STRATEGI PERTEMPURAN PANGLIMA KHALID BIN Al-WALID DALAM PERANG YARMUK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh :
Silviani Uswatun Chasanah NIM: A32211079
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui
Tanggal 22 Juni 2015
Oleh
Pembimbing
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini telah diuji oleh Tim Penguji dan dinyatakan Lulus Pada Tanggal 27 Juli 2015
Ketua/Pembimbing
Prof. Dr. H. Ahwan Mukarrom, M.A. NIP: 195212061981031002
Penguji I
Dr. H. Imam Ghazali, M.A. NIP: 196002121990031002
Penguji II
Drs. H. Ridwan, M.Ag NIP:196110111991031001
Sekretaris
Dwi Susanto, S.Hum., M.A. NIP: 197712212005011003
Mengetahui Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Silviani Uswatun Chasanah
NIM : A32211079
Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Fakultas : Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika ternyata dikemudian hari skripsi ini terbukti bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia mendapatkan sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Surabaya, 22 Juni 2015
Saya yang menyatakan
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentang “Strategi Pertempuran Panglima Khalid bin
Al-Walid dalam Perang Yarmuk”. Fokus penelitian yang dibahas dalam skrisi ini meliputi; (1) Latar belakang kehidupan Khalid bin Al-Walid; (2) Jalan terjadinya Perang Yarmuk; (3) Dan strategi pertempuran yang diterapkan Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk.
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan historis. Dengan pendekatan ini, penulis berusaha untuk mendiskripsikan peristiwa Perang Yarmuk yang terjadi di masa lampau dan untuk mengetahui strategi yang diterapkan Khalid bin Al-Walid dalam melawan Romawi. Data penelitian diperoleh dari sumber tertulis berupa buku literatur. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan metode sejarah. Dengan metode ini, penulis berusaha merekonstruksi Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk dari sumber-sumber yang diteliti. Sedangkan data yang dipaparkan dianalisis dengan menggunakan teori perang dari Clausewirtz.
ABSTRACT
This thesis conduction to analyze “Battle Strategies of Commander
Khalid bin Al-Walid in Yarmuk Battle”. the focus of the research is discussed this thesis are; (1) Biography of Khalid bin Al-Walid. (2) Chronology of Yarmuk battle. (3) And battle strategies that applied by commander Khalid bin Al-Walid in Yarmuk Battle.
The approachment used in this thesis are history approach. With this approach, the authors sought to describe the events of the Battle Yarmuk happened in the past and to know strategi that applied by commander Khalid bin Al-Walid against Roman. The research data is gotten from writer source, book. Next, that data analyzed with history research method. With this method, the authors sought to Khalid bin Al-Walid reconstruct the battle of yarmuk of sources studied. Then, this data analyze with battle theory by Clausewirtz.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ....iii
[image:7.595.111.510.211.700.2]PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ....iv
TABEL TRANSLITERASI ... ...v
MOTTO ... ...vi
PERSEMBAHAN ... ....vii
ABSTRAK ... ....viii
KATA PENGANTAR ... ...x
DAFTAR ISI ... ....xii
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Kegunaan Penelitian ...8
E. Pendekatan Dan Kerangka Teoritik ...8
F. Penelitian Terdahulu ...10
G. Metode Penelitian ...12
H. Sistematika Bahasan ...14
BAB II. BIOGRAFI KHALID BIN AL-WALID ...16
A. Silsilah Khalid Bin Al-Walid ...16
B. Khalid Bin Al-Walid Sebelum Masuk Islam ...19
D. Wafat Khalid Bin Al-Walid ...35
BAB III. PERANG YARMUK ...40
A. Latar Belakang Terjadinya Perang Yarmuk ...40
1. Abu Bakar mengutus Khalid bin Sa‟id Pergi ke Syam ...43
2. Abu Bakar mengutus Beberapa Pemimpin Pasukan ke Syam. ...45
3. Abu Bakar mengutus Khalid bin Al-Walid Pergi ke Syam...49
B. Jalan Terjadinya Perang Yarmuk...49
1. Persiapan Pasukan Romawi...51
2. Persiapan Pasukan Islam...53
3. Negoisasi Sebelum Pertempuran Terjadi ...55
4. Pertempuran Mulai Berkobar ...56
C. Akhir Perang Yarmuk ...62
D. Khalid bin Al-Walid Berhenti Sebagai Panglima Yarmuk...65
BAB IV. STRATEGI PERTEMPURAN PERANG YARMUK ...67
A. Perjalanan Khalid bin Al-Walid menuju Syam ... ...67
B. Pidato Semangat Khalid bin Al-Walid ...69
C. Taktik Pertempuan Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk ...72
D. Dakwah Khalid bin Al-Walid di Medan Perang ...77
E. Khalid bin Al-Walid Menerobos Pasukan Musuh ...81
BAB V. PENUTUP ...86
A. Kesimpulan ...86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Khalid bin Al-Walid adalah panglima perang yang terkenal dalam
sejarah Islam. Sebelum memeluk agama Islam Khalid merupakan seorang
panglima perang yang selalu membela orang-orang Quraish untuk melawan
Rasulullah SAW; salah satunya yaitu dalam perang Uhud. Karena dirinyalah
pasukannya dapat meraih kemenangan gemilang saat-saat akhir peperangan.
Khalid bin Al-Walid berasal dari keturunan bani Makhzum yaitu salah
satu bani yang sangat terpandang dan disegani di suku Quraisy. Ayahnya
bernama Al-Walid bin Al-Mughirah dan ibunya bernama Lubabah As-Sughra.
Keluarga Khalid bin Al-Walid memilki kedudukan penting dan terhormat di
kalangan suku Quraisy. Khalid bin Al-Walid juga sering disebut dengan Abu
Sulaiman1, karena Khalid mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman
sehingga ia sering dipanggil dengan Abu Sulaiman.
Khalid bin Al-Walid sebelum genab berumur 17 tahun ketika agama
Islam lahir. Ia sudah menunjukkan perhatian serius dan besar dalam ilmu
berperang, termasuk mengendarai kuda, melempar lembing atau tombak dan
memanah sehingga ia dengan cepat menjadi tersohor. Taktik serangannya
1
2
yang sangat terkenal, yang dilakukan dengan tiba-tiba dari belakang musuh
(ketika itu musuhnya adalah kaum muslim) dalam Perang Uhud.2
Adapun yang mendukung keberhasilan Khalid dalam karir militernya
adalah bahwasanya ia belajar hidup sederhana dan menerima kehidupan keras
sebagaimana orang-orang primitif bukan sebagaimana bangsawan agar
mampu bersabar dalam menghadapi penderitaan dalam perang dan berbagai
kesulitan dalam mengendalikan kuda.3 Selain itu Khalid juga mendapat
pelajaran pertama tentang seni dan strategi berperang darinya ayahnya sendiri.
Khalid bin Al-Walid ialah seorang panglima, dengan kesukaran hidup
seorang prajurit dan kerendahan hati. Ia juga seorang prajurit dengan tanggung
jawab seorang panglima dengan keteladanannya4. Ia juga seorang pribadi yang
mengagumkan, penuh dengan keagungan dan kemuliaan.5
Adapun karakteristik fisik Khalid, para pakar sejarah menyebutkan
bahwa Khalid mirip dengan Umar bin Al-khathab. Mereka mengambil bukti
dari kisah Alqomah yang bertemu dengan Umar bin Al-Khathab dan
dianggapnya sebagai Khalid. Pada masa muda Khalid juga pernah terlibat
dalam adu gulat atau adu ketangkasan dengan Umar bin Al-Khatab, dikala itu
Khalid dapat mengalahkan Umar dengan mematahkan betisnya.
2
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1994), 364.
3
Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 21.
4
Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi, Terj: Rijalun Haular Rasul (Jakarta: Ummul Qura, 2012), 318.
5
3
Khalid bin Al-Walid masuk Islam pada saat penandatangan perjanjian
Hudaibiyah antara kaum Muslim dan suku Quraish. Setelah dia menjadi
pemeluk agama Islam yang sangat teguh, Nabi SAW. kerapkali meminta
bantuannya dalam berbagai peperangan pada tiga tahun terakhir menjelang beliau wafat. Khalid memimpin pasukan perang Mu‟tah melawan Byzantium
setelah gugurnya Zayd bin Haritsah, Ja‟far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin
Rawahah.6
Perang Mu‟tah adalah perang pertama yang diikuti Khalid ketika ia
sudah masuk Islam. Dengan diambil alihnya Khalid bin Al-Walid dan
strateginya, pasukan Islam dapat keluar dari kepungan musuh Romawi. Dari
perang ini Khalid bin Al-Walid dijuluki dengan sebagai Saifullah Al-Maslul
yaitu Pedang Allah Yang Terhunus. Sejak saat itu Khalid berada dibarisan
kaum Muslimin untuk mengikuti Rasulullah di beberapa peperangan melawan
kaum Quraisy dan dalam ekpansi wilayah di masa Khalifah Abu Bakar dan
Khalifah Umar bin Al-khathab.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, peperangan terhadap orang
murtad serta penyerbuan ke Irak dan Syam ditumpukan kepada Khalid bin
Al-Walid. Pertama kali dia menyerang Thulayhah bin Khuwaylid di kota
Buzakhah. Setelah selesai memerangi orang-orang murtad, Abu Bakar
menyuruhnya mengerahkan pasukan perangnya ke Persia dan Irak7.
Kemenangan-kemenangan pasukan Islam di wilayah Persia membangkitkan
6
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 1999), 10.
7
4
semangat suku-suku Arab di Jazirah. Abu bakar melakukan perundingan
dengan para pemuka Islam dan memutuskan membentuk pasukan yang kuat
guna mengalahkan Romawi Timur8. Dari sini nantinya akan terjadi Perang
Yarmuk di Syam.
Wilayah Syam adalah sebuah daerah yang terletak di timur Laut
Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan
Pegunungan Taurus. Sebelum jatuh ke tangan kaum Muslim, Wilayah Syiria
Raya merupakan koloni Kekaisaran Romawi. Pada saat awal kedatangan
Islam suku-suku paling penting yang tercatat dalam awal kedatangan Islam
adalah Qudha‟ah, Shalih, Ghassaniyah, Judzam, Lakhm, Kalb, Tanukh dan
Bahra‟9
.
Syam saat ini adalah Syiria atau Suriah. Saat ini negeri Syria Raya
(Syam Al-Kubro) meliputi negeri-negeri Syiria, Yordania, Lebanon dan
Palestina. Di negeri Syria sendiri memakai nama Syam adalah Bushra
asy-Syam, adalah kota administrasi Damaskus dan merupakan ibukota distrik
Hawran, Damaskus, adalah ibukota dan kota terbesar di Suriah, Levant,
wilayah Mediterania Timur, atau wilayah besar di Asia Barat yang dibatasi
oleh Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di selatan, Laut Mediterania di
barat, dan Pegunungan Zagros di timur. Garis perbatasan yang baru dibuat
pada era perkembangan yang terjadi setelah Perang Dunia Pertama.
8
H Abd. Chair, “Khalifah”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ed. M. Din Syamsuddin, et al (Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van Hoeve), 46.
9Rasul Ja‟farian,
5
Perang Yarmuk adalah peperangan antara pasukan umat Islam dengan
bangsa Romawi Timur atau Bizantium. Perang Yarmuk dipimpin oleh
panglima Khalid bin Al-Walid. Untuk menaklukkan Romawi di Syam, Abu
Bakar membentuk empat pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin
seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang ditentukan.
Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah pertama, Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah yang ditugaskan ke daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia.
Kedua, Amr bin Al-Ash mendapatkan perintah untuk menakklukan wilayah
Palestina, yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur. Ketiga, Syurahbil
bin Hasanah diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Yordania. Keempat,
Yazid bin Abu Sufyan diperintahkan untuk menaklukan Damaskus dan Suriah
Selatan.
Gerak maju tentara Islam itu sangat mengejutkan penguasa Romawi.
Kaisar Heraklius segera memerintahkan semua kepala daerah yang masih
berada dalam kekuasaannnya untuk mengirim pasukan untuk melawan
pasukan Islam. Berita tentang penyiapan pasukan besar Romawi ini
menimbulkan kekhawatiran di pihak Islam. Keempat panglimanya segera
berunding untuk mencari jalan keluar. Mereka mengirimkan gambaran tentang
situasi gawat ini kepada Khalifah Abu Bakar. Abu bakar memerintahkan
untuk menyatukan pasukan di Yarmuk. Selain itu Khalifah juga
memerintahkan Khalid bin Al-Walid untuk membawa sebagaian anak
buahnya guna membantu mereka, dan Khalid bin Al-Walid ditunjuk sebagai
6
Pada bulan Jumadil Akhir 13 H, pecahlah Perang Yarmuk antara
pasukan Islam dan Romawi. Di tengah berkecamuknya perang, seorang kurir
datang dari Madinah dengan membawa dua berita yang mengejutkan. Pertama
adalah informasi tentang wafatnya Abu Bakar, dan pengangkatan Umar bin
Khatab sebagai khalifah yang menggantikannya. Kabar kedua adalah
memberitakan bahwa pemimpin Islam yang terbaru itu memutuskan untuk
memberhentikan Khalid bin Al-Walid dari jabatan panglima tertinggi, dan
sebagai gantinya ditunjuk Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Tetapi proses
penggantian tersebut ditunda dan dilakukan saat perang Yarmuk selesai,
Karena agar pasukan Islam tetap berkonsentrasi pada pertempuran yang
dihadapi. Dengan semangat tinggi Khalid memimpin pasukannya untuk
memenangkan perang, sehingga pihak Romawi yang diperkuat dengan
pasukan yang amat besar dapat dikalahkan secara telak. 10
Dengan kemenangan perang Yarmuk di tangan pasukan Islam
membuat perluasan wilayah Islam semakin mudah di taklukan, menjadi luas
dan dan semakin pesat perkembangan Islam di luar Jazirah Arab. Seperti
daerah takluknya wilayah Palestina, Suriah dan Mesir jatuh ketangan pasukan
Islam.
Khalid bin Al-Walid meninggal pada tahun 21 Hijriyah di Hems11.
Khalid meninggal di atas tempat tidurnya. Di dalam tubuhnya hampir tidak
10
Ibid., 47.
11
7
ada bagian yang selamat dari luka terlalu banyaknya luka yang pernah ia
dapatkan dari berbagai pertempuran selama hidupnya.
Dari latar belakang di atas terdapat gambaran-gambaran Khalid bin
Al-Walid dalam memimpin perang dan gambaran perang Yarmuk, sehingga dari
beberapa uraian di atas telah menarik perhatian penulis untuk membahas
sosok Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk, dan penelitian mengenai
strategi pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk belum ada
skripsi yang menelitinya. Inilah alasan utama penulis meneliti judul ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis menyusun beberapa rumusan masalah
yang dapat dikembangkan dan mempermudah penulisan dalam penelitian ini.
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Panglima Khalid Bin Al-Walid?
2. Bagaimana Proses Terjadinya Perang Yarmuk?
3. Bagaimana Strategi Pertempuran Khalid Bin Al-Walid dalam Perang
Yarmuk?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Praktis
Sebagai persyaratan memenuhi tugas akhir untuk bisa memperoleh gelar
sarjana atau lulus studi Strata 1 (S1).
8
a. Untuk mengetahui Latar Belakang Kehidupan Panglima Khalid bin
Al-Walid.
b. Untuk Mengetahui Proses Terjadinya Perang Yarmuk.
c. Untuk Mengetahui Strategi Pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam
Perang Yarmuk.
D. Kegunaan Penelitian
1. Dapat memaparkan fakta-fakta dan data-data sejarah, dengan harapan agar
pembaca dapat memahami dan mengetahui tentang strategi perjuangan
Khalid bin Walid dalam memimpin Perang Yarmuk.
2. Memberi kontribusi wacana bagi perkembangan khazanah ilmu
pengetahuan, terutama dibidang kesejarahan.
3. Dapat dijadikan bahan referensi di perpustakaan Fakultas Adab, maupun
perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, dalam bidang
kajian Islam mengenai Khalid bin Al-Walid.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah
melalui pendekatan historis. Pendekatan historis yaitu memandang suatu
peristiwa yang berhubungan dengan masa lampau. Penelitian sejarah tidak
hanya sekedar mengungkapkan kronologis kisah semata, tetapi merupakan
suatu pengetahuan tentang bagaimana peristiwa masa lampau terjadi. Dalam
penulisan ini berupaya merekonstruksi kejadian atau peristiwa sejarah yang
sudah tidak ada saksi hidup sehingga hanya dapat melakukan kajian dari
9
kronologis kejadian. Dari pendekatan ini nantinya akan didapatkan fakta-fakta
sejarah bagaimana strategi Khalid bin Walid dalam menakklukan musuh di
Perang Yarmuk.
Selain pendekatan tersebut, untuk kerangka teoritiknya penulis
menggunakan teori perang dari Karl von Clausewitz. Clausewitz adalah
seorang pemikir strategi dari Amerika, ia diakui secara luas sebagai yang
terbesar di antara penulis tentang perang. Arti kata dari strategi adalah suatu
ilmu siasat perang atau muslihat untuk mencapai sesuatu. Dalam setiap
peperangan, penggunaan strategi merupakan kebutuhan pokok yang harus ada
dalam menghadapi musuh di medan tempur.
Perang Yarmuk adalah termasuk dari perang gerakan, karena perang
gerakan adalah wujud dan pola strategis perang, yang terutama
mempergunakan mobilitas gerak untuk merebut memelihara dan
mempertahankan inisiatif yang biasanya dilakukan pada saat-saat lawan labil
(secara stategis atau taktis).12 Secara Yuridis perang dipahami sebagai situasi
dan kondisi hukum yang memungkinkan dua atau lebih pihak yang
bermusuhan menyelesaikan pertikaian secara kekerasan dengan kekuataan
persenjataan. Sementara makna perang dalam Islam adalah perang terhadap musuh untuk keamanan kemerdekaan menyebarkan da‟wah dan untuk tetap
12
10
tegaknya tiang-tiang atau sendi-sendi perdamaian, serta tetap menjaga serta
memelihara peraturan-peraturan Perang Purusiyah yang suci.13
Menurut Clausewitz, dalam memenangkan suatu peperangan maka
faktor moral merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan.
Bagi Clausewirt, peperangan merupakan hal yang berbahaya, demikian
berbahayanya sehingga tidak seorang pun yang ikut ambil bagian di dalamnya
dapat membayangkan bagaimana perang itu sebenarnya. Perang bukan saja
dunia ketidakpastian dan ketegantungan pada nasib, bahkan lebih dari itu
karena perang adalah dunia penderitaan, kebingungan, kelelahan, dan
ketakutan. Oleh karena itu, Clausewirt menempatkan factor moral sebagai
factor vital dan sekaligus fungsinya sebagian penyeimbang di tengah
ketidakpastian dan banyaknya kemungkinan perang.14
Teori perang dari Clausewitz digunakan untuk memandu penelitian
mengenai strategi yang digunakan oleh panglima Khalid bin Al-Walid dalam
Perang Yarmuk yang membawa pada kemenangan.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu diperlukan untuk memberikan penetapan dan
penegasan mengenai kekhasan penelitian yang hendak dikerjakan. Dan untuk
mengetahui sejauh mana keaslian data yang diteliti oleh-oleh peneliti
13
Perang Purusiyah adalah perlawanan yang mulia (suci), dimana mereka tidak dibenarkan berbuat segala sesuatu yang bias menodai atau menghilangkan arti dari kesucian perang tersebut. Jenderal Mahmud Syaid Chotob, Kepemimpinan Rosululloh SAW Dalam Mempersatukan Ummat (Strategi Jihad) (Yogyakarta: Harapan Utama, 2001), 2.
14
11
terdahulu sebagai satu pijakan awal untuk selalu bersikap berbeda dengan
peneliti yang lain.
Terdapat Penelitian tentang masalah Khalid bin Al-Walid yaitu karya
Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi dengan judul biografi Khalid Bin Walid
Radhiyanllahu‟anhu, terjemahan Muzaffar Sahidu, tahun 2010. Karya ini
menjelaskan tentang biografi Khalid Bin Al-Walid.
Terdapat juga penelitian mengenai Khalid bin Al-Walid, yaitu pada
Skripsi dari saudara Zaenal Abidin yang berjudul perjanjian Hudaibiyah
Tahun 628 M/ 6 H dan Dampaknya Bagi Dakwah Islam di Jazirah Arabia
tahun 2014. Di mana di dalamnya membahas mengenai dampak dari
perjanjian Hudaibiyah yang mengakibatkan Khalid bin Walid masuk Islam dan terjadinya Perang Mu‟tah yang pernah dipimpin oleh Khalid bin Walid.
Selain skripsi di atas terdapat pula skripsi dari saudara Yustiah
Qurniati yang berjudul Strategi Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam
Peperangan di Madinah (622-632 M). di mana di dalamnya membahas
mengenai peperangan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW,
diantaranya perang Uhud yang mana Khalid bin Walid ikut serta dalam
pasukan Quraish untuk melawan pasukan muslim yang dipimpin Nabi
Muhammad SAW.
Dari pejelasan di atas penulis juga akan melakukan serupa sebagai
acuan dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis, tetapi
12
ini dikhususkan pada strategi yang dilakukan Panglima Khalid bin Walid
dalam memimpin Perang Yarmuk yang tidak dijelaskan di dalam beberapa
karya ilmiah di atas, sehingga penelitian yang diangkat oleh penulis ini
merupakan penelitian yang berbeda dengan penelitian di atas.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library-research), yaitu
penelitian yang bersumberkan data-data penting.15 Dalam penulisan ini
metode yang digunakan penulis adalah metode sejarah atau historis. Tujuan
peneliti adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekonstruksi
masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui metode sejarah16.
Metode sejarah sebagaimana yang dikemukan oleh Gilbert J. Garraghan
adalah seperangkat azas dan kaidah yang sistematis yang digubah untuk
membentu secara efektif mengumpulkan sumber-sumber, menilainya secara
kritis dan menyajikannya uatu sintesis hasil yag dicapai, pada umumnya dalam
bentuk tertulis17. Adapun langkah-langkah praktis yang harus dilalui oleh
penulis berkaitan dengan metode sejarah adalah sebagai berikut:
1. Heurustik, yaitu pengumpulan sumber. Suatu proses yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak
sejarah. Sumber sejarah juga disebut data sejarah18. Dalam hal ini penulis
mengambil data-data dari berbagai buku literature primer maupun
15
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Penelitian Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 95.
16
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 91. 17
Lilik Zulaicha, Metodologi Penelitian I (Surabaya: Fak. Adab IAIN Sunan Ampel, 2004), 13.
18
13
sekunder. Untuk sumber primer penulis menggunakan Sirah Nabawiyah
karangan Ibnu Ishaq terjemahan H. samsom Rahman. Kitab Al Maghazi
Muhammad karangan Al-Waqidi, kitab Al-Bidayah Wan Nihayah Masa
Khulafaur Rasyidin karangan Ibnu Katsir, dan Tarikh At-Thobari.
Sementara untuk sumber sekunder penulis mengambil sumber dari
literatur buku seperti Khalid Bin Al-Walid, Panglima yang Tak
Terkalahkan karangan Manshur Abdul Hakim, Abu Bakar As-Siddiq
Karangan Muhammad Husain Haekal, Yarmuk 636 M karangan David
Nicole, History of the Arabs karangan Philip K. dan lain sebagainya.
2. Kritik sejarah, yaitu menyelidiki keotentikan sejarah baik bentuk maupun
isinya. Dengan demikian semua data yang diperoleh dari buku-buku
literature baik primer maupun sekunder perlu disediliki untuk memperoleh
fakta yang valid. Sesuai dengan pokok pembahasan dan diklarifikasikan
permasalahan untuk kemudian untuk dianalisa.
3. Interpretasi, yaitu menetapkan makna yang berhubungan dari fakta yang
diperoleh sesuai dengan pembatasan. Dalam fase ini penulis akan
menginterpretasikan atau menafsirkan mengenai kajian yang telah penulis
teliti tentang bagaimana Strategi panglima Khalid bin Walid dalam
peperangan membela Islam dengan menggunakan sumber-sumber yang
telah penulis dapatkan.
4. Historiografi, setelah melakukan pengumpulan informasi melalui kegiatan
heuristic, kritik sumber, dan interpretasi, maka langkah selanjutnya yaitu
14
historiografi. Dalam langkah ini penulis dituntut untuk menyajikan bahasa
yang baik, yang dapat dipahami oleh orang lain dan dituntut menguasai
teknik penulisan karya ilmiah. Penulisan hasil penelitian sejarah ini
memeberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian sejak dari
awal sampai dengan kesimpulan atau akhir. Berdasarkan penulisan sejarah
itu pula akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan
prosedur yang peneliti gunakan.19
H. Sistematika Bahasan
Dalam penulisan penelitian karya yang berjudul “Strategi
Pertempuran Khalid bin Al-Walid dalam Perang Yarmuk 634 M/13 H di
Syam” ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub. Hal ini bertujuan supaya pembahasan mudah dipahami sesuai
bab yang tersedia. Adapun bab-bab itu adalah sebagai berikut:
Bab pertama tentang Pendahuluan, bab ini terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penalitian,
Pendekatan dan Kerangka Teoritik, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian,
serta Sistematika Bahasan.
Bab kedua tentang biografi dan latar belakang kehidupannya
panglima Khalid bin Walid. Di dalamnya terdapat empat sub bab yaitu:
kelahiran Khalid bin Walid, kehidupan sebelum masuk Islam, Khalid Bin
19
15
Walid masuk Islam, dan wafatnya Khalid Bin Walid. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui seluk beluk riwayat hidup Panglima Khalid Bin Walid.
Bab ketiga tentang Perang Yarmuk. Pada bab ini akan membahas
mengenai proses terjadinya perang Yarmuk. Didalamnya terdapat empat sub
bab yang terdiri dari latar belakang terjadinya perang Yarmuk, jalan terjadinya
Perang Yarmuk, akhir perang Yarmuk, dan Khalid bin Walid berhenti menjadi
panglima. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui proses terjadinya perang
Yarmuk.
Bab keempat tentang Strategi Pertempuran. Pada bab ini akan
membahas mengenai strategi pertempuran Khalid bin walid dalam Perang
Yarmuk. Di dalamnya terdapat empat sub bab, yaitu: Pidato Semangat Khalid
Bin Walid, Taktik Pertempuran, dan Menerobos Pasukan Musuh. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui strategi-strategi Khalid bin Walid dalam
Perang Yarmuk.
Bab kelima tentang Penutup. Pada bab ini berisi dua sub bab yaitu
kesimpulan dari seluruh pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya, dan
BAB II
BIOGRAFI KHALID BIN AL-WALID
A. Silsilah Khalid bin Walid
Nama lengkap Khalid adalah Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin
Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, dan nasabnya
bertemu dengan Rasulullah SAW pada Murrah. Khalid dijuluki dengan nama
Abu Sulaiman dan juga dengan Abu Walid.1 Khalid bin Al- Walid merupakan
seorang dari keturunan Bani Makhzum2, yaitu salah satu Bani yang
terpandang di Quraisy.
Ayah Khalid bernama Al-Walid bin Al-Mughirah, ia adalah seorang
bangsawan dikalangan kaum Quraisy pada masa Jahilliyah. Pada permulaan
Islam ayah Khalid, Al-Walid bin Al-Mughirah sangat membenci Islam,
bahkan dia dikenal sebagai orang yang paling sengit memusuhi dakwah Islam.
Al-Walid bin Al-Mughirah adalah orang yang paling kuat tekanannya kepada
para penganut Islam3. Ibunya bernama Lubabah Ash-Shughra binti Al-Harits
dari Bani Hilal bin Amir. Ia adalah saudara perempuan Ummul Mukminin
Maimunah binti Harits istri Rasulullah SAW, dan saudara Lubabah
Al-Kubra yang merupakan istri Al-Abbas paman Rasulullah SAW dan dijuluki
Ummul Fadhl. Ibunda Khalid bin Al-Walid meninggal dunia sebagai seorang
Muslimah setelah Khalid meninggal dunia.
1
Mansur Abdul Hakim, Khalid Bin Al-Walid: Panglima Yang Tak Terkalahkan, Terj: Masturi Irham (Jakarta: Al-Kautsar, 2014), 5.
2
Rasul Jafariyan, Sejarah Khilafah 11 H-35 H (Jakarta: Al-Huda, 2006), 41.
3
17
Khalid bin Al-Walid lahir di Makkah dan ia memiliki beberapa saudara,
di antarany yaitu: pertama, Imarah bin Al-Walid yang dikirim kaum Quraisy
bersama Amru bin Al-„Ash untuk menarik kembali umat Islam yang berhijrah
dari Habasyah. Kedua, Hisyam bin Al-Walid, yang termasuk mereka
orang-orang yang dilembutkan dan ditaklukkan hatinya dan masuk Islam. Ketiga,
Al-Walid bin Al-Walid yang ikut serta dalam Perang Badar sebagai pasukan
musuh atau musyrik. Kemudian ditawan oleh Abdullah bin Jahsy. Adapula
yang menyebutkan ditawan oleh Salik Al-Mazini Al-Anshari. Al-Walid
akhirnya bebas dari tawanan karena telah ditebus oleh Hisyam. Al-Walid bin
Al-Walid saat tiba di Makkah, ia memproklamasikan keislamannya dan ia ikut
serta bersama Rasulullah SAW dalam Umrah Qadha4. Keempat, Fathimah
binti Al-Walid bin Al-Mughirah.
Khalid bin Al-Walid sendiri adalah paman Umar Bin Khathab dari pihak
ibu. Sewaktu masa kanak-kanak, Khalid bin Al-Walid pernah bergulat dengan
Umar bin Khathab. Khalid mampu mengalahkan Umar dengan mematahkan
tulang betisnya. Masing-masing dari keduanya memiliki postur tubuh yang
sama, wajah mereka berdua juga tampak mirip5. Umar bin Khathab juga lahir
di Makkah tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah6.
Keluarga Khalid bin Al-Walid memiliki kedudukan penting dan
terhormat di kalangan suku Quraisy. Ayah Khalid bin Walid, yaitu
Al-Walid bin Al-Mughirah adalah seorang tokoh utama di kalangan Bani
4
Hakim, Khalin Bin Al-Walid, 5-6.
5
Ibid., 23.
6
18
Makhzum dan ia merupakan seorang hartawan yang selalu memberi makan
para jama‟ah haji di Mina dan melarang mereka memasak selain dirinya. Ia
juga membiayai seluruh jama‟ah haji dalam jumlah besar, sehingga ia
mendapat julukan Raihanah Quraisy (penghidupan/rezeki kaum Quraisy).
Akan tetapi Al-Walid bin Al-Mughirah meninggal dunia dalam
kesesatannya karena ia termasuk golongan yang sama seperti lainnya yang
suka memperolok-olok agama Islam dan Nabi Muhammad, sebagaimana yang
disebutkan dalam firman Allah, “sesungguhnya Kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu)”. (Al-HIJR:95). Al-Walid meninggal dunia karena anak panah yang menancap pada dirinya hingga membuat terluka parah dan mengakibatkan ia meninggal
dunia. Al-Walid meninggal dunia tiga bulan setelah Hijrah dan dalam usia
sembilan puluh lima tahun dan dimakamkan di Jahun Makkah7.
Khalid bin Al-Walid memiliki beberapa paman diantaranya, yaitu
Hisyam bin Al-Mughirah yang merupakan salah satu tokoh utama Quraisy di
Makkah pada masa jahilliyah. Lalu Al-Fakihah bin Al- Mughirah, ia adalah
orang terhormat di kalangan bangsa Arab pada masanya. Paman Khalid yang
lainnya adalah Abu Hudzaifah, yang merupakan salah satu dari empat tokoh
yang memegang ujung-ujung selendang dan membawa Hajar Aswad ke
tempatnya di Ka‟bah. Dan ada juga paman Abu Umayyah bin Al-Mughirah,
yang mendapat julukan Zad Ar-Rakib yang berarti pembekalan para Musafir
karena ia terbiasa melengkapi dan mempersiapakan pembekalan kepada
7
19
sahabatnya tanpa harus sahabatnya bersusah payah untuk mempersiapkan
perbekalan. Mereka semua merupakan keturunan Bani Makhzum yang
mempunyai pengaruh kuat di kalangan suku Quraisy ketika masing-masing
keluarga terpisah-pisah.
Di Suku Quraisy terdapat Bani Hasyim, Bani Umayyah, dan Abdud Dar,
mereka ini merupakan tiga marga dalam suku Quraisy yang kuat, dan ketiga
suku tersebut bertemu pada satu kakek yang lebih dekat dengan kakek yang
mempertemukan mereka dengan Bani Makhzum, yaitu Murrah bin Ka‟ab bin
Lu‟ay bin Ghalib bin Fahr, yang merupakan kakek seluruh kaum Quraisy.8
Sebelum ayahnya meninggal dunia, Khalid bin Al-Walid telah menikah
dan mempunyai dua orang anak laki-laki bernama Sulaiman dan Abdurrahman
sehingga Khalid mendapat sebutan Abu Sulaiman. Selain itu Khalid bin
Al-Walid memiliki banyak sahabat di mana ia pergi bersama untuk menunggang
kuda, berburu, dan jika tidak sedang berburu mereka mendendangkan bait-bait
syair sambil minum. Di antara mereka itu adalah Amru bin Al-Ash, Abul
Hakam Amru bin Hisyam bin Al-Mughirah, dan putra Abu Hakam yaitu
Ikrimah yang menjadi sahabat dekat Khalid bin Al-Walid9.
B. Khalid bin Walid Sebelum Masuk Islam.
Saat Al-Walid meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya,
muncullah Khalid bin Al-Walid menggantikan posisi ayahnya. Orang-orang
Quraisy sangat berkeinginan agar Khalid tetap berdiri di pihak mereka untuk
8
Ibid., 18-19.
9
20
melawan kaum Muslimin, terutama setelah setelah Hamzah bin Abdul
Munthalib dan Umar bin Khatab masuk Islam.
Sebelum menganut Islam, Khalid adalah seorang pahlawan Quraisy yang
ditakuti dan penanggung kuda yang hebat. Dalam perang Uhud dan Khandaq
ia masih berada dalam barisan kaum musyrik. Ia mempunyai sifat-sifat
seorang prajurit yang berwatak kasar, cenderung pada kekerasan dan
mengandalkan kekuatan. Tak pernah ia gentar menghadapi lawan di medan
perang, tak pernah takut kepada siapa pun. Sifat Khalid pada saat sebelum
masuk Islam, Ia sangat menentang sekali terhadap agama Islam. Ayahnya
selalu memperbincangkan agama Islam kepada anak-anaknya serta kerabat
lainnya. Penentangan Khalid terhadap Islam semakin besar dengan masuk
Islamnya Al-Walid bin Al-Walid, saudara Khalid bin Al-Walid saat Perang
Badar telah usai.10
Pada masa kecil, Khalid mempelajari segala sesuatu yang dipelajari
anak-anak seusianya, yang dipersiapkan untuk perang dan adu ketangkasan
berkuda serta sifat-sifat kepemimpinannya. Khalid bin Al-Walid tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang terhormat dan paling kaya dalam
komunitas masyarakatnya. Nenek moyangnya kakek-nenek ataupun
paman-pamannya adalah Ra’is Ibn Ra’is (Pemimpin Putra Sang Pemimpin) di mana
tidak ada seorang pemimpin pun pada masa jahiliyyah yang melebihi
kepemimpinannya. Ketika memasuki usia remaja, Khalid bin Al-Walid
merasakan sedikit kesombongan karena ia adalah putra seorang pemimpin,
10
21
karena ayahnya adalah seorang pemimpin dan tokoh utama Bani Makhzum
yang merupakan salah satu marga terpopuler dan terkuat di kalangan suku
Quraisy.
Khalid bin Al-Walid senantiasa belajar tentang ketrampilan berperang
bersamaan dengan mengasah kemampuannya menunggang kuda, belajar
menggunakan berbagai jenis persenjataan seperti tombak, lembing, anak
panah, dan pedang lainnya. Ia juga belajar berperang menggunakan tombak
dan pedang di atas punggung kuda dan ketika berjalan kaki.
Kepandaian Khalid dalam mengendarai kuda dapat dilihat dari
keluarganya yaitu Bani Makhzum yang merupakan bagian dari suku Quraisy
yang piawai dalam mengendarai kuda di Jazirah Arab. Selain itu Bani
Makhzum juga telah mempersiapkan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya Khalid sebagai komandan militer ternama. Dari ayahnya
Khalid bin Al-Walid mendapat pelajaran pertama tentang seni dan strategi
berperang. Dia belajar bagaimana bergerak dengan cepat di tengah gurun
pasir, bagaimana melancarkan serangan terhadap musuh-musuhnya dan
mempelajari arti penting menawa musuh ketika terjadi perang da melakukan
serangan tanpa diduga-duga. Begitu juga dengan pengejaran dan strategi
perang bergerilya.
Ketika Khalid bin Al-Walid sampai pada usia dewasa, maka fokus utama
perhatiannya tertuju pada perang dan bagian perhatian ini kemudian lebih
mendominasi pikirannnya secara signifikan. Khalid banyak menghadapi
22
menjadi pahlawannya. Semua itu mampu diraihnya disepanjang hidupnya
pada masa jahilliya sebelum masuk Islam11.
Dari semua latihan yang Khalid terima dan ia pelajari dari kecil hingga
pada usia dewasa membuat Khalid semakin ahli dalam berperang melawan
dengan musuh-musuhnya. Sehingga Khalid dapat menerapkannya dan selalu
meraih kemenangan di perang-perang yang pernah ia ikuti.
Pertempuran pertama yang diikutinya bersama kaum Quraisy dalam
memerangi kaum Muslim adalah Perang Uhud yang terjadi tahun ketiga
Hijriyah pada hari sabtu tanggal tujuh bulan Syawal, tiga puluh bulan setelah
Nabi Muhammad berhijrah. Uhud merupakan sebuah nama pegunungan yang
berada di Madinah. Perang Uhud ini merupakan serangan balas dendam
terhadap pasukan umat Islam karena kaum Quraisy yang telah kalah dalam
perang sebelumnya yaitu Perang Badar yang dimenangkan oleh umat Islam.
Kaum kafir Quraisy berhasil menyusun kekuatan yang terdiri dari tiga
ribu personil untuk menyerbu Madinah Jumlah tersebut sudah termasuk
seratus laki-laki dari Bani Tsaqif. Mereka pergi dengan penuh persiapan dan
penuh persenjataan. Mereka menggiring dua ratus ekor kuda dan membawa
tujuh ratus zirah serta tiga ribu ekor unta12, dan Abu Sufyan bertindak sebagai
panglima perang13. Kaum perempuan Quraisy juga ikut serta dalam perang
tersebut, jumlah mereka sebanyak lima belas orang dan bersama suami
11
Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 21-26.
12
Al-Waqidi, Kitab Al-Maghazi Muhammad Terj: Rudi G. Aswan (Jakarta: Zaytuna, 2012), 217-218
13„Aidh Bin „Abdullah Al
23
mereka. Istri-istri mereka sebagai penjaga agar mereka mereka tidak
melarikan diri dari medan perang. Abu Sufyan bin Harb sang komandan
beserta istrinya, Hindun bintu Utbah. Ikrimah bin Abu Jahal bersama istrinya,
Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah. Al-Harits bin
Hisyam bin Mughirah bersama istrinya, Fathimah binti Walid bin
Al-Mughirah. Shafwan bin Umaiyah bersama istrinya, Barzah binti Mas‟ud bin
Amr14 bin Umair Ats Tsaqafi. Amr bin Al-Ash bersama istinya, Barithah bin
Munabbih bin Al-Hajjaj. Thalhah bin Thalhah bersama istinya, Sulafah binti
Sa‟ad bin Syuhaid Al-Anshariyah dan lainnya. Khalid bin Al- Walid ditunjuk
untuk memimpin pasukan di sayap kanan, sedangkan „krimah bin Abu Jahl
memimpin pasukan di sayap kiri. Pada sayap tersebut mereka memiliki seratus ekor kuda. „Abdullah bin Abu Rabi‟ah ditugaskan memimpin pasukan
pemanah, dan ada pasukan dengan jumlah seratus orang yang jago melempar
tombak.15
Pasukan umat Muslim dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah mulai mengatur para pengikutnya dalam barisan. Beliau menempatkan regu pemanah sebanyak lima puluh orang di „Ainain, dan
menunjuk „Abdullah bi Juabair untuk memimpin pasukan tersebut.16
Rasulullah SAW memerintahkan, “lindungi kami dari belakang, karena kami
khawatir akan ada yang datang dari arah belakang kami, dan tetaplah di
tempat kalian berada dan jangan pernah beranjak pergi. Bahkan jika kalian
14
Ibnu Ishaq, Tahqiq dan Syarah: Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Terj: H. Samson Rahman (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2015), 487.
15
Al-Waqidi, Kitab Al-Maghazi Muhammad, 233.
16
24
melihat kami berhasil memukul mundur musuh dan memasuki perkemahan
mereka, jangan beranjak sedikit pun dari posisi kalian. Jika kalian melihat
kami terbunuh, jangan maju untuk membantu atau membela kami. Ya Allah,
aku bersakasi kepada-Mu atas mereka! Hujanilah kuda-kuda mereka dengan
anak panah, karena sesungguhnya kuda-kuda itu tidak akan berani maju
menghadapi serangan anak panah!”17
. Pasukan berkuda dari umat Islam dalam
perang Uhud berjumlah lima puluh personel.
Dalam peperangan ini Allah mendatangkan pertolongan-Nya kepada
umat Islam serta menepati apa yang dijanjikannya oleh-Nya. Sehingga
dibabak awal pertama, kemenangan ada di pihak umat Islam. Namun ketika
kaum musyrik terkalahkan, kaum Muslim ternyata bergerak mengikuti Nabi
dan para sahabatnya, dan meletakkan senjata yang mereka pegang di tempat
yang mereka suka, dan turun ke bawah untuk menjarah isi kemah. Para
sahabat menjadi tamak, hingga Allah SWT berfirman, diantara kamu ada
orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada yang menghendaki
akhirat. (Ali Imran [3]:152). Pasukan yang ditugaskan membentuk barikade pemanah yang berada di atas bukit tergoda untuk turun. Melihat pasukan
tersebut, komandan mereka Abdullah bin Jubair memperingatkan agar mereka
tidak membantah perintah Rasulullah tetapi mereka tidak mematuhi dan tetap
pergi. Sedangkan Abdullah bin Jubair tetap berada di tempatnya bersama
orang-orang yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh pemanah. Ini
17
25
dikarenakan mereka menganggap bahwa orang-orang Musyrik telah kalah dan
mereka turun untuk mengambil ghanimah.
Khalid bin Al-Walid memandang ke arah pegunungan bukit yang sepi
dari para pemanah dan hanya beberapa orang yang bertahan di sana. Maka
Khalid bin Al-Walid segera melakukan tindakan cepat bersama Ikrimah bin
Abu Jahal. Mereka menyerang para pemanah yang masih bertahan. Regu
pemanah dari kubu Muslim melepaskan tembakan anak panah sampai mereka
terkalahkan. Pasukan Muslim dalam keadaan tidak siap, sehingga pasukan
musuh dapat membunuh dengan cepat dan mereka meninggalkan harta
rampasan dan melarikan diri dari kejaran pasukan. Abdullah bin Jubair
melepaskan setiap anak panaknya sampai habis tak tersisa lalu menggunakan
tombak sampai hancur, kemudian menggunakan pedang sampai hancur. Ia
bertempur hingga gugur menjadi syahid18. Kuda-kuda pasukan Khalid
menerobos masuk umat Islam dari arah belakang hingga menyebabkan
kecemasan luar biasa dikalangan umat Islam. Akibatnya, umat Islam tercerai
berai dan lari ke sana kemari seraya meninggalkan ghanimah yang telah
mereka ambil dan juga tawanan perang.
Dengan kejadian tersebut akhirnya kemenangan Perang Uhud diperoleh
oleh Kaum kafir Quraisy. Kemenangan ini berkat kejeniusan Khalid bin
Al-Walid yang dapat melihat kesempatan dan mampu mengubah kekalahan
Quraisy menjadi sebuah kemenangan atas umat Islam. Selain Perang Uhud,
Khalid bin Al-Walid juga mengikutu Perang Khandaq untuk melawan umat
18
26
Islam. Setelah itu di masa Perjanjian Hudaibiyyah Khalid masuk Islam karena
dorongan dari hatinya dan mendapat surat dari saudara yaitu Walid bin
Al-Walid.
C. Khalid bin Walid Masuk Islam
Pada tahun Perjanjian Hudaibiyyah saat Rasulullah SAW dan kaum
Muslimin mengunjungi Masjidil Haram, Khalid dengan bala tentaranya
bermaksud menghalau Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin dari Masjidil
Haram. Akan tetapi Khalid menemukan mereka sedang melakukan shalat berjama‟ah bersama Nabi SAW sebagai imam mereka. Pemandangan inilah
yang kemudian hati Khalid bergetar serta menimbulkan kesan yang sangat
dalam pada jiwanya.
Diceritakan bahwa peristiwa Umrah Qadha, Khalid bin Al-Walid telah
pergi meninggalkan Makkah. Khalid bin Al-Walid berkata: Ketika Allah
mengharapkan kebaikan dariku, Dia memancarkan kasih sayang Islam ke
dalam hatiku. Nalar merasuki pikiranku, dan aku berkata, “Aku telah
menyaksikan tiga perang, yang semuanya melawan Muhammad. Di setiap
pertempuran yang kusaksikan, aku pulang dengan perasaan bahwa aku berada
di sisi yang salah, dan bahwa Muhammad pasti akan menang.” Saat
Rasulullah pergi ke Hudaibiyah, aku pergi bersama pasukan kaum musyrik
dan menemui Rasulullah dan pengikutnya di „Usfan. Aku berdiri di barisan
depan, dan melawannya. Tetapi ia lantas melakukan shalat Zuhur dengan
pengikutnya, dan mereka aman dari kami, meskipun kami sedang berencana
27
kebaikan dalam diri beliau, dan kami melihatnya dengan mata hati kami. Saat
ketakutan beliau melakukan shalat pada waktu „Asar, bersama dengan
pengikutnya. Hal ini mengesankan bagiku, dan aku berkata, “Laki-laki ini
dilindungi.” Kami berpisah dan beliau mengambil jalur yang menyimpang
dari pasukan berkuda kami dan mengambil jalan ke kanan19.
Saudaraku Walid bin Al-Walid masuk ke dalam Mekkah bersama Nabi,
di saat „Umrah Qadiyya. Ia mencariku, tetapi tidak dapat menemukanku, jadi
dia menulis surat untukku. Surat itu berbunyi, “Dengan nama Allah yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Dan kata berikutnya, “Aku tidak
melihat hal yang lebih ganjil daripada melihatmu terus menjauhi dari Islam.
Kau punya pemikiran yang begitu baik. Bisakah seseorang tidak melihat Islam? Rasulullah menanyaiku tentangmu. Beliau bertanya, „Di mana Khalid?
Aku menjawab, „Allah akan menuntunnya.‟ Rasulullah berkata, „sepertinya
tidak ada orang yang akan mengabaikan Islam. Sesungguhnya, akan lebih baik
jika dia menaruh kecerdasan dan keteguhannya bersama kaum Muslim, dan
bukan bersama kaum Musyrik. Kami akan memilihnya di atas orang-orang
lain, atau kami akan menjadikannya pemimpin atas oarang-orang lain. Jadi,
pahamilah, wahai saudaraku, apa yang sedang melewatimu saat ini. Banyak
kesempatan baik yang telah terlewatkan olehmu”.
Saat suratnya tiba di tanganku, aku menjadi ingin pergi keluar. Suratnya
menambah ketertarikanku terhadap Islam dan kata-kata Nabi membuatku
senang. Khalid mengatakan: aku bermimpi, aku sedang pergi dari tanah yang
19
28
penuh najis dan memperihatinkan, dan datang ke tanah yang hijau subur dan
luas. Aku menceritakan mimpi itu kepada Abu Bakar, dan ia berkata, “Tujuan
yang ditunjukkan Allah kepadamu adalah Islam. Kemiskinan yang melandamu sebelumnya disebabkan oleh kemusyrikan”.
Ketika aku bertekad untuk menemui Rasulullah aku bertanya, “siapakah
yang menemaniku bertemu dengan Rasulullah?” Lalu aku bertemu dengan
Shafwan bin Umayyah dan aku mengajaknya tetapi Shafwan menolak
ajakanku, kemudian aku berjumpah dengan Ikrimah bin Abu Jahal dan aku
mengajaknya seperti ajakanku kepada Shafwan, dan ia pun juga menolak sama
dengan Shafwan. Lalu aku berakata kepadanya, “Lupakanlah apa yang aku
katakan padamu ini.” Ia berkata, “Aku tidak akan menyebutnya lagi.” Aku
masuk ke dalam rumahku dan memerintahkan agar tungganganku disiapkan. Aku lalu pergi bersamanya sampai bertemu dengan „Ustman bin Thalhah. Aku
berpikir: sungguh, dia adalah seorang kawan. Aku akan mengutakan niatku
kepadanya. Aku menyebutkan kerabatnya yang terbunuh sebelumnya,
meskipun aku tidak suka mengingatkannya akan hal itu. Setelah itu, aku
bertanya: apa yang terjadi kepadaku? Aku harus pergi menit ini juga, aku
menyebutkan bagaiman masalah ini telah mempengaruhinya, dan kataku:
Jelas, kita bagaikan rubah yang berada di dalam lubang. Jika ada seember air
dituang ke dalam lubang itu, rubah tersebut akan pergi.
Ia cepat-cepat menjawabku, “Sungguh, aku akan berangkat hari ini, dan
aku pun ingin pergi. Tetapi tungganganku tertahan di Fakh.” Ia mengatakan:
29
terlebih dahulu, dia akan menungguku, dan jika aku yang berangkat lebih
dulu, aku akan menunggunya. Ia mengatakan: Kami berangkat saat larut
malam, dibagian terakhir malam, dan fajar belum lagi terbit saat kami sampai di Ya‟jaj. Kami berangkat agi sampai tiba di Hadda, dan menemukan „Amr
bin „Ash di sana.
Ia berkata, Assalamu’alaikum.” Dan kami menjawab, Dan kepadamu.”
Dia bertanya, Apa tujuan kalian?” kata kami, “Apa yang membuatmu ada di
sini?” ia membalas lagi. “dan apa yang menyebabkan kalian pergi?” Kami
menjawab, “kami ingin memeluk Islam dan mengikuti Muhammad.” Ia
berakata, “itu juga menyebabkanku melakukan perjalanan ini.” Kemudian
kami berjalan bersama-sama sampai kami tiba di Madinah, dan lantas
mengistirahatkan kendaraan kami di Harrah. Rasulullah telah diberitahu
mengenai kedatangan kami dan beliau bersuka cita mendengar kabar tersebut.
Aku menggenakan salah satu pakaian terbaikku dan datang ke hadapan Rasulullah. Saudaraku menyambutku. Ia berkata, “Cepatlah, Rasulullah telah
diberitahu tentang kedatanganmu dan beliau bersuka cita atas kehadiranmu,
dan sedang menanti dirimu.” Aku berjalan bergegas, dan datang kepada
beliau. Beliau terus tersenyum, sampai aku berhenti di hadapannya.
Aku memberikan salam dan menyatakan berserah pada kenabiannya.
Beliau membalas salamku dengan wajah gembira. Aku lantas berujr, Aku
besaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan-Nya.” Beliau berkata, “segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah
30
akan menuai kebaikan.” Aku menjawab, ya Rasulullah, engkau melihatku apa
yang kusaksikan tempat-tempat penentangan atasmu berlangsu: orang-orang
yang keras kepala menolak kebenaran. Bisakah engkau meminta kepada Allah
untuk mengampuniku?” Rasulullah menjawab, „Islam meninggalkan apa yang
terjadi sebelum Islam. Kataku lagi. “Ya Rasulullah sejak saat itu?” maka
beliau berkata lag, “Ya Allah, mohon ampunilah Khalid, dan semua yang
pernah dia lakukan dalam merintangi orang-orang di jalan-Mu.”
Kemudian Amru dan Ustaman maju kedepan dan keduanya dibaiat
Rasulullah. Kedatangan kami di Madinah adalah pada bulan Shafar tahun 8 H.
Demi Allah, Rasulullah berada sama tinggi denganku, sama dengan posisi
beliau dengan sahabatnya tentang apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Sejak
aku masuk Islam Rasulullah tidak pernah meninggalkanku ikut
bermusyawarah dalam urusan-urusan yang dihadapinya20.
Khalid bin Al-Walid memulai hidup baru dalam masyarakat Islam di
Madinah setelah ia masuk Islam, sementara perjanjian damai Hudaibiyyah
masih berjalan. Perdamaian ini terus berjalan sampai pada tahun 8 H, Khalid
masuk Islam pada awal bulan Shafar dan ikut dalam Perang Mu‟tah, dua bulan
sebelum penaklukan kota Makkah. Perang Mu‟tah ini adalah perang pertama
yang diikuti oleh Khalid setelah ia masuk Islam. Dalam perang ini Khalid
belum diangkat sebagai panglima atau ditugasi sebagai pemimpin oleh
Rasulullah.
20
31
Pasukan Islam berjumlah 3000 pejuang, di antara mereka adalah Khalid
bin Al-Walid. Rasulullah mempercayakan panji perang kepada tiga orang dan
menjadikan komandonya secara berurutan. Rasululah bersabda, “Zaid bin
Haritsah kutunjuk menjadi komandan pasukan; jika Zaid terbunuh, maka
Ja’far bin Abi Thalib akan menggantikannya; dan jika Ja’far terluka,
Abdullah bin Rawwahah yang akan menggantikannya. Apabila Abdullah juga
terluka, maka kaum Muslim akan menunjuk seorang pria dan menjadikannya
pemimpin mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)21. Pasukan Islam telah bersiap
dan mulai berjalan keluar pada hari Jum‟at tahun 8 H. mereka berjalan sampai
mereka tiba di sebuah desa di negeri Syam yang bernama Ma‟an. Mereka
mendapatkan kabar bahwa Heraklius telah berada di Ma‟ab di tanah Al-Balqa‟
bersama 100.000 pasukan Romawi lalu ikut bergabung bersama 100.000
pasukan dari kabilah-kabilah Arab yang menjadi sekutu mereka, sehingga
jumlah keseluruhan pasukan Heraklius 200.000 personel.
Dua pasukan akhirnya bertemu dan terjadilah pertempuran sengit antara
dua belah pihak. Panglima pasukan Islam yang pertama terbunuh adalah Zaid bin Haritsah dalam kondisi maju ke depan. Kemudian Ja‟far bin Abi Thalib
mengambil bendera dengan tangan kanannya menggantikan posisi Zaid.
Tangan kanan Ja‟far terputus, lalu ia mengambil bendera dengan tangan
kirinya, tangan kirinya pun terputus, lalu ia meletakkan dalam pangkuannya
sampai ia gugur di medan perang. Kemudian Abdullah bin Rawahah
21
32
mengambil bendera dan maju menaiki kudanya. Lalu ia maju ke depan
melanjutkan berperang sampai ia gugur di medan perang sebagai syuhada22.
Kemudian Tsabit bin Arqam bin Tsa‟labah Al-Anshari mengambil
bendera dan mulai berseru kepada kaum Anshar, dan orang-orang datang
mendekatinya dari berbagai arah, tetapi hanya sedikit. Lalu ia berkata, “ikutlah
bersamaku, pasukan!” dan mereka berkumpul di dekatnya. Ia mengatakan:
Tsabit melihat ke arah khalid dan berkata, “Abu Sulaiman, ambilah bendera
ini.” Khalid menjawab, Tidak, aku tidak akan mengambilnya, karena engkau
lebih pantas memegangnya daripada aku. Kaulah orang yang lebih senior di antara kita, dan kau juga yang ikut dalam Badar.” Tsabit berkata, “Ambillah
kau, karena, Demi Allah, aku tidak akan mengambilnya kecuali untukmu”.
Pasukan menyetujui atas Khalid bin Al-Walid. Kata Tsabit, “Apakah kalian
sepakat dengan Khalid?” Mereka menjawab, “Ya”. Maka Khalid mengambil
bendera itu dan orang-orang melihatnya dan Khalid langsung memimpin
pasukan untuk berperang23.
Mengawali kepemimpinannya dalam Perang Mu‟tah, Khalid bin Al
-Walid berkata, “Beri aku sebilah pedang!” Mereka memberinya. “lindungi
punggungku!”. Pedang pertama yang dipergunakan oleh Khalid patah. Pedang
kedua diserahkan dan ternyata patah juga, lalu pedang ketiga dan seterusnya.
Dalam pertempuran itu tidak kurang dari 9 buah pedang dipergunakan oleh
Khalid bin Al-Walid dan pedang yang terakhir digunakan yaitu pedang
Yaman. Khalid menghimpun seluruh pasukan dan mengeluarkan seluruh
22
Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 259-261.
23
33
pasukan dan mengeluarkan maklumat, “kita harus menata ulang barisan.”
Tetapi, ia kemudian mengatakan, “kita tidak akan menarik mundur kekuatan
sekaligus. Karena jika tentara Romawi mencium muslihat ini, mereka pasti
akan memburu kita.” Malam itu mereka merundingkan perubahan taktik
perang. Satuan tempur di barisan terdepan digeser ke belakang, sayap kanan
bertukar posisi dengan sayap kiri. Seratus orang prajurit diperintahkan untuk
keluar dari medan tempur dengan diam-diam. Khalid berpesan, “setelah itu,
masuklah kembali ke medan perang sepuluh demi sepuluh sambil
meneriakkan takbir, sehingga musuh mengira bahwa mereka adalah bala bantuan yang didatangkan dari Madinah.”
Pada pagi hari, pertukaran posisi dilakukan, dan bersamaan dengan itu,
sepuluh personil pasukan berkuda memasuki medan tempur seraya
mengumandangkan takbir. Khalid meminta pasukan berkuda untuk membuat
debu bertebaran dan suara detak kaki kuda yang keras. Debu membumbung
tinggi ke angkasa. Sepuluh pasukan berkuda kedua menyusul dan diikuti oleh
satuan-satuan berikutnya. Sehingga pasukan Romawi mengira pasukan Islam
telah mendapat bala bantuan dan semangat mereka menjadi kendur. Pasukan
Romawi mundur, dan Khalid bin Al-Walid menarik pasukannya dari medan
pertempuran24 dan peperangan pun telah berakhir.
Rasulullah diperlihatkan oleh Allah adegan Perang Mu‟atah, lalu
Rasulullah memberitahukannnya kepada para sahabatnya. Beliau bersabda, “Wahai manusia, telah dibukakan pintu kebaikan (Nabi mengulangnya tiga
24
34
kali) aku kabari kalian tentang pasukan kalian yang sedang berperang ini.
Mereka telah bergerak dan bertemu dengan musuh, Zaid telah gugur sebagai
syahid, maka mintalah ampunan untuknya. Kemudian Ja’far bin Abi Thalib
mengembil bendera lalu ia gugur sebagai syahid, maka mintalah ampunan
untuknya. Kemudian Abdullah bin Rawahah mengambil bendera dan terus
bertahan sampai ia gugur sebagai syahid, maka mintalah ampunan untuknya.
Kemudian Khalid bin Al-Walid mengambil bendera dan ia bukan salah
seorang panglima perang, ia adalah pemimpin dirinya sendiri, tetapi ia
adalah pedang Allah yang kembali dengan nembawa kemenangan.”
Anas bin Malik meriwayatkan sebagai berikut:
َلاَقَ ف ُرَ بَجا ُمُهَ يِت أَي ْنَا َلْبَ ق ِساّلِل ٍةَحاَوَر َنْباَو اًرَفْعَجَو اًدْيَز ىَعَ ن ِها َلْوُسَر ّنِا
ُاَف ٌدْيَز َةَياّرل اَذَخَا
ٍةَحاَوَر َنْبِااَ َذَخَا ُُّ َبْيِصُاَف ٌرَفْعَج اَ َذَخَا ُُّ َبْيِص
ُها َحَتَ ف ََّح ِها ِفْوُ يُس ْنِم ٌفْيَس َةَياّرلا َذَخَا ََّح ,ِناَفِرْدَت ُاَْ يَعَو ,َبْيِصُأَف
ْمِهْيَلَع
.
Artinya: “sesungguhnya Rasulullah saw. memberitahukan kepada orangbanyak tentang kematian Zaid, Ja’far dan Abdullah bin Rawahah sebelum ada
seorang pun yang membawa kabar kematian mereka.” Nabi berkata “
bendera dipegang oleh Zaid ia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang
Ja’far sampai ia terbunuh. Setelah itu bendera dipegang oleh Abdullah bin
Rawahah sampai ia terbunuh. Selanjutnya bendera itu dipegang oleh salah
satu daripada pedang Allah (Khalid) sampai Allah memberikan kemenangan.
35
Panji dipegang oleh Khalid bin Al-Walid berdasarkan kesepakatan
sahabat, bukan Rasulullah. Sejak itulah Rasulullah menjuluki Khalid sebagai
Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang terhunus). (HR. Bukhari).
Sejak saat itu Khalid sering ikut berperang di barisan kaum Muslim
untuk membela Islam bersama Rasulullah. Setelah penaklukan kota Makkah
Rasulullah mengutus Khalid untuk menghancurkan berhala Uzza dan
beberapa perang di masa Rasulullah lainnya. Khalid juga ikut serta dalam
berbagai ekspansi pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakat Ash-Shiddiq,
dan Umar bin Al-Khatab.
D. Wafat Khalid bin Walid.
Setelah masuk Islam, Khalid menjalani hidupnya dengan mengikuti
banyak pertempuran demi mendapatkan kesyahidan. Ia sering mengancam
musuh-musuhnya dengan mengatakan bahwa ia memiliki orang-orang yang
siap untuk mati ataupun hidup. Dalam banyak pertempuran yang ia ikuti,
Khalid selalu selamat dari kematian.
Khalid pernah dilengserkan sebanyak dua kali. Yang pertama ia pernah
dilengserkan dari jabatannya dari komandan pasukan dalam Perang Yarmuk.
Yang kedua ia pernah dilengserkan oleh Umar bin Al-Khatab dari wilayah
Qansarin yang dikuasakan kepadanya oleh Abu Ubaidah sebagai bentuk
pembagian ghanimah yang dilakukan dengan tanpa merujuk terlebih dahulu
kepada sang khalifah. Setelah dilengserkan, Khalid menghabiskan
36
empat tahun bersama keluarga besarnya. Empat puluh putranya meninggal
dunia saat terjadi wabah penyakit menular.25 Wabah penyakit „Amwas telah
menyerang anak-anak Khalid hingga meninggal. Wabah ini terjadi di sebuah
perkampungan kecil di Palestina terletak di antara Ramallah dan Baitul
Maqdis. Wabah ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khathab tahun 18
Hijriyah pasca penaklukan Baitul Maqdis. Wabah ini juga menyebabkan sejumlah sahabat Nabi meninggal diantaranya; Abu Ubaidah, Mu‟adz bin
Jabal, Yazid, dan Dharrar.26
Perjalanan karir Khalid bin Al-Walid berakhir dengan munculnya surat
pelengseran dirinya dari wilayah Qansarin sebagai komandan militer pada
tahun 17 H27. Khalid menderita sakit ketika berumur 58 tahun, penyakit
tersebut berlangsung cukup lama dan membuat kondisi kesehatan semakin
memburuk. Ia senantiasa terbaring di atas tempat tidurnya.
Saat ajal menjelang, Khalid bin Al-Walid merasa ada sesuatu yang selalu
merisaukan pikirannya, yaitu bila ia mati di atas tempat tidur, padahal ia telah
menghabiskan seluruh umurnya di atas punggung kuda perangnya, dan
dibawah kilatan pedangnya. Dan ia sempat berkata “Aku telah berjuang dalam
banyak pertempuran demi mencari kematian secara syahid. Tidak ada tempat
di anggota tubuhku ini melainkan terdapat bekas luka tebasan pedang, tusuk
dari tombak, sayatan, atau bekas luka terkena anak panah. Meski demikian,
inilah aku sekarang, aku akan mati di tempat tidur layaknya seekor unta tua
25
Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 597.
26
Ibid., 579.
27
37
yang mati. Semoga mata para pengecut tidak pernah tertidur.” Melihat
kata-kata tersebut sungguh Khalid sangat mengharapkan mati syahid di medan
pertempuran.
Mendengar hal itu salah satu teman lamanya yang pada saat itu sedang
menjenguknya berkata kepadanya, “Wahai Khalid, kamu harus tahu bahwanya
pada saat Rasulullah memberimu julukan dengan sebutan pedang Allah,
sesungguhnya itu menjadi ketetapan bagimu untuk tidak meninggal di medan
perang. Seandainya engkau meninggal di tangan orang kafir, maka itu artinya
pedang Allah telah berhasil dipatahkan oleh musuh Allah, dan itu tidak akan
mungkin terjadi.” Mendengar hal itu pikiran Khalid menjadi tenang, Khalid
pun akhirnya terdiam, dan beberapa saat kemudian teman lamanya itu pergi
meninggalkannya.28
Khalid bin Walid pun akhirnya wafat, semua orang menagis. Air mata
mengantarkan kepergian jenazah Khalid yang diusung di atas di atas pundak
ke peristarahatan terakhir. Ibu Khalid memandangnya dan meratapi
jenazahnya seraya berkata,
Engkau lebih baik daripada jutaan orang
Karena engkau berhasil membuat wajah mereka tunduk
Soal keberanian, engkau lebih berani daripada singa betina
Yang sedang mengamuk melindungi anaknya
28
38
Soal kedermawanan, engkau lebih dermawan daripada air yang
mengalir deras
Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah.
Umar bin Al-Khathab mendengar ucapan tersebut, maka hatinya
bertambah duka dan terharu. Air matanya jatuh berderai, lalu berkata,
“Engkau benar! Demi Allah, ia memang seperti itu.”29
Khalid bin Al-Walid wafat pada tahun 21 Hijriyah di Himsh30, Siria.
Adapun usia Khalid saat meninggal terdapat perbedaan pendapat. Ada yang
berpendapat meninggal di usia 52 tahun31. Menurut pendapat yang paling
unggul, umur khalid ketika meninggal dunia adalah 58 tahun32. Khalid bin
Al-Walid wafat di masa kekhilafahan Umar bin Khatab dan Khalifah Umar
sangat berduka atas wafatnya Khalid.
Pada saat wafat, khalid tidak meninggalkan barang apapun kecuali
seekor kuda, senjata dan budaknya yang ia miliki.33 Dan ada satu lagi yang
tertinggal, yaitu suatu barang yangat dijaganya mati-matian, yaitu berupa
kopiah yang didalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun
29
Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi ,Terj: Agus Suwandi (Jakarta: Ummul Qurra, 2012), 319.
30
Amin Bin Abdullah Asy-Syaqawi, Biografi Khalid Bin Walid Radhiyallhu’anhu: Terjemahan Muzaffar Sahidu (t.tp: t.th, 2010), 6. Himsh atau Homs, sebuah kota lama (Emesa) di Suriah tengah. Tata Husain, Dua Tokoh Besar dalam Sejarah Islam Abu Bakar Dan Umar, Terj: Ali Audah (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), 101.
31
Asy-Syaqawi, Biografi Khalid Bin Walid, 6.
32
Hakim, Khalid Bin Al-Walid, 598.
33
39
Rasulullah yang membuatnya optimis dan berharap kemenangan dengan
(keberkahan) nya.34
Khalid meninggal dunia dan pada saat berita kematian tersebut sampai
kepada Amirul Mukminin, Umar bun Al-Khatab dia berkata: “semoga Allah
memberikan rahmatnya kepada Abu Sulaiman, sesungguhnya di seperti apa
yang kami perkirakan.” Dan disebutkan di dalam hadits riwayat Umar bin Al
-Khatab tentang akat bahwa besinya dan perlengkapan berperangnya di jalan Allah.”
34
BAB III
PERANG YARMUK
A. Latar Belakang Terjadinya Perang Yarmuk
Alasan umat Islam ingin menyebarkan Islam di luar wilayah Jazirah Arab
karena, pada saat itu umat Islam merasa lebih unggul dan sudah kuat. Faktor yang
membuat umat Islam menjadi unggul yaitu, faktor idiologi, agama Islam adalah
agama yang sempurna dan diridloi oleh Allah. Selain itu posisi militer Islam yang
sangat kuat sehingga umat Islam jika berperang pasti akan memperoleh
kemenangan dan musuhnya pasti kalah, karena ada semangat jihad fisabilillah
pada diri mereka. Umat Islam tidak takut mati, karena mereka berperang karena
Allah, sehingga u