• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT RAHMAN RAHIM SUKODONO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT RAHMAN RAHIM SUKODONO."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

RAHMAN RAHIM SUKODONO

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

FIRDA TARA DIVASARI

NIM : B04210005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

(2)

PERNYATAAN

PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : Firda Tara Divasari

NIM : B04210005

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Jurusan : Dakwah

Prodi : Manajemen Dakwah

Judul Skripsi : Implementasi Manajemen Mutu Pelayanan Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono

Menyatakan bahwa skripsi inisecara keseluruhanadalah hasil penelitian/ karya saya

sendiri, dan bukan merupakan hasil karya orang lain kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya.

Surabaya, 29 Januari 2015

Yang menyatakan

(3)

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh :

NAMA : Firda Tara Divasari

NIM : B04210005

Judul : Implementasi Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Rahman

Rahim Sukodono.

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk di ujikan,

Surabaya, 14 Februari 2015

Drs. H. Abd. Rahman Chudlori,MM

(4)

ABSTRAK

Firda Tara,2015.Implementasi Manajemen Mutu Pelayanan Rumah Sakit Rahmn Rahim Sukodono.

Dalam persaingan bisnis semakin ketat dan signifikan, apalagi bisnis Rumah Sakit yang mana berlomba untuk memberikan kualitas pelayanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam penelitian ini membahas tentang penerapan mutu pelayanan yang dilakukan di Rumah sakit. Bagaimana penerapan manajemen mutu pelayanan pada Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono?Apa saja faktor-faktor yang menghambat penerapan manajemen pelayanan Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono?. Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian deskriftif adalah penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yakni gejala keadaan yang memuat apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penggalian data dilakukan dengan cara observasi,wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penggalian data peneliti menemukan bahwa Rumah Sakit Rahman Rahim pelayanannya berorientasi pada kepuasan pelanggan,dengan memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan keinginan dengan biaya yang terjangkau. Pihak manajemen selalu melakukan eveluasi kinerja selama enam bulan sekalu dan melakukan peningkatan kualitas pelayanan. Disisi lain mempunyai hambatan–hambatan yang mempengaruhi penerapannya antara lain: sering bergantian karyawan yang keluar masuk sehingga tidak efektif dalam penerapan mutu pelayanan, dan juga pemenuhan teknologi penunjang pelayanan sebagai pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pelanggan tidak bisa dilakukan secara langsug karena terbentur dengan biaya yang dimiliki oleh pihak rumah sakit.

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL PENELITIAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIMPENGUJI ... iii

LEMBAR MOTTO DAN PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWANAN PENULIS ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaaat penelitian ... 5

E. Definisi konsep ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 9

B. Kerangka Teori... 12

1. Manajemen Mutu Pelayanan ... 12

a. Pengertian Mutu ... 12

b. Pengertian Pelayanan ... 13

c. Pengertian Mutu Pelayanan... 13

d. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan ... 17

e. Dimensi Manajemen Mutu Pelayanan ... 19

f. Faktor-faktor Fundamental... 22

2. Penerapan Manajemen Mutu Pelayanan ... 23

(6)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 36

B. Obyek Penelitian ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

D. Tahap-tahap Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Validitas ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46

1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Rahman Rahim ... 47

2. Profil Rumah Sakit Rahman Rahim ... 47

3. Visi,Misi dan Motto ... 48

4. Kode Etik Pekerja ... 49

5. Program-program Rumah Sakit ... 49

6. Struktur Organisasi ... 51

7. Job Discribtion ... 53

8. Tenaga Medis ... 56

9. Fasilitas Rumah Sakit ... 57

B. Penyajian Data ... 59

1. Perencanaan dan Konsep Mutu ... 59

2. Penerapan Manajemen mutu ... 60

3. Evaluasi Kinerja ... 66

4. Peran Pemimpin Dalam Penigkatan Mutu ... 70

5. Faktor Penghambat Penerapan mutu ... 72

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran dan Rekomendasi ... 81

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini, organisasi dituntut untuk

memberikan jaminan kualitas peningkatan mutu dalam kualitas

pelayanan, pengelolaan dan kemampuan untuk membuat publik percaya

terhadap produk atau jasa yang diberikan. Tidak dipungkiri apabila

konsumen menerima pelayanan yang baik maka mereka akan merasa puas

dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang baik membuat

konsumen percaya terhadap produk atau jasa yang diberikan. Dengan

menjaga kepercayaan publik memberikan apa yang mereka butuhkan dan

memperbaiki apa yang mereka permasalahkan di harapkan bisa membantu

menjaga mutu atau kualitas suatu organisasi.

Perhatian penuh kepada mutu pelayanan diharapkan akan

memberikan dampak positif kepada perusahaan atau lembaga salah

satunya dampak terhadap kepuasan pelanggan. Dampak terhadap

pelayanan yang melalui standart-standart yang mempunyai nilai kepuasan

pelanggan yang lebih. Dengan demikian pelayanan yang memperhatikan

mutu akan menghasilkan pelayanan yang berkualitas.

Meningkatkan mutu tidaklah mudah, diperlukan usaha-usaha yang

keras dan serius. Salah satu cara peningkatan mutu adalah menerapkn

suatu standart manajemen mutu dalam suatu lembaga. Kualitas pelayanan

umum menurut Wyckof yang dikutip Tjiptono, yaitu sebagai berikut1:

“Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan

dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang

1

(8)

diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,

maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk”

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas oleh tiptono maka

dapat diindikasikan bahwa sebuah kualitas pelayanan yang diharapkan

oleh masyarakat sebagai penerima layanan mengharapkan tingkat

keunggulan dari setiap jasa pelayanan yang didapat dari pelayanan yang

didapatkan sebelumnya. Bila pelayanan yang diberikan melampaui

harapan dari masyarakat pelanggan maka kualitas pelayanan yang

diberikan akan mendapatkan persepsi yang ideal dari para penerima

pelayanan. Pelayanan baru dapat dikatakan berkualitas jika sesuai dengan

harapan, keinginan atau kebutuhan penerima layanan, untuk dapat

mengetahui apakah pelayanan umum yang diberikan pihak rumah sakit

sesuai dengan keinginan atau kebutuhan masyarakat sebagai pengguna

layanan, maka kualitas pelayanan harus diukur dan dinilai oleh

masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Tjiptono, yang

menyebutkan bahwa:2

“Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau

persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan umum. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa atau pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan.”

Kecenderungan dalam dunia bisnis saat ini mengindikasikan

bahwa persaingan antar perusahaan atau lembaga khususnya bisnis Rumah

sakit dalam merebut peluang pasar semakin ketat dan kompleks. Karena

Rumah sakit merupakan salah satu organisasi di bidang jasa yang bergerak

dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat. Bentuk perhatian

2

(9)

pemerintah atau swasta dalam bidang kesehatan ditunjukkan dengan

didirikannya rumah sakit pada tiap-tiap daerah. Ini dimaksudkan agar

terpenuhinya fasilitas kesehatan kepada konsumen. Konsumen yang

dimaksud di sini ialah pasien dan dapat diartikan semua orang yang

menggunakan jasa pelayanan rumah sakit yang tidak lain jasa pelayanan

kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus bisa mengerti apa yang

diinginkan oleh konsumen (pasien) agar nantinya konsumen merasa puas

dengan pelayanan yang ada. Perubahan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan berorientasi kepada kepuasan pelanggan merupakan

komitmen seluruh rumah sakit. Oleh karena itu mutu layanan yang

ditawarkan merupakan hal yang penting dalam layanan kesehatan. Namun,

mutu harus berasal dari perspektif konsumen karena mutu layanan

merupakan jasa yang diterima oleh konsumen layanan tersebut.

Dalam beberapa penelitian yang memaparkan tentang penerapan

sistem manajemen mutu yaitu skripsi yang ditulis Gut Cahyono dari

Jurusan Manajemen Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang ditulis

tahun 2007. Dengan judul “Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2000 (Study Analisis Tentang Kualitas Pelayanan Pada PT. Bank

Syariah Mandiri Cabang Pembantu Sidoarjo)”. Dengan hasil kesimpulan

yang diperoleh menyatakan bahwa hasil kualitas pelayanan yang

diterapkan baik Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Syahnni Dian

Nita dari Jurusan Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Institut Pertanian Bogor yang ditulis tahun 2006. Dengan judul “Kajian

Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Di CV Banyu Biru Kebayoran

Lama, Jakarta Selatan”. Menghasilkan kesimpulan penerapan konsep

Manajemen Mutu dikatakan baik dan mutu telah menjadi komitmen

perusahaan. sebagaimana penelitian tersebut penerapan mutu yang baik,

yang diinginkan semua konsumen sehingga semua perusahaan ataupun

organisasi berlomba untuk memperbaiki mutu demi memperoleh kepuasan

(10)

kondisi tetap unggul karena pada dasarnya era globalisasi sulit untuk

diantisipasi. Perubahan lingkungan yang terjadi sangat cepat dan sulit

untuk diduga, kepekaan yang lebih besar terhadap peluang dan hambatan

yang akan ditemui sangatlah penting. Terutama Peningkatan pelayanan

kesehatan dapat diwujudkan dengan tindakan-tindakan yang diambil

rumah sakit dalam hal melayani kebutuhan konsumen (pasien) dalam hal

pelayanan kesehatan. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula

mutu pelayanan kesehatan.

Globalisasi diyakini menyediakan sejumlah peluang, tetapi juga

menciptakan sejumlah tantangan, misalnya ketika akan melakukan

pengambilan keputusan tentang lokasi fasilitas jasa di suatu tempat, harus

melakukan analisis peluang dan tantangan yang ada. Dalam situasi

persaingan global yang semakin kompetitif persoalan kualitas produk

menjadi isu sentral bagi setiap perusahaan atau organisasi. Kemampuan

masing-masing perusahaan untuk menyedikan produk atau pelayanan yang

berkualitas akan menjadi snjata untuk memenangkan persaingan, karena

dengan memberikan pelayanan atau produk yang berkualitas, kepuasan

konsumen akan tercapai.

Seperti di Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono walaupun

berdirinya di daerah pinggiran, akan tetapi sejak berdirinya hingga

sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan adanya

peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dilihat dalam perkembangan

rumah sakit tersebut sebagai rujukan rumah sakit lainnya, selain itu

banyak konsumen (pasien) yang mempercayakan pengobatan di rumah

sakit tersebut. Dan sarana prasarana yang dimiliki termsuk lengkap dan

dapat memenuhi kebutuhan pasien. Perkembangannya menggambarkan

bahwa rumah sakit tersebut sangat memperhatikan arti penting manajemen

mutu kualitas sebagaimana akan berpengaruh atas kepuasan pelangan.

Sehingga banyak yang mempercayakan pengobatan terhadap pihak Rumah

(11)

skripsi “Implementasi Manajemen Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Rahman Rahim Sukodono”

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan manajemen mutu pelayanan pada Rumah Sakit

Rahman Rahim Sukodono?

2. Apa saja faktor-faktor yang menghambat penerapan manajemen mutu

pelayanan Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono?

B. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan penerapan manajemen mutu pelayanan pada Rumah

Sakit Rahman Rahim Sukodono untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

2. Menyebutkan faktor-faktor yang menghambat penerapan manajemen

pelayanan Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangsih pemikiran tentang penerapan mutu

pelayanan pada Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono dan untuk

mendapatkan teori-teori penerapan yang sesuai.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan atau referensi bagi Rumah Sakit lain yang

belum menggunakan teori Manajemen mutu pelayanannya. Selain itu

memberikan gambaran bagi pembaca pada umumnya tentang

(12)

D. Definisi Konsep

1. Pengertian Implementasi

Penerapan, pelaksanaan atau perihal mempraktekan teori,

konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan,

pengetahuan keterampilan maupun nilai dan sikap.3

Impelentasi juga dapat diartikan suatu tindakan atau

pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara

matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan

setelah perencanaaan sudah dianggap fix.

2. Pengertian Manajemen Mutu Pelayanan

Menurut Fandy Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta

ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan

konsumen.4 Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para

konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima atau

peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka

harapkan atau inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan

suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan

(perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. jika

jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka

kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.

Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Pengertian yang lebih rinci tentang kualitas diberikan oleh

Tjiptono, setelah melakukan evaluasi dari definisi kualitas

3

Dahlan Al-Barry,1994, Kamus Ilmiah Populer, Arkolah Surabaya, Surabaya, Hal.

4

(13)

beberapa pakar, kemudian Tjiptono menarik 7 (tujuh) definisi

yang sering dikemukakan terhadap konsep kualitas,

definisi-definisi kualitas menurut Tjiptono tersebut, adalah sebagai

berikut5:

a. Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan

b. Kecocokan untuk pemakaian

c. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan

d. Bebas dari kerusakan atau cacat

e. Pemenuhuan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan

setiap saat

f. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal

g. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa, disamping kualitas

itu menunjuk pada pengertian pemenuhan standar atau

persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai pengertian

sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan

secara terus menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan

sehingga dapat memuaskan pelanggan.

A. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dan penelitian kualitatif ini, disusun untuk

lebih teratur dan tertib mengenai hubungan antara bab I dengan bab-bab

yang berikutnya. Dalam penelitian ini, peneliti membagi sistematika

pembahasan menjadi lima bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini yang berisikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

5

(14)

penelitian definisi konsep dan sistemakia

pembahasan.

BAB II : Kajian Teoritik

Bab ini berisikan pembahasan tentang penelitian

terdahulu yang relevan dan kerangka teori.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan pembahasan tentang pendekatan

dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan

sumber-sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisa data, teknik

validitas data.

BAB IV : Hasil Penelitian

Bab ini berisikan pembahasan tentang gambaran

umum obyek penelitian, penyajian data dan

pembahasan hasil penelitian (analisis data ).

BAB V : Penutup

Bab ini berisikan penutup yang meliputi :

kesimpulan, saran-saran, rekomendasi dan

(15)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai tema yang

sama dengan penelitian ini yaitu:

1. Skripsi yang ditulis oleh Gut Cahyono dari Jurusan Manajemen

Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang ditulis tahun 2007.

Dengan judul “Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

(Study Analisis Tentang Kualitas Pelayanan Pada PT. Bank Syariah

Mandiri Cabang Pembantu Sidoarjo)”. Hasil kesimpulan yang

diperoleh menyatakan bahwa hasil kualitas pelayanan yang diterapkan

baik.1

2. Skripsi yang ditulis oleh Syahnni Dian Nita dari Jurusan Manajemen

Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Institut Pertanian Bogor yang

ditulis tahun 2006. Dengan judul “Kajian Penerapan Manajemen Mutu

Terpadu Di CV Banyu Biru Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Hasil

kesimpulan penerapan konsep Manajemen Mutu dikatakan baik dan

mutu telah menjadi komitmen perusahaan.2

Dibawah ini adalah tabel perbedaan dan persamaan penelitian

terdahulu dengan penelitian ini :

1

Gut Cahyono,2007, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (Study Analisis Tentang Kualitas Pelayanan Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Sidoarjo), skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya

2

(16)

10

Perbedaan penelitian ini dengan penelitiannya Gut Cahyono adalah

pada teori yang digunakan, ia menggunakan teori manajemen mutu

berbasis ISO 9001:2000 yang mana membahas tentang implementasi

manajemen mutu ISO penerapannya pada kualitas pelayanan sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan teori Manajemen mutu pelayanan yang

membahas peningkatan kualitas pelayanan. Perbedaan yang lain yaitu

terdapat pada obyeknya dalam penelitian Gut Cayono meneliti di Bank

Mandiri Syariah sedangkan penelitian ini di sebuah instansi Rumah Sakit.

Persamaan yang dimiliki adalah sama-sama membahas tentang penerapan

manajemen mutu. Selain itu persamaannya adalah sama-sama

menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif. Kesimpulan Gut

Cahyono adalah dalam penerapan upaya merebut pangsapasar (nasabah)

dengan membuat Service Quality Assurance. Dengan tujuan menjamin

kontinuitas penerapan standart layanan dan menjadi motor penggerak

impelementasi layanan dalam sistem.

Kemudian perbedaan penelitian Syahnni Dian Nita dengan penelitian

ini adalah pada obyek penelitian, ia melakukan penelitian di CV Banyu

biru salah satu instansi dibawah naungan BUMN sedangkan di penelitian

ini melakukan penelitian di instansi Rumah Sakit dan juga penelitian ini

cenderung meneliti pada kualitas pelayanan pada Rumah Sakit akan tetapi

di penelitian Syahnni cenderung meneliti secara global tentang penerapan

manajemen mutu. Selain itu perbedaannya penelitian Syahnni

menggunakan metode studi kasus sedangkan penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriftif. Persamaan yang dimiliki adalah

teori yang digunakan adalah manajemen mutu terpadu, yang mana

membahas penerapannya. Dan kesimpulan dari penelitian Syahnni Sian

Nita adalah penerapan konsep manajemen mutu terpadu di CV Banyu Biru

dikatakan terdefinisi dengan baik dan mutu telah menjadi komitmen

perusahaan. kemudian terdapat lima permasalahan kerap muncul yang

(17)

11

Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitin

ini

No. Nama

Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Persamaan

1 Gut Cahyono Implementasi Sistem

(18)

12

B. Kerangka Teori

Sesuatu yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses

adalah berusaha mencapai tujuan untuk mendapatkan dan

mempertahankan pelanggan. Oleh karena itu, agar tujuan tercapai maka

setiap perusahaan harus berupaya memberikan pelayanan yang baik serta

mampu menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen.

1. Manajemen Mutu Pelayanan

a. Pengertian Mutu

Secara bahasa mutu aau kualitas dalah tingkat baik

buruknya sesuatu3. Pengertian atau makna atas konsep kualitas telah diberikan oleh banyak pakar dengan berbagai sudut pandang

yang berbeda, sehingga menghasilkan definisi-definisi yang

berbeda pula. Goesth dan Davis yang dikutip Tjiptono,

mengemukakan bahwa kualitas diartikan “sebagai suatu kondisi

dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”4. Dalam sebuah organisasi nonprofit biasanya mutu dapat

dilihat dari pelayanan yang diberikan kepada pelanggan oleh

seseorang atau sebuah organisasi sehingga pelanggan merasa puas.

Corby mendefinisikan bahwa mutu adalah coformance to

requirement , yaitu kesesuaian dengan apa yang disyaratkan atau

di standartkan5. Disamping kualitas itu menunjuk pada pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga

mempunyai pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan

dan penyempurnaan secara terus menerus dalam pemenuhan

kebutuhan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan.

3

Kamus Besar Bahasa Indonesia

4

Fandy Tjiptono, 2004, Strategi Pemasaran, Edisi 2, Penerbit Andi, Yogyakarta, Hal 51

5

(19)

13

Yoseph M. Juran yang dikutip Nasution terkenal dengan

konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya dalam tiga

kegiatan:6

a. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa

kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai kebutuhan,

dan merencanakan proses untuk suatu produksi

b. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk

mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual dan

tujuan.

c. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team

untuk melaksanakanpeningkatan mutu. Setiap kegiatan

dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya

mengacu pada upaya peningkatan mutu

b. Pengertian Pelayanan

Menurut kotler pelayanan adalah setiap kegiatan atas unjuk

keras yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang

secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan pemindahan kepemilikan apapun, produksinya bisa juga tidak terikat pada suatu

produk fisik maupun non fisik7. Akan tetapi Menurut Stanton yang dikutip Alma pelayanan adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi

secara terpisah, tidak berwujud dan ditawarkan untuk memenuhi

kebutuhan. Sehingga bisa diambil pengertian bahwa pelayanan

merupakan suatu manfaat yang diberikan dari satu pihak kepada

pihak lain dan biasanya tidak berwujud.8 Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen

6

M.N. Nasution,2010, Manajemen Mutu Terpadu,Ghalia Indonesia,Bogor, Hal 43

7

Philip Kotler,1997,Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan Implementasi dan Kontrol Jilid 2),Prenhallindo,Jakarta, Hal 83

8

(20)

14

itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat

terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi.

c. Pengertian Mutu Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh

dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan.9 Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam

mengimbangi harapan konsumen.

Sebagai rumah sakit yang menghasilkan pelayanan seharunya

melakukan pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan umum

menurut Wyckof yang dikutip Tjiptono, yaitu sebagai berikut10:

“Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau

pelayanan dipersepsikan buruk”.

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas oleh Tjiptono

maka dapat diindikasikan bahwa sebuah kualitas pelayanan yang

diharapkan oleh masyarakat sebagai penerima layanan

mengharapkan tingkat keunggulan dari setiap jasa pelayanan yang

didapat dari pelayanan yang didapatkan sebelumnya. Bila

pelayanan yang diberikan melampaui harapan dari masyarakat

pelanggan maka kualitas pelayanan yang diberikan akan

mendapatkan persepsi yang ideal dari para penerima pelayanan.

9

Fandy Tjiptono,2001, Strategi Pemasaran Edisi Pertama, Andi Ofset,Yogyakarta, Hal 45 10

(21)

15

Lebih jelas lagi Gasperz yang dikutip Lukman,

mengungkapkan sejumlah pengertian pokok dari kualitas

pelayanan, yaitu sebagai berikut : “Pada dasarnya kualitas

pelayanan mengacu pada pengertian pokok:

1) kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik

keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif

yang memenuhi keinginan. pelanggan dan dengan

demikian memberikan kepuasaan atas penggunaan produk

itu.

2) kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari segala

kekurangan atau kerusakan”.11

Pengertian pokok kualitas pelayanan seperti yang dijelaskan

diatas menunjukan bahwa. Kualitas pelayanan adalah kualitas yang

terdiri dari keistimewaan dari berbagai pelayanan yang bertujuan

untuk memenuhi kepuasan atas pelayanan yang didapat tersebut.

Hakekat pelayanan berkualitas adalah berdasarkan pada hakekat

yang memprioritaskan peningkatan mutu pelayanan dan

kemampuan dari penyedia pelayanan kepada penerima layanan

agar pelayanan yang diberikan lebih berdaya dan berhasil guna.

Pelayanan baru dapat dikatakan berkualitas jika sesuai dengan

harapan atau keinginan atau kebutuhan penerima layanan, untuk

dapat mengetahui apakah pelayanan umum yang diberikan

pemerintah sesuai dengan keinginan atau kebutuhan masyarakat

sebagai pengguna layanan, maka kualitas pelayanan harus diukur

dan dinilai oleh pengguna layanan (pelanggan).

Lukman dan Sugiyanto, yang menyatakan bahwa: “Kualitas

pelayanan berhasil dibangun, apabila pelayanan yang diberikan

kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang

11

(22)

16

dilayani. Pengakuan terhadap keprimaan sebuah pelayanan, bukan

datang dari aparatur yang memberikan pelayanan, melainkan

datang dari pengguna jasa layanan.”

Hal itu diungkapkan oleh Tjiptono, yang menyebutkan bahwa12:

“Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut

pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan umum. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa atau pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas

keunggulan suatu pelayanan.”

Jadi prsoses penentuan suatu kualitas pelayanan yang

diberikan merupakan penilaian dari pelanggan berdasarkan sudut

pandang dan persepsi pelanggan atas jasa pelayanan yang

didapatkan. Persepsi penilaian pelanggan terhadap pelayanan yang

diberikan merupakan penilaian menyeluruh dari suatu penilaian

pelayanan yang diberikan sehingga dapat dikatakan bahwa suatu

pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang berdasarkan

pada kepuasan pelanggan. Jika suatu kepuasan tercipta maka

persepsi suatu pelayanan yang berkualitas akan tumbuh.

d. Pengertian mutu pelayanan kesehatan

12

(23)

17

Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai

berikut:13

1) Dari Azrul Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan

kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat

kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai

dengan standart dan kode etik profesi

2) Mutu pelayanan kesehatan dapat semat –mata

dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis yang

hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis

dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut

pandang sosial dan sistem pelayanan kesehatan secara

keseluruhan, termasuk akibatakibat manajemen

administrsi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan

lainnya.

3) Pengertian mutu pelayanan kesehatan Wijonoadalah :

a) Penampilan yang sesuai atau pantas (yang

berhubungan dengan standart) dari suatu intervensi

yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil

kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang

telah mempunyai kemampuan untuk

menghasilkanpada kematian, kesakitan, ketidak

mampuan dan kekurangan gizi

b) Kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang

diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran

yang inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu

dihitung keseimbangan antara keuntungan yang

diraih dan kerugian yang semua itu merupakan

13

(24)

18

penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan

diseluruh bagian.

c) Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan

adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan

yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan

dengan menggunakan potensi sumber daya yang

tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,

efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan

memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial

budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan

kemampuan pemerintah, serta masyarakat

konsumen.

Jadi secara garis besar yang dimaksud dengan mutu

pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap

pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu

pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait

dengan kepusan ini telah diterima secara luas, namun

penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok

yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif.

Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja

memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu

pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula

ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah

memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta

standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.

(25)

19

Pada dasarnya, kualitas pelayanan berfokus kepada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

penyampaianya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dengan

kata lain, terdapat faktor utama yang mempengaruhi kualitas

pelayanan,yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikan.

Faktor penentu kualitas pelayanan seperti yang dijelaskan Kotler

yg dikutip Alma 14:

1) Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada

pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang

diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik

(gedung, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan

yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2) Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan organisasi untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan

secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan

harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,

pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa

kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang

tinggi.

3) Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan

yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan

penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan

14

(26)

20

konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas

menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanan.

4) Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para

pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa

komponen antara lain, komunikasi (communicatioon), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompeten

(competence), dan sopan santun (courtesy).

5) Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para

pelanggan dengan berupaya memahami keinginan

konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki

pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,

memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta

memiliki waktu pengoperasia yang nyaman bagi

pelanggan

Dalam upaya pelaksanaan mutu pelayanan dalam rumah

sakit yang membutuhkan perbaikan yang berkesinambungan

untuk pelayanan yang dihasilkan. Mengutip dalam bukunya

M.nasution ada empat prinsip utama dalam penerapan manajemen

mutu yang dapat diterapkan dalam peningkatan mutu pelayanan

adalah sebagai berikut15 :

1) Kepuasan pelanggan

15

(27)

21

Konsep mengenai kualitas dan pelanggan

mengalami perluasan. Kualitas tidak lagi hanya bermakna

kesesuaian dengan spesifikasi tertentu,tetapi kualitas

tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri

meliputi pelanggan internal, pelanggan eksternal dan

intermediate. Kebutuhanpelanggan diusahakan untuk

dipuaskan dalam segala aspek termasuk didalamnya harga,

kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu.

2) Respek terhadap setiap orang

Dalam organisasi kelas dunia, setiap karyawan

dipandang sebagai individu yang memiliki bakat dan

kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian

karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling

bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi

diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk

terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

3) Manajemen berdasarkan fakta

Organisasi kelas dunia berorientasi fakta.

Maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada

data dan informasi, bukan sekedar perasaan (Feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hat ini. Pertama,

penjenjangan prioritas (prioritization) yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek

pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber

daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data

dan informasi maka manajemen dan tim dalam organisasi

dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang

vital. Konsep kedua, variasi (variation) atau variabilitas

kinerja manusia. Data statistki dapat memberikan gambaran

(28)

22

dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan

yang dilakukan.

4) Perbaikan berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap organisasi perlu

melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan

perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini

adalah siklus PDCA (plan-do-check-action), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana,

pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan

korektif terhadap hasil yang diperoleh.

f. Faktor-faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan

Dalam pelayanan kesehatan mutu produk dan jasa pelayanan

secara langsung dipengaruhi oleh Sembilan area fundamental

yaitu16 :

1) Men: kemajuan teknologi, komputer dan lain-lain memerlukan pekerja-pekerja spesialis yang makin banyak.

2) Money: meningkatnya kompetisi disegala bidang memerlukan penyesuaian pembiayaan yang luar biasa termasuk untuk mutu.

3) Materials: bahan-bahan yang semakin terbatas dan berbagai jenis material yang diperlukan.

4) Machines dan mechaniztion: selalu perlu penyesuaian-penyesuaian seiring dengan kebutuhan kepuasan pelanggan.

5) Modern information methods: kecepatan kemajuan teknologi komputer yang harus selalu diikuti.

6) Markets: tuntutan pasar yang semakin tinggi dan luas.

7) Management: tanggung jawab manajemen mutu oleh perusahaan.

16

(29)

23

8) Motivation: meningkatnya mutu yang kompleks perlu kesadaran mutu bagi pekerja-pekerja.

9) Mounting product requirement: persyaratan produk yang meningkat yang diminta pelanggan perlu penyesuaian mutu

terus-menerus.

Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu adalah money

meningkatnya kompetisi disegala bidang memerlukan penyesuaian

pembiayaan yang luar biasa termasuk untuk mutu. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

di Rumah Sakit RahmanRahim memerlukan biaya yang tidak sedikit.

2. Penerapan Manajemen Mutu Pelayanan

Dalam pelaksanaan mutu pelayanan kepuasan pelanggan

mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang

dirasakan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil

pekerjaan (produk) seseorang maka pelangganlah yang

menentukan kualitas suatu produk. Apalagi kalau perusahaan jasa

harus benar-benar dapat membedakan dirinya sendiri adalah

dengan cara konsisten menyampaikan mutu yang lebih tinggi dari

pada pesaingnya. Ada beberapa unsur penting dalam kualitas yang

diterapkan menurut M. N. Nasution dalam bukunya Manajemen

mutu terpadu yaitu, “ pelanggan harus prioritas utama organisasi.

Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang

paling penting yaitu pelanggan yang membeli berkali-kali.

Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk

berkualitas tinggi dengan pebaikan terus-menerus.”17 Karena fokus dari kualitas adalah pada kepuasan pelangan, perlu dipahami

komponen-komponen yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan

itu. Pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara

17

(30)

24

sederhana sebaai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan

harapan pelanggan dapat terpenuhi.

Adanya kesempatan kepada karyawan untuk turut berperan

serta dalam proses memperbaiki mutu, akan bermanfaat bagi

peningkatan prokdutivitas, kualitas dan kuantitas. Setiap orang

didalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan , pengertian

dan peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing

kontrol dan bertanggung jawab dalam setiapmutu yang dihasilkan.

Karena Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang

positif dan harus dilaksanakan.

Memberikan memberikan

kesesuaian

Jaminan mutu jaminan mutu kepuasan

Gambar 2.1 : Proses menghantarkan mutu internal dan

eksternal (diambil daribuku Djoko Wijono)

Sistem pengendalian dalam peningkatan mutu merupakan

proses yang berlangsung terus-menerus dan berulang-ulang untuk

mencapai kualitas maupun kuantitas yang tinggi dibanding

sebelumnya. Landasan yang digunakan dalam pelaksanaan sistem

manajemen mutu tersebut adalah merupakan proses manajemen

yang disebut proses Plan-Do-Check-Action (P-D-C-A).landasan ini

memberikan petujuk bahwa setiap pekerjaan yang akan

dilaksanakan dalam system penjaminan mutu

Proses

saat ini

pelanggan

Proses

berikut

Proses

(31)

25

Gambar 2.2 : Siklus PDCA dalam memecahkan masalah

dan solusi perbaikan /peningkatan mutu (metode W. Edwards

Deming yang dikutip Nasution)

Penjelasan dari setiap siklus PDCA tersebut adalah

sebagai berikut:18

1) Mengembangkan rencana perbaikan (plan)

Plan artinya Sasaran atau tujuan dan proses apa

yang dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai

dengan spesifikasi tujuan. Tahap yang dilakukan setelah

dilakukan pengujian ide perbaikan masalah rencana

perbaikan disusun berdasarkan 5-W

(what,why,who,when dan where) dan 1H (How) yang dibuat secara rinci serta menetapkan sasaran dan target

yang harus dicapai.

18

M.N. Nasution,2010, Manajemen Mutu Terpadu,Ghalia Indonesia,Bogor, Hal 32

Plan

•apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya

Do

•kerjakan yang sudah dikerjakan

•implementasi solusi

Check

•apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana

Act

(32)

26

2) Melaksanakan rencana (do)

Rencana yang disusun diimplementasikan secara

bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas

secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan

dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan

rencana harus dilakuakan pengendalian yaitu

mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan

dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat dicapai.

3) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study)

Memeriksa atau meneliti merujuk pada

penetapan apakah pelaksanaanya berada dalam jalur,

sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan

perbaikan yang direncanakan.

4) Melakukan tindakan penyesuaian bila

diperlukan(action)

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang

didasarkan hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan

dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari

timbulnya kembali masalsh yang sama atau menetapkan

(33)

27

Secara sederhana poin siklus PDCA dapat digambarkan sebagai

berikut:

Unsur PDCA Langkah-Langkah

Plan (Perencanaan) - Mengidentifikasi masalah

- Identifikasi penyebab masalah

- Menentukan faktor penyebab

domaint

- Menentukan rencana perbaikan

dan target yang akan dicapai

Do (Pelaksanaan) - Melaksanakan sepenuhnya

rencana perbaikan

Check (Pemerikasaan) - Memeriksa hasil pelaksanaan

perbaikan

Action (Perbaikan) - Mencegah timbulnya persoalan

yang sama (menetapkan

standarisasi)

- Menyelesaikan problem lain

yang masih belum terselesaikan

Tabel 2.2 poin siklus PDCA

Selain itu siklus P-D-C-A tidak hanya suatu proses yang

berlangsung terus menerus, namun juga merupakan sistem yang

berhubungan dan saling membutuhkan secara berinteraksi antar

unit kerja. Selain siklus PDCA tersebut perusahaan jasa dapat

mengambil tiga langkah kearah pengendalian kualitas yaitu :

1) Pertama adalah investasi dalam seleksi dan pelatihan

karyawannya dalam menyediakan jasa yang baik.

2) Langkah kedua adalah menstandarisasi proses

(34)

28

3) Langkah ketiga adalah memantau kepuasan pelanggan

lewat sistem saran dan keluhan survei pelanggan dan

belanja perbandingan sehingga pelayanan yang kurang

dapat dideteksi dan diperbaiki.

Perusahaan jasa juga perlu melakukan Benchmarking yang bersaing yaitu proses manajemen berkelanjutan yang membantu

perusahaan. Benchmarking juga di definisikan sebagai suatu pendekatan produktif yang memungkinkan pihak manajemen

perusahaan memahami bisnis yang dilakukan, pasar yang dilayani,

serta dapat memotivasi manajemen untuk memfokuskan perhatian

pada usaha-usaha perbaikan terus menerus (continous

improvement) dan mengimplementasikan manajemen perubahan.19 Dan targetnya adalah lebih dari pada pesaing yang terbaik.

Kunci dari patok duga ada empat faktor yaitu

1) Proses berkesinambungan

Patok duga adalah perbaikan diri sendiri dan proses

manajemen yang harus berkesinambungan agar efektif.

Patok duga tidak dapat dilaksanakan sekali dan telah

selesai

2) Pengukuran

Patok duga secara tidak langsung menunjukkan

pengukuran. Pengukuran dapat diselesaikan dengan dua

cara. Praktik-praktik internal dan eksternal dapat

dibandingkan dan suatu pernyataan perbeddaan yang

signifikan dan dapat didokumentasikan

19

(35)

29

3) Produk jasa dan praktik

Patok duga dapat diterapkan pada semua aspek

usaha. Patok duga dapat diterapkan pada semua

praktik-praktik dan metode proses yang mendukun produk dan

jasa secara efektf agar memenuhi kepuasan pelanggan.

4) Perusahaan terkenal sebagai pemimpin industri dunia

Patok duga tidak semata-mata ditunjukkan kepad

pesaing produk langsug. Dalam kenyataannya ,

mungkin terdapat suatu kesalahan dalam pelaksanaan

patok duga, karena mungkin mempunyai praktik yang

kurang diinginkan

Dalam perbaikan kualitas Gasperz menyebutkan bahwa ada

beberapa dimensi yang harus diperhatikan dalam rangka perbaikan

kualitas pelayanan demi pencapaian maksimal, yaitu20 :

1) Ketepatan waktu pelayanan, hal yang perlu diperhatikan disini

adalah berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

2) Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan

dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

3) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama

mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal.

Citra pelayanan dan industri jasa sangat ditentukan oleh

orang-orang dan perusahaan yang berada di garis depan pelayanan

langsung kepada pelanggan eksternal.

4) Tanggung jawab, yang berkaitan dengan penerimaan pesanan,

maupun penanganan keluhan dari pelanggan eksternal.

5) Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan

sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.

20

(36)

30

6) Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan

banyaknya petugas yang melayani.

7) Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk

memberikan pola-pola baru pelayanan, Features di pelayanan lainnya.

8) Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus dan lain-lain.

9) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan

lokasi

Dengan pendekatan sistem, mutu berada mulai dari input,

proses maupun output, demikian juga pada bidang jasa. Kriteria

mutu pada bidang jasa khususnya jasa pelayanan kesehatan, sangat

beragam sesuai dengan emosional needs pelanggan dan yang harus menjadi fokus perhatian kita bahwa mutu yang kurang baik pada

bidang jasa ini, tidak bisa ditarik atau dibatalkan.

3. Teori Prespektif dalam Islam

Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik

berupa barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang

berkualitas,jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas

kepada orang lain. Seperti dijelaskan dalam Quran surat

(37)

31

Artinya : “Hai orang–orang yang beriman,nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagiandari hasil usahamu yang baik–baik dan sebagian dari apa yang kamikeluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk– buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”21 (al-baqarah: 267)

Pentingnya memberikan pelayanan yang

berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas

mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti, memahami,

dan merasakan sehingga penyampaiannyapun akan mengenai hati

konsumen dan pada akhirnya memperkokoh posisi dalam pikiran

konsumen. Dengan adanya hal seperti itu yang tertanam, loyalitas

seorang konsumen pada produk atau usaha perusahaan tidak akan

diragukan.

Dimensi reliable (kehandalan) yang berkenaan dengan kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan secara

terpercaya dan akurat. Pelayanan akan dapat dikatakan reliabel

apabila dalam perjanjian yang telah diungkapkan dicapai secara

akurat. Ketepatan dan keakuratan inilah yang akan menumbuhkan

kepercayaan konsumen terhadap lembaga penyedia layanan jasa.

Dalam konteks ini, Allah juga menghendaki setiap umatNya untuk

menepati janji yang telah dibuat dan dinyatakan sebagaimana yang

dinyatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 91:

21

(38)

32

Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah sumpah itu), sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”22

.(An-Nahl: 91)

Pentingnya memberikan pelayanan yang terbaik,

juga terkait dengan upaya untuk menepati janji kita kepada

Tuhan,menjadi manusia yang bermanfaat bagi kehidupan

manusi. Dalam dimensi jaminan berkenaan dengan

pengetahuan, kesopanan, santun, kepercayaan diri dari

pemberi layanan, serta respek terhadap konsumen. Baik

buruknyan layanan yang diberikan akan menentukan

keberhasilan lembag atau pemberi jasa layanan.

Dimensi responsiveness (daya tanggap) berkenaan

dengan kesediaan atau kemauan pegawai dalam

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada

konsumen. Kecepatan dan ketepatan pelayanan berkenaan

dengan profesionalitas. Dalam arti seorang pegawai yang

profesional dirinya akan dapat memberikan pelayanan

secara tepat dan cepat. Profesionalitas ini yang ditunjukkan

melalui kemampuannya dalam memberikan pelayanan

kepada konsumen. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

22

(39)

33

seorang dikatakan profesional apabila dirinya bekerja

sesuai dengan keahlian atau kemampuannya. Pekerjaan

akan dapat dilakukan dan diselesaikan dengan baik secara

cepat dan tepat apabila dilakukan oleh orang yang memiliki

kemampuan sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Kepercayaan yang diberikan konsumen merupakan suatu

amanat. Apabila amanat tersebut disia-siakan akan

berdampak pada ketidakberhasilan dan kehancuran

lembaga dalam memberikan pelayanan kepada konsumen.

Untuk itu kepercayaan konsumen sebagai suatu amanat

hendaknya tidak disia-siakan dengan memberikan

pelayanan secara profesional melalui pegawai yang bekerja

sesuai dengan bidangnya dan mengerjakan pekerjaannya

secara cepat dan tepat,

Dimensi tangibles (bukti fisik) dapat berupa fasilitas fisik seperti gedung, ruangan yang nyaman, dan sarana

prasarana lainnya. Dalam konsep Islam pelayanan yang

berkenaan dengan tampilan fisik hendaknya tidak

menunjukkan kemewahan. Fasilitas yang membuat

konsumen merasa nyaman memang penting, namun

bukanlah fasilitas yang menonjolkan kemewahan.

Dimensi assurance (jaminan) berkenaan dengan

pengetahuan atau wawasan, kesopanan, santun,

kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respek

terhadap konsumen. Apabila pemberi layanan

menunjukkan sikap respek, sopan santun dan

kelemahlembutan maka akan meningkatkan persepsi

positif dan nilai bagi konsumen terhadap lembaga penyedia

jasa. Assurance ini akan meningkatkan kepercayaan, rasa aman, bebas dari resiko atau bahaya, sehingga membuat

(40)

34

lembaga penyedia layanan. Baik buruknya layanan yang

diberikan akan menentukan keberhasilan lembaga atau

perusahaan pemberi jasa layanan. Dengan memberian

pelayanan yang menunjukkan kesopanan dan

kelemahlembutan akan menjadi jaminan rasa aman bagi

konsumen dan yang berdampak pada kesuksesan lembaga

penyedia layanan jasa

Dimensi empathy (empati) berkenaan dengan

kemauan pegawai untuk peduli dan memberi perhatian

secara individu kepada konsumen. Kemauan ini yang

ditunjukkan melalui hubungan, komunikasi, memahami

dan perhatian terhadap kebutuhan serta keluhan konsumen.

Perwujudan dari sikap empati ini akan membuat konsumen

merasa kebutuhannya terpuaskan karena dirinya dilayani

dengan baik. Sikap empati pegawai ini ditunjukkan melalui

pemberian layanan informasi dan keluhan konsumen,

melayani transaksi konsumen dengan senang hati,

membantu konsumen ketika dirinya mengalami kesulitan

dalam bertransaksi atau hal lainnya berkenaan dengajn

pelayanan lembaga. Kediaan memberikan perhatian dan

membantu akan meningkatkan persepsi dan sikap positif

konsumen terhadap layanan lembaga.

Perbedaan pelayanan dalam pelayanan umum dan

prespektif islam, untuk memenuhi fasilitas pelayanan

perbedaannya hanya terletak pada proses penggunaannya

yang mana ketika pelaku bisnis memberikan pelayanan

dalam bentuk fisik hendaknya tidak menonjolkan

kemewahan. Islam menganjurkan setiap pelaku bisnis

untuk bersikap profesional yakni dapat bekerja dengan

cepat dan tepat sehingga tidak menyia-nyiakan amanat

(41)

35

disia-siakan akan berdampakpada ketidak berhasilan dan

kehancuran lembaga dalam memberikan pelayanan kepada

(42)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif. Sebagaimana

dikatakan oleh Suharsini Arikunto bahwa :

“penelitian deskriftif adalah penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yakni gejala keadaan yang memuat apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi dan pengontrolan terhadap suau perlakuan, disamping tidak untuk menguji hipotesis tertentu.1”

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi

secara aktual dan terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat

perbandingan atau evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan orang

lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman

mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan

datang. Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki

obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain

yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset

yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan

pendekatan induktif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena

menyajikan secara langsung keadaan sebenarnya yg ada di Rumah Sakit.

Dan mendiskriptifkan apa yang ada di Rumah Sakit dengan menggunakan

teori mutu pelayanan.

1

(43)

37

B. Objek Penelitian

Lokasi atau obyek penelitian ini yaitu Rumah Sakit Rahman Rahim

Sukodono , Jl Raya Saimbang kebonagung Sukodono Sidoarjo, Tlp.

031-8830010.

C. Jenis dan Sumber Data

Untuk memperoleh data yang signifikan dalam penelitian ini,

penelitu berusaha mencari informasi yang mengarah kepada penelitian.

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus dapat berperan serta sebagai

instrument penelitian disamping nara sumber dari pihak obyek penelitian

yang mengetahui tentang Implementasi Manajemen Mutu Pelayanan

Rumah Sakit Rahman Rahim, untuk itu jenis data yang diperlukan dalam

penelitian menurut sumbernya dapat digolongkan menjadi dua kelompok

yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

lapangan termasuk laboratorium dengan menggunakan alat

pengukur atau alat pengambil data langsung pada subyek

sebagai informasi yang dicari.

Dalam pengumpulan data primer diperoleh dengan cara

dari hasil keterangan dari pihak yang memberikan keterangan.

Diantaranya berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan yang

diajukan melalui wawancara langsung dengan pemilik ,HRD,

Humas maupun karyawan Rumah Rahman Rahim Sukodono.

Data yang dihimpun adalah data tentang penerapan manajemen

mutu pelayanan Rumah Sakit melalui pendekatan teori

(44)

38

2. Data Skunder

Data Sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh

oleh peneliti seperti dari dokumen mengenai peningkatan mutu

yang sudah dijalani,maupun keterangan atau publikasi yang

lain seperti website, majalah atau buku. Dalam hal ini data

yang akan dihimpun adalah data mengenai langkah-langkah

penerapan manajemen mutu pelayanan berupa data yang

berasal dari dokumen dan arsip, yang mengutip secara

langsung dari Rumah Sakit yang dijadikan penelitian dengan

menyalin data. Data berupa struktuur pengorganisasian RS dan

dokumen-dokumen terkait penigkatan mutu pelayanan

Adapun peneliti mendapatkan data tentang :

a. Struktur keorganisasian

b. Sejarah berdirinya Rumah Sakit Rahman Rahim

c. Fasilitas Rumah Sakit Rahman Rahim

d. Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Rahman Rahim

D. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah :

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun proposal penelitian skripsi di Manajemen

Dakwah.

b. Memilih Rumah Sakit Rahmn Rahim Sukodono sebagai

obyek penelitian.

c. Mengurus perijinan dari Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

d. Menjajaki dan menilai lapangan dengan hal-hal yang

(45)

39

e. Memilih responden Rumah Sakit Rahman Rahim sebagai

salah satu sumber data primer yang dihimpun.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti Laptop, Flash

disk, Kamera dan alat perekam (recording). 2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri.

b. Memasuki lapangan

c. Berperan serta mengumpulkan data

d. Tahap analisis data yang diperoleh

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan

peneliti menggunaka tiga metode dalam penelitian yaitu :

1. Pengamatan (observasi)

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara

melakukan pencatatan secara cermat dan sistematis atas

gejala-gejala atau fenomena yang sedang diteliti. Menurut Sugiono

dalam bukunya Metodologi Penelitian Administrasi

menyatakan bahwa :

Pengamatan atau observasi adalah suatu proses yang kompleks yang tersusun dari berbagai proses biologis dan sikologis atau alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat dengan sistematis gejala yang diamati dari observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang maslahnya.2

Observasi yang dilakukan peneliti ditujukan oleh para

karyawan Rumah Sakit Rahman Rahim Sukodono. Dengan

tujuan untuk mendapatkan suatu gambaran dan suatu jawab

2

(46)

40

tentang penerapan manajemen mutu pelayanan yang selama ini

diterapkan.

2. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

utama dalam penelitian deskriptif. Dengan menggunakan

wawancara dapat digunakan untuk melengkapi data yang

diperoleh melalui observasi, agar data yang diperoleh sesuai

dengan harapan penelitian.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara terstruktur. Dalam bukunnya Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Sugiyono

berpendapat :

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan

wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.3

Dengan menggunakan wawancara ini, peneliti

mendapatkan data tentang :

a. Perencanaan peningkatan mutu pelayanan Rumah sakit

b. Pengorganisasian Rumah Sakit

c. Pelaksanaa program-program Rumah Sakit dalam

peningkatan mutu

d. Peran pemimpin Rumah Sakit dalam upaya peningkatan

mutu

3

(47)

41

e. Evaluasi kinerja

f. Proses peningkatan mutu

g. Faktor penghambat proses peningkatan mutu

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi yaitu

berkaitan dengan data-data yang tertulis, berupa dokumen, buku,

atau materi-materi jurnal dan penelitian-penelitian yang menunjang

penelitian.

Dengan menggunakan dokumentasi ini peneliti

mendapatkan data tentang :

a. Perencanaan peningkatan mutu

b. Pengorganisaian dalam Rumah Sakit Rahman Rahim

c. Pelaksanaan program-program Rumah Sakit Rahman

Rahim

d. Peran pemimpin Rumah Sakit Rahman Rahim

e. Evaluasi kinerja karyawan Rumah Sakit Rahman Rahim

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang di jaabrkan diatas,

maka dapat diringkas pada tabel berikut :

No Data SD TPD

1 Gambaran obyek penelitian

tentang sejarah berdirinya

Rumah Sakit Rahman Rahim

Pemilik W+D

2 Langkah-langkah penerapan

(48)

42

Rahman Rahim

c. Pelaksanaan

Program-program

Rumah Sakit

Rahman Rahim

d. Peran Pemimpin

Rumah Sakit

Rahman Rahim

e. Evaluasi Kinerja

Pemilik +

Karyawan

Pemilik +

Karyawan

Pemilik +

Karyawan

W+O+D

W

W+D

3 Faktor penghambat

peningkatan mutu di Rumah

Sakit Rahman Rahim

Pemilik +

Karyawan

W

Tabel 3.1 penjabaran pengumpulan data

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

SD : Sumber Data

W : Wawancara

O : Observasi

Gambar

Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitin
Gambar 2.1 : Proses menghantarkan mutu internal dan
Gambar 2.2 : Siklus PDCA dalam memecahkan masalah
Tabel 2.2 poin siklus PDCA
+7

Referensi

Dokumen terkait