• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PESAN DAKWAH HJ. MUNAWAROH TERHADAP AKHLAK REMAJA DI DESA SEPANJANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PESAN DAKWAH HJ. MUNAWAROH TERHADAP AKHLAK REMAJA DI DESA SEPANJANG."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

FAJRIYAH RAKHMA DEWI

B01212007

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagaisivitasakademika UINSunanAmpel Surabaya, yang bertandatangan di bawahini, saya:

Nama : Fajriyah Rahma Dewi

NIM : B01212007

Fakultas/Jurusan : KomunikasidanPenyiaran Islam

E-mail address : rahma_dewi500@yahoo.com

Demi pengembanganilmupengetahuan, menyetujuiuntukmemberikankepadaPerpustakaanUIN SunanAmpel Surabaya, HakBebasRoyalti Non-Eksklusifataskaryailmiah :

Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)

yangberjudul :

PENGARUH PESAN DAKWAH HJ. MUNAWAROH TERHADAP AKHLAK REMAJA DI

DESA SEPANJANG

Beserta perangkat yang di perlukan (bilaada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan

menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltex tuntuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dana tau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN

Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang

timbulataspelanggaranHakCiptadalamkaryailmiahsayaini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 23 Agustus 2016

Penulis

(6)

ABSTRAK

Fajriyah Rakhma Dewi, NIM. B01212007, 2016. Pengaruh Pesan Dakwah Hj.

Munawaroh Terhadap Akhlak Remaja di Desa Sepanjang . Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Pengaruh Pesan Dakwah terhadap Akhlak Remaja.

Ada dua rumusan masalah yang ada di dalam skripsi ini, yaitu: (1)Pengaruh pesan dakwah Hj. Munawaroh terhadap akhlak remaja di Desa Sepanjang. (2) Sejauh mana pengaruh pesan dakwah Hj. Munawaroh terhadap akhlak remaja di Desa Sepanjang. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektif pesan dakwah Hj. Munawaroh terhadap akhlak remaja.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah pendekatan kuantitatif dengan analisis produc moment dan jenis penelitian korelasi antara variabel yang satu dengan yang lainnya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ……….... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ……….. ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... iv

PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ………... v

ABSTRAK ………. vi

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .... 7

F. Hipotesis Penelitian ………... 7

G. Definisi Operasional .... ...……….. 8

H. Sistemati Pembahasan ... 14

BAB II : KAJIAN PUSTAKA PESAN DAKWAH DAN AKHLAK

7. Karakteristik Pesan Dakwah... 33

8. Efektifitas Pesan Dakwah ... 35

a. Indikator Efektifitas ... 37

b. Komunikasi Efektif ... 39

B. Akhlak Remaja ...………. 41

1. Pengertian Remaja ... 41

2. Sifat-sifat Remaja ... 42

3. Pengertian Akhlak ... 44

4. Akhlak terhadap Tetangga ... 45

5. Akhlak terhadap Orang Tua... 46

(8)

BAB III : METODE PENELITIAN ……….. 50

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .……… 50

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian .... 52

C. Populasi ...………... 54

D. Sampel ………...………. 55

E. Hipotesis ...………. 59

F. Tehnik Pengumpulan Data ..……….. 59

G. Tehnik Analisis Data ……….. 62

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ………….. 68

A. Profil Hj. Munawaroh ……… 68

B. Penyajian Data dan Analisis Data .………. 70

1. Penyajian Data ... 70

2. Analisis Hasil Penelitian ...… 71

BAB V : PENUTUP ………... 102

A. Kesimpulan ……… 102

B. Saran ...………. 103

DAFTAR PUSTAKA ………. 104 BIODATA PENULIS

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Responden ...……… 57

Tabel 3.2. Perhitungan menjadi angka indeks kolerasi “r” product moment 66 Tabel 3.3. Interpretasi “r” Product moment ...……….. 67

Tabel 4.1. Distribusi Data Hasil Angket Responden ...……… 72

Tabel 4.2. Pertanyaan item soal no 1 ...……… 73

Tabel 4.3. Pertanyaan item soal no 2 …...……... 74

Tabel 4.4. Pertanyaan item soal no 3 …...………….. 75

Tabel 4.5. Pertanyaan item soal no 4 …...………….. 76

Tabel 4.6. Pertanyaan item soal no 5 …...………….. 76

Tabel 4.7. Pertanyaan item soal no 6 …...…………... 77

Tabel 4.8. Pertanyaan item soal no 7 …...…………... 78

Tabel 4.9. Pertanyaan item soal no 8 …...…………... 78

Tabel 4.10. Pertanyaan item soal no 9 …...………….. 79

Tabel 4.11. Pertanyaan item soal no 10 …...………….. 80

Tabel 4.12. Distribusi Data Hasil Angket Responden...………….. 81

Tabel 4.13. Pertanyaan item soal no 1 …...………….. 83

Tabel 4.14. Pertanyaan item soal no 2 …...………….. 84

Tabel 4.15. Pertanyaan item soal no 3 …...………….. 84

Tabel 4.16. Pertanyaan item soal no 4 …...………….. 85

Tabel 4.17. Pertanyaan item soal no 5 …...………….. 86

(10)

Tabel 4.19. Pertanyaan item soal no 7 …...………….. 87

Tabel 4.20. Pertanyaan item soal no 8 …...………….. 88

Tabel 4.21. Pertanyaan item soal no 9 …...………….. 89

Tabel 4.22. Pertanyaan item soal no 10 ...………….. 89

Tabel 4.23. Daftar Jawaban tertinggi dari tiap item soal Pesan .…….. 91

Tabel 4.24. Daftar Jawaban tertinggi dari tiap item soal Akhlak .…… 94

Tabel 4.25. Tabel kerja Kolerasi Product Moment ...…….. 96

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam berasal dari kata ملس terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajarannya.1 Agar manusia bisa melaksanakan apa yang telah di perintahkan, diperlukan dakwah.

Di tinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti: panggilan, seruan atau

ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Dawatan). Orang yang berdakwah biasa disebut

dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang di dakwahi

disebut dengan Mad’u.2

Dakwah merupakan sebuah risalah universal, dakwah kepada manusia secara keseluruhan dan sebagai rahmat bagi setiap hamba Allah, Arab maupun non Arab, setiap negeri Allah Barat maupun Timur dan semua warna kulit.3

Setiap kali mendengar kata dakwah yang terlintas di sebagian orang adalah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang hanya sebatas dengan lisan misalnya ceramah dan khubah. Hal itu tidak bisa dipungkiri walaupun pada

1 Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’arif (Bandung, 1989, hh. 56-57.

2 Ahmad Warson Munawir. Kamus Al-Munawwir. (Surabaya: Pustaka Progesif, 1997),

hh. 406-407.

(12)

dasarnya dakwah dapat di sampaikan dalam bentuk atau metode lain yaitu dakwah bil Hal (perbuatan) dan bil Qolam (tulisan).

Pada dasarnya dakwah merupakan tugas pokok para Rosul mereka diutus untuk berdakwah kepada kaumnya agar mereka beriman kepada-Nya seperti yang di gariskan dalam syariat yang dibawanya4

Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari muka bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang membawa pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran.5

Al-Qur’an sumber materi yang di pakai oleh da’i. Al-Qur’an juga sebagai

kalam Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman hidup manusia agar selamat dunia dan akherat. Al-Qur’an menjadi mu’jizat terbesar, bagi orang yang membacanya akan

mendapatkan pahala ibadah. Ibadah yakni menghamba hanya kepada Allah, sehingga ketika membaca Al-Qur’an semata mengikuti perintah Allah yang

dilakukan dengan ihklas, untuk mendekatkan hamba kepada-Nya agar memperoleh karunia serta syafa’at kelak di akherat.

4 Alwaisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam membentuk Da’i dan khatip profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 9.

(13)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang

yang fasik”.6

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai bahwa tata cara memberikan sesuatu lebih penting dari pada sesuatu yang di berikan sendiri. Apabila posisi kita kuat, bisa menjaga kehormatan dan harta dari gangguan dan kezaliman kaum kafir, bahkan jika seandainya ada saudara kita yang bermaksud berbuat mungkar kita wajib menjegahnya. Imam Muslim meriwayatkan, sanadnya dari Abu Zaid ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda:7

“Siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah mengubahnya dengan tangan. Bila tidak mampu, maka (hendaklah mengubahny) dengan lisannya, bila tidak mampu maka (hendaklah mengubahnya) dengan hatinya dan ini merupakan selembah-selembah

iman”.

Banyak cara untuk menyampaikan sesuatu itu salah satunya dengan cara dakwah bil lisan. Dakwah bil lisan adalah suatu teknik atau metode dakwah dengan berbagai cara berbicara seorang da’i pada waktu aktifitas dakwah.

Dakwah bil lisan ini bisa berupa ceramah, propaganda, kampanye, khutbah,

6 Kementrian Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan Terjemahnya (Q.S. Ali Imran

[3]: 110)

(14)

mengajar, training, seminar dan sebagainnya. Dakwah bil lisan kerap disebut retorika dakwah.

Efektifitas dakwah dengan segala kegiatannya yang akurat dapat berjalan dengan efesien dan bahkan menjadi pendorong bagi perubahan umat ke arah yang baik. Oleh karena itu untuk melakukan kegiatan berdakwah maka di perlukan penyampaian kepada audien atau mad’u dengan menggunakan

bahasa yang lugas, menarik, bijaksana sehingga komunikasi menjadi menarik.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”.8

Lingkungan di Sepanjang termasuk heterogen dan juga dalam hal finansial rata-rata menengah ke atas yang dilihat kurang dalam melakukan hubungan dengan lingungan sekitar. Remaja di Sepanjang mempunyai kesibukan masing-masing. Mulai dari sekolah, dan ada juga yang sudah kerja. Sebagai remaja, mereka juga berkumpul dengan teman-temannya dengan kebiasaan yang baik kumpulan IPBU-IPPNU bahkan bermalam, sehingga mereka jarang di rumah.

8 Kementrian Agama Republik Indonesia Al-Qur’an dan Terjemahnya (Q.S. An Nahl

(15)

Dalam hal keagamaan, remaja di Kelurahan Sepanjang bisa di katakan terlihat bagus. Hal ini diartikan bahwa dalam hal berjamaah di masjid, sering ditemui remaja yang pergi ke masjid untuk salat berjamaah. Dan banyak juga orang tua yang pergi ke masjid.

Dalam ajaran Islam, komunikasi mendapat tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan. Komunikasi tidak harus dilakukan sesama manusia atau lingkungan hidupnya, melainkan juga komunikasi kepada Tuhan. Dari

sekian banyak da’i-da’i yang mampu membuat mad’u terkesan akan

suaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya, salah satunya adalah Hj. Munawaroh dakwahnya beliau selalu di selingi dengan banyak syair dan gurauan dari setiap materi dakwah yang beliau sampaikan. Beliau adalah sosok alim ulama’ yang cukup sukses dalam

menyampaikan dakwahnya kepada jama’ahnya. Dengan sistem

penyampaian dakwahnya, yang selalu di selingi dengan banyak variasi syair dan materi cukup menarik. Sehingga beliau dapat memberikan pemahaman yang mudah di pahami oleh mad’u. Seorang figur yang selalu

dapat di jadikan contoh oleh jama’ahnya dalam hal bersyair, beliau

berbicara dengan nada yang bervariasi namun mudah di pahami.

(16)

“Pengaruh pesan Dakwah Hj. Munawaroh terhadap akhlak remaja di desa.

Sepanjang.”

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini

tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan

permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pesan dakwah Hj. Munawaroh terhadap akhlak

remaja di desa sepanjang?

2. Sejauh mana pengaruh pesan dakwah Hj. Munawaroh terhadap akhlak

remaja di desa sepanjang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pesan dakwah Hj. Munawaroh terhadap

akhlak remaja di Desa Sepanjang.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pesan dakwah Hj. Munawaroh

terhadap akhlak remaja di Desa Sepanjang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Akademik

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya

(17)

satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana strata satu

(S1).

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bahwa

perlunya menigkatkan spiritualitas mahasiswa.

2. Praktis

Bagi remaja dapat dijadikan refrensi tambahan untuk mendukung

tercapainya akhlak dari pesan Hj. Munawaroh terutama remaja di

Desa Sepanjang.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh

pesan dakwah Hj. Munawaroh dan sejauh mana Pengaruh pesan dakwah,

lokasi yang diambil adalah Musholla Roudhotul Abidin Sidoarjo.

Agar jelas dan tidak meluas pembahasan dalam skripsi ini, maka kiranya

peneliti untuk memberikan batasan masalah adalah:

1. Pembahasan tentang apakah ada pengaruh pesan dakwah Hj.

Munawaroh.

2. Pembahasan tentang sejauh mana pengaruh pesan dakwah.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata ”hypo” artinya dibawah “Thesa” artinya

(18)

perlu diuji.9 Hipotesis merupakan jawaban sementara rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pernyataan. Di katakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagi jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik.10

Sehubungan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka terdapat

dua hipotesis dalam penelitian ini yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu:

1. Dalam penelitian ini hipotesis nihil (Ho) adalah pesan dakwah Hj.

Munawaroh tidak ada pengaruh dengan akhlak remaja di Desa

Sepanjang.

2. Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternative yang menyatakan

pengaruh antara variabel X dan Y atau adanya perbedaan dua

kelompok.11

G. Definisi Oprasional

Sebagi upaya antisipasi agar judul atau tema yang penulis angkat tidak

menimbulkan persepsi dan interpretasi yang kliru maka diperlukan penjelasan

yang lebih detail.

1. Pesan Dakwah

9 Suharmisi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan oPraktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 1989), hh. 67-68

10 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (cv.

ALFABETA,2012), cet. Ke-15, h. 64

(19)

Dakwah merupakan sebuah risalah universal, dakwah kepada manusia secara keseluruhan dan sebagai rahmat bagi setiap hamba Allah, Arab maupun non Arab, setiap negeri Allah Barat maupun Timur dan semua warna kulit.12

Syaikh Abdullah Ba’alawi mengatakan bahwa dakwah adalah

mengajak membimbing, dan memimpin orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk di alihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, menyeruh mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.13

Pesan dakwah adalah al-Islam atau syariah, sebagaimana

kebenaran hakiki yang datang dari Allah melalui Malaikat Jibril kepada

para nabi-Nya, dan sampai kepada nabi terakhir, yakni Muhammad SAW.

Pesan dakwah ini di al-Qur’an diungkapkan dengan terima yang beragam

yang menunjukkan fungsi kandungan dan ajaran-Nya, misalnya dalam

Al-Qur’an surat An-Nahl 125 disebut dengan sabili rabbika (jalan

Tuhanmu).14

Pesan-pesan (message) ini bersumber dari Al-Qur’an yang

berbunyi sebagai berikut:

12 Yusuf Qardhawy, Pengantar Kajian Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), h.

339

13 Drs. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA, 2012), h. 2

14 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung, CV Pustaka Setia

(20)



“Orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya

dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan

cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan”.15

2. Akhlak Remaja

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang

berarti tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut

istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia

yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya

suatu pemikiran dan paksaan.16

Pengertian akhlak lebih lebih tepat di fokuskan pada subtansinya

bahwa akhlak adalah sifat yang telah terpatri dan melekat dalam jiwa

seorang manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan secara spontan

dan mudah, tanpa dipaksa atau di buat-buat. Akhlak juga bisa di katakan

tindakan yang di lakukan manusia tanpa melalui pertimbangan tertentu

sebelumnya, dan muncul menjadi suatu kebiasaan.17

Dibandingkan dengan sejarah umat manusia, pengakuan terhadap

adanya kurun usia tertentu yang disebut “remaja” relatif masih sangat

baru. Mendefinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulintnya

dengan menetapkan definisi remaja secara umum. Masalahnya adalah

15 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media Pratama 1997,) h. 42 16

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/pengertian-akhlak-dalam-islam-terlengkap.html

17 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf. (Surabaya :

(21)

karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatan

sosial-ekonomi maupun pendidikan. Kita bisa menjumpai masyarakat

golongan atas yang sangat terdidik dan menyerupai masyarakat di

negara-negara Barat dan kita bisa menjumpai masyarakat semacam masyarakat

Samoa. Dengan prkataan lain, tidak ada profil remaja Indonesia yang

seragam dan berlaku secara Nasional.18

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa,

meliputi semua perkembangan yang di alami sebagai persiapan memasuki

masa dewasa. Sebelum anak memasuki masa remaja, kehidupannya teratur

dan mengikuti tata cara tertentu. Setelah memasuki masa remaja, maka

terasa seolah-olah “kehilangan kemudi”, kehilangan arah. Tindak

-tanduknya acapkali mengalami tantangan baik dari teman sebaya maupun

generasi yang lebih tua. Seringpula tindakan-tindakan mereka sudah di

luar batas kesopanan.19

Pada hakekatnya, para orangtua mempunyai harapan agama

anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang baik, tahu

membedakan apa yang baik dan yang tidak baik tidak mudah terjerumus

dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun

merugikan orang lain. Harapan-harapan ini kiranya akan lebih mudah

terwujud apabila sejak semula, orangtua telah menyadari akan peranan

mereka sebagai orangtua yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan

moral anak.

18 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta; Fajar Interpratama Offset,

2003), hh. 14-19

(22)

Setiap orangtua tentunya menyadari bahwa begitu banyak

perubahan-perubahan yang terjadi pada anak ketika usianya mulai

memasuki jenjang remaja. Ia mulai tumbuh besar dan tinggi. Suaranya

mulai berubah. Perhatiannya terhadap lawan jenisnya mulai meningkat.

Ketergantungannya terhadap orangtua mulai menurun dan sebaliknya

keterikatannya terhadap teman seusiannya mulai bertambah pesat. Masa

remaja, seperti banyak anggapan yang ada, adalah merupakan saat-saat

yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan dan terkadang tampil

sebagai masa yang tersulit dalam kehidupannya sebagai ia kemudian

memasuki dunia kedewasaan.20

Sifat-sifat remaja yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

a. Hasrat meniru dan runtuhnya daya tahan sehingga melakukan kriminalitas karena pengaruh dari kawan-kawan yang sudah begitu keras dan berani.

b. Hasrat pamer (showing off) agar dihargai dimata gangnya karena memberikan sumbangan yang etrdiri dari anggota-anggota yang lebih tua dan dihargai, secara psikologis dapat dimengerti dan diterangkan karena mereka gagal di sekolah dan di kalangan sosial lain padahal dalam gang dihargai.

c. Bahaya di anggap mereka enteng atau tidak ada, karena besar jumlahnya remaja yang bergabung dan bekerja sama disitu perasaan tergetar dalam kerja sama sebagai pelaksanaan. Contoh-contoh

(23)

khayalan film, cerita-cerita dan teater yang seram dan mengetarkan jiwa dan lain-lain.21

Menurut Singgih Gunarsa dan Suami (Panut Panuji), walaupun menyatakan bahwa ada beberapa kesulitan menentukan batasan usia masa remaja di Indonesia, akhirnya mereka pun menetapkan bahwa usia antara 12-22 tahun sebagai masa remaja. Susilowindradini, untuk menghindari salah paham, berpatokan pada linteratur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12 – 15/16 tahun) selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau Early Adolescence (17-21).22

Winarno Surachman, setelah meninjau banyak literatur luar negeri, menulis usia ± 12-22 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar perkembangan adolescence.23 Sedangkan Kwee Soen Liang

membagi masa “Puberteit” sebagai berikut:24

a. Pra Puberteit, laki-laki : 13 – 14 tahun Fase Negatif Wanita : 12 – 13 tahun Sturmund Drag b. Puberteit, laki-laki : 14 – 18 tahun Meniru

Wanita : 13 – 18 tahun Puja c. Adolescense laki-laki : 19 – 23 tahun

Wanita : 18 – 21 tahun

21 Sydarsono, Etika Islam Kenakalan Remaja, hh. 13-15

22 Susilowindradini, Psikologi Perkembangan II, (Masa Remaja), (Malang: Fakultas

Ilmu Pendidikan IKIP Malang, 1981), h. 1

23 Winarno Surachmad, Psikologi Pemuda, (Bandung: Jenmara, 1977), hh. 41-44 24 Kwwee Soen Liang, Masa Remaja dan Ilmu Jiwa Pemuda, (Bandung: Jenmara,

(24)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, kiranya tidaklah tergesa-gesa jika disimpulkan bahwa secara teoritis dam empiris dari segi psikologis, rintangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12-13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rintangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun, sedangkan priode sebelumnya masa remaja ini disebut “ambang pinti masa remaja” atau sering disebut

sebagai “periode pubertas”, pubertas jelas berbeda dengan masa remaja, meskipun bertumpang tindih dengan masa remaja awal.25

H. Sistematika Pembahasan

Karya ilmiah memerlukan suatu bentuk penulisan yang sistematis, sehingga tampak adanya gambaran yang jelas, terarah, logis, dan saling berhubungan antara bab I dan bab berikutnya. Karena itu, dalam penelitian ini terdiri atas 5 bab yang diatur sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan merupakan landasan umum dari penelitian skripsi ini. Bagian ini memberikan gambaran umum penelitian. Berisi Pendahuluan tentang masalah yang melatarbelakangi penulisan ini, dan asumsi dasar alasan kenapa judul ini menarik perhatian penulis, rumusan yang menjadi sentra kajian, dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian, dan penelitian terdahulu.

(25)

Bab II Kajian Pustaka merupakan bagian yang menguraikan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini serta dapat di jadikan alat untuk menganalisis, antara lain: pendekatan, dakwah, peran Ustadzah Hj. Munawaroh dalam membentuk moral remaja di Desa Sepanjang.

Bab III Metode Penelitian merupakan bagian yang menguraikan berbagai metode yang dipakai dalam penelitian ini, antara lain: objek penelitian, pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

Bab IV Hasil Penelitian bab ini berisi gambaran dan pembahasan hasil penelitian. Yaitu pendekatan dakwah yang di lakukan oleh Ustadzah Hj. Munawaroh melalui pembentukan moral remaja. Merupakan bagian yang menguraikan tentang riwayat hidup Ustadzah Hj. Munawaroh secara lengkap yang di kupas tuntas dari latar belakang keluarga dan pendidikannya. Di samping itu, akan d ikupas tentang gambaran umum pendekatan dakwah yang dilakukan Ustadzah Hj. Munawaroh melalui akhlak remaja.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA TENTANG PESAN DAKWAH DAN AKHLAK

REMAJA

A. Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti: panggilan, seruan

atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut

mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti:

memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan).

Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da’i dan orang yang

menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan

Mad’u.1

Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl 125 disebutkan bahwa dakwah

adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah SWT dengan cara

1 Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),

(27)

Toha Yahya Omar menyebutkan bahwa dakwah adalah

mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar

sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan

mereka di dunia dan akhirat.2

b. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian atau proses, dalam rangka

mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk

pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah.

Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia

(tiada artinya). Apalagi ditinjau segi pendekatan sistem (sistem

approach), tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah yang

satu dengn yang lain saling membantu, mempengaruhi, berhubungan

(sama pentingnya).3

Pesan dakwah adalah al-Islam atau syariah, sebagaimana

kebenaran hakiki yang datang dari Allah melalui Malaikat Jibril

kepada para nabi-Nya, dan sampai kepada nabi terakhir, yakni

Muhammad SAW. Pesan dakwah ini di al-Qur’an diungkapkan

dengan terima yang beragam yang menunjukkan fungsi kandungan

dan ajaran-Nya, misalnya dalam Al-Qur’an surat An-Nahl 125

disebut dengan sabili rabbika (jalan Tuhanmu).4

2 M. Hasyim Syamhudin, Manajemen Dakwah, (Surabaya: Penerbit eLKAF, 2006), h.

24

3 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Usana Offset

Printing, 1983) h. 49

4 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung, CV Pustaka Setia

(28)

Pesan-pesan (message) ini bersumber dari Al-Qur’an yang

“Orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut

kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat

perhitungan”.5

2. Proses Pembuatan Pesan

Proses komunikasi yang lengkap dan sempurna menurut adanya keterlibatan dari tujuh unsur, yaitu: sumber, komunikator, pesan, media, komunikan, tujuan, dan akibat. Dalam rangka memenuhi keinginan komunikator berkomunikasi (mempersamakan makna) dengan komunikan, dalam arti memengaruhi komunikan, komunikator “menyerap” kesan dari berbagai data, fakta, atau peristiwa yang ada di

alam sekitarnya, sebagai sumber komunikasinya.

3. Penyesuaian Pesan

Dalam upaya menciptakan komunikasi yang memenuhi tujuannya, hendaknya pesan yang diciptakan komunikator itu sama dengan kesan yang diperoleh komunikan dari pesan tadi. Minimal komunikan memperoleh gambaran pesan yang sama dengan apa yang diciptakan

(29)

komunikator. Keadaan demikian bisa terwujud apabila field of experience (bidang pengelaman) dan frame of reference (kerangka acuan) dari pesan itu sesuai dengan panduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Di dalam Al-Qur’an digambarkan tentang tegoran terhadap orang-orang yang hanya berpesan dan menganjurkan saja, sementara ia sendiri tidak melaksanakannya (berbuat), seperti tersirat pada surah as-Shaff ayat 2 :



“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu

yang tidak kamu kerjakan?”6

Jelas, bahwasannya ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa pesan komunikasi jadi murni dan bersih apabila dalam penyampaiannya benar-benar memberi kesan kebenaran dan keyakinan bagi komunikannya.

4. Karakter Pesan

Sesuai dengan kehendak komunikator dan sebagai hasil ciptaannya, pesan pun secara tersirat akan mengandung tujuan komunikasinya. Pencapaian tujuannya minimal akan terjadi suatu pengertian komunikan terhadap pesan dimaksud.

6

(30)

Dari proses berpikir yang dilakukan oleh komunikator, boleh jadi bahwa pesan pada hakikatnya terdiri atas isi pesan (the content of the mesagge) dan lambang (symbol) yang digunakannya. Isi pesan biasanya

hanya satu, yaitu berupa kebenaran, namun lambang yang digunakan berfungsi untuk menjelaskan pesannya, dan bisa bermacam-macam wujudnya. Ada kalanya dalam bentuk bahasa, gambar, gerakan, bunyi-bunyian, dan sebagainya. Khusus untuk pesan yang bersifat visual, sudah tentu bisa digunakan grafik, peta, skema, bagan, dan diagram, selain huruf-huruf dan angka-angka yang disusun secara sistematis dalam konstruksi kata serta kalimat yang diperlukannya.7

Dan A. Hasyim dalam dakwah menurut al-Qur’an (1974 ; 28)

menyebutkan bahwa dakwah adalah mengajak orang lain untuk

menyakini dan mengamalkan aqidah dan syari’at Islam yang terlebih

dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.8

Menurut Musyawarah Kerja Nasional IPTDI di Jakarta (1968)

merumuskan dakwah “mengajak atau menyeru untuk melakukan

kebajikan dan mencegah kemungkaran, mengubah umat dari situasi

kepada situasi lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasi

ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi keluarga,

kelompok atau massa, serta bagi kehidupan masyarakat sebagai

7 Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.

80-85.

(31)

keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan

umat manusia.9

Muhammad Abu al-Futuh dalam kitabnya al-Madkhal ila ‘iIlm ad

-Da’wat, menurut beliau, dakwah adalah menyampaikan dan

mengajarkan ajaran Islam kepada seluruh manusia dan

mempraktikkannya (thathbiq) dalam realitas kehidupaan.10

Menurut Ali Aziz, setiap definisi dakwah memiliki tiga unsur

pengertian pokok yaitu:

a. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam dari seseorang kepada orang lain.

b. Penyampaian ajaran Islam tersebut dapat berupa amar ma’ruf (ajaran

kepada kebaikan) dan nahi munkar (mengajak kemungkaran).

c. Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknya suatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan

sepenuhnya ajaran Islam.11

Dari pengertian di atas peneliti fahami bahwa dakwah itu adalah

suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara atau tuntutan bagaimana

seharusnya menjalankan usaha untuk menarik perhatian kepada

perbuatan-perbuatan yang dapat membawah manusia kepada jalan

kebenaran, yaitu menyeru mereka agar menerima ideologi, pendapat,

pekerjaan yang sesuai dengan cara bijaksana dan meninggalkan

9 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2004), h.13 10 Lihat Muhammad Abu Ia-Futuh, al-Madkhal, h. 17

(32)

amal yang jelek sesuai dengan yang di firmankan Allah dalam Al-Qur’an

untuk kemaslahatan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

5. Jenis-Jenis Pesan Dakwah

Dalam Ilmu Komunikasi pesan dakwah adalah massage, yaitu simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa Arab, pesan dakwah disebut

maudlu’ al-da’wah. Istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah “materi dakwah” yang diterjemahkan dalam Bahsa Arab menjadi

maaddah al-da’wah. Sebutan yang terakhir ini bisa menimbulkan kesalah pahaman sebagai logistik dakwah. Istilah pesan dakwah di pandang lebih tepat untuk menjelaskan, “isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan

sebaginya yang di harapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah.” Jika dakwah melalui

tulisan umpamanya, maka yang ditulis itulah pesan dakwah. Jika dakwah melalui lisan, maka yang di ucapkan pembicara itulah pesan dakwah. Jika melalui tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah.

Pada prinsipnya, pesan apa pun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi

dua, yaity pesan utama (Al-Qur’an dan hadis) dan pesan tambahan atau

penunjang (selain Al-Qur’an dan hadis).

(33)

a. Ayat-ayat Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang

diturunkan Allah SWT. kepada nabi-nabi terdahulu termaktub dan teringkas dalam Al-Qur’an. Dalam surat al-Fatihah, terdapat tiga bahasan pokok yang sebenarnya menjadi pesan sentral dakwah, yaitu

akidah (ayat 1-4), ibadah (5-6), dan muamalah (ayat 7). Katiga hal itulah yang menjadi pokok-pokok ajaran Islam.

Semua pokok ajaran Islam tersebut disebutkan secara global dalam Al-Qur’an, sedangkan detailnya dijelaskan dalam hadis. Dalam mengutip ayat Al-Qur’an sebagai pesan dakwah, ada

beberapa etika yang harus diperhatikan:

1) Penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur’an harus benar. Kekurangan satu huruf saja atau kesalahan tanda baca (syakl) dapat mengubah makna ayat Al-Qur’an. Begitu pula, pengucapan yang tidak sesuai dengan pedoman pengucapannya (tajwid) akan dapat merusak maknanya. Dari sini, pendakwah wajib belajar Ilmu Tajwid.

2) Penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur’an sebaiknya desertai terjemahannya. Hal ini dimaksudkan agar mitra dakwah dapat memahami arti ayat Al-Qur’an. Tidak semua orang mengerti

(34)

menggunakan terjemahannya. Jika mampu membaca Al-Qur’an sesusi teks aslinya, tidak menuliskan terjemahannya saja.

3) Sebaiknya ayat Al-Qur’an ditulis pada lembaran yang tidak mudah diletakkan pada tempat yang kotor atau mudah terinjak. 4) Penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur’an sebaiknya tidak

dipenggal dari keseluruhan ayat, agar terhindar dari distorsi pemahaman.

5) Sebaiknya ayat Al-Qur’an dibaca dengan tartil dan jelas.

6) Ketika mengutip ayat Al-Qur’an, sebelumnya perlu didahului ungkapan atau tulisan: “Allah SWT. berfirman ....”(al-Nawawi

1985: 123).

7) Antara ayat yang dikemukakan dengn topik dakwah harus sesuai dengan relevan. Tingkat relevan terletak pada arah dan maksud ayat.

8) Sebelum membaca ayat Al-Qur’an, pendakwah hendaknya membaca ta’awwudh dan basmalah (al-Nawawi, 1985: 64-65). b. Hadis Nabi SAW

(35)

Dalam mengutip hadis Nabi SAW., ada beberapa etika yang harus diperhatikan oleh para pendakwah.

1) Penulisan atau pengucapan hadis harus benar. Kesalahannya dapat menimbulkan perubahan makna. Namun, kesalahan ini tidak lebih berat dibanding dengan kesalahan penulisan atau pengucapan ayat Al-Qur’an. Untuk mengucapkan redaksi (matan0 hadis, aturan ilmu tajwid tidak seketat seperti pembacaan Al-Qur’an.

2) Penulisan atau pengucapan matan hadis sebaiknya disertai terjemahannya, agar pengertiannya dapat dipahami oleh mitra dakwah. Jika hadis tidak disebut dan hanya terjemahnya saja, maka hal itu tidak menjadi persoalan. Tidak sedikit hadis yang diriwayatkan maknanya saja, sementara matan merupakan redaksi perawi.

3) Nama Nabi SAW. atau Rasulullah SAW. serta nam perowi sahabat dan perawi penulis kitab hadis harus disebutkan. Nama sahabat disebutkan untuk menunjukkan orang yang diajak bicara oleh Nabi SAW. atau orang yang pertama kali menerima hadis. Nama perawi penulis kitab hadis dimaksudkan untuk menunjukkan kitab yang memuatnya.

(36)

5) Pengungkapan hadis harus sesuai dengan topik yang dibicarakan. Dalam hal ini, perlu pemahaman matan hadis secara tepat. Untuk memperoleh pemahaman yang benar, pendakwah perlu menelusuri sebab-sebab terjadinya hadis (sabab wurud al-hadits).

c. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW.

Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW., pernah bertemu dan beriman kepadanya adalah sahabat Nabi SAW. pendapat sahabat Nabi SAW. memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka dengan Nabi SAW. dan proses belajarnya yang langsung dari beliau. Di antara para sahabat Nabi SAW., ada yang termasuk sahabat senior (kibar al-shahabah) dan sahabat yunior (shighar al-shahabah).

Sahabat senior diukur dari waktu masuk Islam, perjuangan, dan kedekatannya dengan Nabi SAW.. hampir semua perkataan sahabat dalam kitab-kitab hadis berasal dari sahabat senior. Sama dengan kutipan-kutipan sebelumnya, dalam mengutip pendapat sahabat juga harus mengikuti etika sebagai berikut:

1) Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis 2) Menyebutkan nama sahabat yang dikutip. 3) Menyebut sumber rujukan.

4) Membaca doa dengan kata raddiyallahu’anhu’anha atau menulis dengan singkatan r.a di belakang nama sahabat.

(37)

Meski ualama berarti semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam, namun maksud ulama di sini dikhususkan untuk untuk orang yang beriman, menguasai ilmu keislaman secara mendalam dan menjalankan. Dengan pengertian

ini, kita menghindari pendapat ualama yang buruk (‘ualama’ al-su’),

yakni ulama yang tidak berpegang pada Al-Qur’an dan hadis sepenuhnya dan tidak ada kesesuaian antara ucapan dan perbuatannya.

Jadi terhadap pendapat ulama yang tampaknya berseberangan, kita dapat mencoba melakukan kompromi (al-jam’u) atau memilih yang lebih kuat argumentasinya (al-tarjih) atau memilih yang paling baik nilai manfaatnya (mashlahah).

Adapun etika mengutip pendapat ulama adalah sebagai berikut: 1) Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis.

2) Menyebut nama ulama yang dikutip.

3) Mengetahui argumentasinya, agar terhindar dari kepengikutan yang tidak cerdas (taqlid).

4) Memilih pendapat ulama yang tertulis dari pada pendapat yang didapatkan dari komunikasi lisan.

5) Memilih pendapat ulama yang paling kuat dasarnya dan paling besar manfaatnya untuk masyarakat.

(38)

namun setiap pendapat hasil kajian ulama mengandung suatu kebenaran (al-haqq wahid wa kullu mujtahid mushib).

7) Sebaiknya kita mengenal jadi diri ulama, walaupun tidak sempurna, sebelum mengutip pendapatnya.

8) Hasil Penelitian Ilmiah

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa kita pahami lebih mendalam dan luas setelah dibantu hasil sebuah penelitian ilmiah. Ilmiah hasil penelitian yang menjadi salah satu sumber pesan dakwah. Masayrakat modern amat menghargai hasil penelitian. Hasil penelitian bisa berubah oleh penelitian berikutnya atau penelitian dalam medan yang berbeda.

Oleh sebab itu, mengutipan hasil penelitian ilmiah untuk pesan dakwah harus berpegang pada etika berikut:

1) Menyebut nama penelitiannya, atau lembaga bila melibatkan suatu lembaga. Kebesaran nama peneliti atau lembaga penelitian ikut menentukan kredinbilitas hasil penelitian.

2) Menyebutkan objek penelitian yang sesuai dengan topik dakwah.

(39)

4) Disampaikan kepada mitra dakwah yang memahami fungsi penelitian. Kepada masyarakat pendalaman, pendakwah tidak perlu membahas hasil penelitian. Bisa jadi setelah mengikuti pengajian mereka berkomentar “pengajian Islam kok membahas

hasil penelitian orang. Lebih baik menyebut tafsir Al-Qur’an dan nabi yang mengajarkannya”.

5) Disampaikan untuk menguatkan pesan utama dakwah, bukan sebaliknya, pesan utama dakwah dipakai untuk memperkuat hasil penelitian.

e. Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna konsep-konsep yang kita sampaikan, kita mencari upaya-upaya yang memudahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang yakin terhadap pesan dakwah, kita mencari keterangan yang menguatkan argumentasinya atau bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Salah satunya antaranya adalah menceritakan pengalaman seseorang atau pribadi yang terkain dengan topik.

f. Berita dan Peristiwa

Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Berita (kalam khabar) menurut istilah ‘Ilmu al-Balaghah dapat benar atau

(40)

berita sering diistilahkan dengan kata al-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti, dan membawa manfaat yang besar. Berbeda dengan kata al-khabar yang berarti sepele dan sedikit manfaatnya (M. Quraish Shihab, 2002: XV: 6).

Dalam menjadikan berita sebagai penunjang pesan dakwah, terdapat beberapa etika yang harus diperhatikan:

1) Melakukan pengecekan berkali-kali sampai diyakini kebenarannya berita tersebut. Dalam Al-Qur’an kita diperintahkan untuk melakukan pengecekan informasi (tabayun) atau kesesuaiannya dengan fakta (QS. al-Hujurat ayat 6).

 menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.12 Tidak boleh terulang kejadian yang memalukan dalam dakwah Islam.

2) Dampak dari suatu berita juga harus dikaji. Jika ada kemungkinan membahayakan bagi mitra dakwah, berita itu tidak boleh dicaritakan, meskipun benar-benar terjadi.

3) Sifat berita adalah datar, hanya memberitahukan (to infrom). Karenanya, sebagai pesan dakwah, berita harus diberi komentar. Setiap orang memiliki tanggapan yang beragam terhadap suatu

12

(41)

berita. Pendakwah hanya menarik setiap orang kepada tanggapan yang dibuatnya.

4) Berita yang disajikan harus mengandung hikmah. Ini yang menjdai penekanan berita sebagai pesan dakwah. Unsur berita: 5W + 1H (whi,when,where,why,how) tidak diperdalam, tetapi hikmah yang dapat diambilnya yang dipertajam.

g. Karya Sastra

Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat berupa: syair, puisi, pantun, nasyid atau lagu dan sebagainya. Tidak sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan dakwahnya.

Tidak semua karya sastra bisa menjadi pesan dakwah, sebab ada karya sastra yang digunakan untuk pemujaan berhala, me ngungkapkan cinta asmara, menggambarkan keindahan dunia, dan sebagainya. Karya sastra yang dijadikan pesan dakwah harus berlandasan etika sebagi berikut:

1) Isinya mengandung hikmah yang mengajak kepada Islam atau mendorong berbuat kebaikan.

2) Dibentuk dengan kalimat yang indah. Jika syair bahasa asing, ia menerjemahkan dengan bentuk syair pula.

(42)

dapat dirasakan. Selain itu, sastra juga diucapkan dengan irama yang sesuai. Saat ia membaca puisi tentang kepulihan hati, perasaan pendakwah ikut merasakan isi puisi tersebut, sehingga audiensi akan terharu mengikutinya.

4) Jika diiringi musik, maka penyampaian karya sastra tidak dengan alat musik yang berlebihan. Hal ini untuk mengurangi kotroversi, karena tidak semua ulama bisa menerima alat musik. h. Karya Seni

Karya seni juga keindahan yang tinggi. Jika karya sastra menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah jenis ini mengacu pada lambang yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapa pu. Jadi, bersifat subyektif. Tidak semua orang mencintai atau memberikan apresiasi karya seni.

Untuk menjadikan karya seni sebagai pesan dakwah, ada beberapa etika yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Diupayakan sedemikian rupa agar karya seni tidak ditafsirkan secara salah oleh mitra dakwah. Jika dipandang perlu bisa diberi sedikit komentar.

(43)

kotroversi adalah jalan terbaik” (al-khuruj min al-khilaf

mustahabb), maka lebih baik tidak melanggar larangan tersebut,

sekalipun pendapat ini ditentang oleh kaum kontekstualis. 3) Karya seni tidak bernuansa pornografi, menhina simbol-simbol

agama, melecehkan orang lain, atau menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya baik langsung maupun tidak langsung.

6. Tema-Tema Pesan Dakwah

Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam. Banyak klasifikasi yang diajukan para ulama dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari (1996: 71), membagi pokok-pokok ajaran Islam sebagai berikut:

a. Akidah, yang meliputi iman kepada Allah SWT., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, dan iman kepada qadhla dan qadar. b. Syariah, yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, sholat,

as-shhaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas(al-qanun al

khas/hukum perdata dan al-qanun al-‘am/hukum publik).

c. Akhlak, yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluq (manusia dan non manusia).

(44)

Karakteristik pesan dakwah lainnya adalah universal, artinya mencakup semua bidang kehidupan dengan nilai-nilai mulia yang diterima oleh semua maunia beradab. Ajaran Islam mengatur hal-hal yang paling kecil dalam kehidupan manusia hingga hal yang tebesar.

Kemudahan ajaran Islam juga menjadi karakter pesan dakwah. Semua perintah Islam biasa ditoleransi dan diberi keringanan jika menemui kesulitan dalam pelaksanaannya. Dalam keadaan terpaksa, perbuatan yang terlarang dapat dimanfaatkan asalkan proposional dan tidak merugikan orang lain.

Dengan demikian, tujuh karakter pesan dakwah adalah orisinal dari Allah SWT., mudah, lengkap, seimbang, universal, masuk akal,

dan membawa keabikan. Sebagai perbandingan yang tidak jauh

berbeda, ‘Abd. al-Karim Zaidan (1993: 45) juga mengemukakan lima

karakter pesan dakwah, yaitu:

a. Berasal dari Allah SWT. (annahu min ;indillah); b. Mencakup semua bidang kehidupan (al-syumul); c. Umum untuk semua manusia (al-‘umum);

d. Ada balasan untuk setiap tindakan (al-jaza’ fi al-islam); dan

e. Seimbang antara idealitas dan realitas (mitsaliyyah wa

al-waqi’iyyah).

Asep Muhiddin (2002: 150-151), merumuskan lebih banyak kerakteristik pesan dakwah sebagai berikut:

(45)

b. Islam sebagai agama rasional dan pemikiran;

c. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fiqhiyyah;

d. Islam sebagai agama argumentatif (hujjah) dan demonstratif (burhan);

e. Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan nurani (dlamir); dan

f. Islam sebagai agama kebebasan (hurriyyah) dan kemerdekaan (istiqlal).13

8. Efektifitas Pesan Dakwah

Kata efektifitas mempunyai beberapa arti. Dalam Kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti yang pertama adalah suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawah hasil atau hasil guna.

Kata efektif juga di ambil juga dari kata efek yang artinya akibat atau pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari sesuatu. Jadi efektifitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah melakukan sesuatu.14

Sedangkan menurut ensiklopedi umum, efektifitas menunjukkan

taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu tercapai

13Ibid, h. 318-434

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),

(46)

tujuan secara ideal ke efektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan

taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.15

Menurut John M. Echols dan Hassan Shadily dalam kamus bahasa

Inggris-Indonesia secara etimologi efektifitas berasal dari kata efektif

yang artinya berhasil guna.16

Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektifitas merupakan

keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan.17

Menurut Dennis Mc Quail efektifitas secara teori komunikasi berasal

dari kata efektif. Artinya trejadinya suatu perubahan atau tindakan,

sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan terjadinya dalam

segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang di terima dan tindakan

tersebut.18

Efektifitas juga merupakan teknologi pekerja ilmu yang bersifat

khusus dalam sebuah organisasi untuk itu diperlukan kecakapan,

kemauan bekerja, dan yang terpenting bukan sekedar memastikan apakah

sesuatu pekerjaan dan pelaksanaan tugas terselesaikan sebagimana

mestinya. Kecakapan kerja dapat diukur dengan meningkatkan output

dalam sektor pekerja. Dan pengukuran kerja sesuai dengan maksud dan

15 A. b. pridodgdo, Hasan Shadily, ensiklopedi umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) Cet.

ke-8, h. 296

16 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1975) Cet. ke-24 , h. 207

17 Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT Indah 1995), Cet. ke-1, h.

745

18 Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga Pratama

(47)

tujuan merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang

mampu melahirkan efektifitas secara keseluruhan.19

The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai The Quality of being effectiv. In various sebse. Efectivity the quality or state

being effective and power to be effective.Secara sederhana dapat diartikan

sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan menggerakkan untuk bisa efektif.20

Menurut T. A Latief Rousydy (1989: 91), komunikasi efektif ialah komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feedback yang positif. Yakni dakwah dengan ceramah secara efektif dapat memberikan pengertian kepada audiens, sehingga ia mempunyai pengertian yang sama dengan penceramah tentang pesan yang disampaikan. Selanjutnya, penceramah berhasil merubah tingkah laku audiensnya sesuai dengan rencana semula.

a. Indikator Efektifitas

Richad mengutip pendapat dari Basil Georpoulos dan Arnold Tannembaum yang berargumentasi bahwa ukuran efektivitas harus didasarkan pada sasaran dan tujuan organisasi, dari pada berdasarkan pada kriteria yang berasal dari luar. Mereka menemukan bahwa produktivitas, fleksibilitas, dan tidak adanya ketegangan dan konflik, saling berhubungan dan berkaitan dengan penilaian efektivitas yang

19Ibid, h. 7

20Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978),

(48)

bebas. Indikator-indikator efektivitas ini berkaitan erat dengan tujuan organisasi yang dikaji.21

Berikut kriteria atau ukuran efektivitas menurut Agung Kurniawan yang mengutip pendapat dari James L. Gibson dalam bukunya “Tranformasi Pelayanan Publik” yaitu:22

1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal yang ditujukan supaya keryawan atau pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai target dan sasaran yang terarah sehingga tujuan organisasi tercapai.

2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan. Merupakan penentuan cara, jalan atau upaya yang harus dilakukan dalam mencapai semua tujuan yang sudah ditetapkan agar para implementer tidak tersesat dalam pencampaian tujuan organisasi. Seperti penentuan wawasan waktu, dampak dan pemusatan upaya. 3) Proses dan analisis perumusan kebijakan yang mantap,

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan yang sudah dirumuskan tersebut harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

4) Perencanaan yang matang, diperlukan untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh organisasi untuk mengembangkan program atau kegiatan dimasa akan datang.

(49)

5) Penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tetap sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6) Tersedianya sarana dan prasarana, sarana dan prasarana dibutuhkan untuk menunjang proses dalam pelaksanaan suatu program agar berjalan dengan efektif.

7) Pelaksanaan yang efektif dan efesien, apabila suatu program tidak dilaksanakan secara efektif dan efesien maka organisasi tersebut tidak dapat mencapai tujuan tersebut.

8) Sistem pengawasan dan pengendalian, pengawasan ini diperlukan untuk mengatur dan mencegah kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan, sehingga suatu tujuan organisasi alat tercapai.

b. Komunikasi Efektif

Menurut Steward L Tubbs, mengemukakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif apabila paling tidak menimbulkan lima indikasi yaitu:23

1) Pengertian, Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti apa yang di maksud oleh komunikator.

2) Kesenangan, komunikasi ini juga disebut dengan komunikasi fasis [phatic communication] yang

23 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hh.

(50)

dimaksudkan dengan menimbulkan kesenangan. Komunikasi menjadikan hubungan antarindividu menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan.

3) Pengaruh pada sikap, komunikasi juga sering dilakukan untuk mempengaruhi orang lain, seperti seorang khatib yang ingin membangkitkan sikap keagamaan dan mendorong jamaah dapat beribadah dengan baik, atau seorang politisi yang ingin menciptakan citra yang baik kepada publik pemilihnya, dan lain-lain.

4) Hubungan sosial yang akan baik, komunikasi juga ditunjukkan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, untuk itu manusia selalu berkeinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara positif.

5) Tindakan, tindakan persuasi dalam komunikasi digunakan untuk mempengaruhi sikap persuasif, juga diperlukan untuk memperoleh tindakan dan kehendaki komunikator. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata oleh komunikan.

(51)

sekaligus merupakan dai juga harus memperhatikan tampilan diri komunikator.

B. Akhlak Remaja

1. Pengertian Remaja

Pengertian remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah meninggal masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah dialami. Dalam bidang fisik-biolagis maupun psikis atau kejiwaan, menstruasi pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma dalam mimpi basah pertama bagi pria, adalah merupakan tonggak pertama dalam kehidupan manusia yang menunjukkan bahwa mereka sedang dalam perjalanan usia remaja yang indah dan penuh tanda tanya.24

Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematik, masa ini memungkinkan mereka dalam anomi (keadaan tanpa normo atau hukum).

Pengertian remaja adalah mereka yang sedang berada dalam jenjang usia menuju kedewasaan yang penuh tanggung jawab. Masa transisi yang ditandai oleh berbagai macam gejolak sehingga menimbulkan ketidakseimbangan pikiran dan perasaan.25 Remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu

(52)

usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.26

2. Sifat-sifat Remaja

Sifat-sifat remaja yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

a. Hasrat meniru dan runtuhnya daya tahan sehingga melakukan kriminalitas karena pengaruh dari kawan-kawan yang sudah begitu keras dan berani.

b. Hasrat pamer (showing off) agar dihargai dimata gangnya karena memberikan sumbangan yang etrdiri dari anggota-anggota yang lebih tua dan dihargai, secara psikologis dapat dimengerti dan diterangkan karena mereka gagal di sekolah dan di kalangan sosial lain padahal dalam gang dihargai.

c. Bahaya di anggap mereka enteng atau tidak ada, karena besar jumlahnya remaja yang bergabung dan bekerja sama di situ perasaan tergetar dalam kerja sama sebagai pelaksanaan. Contoh-contoh khayalan film, cerita-cerita dan teater yang seram dan mengetarkan jiwa dan lain-lain.27

Menurut Singgih Gunarsa dan Suami (Panut Panuju), walaupun menyatakan bahwa ada beberapa kesulitan menentukan batasan usia masa remaja di Indonesia, akhirnya mereka pun menetapkan bahwa usia antara 12-22 tahun sebagai masa remaja. Susilowindradini, untuk

26 Mohammad Ali, Psikologi Remaja “perkembangan peserta didik,” (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2006), h. 9

(53)

menghindari salah paham, berpatokan pada linteratur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12 – 15/16 tahun) selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau Early Adolescence (17-21).28

Winarno Surachman, setelah meninjau banyak literatur luar negeri, menulis usia ± 12-22 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar perkembangan adolescence.29 Sedangkan Kwee Soen Liang

membagi masa “Puberteit” sebagai berikut:30

a. Pra Puberteit, laki-laki : 13 – 14 tahun Fase Negatif Wanita : 12 – 13 tahun Sturmund Drag

b. Puberteit, laki-laki : 14 – 18 tahun Meniru Wanita : 13 – 18 tahun Puja c. Adolescense laki-laki : 19 – 23 tahun

Wanita : 18 – 21 tahun

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, kiranya tidaklah tergesa-gesa jika disimpulkan bahwa secara teoritis dam empiris dari segi psikologis, rintangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12-13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rintangan usia

28 Susilowindradini, Psikologi Perkembangan II, (Masa Remaja), (Malang: Fakultas

Ilmu Pendidikan IKIP Malang, 1981), h. 1

29 Winarno Surachmad, Psikologi Pemuda, (Bandung: Jenmara, 1977), h. 41-44 30 Kwwee Soen Liang, Masa Remaja dan Ilmu Jiwa Pemuda, (Bandung: Jenmara,

(54)

17/18 tahun sampai 21/22 tahun, sedangkan priode sebelumnya masa

remaja ini disebut “ambang pinti masa remaja” atau sering disebut

sebagai “periode pubertas”, pubertas jelas berbeda dengan masa remaja,

meskipun bertumpang tindih dengan masa remaja awal.31

3. Pengertian Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.32 Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang artinya berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.33 Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.34

Akhlak adalah ajaran Islam yang paling besar. Meski dalam kenyataan ajaran dasar ini menjadi kabur atau dikaburkan, sehingga sulit membedakan mana orang yang berakhlak dan mana yang sebenarnya merusak akhlak. Jika menengok kepada ajaran Islam dan kita mulai yang paling awal atau yang paling sederhana, kita akan dapati bahwa akhlak

31 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 26

32 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Reality Publisher,

2006), h. 45-50

33 Mubarak, Zakky, dkk., Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku Ajar II, Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat,( Depok: Lembaga Penerbit FE UI, 2008), h. 20-39

34 Rahmat Djanika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), ( Jakarta: Pustaka Panjimas

(55)

merupakan kepribadian Rasulullah saw yang menjadi sifat dari ajaran Islam yang dibawanya.

Menyempurnakan akhlak, tentu saja merupakan tugas berat. Tetapi sebagaimana terlihat dalam sejarah Islam, Nabi saw ternyata bisa sukses, yakni dengan disempurnakannya agama ini. Keberhasilan tugas ini, jelas karena diri pribadi Nabi memang terdapat akhlak yang luhur dan karenanya dalam berdakwah beliau selalu menjunjung tinggi akhlak yang mulia.

Manurut Dr. M Abdullah Dirroz, mendefinisikan akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawah kecenderungan pada memilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).35

4. Akhlak terhadap Tetangga

Sebagai penghormatan atas hak orang lain, Islam menganjurkan untuk menghormati hak-hak tetangga. Di dalam setiap lingkungan kaya, menengah, ataupun miskin, yang satu adalah tetangga bagi lainnya. Orang kaya dan masyarakat kelas menengah tidak memerlukanpertolongan dan perhatian dari orang lain. Namun kaum fakir miskin tentu saja memerlukan pertolongan, simpati, dan bantuan dari orang lain.

(56)

‘Abdullah bin Abbas r.a menyatakan bahwa ia mendengar

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh bukan orang yang beriman, orang

yang makan kenyang sementara tetangganya kelaparan.” (HR Baihaqi).36

5. Akhlak terhadap Orang Tua

Telaah yang mendalam terhadap perintah Allah dan ajaran Rasulullah SAW, menunjukkan bahwa Allah SWT menempatkan orangtua pada derajat yang sangat tinggi. Allah Yang Mahakuasa

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu”.37

Bahkan jika orang tua kita tidak Muslim, kita tetap harus berbuat baik. Dalam sebuah Hadis disebutkan bahwa surga berada si bawah telapak kaki ibu, untuk memperlihatkan tinggi desrajat orangtua.

Rasulullah SAW menggangap anak-anak yang berdoa memohon ampunan bagi orangtua mereka yang telah meninggal sebagai anak yang saleh. Oleh karena itu, perlu bagi kita terus-menerus membahagiakan

36 Anwarul Haq, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Bandung: ‘Marja’, 2004) h. 62

-63

Gambar

Tabel 4.19. Pertanyaan item soal no 7  …..........................…………..
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Sebagai landasan keabsahan dalam bertransaksi pinjam meminjam antara rahin dan murtahin, maka dibuat akad pinjam meminjam yang dituangkan dalam Surat Bukti Rahn (SBR).

Permasalahan yang terjadi di Gampong Pante Cermin menunjukkan bahwa adalah terjadinya perubahan sikap, disebabkan Keuchik belum bisa menjalankan etika religius yang

Seluruh karakter demografik yang condong pada tingkat pendidikan yang standar untuk saat ini (S1), rentang usia 17-40 yang merupakan golongan usia muda produktif, dan

Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa kesemua responden menyatakan media buku tiga dimensi mudah digunakan, memiliki ilustrasi gambar yang sesuai dengan bacaan yang tentu

2.2.4 Routing Reaktif Routing Reaktif atau disebut juga dengan routing bertipe on demand,pada routing ini node akan melakukan route discovery terlebih dahulu sebelum

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini aktivitas siswa selama menerapkan model pembelajaran PBL pada materi eksponensial dan logaritma di kelas X MIPA 1 SMAN 15 Surabaya

tanah + kompos kotoran ayam, interaksi antara media yang digunakan dengan dosis mikoriza menghasilkan pertumbuhan terbaik pada tanaman kakao dimana kompos kotoran

Pengamatan yang dimaksud tentu menggunakan instrumen-instrumen yang berbasis teknologi, seperti kamera digital dengan sistem kerja CCD, dudukan teleskop yang mampu