PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATULWALAD
SURABAYA SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Sosial Islam
Oleh:
TIYO DINARYO NIM: B04212044
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Tiyo Dinaryo. 2016.Program Kerja dan Implementasinya pada Lembaga Dakwah Majelis
Ta’lim Hidayatulwalad Surabaya, Program Studi Manajemen Dakwah UIN Sunan
Ampel Surabaya. Airlangga Brahmayudha, MM.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini yakni mengenai. Bagaimana Program kerja dan
Implementasinya di Lembaga Dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad Surabaya?
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Fokus masalah penelitian ini terletak pada program kerja dan
implementasinya lembaga dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi dengan metode pengumpulan data, analisis, dan menulis. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh dari informan serta dokumen mengenai jenis data-data yang dibutuhkan. Adapun untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi.
Penelitian ini memperoleh hasil yaitu program kerja yang tersusun sangat rapi seperti
Ta’lim dan Dzikir keliling, Pembekalan pelatihan pengobatan Islam, dan kelompok usaha bisnis.
DAFTAR ISI
HALAMAN MOTTO ... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konsep ... 6
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10
B. Kajian Teori ... 12
1. Kajian Tentang Pengelolaan ... 12
2. Kajian Tentang Majelis Ta’lim...19
3. Kajian Tentang Learning Community. ... 24
4. Penetapan Program Kerja ... 26
5. Kajian Lembaga Dakwah ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34
B. Lokasi Penelitian ... 35
C. Jenis dan Sumber Data ... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Teknik Analisa Data ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 45
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
1. Letak Goegrafis Majelis Ta’lim ... 46
2. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim... 46
3. Visi dan Misi Majelis Ta’lim ... 46
4. Struktur Organisasi Majelis Ta’lim ... 47
5. Budaya Organisasi Majelis Ta’lim ... 49
6. Program Kerja Majelis Ta’lim ... 50
7. Metode Dakwah Majelis Ta’lim ... 55
8. Materi Pembelajaran dan Pencapaian ... 55
9. Tata Tertib Majelis Ta’lim ... 57
B. Penyajian Data ... 58
C. Analisa Data ... 66
BAB V PENUTUP... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran dan Rekomendassi ... 76
C. Daftar Puataka ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah), tetapi juga sisi
pelakunya (Da’i) juga pesertanya (Mad’u), ia juga mempunyai metode beragam yang
telah digariskan oleh Al-Qur’an Surah Al-Mujadallah : 11 dan dipraktikan oleh
Rasulullah.
اذا ْمكّ ها حّْفي اْوحّْفاف سلج ّْا ىف اْوحّفت ْمكّ لْيق اذا آْونما نْي ّا ا يآي اْونما نْي ّا ها عفْري اْ زشْناف اْ زشْنا لْيق
رْيبخ ْول ْعت ا ب ها تج د مْلعّْا اْوتْ ا نْي ّا ْمكْنم
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Interaksi aktif berdasarkan pemahaman yang komprehensif terhadap unsur-unsur
dakwah di atas, niscaya akan berbeda baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada
kemungkinan hasil yang bisa diraih.
Kehidupan berdakwah Rasulullah SAW, dan para sahabatnya, dalam seluruh
dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di
Madinah, yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yastrib yang jahili, adalah
contoh konkret keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. Dan itu
perjuangan yang panjang yang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan
Amaliyyah Al Idariyyah (aktivitas manajerial). sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan
dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkannya sumber-sumber yang
ada.
Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik Islam di
Indonesia, adalah merebaknya aktivitas dakwah islam. Dakwah tidak lagi hanya berada
di tempat-tempat konvensional dakwah seperti Masjid, Pesantren, dan Majelis Ta’lim.
Dakwah kini bahkan sudah berada di hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan
melalui media internet dan menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta
sekalipun.
Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan sekaligus
tantangan bagi para praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis selalu meningkatkan
intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih professional. Godaan
dunia dan permasalahan umat yang begitu cepat bagaikan deret hitung, merayap dan
lamban. Globalisasi menantang para praktisi dakwah untuk memberikan jalan dan
alternative pemecahan sebagai masalah hidup umat yang semakin kompleks.
Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen, maka Image Professional dalam dakwah akan terwujud pada
kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak dipandang dalam objek Ubudiyah
saja akan tetapi diinterpretasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari
penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus mendapatkan
prioritas.
Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi
tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang
dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan sebuah
cerita (image) profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya dari pengguna jasa dari profesi Da’i.
Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan program
yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas
dimana cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah mengikuti arah
yang telah di rencanakan.1
Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk
membelajarkan dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkunganya, dan dengan
demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat, oleh
masyarakat, dan untuk masyarakat.
“Diwilayah Warugunung kecamatan Karangpilang Surabaya, merupakan wilayah
perbatasan antara kota Surabaya dengan kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Gersik,
dimana terjadi arus singkronisasi, urbanisasi, persinggahan, keluar masuknya penduduk
dari desa ke kota, selain itu wilayah warugunung merupakan wilayah industri, sehingga
1
keadaan masyarakat didaerah ini rentan terjadi kriminalitas karna bertemunya berbagai
karakter manusia dari berbagai wilayah bercampur menjadi satu, peran tokoh masyarakat
dan tokoh agama belum berjalan maksimal. Selain itu juga mata pencahariaan
masyarakat di warugunung adalah kebanyakan sebagai karyawan industri yang full
kegiatan sehingga terkadang kewajiban dalam mendidik anak- anak mereka menjadi
terbengkalai, pendidikan agama kurang diperhatian akibatnya banyak anak yang kurang
perhatian orang tuanya menjadi anak yang Broken Home, remaja tumbuh menjadi
remaja yang pengetahuan agamanya kurang bahkan tidak sedikit yang jatuh dalam
kenakalan ramaja. Berawal dari masalah itu, saudara Budhi Hadi Syahputra terinspirasi
untuk mendirikan wadah atau majlis yang menampung para remaja untuk mempelajari
agama dan berpartisipasi dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja melaluai aktifitas
pendidikan dan dakwah yang persuasife melalui Majlis Ta’lim Hidayatulwalad.”2
Dengan inilah peneliti menjadikan alasan yang mendasar untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui dan memahami bagaimana program kerja dan
implementasinya pada organisasi dakwah di Majlis Ta’lim Hidayatulwalad Warugunung
Karangpilang Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
:
1. Apa dan bagaimana menetapkan Program Kerja di lembaga dakwah Majelis
Ta’lim Hidayatulwalad ?
2. Bagaimana Implementasi di lembaga Majelis Ta’lim Hidayatulwalad ?
2
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara menetapkan program kerja di lembaga dakwah Majelis
Ta’lim Hidayatulwalad.
2. Untuk mengetahui Implementasi program kerja di lembaga dakwah Majelis
Ta’lim Hidayatulwalad
D. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian hasil yang diperoleh diharapkan dapat
bermanfaat secara Teoritis maupun Praktis. Manfaat Teoritis berguna untuk
mengembangkan Disiplin Ilmu yang berkaitan lebih lanjut dan manfaat praktis
digunakan untuk pemecahan masalah aktual.
1. Manfaat Teoritis:
a. Memberikan masukan dan menambah wawasan keilmuan penulis dan bagi para
peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lain sejenis.
b. Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
tentang implementasi fungsi-fungsi di dalam proses manajemen organisasi
dakwah.
2. Manfaat Praktis:
a. Dapat dijadikan sebagai bahan Evaluasi dan Intropeksi diri dalam mengikuti
proses belajar mengajar dan sebagai masukan tentang organisasi dakwah.
E. Definisi Konsep
1. Program Kerja
Program Kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu orgaisasi
yang terarah, terpadu dan sistematis yang dibuat untuk rntan waktu yang telah
ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi
organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi.
2. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah di anggap fix.3
3. Organisasi
Organisasi berasal dari istilah Yunani “organon”, istilah latin “organum” yang
dapat berarti: alat, bagian, anggota atau badan.
Organisasi merupakan kumpulan hubungan antar perseorangan tanpa tujuan
bersama yang disadari, meskipun pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari
itu untuk tujuan bersama.
Telah dikemukakan bahwa ciri-ciri organisasi ada tiga yakni:
a. Sekelompok orang
b. Kerjasama atau pembagian pekerjaan dan
3
c. Tujuan bersama4
4. Majelis Ta’lim (Lembaga Dakwah)
Majelis Ta’lim adalah satu lembaga pendidikan non formal yang bertujuan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi
jamaahnya , serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.
5. Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam
pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,
organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan
kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.5
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam
penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan.
Pada bab I Pendahuluan, ini berisikan tentang gambaran umum yang meliputi:
konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep dan sistematika peembahasan.
Pada bab II Kerangka teoritik, berisikan tentang kajian konseptual yang meliputi
penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka teori.
4
Drs.M.Manulang, dasar-dasar manajemen, Jakarta, Thn 1990, Hal.67-69
5
Pada bab III Metode penelitian, ini berisikan tentang metode penelitian yang
menjelaskan tentang pendekatan jenis penelitian, wilayah penelitian, jenis dan sumber
data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Pada bab IV penyajian analisis data, ini menjelaskan mngenai gambaran umum
objek penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta-fakta mengenai masalah yang
di angkat dan analisis data.
Pada bab V berisi penutup yang memaparkan tentang kesimpulan serta
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Penelitian Terdahulu yang RelevanPenelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen sudah banyak yang ditulis
oleh beberapa orang dalam skripsi, karya Ilmiah dan Tesis, baik Literer maupun
penelitian lapangan antara lain sebagai berikut:
Di antaranya adalah skripsi karya Nanang Kristanto jurusan Luar Sekolah tahun
2015 yang berjudul Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (Ikatan Pengasuh Pengajian
Sumbersari) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat menuju Pendidikan Karakter di
Kelurahan Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta. Skripsi ini merupakan penelitian
Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola, ustadz/narasumber, jamaah majelis ta’lim IPPS dan perangkat desa Sumbersari.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode Wawancara, Dokumentasi, serta
pengamatan langsung dan dilakukan dengan Partisipatif.1
Penulis juga menemukan Skripsi karya Irawati, Jurusan Manajemen Dakwah
tahun 2006 yang berjudul Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap
Pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam
Magelang dengan hasil penelitiannya yaitu menjelaskan tentang manajemen yang
mengacu kepada 4 faktor yaitu, planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan).2
1
Nanang Kristanto, Pe gelolaa Majelis ta’li IPPS ikata pe gasuh pe gajia su bersari sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
2
Irawati, Penerapan Fungsi-Fu gsi Ma aje e Su ber Da’I terhadap pe gololaa Kegiata Dakwah Po dok
Penulis juga menemukan jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan
Komunikasi, UIN Alauddin Makassar yang berjudul Organisasi dalam Manajemen
Dakwah dengan hasil penelitiannya yaitu Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan
usaha dakwah dengan jalan menetapkan dan menyusun suatu kerangka yang menjadi
wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan
kerja diantara satuan-satuan Organisasi atau Petugasnya.3
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Program Kerja dan Implementasinya Lembaga Dakwah di Majelis Ta’lim
Hidayatulwalad, Warugunung, Surabaya. Dengan berdasarkan teori-teori yang ada dan
dilengkapi data-data yang didapatkan dari lembaga tersebut memudahkan peneliti
mengerjakan Skripsi yang berjudul PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA
PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATUL WALAD,
WARUGUNUNG, KARANGPILANG, SURABAYA, karena penelitian ini belum
pernah dijadikan obyek pada penelitian-penelitian sebelumnya.
B. Kerangka Teori
1. Kajian tentang pengelolaan
a. Pengertian pengelolaan
Menurut Winarno Hamiseno seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto
pengertian pengelolaan sebagai berikut : “Pengelolaan adalah substantif dari
mengelola, sedangkan mengelola seperti suatu tindakan yang dimulai dari
3
penyusunan data merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan
pengawasan dan penilaian dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu
dan sesuatu itu dapat merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan
selanjutnya”.4
Pengelolaan adalah manajemen dari pada sumber daya – sumber daya
misalnya pengelolaan personil, pengelolaan keuangan, material, dan sebagainya.5
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
pengelolaan adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan dan
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan
dan penilaian terhadap Sumber Daya – Sumber Daya.
b. Tujuan pengelolaan
Hartati Sukirman mengemukaan bahwa tujuan pengelolaan pendidikan
senantiasa bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian
dan kemampuan dasar peserta didik, siapapun yang menjadi peserta didik
dimaksud, apakah anak-anak dewasa. Dengan demikian, segala sesuatu yang di
atur, ditata, dikelola, senantiasa ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan
tersebut. Secara jelasnya administrasi pendidikan bertujuan menata, mengatur,
mengelola segala sesuatu yang berkenan atau berkaitan dengan kegiatan
pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan secara
Normative, Efectif, dan Efisien. Secara Normative, seperti telah disinggung dalam
4
Suharsimi Arikunto, 1986, hal 32
5
pembicaraan mengenai pendidikan artinya sesuai dengan kaidah-kaidah Falsafah
pendidikan, Norma-norma Etika, dan Kaidah-Kaidah Keilmuan.6
c. Fungsi Pengelolaan
Di kemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan.. kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu
kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenan dengan fungsi-fungsi manajemen ini,
M. Munir dan Wahyu Ilahi secara umum menyatakan bahwa, fungsi manajemen
itu berbeda-beda, fungsi manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut
:
1) Harry Fayol (pakar administrasi dan manajemen prancis), mengemukakan
fungsi manajemen mencakup lima aspek,
yaitu :
Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), commad
(perintah), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan)
kelima rangkaianfungsi manajemen ini dikenal dengan singkatan POCCC.
2) L.M. Gullick, merinci fungsi-fungsi manajemen menjadi enam urutan,
yaitu: Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), staffing
(kepegawaian), directing (pengerahan), coordinating (pengorganisasian),
reporting (pelaporan), dan budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini
dikenal dengan singkatan POSDCRB.
6
3) George R. Tarry, mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu :
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi ini terkenal
dengan singkatan POAC.
Setelah membahas fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan “manajemen
pendidikan luar sekolah yang terdiri atas enam fungsi tersebut adalah: perenvanaan,
pengorganisasian, pembinaan, penilaian, dan pengembangan”.7
Selanjutnya lebih jelas akan dibahas mengenai keenam fungsi-fungsi manajemen
pendidikan luar sekolah tersebut:
1) Perencanaan
a) Perencanaan
“perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut
sistematiskarena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip
tertentu didalam proses pengambilan keputusan., penggunaan pengetahuan dan
teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan terorganisir”.8
b) Jenis-jenis perencanaan
Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu Perencanaan Alokatif (Allocatif Planning) dan Perencanaan Inovatif
(Inovatif Planning).9
2) Pengorganisasian 7
Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Thn 1992, Hal 38
8
Sudjana, 1992, hal 41
9
Longenecker (1972) yang dikutip oleh Sudjana secara umum mendefinisikan :
pengorganisasian sebagai aktifitas menetapkan hubungan antara manusia dengan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa
kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang kedalam
kelopok dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang
telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Lebih lanjut Sudjana mengatakan bahwa “pengorganisasian pendidikan luar
sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusia dan non manusiawi
yang diperlukan kedalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”10
Dari uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup
sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produk pengorganisasian adalah organisasi.
3) Penggerakan
Penggerakan adalah upaya untuk memberikan dukungan agar pihak yang
dipimpin atau pelaksana kegiatan mengerahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Penggerakan (motivating) berkaitan dengan upaya pemimpin
untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan
menambahkan dorongan atau motivasi itu dalam diri seseorang, sedangkan upaya
10
menggerakan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak diluar dirinya. Hersay dan
Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada pada diri seseorang itu
sering berwujud kebutuhan (needs), keinginan (wilingnees), rangsangan (drive), dan
kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang, mengarah
pada suatu tujuan.dengan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku dan
menjadi alasan tentang mengapa seseorang melakukan tindakan atau kegiatan. Hulse
(1975) memberikan arti bahwa dorongan adalah kekuatan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai
tujuan. Dengan demikian, dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan
akan mempengaruhi tingkah laku orang yang menilai dorongan itu.11
4) Pembinaan
a. Pengertian Pembinaan
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu
keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya. Didalam
manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar
kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau
tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi
penyimpangan maka dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan kepada yang
seharusnya dilaksanakan.12
Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rankaian upaya
pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang
disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai
11
Sudjana, 1992, hal 114-116
12
tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Unsur-unsur pembinaan itu
mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggaraan, staffdan pelaksanaan, bahan
dana alat (material) serta biaya. Dengan perkataan lain pembinaan mempunyai arah
untuk mendayagunakan semua sumber (manusiawi dan non manusiawi) sesuai dengan
rencana dalam merangkai kegiatan untuki mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Ruang lingkup pembinaan
Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controling) dan
supervisi (Supervising). Pengawasan dan Supervisi mempunyai kaitan erat antara yang
satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi.
kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum persamaan
antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari
kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Keduanya dilakukan secara sengaja.
Sasarannya ialah bahwa atau para pelaksanaan program. Pengawasan dan supervisi
merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram. Pelaksanaanya
memerlukan tenaga profesional. Hasil Pengawasan dan Supervisi digunakan untuk
kepentingan program atau kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
5) Pengendalian/Pengawasan
Piet Sahertian mengatakan “Pengawasan adalah suatu proses untuk
menetapkan suatu pekerjaan sudah terlaksana atau belum terlaksana. Hal ini
berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan program yang direncanakan.
Pengawasan dalam artian ini bersifat dua, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan
2. Kajian tentang Majelis Ta’lim
a. Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata ta’lim.
Dalam bahasa arab kata majelis adalah kata tempat kata kerja dari jlis artinya “tempat
duduk, tempat sidang Dewa-Dewa”, Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja yang mempunyai arti “pengajaran”.
Dalam kamus besar Indonesia pengertian majelis adalah “pertemuan atau
perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpil” dari pengertian
terminology tentang majelis ta’lim diatas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah
“tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian islam”
Sari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat
perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang
diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.
b. Tujuan Majelis Ta’lim
Mengenai tujuan Majelis Ta’lim mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai
dengan pandangan para ahli agama para pendiri Majelis Ta’lim dengan organisasi,
lingkungan dan Jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tugasnya.
Berdasarkan Renungan dan pengalaman Tuty Alawiyyah, ia merumuskan bahwa tujuan Majelis Ta’lim dari segi fungsinya, “yaitu: pertama, sebagai tempat belajar,
maka tujuan Majelis Ta’lim adalah menambah Ilmu dan Keyakinan agama yang akan
menolong pengalaman ajaran ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka
adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan
Jama’ahnya”.13
Secara specifik bahwa Majelis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat,
pesantren-pesantren yang adadi pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:
1) Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang Ghaib.
2) Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan
alam semsta.’
3) Inspirasi, Motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat
dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan oktimal dengan kegiatan
pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama
4) Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat yang selaras.
H. M. Arifin (1995 hal 32) beliau mengemukakan pendapatnya tentang
tujuan majelis ta’lim sebagai berikut:
“Tujuan Majelis Ta’lim adalah mengokohkan tujuan hidup manusia
indonesia sebagai kususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam
rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriyah, batiniyah
duniawiyah dan ukrawiyah secara bersama sesuai tuntutan ajaran agama islam
yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang
kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita”
c. Peranan Majelis Ta’lim
Majelis ta’lim bila dilihat struktur organisasi termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal.
13
Karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademi kurikulum lama waktu
belajar tidak ada kenaikan kelas buku raport, ijazah dan sebagaimana sebagainya
lembaga pendidikan formal di sekolah.14
Dilihat dari segi tujuan, “majelis ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah
yang secara Self Standing dan Self Desciplinaed mengatur melaksanakan berbagai
kegiatan berdasarkan musyawarah mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan
tali Islamiyah sesuai dengan tuntutan pesertanya.15
Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan indonesia sampai
sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat
penting dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia disamping peranannya
yang ikut dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia. Disamping
peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan
nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan indonesia lembaga ini ikut
serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk
pendidikannya lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk
langgar, surau, rangkang.
Telah dikemukakan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non
formal islam. Dengan demikian yang bukan lembaga pendidikan formal islam
seperti masalah sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan
organisasi masa atau organisasi politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai
kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:
14
Nurul Huda,1996/1987 hal 13
15
1) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama
dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
2) Taman Rekreasi Rohaniah, karena penyelengggara bersifat santai.
3) Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar islam.
4) Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
Umat dan Bangsa.
Secara strategis Majelis-majelis Ta’lim menjadi sarana Dakwah dan Tabligh
yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat
agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam
untuk, memahami dan mengamalkan agama yang konsektual di lingkungan hidup
sosial-budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai
Ummathan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu,
maka pemimpinya harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah kecerahan sikap
hidup Islami yang membawa kepada kesehatan Fungsional selaku Khalifah di
buminya sendiri.
3. Kajian tentang learning community (masyarakat belajar)
a) Pengertian Learning Community (Masyarakat Belajar)
Komunitas pembelajaran sebagai adalah sebuah organisasi dimana
anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai
hasil yang diinginkan, mendorong pola berfikir yang baru dan luas, dan terus
Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat
untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui Interaksi dengan lingkunganya, dan
dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat
menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara
pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada ada di
lingkungannya. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan berbasis masyarakat
antara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan
organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan, sumber daya yang kurang
termanfaatkan sebagai tempat sosial.
Lebih lanjut Learning Community masyarakat belajar mengandung arti sebagai
berikut :
1) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan
dan pengalaman.
2) Ada kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.
3) Pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara
Individual.
4) Upaya membangun Motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat
diandalkan.
5) Ada rasa ranggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama.
6) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk
7) Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk
saling memberi dan menerima.
8) Ada Fasilitator/Guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.
9) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.
10) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang baik.
11) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.
12) Tidak ada kebenarannya hanya ada satu saja.
13) Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat,
lemah bisa pula berperan.16
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis
masyarakat adalah pendidikan yang berada di masyarakat, pendidikan yang
menjawab kebutuhan masyarakat, dikelola masyarakat, memanfaatkan fasilitas
yang ada di masyarakat dan menurut partisipasi masyarakat.
b) Prinsip-prinsip Learning Community:
1. Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau Sharing dengan pihak
lain.
2. Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima
informasi.
3. Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah.
4. Penetapan Program Kerja
1. Pengertian Program Kerja
16
Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi
yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah
ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi
organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan
sebagai sarana untuk mewujudkan cita cita organisasi. Ada dua alasan pokok mengapa
program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi :
a) Efisiensi organisasi
Dengan telah dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka
waktu yang dihabiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk
kegiatan apasaja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain
bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat.
b) Efektifitas organisasi
Keefektifan Organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan
membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan
sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan
bagian kepengurusan yang lainnya.
2. Jenis-jenis program kerja
Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode
kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan sekali
dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi
dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.
Jenis program kerja seperti ini disusun untuk suatu jangka waktu tertentu
biasanya triwulan, caturwulan, semester dan lain lain. Dalam pembuatan
metode program kerja seperti ini maka akan ditemui bahwa suatu organisasi
akan mengadakan rapat kerja (raker) organisasi lebih dari sekali dalam satu
periode kepengurusan.
b. Program kerja untuk satu periode kepengurusan
Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode
kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan
sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan
diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.
3. Prasyarat pembuatan Program Kerja
Dalam organisasi, sudah menjadi kewajiban pengurus untuk membuat program
kerja yang akan dijalankan oleh suatu organisasi untuk jangka waktu yang telah
ditetapkan, namun dalam pembuatannya, pengurus harus memperhatikan beberapa hal
dalam penyusunan suatu program kerja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain :
1. Latar Belakang Pembentukan Organisasi
Hal ini berkaitan dengan nilai nilai yang mendasari pendirian suatu organisasi
yang bertalian erat dengan semangat para pendiri organisasi
2. Sejarah Perjalanan Organisasi
Hal ini berkaitan dengan pengalaman organisasi dalam menjalankan program
untuk diperhatikan karena kesesuaian jiwa organisasi dengan implementasi
program kerja bisa dilihat dari sisi ini.
3. Visi dan Misi Organisasi
Program kerja yang dibuat harus sesuai dengan visi dan misi yang telah menjadi
bagian utama dari suatu organisasi sebagai acuan pokok dalam menjalankan roda
organisasi
4. AD/ART dan Peraturan Organisasi
Program kerja yang dibuat tidak boleh menyalahi AD/ART serta peraturan
organisasi.
5. GBHO/GBPK
GBHO dan GBPK umumnya dibuat pada saat awal suatu kepengurusan (saat
terbentuknya kepengurusan baru) dan hal ini merupakan amanat organisasi yang
didasari pada situasi yang sedang berkembang serta dinamika dari organisasi yang
bersangkutan. Suatu program kerja tidak boleh melanggar GBHO/GBPK karena
pelanggaran terhadap GBHO/GBPK sama artinya dengan menentang amanat yang
telah diberikan oleh organisasi
5. Pengertian Lembaga Dakwah
Lembaga adalah badan (Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu
penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Sedangkan pengorganisasian
adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung
jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan.
Dakwah merupakan suatu yang sangat Urgen bagi keberlangsungan agama Islam
sebab Dakwah Islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi dan diteruskan oleh para
sahabat beliau Wafat, Khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para Ulama yang
notabenenya pewaris Nabi. Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapat
dipungkiri bahwa itu semua berkat adanya aktivitas Dakwah Islamiyah yang
dilakukan oleh para juru dakwah dan para ulama yang dengan semangat dan
keikhlasannya mengembangkan agama Islam kepada mereka yang belum memeluk
agama Islam.
Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga
kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima dan dipeluk oleh
umat manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan
ikut-ikutan saja. Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, suatu ideologi
atau aliran tidak akan tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk
menyiarkannya. Rusaknya suatu agama adalah karena pemeluknya meninggalkan
dakwah.
Diketahui bahwa ruang lingkup dakwah dan sasarannya itu amat luas, sebab ia
meliputi semua aspek kehidupan umat manusia, baik kehidupan Jasmani maupun
Rohani dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun
Akhirat.
Maka untuk melaksanakan tugas mulia dan besar itu diperlukan kumpulan para
Da’i dalam suatu Wadah Organisasi Dakwah agar menjadi mudah pelaksanaannya.
Hal ini disebabkan karena tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam
tugas yang lebih terperinci, serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa orang
yang akan mencegah timbulnya Akumulasi pekerjaan hanya pada diri seseorang
pelaksana saja.
Selanjutnya dengan pengorganisasian, kegiatan-kegiatan dakwah yang dirinci
akan memudahkan pemilihan tenaga-tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas-tugas tersebut, serta sarana atau alat yang dibutuhkan. Pengorganisasian
tersebut akan mendatangkan keberuntungan berupa terpadunya berbagai
kemampuan dan keahlian dari pada pelaksana dakwah dalam satu kerangka
kerjasama dakwah yang semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.
Adapun peran lainnya sebagai Lembaga Dakwah adalah:
a.Menebar pemikiran dan dakwah.
b. Mengembangkan kemampuan SDM para Kader Dakwah.
c. Pelembagaan yang Professional dan Kompeten pada bidangnya.
d.Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi dan pemikiran
e. Mencetak kader-kader.
g. Melayani, melindungi, serta memberdayakan masyarakat yang Kredibel.
f. Pemerkuat basis sosial
6. Teori Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam
pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,
organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan
guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.17
Menurut Van Meter dan Van Horn, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di
dalam mengembangkan tipologi kebijakan-kebijakan publik, yakni:
a. Implementasi Efektif
Implementasi Efektif akan bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang
dipertimbangkan. Misalnya, keberhasilan implementasi kebijakan mengenai
kemiskinan dengan penanggulangan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan oleh
tipe kebijakan yang berbeda antara pengentasan kemiskinan dengan
penanggulangan kenakalan remaja.
b. Faktor-faktor yang mendorong Realisasi atau Non-Realisasi
Suatu implementasi akan sangat berhasil bila perubahan marginal diperlukan
dan konsensus tujuan rendah tinggi. Sebaliknya, bila perubahan besar ditetapkan
17
dan konsensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif akan sangat
diragukan. Disamping itu, kebijakan-kebijakan perubahan besar atau konsensus
tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada
kebijakan-kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah. Dengan
demikian, konsensus tujuan akan diharapkan pula mempunyai dampak yang besar
pada proses implementasi kebijakan daripada unsur perubahan. Dengan
saran-saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan perhatianj kepada
penyelidikan terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang tercakup dalam
proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikaji.18
BAB II
KAJIAN TEORITIK
C.
Penelitian Terdahulu yang RelevanPenelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen sudah banyak yang ditulis
oleh beberapa orang dalam skripsi, karya Ilmiah dan Tesis, baik Literer maupun
penelitian lapangan antara lain sebagai berikut:
Di antaranya adalah skripsi karya Nanang Kristanto jurusan Luar Sekolah tahun
2015 yang berjudul Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (Ikatan Pengasuh Pengajian
Sumbersari) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat menuju Pendidikan Karakter di
18
Kelurahan Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta. Skripsi ini merupakan penelitian
Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola, ustadz/narasumber, jamaah majelis ta’lim IPPS dan perangkat desa Sumbersari.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode Wawancara, Dokumentasi, serta
pengamatan langsung dan dilakukan dengan Partisipatif.19
Penulis juga menemukan Skripsi karya Irawati, Jurusan Manajemen Dakwah
tahun 2006 yang berjudul Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap
Pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam
Magelang dengan hasil penelitiannya yaitu menjelaskan tentang manajemen yang
mengacu kepada 4 faktor yaitu, planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan).20
Penulis juga menemukan jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan
Komunikasi, UIN Alauddin Makassar yang berjudul Organisasi dalam Manajemen
Dakwah dengan hasil penelitiannya yaitu Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan
usaha dakwah dengan jalan menetapkan dan menyusun suatu kerangka yang menjadi
wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan
kerja diantara satuan-satuan Organisasi atau Petugasnya.21
19
Nanang Kristanto, Pe gelolaa Majelis ta’li IPPS ikatan pengasuh pengajian sumbersari) sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
20
Irawati, Penerapan Fungsi-Fu gsi Ma aje e Su ber Da’I terhadap pe gololaa Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang, Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2006.
21
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Program Kerja dan Implementasinya Lembaga Dakwah di Majelis Ta’lim
Hidayatulwalad, Warugunung, Surabaya. Dengan berdasarkan teori-teori yang ada dan
dilengkapi data-data yang didapatkan dari lembaga tersebut memudahkan peneliti
mengerjakan Skripsi yang berjudul PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA
PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATUL WALAD,
WARUGUNUNG, KARANGPILANG, SURABAYA, karena penelitian ini belum
pernah dijadikan obyek pada penelitian-penelitian sebelumnya.
D. Kerangka Teori
7. Kajian tentang pengelolaan
d. Pengertian pengelolaan
Menurut Winarno Hamiseno seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto
pengertian pengelolaan sebagai berikut : “Pengelolaan adalah substantif dari
mengelola, sedangkan mengelola seperti suatu tindakan yang dimulai dari
penyusunan data merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan
pengawasan dan penilaian dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu
dan sesuatu itu dapat merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan
selanjutnya”.22
Pengelolaan adalah manajemen dari pada sumber daya – sumber daya
misalnya pengelolaan personil, pengelolaan keuangan, material, dan sebagainya.23
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
pengelolaan adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan dan
22
Suharsimi Arikunto, 1986, hal 32
23
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan
dan penilaian terhadap Sumber Daya – Sumber Daya.
e. Tujuan pengelolaan
Hartati Sukirman mengemukaan bahwa tujuan pengelolaan pendidikan
senantiasa bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian
dan kemampuan dasar peserta didik, siapapun yang menjadi peserta didik
dimaksud, apakah anak-anak dewasa. Dengan demikian, segala sesuatu yang di
atur, ditata, dikelola, senantiasa ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan
tersebut. Secara jelasnya administrasi pendidikan bertujuan menata, mengatur,
mengelola segala sesuatu yang berkenan atau berkaitan dengan kegiatan
pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan secara
Normative, Efectif, dan Efisien. Secara Normative, seperti telah disinggung dalam
pembicaraan mengenai pendidikan artinya sesuai dengan kaidah-kaidah Falsafah
pendidikan, Norma-norma Etika, dan Kaidah-Kaidah Keilmuan.24
f. Fungsi Pengelolaan
Di kemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan.. kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu
kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenan dengan fungsi-fungsi manajemen ini,
M. Munir dan Wahyu Ilahi secara umum menyatakan bahwa, fungsi manajemen
itu berbeda-beda, fungsi manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut
:
24
4) Harry Fayol (pakar administrasi dan manajemen prancis), mengemukakan
fungsi manajemen mencakup lima aspek,
yaitu :
Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), commad
(perintah), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan)
kelima rangkaianfungsi manajemen ini dikenal dengan singkatan POCCC.
5) L.M. Gullick, merinci fungsi-fungsi manajemen menjadi enam urutan,
yaitu: Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), staffing
(kepegawaian), directing (pengerahan), coordinating (pengorganisasian),
reporting (pelaporan), dan budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini
dikenal dengan singkatan POSDCRB.
6) George R. Tarry, mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu :
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi ini terkenal
dengan singkatan POAC.
Setelah membahas fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan “manajemen
pendidikan luar sekolah yang terdiri atas enam fungsi tersebut adalah: perenvanaan,
pengorganisasian, pembinaan, penilaian, dan pengembangan”.25
Selanjutnya lebih jelas akan dibahas mengenai keenam fungsi-fungsi manajemen
pendidikan luar sekolah tersebut:
6) Perencanaan
25
c) Perencanaan
“perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut
sistematiskarena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip
tertentu didalam proses pengambilan keputusan., penggunaan pengetahuan dan
teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan terorganisir”.26
d) Jenis-jenis perencanaan
Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu Perencanaan Alokatif (Allocatif Planning) dan Perencanaan Inovatif
(Inovatif Planning).27
7) Pengorganisasian
Longenecker (1972) yang dikutip oleh Sudjana secara umum mendefinisikan :
pengorganisasian sebagai aktifitas menetapkan hubungan antara manusia dengan
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa
kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang kedalam
kelopok dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang
telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Lebih lanjut Sudjana mengatakan bahwa “pengorganisasian pendidikan luar
sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusia dan non manusiawi
26
Sudjana, 1992, hal 41
27
yang diperlukan kedalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”28
Dari uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup
sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produk pengorganisasian adalah organisasi.
8) Penggerakan
Penggerakan adalah upaya untuk memberikan dukungan agar pihak yang
dipimpin atau pelaksana kegiatan mengerahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Penggerakan (motivating) berkaitan dengan upaya pemimpin
untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan
menambahkan dorongan atau motivasi itu dalam diri seseorang, sedangkan upaya
menggerakan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak diluar dirinya. Hersay dan
Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada pada diri seseorang itu
sering berwujud kebutuhan (needs), keinginan (wilingnees), rangsangan (drive), dan
kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang, mengarah
pada suatu tujuan.dengan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku dan
menjadi alasan tentang mengapa seseorang melakukan tindakan atau kegiatan. Hulse
(1975) memberikan arti bahwa dorongan adalah kekuatan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai
28
tujuan. Dengan demikian, dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan
akan mempengaruhi tingkah laku orang yang menilai dorongan itu.29
9) Pembinaan
c. Pengertian Pembinaan
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu
keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya. Didalam
manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar
kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau
tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi
penyimpangan maka dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan kepada yang
seharusnya dilaksanakan.30
Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rankaian upaya
pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang
disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai
tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Unsur-unsur pembinaan itu
mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggaraan, staffdan pelaksanaan, bahan
dana alat (material) serta biaya. Dengan perkataan lain pembinaan mempunyai arah
untuk mendayagunakan semua sumber (manusiawi dan non manusiawi) sesuai dengan
rencana dalam merangkai kegiatan untuki mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Ruang lingkup pembinaan
Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controling) dan
supervisi (Supervising). Pengawasan dan Supervisi mempunyai kaitan erat antara yang
29
Sudjana, 1992, hal 114-116
30
satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi.
kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum persamaan
antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari
kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Keduanya dilakukan secara sengaja.
Sasarannya ialah bahwa atau para pelaksanaan program. Pengawasan dan supervisi
merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram. Pelaksanaanya
memerlukan tenaga profesional. Hasil Pengawasan dan Supervisi digunakan untuk
kepentingan program atau kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
10)Pengendalian/Pengawasan
Piet Sahertian mengatakan “Pengawasan adalah suatu proses untuk
menetapkan suatu pekerjaan sudah terlaksana atau belum terlaksana. Hal ini
berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan program yang direncanakan.
Pengawasan dalam artian ini bersifat dua, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan
pekerjaan sudah terwujud dan proses kegiatan dapat terlaksana”.
8. Kajian tentang Majelis Ta’lim
c. Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata ta’lim.
Dalam bahasa arab kata majelis adalah kata tempat kata kerja dari jlis artinya “tempat
duduk, tempat sidang Dewa-Dewa”, Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja yang mempunyai arti “pengajaran”.
Dalam kamus besar Indonesia pengertian majelis adalah “pertemuan atau
terminology tentang majelis ta’lim diatas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah
“tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian islam”
Sari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat
perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang
diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.
d. Tujuan Majelis Ta’lim
Mengenai tujuan Majelis Ta’lim mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai
dengan pandangan para ahli agama para pendiri Majelis Ta’lim dengan organisasi,
lingkungan dan Jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tugasnya.
Berdasarkan Renungan dan pengalaman Tuty Alawiyyah, ia merumuskan bahwa tujuan Majelis Ta’lim dari segi fungsinya, “yaitu: pertama, sebagai tempat belajar,
maka tujuan Majelis Ta’lim adalah menambah Ilmu dan Keyakinan agama yang akan
menolong pengalaman ajaran ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka
tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan
Jama’ahnya”.31
Secara specifik bahwa Majelis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat,
pesantren-pesantren yang adadi pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:
5) Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang Ghaib.
6) Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan
alam semsta.’
31
7) Inspirasi, Motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat
dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan oktimal dengan kegiatan
pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama
8) Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat yang selaras.
H. M. Arifin (1995 hal 32) beliau mengemukakan pendapatnya tentang
tujuan majelis ta’lim sebagai berikut:
“Tujuan Majelis Ta’lim adalah mengokohkan tujuan hidup manusia
indonesia sebagai kususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam
rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriyah, batiniyah
duniawiyah dan ukrawiyah secara bersama sesuai tuntutan ajaran agama islam
yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang
kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita”
c. Peranan Majelis Ta’lim
Majelis ta’lim bila dilihat struktur organisasi termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal.
Karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademi kurikulum lama waktu
belajar tidak ada kenaikan kelas buku raport, ijazah dan sebagaimana sebagainya
lembaga pendidikan formal di sekolah.32
Dilihat dari segi tujuan, “majelis ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah
yang secara Self Standing dan Self Desciplinaed mengatur melaksanakan berbagai
32
kegiatan berdasarkan musyawarah mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan
tali Islamiyah sesuai dengan tuntutan pesertanya.33
Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan indonesia sampai
sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat
penting dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia disamping peranannya
yang ikut dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia. Disamping
peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan
nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan indonesia lembaga ini ikut
serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk
pendidikannya lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk
langgar, surau, rangkang.
Telah dikemukakan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non
formal islam. Dengan demikian yang bukan lembaga pendidikan formal islam
seperti masalah sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan
organisasi masa atau organisasi politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai
kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:
5) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama
dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
6) Taman Rekreasi Rohaniah, karena penyelengggara bersifat santai.
7) Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar islam.
8) Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
Umat dan Bangsa.
33
Secara strategis Majelis-majelis Ta’lim menjadi sarana Dakwah dan Tabligh
yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat
agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam
untuk, memahami dan mengamalkan agama yang konsektual di lingkungan hidup
sosial-budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai
Ummathan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu,
maka pemimpinya harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah kecerahan sikap
hidup Islami yang membawa kepada kesehatan Fungsional selaku Khalifah di
buminya sendiri.
9. Kajian tentang learning community (masyarakat belajar)
c) Pengertian Learning Community (Masyarakat Belajar)
Komunitas pembelajaran sebagai adalah sebuah organisasi dimana
anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai
hasil yang diinginkan, mendorong pola berfikir yang baru dan luas, dan terus
belajar bagaimana belajar bersama-sama.
Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat
untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui Interaksi dengan lingkunganya, dan
dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat
menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara
pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada ada di
antara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan
organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan, sumber daya yang kurang
termanfaatkan sebagai tempat sosial.
Lebih lanjut Learning Community masyarakat belajar mengandung arti sebagai
berikut :
14)Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan
dan pengalaman.
15)Ada kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.
16)Pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara
Individual.
17)Upaya membangun Motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat
diandalkan.
18)Ada rasa ranggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama.
19)Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk
belajar dengan anak lainnya.
20)Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk
saling memberi dan menerima.
21)Ada Fasilitator/Guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.
22)Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.
23) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang baik.
24) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.