• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN INTELEKTUAL MAHASISWA : STUDI KASUS TEMA “TUHAN MEMBUSUK” DALAM ORIENTASI CINTA AKADEMIK DAN ALMAMATER (OSCAAR) MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GERAKAN INTELEKTUAL MAHASISWA : STUDI KASUS TEMA “TUHAN MEMBUSUK” DALAM ORIENTASI CINTA AKADEMIK DAN ALMAMATER (OSCAAR) MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN INTELEKTUAL MAHASISWA

(Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta

Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

SAMSUL ARIFIN

NIM : B55211080

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Samsul Arifin, 2015, Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan

membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Gerakan Intelektual Mahasiswa, “tuhan membusuk”

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa tujuan tema “tuhan

membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel

Surabaya dan bagaimana reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam

Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat penelitian fenomena Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan pendekatan konsepsi Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik yang digagas oleh Antonio Gramsci.

Hasil dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih satu

bulan ditemukan bahwa: (1) Tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... x

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A.Latar belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C.Tujuan penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Telaah Pustaka ... 10

G.Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 20

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 24

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27

(7)

BAB II :KONSEPSI INTELEKTUAL TRADISIONAL DAN INTELEKTUAL

ORGANIK – ANTONIO GRAMSCI ... 30

A. Riwayat Antonio Gramsci ... 30

B. Intelektual Organik dan Intelektual Tradisional ... 35

BAB III : GERAKAN INTELEKTUAL DALAM OSCAAR MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SUARABAYA. ... 41

A. Profil Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ... 41

B. Dari “bau busuk tuhan” hingga “tuhan membusuk” untuk membakar semangat Intelektual ... 58

C. Gerakan Intelektual Mahasiswa perspektif Konsepsi Intelektual Antonio Gramsci ... 95

BAB IV : PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Penutup ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Jadwal penelitian

3. Surat keterangan (Bukti melakukan penelitian)

4. Dokumentasi penelitian

5. Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya

6. Surat Keputusan (SK) Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar belakang

Kampus merupakan suatu lembaga pendidikan tertinggi didunia pendidikan,

tempat para akademisi mengasah intelektual dalam berbagai bidang keilmuan untuk

memecahkan problem sosial. Banyak orang memandang, jika seorang sudah masuk

dalam dunia perguruan tinggi adalah orang pilihan, sebab di perguruan tinggi hanya

terdapat orang-orang yang mampu mengasah pola pikirnya dengan berbagai

tantangan.

Para akademisi yang meliputi mahasiswa dan dosen adalah pelaku yang

sangat aktif mengurai masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan

bercampurnya para ilmuan yang ahli dibidang masing-masing membuat nuansa

perguruan tinggi tampak begitu ilmiah. Tempat berkumpulnya para akademisi

biasanya di kelas, kantin kampus, pojok kampus, taman kampus dan lain sebagainya

yang mana tempat tersebut tak luput dengan komposisi diskusi ilmiah yang sudah

menjadi tradisi setiap harinya.

Hal yang didiskusikan oleh mahasiswa biasanya dimanifestasikan dalam

sebuah acara keilmuan, yang mana bertujuan merangsang keilmuan para akademisi

atau masyarakat. Pada tanggal 29 Agustus 2014 UIN Sunan Ampel digemparkan

oleh tema OSCAAR “tuhan membusuk; Rekonstruksi Fundamentalisme menuju

(9)

2

Sebuah tema OSCAAR yang dianggap menyelenih kemudian meledak di

media mass, mendapat tanggapan dari berbagai akademisi dan masyarakat. Tema

tersebut menjadi sorotan diwaktu itu, bahkan media yang menyoroti tema tersebut

terbit adalah media local bahkan nasional seperti Jawa Pos, Kompas dan lainnya. ini

bukti bahwa perguruan tinggi merupakan tempat lahirnya rangsangan intelektual.

Salah seorang penulis lepas Masduri menuliskan gagasannya tentang

penafsiran dari tema “tuhan membusuk” kemudian dimuat di Jawa Pos pos (JP,

05/9/2014)

“Di banyak media yang saya baca, mayoritas wartawan mengutip

tema tersebut hanya “Tuhan Membusuk”, kalimat selanjutnya, “Rekonstruksi

Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan tidak dikutip. Akibatnya,

emosi publik mudah tersulut karena fakultas ushuluddin dan filsafat dianggap menghina atau bahkan tidak membenarkan adanya Tuhan. Sudah jamak kita mafhum bahwa mayoritas keberagamaan masyarakat Indonesia masih berkutat kepada tataran doktrin dan legal formal keberagamaan. Sementara itu, ajaran substantif dalam agama, secara khusus agama Islam belum bisa dicerna dengan baik. Akibatnya, banyak perbuatan destruktif yang dilakukan umat Islam….. kritik keberagamaan atas matinya nilai-nilai spriritualitas dalam kehidupan beragama umat Islam. Bagi mereka, berbagai tindakan destruktif, misalnya korupsi, kekerasan keberagamaan, dan segenap tindakan amoral yang lain, merupakan bentuk pembusukan terhadap Tuhan sebagai Zat Yang Mahasuci”.1

Munculnya sebuah reaksi dari masyarakat akibat dari peranmedia yang

mengekspose tema tersebut secara sepoto yaitu “tuhan membusu” sedangkan kelanjutannya “Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan” tidak

disorot. Kehebohan pun terjadi ketika banyak tafsir bermunculan ditengah kehidupan

1

(10)

3

masyarakat. Tanggapan dari berbagai kalang akademisi bermunculan. Saling

menanggapi dengan gagasan yang dicetuskan oleh penulis melalui media cetak.

Selang beberapa hari muncul sebuah opini di jawa pos (JP, 10/9/2014) dari

M. Anwar Djaelani, Pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia

(MIUMI) Jatim dan dosen STAIL-Hidayatullah Surabaya. Menurut beliau

kemunculan opini yang ditulis oleh Masduri seolah posisi dia sebagai juru bicara

untuk menjelaskan kepada public dan dianggap bisa menghidupkan kembali api yang

telah padam. “Lewat artikel tersebut, Masduri bertindak seperti Jubir panitia ospek

itu. … Artikel Masduri bisa menghidupkan lagi api keresahan masyarakat Islam yang

sempat meredup. Lihatlah, Masduri membela panitia ospek yang nyata-nyata telah

dianggap salah oleh pimpinan UIN Surabaya.”2

Salah satu professor di UIN Sunan Ampel Prof. Ach. Muzakki selaku Dekan

Fisip dan Febi UIN Sunan Ampel Surabaya berkomentar melalui tulisannya yang

dimuat oleh jawa pos (JP, 11/09/2014) “Pertama dunia saat ini menurut Marshall

Macluhan (1989) sudah menjadi global village atau kata Kenichi Ohmae (1990)

border less word dunia tanpa batas. Apa yang terjadi saat ini disebuah tempat saat ini

pula bisa diketahui public dimanapun berada. Dunia seakan tanpa sekat. Apalagi

pengaruh media sosial sangat luar biasa. Peran penyebar informasi yang selama ini

didominasi oleh media massa kini juga dimainkan secara apek oleh media sosial.”3

2

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6870/Tuhan-Membusuk-Itu-Sungguh-Merisaukan.htm di akses pada tanggal 05 Mei 2015, Jam 10.00 WIB

3

(11)

4

Ada sebuah ungkapan, pada zaman sekarang “dunia berada dalam genggaman” yang mana kemajuan tekhnologi yang sangat pesat seseorang bisa

mengakses apa saja. Setiap sekian detik selalu ada informasi yang baru bermunculan

didunia maya. Sehingga tidak aneh bila ada suatu fenomena yang mudah diketahui

oleh orang lain. Inilah dunia cyber yang kian memanjakan penggunanya.

Terakhir muncul sebuah opini di jawa pos (JP, 12/9/2014) yang ditulis oleh

Ahmad Sahidah, Dosen Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia.

“Pernyataan dari fundamentalisme ke kosmopolitanisme bisa

menerangkan kata majemuk tersebut. Tuhan akan membusuk (yang ini sama dengan sifat-sifat mustahil Tuhan, seperti mati sebagai keadaan yang berlawanan dengan sifat wajib hayat dalam tradisi Asy’ari) apabila kewujudan Tuhan diringkus oleh kepentingan manusia untuk berkuasa atas nama-Nya. Karena itu, kosmopolitanisme adalah jalan keluar dari fundamentalisme.”4

Fundamentalis merupakan sebuah aliran yang fanatic terhadap nilai-nilai yang

diyakini. Sikap fanatiknya yang luar biasa terkadang sampek menganggap orang lain

diluar anggotanya salah. Sikap yang seperti ini memaang sudah menajalar dalam

kehidupan masyarakat. Menafsirkan segala sesuatu dengan dangkal sehingga muncul

pemahaman yang dangkal pula.

Dari berbagai opini yang dimunculkan dimedia massa nasional membuat

sebuah spirit intelektual baru dikalangan akademisi dan masyarakat. Bahwa diskusi

tentang keilmuan bisa terjadi dimana saja dan bisa mendapatkan reaksi yang Beragam

dari invidu yang menafsiri terhadap sebuah gagasan yang dihasilkan oleh seseorang.

4

(12)

5

Tafsir “tuhan membusuk” banyak yang muncul ketika dilempar ke publik,

secara tersirat ada benarnya tema tersebut dilahirkan untuk direfleksikan kepada

semua kalangan yang mengaku benar dalam membrantas kedzaliman, namun

bagaimana dengan tafsiran yang berbeda sehingga muncul rasa tersinggung dari

kalangan yang lain. Pembacaan ini secara epistemologis ditentukan oleh ruang dan

waktu, bahkan sering kali juga oleh suasana waktu seaat. Demikianlah makna-makna

teks menjadi beragam dan melebar seiring dengan perubahan, disini pembacaan

berubah menjadi upaya mencipta teks diatas teks.

Tuhan yang terbingkai dalam agama mempunyai nilai tersendiri yang diyakini

oleh masyarakat. Tuhan kelompok lain belum tentu sakral bagi kelompok lain, namun

bila rasa tidak sakralnya ditunjukkan kepada masyarakat maka akan timbul berbagai

rasa sensitive. Hubungan nilai dan tujuan masyarakat hanya relative stabil pada setiap

moment tertentu saja, dalam dirinya selalu bergerak perubahan yang lambat namun

kumulatif.

Kelompok yang demikian jelas akan memperlihatkan bentuk kepekaan agama

yang berbeda. Seperti tentang makna, masing-masing kelompok akan menafsirkannya

sesuai dengan kondisi kehidupan yang dihadapi. Cara merasakan titik kritis yang

terkandung dalam masalah ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan akan

(13)

6

mengembangkan hubungan mereka dengan hal diluar jangkauan lewat model

hubungan sosial sehari-hari.5

B.

Rumusan Masalah

a. Apa tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta

Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya?

b. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam

Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya?

C.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam

Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

5Thomas F.O’dea,

(14)

7

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan

acuan untuk dapat memahami Gearakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus

Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater

(OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel

Surabaya)

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Sebagai bahan

acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan

sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya

sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Secara Umum

Hasil temuan penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pribadi

peneliti, jurusan atau program studi, dalam bentuk pengembangan khazanah

keilmuan jurusan atau program studi serta masyarakat luas, termasuk pada

(15)

8

E.

Definisi Konseptual

a. Gerakan Intelektual Mahasiswa

Gerakan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perbuatan atau

keadaan bergerak atau usaha dalam kegiatan sosial politik.6

Intelektual menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah Yang

mempunyai kecerdasan tinggi atau kaum terpelajar.7 Jadi gerkan intelektual

adalah seseorang pelajar yang mempunyai kecerdasan berusaha melakukan

perubahan dibidang sosial politik.

“Beragam definisi intelektual bisa dikelompokkan menjadi dua

kategori. Yang pertama definisi yang menginterpretasikan intelektual dalam kerangka karakteristik-karakterisktik personal, seperti orang yang menjadikan berpikir sebagai kerja, sekaligus bermain atau mereka yang tak pernah puas dengan hal-hal sebagaimana adanya. Yang kedua definisi yang mengaitkan istilah dengan suatu struktur dan fungsi sosial tertentu atau menurut Seymour Martin Lipset, para intelektual sebagai mereka

yang menciptakan, menyebarluaskan dan menjalankan kebudayaan.”8

Dari definisi diatas bahwa intelektual merupakan seorang yang

mempunyai kelebihan memberi sumbasih berupa gagasan melalui proses

berpikir kemudian menyebar luaskan hasil pemikirannya agar bisa dikonsumsi

oleh orang lain. Keunikan dari seorang intelektual inilah yang menjadi cirri

khas dibandingkan dengan orang lain atau orang yang tidak punya latar

pendidikan yang panjang.

6

Tim prima pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Gitamedia Press, 2009), hal. 290

7

Ibid, hal. 349 8

(16)

9

Mahasiswa menurut Peraturan Pemerintah RI No. 30 1990 adalah

peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Sedangkan

mahasiswa menurut kamus bahasa Indonesia pelajar perguruan tinggi.9 Jadi,

mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah peserta

didik yang terdaftar dalam perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya.

Gerakan Intelektual Mahasiswa merupakan sebuah usaha dibidang

sosial politik yang dilakukan oleh seseorang terpelajar yang mempunyai

kecerdasan tinggi dengan tujuan melakukan perubahan yang dipelopori oleh

mahasiswa yang ada di perguruan tinggi.

b. “tuhan membusuk”

“tuhan membusuk” yang di tafsirkan oleh Rahmat Gubernur Fakultas

Ushuludin dan Filsafat, bukan Tuhan Yang Esa melainkan tuhan-tuhan yang

tumbuh dalam diri manusia tanpa sadar menimbulkan kemusrikan. Membaca

realita yang terjadi pada saat ini menggunakan fenomenologi yang ada banyak

orang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik, melegalkan

kebenaran dalam dirinya sendiri sehingga bermuara lahirnya Islam radikal.

Meski manusia memiliki sifat-sifat Tuhan seperti sifat sombong, karena

sombong adalah milik Tuhan, tapi banyak manusia sombong, ini yang

9

(17)

10

kemudian secara pribadi saya mengartikan Musrik Mutasyabihat atas

kemusrikan yang lahir tanpa disadari.”10

F.

Telaah Pustaka

a. Kajian Pustaka

1. Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang lahir dari berbagai tokoh belahan dunia

memberi inspirasi kepada orang-orang yang mempunyai semangat

perubahan. Langakah yang diambil untuk menciptakan perubahan melalui

kampanye atau mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang bisa memberi

penyadaran kepada orang lain. Hal demikian dilakukan agar orang lain bisa

menggali kesadaranya yang terpendam. Upaya-upaya seperti itu biasanya

efektif untuk merangsang kesadaran orang lain.

Paul wikinson mendefinisikan gerakan sosial sebagai tindakan

kolektif yang disengajauntuk mempromosikan perubahan di segala arah

dengan cara apapun termasuk dengan cara kekerasan dan revolusi. John

McCarty dan Mayer Zald mendefinisikan gerakan sosial sebagai

seperangkat pendapat dan keyakinan di dalam kelompok yang

mempresentasikan tuntutan perubahan yang bernilai sosial dibeberapa

elemen dalam struktur sosial.11

10

http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penjelasan-panitia-soal-tuhan-membusuk-di-uin-sunan-ampel.html di akses pada tanggal 07 April 2015, Jam 10.00 WIB

11

(18)

11

Darmawan Triwibowo memaknai gerakan sosial, sebentuk aksi

kolektif dengan orientasi konfliktual yag jelas terhadap lawan sosial dan

politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang

erat oleh actor-aktor yang diikat oleh solidaritas dan identitas kolektif yang

kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye

bersama.12

Cakupan Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang beragam ini dapat disederhanakan dan

ditipologikan dilihat dari besarnya perubahan yang dikehendaki (skala) dan

tipe perubahan yang dikehendaki seperti yang terlihat dalam tipologi David

Aberle berikut: 13

1.1

Tabel Cakupan Gerakan Sosial

BESARAN TIPE

Perubahan Perorangan Perubahan Sosial

Sebagian Alternative Movements Reformative Movements

Menyeluruh Redemptive Movements Transformative Movements

Sumber: Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi

Altertive movement, perubahan ini hanya dikhusukan kepada

sebagian orang tertentu. Perubahan semacam ini tergolong kecil

dibandingkan tipe perubahan yang lainnya semisal, seperti tidak merokok.

Sementara Redemptive movements, perubahan ini mempunyai tujuan

mengubah perilaku perorangan secara menyeluruh. Dimana perubahan

12

Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi, (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2006) hal, xvii-xix

13

(19)

12

tersebut bisa mencakup perilaku yang ada dalam diri manusia, seperti

perubahan dalam bidang keagamaan. Berikutnya yakni Reformative

movement, perubahan semacam ini ingin merubah masyarakat namun

masih dibatasi ruang. Ada sebuah batasan yang ingin dirubah dalam

masyarakat. Karena objek ada objek khusus. Seperti gerakan persamaan

hak kaum perempuan. Terakhir Transformative movements, perubahan

yang diinginkan yaitu secara keseluruhan. Gerakan semacam ini tentunya

mempunyai hambatan dan tujuan yang besar. Ruang lingkup perubahannya

pun lebih luas disbanding ketiga perubahan sebelumnya. seperti gerakan

Komunis di Kamboja.

2. Peran Intelektual Mahasiswa dalam Masyarakat

Mahasiswa sebagai pemegang tonggak estafet kekuasaan dalam

suatu Negara perlu kiranya untuk selalu melakukan refleksi terhadap

realitas disekitarnya. Realitas yang terus mengguliti sebuah fenomena yang

masih tersembunyi dibalik kepentingan-kepentingan sebuah kelompok

untuk meraih tujuan yang diinginkan.

Perubahan yang diinginkan tidak lain adalah sebuah perubahan

yang benar memihak kepada masyarakat kecil. Agen of change dan agen of

control merupakan sebutan yang di cantumkan kepada mahasiswa. Sebutan

tersebut bertujuan mempertegas jiwa mahasiswa yang mana dikenal

dengan kritis dan bisa dijadikan sebuah spirit untuk berjuang mencari

(20)

13

perubahan yang memihak kepada rakyat. Gerakan mahasiswa yang tercatat

oleh sejarah mulai dari tahun 1945, 1966, 1974, 1978 dan 1998. Itu

sebabnya gerakan mahasiswa dipandang sebagai bagian dari gerakan

moral. Pada tahun 1978 diberlakukannya NKK/BKK untuk meredam

gerakan mahasiswa. Pada Regulasi politik ini diperkuat melalui SK

Mendikbud No. 0156/U/1978 tertanggal 19 April 1978, tentang

Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi

Kemahasiswaan (BKK) yang berfungsi mendomestikasi kekuatan

mahasiswa melalui tangan rektorat. Praktis tamatlah independensi gerakan

mahasiswa dengan basis keorganisasian yang dimilikinya.14 Sejak

diberlakukannya konsep tersebut membuat mahasiswa kesulitan melakukan

sebuah gerakan untuk menentang para penguasa yang tidak memihak

kepada rakyat. Namun pada tahun 1990 NKK/BKK dicabut kembali

sehingga puncaknya 1998 mahasiswa berani lagi membuat sebuah gerakan

dan berujung mampu menurunkan Presiden Soeharto.

Abad 15-17 di Eropa merupakan sebuah abad lahirnya para kaum

intelektual, dimana para pencinta ilmu pengetahuan sudah terbebas dari

kungkungan gereja. Pada masa itu disebut hari kebangkitan atau sering

disebut Renaisans. Semakin bebas para pemikir mengungkapkan

gagasannya kepada masyarakat. Tidak ketakutan lagi kepada siapapun

14

Arbisanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan Gerakan Mahasiswa Antara Aksi dan Politik,

(21)

14

Namun, sebelum hari kebangkita hadir, para kaum intelektual

masih sembunyi-sembunyi menyebarkan gagasannya. Ini disebabkan

gereja terlalu mendekte terhadap kaumnya. Apabila sebuah pemikiran lahir

kemudian berbeda dengan yang ada di Gerja maka seorang pemikir

tersebut langsung dihukum. Tentunya sejarah mencata dalam perjalanan

seorang filsof Galileo yang mengukapkan bahwa matahari yang

mengelilingi bumi, bukan bumi yang mengelilingi matahari. Selang

beberapa hari kemudia filsof tersebut langsung dihukum oleh gereja.

Karena menurut para pastorate yang ada di gereja bahwa bumilah yang

mengelilingi matahari.

Seorang pemikir dari Iran yang bernama Ali Syari’ati

mengungkapkan tentang kaum intelektual.

“Iintelektualitas yang terbebaskan dan sadar, yang mampu

berpikir, mencari, menganalisis, dan mengevaluasi segala sesuatu secara kritis, selektif dan bergairah. Berbeda dengan kaum tradisionalis terdahulu, kelas intelektual baru itu tertarik pada metode-metode dan proses-proses analitis-kritis. Abad ke-18 sebagai masa kebangkitan nasional dan revolusi kemerdekaan. Abad tersebut juga merupakan suatu abad humanitarisme. Kaum intelektual masa itu memiliki pemikiran-pemikiran analitis dan pemikiran-pemikiran yang bersifat menyelidik, mereka mendukung

demokrasi, kebebasan, kemanusiaan dan revolusi prancis.15

Kaum intelektual di benua Asia sudah mulai bermunculan

kepermukaan dan bisa bersaing dengan pemiki-pemikir dari benua Eropa.

Asia yang terkenal dengan banyak Negara jajahan merangsang seseorang

15

(22)

15

untuk lahir menjadi seorang intelektual untuk menyoroti berbagai

problem yang di alami oleh masyarakat Asia. Edward Shils di dalam

tulisannya yang sangat umum, dan telah memberikan tanggapan serupa:

“Nasionalisme, populisme, xenophobia dan revitalisme nativistik

(gerakan kebangkitan kembali kaum pribumi), rasa rendah diri, rasa ingin

tahu dan benci menghadapi kebudayaan metropolitan (Negara penjajah),

terdapat di seluruh benua Asia”16

Mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang sedang menempuh di

perguruan tinggi patut diperhitungkan dalam sumbangan pemikiran untuk

memberi perubahan dalam dinamika kehidupan yang tidak pasti. Banyak

orang berpendapat bahwa kaum intelektual terdiri dari para akademisi

yang mana didalamnya inklut juga mahasiswa. Sebagai kaum intelektual

tentunya mempunyai tanggung jawab moral dalam kehidupannya,

sumbangan pemikiran sangat dinantikan oleh masyarakat untuk

membantu member solusi terhadap problem sosial.

Seorang pemikir Harry banda yang sudah populari memberi

gagasan tentang sebuah problemamatika sosial, mengatakan: 17

“, …yang mengembangkan lebih jauh analisis itu

memebedakan antara posisi intelektual didalam masyarakat yang sudah maju dan masyarakat yang sedang berkembang. Di dalam masyarakat barat, kaum intelektual tidak membentuk kelas sosial tersendiri, mereka hidup sebagai pelengkap kelas-kelas lainya dan

16

J. D. Legge, Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan, (Jakarta:PT Pustaka Utama Grafti, 2003) hal, 23

17

(23)

16

akan ditentukan dari segi wawasan, gaya hidup, dan persepsi diri bukan dari segi posisi ekonomi atau kedudukan sosial atau kepentingan bersama. Sebaliknya di dalam masyarakat yang sedang berkembang kaum intelektual memperoleh kedudukan dan pengaruh semata-mata karena mereka adalah intelektual. Anggota-anggotanya membentuk sebuah kelas tersendiri dan karenanya

kaum intelegensia disana memegang kekuasaan politik.”

Individu yang memiliki sebuah karakter lebih dalam berpikir juga lahir

dari masyarakat. Dalam masyarakat biasanya individu seperti itu mendapatkan

tempat khusus dalam kehidupan bermasyarakat. Karakter berpikirnya inilah

yang membentuk sebuah kelas elite sosial, karena demikian hasil

pemikirannya banyak bermanfaat bagi masyarakat yang lain. Untuk

mengambil beberapa contoh karakteristik itu misalnya bahwa mereka itu

adalah orang-orang yang memiliki kapasitas berpikir “lebih” dan kapasitas

untuk mentransendesikan diri terhadap realitas sosial. Ciri-ciri moralis

mereka yang terutama adalah terletak pada komitmen dan tanggung jawab

serta kepedulian yang tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran dan humanitas.18

b. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yaitu berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Taufik Ajuba (2009), mahasiswa Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuluddin dengan judul

“Yayasan Rausyanfikr (Studi Gerak Intelektual Keagamaan di Yogyakarta)”

18

(24)

17

dalam skripsi ini penulis menjelaskan tentang gerakan Intelektual keagamaan

madzhab syi’ah yang di Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian penulis yaitu dalam sisi gerakan intelektual, namun letak sisi

perbedaan penelitian saudara Taufik Ajuba yaitu berfokus kepada gerakan

intelektual keagamaan, sedangakan penulis focus penelitiannya yaitu gerakan

intelektual mahasiswa secara umum tanpa memandang suatu agama tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Maria Ulfah (2011), mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora

dengan judul “Peran KOHATI cabang Ciputat periode 1970-1980 dan

Pengaruhnya terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta”

dalam penelitian ini berfokus menjelaskan peran KOHATI cabang Ciputat

dalam perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu terletak pada berfokusnya

perkembangan intelektual di kalangan mahasiswa, namun sisi perbedaannya

penelitian ini pada KOHATI cabang Ciputat ingin menelaah perkembangan

intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada kurun waktu 1970-1980, sedangkan

penulis focus penelitiannya yaitu suatu gerakan intelektual mahasiswa yang

objeknya nerupakan mahasiswa baru fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN

Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Faizal Mahzan (2012)

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Gerakan

(25)

18

Presiden Republik Indonesia ke 6 di Surabaya” dalam penelitian ini berfokus

menjelaskan suatu gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menurunkan

Presiden ke 6 Republik Indonesia dengan cara menggalang massa sebanyak

mungkin untuk menyampaikan tuntutan. Persamaan penelitian ini dengan

penulis yaitu sama-sama berfokus dibidang suatu gerakan mahasiswa untuk

memberi suatu perubahan, Letak perbedaannya penelitian ini menjelaskan

suatu gerakan mahasiswa melalui turun jalan dan menggalang massa sebanyak

mungkin dengan cara berkonsolidasi deangan oraganisasi ekstra kampus,

sedangakan penulis berfokus pada gerakan mahasiswanya berbasis intelektual

murni yang ditujukan kepada mahasiswa baru di fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

G.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah yang dilakukan oleh peneliti untuk menjawab

suatu permasalahan secara sistematis dengan mengikuti segala aturan serta

langkah-langkah tertentu. Sesuai dengan judul penelitian, yaitu ”Gerakan

Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi

Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)”, maka peneliti dalam penelitianya

(26)

19

penelitian yang dilakukan lebih mendalam sehingga peneliti dapat menemukan

permasalahan di dalam masyarakat secara lebih kompleks.

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan dipakai adalah

deskriptif kualitatif, yaitu peneliti membangun dan mendiskripsikan melalui

analisis dan nalar.19

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a) Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti di

Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang mana kampus tersebut

yang memunculkan tema OSCAAR “tuhan membusuk“: Rekonstruksi

Fundametalisme Menuju Islam Kosmopolitan” sehingga menjadi sorotan

bagi masyarakat umum.

b) Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggali data dengan cara

turun langsung ke lapangan, terkait judul tentang ”Gerakan Intelektual

Mahasiswa (Studi kasus tema ”tuhan membusuk” dalam Orientasi Studi

Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas

Ushuludin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)” dari beberapa

informan, agar dalam penggalian data mendapatkan data yang jelas sesuai

dengan judul peneliti. Agar dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan

19

(27)

20

informasi yang lebih mendalam, peneliti berperan sebagai pengamat

partisipan. Peneliti juga akan menunjukkan identitas peneliti sebagai

mahasiswa yang sedang menjalankan tugas perkuliahan.

Waktu penelitian ini akan berjalan pada bulan April - Juli 2015,

jika dalam proses pengambilan data di lapangan terkendala dengan

berbagai problem, maka peneliti akan memperpanjang waktu penelitian

dengan berkonsultasi pada dosen pembimbing.

3. Pemilihan Subjek Penelitian

Peneliti mengambil subyek dari beberapa Mahasiswa Fakulats

Ushuluddin dan Filsafat dan civitas akademik UIN Sunan Ampel Surabaya

serta bebrapa individu yang dianggap mewakili masyarakat.

Beberapa informan yang dapat mewakili dalam penelitian ini dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

2. Ahlur Roiyan Ketua SEMA Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat

(28)

21

Khoirun Nisak Ushuludin dan Filsafat

8 Abdul Muis Peserta OSCAAR Fakultas

Ushuludin dan Filsafat

Sekretaris PWNU Jawa Timur Surabaya

10. Rijal Mumazziq Zionis, M. H.I

Masyarakat Surabaya

11 Marlaf Sucipto Masyarakat Surabaya

12 Abdul Hamid,

S.Pd

Masyarakat Surabaya

Sumber: Snowball Sampling, pengambilan sampel sumber data yang diawali dengan beberapa informan kemudian mendapatkan refrensi dari informan sebelumnya untuk informan selanjutnya.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Peneliti akan merencanakan suatu penelitiannya, dengan berbagai

tahap-tahap yang harus dipenuhinya:

a) Pengajuan Proposal

Proposal ini ditujukan sebagai awal dari tindakan peneliti untuk

meneliti, dengan proposal yang diterima maka peneliti telah mendapatkan

izin untuk melakukan sebuah penelitian.

b) Turun Lapangan

Setelah pengajuan proposal diterima pada pihak-pihak yag terkait,

peneliti bisa mulai penelitian di lapangan dengan metode-metode serta

langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya.

c) Mengolah Serta Menganalisis Data

Setelah peneliti melakukan semua tahap-tahap di atas, dan telah

(29)

22

mengolah data temuannya untuk bisa dijadikan suatu bentuk temuan atau

kesimpulan yang nyata tanpa menambah mengurangi dari jawaban nara

sumber yang terkait.20

5. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh seluruh data-data dalam penelitian ini, maka

penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Peneliti mengamati

perkembangan tema “tuhan membusuk” yang bersumber dari media dan

masyarakat.

Data yang diperoleh dari observasi ini adalah:

1) Mengetahui letak geografis dari lapangan yang akan diteliti.

2) Mengetahui karakter nara sumber, agar sebisa mungkin narasumber

tidak merasa tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti.

b) Wawancara

Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif, umumnya berisikan daftar pertanyaan yang

20

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif

(30)

23

sifatnya terbuka dan ingin memperoleh jawaban yang mendalam.21 Pada

metode wawancara peneliti akan memberikan beberapa pertanyaan sesuai

dengan tema penelitian, kemudian hasil jawaban informan tersebut akan

dicatat secara tertulis oleh peneliti dan juga merekam perbincangan saat

wawancara berlangsung.

c) Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi adalah pengumpulan data

yang di peroleh oleh peneliti sebagai bukti untuk suatu pengujian. Dokumen

dapat berupa gambar maupun foto-foto, buku-buku, biografi dan tulisan

opini masyarakat yang dimuat dimedia massa yang berkaitan dengan topik

penelitian.

Proses pelaksanaan memperoleh dokumentasi berupa gambar

maupun foto-foto kegiatan OSCAAR di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

buku-buku, serta biografi dari narasumber yang terkait pada judul penelitian

ini ialah peneliti secara langsung menghubungi subyek-subyek penelitian,

untuk mencari data mengenai hal-hal yang terkait dengan topik penelitian.

Dalam pengumpulan data ini peneliti membutuhkan waktu kurang

lebih tiga minggu, dan hasil pengumpulan data nantinya akan dijelaskan

secara deskriptif.

21

(31)

24

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesikanya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.22

Pada bagian analisis data peneliti akan menggunakan beberapa proses

dalam melakukan analisa data yaitu:

1) Memahami

Peneliti akan melakukan suatu pemahaman karena bila pemahaman

dicapai, peneliti bisa menyiapkan cara deskripsi peristiwa, dan data baru

tidak ditambahkan dalam uraian. Dengan kata lain, pemahaman

diselesaikan bila kejenuhan telah dicapai.

2) Sintesis

Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. Pada

langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang khas mengenai

suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya. Pada akhir proses sintesis,

peneliti dapat mulai membuat pernyataan umum tentang peristiwa

mengenai peserta studi.

22

(32)

25

3) Teoritis

Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti akan

mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian teori

yang digunakan dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai pisau analisis.

4) Recontextualisasi

Proses dari recontextualisasi meliputi pengembangan teori lebih

lanjut dan dapat diterapkan untuk kelompok lain yang diselidiki. Di dalam

pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi

dan sesuai konteks.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisis data yang

dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik

berikut:23

a) Analisis Domain.

Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk

memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus

penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum

dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang

ada di dalam data tersebut.

b) Analisis Taksonomi.

Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya

memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran

23

(33)

26

penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam,

dan membaginya lagi menjadi sub domain, dan dari sub domain itu

dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak

ada lagi yang tersisa.

c) Analisis Komponensial.

Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur

dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah

dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Peneliti akan

mendalami pemahaman mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu

ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan

mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan

internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh

pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok

permasalahan.

d) Analisis Tema Kultural.

Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami

gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini peneliti

akan mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai,

dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu,

peneliti akan berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat

(34)

27

yang menyeluruh, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan

dan mana yang kurang dominan.

e) Analisa Komparasi Konstan.

Pada tahap komparasi konstan peneliti mengkonsentrasikan

dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat atau ciri dari data yang

dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan

teoritis yang lebih umum. Di saat peneliti telah mendapatkan informasi

yang berupa deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang

relevan, barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan

hubungan di antara fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian

mengujinya dengan menggunakan porsi data yang lain.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan salah satu pijakan serta dasar

obyektif dari hasil yang dilakukan dengan pengecekan kualitatif. Dalam teknik

pengecekan data yang sudah didapatkan berdasarkan metode pengumpulan

data yang sudah disebutkan diatas, dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a) Perpanjangan waktu penelitian.

untuk mendapatkan data yang lebih valid maka peneliti disini

melakukan perpanjangan waktu selama berada di lapangan dengan harapan

(35)

28

b) Pendalaman obsevasi.

Selain itu peneliti juga akan melakukan pendalaman observasi agar

dalam penelitian yang dilakukan peneliti saat berada di lapangan dapat

dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.

c) Triangulasi data.

Agar dalam penelitian ini mendapatkan data yang lebih banyak lagi

dengan tujuan mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti

melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui tekhnik triangulasi

data. Dalam metode triangulasi data terdapat beberapa cara, salah satunya

menggunakan beberapa sumber data. Peneliti ingin membandingkan dan

mengecek ulang drajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh

peneliti melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka peneliti akan menempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

(36)

29

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

H.

Sistematika Pembahasan

Sebelum peneliti membahas lebih detail, sistematika pembahasan yang

akan penulis gunakan terkait dengan penelitian ini yang diharapkan akan

mempermudah dalam memahami alur dan isi yang termaktub di dalamnya.

Maka pembahasan penelitian ini disistematisir dalam tiga bagian sebagai

berikut:

BAB I: Menjelaskan dan membahas diantaranya latar belakang penelitian,

focus penelitian, penelitian terdahulu, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

definisi konseptual menjelaskan mengenai definisi konsep dari judul yang

telah dipilih peneliti, kerangka teoretik digunakan untuk menganalisa dari

permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya., metode penelitian,

sistematika pembahasan.

BAB II: Kerangka Teoritik

BAB III: Penyajian Data dan analisi data, pada bab ini terdiri dari dua sub

bab, yakni temuan penelitian, bagaimana data itu digali dan ditemukan

beberapa hal yang mendukung penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.

BAB IV: Penutup, pada bab ini terdiri dari simpulan dan rekomendasi,

yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan

(37)

30

BAB II

KONSEPSI INTELEKTUAL TRADISIONAL DAN INTELEKTUAL

ORGANIK – ANTONIO GRAMSCI

A. Riwayat Antonio Gramsci

Eropa merupakan benua yang sangat disegani oleh para manusia dimuka

bumi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Banyak

pelajar berkiblat kepada Negara eropa atas pencapaiannya yang sungguh luar

biasa. Tokoh teori sosial yang lahir dari Eropa sangat banyak, mulai dari Agus

comte, Emil Durkheim, Max Weber, Karl Mar hingga Antonio Gramsci.

Antonio Gramsci lahir di Ales, sebuah kota kecil di Sardinia, Italia, pada

22 Januari 1891.24 Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya yang

bernama Francesco adalah seorang yang kurang beruntung dibandingkan saudara

yang lainnya. Karena Cuma ayahnya yang kurang mendapatkan posisi strategis

dalam pekerjaannya. Kemudian ia menemukana pekerjaan sendiri di Ghilarza,

dia bekerja sebagai direktur Jawatan Registrasi Pertanahan.

Berkat tempat kerjanya di Ghilarza, ayahnya bertemu dengan seorang

gadis kemudian dia menikahinya hingga mempunyai tujuh orang anak. Namun,

pada tahun 1897 ayah terkena nasib sial, ayahnya di pecat dari tempat kerjanya

akibat dicurigai melakukan kecurangan administrative dan setelah itu dipenjara

24

(38)

31

selama enam tahun akibat dugaan ekses dari partai oposisi yang memenangkan

pemilu.

Hidup dalam kemiskinan Gramsci pantang menyerah, ibunya terus susah

payah berjuan untuk selalu merawat anak-anaknya. Pada waktu kecil punggung

Gramsci bungkuk, kemudian dokter berusaha menyangga tubuhnya dengan kayu.

Dalam keadaan kurang gizi ibunya mengirim Gramsci ke sekolah dasar dengan

guru seadanya. Diwaktu luang Gramsci dan kakaknya bekerja ditempat bekas

ayahnya bekerja. Pekerjaan yang berat membuat Gramsci kadang menangis di

tengah malam.

“Aku bekerja mulai umur sebelas tahun dan Cuma mendapat gaji Sembilan lira

selama sebulan (artinya uang itu Cuma cukup membeli dua pound roti setia

harinya). Aku bekerja selama sepuluh jam sehari, termasuk minggu pagi.

Pekerjaan itu terasa cukup berat dibandingkan dengan tenagaku. Setiap malam

aku menangis diam-diam meratapi rasa nyeri yang mendera seluruh tubuh ini”.

Berkat kerja kerasnya akhirnya dia bisa lulus dari sekolah dasar, ketika

ayah sudah bebas dari penjara Gramsci dikirim ke gymnasium di Santu

Lussurgiu, semangat pantang menyerah selalu berkembangbiak sehngga selalu

menemukan ide baru untuk selalu mendapatkan ilmu. Dia menjual makanan yang

dikirim ibunya untuk membeli buku dan Koran.

Ketika dia melanjut sekolahnya di Cagliari, ibu kota Sardinia, disana dia

(39)

32

lebih dulu ada disana. Genaro menjadi pemimpin local sosialis. Dari sini Gramsci

sudah menginjakkan kakinya didunia politik melalui Genaro.

Semenjak perpindahannya ke Turin ini merupakah langkah awal Gramsci

dalam pembetukan intektual dan aktivitas politiknya. Berkat bea siswa yang

didapatkannya dia bisa belajar di Universitas Turin. Tapi bea siswa tak terlalu

cukup memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dia harus tetap berhemat, apa

lagi pada tahun 1913-1915 musim dingin menerpanya sehingga menambah

penderitaan dalam hidupnya.

Ketika Gramsci kuliah di Turin membawa hikmah yang besar, dia mampu

bergaul dengan professor yang ahli dibidangnya masing-masing. Ada yang ahli

dalam bidang sejarah dan linguistic. Dengan begitu dia semakin gampang

mengasah intelektualnya. Tokoh yang berpengaruh pada zamannya di Italia dan

Eropa juga didekati seperti Annibel Pastore yang memperkenalkan filsafat

marxisme perspektif Hegelian

Dengan lingkungan seperti itu Gramsci dan teman-temanya tambah

semangat terjun ke dunia politik. Dia sudah melihat fakta yang sesungguh yang

terjadi di Italia. Jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin sangat

tampak. Turin sebagai kota industri yang sudah modern, meneggelamkan budaya

local. Sebagai mahasiswa fakultas sastra Gramsci melemparkan berbagai kritik

melalui tulisan yang ditelurkan melalui teater.

Pada tanggal 8 November 1926 menjadi hari yang tak bisa di lupakan

(40)

33

pulau Ustica di tepi pantai sisilia, dengan penahanan itu membuat dia kehilangan

kontak dengan istri serta para sahabat-sahabatnya. Pada tanggal 19 Juli ia

dipindahkan ke Turi setelah mendapat perawatan medis ala kadarnya. Gramsci

sebagai tokoh yang berpengaruh di Italia membuat para penguasa menaruh agen

khusus untuk memantau gerak-geriknya.

Gramsci seorang tokoh yang pantang menyerah ingin merubah

masyarakat dari ketidakadilan menuju hidup yang baik. Meskipun penjara telah

menjadi penghadang dia tidak berhenti mengasah intelektualnya dengan cara

banyak membaca buku yang diselundupkan ke penjara dan menulis sebagai

alternative mengabdi kepada keabadian. Sejak dalam penjara dia berhasil

menerbitkan buku yang berjudul “Prison Notebook” suatu ekspresi intelektual

yang canggih dan memberikan kontribusi besar bagi pergulatan pemikiran

marxisme.25

Corak pemikiran Gramsci merupakan roh dari pemikiran Kalr Marx

(18..), yang mana Karl marx selalu mengelukkkan keseimbangan antar kaum

kelas proletar dengan borjuis. Konsep dialektika menjadi sorotan oleh para

intelektual sebelum Gramsci, pada masanya dia mengembangkan konsep tersebut

dalam gerakan sosialnya.

Ia menegaskan bahwa system filsafat adalah seluruh ekspresi yang

ditampilkan dalam seluruh zaman, sementara untuk menjaga kepentingan sosial

politik pada masa itu ia membutuhkan aparat konseptual untuk keberlangsungan

25

(41)

34

kegiatannya. Masyarakat adalah suatu entitas yang dibamis, organic, dan

bukannya statis dan inorganic. Kebutuhan apparatus konseptual ini akan

dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan tahap perkembangannya sendiri.

Perubahan masyarakat selalu saja melibatkan filsafat sebagai gagasan-gagasan

yang membimbing perubahan itu. Jika sebuah perubahan radikal terjadi dalam

masyarakat, maka kerangka kerja intelektual masyarakat yang sesuai dengan

kondisi perubahan itu menjadi suatu kebutuhan mahapenting. 26

Sebuah kerja intelektual yang ada dalam masyarakat tentunya akan

merangsang sebuah kekritisan, dan mampu melihat suatu perubahan yang tepat

atau sesuai dengan harapannya. Intelektual masyarakat akan berbanding lurus

dengan dinamika kehidupan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

B. Intelektual Organik dan Intelektual Tradisional

Kerangka teori yang dimaksudkan dalam bagian ini adalah upaya dalam

rangka mengeksplorasi dan memaparkan teori-teori dari perspektif sosial yang

akan digunakan untuk kajian ini. Penjelasan teoritis perihal masyarakat

menunjukkan adanya bentuk-bentuk lain dari fragmentasi, sebagai perangkap

diskripsi suatu penjelasan harus mengidentifikasi secara jelas proses-proses

kausal dan mekanisme yang termasuk didalamnya.27

Gramsci menyadari pentingnya factor-faktor structural, khususnya

ekonomi dia tidak percaya bahwa factor-faktor structural membawa massa

26

Ibid. hal. 56

27

(42)

35

memberontak. Massa perlu mengembangkan suatu ideologi revolusioner tetapi

mereka tidak dapat melakukannya sendiri. Gramsci bekerja dengan konsepsi

yang agak elitis ketika ide-ide dihasilkan oleh intelektual dan kemudian diperluas

kepada dan dipraktikan oleh mereka. Massa tidak dapat menghasilkan ide

tersebut, dan mereka dapat mengalaminya, sakali dalam eksistensi hanya

berdasarkan keyakinan. Massa tidak mampu mencapai kesadaran sendiri

berdasarkan usahanya sendiri, mereka membutuhkan bantuan kaum elite sosial.

Akan tetapi, ketika massa telah dipengaruhi ole ide-ide itu mereka akan

mengambil tindakan yang mendatangkan revolusi sosial.28

Massa tidak melahirkan ideologinya sendiri, melainkan dibantu oleh elite

(ruling class) yang disebutnya sebagai kelas intelektual, baik intelektual

hegemonic/tradisional maupun intelektual counter hegemonic/organik. Kedua

lapisan intelektual itu bertugas untuk mengorganisasi kesadaran maupun

ketidaksadaran secara terus menerus dalam kehidupan massa. Intelektual

hegemonic bertanggung jawab untuk menjaminpandangan dunia massa konsisten

dengan nilai-nilai kapitalisme yang telah diterima oleh semua kelas masyarakat.

Sebaliknya intelektual counter hegemonic mempunyai tugas memisahkan massa

dari kapitalisme dan membangun pandangan dunia sesuai perspektif sosialis.

Massa dengan demikian tidak cukup dengan menguasai ekonomi maupun

28

(43)

36

aparatus Negara, tetapi memerlukan penguasaan kepemimpinan cultural ditengah

massa.29

Pendekatan utama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Intelektual yang dicetuskan oleh Antonio Gramsci (1891), peran intektual dalam

masyarakat sipil dan dalam transisi menuju sosialisme merupakan tema yang

dibahas secara luas dalam Prison Noteboks. Bahkan Gramsci begitu menekankan

arti penting mereka sehingga rencana awal pada Noteboks adalah menjelaskan

sejarah Intelektual Italia secara komprehensif.

Ada dua tema yang perlu digarisbawahi dari pandangan Gramsci terhadap

intelektual. Pertama, perlunya menghapus perbedaan antara kerja manual dan

kerja intelektual yang telah berlangsung lama dibawah kapitalisme dalam proses

produksi, dalam masyarakat sipil, juga dalam aparat Negara. Kedua, hubungan

antara pengetahuan dan kekuasaan, watak kekuasaan yang lahir dari sesuatu yang

mirip monopoli pengetahuan oleh kelas yang berkuasa dan perlunya perubahan

mendasar dalam hubungan antar manusia dan pengetahuan dalam transisi menuju

sosialisme.

Menurut pandangan Gramsci kaum intelektual adalah semua orang yang

mempunyai fungsi sebagai organisator dalam semua lapisan masyarakat dalam

wilayah produksi sebagaimana dalam wilayah politik dan kebudayaan. Ia

melakukan dobrakan ganda pandangan umum terhadap intelektual; mereka

29

(44)

37

bukan hanya pemikir, penulis dan seniman namun juga organisator seperti

organisator dan pemimpin politik.

Menurut Gramsci ada dua bagian intelektual dalam masyarakat sebagai

berikut30;

1. Intelektual tradisional

Gramsci menyatakan bahwa salah satu karakter penting dari suatu kelas yang

sedang tumbuh adalah perjuangan untuk berasimilasi dan menundukkan

intelektual tradisional secara ideologis. Contoh dari intelektual tradisional

adalah para rohaniawan yang berperan sebagai intelektual organic dari

aristokrasi feodal dan mereka ini sudah ada ketika kaum borjuis mulai

menaiki tangga kekuasaaan. Contoh kedua yang diberika Gramsci adalah

inteltual yang bercorak pedesaan, pendeta, pengacara, dokter dan pegawai

negeri. Mereka itu adalah intelektual tradisional karena terbatas pada

lingkungan kaum tani dan borjuis kota kecil, belum meluas dan tergerak oleh

system kapitalis.

Kita bisa mengemukakan satu penafsiran terhadap definisi Gramsci

bahwa intelektual tradisional adalah mereka yang menjadi intelektual organic

dalam model produksi-model praduksi feodal-yang telah digantikan atau

menjadi intelektual organic dalam model produksi yang sedang dalam proses

digantikan-seperti model produksi kaum borjuis kecil di daerah pedalaman

Italia pada masa Gramsci. Dengan demikian, dari sudut pandang kelas

30

(45)

38

pekerja, semua intelektual organic dari kelas kapitalis adalah intelektual

tradisional.

Dalam kategori intelektual tradisional Gramsci memasukkan bukan

hanya para filosof, sastrawan, ilmuan, dan para akdemisi yang lain, melainkan

juga para pengacara, dokter, guru, pendeta dan para pemimpin militer. Para

intelektual tradisional secara niscaya akan bertindak sebagai antek dari

kelompok penguasa. Kategori intelektual organic menunjuk kepada para

intelektual yang berfungsi sebagai perumus dan articulator dari

ideologi-ideologi dan kepentingan-kepentingan kelas, terutama dikaitkan dikaitkan

dengan ideologi-ideologi dan kepentingan-kepentingan kelas yang sedang

tumbuh (kelas buruh). Setiap kelompok sosial terlahir dalam medan fungsinya

yang pokok, dan bersamaan dengan itu secara organis melahirkan satu atau

lebih strata kaum intelektualnya sendiri yang akan menciptakan homogenitas

dan kesadaran akan fungsi dalam diri kelompok sosial tersebut, bukan hanya

dimedan ekonomi, melainkan juga dimedan sosial dan politik.31

2. Intelektual organik

Dalam catatannya tentang Resorgeminto Gramsci memberikan contoh

intelektual organic dari para pemimpin partai moderat. Mereka adalah

intelektual dan organisator politik dan pada saat sama bos-bos perusahaan,

petani-petani kaya atau manajer perumahan, penguasa komersial dan industry

31

Yudi latif, Inteligensia Muslim dan Kuas Geneologi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20,

(46)

39

dan sebagainya. Mereka menyadari identitas dari yang diwakili dan yang

mewakili dan merupakan barisan terdepan yang riil dan organic dari lapisan

kelas ekonomi papan atas yang disitu mereka masuk didalamnya.

Menurut Gramsci bahwa dalam melakukan pengaturan Hegemoni dan

dominasi Negara terjadilah perkembangan semua hirarki kualifikasi dan pada

aparat Negara terdapatlah berbagai pekerjaan yang bersifat instrumental. Ia

juga menunjukkan jenjang kepangkatan yang komplek dalam tentara, mulai

dari perwira jendral terus kebawah sampai kebintara.

Nampaknya jika ia membuat daftar intelektual organic dari kelas kapitalis

pada abad ke-20 maka mereka itu akan terbagi menjadi:

a. Dalam bidang produksi: para manajer, insinyur, teknisi dan sebagainya.

b. Dalam masyarakat sipil: politisi, penulis terkemuka dan akademisi,

penyiar, wartawan dan sebagainya.

c. Dalam aparat Negara: pegawai negeri, tentara, jaksa dan hakim, dan

sebagainya.

Ia berpendapat bahwa jika kelas pekerja ingin beranjak dari kelas

rendah untuk mengambil alih kepemimpinan bangsa dan membangus

kesadaran politik melalui reformasi moral dan intelektual yang menyeluruh,

mereka harus menciptakan kelas intelektual organiknya sendiri.

Intelektual baru yang dibutuhkan oleh kelas pekerja berbeda jauh

dengan intelektual borjuis. Bentuk keberadaan intelektual tidak bisa

(47)

40

sementara saja dari perasaan dan keinginan, namun dalam perspektif aktif

dalam kehidupan praktis, sebagai pembangun, organisator, penasehat tetap

dan bukan semata-mata ahli pidato (namun pada saat yang sama unggul dalam

semangat matematis yang abstrak).

Dalam pandangan idealis ini, menurut Gramsci, intelektual dianggap

berbeda dan muncul dari atas serta dari luar dunia hubungan-hubungan

produksi. Pada saat yang sama, pandangannya ini ditujukan untuk melawan

pemahaman beku dalam gerakan sosialis, yang melulu berdasarkan penafsiran

ekonoministik dari realitas, atas peran sosial-politik dari kaum intelektual.32

Perbedaan antara intelektual dan non-intelektual tidak pada istilah

intrinsic semata namun tergantung pada fungsi sosial langsung. Tipe

intelektual organic, mengakui hubungan mereka dengan kelompok sosial

tertentu dan memberikannya homogenitas serta kesadaran tentang fungsinya,

bukan hanya dibidang ekonomi tetapi juga dibidang sosial politik. Intelektual

organic adalah intelektual yang berasal dari kelas tertentu bisa jadi berasal

dari kelas borjuis dan memihak mereka, bisa juga berasal dari kelas buruh dan

berpihak kepada perjuangan buruh33.

32

Nezar patria & Andi arief, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2003), hal. 156

33

(48)

41

BAB III

GERAKAN INTELEKTUAL DALAM OSCAAR MAHASISWA FAKULTAS

USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SUARABAYA

A. Profil Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya

1. Sejarah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya

IAIN Sunan Ampel yang diresmikan pada tanggal 5 Juli 1965, lahir

setelah melalui proses perkembangan beberapa tahun lamanya. Dimulai pada

tahun 1961, timbul gagasan dari tokoh-tokoh Islam Jawa Timur untuk

memiliki perguruan tinggi Islam yang bernaung dibawah lingkungan

Departemen Agama.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka para tokoh Jawa Timur

pada tahun itu juga mengadakan pertemuan di Jombang, Jawa Timur. Pada

waktu itu Prof. RH. A. Soenarjo SH, Presiden IAIN Yogyakarta turut hadir.

Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan perguruan

tinggi Islam dan untuk keperluan ini kemudian dibentuk panitia Pendiri IAIN

dengan SK Meteri Agama No. 17 Tahun 1961.

Rapat pertama Panitia Pendiri IAIN, menghasilkan suatu keputusan

(49)

42

Fakultas Tarbiyah di Malang. Keduanya merupakan fakultas cabang dari

IAIN Yogyakarta.

Peresmian kedua fakultas tersebut dilakukan pada tanggal 28 Oktober

1961 oleh Menteri Agama di Surabaya. Dalam hal ini fakultas Syari’ah di

pimpin oleh KH. Syafi’i A. Karim dan Fakultas Tarbiyah Malang dipimpin

oleh Moh. Koesno SH.

Untuk mengelola kedua fakultas tersebut maka pada tanggal 9 Oktober

1961 didirikan yayasan yang diberi nama Yayaysan Badan Wakaf

Kesejahteraan Fakultas Syari’ah dan Fakultas Trabiyah IAIN Cabang

Surabaya.

Ada pun hasil usaha Yayasan Badan Wakaf antara lain:34

1. Menyediakan area tanah untuk membangun sarana IAIN Sunan Ampel

seluas delapan hektar di jalan Jend. A. Yani Wonocolo Surabaya.

2. Menyediakan perlengkapan perkuliahan dan alat-alat administrasi kantor

dan dua kendaraan (Morris dan Chevrolet) masing-masing untuk Fakultas

tarbiyah Malang dan Fakultas Syari’ah Surabaya

3. Memberikan sejumlah uang untuk membeli rumah tempat tinggal KH. A.

Syafi’i A. Karim di Jalan Tales V/18

Selanjutnya didirikan pula satu Fakultas Ushuluddin cabang yang

berkedudukan di Kediri yang diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1964,

34

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI,

(50)

43

dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI. No. 66/1964 dengan Dekan KH.

A. Zaini.

Dalam upaya peningkatan efisiensi, efektifitas dan kualitas pendidikan

di IAIN, dilakukan penataan terhadap fakultas-fakultas di lingkungan IAIN

Sunan Ampel yang berlokasi di luar induk yang dituangkan dalam keputusan

Presiden RI No. 11 tahun 1997, tanggal 21-3-1997, tentang pendirian Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), dengan menetapkan sejumlah 33

STAIN di seluruh Indonesia. Dengan demikian tahun 1997 terjadi

perampingan jenjang S-1 IAIN Sunan Ampel dari 13 fakultas yang di dirikan

di daerah-daerah menjadi 5 fakultas yang berlokasi di Surabaya, yaitu

Fakultas Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuluddin.35

Awalnya Fakultas Ushuluddin mempunyai tiga jurusan dan satu prodi,

yaitu Jurusan Aqidah-Filsafat, Jurusan Perbandingan Agama, Jurusan

Tafsir-Hadis dan Prodi Politik Islam. Sejak tanggal 28 Desember 2009 itu IAIN

Sunan Ampel Surabaya diberi kewenangan untuk menjalankan fleksibilitas

pengelolaan keuangan sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Terhitung mulai

tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel berubah menjadi UIN Sunan

Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun

35

(51)

44

2013.36 Fakultas Ushuluddin berubah nama menjadi Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat. Dengan berubahnya nama tersebut otomatis Fakultas tersebut

mengalami perkembangan yang cukup pesat, dimana dipecahnya beberapa

jurusan menjadi disiplin ilmu sendiri yaitu Prodi Aqidah Filsafat, Prodi

Perbandingan Agama, Prodi Tafsir dan Prodi Hadis sedangkan Poltik Islam

melebur kedalam Prodi Ilmu Politik yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ingin memproduksi seorang ahli

pemikir yang bisa memberi sumbangan atau kontribusi terhadap

perkembangan zaman di masyarakat. Dengan corak berpikirnya yang filosofis

mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat diharapkan menjadi seorang

yang mampu menggagas sebuah gagasan yang mendalam. Analisanya yang

tajam sering kali banyak orang tidak mampu memahami pemikirannya. Di

Fakultas tersebut orientasi pemikiranya kepada ilmu pengetahuan yang

berbasis Islam. Sebagaimana yang tertera dalam visi dan misi Fakultas

tersebut.

2. Visi dan Misi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat37

a. Visi

Menjadi Fakultas ilmu dasar-dasar keagamaan dan pemikiran Islam yang

unggul, kompetitif dan bertaraf internasional.

36

http://www.uinsby.ac.id/id/184/sejarah.html di akses pada 06 April 2015, jam 23.05 37

Gambar

Tabel Cakupan Gerakan Sosial
Tabel 1.2 Daftar Informan
  Tabel 3.1 Daftar jumlah mahasiswa jurusan Filsafat Agama
Table 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait