GERAKAN INTELEKTUAL MAHASISWA
(Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta
Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
SAMSUL ARIFIN
NIM : B55211080
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
Samsul Arifin, 2015, Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan
membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Gerakan Intelektual Mahasiswa, “tuhan membusuk”
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa tujuan tema “tuhan
membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel
Surabaya dan bagaimana reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam
Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat penelitian fenomena Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan pendekatan konsepsi Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik yang digagas oleh Antonio Gramsci.
Hasil dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih satu
bulan ditemukan bahwa: (1) Tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... x
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A.Latar belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan masalah ... 6
C.Tujuan penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konseptual ... 8
F. Telaah Pustaka ... 10
G.Metode Penelitian ... 18
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 20
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 21
5. Teknik Pengumpulan Data ... 22
6. Teknik Analisis Data ... 24
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27
BAB II :KONSEPSI INTELEKTUAL TRADISIONAL DAN INTELEKTUAL
ORGANIK – ANTONIO GRAMSCI ... 30
A. Riwayat Antonio Gramsci ... 30
B. Intelektual Organik dan Intelektual Tradisional ... 35
BAB III : GERAKAN INTELEKTUAL DALAM OSCAAR MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SUARABAYA. ... 41
A. Profil Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ... 41
B. Dari “bau busuk tuhan” hingga “tuhan membusuk” untuk membakar semangat Intelektual ... 58
C. Gerakan Intelektual Mahasiswa perspektif Konsepsi Intelektual Antonio Gramsci ... 95
BAB IV : PENUTUP ... 104
A. Kesimpulan ... 104
B. Penutup ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Jadwal penelitian
3. Surat keterangan (Bukti melakukan penelitian)
4. Dokumentasi penelitian
5. Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya
6. Surat Keputusan (SK) Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakangKampus merupakan suatu lembaga pendidikan tertinggi didunia pendidikan,
tempat para akademisi mengasah intelektual dalam berbagai bidang keilmuan untuk
memecahkan problem sosial. Banyak orang memandang, jika seorang sudah masuk
dalam dunia perguruan tinggi adalah orang pilihan, sebab di perguruan tinggi hanya
terdapat orang-orang yang mampu mengasah pola pikirnya dengan berbagai
tantangan.
Para akademisi yang meliputi mahasiswa dan dosen adalah pelaku yang
sangat aktif mengurai masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan
bercampurnya para ilmuan yang ahli dibidang masing-masing membuat nuansa
perguruan tinggi tampak begitu ilmiah. Tempat berkumpulnya para akademisi
biasanya di kelas, kantin kampus, pojok kampus, taman kampus dan lain sebagainya
yang mana tempat tersebut tak luput dengan komposisi diskusi ilmiah yang sudah
menjadi tradisi setiap harinya.
Hal yang didiskusikan oleh mahasiswa biasanya dimanifestasikan dalam
sebuah acara keilmuan, yang mana bertujuan merangsang keilmuan para akademisi
atau masyarakat. Pada tanggal 29 Agustus 2014 UIN Sunan Ampel digemparkan
oleh tema OSCAAR “tuhan membusuk; Rekonstruksi Fundamentalisme menuju
2
Sebuah tema OSCAAR yang dianggap menyelenih kemudian meledak di
media mass, mendapat tanggapan dari berbagai akademisi dan masyarakat. Tema
tersebut menjadi sorotan diwaktu itu, bahkan media yang menyoroti tema tersebut
terbit adalah media local bahkan nasional seperti Jawa Pos, Kompas dan lainnya. ini
bukti bahwa perguruan tinggi merupakan tempat lahirnya rangsangan intelektual.
Salah seorang penulis lepas Masduri menuliskan gagasannya tentang
penafsiran dari tema “tuhan membusuk” kemudian dimuat di Jawa Pos pos (JP,
05/9/2014)
“Di banyak media yang saya baca, mayoritas wartawan mengutip
tema tersebut hanya “Tuhan Membusuk”, kalimat selanjutnya, “Rekonstruksi
Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan” tidak dikutip. Akibatnya,
emosi publik mudah tersulut karena fakultas ushuluddin dan filsafat dianggap menghina atau bahkan tidak membenarkan adanya Tuhan. Sudah jamak kita mafhum bahwa mayoritas keberagamaan masyarakat Indonesia masih berkutat kepada tataran doktrin dan legal formal keberagamaan. Sementara itu, ajaran substantif dalam agama, secara khusus agama Islam belum bisa dicerna dengan baik. Akibatnya, banyak perbuatan destruktif yang dilakukan umat Islam….. kritik keberagamaan atas matinya nilai-nilai spriritualitas dalam kehidupan beragama umat Islam. Bagi mereka, berbagai tindakan destruktif, misalnya korupsi, kekerasan keberagamaan, dan segenap tindakan amoral yang lain, merupakan bentuk pembusukan terhadap Tuhan sebagai Zat Yang Mahasuci”.1
Munculnya sebuah reaksi dari masyarakat akibat dari peranmedia yang
mengekspose tema tersebut secara sepoto yaitu “tuhan membusu” sedangkan kelanjutannya “Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan” tidak
disorot. Kehebohan pun terjadi ketika banyak tafsir bermunculan ditengah kehidupan
1
3
masyarakat. Tanggapan dari berbagai kalang akademisi bermunculan. Saling
menanggapi dengan gagasan yang dicetuskan oleh penulis melalui media cetak.
Selang beberapa hari muncul sebuah opini di jawa pos (JP, 10/9/2014) dari
M. Anwar Djaelani, Pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
(MIUMI) Jatim dan dosen STAIL-Hidayatullah Surabaya. Menurut beliau
kemunculan opini yang ditulis oleh Masduri seolah posisi dia sebagai juru bicara
untuk menjelaskan kepada public dan dianggap bisa menghidupkan kembali api yang
telah padam. “Lewat artikel tersebut, Masduri bertindak seperti Jubir panitia ospek
itu. … Artikel Masduri bisa menghidupkan lagi api keresahan masyarakat Islam yang
sempat meredup. Lihatlah, Masduri membela panitia ospek yang nyata-nyata telah
dianggap salah oleh pimpinan UIN Surabaya.”2
Salah satu professor di UIN Sunan Ampel Prof. Ach. Muzakki selaku Dekan
Fisip dan Febi UIN Sunan Ampel Surabaya berkomentar melalui tulisannya yang
dimuat oleh jawa pos (JP, 11/09/2014) “Pertama dunia saat ini menurut Marshall
Macluhan (1989) sudah menjadi global village atau kata Kenichi Ohmae (1990)
border less word dunia tanpa batas. Apa yang terjadi saat ini disebuah tempat saat ini
pula bisa diketahui public dimanapun berada. Dunia seakan tanpa sekat. Apalagi
pengaruh media sosial sangat luar biasa. Peran penyebar informasi yang selama ini
didominasi oleh media massa kini juga dimainkan secara apek oleh media sosial.”3
2
http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6870/Tuhan-Membusuk-Itu-Sungguh-Merisaukan.htm di akses pada tanggal 05 Mei 2015, Jam 10.00 WIB
3
4
Ada sebuah ungkapan, pada zaman sekarang “dunia berada dalam genggaman” yang mana kemajuan tekhnologi yang sangat pesat seseorang bisa
mengakses apa saja. Setiap sekian detik selalu ada informasi yang baru bermunculan
didunia maya. Sehingga tidak aneh bila ada suatu fenomena yang mudah diketahui
oleh orang lain. Inilah dunia cyber yang kian memanjakan penggunanya.
Terakhir muncul sebuah opini di jawa pos (JP, 12/9/2014) yang ditulis oleh
Ahmad Sahidah, Dosen Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia.
“Pernyataan dari fundamentalisme ke kosmopolitanisme bisa
menerangkan kata majemuk tersebut. Tuhan akan membusuk (yang ini sama dengan sifat-sifat mustahil Tuhan, seperti mati sebagai keadaan yang berlawanan dengan sifat wajib hayat dalam tradisi Asy’ari) apabila kewujudan Tuhan diringkus oleh kepentingan manusia untuk berkuasa atas nama-Nya. Karena itu, kosmopolitanisme adalah jalan keluar dari fundamentalisme.”4
Fundamentalis merupakan sebuah aliran yang fanatic terhadap nilai-nilai yang
diyakini. Sikap fanatiknya yang luar biasa terkadang sampek menganggap orang lain
diluar anggotanya salah. Sikap yang seperti ini memaang sudah menajalar dalam
kehidupan masyarakat. Menafsirkan segala sesuatu dengan dangkal sehingga muncul
pemahaman yang dangkal pula.
Dari berbagai opini yang dimunculkan dimedia massa nasional membuat
sebuah spirit intelektual baru dikalangan akademisi dan masyarakat. Bahwa diskusi
tentang keilmuan bisa terjadi dimana saja dan bisa mendapatkan reaksi yang Beragam
dari invidu yang menafsiri terhadap sebuah gagasan yang dihasilkan oleh seseorang.
4
5
Tafsir “tuhan membusuk” banyak yang muncul ketika dilempar ke publik,
secara tersirat ada benarnya tema tersebut dilahirkan untuk direfleksikan kepada
semua kalangan yang mengaku benar dalam membrantas kedzaliman, namun
bagaimana dengan tafsiran yang berbeda sehingga muncul rasa tersinggung dari
kalangan yang lain. Pembacaan ini secara epistemologis ditentukan oleh ruang dan
waktu, bahkan sering kali juga oleh suasana waktu seaat. Demikianlah makna-makna
teks menjadi beragam dan melebar seiring dengan perubahan, disini pembacaan
berubah menjadi upaya mencipta teks diatas teks.
Tuhan yang terbingkai dalam agama mempunyai nilai tersendiri yang diyakini
oleh masyarakat. Tuhan kelompok lain belum tentu sakral bagi kelompok lain, namun
bila rasa tidak sakralnya ditunjukkan kepada masyarakat maka akan timbul berbagai
rasa sensitive. Hubungan nilai dan tujuan masyarakat hanya relative stabil pada setiap
moment tertentu saja, dalam dirinya selalu bergerak perubahan yang lambat namun
kumulatif.
Kelompok yang demikian jelas akan memperlihatkan bentuk kepekaan agama
yang berbeda. Seperti tentang makna, masing-masing kelompok akan menafsirkannya
sesuai dengan kondisi kehidupan yang dihadapi. Cara merasakan titik kritis yang
terkandung dalam masalah ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan akan
6
mengembangkan hubungan mereka dengan hal diluar jangkauan lewat model
hubungan sosial sehari-hari.5
B.
Rumusan Masalaha. Apa tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta
Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya?
b. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam
Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya?
C.
Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam
Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya
2. Untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya
5Thomas F.O’dea,
7
D.
Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
acuan untuk dapat memahami Gearakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus
Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater
(OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel
Surabaya)
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Sebagai bahan
acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan
sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya
sumber daya manusia yang berkualitas.
3. Secara Umum
Hasil temuan penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pribadi
peneliti, jurusan atau program studi, dalam bentuk pengembangan khazanah
keilmuan jurusan atau program studi serta masyarakat luas, termasuk pada
8
E.
Definisi Konseptuala. Gerakan Intelektual Mahasiswa
Gerakan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perbuatan atau
keadaan bergerak atau usaha dalam kegiatan sosial politik.6
Intelektual menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah Yang
mempunyai kecerdasan tinggi atau kaum terpelajar.7 Jadi gerkan intelektual
adalah seseorang pelajar yang mempunyai kecerdasan berusaha melakukan
perubahan dibidang sosial politik.
“Beragam definisi intelektual bisa dikelompokkan menjadi dua
kategori. Yang pertama definisi yang menginterpretasikan intelektual dalam kerangka karakteristik-karakterisktik personal, seperti orang yang menjadikan berpikir sebagai kerja, sekaligus bermain atau mereka yang tak pernah puas dengan hal-hal sebagaimana adanya. Yang kedua definisi yang mengaitkan istilah dengan suatu struktur dan fungsi sosial tertentu atau menurut Seymour Martin Lipset, para intelektual sebagai mereka
yang menciptakan, menyebarluaskan dan menjalankan kebudayaan.”8
Dari definisi diatas bahwa intelektual merupakan seorang yang
mempunyai kelebihan memberi sumbasih berupa gagasan melalui proses
berpikir kemudian menyebar luaskan hasil pemikirannya agar bisa dikonsumsi
oleh orang lain. Keunikan dari seorang intelektual inilah yang menjadi cirri
khas dibandingkan dengan orang lain atau orang yang tidak punya latar
pendidikan yang panjang.
6
Tim prima pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Gitamedia Press, 2009), hal. 290
7
Ibid, hal. 349 8
9
Mahasiswa menurut Peraturan Pemerintah RI No. 30 1990 adalah
peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Sedangkan
mahasiswa menurut kamus bahasa Indonesia pelajar perguruan tinggi.9 Jadi,
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah peserta
didik yang terdaftar dalam perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
Gerakan Intelektual Mahasiswa merupakan sebuah usaha dibidang
sosial politik yang dilakukan oleh seseorang terpelajar yang mempunyai
kecerdasan tinggi dengan tujuan melakukan perubahan yang dipelopori oleh
mahasiswa yang ada di perguruan tinggi.
b. “tuhan membusuk”
“tuhan membusuk” yang di tafsirkan oleh Rahmat Gubernur Fakultas
Ushuludin dan Filsafat, bukan Tuhan Yang Esa melainkan tuhan-tuhan yang
tumbuh dalam diri manusia tanpa sadar menimbulkan kemusrikan. Membaca
realita yang terjadi pada saat ini menggunakan fenomenologi yang ada banyak
orang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik, melegalkan
kebenaran dalam dirinya sendiri sehingga bermuara lahirnya Islam radikal.
Meski manusia memiliki sifat-sifat Tuhan seperti sifat sombong, karena
sombong adalah milik Tuhan, tapi banyak manusia sombong, ini yang
9
10
kemudian secara pribadi saya mengartikan Musrik Mutasyabihat atas
kemusrikan yang lahir tanpa disadari.”10
F.
Telaah Pustakaa. Kajian Pustaka
1. Gerakan Sosial
Gerakan sosial yang lahir dari berbagai tokoh belahan dunia
memberi inspirasi kepada orang-orang yang mempunyai semangat
perubahan. Langakah yang diambil untuk menciptakan perubahan melalui
kampanye atau mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang bisa memberi
penyadaran kepada orang lain. Hal demikian dilakukan agar orang lain bisa
menggali kesadaranya yang terpendam. Upaya-upaya seperti itu biasanya
efektif untuk merangsang kesadaran orang lain.
Paul wikinson mendefinisikan gerakan sosial sebagai tindakan
kolektif yang disengajauntuk mempromosikan perubahan di segala arah
dengan cara apapun termasuk dengan cara kekerasan dan revolusi. John
McCarty dan Mayer Zald mendefinisikan gerakan sosial sebagai
seperangkat pendapat dan keyakinan di dalam kelompok yang
mempresentasikan tuntutan perubahan yang bernilai sosial dibeberapa
elemen dalam struktur sosial.11
10
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penjelasan-panitia-soal-tuhan-membusuk-di-uin-sunan-ampel.html di akses pada tanggal 07 April 2015, Jam 10.00 WIB
11
11
Darmawan Triwibowo memaknai gerakan sosial, sebentuk aksi
kolektif dengan orientasi konfliktual yag jelas terhadap lawan sosial dan
politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang
erat oleh actor-aktor yang diikat oleh solidaritas dan identitas kolektif yang
kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye
bersama.12
Cakupan Gerakan Sosial
Gerakan sosial yang beragam ini dapat disederhanakan dan
ditipologikan dilihat dari besarnya perubahan yang dikehendaki (skala) dan
tipe perubahan yang dikehendaki seperti yang terlihat dalam tipologi David
Aberle berikut: 13
1.1
Tabel Cakupan Gerakan Sosial
BESARAN TIPE
Perubahan Perorangan Perubahan Sosial
Sebagian Alternative Movements Reformative Movements
Menyeluruh Redemptive Movements Transformative Movements
Sumber: Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi
Altertive movement, perubahan ini hanya dikhusukan kepada
sebagian orang tertentu. Perubahan semacam ini tergolong kecil
dibandingkan tipe perubahan yang lainnya semisal, seperti tidak merokok.
Sementara Redemptive movements, perubahan ini mempunyai tujuan
mengubah perilaku perorangan secara menyeluruh. Dimana perubahan
12
Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi, (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2006) hal, xvii-xix
13
12
tersebut bisa mencakup perilaku yang ada dalam diri manusia, seperti
perubahan dalam bidang keagamaan. Berikutnya yakni Reformative
movement, perubahan semacam ini ingin merubah masyarakat namun
masih dibatasi ruang. Ada sebuah batasan yang ingin dirubah dalam
masyarakat. Karena objek ada objek khusus. Seperti gerakan persamaan
hak kaum perempuan. Terakhir Transformative movements, perubahan
yang diinginkan yaitu secara keseluruhan. Gerakan semacam ini tentunya
mempunyai hambatan dan tujuan yang besar. Ruang lingkup perubahannya
pun lebih luas disbanding ketiga perubahan sebelumnya. seperti gerakan
Komunis di Kamboja.
2. Peran Intelektual Mahasiswa dalam Masyarakat
Mahasiswa sebagai pemegang tonggak estafet kekuasaan dalam
suatu Negara perlu kiranya untuk selalu melakukan refleksi terhadap
realitas disekitarnya. Realitas yang terus mengguliti sebuah fenomena yang
masih tersembunyi dibalik kepentingan-kepentingan sebuah kelompok
untuk meraih tujuan yang diinginkan.
Perubahan yang diinginkan tidak lain adalah sebuah perubahan
yang benar memihak kepada masyarakat kecil. Agen of change dan agen of
control merupakan sebutan yang di cantumkan kepada mahasiswa. Sebutan
tersebut bertujuan mempertegas jiwa mahasiswa yang mana dikenal
dengan kritis dan bisa dijadikan sebuah spirit untuk berjuang mencari
13
perubahan yang memihak kepada rakyat. Gerakan mahasiswa yang tercatat
oleh sejarah mulai dari tahun 1945, 1966, 1974, 1978 dan 1998. Itu
sebabnya gerakan mahasiswa dipandang sebagai bagian dari gerakan
moral. Pada tahun 1978 diberlakukannya NKK/BKK untuk meredam
gerakan mahasiswa. Pada Regulasi politik ini diperkuat melalui SK
Mendikbud No. 0156/U/1978 tertanggal 19 April 1978, tentang
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi
Kemahasiswaan (BKK) yang berfungsi mendomestikasi kekuatan
mahasiswa melalui tangan rektorat. Praktis tamatlah independensi gerakan
mahasiswa dengan basis keorganisasian yang dimilikinya.14 Sejak
diberlakukannya konsep tersebut membuat mahasiswa kesulitan melakukan
sebuah gerakan untuk menentang para penguasa yang tidak memihak
kepada rakyat. Namun pada tahun 1990 NKK/BKK dicabut kembali
sehingga puncaknya 1998 mahasiswa berani lagi membuat sebuah gerakan
dan berujung mampu menurunkan Presiden Soeharto.
Abad 15-17 di Eropa merupakan sebuah abad lahirnya para kaum
intelektual, dimana para pencinta ilmu pengetahuan sudah terbebas dari
kungkungan gereja. Pada masa itu disebut hari kebangkitan atau sering
disebut Renaisans. Semakin bebas para pemikir mengungkapkan
gagasannya kepada masyarakat. Tidak ketakutan lagi kepada siapapun
14
Arbisanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan Gerakan Mahasiswa Antara Aksi dan Politik,
14
Namun, sebelum hari kebangkita hadir, para kaum intelektual
masih sembunyi-sembunyi menyebarkan gagasannya. Ini disebabkan
gereja terlalu mendekte terhadap kaumnya. Apabila sebuah pemikiran lahir
kemudian berbeda dengan yang ada di Gerja maka seorang pemikir
tersebut langsung dihukum. Tentunya sejarah mencata dalam perjalanan
seorang filsof Galileo yang mengukapkan bahwa matahari yang
mengelilingi bumi, bukan bumi yang mengelilingi matahari. Selang
beberapa hari kemudia filsof tersebut langsung dihukum oleh gereja.
Karena menurut para pastorate yang ada di gereja bahwa bumilah yang
mengelilingi matahari.
Seorang pemikir dari Iran yang bernama Ali Syari’ati
mengungkapkan tentang kaum intelektual.
“Iintelektualitas yang terbebaskan dan sadar, yang mampu
berpikir, mencari, menganalisis, dan mengevaluasi segala sesuatu secara kritis, selektif dan bergairah. Berbeda dengan kaum tradisionalis terdahulu, kelas intelektual baru itu tertarik pada metode-metode dan proses-proses analitis-kritis. Abad ke-18 sebagai masa kebangkitan nasional dan revolusi kemerdekaan. Abad tersebut juga merupakan suatu abad humanitarisme. Kaum intelektual masa itu memiliki pemikiran-pemikiran analitis dan pemikiran-pemikiran yang bersifat menyelidik, mereka mendukung
demokrasi, kebebasan, kemanusiaan dan revolusi prancis.15
Kaum intelektual di benua Asia sudah mulai bermunculan
kepermukaan dan bisa bersaing dengan pemiki-pemikir dari benua Eropa.
Asia yang terkenal dengan banyak Negara jajahan merangsang seseorang
15
15
untuk lahir menjadi seorang intelektual untuk menyoroti berbagai
problem yang di alami oleh masyarakat Asia. Edward Shils di dalam
tulisannya yang sangat umum, dan telah memberikan tanggapan serupa:
“Nasionalisme, populisme, xenophobia dan revitalisme nativistik
(gerakan kebangkitan kembali kaum pribumi), rasa rendah diri, rasa ingin
tahu dan benci menghadapi kebudayaan metropolitan (Negara penjajah),
terdapat di seluruh benua Asia”16
Mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang sedang menempuh di
perguruan tinggi patut diperhitungkan dalam sumbangan pemikiran untuk
memberi perubahan dalam dinamika kehidupan yang tidak pasti. Banyak
orang berpendapat bahwa kaum intelektual terdiri dari para akademisi
yang mana didalamnya inklut juga mahasiswa. Sebagai kaum intelektual
tentunya mempunyai tanggung jawab moral dalam kehidupannya,
sumbangan pemikiran sangat dinantikan oleh masyarakat untuk
membantu member solusi terhadap problem sosial.
Seorang pemikir Harry banda yang sudah populari memberi
gagasan tentang sebuah problemamatika sosial, mengatakan: 17
“, …yang mengembangkan lebih jauh analisis itu
memebedakan antara posisi intelektual didalam masyarakat yang sudah maju dan masyarakat yang sedang berkembang. Di dalam masyarakat barat, kaum intelektual tidak membentuk kelas sosial tersendiri, mereka hidup sebagai pelengkap kelas-kelas lainya dan
16
J. D. Legge, Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan, (Jakarta:PT Pustaka Utama Grafti, 2003) hal, 23
17
16
akan ditentukan dari segi wawasan, gaya hidup, dan persepsi diri bukan dari segi posisi ekonomi atau kedudukan sosial atau kepentingan bersama. Sebaliknya di dalam masyarakat yang sedang berkembang kaum intelektual memperoleh kedudukan dan pengaruh semata-mata karena mereka adalah intelektual. Anggota-anggotanya membentuk sebuah kelas tersendiri dan karenanya
kaum intelegensia disana memegang kekuasaan politik.”
Individu yang memiliki sebuah karakter lebih dalam berpikir juga lahir
dari masyarakat. Dalam masyarakat biasanya individu seperti itu mendapatkan
tempat khusus dalam kehidupan bermasyarakat. Karakter berpikirnya inilah
yang membentuk sebuah kelas elite sosial, karena demikian hasil
pemikirannya banyak bermanfaat bagi masyarakat yang lain. Untuk
mengambil beberapa contoh karakteristik itu misalnya bahwa mereka itu
adalah orang-orang yang memiliki kapasitas berpikir “lebih” dan kapasitas
untuk mentransendesikan diri terhadap realitas sosial. Ciri-ciri moralis
mereka yang terutama adalah terletak pada komitmen dan tanggung jawab
serta kepedulian yang tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran dan humanitas.18
b. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yaitu berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Taufik Ajuba (2009), mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuluddin dengan judul
“Yayasan Rausyanfikr (Studi Gerak Intelektual Keagamaan di Yogyakarta)”
18
17
dalam skripsi ini penulis menjelaskan tentang gerakan Intelektual keagamaan
madzhab syi’ah yang di Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian penulis yaitu dalam sisi gerakan intelektual, namun letak sisi
perbedaan penelitian saudara Taufik Ajuba yaitu berfokus kepada gerakan
intelektual keagamaan, sedangakan penulis focus penelitiannya yaitu gerakan
intelektual mahasiswa secara umum tanpa memandang suatu agama tertentu.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Maria Ulfah (2011), mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora
dengan judul “Peran KOHATI cabang Ciputat periode 1970-1980 dan
Pengaruhnya terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta”
dalam penelitian ini berfokus menjelaskan peran KOHATI cabang Ciputat
dalam perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu terletak pada berfokusnya
perkembangan intelektual di kalangan mahasiswa, namun sisi perbedaannya
penelitian ini pada KOHATI cabang Ciputat ingin menelaah perkembangan
intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada kurun waktu 1970-1980, sedangkan
penulis focus penelitiannya yaitu suatu gerakan intelektual mahasiswa yang
objeknya nerupakan mahasiswa baru fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Faizal Mahzan (2012)
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Gerakan
18
Presiden Republik Indonesia ke 6 di Surabaya” dalam penelitian ini berfokus
menjelaskan suatu gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menurunkan
Presiden ke 6 Republik Indonesia dengan cara menggalang massa sebanyak
mungkin untuk menyampaikan tuntutan. Persamaan penelitian ini dengan
penulis yaitu sama-sama berfokus dibidang suatu gerakan mahasiswa untuk
memberi suatu perubahan, Letak perbedaannya penelitian ini menjelaskan
suatu gerakan mahasiswa melalui turun jalan dan menggalang massa sebanyak
mungkin dengan cara berkonsolidasi deangan oraganisasi ekstra kampus,
sedangakan penulis berfokus pada gerakan mahasiswanya berbasis intelektual
murni yang ditujukan kepada mahasiswa baru di fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
G.
Metode Penelitian1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah yang dilakukan oleh peneliti untuk menjawab
suatu permasalahan secara sistematis dengan mengikuti segala aturan serta
langkah-langkah tertentu. Sesuai dengan judul penelitian, yaitu ”Gerakan
Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi
Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)”, maka peneliti dalam penelitianya
19
penelitian yang dilakukan lebih mendalam sehingga peneliti dapat menemukan
permasalahan di dalam masyarakat secara lebih kompleks.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan dipakai adalah
deskriptif kualitatif, yaitu peneliti membangun dan mendiskripsikan melalui
analisis dan nalar.19
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti di
Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang mana kampus tersebut
yang memunculkan tema OSCAAR “tuhan membusuk“: Rekonstruksi
Fundametalisme Menuju Islam Kosmopolitan” sehingga menjadi sorotan
bagi masyarakat umum.
b) Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggali data dengan cara
turun langsung ke lapangan, terkait judul tentang ”Gerakan Intelektual
Mahasiswa (Studi kasus tema ”tuhan membusuk” dalam Orientasi Studi
Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas
Ushuludin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)” dari beberapa
informan, agar dalam penggalian data mendapatkan data yang jelas sesuai
dengan judul peneliti. Agar dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan
19
20
informasi yang lebih mendalam, peneliti berperan sebagai pengamat
partisipan. Peneliti juga akan menunjukkan identitas peneliti sebagai
mahasiswa yang sedang menjalankan tugas perkuliahan.
Waktu penelitian ini akan berjalan pada bulan April - Juli 2015,
jika dalam proses pengambilan data di lapangan terkendala dengan
berbagai problem, maka peneliti akan memperpanjang waktu penelitian
dengan berkonsultasi pada dosen pembimbing.
3. Pemilihan Subjek Penelitian
Peneliti mengambil subyek dari beberapa Mahasiswa Fakulats
Ushuluddin dan Filsafat dan civitas akademik UIN Sunan Ampel Surabaya
serta bebrapa individu yang dianggap mewakili masyarakat.
Beberapa informan yang dapat mewakili dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
2. Ahlur Roiyan Ketua SEMA Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat
21
Khoirun Nisak Ushuludin dan Filsafat
8 Abdul Muis Peserta OSCAAR Fakultas
Ushuludin dan Filsafat
Sekretaris PWNU Jawa Timur Surabaya
10. Rijal Mumazziq Zionis, M. H.I
Masyarakat Surabaya
11 Marlaf Sucipto Masyarakat Surabaya
12 Abdul Hamid,
S.Pd
Masyarakat Surabaya
Sumber: Snowball Sampling, pengambilan sampel sumber data yang diawali dengan beberapa informan kemudian mendapatkan refrensi dari informan sebelumnya untuk informan selanjutnya.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Peneliti akan merencanakan suatu penelitiannya, dengan berbagai
tahap-tahap yang harus dipenuhinya:
a) Pengajuan Proposal
Proposal ini ditujukan sebagai awal dari tindakan peneliti untuk
meneliti, dengan proposal yang diterima maka peneliti telah mendapatkan
izin untuk melakukan sebuah penelitian.
b) Turun Lapangan
Setelah pengajuan proposal diterima pada pihak-pihak yag terkait,
peneliti bisa mulai penelitian di lapangan dengan metode-metode serta
langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya.
c) Mengolah Serta Menganalisis Data
Setelah peneliti melakukan semua tahap-tahap di atas, dan telah
22
mengolah data temuannya untuk bisa dijadikan suatu bentuk temuan atau
kesimpulan yang nyata tanpa menambah mengurangi dari jawaban nara
sumber yang terkait.20
5. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh seluruh data-data dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a) Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Peneliti mengamati
perkembangan tema “tuhan membusuk” yang bersumber dari media dan
masyarakat.
Data yang diperoleh dari observasi ini adalah:
1) Mengetahui letak geografis dari lapangan yang akan diteliti.
2) Mengetahui karakter nara sumber, agar sebisa mungkin narasumber
tidak merasa tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti.
b) Wawancara
Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif, umumnya berisikan daftar pertanyaan yang
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif
23
sifatnya terbuka dan ingin memperoleh jawaban yang mendalam.21 Pada
metode wawancara peneliti akan memberikan beberapa pertanyaan sesuai
dengan tema penelitian, kemudian hasil jawaban informan tersebut akan
dicatat secara tertulis oleh peneliti dan juga merekam perbincangan saat
wawancara berlangsung.
c) Dokumentasi
Pengumpulan data melalui dokumentasi adalah pengumpulan data
yang di peroleh oleh peneliti sebagai bukti untuk suatu pengujian. Dokumen
dapat berupa gambar maupun foto-foto, buku-buku, biografi dan tulisan
opini masyarakat yang dimuat dimedia massa yang berkaitan dengan topik
penelitian.
Proses pelaksanaan memperoleh dokumentasi berupa gambar
maupun foto-foto kegiatan OSCAAR di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
buku-buku, serta biografi dari narasumber yang terkait pada judul penelitian
ini ialah peneliti secara langsung menghubungi subyek-subyek penelitian,
untuk mencari data mengenai hal-hal yang terkait dengan topik penelitian.
Dalam pengumpulan data ini peneliti membutuhkan waktu kurang
lebih tiga minggu, dan hasil pengumpulan data nantinya akan dijelaskan
secara deskriptif.
21
24
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesikanya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.22
Pada bagian analisis data peneliti akan menggunakan beberapa proses
dalam melakukan analisa data yaitu:
1) Memahami
Peneliti akan melakukan suatu pemahaman karena bila pemahaman
dicapai, peneliti bisa menyiapkan cara deskripsi peristiwa, dan data baru
tidak ditambahkan dalam uraian. Dengan kata lain, pemahaman
diselesaikan bila kejenuhan telah dicapai.
2) Sintesis
Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. Pada
langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang khas mengenai
suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya. Pada akhir proses sintesis,
peneliti dapat mulai membuat pernyataan umum tentang peristiwa
mengenai peserta studi.
22
25
3) Teoritis
Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti akan
mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian teori
yang digunakan dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai pisau analisis.
4) Recontextualisasi
Proses dari recontextualisasi meliputi pengembangan teori lebih
lanjut dan dapat diterapkan untuk kelompok lain yang diselidiki. Di dalam
pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi
dan sesuai konteks.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisis data yang
dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik
berikut:23
a) Analisis Domain.
Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk
memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus
penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum
dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang
ada di dalam data tersebut.
b) Analisis Taksonomi.
Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya
memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran
23
26
penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam,
dan membaginya lagi menjadi sub domain, dan dari sub domain itu
dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak
ada lagi yang tersisa.
c) Analisis Komponensial.
Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur
dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah
dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Peneliti akan
mendalami pemahaman mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu
ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan
mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan
internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh
pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok
permasalahan.
d) Analisis Tema Kultural.
Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami
gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini peneliti
akan mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai,
dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu,
peneliti akan berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat
27
yang menyeluruh, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan
dan mana yang kurang dominan.
e) Analisa Komparasi Konstan.
Pada tahap komparasi konstan peneliti mengkonsentrasikan
dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat atau ciri dari data yang
dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan
teoritis yang lebih umum. Di saat peneliti telah mendapatkan informasi
yang berupa deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang
relevan, barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan
hubungan di antara fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian
mengujinya dengan menggunakan porsi data yang lain.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data merupakan salah satu pijakan serta dasar
obyektif dari hasil yang dilakukan dengan pengecekan kualitatif. Dalam teknik
pengecekan data yang sudah didapatkan berdasarkan metode pengumpulan
data yang sudah disebutkan diatas, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Perpanjangan waktu penelitian.
untuk mendapatkan data yang lebih valid maka peneliti disini
melakukan perpanjangan waktu selama berada di lapangan dengan harapan
28
b) Pendalaman obsevasi.
Selain itu peneliti juga akan melakukan pendalaman observasi agar
dalam penelitian yang dilakukan peneliti saat berada di lapangan dapat
dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.
c) Triangulasi data.
Agar dalam penelitian ini mendapatkan data yang lebih banyak lagi
dengan tujuan mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti
melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui tekhnik triangulasi
data. Dalam metode triangulasi data terdapat beberapa cara, salah satunya
menggunakan beberapa sumber data. Peneliti ingin membandingkan dan
mengecek ulang drajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh
peneliti melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka peneliti akan menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
29
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
H.
Sistematika PembahasanSebelum peneliti membahas lebih detail, sistematika pembahasan yang
akan penulis gunakan terkait dengan penelitian ini yang diharapkan akan
mempermudah dalam memahami alur dan isi yang termaktub di dalamnya.
Maka pembahasan penelitian ini disistematisir dalam tiga bagian sebagai
berikut:
BAB I: Menjelaskan dan membahas diantaranya latar belakang penelitian,
focus penelitian, penelitian terdahulu, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konseptual menjelaskan mengenai definisi konsep dari judul yang
telah dipilih peneliti, kerangka teoretik digunakan untuk menganalisa dari
permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya., metode penelitian,
sistematika pembahasan.
BAB II: Kerangka Teoritik
BAB III: Penyajian Data dan analisi data, pada bab ini terdiri dari dua sub
bab, yakni temuan penelitian, bagaimana data itu digali dan ditemukan
beberapa hal yang mendukung penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.
BAB IV: Penutup, pada bab ini terdiri dari simpulan dan rekomendasi,
yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan
30
BAB II
KONSEPSI INTELEKTUAL TRADISIONAL DAN INTELEKTUAL
ORGANIK – ANTONIO GRAMSCI
A. Riwayat Antonio Gramsci
Eropa merupakan benua yang sangat disegani oleh para manusia dimuka
bumi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Banyak
pelajar berkiblat kepada Negara eropa atas pencapaiannya yang sungguh luar
biasa. Tokoh teori sosial yang lahir dari Eropa sangat banyak, mulai dari Agus
comte, Emil Durkheim, Max Weber, Karl Mar hingga Antonio Gramsci.
Antonio Gramsci lahir di Ales, sebuah kota kecil di Sardinia, Italia, pada
22 Januari 1891.24 Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya yang
bernama Francesco adalah seorang yang kurang beruntung dibandingkan saudara
yang lainnya. Karena Cuma ayahnya yang kurang mendapatkan posisi strategis
dalam pekerjaannya. Kemudian ia menemukana pekerjaan sendiri di Ghilarza,
dia bekerja sebagai direktur Jawatan Registrasi Pertanahan.
Berkat tempat kerjanya di Ghilarza, ayahnya bertemu dengan seorang
gadis kemudian dia menikahinya hingga mempunyai tujuh orang anak. Namun,
pada tahun 1897 ayah terkena nasib sial, ayahnya di pecat dari tempat kerjanya
akibat dicurigai melakukan kecurangan administrative dan setelah itu dipenjara
24
31
selama enam tahun akibat dugaan ekses dari partai oposisi yang memenangkan
pemilu.
Hidup dalam kemiskinan Gramsci pantang menyerah, ibunya terus susah
payah berjuan untuk selalu merawat anak-anaknya. Pada waktu kecil punggung
Gramsci bungkuk, kemudian dokter berusaha menyangga tubuhnya dengan kayu.
Dalam keadaan kurang gizi ibunya mengirim Gramsci ke sekolah dasar dengan
guru seadanya. Diwaktu luang Gramsci dan kakaknya bekerja ditempat bekas
ayahnya bekerja. Pekerjaan yang berat membuat Gramsci kadang menangis di
tengah malam.
“Aku bekerja mulai umur sebelas tahun dan Cuma mendapat gaji Sembilan lira
selama sebulan (artinya uang itu Cuma cukup membeli dua pound roti setia
harinya). Aku bekerja selama sepuluh jam sehari, termasuk minggu pagi.
Pekerjaan itu terasa cukup berat dibandingkan dengan tenagaku. Setiap malam
aku menangis diam-diam meratapi rasa nyeri yang mendera seluruh tubuh ini”.
Berkat kerja kerasnya akhirnya dia bisa lulus dari sekolah dasar, ketika
ayah sudah bebas dari penjara Gramsci dikirim ke gymnasium di Santu
Lussurgiu, semangat pantang menyerah selalu berkembangbiak sehngga selalu
menemukan ide baru untuk selalu mendapatkan ilmu. Dia menjual makanan yang
dikirim ibunya untuk membeli buku dan Koran.
Ketika dia melanjut sekolahnya di Cagliari, ibu kota Sardinia, disana dia
32
lebih dulu ada disana. Genaro menjadi pemimpin local sosialis. Dari sini Gramsci
sudah menginjakkan kakinya didunia politik melalui Genaro.
Semenjak perpindahannya ke Turin ini merupakah langkah awal Gramsci
dalam pembetukan intektual dan aktivitas politiknya. Berkat bea siswa yang
didapatkannya dia bisa belajar di Universitas Turin. Tapi bea siswa tak terlalu
cukup memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dia harus tetap berhemat, apa
lagi pada tahun 1913-1915 musim dingin menerpanya sehingga menambah
penderitaan dalam hidupnya.
Ketika Gramsci kuliah di Turin membawa hikmah yang besar, dia mampu
bergaul dengan professor yang ahli dibidangnya masing-masing. Ada yang ahli
dalam bidang sejarah dan linguistic. Dengan begitu dia semakin gampang
mengasah intelektualnya. Tokoh yang berpengaruh pada zamannya di Italia dan
Eropa juga didekati seperti Annibel Pastore yang memperkenalkan filsafat
marxisme perspektif Hegelian
Dengan lingkungan seperti itu Gramsci dan teman-temanya tambah
semangat terjun ke dunia politik. Dia sudah melihat fakta yang sesungguh yang
terjadi di Italia. Jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin sangat
tampak. Turin sebagai kota industri yang sudah modern, meneggelamkan budaya
local. Sebagai mahasiswa fakultas sastra Gramsci melemparkan berbagai kritik
melalui tulisan yang ditelurkan melalui teater.
Pada tanggal 8 November 1926 menjadi hari yang tak bisa di lupakan
33
pulau Ustica di tepi pantai sisilia, dengan penahanan itu membuat dia kehilangan
kontak dengan istri serta para sahabat-sahabatnya. Pada tanggal 19 Juli ia
dipindahkan ke Turi setelah mendapat perawatan medis ala kadarnya. Gramsci
sebagai tokoh yang berpengaruh di Italia membuat para penguasa menaruh agen
khusus untuk memantau gerak-geriknya.
Gramsci seorang tokoh yang pantang menyerah ingin merubah
masyarakat dari ketidakadilan menuju hidup yang baik. Meskipun penjara telah
menjadi penghadang dia tidak berhenti mengasah intelektualnya dengan cara
banyak membaca buku yang diselundupkan ke penjara dan menulis sebagai
alternative mengabdi kepada keabadian. Sejak dalam penjara dia berhasil
menerbitkan buku yang berjudul “Prison Notebook” suatu ekspresi intelektual
yang canggih dan memberikan kontribusi besar bagi pergulatan pemikiran
marxisme.25
Corak pemikiran Gramsci merupakan roh dari pemikiran Kalr Marx
(18..), yang mana Karl marx selalu mengelukkkan keseimbangan antar kaum
kelas proletar dengan borjuis. Konsep dialektika menjadi sorotan oleh para
intelektual sebelum Gramsci, pada masanya dia mengembangkan konsep tersebut
dalam gerakan sosialnya.
Ia menegaskan bahwa system filsafat adalah seluruh ekspresi yang
ditampilkan dalam seluruh zaman, sementara untuk menjaga kepentingan sosial
politik pada masa itu ia membutuhkan aparat konseptual untuk keberlangsungan
25
34
kegiatannya. Masyarakat adalah suatu entitas yang dibamis, organic, dan
bukannya statis dan inorganic. Kebutuhan apparatus konseptual ini akan
dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan tahap perkembangannya sendiri.
Perubahan masyarakat selalu saja melibatkan filsafat sebagai gagasan-gagasan
yang membimbing perubahan itu. Jika sebuah perubahan radikal terjadi dalam
masyarakat, maka kerangka kerja intelektual masyarakat yang sesuai dengan
kondisi perubahan itu menjadi suatu kebutuhan mahapenting. 26
Sebuah kerja intelektual yang ada dalam masyarakat tentunya akan
merangsang sebuah kekritisan, dan mampu melihat suatu perubahan yang tepat
atau sesuai dengan harapannya. Intelektual masyarakat akan berbanding lurus
dengan dinamika kehidupan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
B. Intelektual Organik dan Intelektual Tradisional
Kerangka teori yang dimaksudkan dalam bagian ini adalah upaya dalam
rangka mengeksplorasi dan memaparkan teori-teori dari perspektif sosial yang
akan digunakan untuk kajian ini. Penjelasan teoritis perihal masyarakat
menunjukkan adanya bentuk-bentuk lain dari fragmentasi, sebagai perangkap
diskripsi suatu penjelasan harus mengidentifikasi secara jelas proses-proses
kausal dan mekanisme yang termasuk didalamnya.27
Gramsci menyadari pentingnya factor-faktor structural, khususnya
ekonomi dia tidak percaya bahwa factor-faktor structural membawa massa
26
Ibid. hal. 56
27
35
memberontak. Massa perlu mengembangkan suatu ideologi revolusioner tetapi
mereka tidak dapat melakukannya sendiri. Gramsci bekerja dengan konsepsi
yang agak elitis ketika ide-ide dihasilkan oleh intelektual dan kemudian diperluas
kepada dan dipraktikan oleh mereka. Massa tidak dapat menghasilkan ide
tersebut, dan mereka dapat mengalaminya, sakali dalam eksistensi hanya
berdasarkan keyakinan. Massa tidak mampu mencapai kesadaran sendiri
berdasarkan usahanya sendiri, mereka membutuhkan bantuan kaum elite sosial.
Akan tetapi, ketika massa telah dipengaruhi ole ide-ide itu mereka akan
mengambil tindakan yang mendatangkan revolusi sosial.28
Massa tidak melahirkan ideologinya sendiri, melainkan dibantu oleh elite
(ruling class) yang disebutnya sebagai kelas intelektual, baik intelektual
hegemonic/tradisional maupun intelektual counter hegemonic/organik. Kedua
lapisan intelektual itu bertugas untuk mengorganisasi kesadaran maupun
ketidaksadaran secara terus menerus dalam kehidupan massa. Intelektual
hegemonic bertanggung jawab untuk menjaminpandangan dunia massa konsisten
dengan nilai-nilai kapitalisme yang telah diterima oleh semua kelas masyarakat.
Sebaliknya intelektual counter hegemonic mempunyai tugas memisahkan massa
dari kapitalisme dan membangun pandangan dunia sesuai perspektif sosialis.
Massa dengan demikian tidak cukup dengan menguasai ekonomi maupun
28
36
aparatus Negara, tetapi memerlukan penguasaan kepemimpinan cultural ditengah
massa.29
Pendekatan utama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Intelektual yang dicetuskan oleh Antonio Gramsci (1891), peran intektual dalam
masyarakat sipil dan dalam transisi menuju sosialisme merupakan tema yang
dibahas secara luas dalam Prison Noteboks. Bahkan Gramsci begitu menekankan
arti penting mereka sehingga rencana awal pada Noteboks adalah menjelaskan
sejarah Intelektual Italia secara komprehensif.
Ada dua tema yang perlu digarisbawahi dari pandangan Gramsci terhadap
intelektual. Pertama, perlunya menghapus perbedaan antara kerja manual dan
kerja intelektual yang telah berlangsung lama dibawah kapitalisme dalam proses
produksi, dalam masyarakat sipil, juga dalam aparat Negara. Kedua, hubungan
antara pengetahuan dan kekuasaan, watak kekuasaan yang lahir dari sesuatu yang
mirip monopoli pengetahuan oleh kelas yang berkuasa dan perlunya perubahan
mendasar dalam hubungan antar manusia dan pengetahuan dalam transisi menuju
sosialisme.
Menurut pandangan Gramsci kaum intelektual adalah semua orang yang
mempunyai fungsi sebagai organisator dalam semua lapisan masyarakat dalam
wilayah produksi sebagaimana dalam wilayah politik dan kebudayaan. Ia
melakukan dobrakan ganda pandangan umum terhadap intelektual; mereka
29
37
bukan hanya pemikir, penulis dan seniman namun juga organisator seperti
organisator dan pemimpin politik.
Menurut Gramsci ada dua bagian intelektual dalam masyarakat sebagai
berikut30;
1. Intelektual tradisional
Gramsci menyatakan bahwa salah satu karakter penting dari suatu kelas yang
sedang tumbuh adalah perjuangan untuk berasimilasi dan menundukkan
intelektual tradisional secara ideologis. Contoh dari intelektual tradisional
adalah para rohaniawan yang berperan sebagai intelektual organic dari
aristokrasi feodal dan mereka ini sudah ada ketika kaum borjuis mulai
menaiki tangga kekuasaaan. Contoh kedua yang diberika Gramsci adalah
inteltual yang bercorak pedesaan, pendeta, pengacara, dokter dan pegawai
negeri. Mereka itu adalah intelektual tradisional karena terbatas pada
lingkungan kaum tani dan borjuis kota kecil, belum meluas dan tergerak oleh
system kapitalis.
Kita bisa mengemukakan satu penafsiran terhadap definisi Gramsci
bahwa intelektual tradisional adalah mereka yang menjadi intelektual organic
dalam model produksi-model praduksi feodal-yang telah digantikan atau
menjadi intelektual organic dalam model produksi yang sedang dalam proses
digantikan-seperti model produksi kaum borjuis kecil di daerah pedalaman
Italia pada masa Gramsci. Dengan demikian, dari sudut pandang kelas
30
38
pekerja, semua intelektual organic dari kelas kapitalis adalah intelektual
tradisional.
Dalam kategori intelektual tradisional Gramsci memasukkan bukan
hanya para filosof, sastrawan, ilmuan, dan para akdemisi yang lain, melainkan
juga para pengacara, dokter, guru, pendeta dan para pemimpin militer. Para
intelektual tradisional secara niscaya akan bertindak sebagai antek dari
kelompok penguasa. Kategori intelektual organic menunjuk kepada para
intelektual yang berfungsi sebagai perumus dan articulator dari
ideologi-ideologi dan kepentingan-kepentingan kelas, terutama dikaitkan dikaitkan
dengan ideologi-ideologi dan kepentingan-kepentingan kelas yang sedang
tumbuh (kelas buruh). Setiap kelompok sosial terlahir dalam medan fungsinya
yang pokok, dan bersamaan dengan itu secara organis melahirkan satu atau
lebih strata kaum intelektualnya sendiri yang akan menciptakan homogenitas
dan kesadaran akan fungsi dalam diri kelompok sosial tersebut, bukan hanya
dimedan ekonomi, melainkan juga dimedan sosial dan politik.31
2. Intelektual organik
Dalam catatannya tentang Resorgeminto Gramsci memberikan contoh
intelektual organic dari para pemimpin partai moderat. Mereka adalah
intelektual dan organisator politik dan pada saat sama bos-bos perusahaan,
petani-petani kaya atau manajer perumahan, penguasa komersial dan industry
31
Yudi latif, Inteligensia Muslim dan Kuas Geneologi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20,
39
dan sebagainya. Mereka menyadari identitas dari yang diwakili dan yang
mewakili dan merupakan barisan terdepan yang riil dan organic dari lapisan
kelas ekonomi papan atas yang disitu mereka masuk didalamnya.
Menurut Gramsci bahwa dalam melakukan pengaturan Hegemoni dan
dominasi Negara terjadilah perkembangan semua hirarki kualifikasi dan pada
aparat Negara terdapatlah berbagai pekerjaan yang bersifat instrumental. Ia
juga menunjukkan jenjang kepangkatan yang komplek dalam tentara, mulai
dari perwira jendral terus kebawah sampai kebintara.
Nampaknya jika ia membuat daftar intelektual organic dari kelas kapitalis
pada abad ke-20 maka mereka itu akan terbagi menjadi:
a. Dalam bidang produksi: para manajer, insinyur, teknisi dan sebagainya.
b. Dalam masyarakat sipil: politisi, penulis terkemuka dan akademisi,
penyiar, wartawan dan sebagainya.
c. Dalam aparat Negara: pegawai negeri, tentara, jaksa dan hakim, dan
sebagainya.
Ia berpendapat bahwa jika kelas pekerja ingin beranjak dari kelas
rendah untuk mengambil alih kepemimpinan bangsa dan membangus
kesadaran politik melalui reformasi moral dan intelektual yang menyeluruh,
mereka harus menciptakan kelas intelektual organiknya sendiri.
Intelektual baru yang dibutuhkan oleh kelas pekerja berbeda jauh
dengan intelektual borjuis. Bentuk keberadaan intelektual tidak bisa
40
sementara saja dari perasaan dan keinginan, namun dalam perspektif aktif
dalam kehidupan praktis, sebagai pembangun, organisator, penasehat tetap
dan bukan semata-mata ahli pidato (namun pada saat yang sama unggul dalam
semangat matematis yang abstrak).
Dalam pandangan idealis ini, menurut Gramsci, intelektual dianggap
berbeda dan muncul dari atas serta dari luar dunia hubungan-hubungan
produksi. Pada saat yang sama, pandangannya ini ditujukan untuk melawan
pemahaman beku dalam gerakan sosialis, yang melulu berdasarkan penafsiran
ekonoministik dari realitas, atas peran sosial-politik dari kaum intelektual.32
Perbedaan antara intelektual dan non-intelektual tidak pada istilah
intrinsic semata namun tergantung pada fungsi sosial langsung. Tipe
intelektual organic, mengakui hubungan mereka dengan kelompok sosial
tertentu dan memberikannya homogenitas serta kesadaran tentang fungsinya,
bukan hanya dibidang ekonomi tetapi juga dibidang sosial politik. Intelektual
organic adalah intelektual yang berasal dari kelas tertentu bisa jadi berasal
dari kelas borjuis dan memihak mereka, bisa juga berasal dari kelas buruh dan
berpihak kepada perjuangan buruh33.
32
Nezar patria & Andi arief, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2003), hal. 156
33
41
BAB III
GERAKAN INTELEKTUAL DALAM OSCAAR MAHASISWA FAKULTAS
USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SUARABAYA
A. Profil Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya
1. Sejarah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya
IAIN Sunan Ampel yang diresmikan pada tanggal 5 Juli 1965, lahir
setelah melalui proses perkembangan beberapa tahun lamanya. Dimulai pada
tahun 1961, timbul gagasan dari tokoh-tokoh Islam Jawa Timur untuk
memiliki perguruan tinggi Islam yang bernaung dibawah lingkungan
Departemen Agama.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka para tokoh Jawa Timur
pada tahun itu juga mengadakan pertemuan di Jombang, Jawa Timur. Pada
waktu itu Prof. RH. A. Soenarjo SH, Presiden IAIN Yogyakarta turut hadir.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan perguruan
tinggi Islam dan untuk keperluan ini kemudian dibentuk panitia Pendiri IAIN
dengan SK Meteri Agama No. 17 Tahun 1961.
Rapat pertama Panitia Pendiri IAIN, menghasilkan suatu keputusan
42
Fakultas Tarbiyah di Malang. Keduanya merupakan fakultas cabang dari
IAIN Yogyakarta.
Peresmian kedua fakultas tersebut dilakukan pada tanggal 28 Oktober
1961 oleh Menteri Agama di Surabaya. Dalam hal ini fakultas Syari’ah di
pimpin oleh KH. Syafi’i A. Karim dan Fakultas Tarbiyah Malang dipimpin
oleh Moh. Koesno SH.
Untuk mengelola kedua fakultas tersebut maka pada tanggal 9 Oktober
1961 didirikan yayasan yang diberi nama Yayaysan Badan Wakaf
Kesejahteraan Fakultas Syari’ah dan Fakultas Trabiyah IAIN Cabang
Surabaya.
Ada pun hasil usaha Yayasan Badan Wakaf antara lain:34
1. Menyediakan area tanah untuk membangun sarana IAIN Sunan Ampel
seluas delapan hektar di jalan Jend. A. Yani Wonocolo Surabaya.
2. Menyediakan perlengkapan perkuliahan dan alat-alat administrasi kantor
dan dua kendaraan (Morris dan Chevrolet) masing-masing untuk Fakultas
tarbiyah Malang dan Fakultas Syari’ah Surabaya
3. Memberikan sejumlah uang untuk membeli rumah tempat tinggal KH. A.
Syafi’i A. Karim di Jalan Tales V/18
Selanjutnya didirikan pula satu Fakultas Ushuluddin cabang yang
berkedudukan di Kediri yang diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1964,
34
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI,
43
dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI. No. 66/1964 dengan Dekan KH.
A. Zaini.
Dalam upaya peningkatan efisiensi, efektifitas dan kualitas pendidikan
di IAIN, dilakukan penataan terhadap fakultas-fakultas di lingkungan IAIN
Sunan Ampel yang berlokasi di luar induk yang dituangkan dalam keputusan
Presiden RI No. 11 tahun 1997, tanggal 21-3-1997, tentang pendirian Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), dengan menetapkan sejumlah 33
STAIN di seluruh Indonesia. Dengan demikian tahun 1997 terjadi
perampingan jenjang S-1 IAIN Sunan Ampel dari 13 fakultas yang di dirikan
di daerah-daerah menjadi 5 fakultas yang berlokasi di Surabaya, yaitu
Fakultas Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuluddin.35
Awalnya Fakultas Ushuluddin mempunyai tiga jurusan dan satu prodi,
yaitu Jurusan Aqidah-Filsafat, Jurusan Perbandingan Agama, Jurusan
Tafsir-Hadis dan Prodi Politik Islam. Sejak tanggal 28 Desember 2009 itu IAIN
Sunan Ampel Surabaya diberi kewenangan untuk menjalankan fleksibilitas
pengelolaan keuangan sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Terhitung mulai
tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel berubah menjadi UIN Sunan
Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun
35
44
2013.36 Fakultas Ushuluddin berubah nama menjadi Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat. Dengan berubahnya nama tersebut otomatis Fakultas tersebut
mengalami perkembangan yang cukup pesat, dimana dipecahnya beberapa
jurusan menjadi disiplin ilmu sendiri yaitu Prodi Aqidah Filsafat, Prodi
Perbandingan Agama, Prodi Tafsir dan Prodi Hadis sedangkan Poltik Islam
melebur kedalam Prodi Ilmu Politik yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ingin memproduksi seorang ahli
pemikir yang bisa memberi sumbangan atau kontribusi terhadap
perkembangan zaman di masyarakat. Dengan corak berpikirnya yang filosofis
mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat diharapkan menjadi seorang
yang mampu menggagas sebuah gagasan yang mendalam. Analisanya yang
tajam sering kali banyak orang tidak mampu memahami pemikirannya. Di
Fakultas tersebut orientasi pemikiranya kepada ilmu pengetahuan yang
berbasis Islam. Sebagaimana yang tertera dalam visi dan misi Fakultas
tersebut.
2. Visi dan Misi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat37
a. Visi
Menjadi Fakultas ilmu dasar-dasar keagamaan dan pemikiran Islam yang
unggul, kompetitif dan bertaraf internasional.
36
http://www.uinsby.ac.id/id/184/sejarah.html di akses pada 06 April 2015, jam 23.05 37