging.

b. Setiap pengangkut daging untuk tujuan Daerah Tk. II, Daerah Tk. I atau negara lain harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Dan Asal Daging yang dikeluarkan oleh petugas pemeriksa yang berwenang. c. Ruang bagian dalam angkutan daging harus terbuat dari

(6)

d. Kendaraan angkutan daging harus mempunyai fasilitas sedemikian rupa sehingga daging dan atau hasil olahannya tidak kontak dengan lantai (tidak diletakkan langsung dilantai kendaraan angkutan).

e. Untuk dapat mempertahankan suhu daging selama pengangkutan, kendaraan angkutan daging yang mengangkut daging lebih dari 2 (dua) jam harus dilengkapi dengan alat pendingin dengan suhu setinggi-tingginya 10 o C dan untuk pengangkutan daging/hasil olahannya dalam keadaan beku bersuhu antara minus 18 C sampai dengan minus 22 C.

f. Boks untuk menyimpan daging pada kendaraan selama transportasi (boks atau kontainer) harus memenuhi syarat-syarat :

Boks tertutup rapat

Lapisan dalam boks terbuat dari bahan tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, mudah dirawat serta mempunyai sifat insulasi yang baik

Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen daging sapi eks impor :

1. Dokumen Surat Persetujuan Pemasukan (untuk importir) dan Pemberitahuan Import Barang (untuk distributor)

2. Surat Keterangan Kesehatan Daging 3. Surat Keterangan Halal (Sertifikat Halal) 3. Pemeriksaan Legalitas RPH di Negara Asal :

Pemeriksaan NKV atau registrasi RPH : apakah berasal dari RPH yang sudah dinyatakan Halal oleh MUI dan Ditjen Bina Produksi Peternakan atau tidak. Caranya adalah dengan mencocokkan Nomor Registrasi yang tertera pada kemasan dengan daftar RPH Halal di Australia, New Zealand dan Amerika Serikat.

Pada prinsipnya Nomor Kontrol Veteriner terdiri dari urutan 3 (tiga) jenis huruf/angka yang menunjukkan jenis dan lokasi usaha pengimpor, pengumpul/penampung dan pengedar daging serta hasil olahannya serta nomor urut pemberian NKV :

a. Jenis usaha yang dinyatakan dengan huruf yaitu : I (Impotir), D(Distributor), P(Pengecer) atau gabungan diantaranya.

(7)

c. Nomor Urut pemberian NKV yang dinyatakan dengan angka.

4. Pemeriksaan Kemasan :

Untuk daging asal luar negeri kemasan dagingnya harus : a. Asli dari negara tersebut dan diberi segel

b. Mencantumkan nama dan alamat produsen c. Mencantumkan NKV

d. Mencantumkan tanggal pemotongan e. Mencantum jenis dan kualitas daging

f. Mencantumkan peruntukan daging : untuk dikonsumsi manusia atau sebagai bahan pakan untuk hewan.

Daging asal luar negeri untuk keperluan pakan hewan harus :

a. Diberi zat berwarna

b. Diberi tanda berbunyi tidak layak dikonsumsi manusia pada kemasannya

c. Diangkut dalam atau kontainer yang terpisah dengan daging untuk dikonsumsi manusia.

5. Pemeriksaan Label Daging :

a. Tanggal penyembelihan ternak b. Tanggal Kadaluarsa

c. Jenis daging : termasuk ke dalam daftar yang diijinkan masuk ke Indonesia atau tidak

d. Peruntukan konsumsi manusia atau hewan, dll

6. Pemeriksaan daging :

a. Jenis daging di dalam boks sesuai atau tidak dengan jenis daging yang tertera pada label

b. Ada tidaknya cap pada daging sebagai bukti telah diperiksa post mortem di negara asal

c. Pemeriksaan organoleptik dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorik jika diperlukan

Keputusan Hasil Pemeriksaan Hewan, Bah Dan Hbah

a. Hewan, BAH dan HBAH bersifat ilegal sehingga harus ditolak b. Hewan, BAH dan HBAH Daging diragukan legalitas, kehalalan

atau kesehatannya sehingga harus ditahan untuk pemeriksaan lebih lanjut

c. Hewan, BAH dan HBAH bersifat legal dapat dibebaskan.

Hasil Pengawasan Lalulintas Hewan, Bah Dan Hbah Dan Monev Check Point

a. Tim Kab. Pasaman (Pos Check Point Muaro Cubadak)

(8)

Desember 2008. Pos Muaro Cubadak berada di Kecamatan Rao yang berbatasan dengan Kab. Mandahiling Natal merupakan pintu masuk ke Sumatera Barat bagi Propinsi Sumatera Utara.

Pemasukan

Berdasarkan data yang ada maka pemasukan ternak melalui Pos Check Point Muaro Cubadak selama tahun 2008 yatu DOC sebanyak 1.183.470 ekor. Dibandingkan dengan tahun 2007 lalu pemasukan DOC ke Sumatera Barat dari Sumatera Utara meningkat cukup tajam naik menjadi lebih kurang 300 % hal ini disebabkan Sumatera Barat merupakan daerah yang cocok untuk peternakan ayam broiler, yang nantinya hasil dagingnya dikirimkan lagi ke luar propinsi Sumatera Barat. Serta merupakan komoditi yang lebih dominan masuk ke Sumatera Barat, Hal ini disebabkan adanya perusahaan seperti PT. Charoen Phokphan, Con Feed, Ciomas Mas, PKP dan lainya menanamkan modalnya di Sumatera Barat membuat Plasma dengan Peternak di Sumatera Barat. selain pemasukan daging ayan broiler antar daerah di sumatera seperti ayam afkir/babon dari Payakumbuh masuk ke Pasaman untuk dikonsumsi oleh masyarak Pasaman sendiri maupun dikirim ke Sumatera Utar melalui pintu Check Point sebanyak 17.730 ekor dan ditambah dengan ayam afkir sebanyak 803 ekor. Semua ternak baik DOC maupun ternak lainnya yang masuk ke Sumatera Barat dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan.

Pengeluaran

Pengeluaran daging ayan broiler antar daerah di sumatera seperti ayam afkir/babon dari Payakumbuh masuk ke Pasaman untuk dikonsumsi oleh masyarak Pasaman sendiri maupun dikirim ke Sumatera Utara melalui pintu Check Point sebanyak 17.730 ekor dan ditambah dengan ayam afkir sebanyak 803 ekor. Semua ternak baik DOC maupun ternak lainnya yang masuk ke Sumatera Barat dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan.

Pengangkutan hewan antar Propinsi (Propinsi Sumatera Barat ke Sumatera Utara) pada tahun 2008 ini sedikit mengalami peningkatan pada sapi dan pengeluaran babi dan daging babi yaitu : sapi Jantan 368 ekor dan sapi betina 134 ekor, kerbau jantan 48 ekor dan betina 23 ekor, kambing jantan 14 ekor dan betina 10 ekor, kuda betina sebanyak 9 ekor dan kuda jantan sebanyak 10 ekor, babi sebanyak 1389 ekor, serta daging babi sebanyak 102.940 kg, hal ini berasal dari daging babi hutan hasil tangkapan masyarakat berburu babi. Ayam potong sebanyak 20.000 ekor, Semua ternak yang keluar dari Sumatera Barat dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan.

(9)

Pengangkutan Hewan dan Bahan Asal Hewan yang berasal dari Propinsi lain lewat Muaro Cubadak menuju Sumatera Utara adalah daging babi 6954 kg, yang dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Setelah tim Propinsi turun dalam kegiatan pengawasan lalulintas ini maka diberikan pengarahan dan petunjuk kepada tim Kabupaten : d. Jika tidak dapat melengkapi dokumen sekurang-kurangnya surat

kesehatan hewan/Bahan asal hewan maka Hewan dan bahan asal terutama yang masuk ke Sumatera Barat harus ditolak sedangkan bagi hewan, BAH dan HBAH yang transit maka Tim Check Point melakukan pemeriksaan dokumen lain berupa surat Pengangkutan hewan, BAH dan HBAH.

e. Tim check point agar lebih tegas lagi terhadap DOC yang masuk ke Sumatera Barat untuk melengkapi Surat Kesehatan Hewan yang menyatakan bahwa DOC Parent Stock tidak terjadi Kasus AI sejak 30 hari terakhir yang dinyatakan oleh dokter Hewan pemerintah dan melampirkan hasil pemeriksaan laboratorium Keswan Pemerintah yang menyatakan bahwa DOC sudah dilakukan pemeriksaan terhadap AI dan kesimpulannya negatif (-).

Hasil monitoring, pengawasan dan pemantauan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat selama tim menjalankan tugas tidak ditemukan pemasukan hewan, BAH dan HBAH yang akan dapat membawa penularan penyakit dari tetangga ke Propinsi Sumatera Barat.

b. Tim Kab. Dharmasraya (Pos Check Point Sei. Rumbai)

Tim pengawasan lalulintas hewan Kab. Dharmasraya melaksanakan kegiatan pada Bulan Januari sampai dengan Desember 2008.

Pos Sei. Rumbai terletak di Kab. Dharmasraya yang merupakan pintu masuk ke Sumatera Barat bagi Propinsi tetangga seperti Palembang, Jambi, Lampung, Pekanbaru dan Propinsi lainnya. Selama pelaksanaan tim pengawasan lalulintas Hewan di Kab. Dharmasraya telah menjaring semua jenis angkutan seperti Truk Cold Dissel, truk bak terbuka, truk yang membawa sapi, Babi dan daging Babi dan anjing.

Pemasukan

(10)

dipergunakan oleh masyarakat sebagai anjing berburu babi, karena Sumatera Barat masyarakatnya senang dengan olah raga berburu babi sekaligus memberantas hama babi yang mengganggu tanaman petani.

Pengangkutan hewan dan pangan asal hewan antar Propinsi dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan dan Surat Kesehatan BAH dan HBAH.

Transit

Pengangkutan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan yang berasal dari Propinsi lain lewat Dharmasraya seperti Lampung dan Jambi menuju Propinsi Riau, Aceh adalah sapi jantan sebanyak 89 ekor, sapi betina sebanyak 41 ekor yang dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Pengeluaran

Pada tahun 2008 ini pengeluaran hewan ke Propinsi lain (Riau dan Medan) tidak begitu banyak hanya sapi jantan sebanyak 17 ekor dan sapi betina 9 ekor. Semua ternak yang keluar dari Sumatera Barat dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan.

Pengangkutan hewan dan pangan asal hewan antar Propinsi dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Setelah tim Propinsi melakukan Monitoring dan evaluasi ke Sei. Rumbai diberikan beberapa masukan kepada tim antara lain :

a. Pengawasan yang ketat secara terkoordinasi dengan instansi terkait terhadap seluruh kegiatan transportasi terutama dari propinsi/daerah tertular.

b. Untuk mencegah kemungkinan pemasukan yang tidak terpantau oleh petugas Check point maka petugas Dinas Peternakan dilapangan harus difungsikan untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan lalulintas.

Hasil monitoring, pengawasan dan pemantauan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat selama tim menjalankan tugas tidak ditemukan pemasukan hewan, BAH dan HBAH yang akan dapat membawa penularan penyakit dari tetangga ke Propinsi Sumatera Barat.

c. Tim Kab. Lima Puluh Kota (Pos Check Point Pangkalan)

Tim pengawasan lalulintas hewan Kab. 50 Kota telah melaksanakan kegiatan pada Bulan Januari sampai dengan Desember 2008. Pangkalan berada di Kecamatan Kapur IX yang berbatasan dengan Kab. Bangkinang (Propinsi Riau) merupakan pintu masuk ke Sumatera Barat bagi Propinsi Riau.

(11)

Selama pelaksanaan tim pengawasan lalulintas Hewan di Kab. 50 Kota telah terjaring dari semua jenis angkutan seperti Truk dan L 300

Pemasukan

Pada tahun 2008 ini pemasukan ternak ke Propinsi Sumatera Barat melalui Check Point Pangkalan adalah DOC sebanyak 68.000 ekor dan pakan sebanyak 1.527.000 kg yang berasal dari Medan yaitu PT Charon Pockpan.

Dibandingkan tahun 2007 yang lalu, pemasukan pakan melalui pintu masuk Check Point di Pangkalan sedikit menurun, hal ini disebabkan sudah adanya berdiri Feed Milk di Sumatera Barat.

Pengeluaran

Dengan adanya kerjasama yang baik antara Propinsi Sumatera Barat dengan Propinsi Riau maka pengawasan lalulintas dilaksanakan secara bersama maka produk dari Sumbar yang belum memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan harus segera mengurusnya. Hal ini harus dipenuhi karena tim pengawasan lalulintas Riau menolak dengan tegas/ tidak boleh memasuki wilayah Riau bagi produk yang tidak memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Pengeluaran ternak dari Propinsi Sumatera Barat ke Propinsi Riau berupa sapi jantan 57 ekor, sapi betina 7 ekor, Kerbau jantan 9 ekor, Kerbau betina 9 ekor dan kambing jantan 98 ekor. Sedangkan pengeluaran unggas ayam petelur yang sudah afkir sebanyak 8080 ekor itik, 2.400 ekor dan ayam potong sebanyak 8080 ekor. Produk unggas berupa telur ayam sebanyak 502.200 butir dan telur puyuh 26.400 butir. Limbah peternakan (feces ayam) yang dibawa ke Riau sebanyak 4.187 karung.

Hasil monitoring, pengawasan dan pemantauan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat diberikan beberapa arahan: 1. Tim Check point agar lebih meningkatkan pengawasan lalulintas

dilapangan, hal ini dapat dilihat dari arus lalulintas ternak yang masuk tidak semuanya terawasi dan terlaporkan. Terlebih dengan masuknya daging ilegal ke Sumatera Barat yang tidak terawasi.

2. Bagi tim berasal dari aparat keamanan agar lebih tegas mencegah pemasukan dan peredaran produk-produk ternak ilegal sesuai dengan ketentuan/peraturan-peraturan yang berlaku.

(12)

e. Tim Kab Pesisir Selatan (Pos Check Point Tapan)

Pos. Check Point Kab. Pesisir Selatan yang berlokasi di Tapan, baru tahun 2008 ini diaktifkan kembali, dengan mempergunakan gedung Pos Penjagaan Dinas Perhubungan yang lama yang telah diserahkan kepada Dinas Peternakan untuk dipergunakan untuk Post Check Point/entry point untuk perbatasan Sumatera Barat dari propinsi Jambi dan Kerinci. Pada tahun 2008 ini, peredaran lalu Lintas BAH & HBAH di Post Check Point Tapan Kab. Pesisr Selatan ini tidak terlalu banyak. Pada tahun ini peredaran ternak hanya beredar didalam Kab. Pesisr Selatan itu sendiri yaitu pengangkutan sapi dari Tapan ke Lunang atau sebaliknya serta Tapan ke Balai Selasa.

Pemasukan

Pada tahun 2008 ini tidak ada ternak maupun bahan asal hewan yang masuk melalui Pintu masuk Chec Point Tapan yang datang dari luar Propinsi Sumatera Barat.

Pengeluaran

Pengangkutan hewan yang keluar dari Sumatera Barat ke Propinsi Jambi/Kerinci adalah 17 ekor sapi jantan dan 1 ekor sapi betina , 3,3 ton telur ayam yang berasal dari Payakumbuh dan 19.000 ekor ayam broiler yang berasal dari Kab. Padeang Pariaman menuju Kerinci.

Disamping itu pemasukan daging beku dari luar Sumatera Barat untuk memenuhi Waralaba yang ada di Sumatera Barat khususnya kota Padang sebanyak :

1. KFC memasukan daging ayam beku sebanyak = 112.353 kg 2. CFC memasukan daging ayam beku sebanyak = 54.100 kg 3. Texas masukan ayam beku sebanyak = 67.000 kg

4. Sukanda Jaya memsukan bahan BAH & HBAHsebagai berikut :  Daging Sapi = 2900 kg

 Jantung sapi = 6200 kg

 Daging Ayam = 1740 kg  Daging kambing 400 kg

 Jeroan = 413 kg

 Chese Butter = 5088 kg  Daging sapi olahan = 7039 kg

 Daging Ayam olahan = 2598 kg  Susu = 600 kardus

(13)

No Hewan/BAHJenis Jumlah Hewan

3 Kerbau Jantan 17 ekor Bengkulu Sumbar ada

4 Anjing 189 ekor Jawa Sumbar Tidak`

Pos Check Point Kab. Tapan

No Jenis Hewan/B

AH

Jumlah Hewan Antar Kab/Kota PropinsiAntar KetSK H

1 JantanBetina SelatanPesisir Kerinci ada

2 Telur 3,3 ton Payakumbu

h

Kerinci ada

3 Ayam

Broiler 19.000 ekor PariamanPadang Kerinci ada

Pos Check Point Muaro Cubadak, Kab. Pasaman

No Masuk Keluar Transit Asal Tujuan

1 Sapi Jantan 368 ekor Sumbar Sumut ada

6 Kambingbetina 10 ekor Sumbar Sumut ada

(14)

8 KudaJantan 10 ekor Sumbar Sumut ada

Pos Check Point Pangkalan, Kab. 50 Kota

N Masuk Keluar Transit Asal Tujuan

(15)

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp.506.764.000,- dengan realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp.484.931.500,- (95.69%) yang terdiri dari 9 Sub Kegiatan yang dapat dirinci sebagai berikut:

A. Penanggulangan Penyakit Reproduksi

Tujuan Pelaksanaan Penanggulangan Gangguan Reproduksi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Mengatasi kegagalan kebuntingan akibat gangguan reproduksi pada ternak.

b. Mengurangi kerugian peternak akibat rendahnya angka kebutingan.

c. Meningkatkan angka kebuntingan sehingga dapat menambah populasi.

Sedangkan sasarannya adalah ternak-ternak masyarakat yang mengalami kegagalan reproduksi yang ditunjukkan dengan kegagalan kebuntingan setelah dilakukan IB 3 kali ke atas dan menimbulkan kerugian bagi peternak.

Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada prinsipnya dilaksanakan oleh Tim Penanggulangan Penyakit Reproduksi (URC) bersama-sama dengan Tim URC Kabupaten/Kota (Tenaga Sterility Control/SC dan ATR) yang dilaksanakan pada bulan januari s/d September, sedangkan pendeteksian kebuntingan dilakukan paling cepat 1,5 bulan setelah dilakukan penanggulangan (pengobatan) di 11 (sebelas) kabupaten/kota dengan jumlah pelaksanaan sebagai berikut :

 Kab. 50 Kota = 600

 Kota Payakumbuh = 500  Kab. Tanah Datar = 400  Kota Bukittinggi = 100  Kab. Padang Pariaman = 200

 Kota Padang = 300

 Kab. Agam = 479

 Kab. Dharmasraya = 500  Kab. Pesisir Selatan = 500

 Kab. Solok = 100

 Kab. Pasaman = 211

 Tim Propinsi = 110

(16)

tindakan pengobatan. Adapun realisasi masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

 Pemeriksaan/Diagnosa dan Pengobatan = 4.000 ekor

 Sapi yang berhasil birahi (minta kawin) = 3.036 ekor (75,90 %)

 Sapi yang berhasil bunting = 2.166 ekor (54,15 % dari jumlah penanggulangan seluruhnya atau 71,34 % dari jumlah sapi yang minta kawin/IB).

Dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini sebesar Rp. 306.000.000,- untuk Honor pelaksanaan penanggulangan Reproduksi sebanyak 4000 ekor @ Rp. 75.000,-/ekor dan monitoring pelaksanaan kegiatan sebesar Rp. 6.000.000,-. Dengan realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp.286.262.500,- (93.55 %)

B. Pemberantasan Rabies

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp.34.100.000,- dengan realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp.32.225.000,- (93.50%). Dana ini digunakan untuk Honor pelaksanaan Vaksinasi Rabies dan Honor Pelaksanaan Sterilisasi HPR.

a. Operasional kegiatan vaksinasi rabies dilaksanakan oleh kabupaten/kota se Sumatera Barat dengan dana operasional sebagian berasal dari propinsi, yaitu Dana Dekonsentrasi/APBN sebanyak 3.640 dosis dan sisanya berasal dari APBD Kab/Kota, sedangkan vaksin berasal dari droping pusat serta bantuan LSM Jepang (Honma Pet Clinic) untuk kegiatan vakisnasi massal rabies di Kota Bukittinggi. Adapun dengan rincian sebagai berikut :

 Droping Pusat : 19.120 dosis (bulan Januari 2008) dan 22.000 dosis (bulan April 2008)

 Honma Pet Clinic : 5.820 dosis

 APBD Kab/Kota : 28.325 dosis

b. Sterilisasi Hewan Penular Rabies (HPR) Betina Tujuan kegiatan ini adalah :

 Menekan angka kelahiran hewan pembawa rabies (HPR)

 Menerapkan teknis operasi Ovario-histerectomy

(Sterilisasi HPR Betina) dalam melakukan dispopulasi Sasaran kegiatan ini adalah :

(17)

 Menurunkan kasus rabies di Sumbar minimal 15 % menuju pembebasan Rabies di Pulau Sumatera Tahun 2015.

Hasil kegiatan ini adalah :

Pelaksanaan Sterilisasi HPR melalui teknik ovariohisterectomy oleh petugas Puskeswan kabupaten/kota se Sumatera Barat tahun 2008 keseluruhan berjumlah 185 ekor dari 200 ekor yang direncanakan.

C. Pemberantasan brucellosis

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini sebesar Rp.97.975.000,- dengan realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp.97.925.000,- (99.95%). Dana ini digunakan untuk Honor Petugas Surveilans AI, Pembuatan Bulletin Keswan dan Pelaksanaan Uji Tapis.

a. Survailans AI

Keegiatan ini dilakukan pada 15 Kab./Kota se Sumbar sebanyak 2.650 sampel. Dari seluruh Lokasi Sampling terdapat 85.92% yang menghasilkan titer antibodi negatif dan 5,13% mempunyai titer antibodi yang cendrung untuk berpotensi untuk menimbulkan virus AI. Dengan adanya titer antibodi yang positif mengandung virus AI sebanyak 5.13% pada aderah yang diperkirakan bebas maka dapat disimpulkan daerah tersebut aman dari penyakit.

b. Bulletin Keswan

Kegiatan ini berupa buletin informasi Keswan yang diterbitkan 2 kali dalam setahun sebanyak 200 Exeplar. c. Pelaksanaan Uji Tapis

Kegiatan ini berupa Surveillance penyakit Brucellosis/Uji Tapis di Sumatera Barat tahun 2008 dilaksanakan di 8 Kabupaten yang mempunyai populasi ternak yang cukup tinggi.

Pelaksanaan Surveilance ini dimulai bulan April sampai berakhir pada bulan Juli 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 1.600 sampel dari 8 Kabupaten. Pemeriksaan penyakit Brucellosis ini dilakukan pada sapi masyarakat dari beberapa ras (Simenthal, Simenthal Crosing, Brahman, PO, FH Crosing, Bali dan Limosin) kisaran umur ternak yang diperiksa antara lain umur 1 s/d 8 tahun. Dari 1.600 sampel yang diperiksa semua sampel didapatkan negatif Brucellosis.

D.Penyediaan Pangan Asal Hewan yang ASUH

(18)

untuk Honor Pelaksana Penguji di UPTD Lab Kesmavet 12 OB, Honor Pengujian Sampel TPC, Salmonella, Staphylcoccus, E. Colli, Honor Pengambilan sampel sampel Formalin. Disamping itu juga dilaksanakan pembinaan RPH/RPU dan mengikuti Pertemuan Koordinasi regional Barat di Aceh.

Tujuan dari penyediaan pangan asal hewan yang ASUH adalah:

- Memberikan perlindungan kepada konsumen dalam mengkonsumsi pangan asal hewan

- Memberikan Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner pada unit usaha telur

- Memenuhi syarat memasuki pasar dunia/eksport. (khususnya unit usaha telur)

Sasaran dari penyediaan pangan asal hewan yang ASUH adalah terjaminnya kesehatan dan ketentraman Bathin masyarakat.

Tahap awal pelaksanaan adalah pengambilan sampel oleh Petugas Pengambil sampel dan pemeriksaan sampel telur dan daging unggas dilaksanakan di Laboratorium Kesmavet BLKKH Propinsi Sumatera Barat mulai Bulan Maret 2008 dan selesai pada Bulan Juni 2008. Pengambilan dan pemeriksaan sampel telur sebanyak 15 sampel di 5 Kab yaitu Padang Pariaman (2 sampel) Kab Tanah Datar (2 sampel), Kab 50 Kota (3 sampel) Kab Agam (2 sampel), Kota Payakumbuh (3 sampel) dan Kota Padang (3 sampel) serta sampel daging unggas 15 sampel di Kota Padang (7 sampel KFC dan 8 sampel dari Texas).

Pelaksanaan pengujian di BLKH sbb:

 Uji Screening Residu Antibiotika

 Uji Cemaran Mikroba : 1. Total plate count (TPC) 2. Jumlah Kuman E. Colli 3. Jumlah kuman Colliform 4. Jumlah kuman S. aureus 5. Kualitatif Salmonella sp. Hasil dari kegiatan ini adalah :

Dari 30 sampel yang diambil (daging ayam 15 sampel dan telur 15 sampel) didapat hasil pemeriksaan cemaran mikroba dapat diuraikan sbb:

15 Sampel Telur :

 Hasil pemeriksaan cemaran Total plate count (TPC) pemeriksaan cemaran rata-rata diatas BMCM (12 dari 15 sampel).

 Hasil pemeriksaan cemaran E. Colli,Staphylococcus,

(19)

 Dari seluruh sampel Hasil pemeriksaan Salmonella sp.

secara kualitatif negatif 15 Sampel daging ayam :

Hasil pengujian sampel tidak di temukan formalin yang digunakan sebagai pengawet daging ayam.

E. Pengamanan Produk Hewan

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini sebesar Rp.28.100.000,- dengan realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp.28.070.000,- (99.89 %).

Pengamanan Produk Hewan bertujuan :

1. Memberikan jaminan dan perlindungan kepada masyarakat /konsumen serta kepastian usaha bagi produsen pangan asal hewan dalam memenuhi persyaratan ASUH.

2. Mencegah berbagai bentuk penyimpangan yang menyangkut keamanan dan mutu pangan asal hewan. 3. Melindungi konsumen terutama diwilayah Sumatera Barat

terhadap penyakit hewan eksotik serta memberikan keamanan dalam mengkonsumsi produk pangan asal hewan.

4. Menjamin pemasukan bahan baku non pangan ke Indonesia aman dari ancaman terbawanya Penyakit Hewan Menular Utama (PHMU) guna melindungi sumber daya hayati ternak dalam negeri.

5. Mempertahankan status Indonesia sebagai salah satu negara besar yang bebas terhadap PHMU.

6. Memberikan jaminan keamanan dan kelancaran bagi para importir dalam pemasukan bahan baku non pangan untuk keperluan industri.

Sasaran Kegiatan Pengamanan Produk hewan antara lain

 Pengawasan Peredaran produk hewan pangan dan non pangan secara umum (Pemenuhan persyaratan teknis, administrasi dan Pengawasan kemasan dan label) dan khusus (Pengawasan terhadap pemalsuan seperti jenis, berat, mutu, komposisi dan kehalalalan).

 Pengawasan produk hewan non pangan meliputi :pemeriksaan kelengkapan dokumen, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tempat penyimpan, alat angkut serta unit usaha, pemeriksaan label kemasan produk (kesesuaian kandungan)

 Bahan baku yang diawasi yaitu :Produk hewan non

(20)

kesayangan dan Bahan baku pakan ternak (Meat/bone/blood/horn/claw meals)

Kegiatan pengamanan produk hewan dilaksanakan 12 (dua belas) bulan oleh PPNS yang diberikan honor sebanyak 6 org mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2008.

Hasil yang dicapai :

 Pengawasan Peredaran produk hewan pangan dan non pangan Kota Bukitnggi; Kota Payakumbuh,Kab. 50 Kota, Kota Pariaman dan Kota Padang, banyak pedagang daging yang menjual daging di pasar belum memenuhi standar kesehatan.

 Pembinaan Unit Usaha PAH dan Penegakan Hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku oleh PPNS dan Pengawas Kesmavet.

Pada pelaksanaan beberapa penyimpangan yaitu ditemukan produk aal hewan belum memiliki dokumen lengkap.

 Pengawasan dan Pemantauan PPNS dan Pengawas Kesmavet ke lapangan ditemukan beberapa hal : =>Kondisi RPH ( Lokasi, sarana dan prasarana serta

pengelolaan limbah) tidak memenuhi Standar.

=>Pedagang jeroan impor tidak memahami persyaratan penyimpanan jeroan, ada jeroan yang sudah dithowing dibekukan kembali sehingga akan meningkatkan pertumbuhan mikroba.

=>Pedagang daging itik beku membawa produknya ke Propinsi Riau dan Riau Kepulauan tidak menggunakan mobil berpendingin tetapi menggunakan streofoam yang didinginkan dengan es batu sehingga kondisi ini dapat membuat karkas cepat busuk.

 Penilaian Kelayakan Dasar Unit Usaha Pangan Asal Hewan

Untuk mendapatkan Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner yang diterbitkan berdasarkan hasil penilaian teknis penerapan persyaratan higiene sanitasi oleh Tim Auditor NKV. Th 2008 ini telah dilakukan penilaian secara admoinistratif dan teknis terhadap :

=> 3 (tiga) Farm Ayam Petelur

=>1 (satu) RPU SK dan 1 (satu) Cold Storage

Berdasarkan hasil pengecekan kelayakan dasar unit pangan asal hewan oleh tim auditor NKV ke lapangan maka ke 5 (lima) Unit Usaha PAH tersebut dapat disetujui /diterbitkan NKV dalam bentuk sertifikatnya.

F. Pengendalian dan Penanggulangan Zoonosis

(21)

keuangan Rp.11.089.000,- (100 %) yang digunakan untuk Pembayaran honor Tim Surveilance Zoonosis, Pengambilan dan pengantaran sampel ke BPPV Baso, Penggantian dan pengemasan daging ayam dan daging sapi,Biaya pemeriksaan salmonella, perbanyakan quesioner dan pelaporan.

Tujuan dari pengendalian dan Penanggulangan Zoonosis (food borne disease) adalah :

- Memberikan perlindungan kepada konsumen dan masyarakat dari penyakit zoonosis (Salmonellosis).

- Mewujudkan jaminan mutu dari bahan makanan asal hewan.

- Mengetahui ada tidaknya Salmonella pada produk pangan asal hewan dan untuk mendeteksi ada tidaknya disuatu daerah terdapat penyakit Salmonellosis.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap antara lain:

 Menyebarkan quesioner, wawancara langsung dan me ngumpulkan data kepada peternak dan survey pasar (pedagang, konsumen, tukang potong ayam di Pasar dan RPH) di 5 Kab.

 Pengambilan 25 sample daging unggas dan 25 sampel sapi dilaksanakan mulai bulan Mei 2008 dan pemeriksaan dilakukan di BPPV baso untuk pemeriksaan Salmonella, diharapkan selesai bulan Oktober 2008 dengan tata cara sbb:

Untuk satu sampel daging unggas dari pasar tradisional diambil sebanyak 1 ekor dan daging sapi sebanyak 0,5 kg secara acak (masing-masing dari 5 orang pedagang) dan sampel dimasukkan kedalam kantong plastik steril, diberi label serta dicatat Nama atau nomor; deskripsi contoh, Nama petugas pengambil contoh, nama dan alamat produsen/pedagang atau pemilik contoh; Keterangan batch/tanggal pemotongan contoh yang diambil, Hari dan tanggal pengambilan contoh, keterangan lain dan Uji yang akan dilakukan

Hasil yang dicapai :

Dari hasil pemeriksaan sampel daging ayam dan daging sapi/kerbau menunjukkan hasil yang negatif terhadap cemaran bakteri Salmonella. Hal ini mencerminkan bahwa penanganan daging cukup hygienis dari RPH atau tempat pemotongan sapi/kerbau dan ayam sampai di tempat penjualan di Pasar-Pasar.

(22)

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini sebesar Rp.8.500.000,- dengan realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp.8.410.000,- (98,94 %). Kegiatan yang dilaksanakan berupa sosialisasi Penataan Kios daging dan Pembinaan dan supervisi.

Tujuan diadakannya sosialisasi penataan kios daging unggas adalah untuk meningkatkan kesadaran Stakholder dan pelaku usaha dalam pengamanan pangan dan daya saing produk Sasaran dari kegiatan ini adalah :

 Meningkatnya jumlah unit usaha pada rantai pangan asal hewan yang memenuhi standar dalam penyediaan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

 Menekan risiko masuk dan menyebarnya penyakit hewan eksotik, penyakit hewan menular utama dan zoonosis melalui pemasukan dan peredaran produk hewan.

 Meningkatnya produk hewan dalam negeri yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam memenuhi tuntutan pasar global.

 Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian zoonosis dan penerapan kesejahteraan hewan.

Pelaksanaan kegiatan :

Sosialisasi Penataan Daging Unggas yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat (Sub Dinas Keswan) pada tanggal 24 April 2008. Peserta Sosialisasi terdiri dari petugas Keswan/Kesmavet yang berasal dari kab/kota di Propinsi Sumatera Barat.

Narasumber dalam sosialisasi ini berasal dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan, Kepala Kasubdin Keswan dan Kasi Kesmavet dengan materi yang disampaikan sbb:

 Kebijakan Pembangunan Peternakan

 Manajemen Kesmavet

 Penataan Kios Daging Unggas

 Rumah Pemotongan Unggas  Tempat Penampungan Unggas Hasil Yang akan Dicapai

(23)

3. Penanganan dan Pengendalian Wabah Virus Flu Burung pada Hewan dan Restrukturisasi Perunggasan

Wabah flu burung menyebar ke hampir wilayah di Indonesia dan telah menjadi isu global karena bersifat zoonosis, termasuk Sumatera Barat. Kerugian yang terjadi tidak hanya dari jatuhnya korban manusia tetapi juga kerugian ekonomi akibat banyaknya unggas harus dimusnahkan dan ditolaknya ke negara lain.

Indonesia berkewajiban secara serius dalam menangani flu burung Guna pengendalian dan pemberantasan AI dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi flu burung serta merestrukturisasi usaha perungggasan di Indonesia.

Vaksinasi

Referensi

Dokumen terkait

Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan Konseling....FE-UI, 1994... Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan

Seminar Nasional Kimia

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Apabila perusahaan berhasil dalam menjalankan bisnisnya maka beban tetap dari hutang tersebut dapat ditutup dengan laba yang diperoleh perusahaan, namun jika

Dengan ini kami mengundang saudara untuk mengikuti pelelangan dengan metode Pengadaan Langsung, dengan data-data seperti tersebut dibawah ini :. Daftar

Kepada peserta yang keberatan atas penetapan pemenang ini, diberikan kesempatan untuk. mengajukan sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) hari, dimulai

Berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang nomor 551/290/ HUBKOMINFO/2016 tanggal 28 April 2016, Pokja ULP Dinas Perhubungan Komuniksi Dan Informatika mengumumkan

Sehubungan dengan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran Nomor : BA.01/BOR.135.LPSE/ULP_POKJA III/LMD/VII/2014 tanggal 19 Juli 2014 untuk Pekerjaan