• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh layanan informasi tata tertib lalulintas terhadap sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu) | Fitria | Jurnal Konseling dan Psikoedukasi 6260 20685 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh layanan informasi tata tertib lalulintas terhadap sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu) | Fitria | Jurnal Konseling dan Psikoedukasi 6260 20685 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TATA TERTIB LALU LINTAS TERHADAP SIKAP BERLALULINTAS SISWA KELAS XII IPS

(Studi di SMA Negeri 1 Palu )

Fitria1

Muh. Mansyur Thalib Ridwan Syahran

ABSTRAK

Kata Kunci : Tata tertib lalu lintas, Sikap berlalulintas

(2)

PENDAHULUAN

Pendidkan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dimana pendidikan dapat menyiapkan manusia yang mampu mempertahankan dan mempertinggi kualitas kehidupannya, sehingga dapat meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan memiliki fungsi untuk membimbing manusia supaya benar-benar menjadi manusiawi dan fungsional sesuai dengan kodratnya, dengan tujuan agar pada diri manusia terjadi perubahan tingkah laku yang komperhensif.

Program Bimbingan dan Konseling dalam suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan dalam perkembangan siswa. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dialaminya dan dapat bertindak secara kreatif dan dinamis dalam membuat rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya.

Siswa dalam perkembangannya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang timbul berawal dari sikap dan perilaku siswa di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Masalah yang timbul khususnya ditinjau dari lingkungan masyarakat yaitu sering kali terjadi pada diri siswa seperti pelanggaran-pelanggaran tata tertib berlalu lintas.

Banyak terjadi dikalangan siswa sebagai pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan berlalulintas dengan baik. Kebiasaan dan etika dalam berlalulintas sangat buruk dan memprihatinkan. Sikap dan perilaku siswa sekarang ini belum memahami etika dalam berlalulintas dengan baik. Dengan faktor psikologis yang kurang stabil sangat mempengaruhi etika remaja dalam berkendara.

(3)

keluarga adalah tempat penanaman nilai moral pertama kali pada perkembangan diri anak dan psikologisnya.

Pelanggaran yang pernah dilakukan oleh siswa diantaranya adalah mengemudi lebih dari dua orang tanpa menggunakan helm, kecepatan berkendara yang tidak terkontrol, mengemudi tanpa SIM, mengemudi dengan jarak yang terlalu dekat dengan kendaraan lain, menggunakan knalpot racing, menerobos lampu merah dan ugal-ugalan. Perilaku tidak taat berlalulintas yang dilakukan secara sengaja cenderung meningkatkan resiko tabrakan dan dimotivasi oleh ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan upaya untuk menghemat waktu.

Pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut menyebabkan angka kecelakaan semakin meningkat tiap tahunnya yang akan menimbulkan banyak sekali gangguan keamanan dan ketertiban lalu lintas. Sehingga untuk mengatasinya maka siswa/remaja dituntut untuk mengetahui dan memahami pengetahuan tata tertib berlalulintas.

Berasarkan latar belakang di atas, dianggap perlu diadakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa dalam bentuk kerjasama antara pihak sekolah dan pihak kepolisian guna meningkatkan keamanan dan ketertiban lalu lintas. Semua hal tersebut tentu saja diupayakan untuk meningkatkan kesadaran pelajar dalam menaati tata tertib berlalulintas. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang pengaruh pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas terhadap sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS SMAN 1 Palu.

(4)

Sikap berlalulintas adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh pengendara pada saat berlalu lintas di jalan. menurut Likert, L (1932) mengemukakan bahwa “sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan”, sedangkan menurut Eagly & Chaiken (1993) juga mengemukakakan bahwa “sikap adalah sebuah hasil evaluasi terhadap

objek yang diekpresikan kedalam proses-proses kognitif ,efektif, dan perilaku”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment research). Penelitian ini di buat seolah-olah ada kelas yang lain sebagai pembanding karena tidak semua indikator tentang berlalu lintas siswa di sekolah mampu dikontrol sehingga jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian di laksanakan di SMA Negeri 1 Palu Jln. Gatot Subroto no 70 Palu, Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 yang berjumlah 25 siswa. pengambilan data dan pelaksanaan penelitian adalah pada bulan November tahun 2015.

Teknik pengumpulan data ini adalah angket. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (subjek penelitian) atau dikumpulkan peneliti dalam berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dalam penelitian ini adalah observasi langsung kegiatan subjek peneliti serta wawancara langsung dengan guru BK. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis data deskriptif menggunakan rumus presentase (Thalib, M. 2009) dengan menggunakan pedoman klasifikasi (Thalib, M. 2007). Sedangkan analisis inferensial menggunakan rumus korelasi product moment. Untuk menentukan apakah hipotesis nol ditolak atau tidak maka hitungdikonsultasikan dengan harga kritik tabeldengan taraf signitif 95 %. (α = 0,05) Jika hitung > tabel maka H0 ( hipotisis nol) ditolak, jika hitung ≤ tabel maka H0 diterima.

HASIL

Hasil Analisis Deskriptif

Deskripsi data sikap berlalulintas

(5)

Klasifikasi dan Persentase Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum diberikan Layanan Informasi Tata Tertib Lalu Lintas

No Klasifikasi Sikap Berlalulintas Siswa F %

1 Sangat positif 0 0

2 Positif 10 40

3 Negatif 12 48

4 Sangat negatif 3 12

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat dari 25 orang siswa yang menjadi subjek peneliti, tidak ada atau 0% siswa yang memiliki sikap sangat positif berlalulintas, 10 atau 40% siswa memiliki sikap positif berlalulintas,12 atau 48% siswa yang memiliki sikap negatif dalam berlalulintas, dan ada 3 atau 12% siswa memiliki sikap yang sangat negatif berlalulintas.

Klasifikasi dan Persentase Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum diberikan Layanan Informasi Tata Tertib Lalu Lintas

No Klasifikasi Sikap Berlalulintas Siswa F %

1 Sangat positif 6 24

2 Positif 13 52

3 Negatif 6 24

4 Sangat negatif 0 0

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat dari 25 orang siswa yang menjadi subjek peneliti, 6 atau 24 % siswa memiliki sikap sangat positif berlalulintas, ada 13 atau 52% siswa memiliki sikap positif berlalulintas, ada 6 atau 24% masih memiliki sikap negatif berlalulintas dan tidak ada atau 0% siswa yang memiliki sikap sangat negatif berlalulintas.

Deskripsi Peningkatan Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum Dan Sesudah diberikan Layanan Informasi Tata tertib Lalu Lintas

(6)

Tabel 3. Deskripsi Peningkatan Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum Dan Sesudah diberikan Layanan Informasi Tata tertib Lalu Lintas

N o Klasifika si SBL Sebelum Diberikan Layanan (ITL) Sesudah Diberikan Layanan (ITL) Peningk atan SBL % 1 Sangat

Positif 0 3,6,7,9,11,14 6

24 2 Positif 3,6,7,9,11,14 ,15,17,18,19 1,4,8,10,12,1 6,20,21,22,,1 5,17,18,19 9 36 3 Negatif 1,4,8,10,12,1 6,20,21,22,2 3,24,25 2, 5,13,

23,24,25 3 12

4 Sangat

Negatif 2,5,13 0 0

Jumlah 25 25 18 72

Ket: SBL (sikap berlalulintas)

ITL (Informasi tata tertib lalu lintas)

Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa peningkatan sikap berlalulintas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas adalah 6 atau 24% siswa memiliki sikap sangat positif berlalulintas yaitu siswa nomor 3, 6, 7, 9, 11 dan 14. Ada 9 atau 36% siswa memiliki sikap positif berlalulintas yaitu siswa nomor 1, 4, 8, 10, 12, 16, 20, 21, dan 22, terdapat 3 atau 12% siswa memiliki sikap berlalulintas negatif yaitu siswa nomor 2,5 dan 13 Sehingga siswa yang mengalami peningkatan sikap berlalulintas sebanyak 72%. Hal ini menunjukkan bahwa layanan informasi Informasi tata tertib lalu lintas di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu berpengaruh pada peningkatan sikap berlalulintas siswa.

Analisis Inferensial

[image:6.595.99.422.102.329.2]
(7)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu, sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas dari 25 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, tidak ada siswa yang memiliki sikap sangat positif berlalulintas, ada 10 atau 40% siswa memiliki sikap positif berlalulintas, 12 atau 48 % siswa yang memiliki sikap negatif dalam berlalulintas, dan ada 3 atau 12% siswa memiliki sikap sangat negatif berlalulintas.

Hal ini menunjukkan bahwa sikap berlalulintas siswa masih ada yang negatif dan sangat negatif. Misalnya masih ada siswa yang kurang mendapat informasi tentang tata tertib lalu lintas sehingga memicu terjadinya pelanggaran dalam berlalulintas. Pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi dan menghindari siswa dari bahaya akibat melanggar tata tertib lalu lintas .

Peningkatan sikap berlalulintas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas adalah 72%. Peningkatan tersebut terjadi karena materi layanan informasi tata tertib lalu lintas yang diberikan oleh polisi yang berkerja sama dengan peneliti sangatlah tepat yakni pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga diberikan materi tentang rambu-rambu lalu lintas, jenis-jenis pelanggaraan dan sanksinya dan tata cara berlalulintas yang baik dan benar.

Hasil analisis inferensial memberikan gambaran yang jelas mengenai peningkatan sikap berlalulintas siswa di sekolah sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rata-rata skor sikap berlalulintas siswa sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas yaitu 46,32 sedangkan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas rata-rata skor sikap berlalulintas siswa berubah menjadi 57,32. Berarti selisih rata-rata siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas yaitu 10,72

Peningkatan sikap berlalulintas siswa antara lain ialah siswa akan mengendarai sepeda motor harus menggunakan helm, siswa tidak akan menggunakan jalaan raya sebagai tempat balapan, siswa tidak akan mengabaikan tata tertib lalu lintas meskipun dalam keadaan terburu-buru, siswa tidak akan mengendarai dengan menggunakan handphone, siswa tidak ugal-ugalan di jalan raya, spion sepeda motor yang hendak digunakan harus ukuran standar.

(8)

sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas sebagian siswa kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai tata tertib lalu lintas .

Peningkatan sikap berlalulintas siswa terjadi karena materi layanan informasi tentang tata tertib lalu lintas yang dilaksanakan peneliti dengan mengundang narasumber adalah tepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau merubah sikap berlalulintas siswa adalah dengan pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Cristina Damayanti pada tahun 2014 yang berjudul meningkatkan perilaku disiplin berlalulintas dengan menggunakan layanan konseling kelompok yang menunjukan bahwa perilaku disiplin berlalulintas siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan konseling kelompok Sehingga dapat disimpulkan dengan pemberian layanan bimbingan dan konseling baik berupa layanan informasi maupun layanan konseling kelompok maka dapat meningkatkan sikap berlalulintas siswa.

Layanan bimbingan dan konseling memiliki peran yang penting dalam meningkatkan sikap berlalulintas siswa dapat dilihat dari perubahan dan peningkatan sikap berlalulintas, masalah sikap berlalulintas siswa yang kuraang baik dapat ditangani dan diselesaikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa peran bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam menangani sikap berlalulintas siswa yang kurang baik bahkan dapat meningkatkan kualitas sikap berlalulintas siswa semakin baik pula. Walaupun masalah sikap berlalulintas yang lebih mengarah pada bidang hukum namun ternyata peran pendidikan khususnya program bimbingan dan konseling yaitu dengan memberikan layanan informasi akan sangat menunjang dan membantu dalam memahami dan mengatasi masalah siswa.

PENUTUP Kesimpulan

(9)

berlalulintas, 52% siswa memiliki sikap positif berlalulintas dan 24% siswa yang memiliki sikap negatif berlalulintas. 3) Ada pengaruh positif layanan informasi tata tertib lalu lintas terhadap sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Palu.

Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang dikemukakan, maka saran yang dapat diberikan ialah: 1) Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah agar menindak lanjuti siswa nomor 2, 5, dan 13 karena sikap berlalulintas ketiga siswa tersebut masih dalam klasifikasi negatif. Diharapkan agar ketiga siswa tersebut mendapat pengarahan dan bimbingan dari pembimbing. 2) Bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu yang telah memiliki sikap berlalulintas yang sangat positif agar terus mempertahankannya dan berbagi informasi kepada teman-teman lainnya yang belum mengetahui dan memahami. 3) kepala sekolah agar lebih memperhatikan usaha peningkatan sikap berlalulintas siswa melalui pelakasanaan layanan informasi tata tertib lalu lintas. 4) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa, hendaknya lebih mengembangkan layanan informasi tata tertib lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin.(1995).Sikap Manusia:Pustaka Pelajar.

Damayanti, C. (2014). Meningkatkan Perilaku Disiplin Berlalulintas dengan Menggunakan

Layanan Konseling Kelompok. [Online] tersedia:

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/viewFile/2745/1886 [ 20 Juli 2015 ]

Dewi,Wawan.(2010).Teori & Pengukuran Pengetahuan,Sikap,dan Perilaku Manusia.Muha Medika.

Menteri Perhubungan Republik Indonesia, No PM 13 Tahun 2014 Tentang Rambu-Rambu

Lalu Lintas [ Online ] tersedia:

file:///C:/Users/ariel/Downloads/pm13tahun2014fix.pdf [ 02 Agustus 2015] Prayitno dan Anti. E, (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Sudijono. S, (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Sukardi. D. K. dan Kusmawati.N, (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

(10)

Thalib. M, (2009). Statistik Pendidikan. Palu: Tadulako University Presss

Usman. H. dan Akbar. S. P. R, (1995). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sekretariat Negara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:Sekretariat Negara

Lelangayaq.Y.L.P, (2013). Hubungan antara Polisi lalu lintas dengan pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan remaja di kota Malang (Online )

Gambar

Tabel 3. Deskripsi Peningkatan Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum Dan Sesudahdiberikan Layanan Informasi Tata tertib Lalu Lintas

Referensi

Dokumen terkait

Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulisan skripsi yang berjudul ” Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

Sedangkan kelas pemanfaatan tanah yang paling tinggi dari pengolahan yang telah dilakukan di Kecamatan Banyumanik yaitu kelas tidak ada pemanfaatan dengan luas sebesar

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adakah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dengan metode tafsir al-Qur’an seperti ini, menurut Hanafi, seorang Mufasir yang ingin mendekati makna al-Qur’an tidak saja mendeduksi makna dari teks, tapi

Hubungan antara Pengetahuan ibu hamil Tentang kekerangan energy kronik dengan kejadian kekurangan energi Kronik pada ibu hamil di puskesmas kajoran II magelang ;

Rendahnya penyerapan yang terjadi pada pH 5,0; 6,0; dan 7,0 ini disebabkan karena adanya beberapa kemungkinan yaitu pertama, karena pada pH rendah terjadi persaingan antara H +

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU