• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM DAN IMPLEMENTASINYA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA'LIM HIDAYATULWALAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM DAN IMPLEMENTASINYA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA'LIM HIDAYATULWALAD."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATULWALAD

SURABAYA SKRIPSI

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Sosial Islam

Oleh:

TIYO DINARYO NIM: B04212044

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Tiyo Dinaryo. 2016.Program Kerja dan Implementasinya pada Lembaga Dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad Surabaya, Program Studi Manajemen Dakwah UIN Sunan

Ampel Surabaya. Airlangga Brahmayudha, MM.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini yakni mengenai. Bagaimana Program kerja dan

Implementasinya di Lembaga Dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad Surabaya?

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Fokus masalah penelitian ini terletak pada program kerja dan

implementasinya lembaga dakwah Majelis Ta’lim Hidayatulwalad. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi dengan metode pengumpulan data, analisis, dan menulis. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh dari informan serta dokumen mengenai jenis data-data yang dibutuhkan. Adapun untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi.

Penelitian ini memperoleh hasil yaitu program kerja yang tersusun sangat rapi seperti

Ta’lim dan Dzikir keliling, Pembekalan pelatihan pengobatan Islam, dan kelompok usaha bisnis.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN MOTTO ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

B. Kajian Teori ... 12

1. Kajian Tentang Pengelolaan ... 12

2. Kajian Tentang Majelis Ta’lim...19

3. Kajian Tentang Learning Community. ... 24

4. Penetapan Program Kerja ... 26

5. Kajian Lembaga Dakwah ... 29

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 45

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

1. Letak Goegrafis Majelis Ta’lim ... 46

2. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim... 46

3. Visi dan Misi Majelis Ta’lim ... 46

4. Struktur Organisasi Majelis Ta’lim ... 47

5. Budaya Organisasi Majelis Ta’lim ... 49

6. Program Kerja Majelis Ta’lim ... 50

7. Metode Dakwah Majelis Ta’lim ... 55

8. Materi Pembelajaran dan Pencapaian ... 55

9. Tata Tertib Majelis Ta’lim ... 57

B. Penyajian Data ... 58

C. Analisa Data ... 66

BAB V PENUTUP... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran dan Rekomendassi ... 76

C. Daftar Puataka ... 78

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah), tetapi juga sisi

pelakunya (Da’i) juga pesertanya (Mad’u), ia juga mempunyai metode beragam yang

telah digariskan oleh Al-Qur’an Surah Al-Mujadallah : 11 dan dipraktikan oleh

Rasulullah.

اذا ْمكّ ها حّْفي اْوحّْفاف سلج ّْا ىف اْوحّفت ْمكّ لْيق اذا آْونما نْي ّا ا يآي اْونما نْي ّا ها عفْري اْ زشْناف اْ زشْنا لْيق

رْيبخ ْول ْعت ا ب ها تج د مْلعّْا اْوتْ ا نْي ّا ْمكْنم

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah

dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Interaksi aktif berdasarkan pemahaman yang komprehensif terhadap unsur-unsur

dakwah di atas, niscaya akan berbeda baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada

kemungkinan hasil yang bisa diraih.

Kehidupan berdakwah Rasulullah SAW, dan para sahabatnya, dalam seluruh

dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di

Madinah, yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yastrib yang jahili, adalah

contoh konkret keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. Dan itu

(10)

perjuangan yang panjang yang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan

Amaliyyah Al Idariyyah (aktivitas manajerial). sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan

dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkannya sumber-sumber yang

ada.

Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik Islam di

Indonesia, adalah merebaknya aktivitas dakwah islam. Dakwah tidak lagi hanya berada

di tempat-tempat konvensional dakwah seperti Masjid, Pesantren, dan Majelis Ta’lim.

Dakwah kini bahkan sudah berada di hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan

melalui media internet dan menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta

sekalipun.

Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan sekaligus

tantangan bagi para praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis selalu meningkatkan

intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih professional. Godaan

dunia dan permasalahan umat yang begitu cepat bagaikan deret hitung, merayap dan

lamban. Globalisasi menantang para praktisi dakwah untuk memberikan jalan dan

alternative pemecahan sebagai masalah hidup umat yang semakin kompleks.

Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan

prinsip-prinsip manajemen, maka Image Professional dalam dakwah akan terwujud pada

kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak dipandang dalam objek Ubudiyah

saja akan tetapi diinterpretasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari

(11)

penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus mendapatkan

prioritas.

Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi

tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan

pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang

dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan sebuah

cerita (image) profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya dari pengguna jasa dari profesi Da’i.

Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan program

yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas

dimana cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah mengikuti arah

yang telah di rencanakan.1

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk

membelajarkan dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkunganya, dan dengan

demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat, oleh

masyarakat, dan untuk masyarakat.

“Diwilayah Warugunung kecamatan Karangpilang Surabaya, merupakan wilayah

perbatasan antara kota Surabaya dengan kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Gersik,

dimana terjadi arus singkronisasi, urbanisasi, persinggahan, keluar masuknya penduduk

dari desa ke kota, selain itu wilayah warugunung merupakan wilayah industri, sehingga

1

(12)

keadaan masyarakat didaerah ini rentan terjadi kriminalitas karna bertemunya berbagai

karakter manusia dari berbagai wilayah bercampur menjadi satu, peran tokoh masyarakat

dan tokoh agama belum berjalan maksimal. Selain itu juga mata pencahariaan

masyarakat di warugunung adalah kebanyakan sebagai karyawan industri yang full

kegiatan sehingga terkadang kewajiban dalam mendidik anak- anak mereka menjadi

terbengkalai, pendidikan agama kurang diperhatian akibatnya banyak anak yang kurang

perhatian orang tuanya menjadi anak yang Broken Home, remaja tumbuh menjadi

remaja yang pengetahuan agamanya kurang bahkan tidak sedikit yang jatuh dalam

kenakalan ramaja. Berawal dari masalah itu, saudara Budhi Hadi Syahputra terinspirasi

untuk mendirikan wadah atau majlis yang menampung para remaja untuk mempelajari

agama dan berpartisipasi dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja melaluai aktifitas

pendidikan dan dakwah yang persuasife melalui Majlis Ta’lim Hidayatulwalad.”2

Dengan inilah peneliti menjadikan alasan yang mendasar untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui dan memahami bagaimana program kerja dan

implementasinya pada organisasi dakwah di Majlis Ta’lim Hidayatulwalad Warugunung

Karangpilang Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

:

1. Apa dan bagaimana menetapkan Program Kerja di lembaga dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad ?

2. Bagaimana Implementasi di lembaga Majelis Ta’lim Hidayatulwalad ?

2

(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini

memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara menetapkan program kerja di lembaga dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad.

2. Untuk mengetahui Implementasi program kerja di lembaga dakwah Majelis

Ta’lim Hidayatulwalad

D. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian hasil yang diperoleh diharapkan dapat

bermanfaat secara Teoritis maupun Praktis. Manfaat Teoritis berguna untuk

mengembangkan Disiplin Ilmu yang berkaitan lebih lanjut dan manfaat praktis

digunakan untuk pemecahan masalah aktual.

1. Manfaat Teoritis:

a. Memberikan masukan dan menambah wawasan keilmuan penulis dan bagi para

peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lain sejenis.

b. Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

tentang implementasi fungsi-fungsi di dalam proses manajemen organisasi

dakwah.

2. Manfaat Praktis:

a. Dapat dijadikan sebagai bahan Evaluasi dan Intropeksi diri dalam mengikuti

proses belajar mengajar dan sebagai masukan tentang organisasi dakwah.

(14)

E. Definisi Konsep

1. Program Kerja

Program Kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu orgaisasi

yang terarah, terpadu dan sistematis yang dibuat untuk rntan waktu yang telah

ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi

organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi.

2. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau dari sebuah rencana yang sudah disusun

secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan

sudah di anggap fix.3

3. Organisasi

Organisasi berasal dari istilah Yunani “organon”, istilah latin “organum” yang

dapat berarti: alat, bagian, anggota atau badan.

Organisasi merupakan kumpulan hubungan antar perseorangan tanpa tujuan

bersama yang disadari, meskipun pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari

itu untuk tujuan bersama.

Telah dikemukakan bahwa ciri-ciri organisasi ada tiga yakni:

a. Sekelompok orang

b. Kerjasama atau pembagian pekerjaan dan

3

(15)

c. Tujuan bersama4

4. Majelis Ta’lim (Lembaga Dakwah)

Majelis Ta’lim adalah satu lembaga pendidikan non formal yang bertujuan

meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi

jamaahnya , serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

5. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses

kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai

dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam

pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan

kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.5

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam

penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan.

Pada bab I Pendahuluan, ini berisikan tentang gambaran umum yang meliputi:

konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

konsep dan sistematika peembahasan.

Pada bab II Kerangka teoritik, berisikan tentang kajian konseptual yang meliputi

penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka teori.

4

Drs.M.Manulang, dasar-dasar manajemen, Jakarta, Thn 1990, Hal.67-69

5

(16)

Pada bab III Metode penelitian, ini berisikan tentang metode penelitian yang

menjelaskan tentang pendekatan jenis penelitian, wilayah penelitian, jenis dan sumber

data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada bab IV penyajian analisis data, ini menjelaskan mngenai gambaran umum

objek penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta-fakta mengenai masalah yang

di angkat dan analisis data.

Pada bab V berisi penutup yang memaparkan tentang kesimpulan serta

(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen sudah banyak yang ditulis

oleh beberapa orang dalam skripsi, karya Ilmiah dan Tesis, baik Literer maupun

penelitian lapangan antara lain sebagai berikut:

Di antaranya adalah skripsi karya Nanang Kristanto jurusan Luar Sekolah tahun

2015 yang berjudul Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (Ikatan Pengasuh Pengajian

Sumbersari) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat menuju Pendidikan Karakter di

Kelurahan Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta. Skripsi ini merupakan penelitian

Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola, ustadz/narasumber, jamaah majelis ta’lim IPPS dan perangkat desa Sumbersari.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode Wawancara, Dokumentasi, serta

pengamatan langsung dan dilakukan dengan Partisipatif.1

Penulis juga menemukan Skripsi karya Irawati, Jurusan Manajemen Dakwah

tahun 2006 yang berjudul Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap

Pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam

Magelang dengan hasil penelitiannya yaitu menjelaskan tentang manajemen yang

mengacu kepada 4 faktor yaitu, planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),

Actuating (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan).2

1

Nanang Kristanto, Pe gelolaa Majelis ta’li IPPS ikata pe gasuh pe gajia su bersari sebagai wadah

pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

2

Irawati, Penerapan Fungsi-Fu gsi Ma aje e Su ber Da’I terhadap pe gololaa Kegiata Dakwah Po dok

(18)

Penulis juga menemukan jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan

Komunikasi, UIN Alauddin Makassar yang berjudul Organisasi dalam Manajemen

Dakwah dengan hasil penelitiannya yaitu Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai

rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan

usaha dakwah dengan jalan menetapkan dan menyusun suatu kerangka yang menjadi

wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan

pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan

kerja diantara satuan-satuan Organisasi atau Petugasnya.3

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Program Kerja dan Implementasinya Lembaga Dakwah di Majelis Ta’lim

Hidayatulwalad, Warugunung, Surabaya. Dengan berdasarkan teori-teori yang ada dan

dilengkapi data-data yang didapatkan dari lembaga tersebut memudahkan peneliti

mengerjakan Skripsi yang berjudul PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA

PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATUL WALAD,

WARUGUNUNG, KARANGPILANG, SURABAYA, karena penelitian ini belum

pernah dijadikan obyek pada penelitian-penelitian sebelumnya.

B. Kerangka Teori

1. Kajian tentang pengelolaan

a. Pengertian pengelolaan

Menurut Winarno Hamiseno seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto

pengertian pengelolaan sebagai berikut : “Pengelolaan adalah substantif dari

mengelola, sedangkan mengelola seperti suatu tindakan yang dimulai dari

3

(19)

penyusunan data merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan

pengawasan dan penilaian dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu

dan sesuatu itu dapat merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan

selanjutnya”.4

Pengelolaan adalah manajemen dari pada sumber daya – sumber daya

misalnya pengelolaan personil, pengelolaan keuangan, material, dan sebagainya.5

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian

pengelolaan adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan dan

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan

dan penilaian terhadap Sumber Daya – Sumber Daya.

b. Tujuan pengelolaan

Hartati Sukirman mengemukaan bahwa tujuan pengelolaan pendidikan

senantiasa bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian

dan kemampuan dasar peserta didik, siapapun yang menjadi peserta didik

dimaksud, apakah anak-anak dewasa. Dengan demikian, segala sesuatu yang di

atur, ditata, dikelola, senantiasa ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan

tersebut. Secara jelasnya administrasi pendidikan bertujuan menata, mengatur,

mengelola segala sesuatu yang berkenan atau berkaitan dengan kegiatan

pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan secara

Normative, Efectif, dan Efisien. Secara Normative, seperti telah disinggung dalam

4

Suharsimi Arikunto, 1986, hal 32

5

(20)

pembicaraan mengenai pendidikan artinya sesuai dengan kaidah-kaidah Falsafah

pendidikan, Norma-norma Etika, dan Kaidah-Kaidah Keilmuan.6

c. Fungsi Pengelolaan

Di kemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu

kegiatan.. kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu

kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenan dengan fungsi-fungsi manajemen ini,

M. Munir dan Wahyu Ilahi secara umum menyatakan bahwa, fungsi manajemen

itu berbeda-beda, fungsi manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut

:

1) Harry Fayol (pakar administrasi dan manajemen prancis), mengemukakan

fungsi manajemen mencakup lima aspek,

yaitu :

Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), commad

(perintah), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan)

kelima rangkaianfungsi manajemen ini dikenal dengan singkatan POCCC.

2) L.M. Gullick, merinci fungsi-fungsi manajemen menjadi enam urutan,

yaitu: Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), staffing

(kepegawaian), directing (pengerahan), coordinating (pengorganisasian),

reporting (pelaporan), dan budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini

dikenal dengan singkatan POSDCRB.

6

(21)

3) George R. Tarry, mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu :

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi ini terkenal

dengan singkatan POAC.

Setelah membahas fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan “manajemen

pendidikan luar sekolah yang terdiri atas enam fungsi tersebut adalah: perenvanaan,

pengorganisasian, pembinaan, penilaian, dan pengembangan”.7

Selanjutnya lebih jelas akan dibahas mengenai keenam fungsi-fungsi manajemen

pendidikan luar sekolah tersebut:

1) Perencanaan

a) Perencanaan

“perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang

tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut

sistematiskarena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip

tertentu didalam proses pengambilan keputusan., penggunaan pengetahuan dan

teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan terorganisir”.8

b) Jenis-jenis perencanaan

Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua

jenis yaitu Perencanaan Alokatif (Allocatif Planning) dan Perencanaan Inovatif

(Inovatif Planning).9

2) Pengorganisasian 7

Sudjana, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Thn 1992, Hal 38

8

Sudjana, 1992, hal 41

9

(22)

Longenecker (1972) yang dikutip oleh Sudjana secara umum mendefinisikan :

pengorganisasian sebagai aktifitas menetapkan hubungan antara manusia dengan

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa

kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang kedalam

kelopok dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk

melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang

telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Lebih lanjut Sudjana mengatakan bahwa “pengorganisasian pendidikan luar

sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusia dan non manusiawi

yang diperlukan kedalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana

telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”10

Dari uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian

adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup

sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produk pengorganisasian adalah organisasi.

3) Penggerakan

Penggerakan adalah upaya untuk memberikan dukungan agar pihak yang

dipimpin atau pelaksana kegiatan mengerahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Penggerakan (motivating) berkaitan dengan upaya pemimpin

untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan

menambahkan dorongan atau motivasi itu dalam diri seseorang, sedangkan upaya

10

(23)

menggerakan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak diluar dirinya. Hersay dan

Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada pada diri seseorang itu

sering berwujud kebutuhan (needs), keinginan (wilingnees), rangsangan (drive), dan

kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang, mengarah

pada suatu tujuan.dengan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku dan

menjadi alasan tentang mengapa seseorang melakukan tindakan atau kegiatan. Hulse

(1975) memberikan arti bahwa dorongan adalah kekuatan yang terdapat dalam diri

seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai

tujuan. Dengan demikian, dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan

akan mempengaruhi tingkah laku orang yang menilai dorongan itu.11

4) Pembinaan

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu

keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya. Didalam

manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar

kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau

tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi

penyimpangan maka dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan kepada yang

seharusnya dilaksanakan.12

Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rankaian upaya

pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang

disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai

11

Sudjana, 1992, hal 114-116

12

(24)

tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Unsur-unsur pembinaan itu

mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggaraan, staffdan pelaksanaan, bahan

dana alat (material) serta biaya. Dengan perkataan lain pembinaan mempunyai arah

untuk mendayagunakan semua sumber (manusiawi dan non manusiawi) sesuai dengan

rencana dalam merangkai kegiatan untuki mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Ruang lingkup pembinaan

Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controling) dan

supervisi (Supervising). Pengawasan dan Supervisi mempunyai kaitan erat antara yang

satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi.

kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum persamaan

antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari

kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Keduanya dilakukan secara sengaja.

Sasarannya ialah bahwa atau para pelaksanaan program. Pengawasan dan supervisi

merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram. Pelaksanaanya

memerlukan tenaga profesional. Hasil Pengawasan dan Supervisi digunakan untuk

kepentingan program atau kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

5) Pengendalian/Pengawasan

Piet Sahertian mengatakan “Pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan suatu pekerjaan sudah terlaksana atau belum terlaksana. Hal ini

berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan program yang direncanakan.

Pengawasan dalam artian ini bersifat dua, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan

(25)

2. Kajian tentang Majelis Ta’lim

a. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata ta’lim.

Dalam bahasa arab kata majelis adalah kata tempat kata kerja dari jlis artinya “tempat

duduk, tempat sidang Dewa-Dewa”, Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja yang mempunyai arti “pengajaran”.

Dalam kamus besar Indonesia pengertian majelis adalah “pertemuan atau

perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpil” dari pengertian

terminology tentang majelis ta’lim diatas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah

“tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian islam”

Sari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat

perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang

diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.

b. Tujuan Majelis Ta’lim

Mengenai tujuan Majelis Ta’lim mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai

dengan pandangan para ahli agama para pendiri Majelis Ta’lim dengan organisasi,

lingkungan dan Jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tugasnya.

Berdasarkan Renungan dan pengalaman Tuty Alawiyyah, ia merumuskan bahwa tujuan Majelis Ta’lim dari segi fungsinya, “yaitu: pertama, sebagai tempat belajar,

maka tujuan Majelis Ta’lim adalah menambah Ilmu dan Keyakinan agama yang akan

menolong pengalaman ajaran ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka

(26)

adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan

Jama’ahnya”.13

Secara specifik bahwa Majelis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat,

pesantren-pesantren yang adadi pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:

1) Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang Ghaib.

2) Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan

alam semsta.’

3) Inspirasi, Motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat

dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan oktimal dengan kegiatan

pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama

4) Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat yang selaras.

H. M. Arifin (1995 hal 32) beliau mengemukakan pendapatnya tentang

tujuan majelis ta’lim sebagai berikut:

“Tujuan Majelis Ta’lim adalah mengokohkan tujuan hidup manusia

indonesia sebagai kususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam

rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriyah, batiniyah

duniawiyah dan ukrawiyah secara bersama sesuai tuntutan ajaran agama islam

yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang

kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita”

c. Peranan Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim bila dilihat struktur organisasi termasuk organisasi

pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal.

13

(27)

Karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademi kurikulum lama waktu

belajar tidak ada kenaikan kelas buku raport, ijazah dan sebagaimana sebagainya

lembaga pendidikan formal di sekolah.14

Dilihat dari segi tujuan, “majelis ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah

yang secara Self Standing dan Self Desciplinaed mengatur melaksanakan berbagai

kegiatan berdasarkan musyawarah mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan

tali Islamiyah sesuai dengan tuntutan pesertanya.15

Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan indonesia sampai

sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat

penting dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia disamping peranannya

yang ikut dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia. Disamping

peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan

nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan indonesia lembaga ini ikut

serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk

pendidikannya lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk

langgar, surau, rangkang.

Telah dikemukakan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non

formal islam. Dengan demikian yang bukan lembaga pendidikan formal islam

seperti masalah sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan

organisasi masa atau organisasi politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai

kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:

14

Nurul Huda,1996/1987 hal 13

15

(28)

1) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama

dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

2) Taman Rekreasi Rohaniah, karena penyelengggara bersifat santai.

3) Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar islam.

4) Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

Umat dan Bangsa.

Secara strategis Majelis-majelis Ta’lim menjadi sarana Dakwah dan Tabligh

yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat

agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam

untuk, memahami dan mengamalkan agama yang konsektual di lingkungan hidup

sosial-budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai

Ummathan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu,

maka pemimpinya harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah kecerahan sikap

hidup Islami yang membawa kepada kesehatan Fungsional selaku Khalifah di

buminya sendiri.

3. Kajian tentang learning community (masyarakat belajar)

a) Pengertian Learning Community (Masyarakat Belajar)

Komunitas pembelajaran sebagai adalah sebuah organisasi dimana

anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai

hasil yang diinginkan, mendorong pola berfikir yang baru dan luas, dan terus

(29)

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat

untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui Interaksi dengan lingkunganya, dan

dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat,

oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat

menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara

pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada ada di

lingkungannya. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan berbasis masyarakat

antara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan

organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan, sumber daya yang kurang

termanfaatkan sebagai tempat sosial.

Lebih lanjut Learning Community masyarakat belajar mengandung arti sebagai

berikut :

1) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan

dan pengalaman.

2) Ada kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.

3) Pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara

Individual.

4) Upaya membangun Motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat

diandalkan.

5) Ada rasa ranggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok

mempunyai tanggung jawab yang sama.

6) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk

(30)

7) Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk

saling memberi dan menerima.

8) Ada Fasilitator/Guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

9) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

10) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang baik.

11) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.

12) Tidak ada kebenarannya hanya ada satu saja.

13) Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat,

lemah bisa pula berperan.16

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis

masyarakat adalah pendidikan yang berada di masyarakat, pendidikan yang

menjawab kebutuhan masyarakat, dikelola masyarakat, memanfaatkan fasilitas

yang ada di masyarakat dan menurut partisipasi masyarakat.

b) Prinsip-prinsip Learning Community:

1. Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau Sharing dengan pihak

lain.

2. Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima

informasi.

3. Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah.

4. Penetapan Program Kerja

1. Pengertian Program Kerja

16

(31)

Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan dari suatu organisasi

yang terarah, terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah

ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi

organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan

sebagai sarana untuk mewujudkan cita cita organisasi. Ada dua alasan pokok mengapa

program kerja perlu disusun oleh suatu organisasi :

a) Efisiensi organisasi

Dengan telah dibuatnya suatu program kerja oleh suatu organisasi maka

waktu yang dihabiskan oleh suatu organisasi untuk memikirkan bentuk

kegiatan apasaja yang akan dibuat tidak begitu banyak, sehingga waktu yang lain

bisa digunakan untuk mengimplementasikan program kerja yang telah dibuat.

b) Efektifitas organisasi

Keefektifan Organisasi juga dapat dilihat dari sisi ini, dimana dengan

membuat program kerja oleh suatu organisasi maka selama itu telah direncanakan

sinkronisasi kegiatan organisasi antara bagian kepengurusan yang satu dengan

bagian kepengurusan yang lainnya.

2. Jenis-jenis program kerja

Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode

kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan sekali

dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan diadakan evaluasi

dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.

(32)

Jenis program kerja seperti ini disusun untuk suatu jangka waktu tertentu

biasanya triwulan, caturwulan, semester dan lain lain. Dalam pembuatan

metode program kerja seperti ini maka akan ditemui bahwa suatu organisasi

akan mengadakan rapat kerja (raker) organisasi lebih dari sekali dalam satu

periode kepengurusan.

b. Program kerja untuk satu periode kepengurusan

Jenis program kerja ini biasanya dibuat oleh organisasi untuk satu periode

kepengurusan, sehingga kegiatan rapat kerja (raker) organisasi hanya dilakukan

sekali dalam satu periode kepengurusan dan untuk tahap selanjutnya akan

diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditetapkan.

3. Prasyarat pembuatan Program Kerja

Dalam organisasi, sudah menjadi kewajiban pengurus untuk membuat program

kerja yang akan dijalankan oleh suatu organisasi untuk jangka waktu yang telah

ditetapkan, namun dalam pembuatannya, pengurus harus memperhatikan beberapa hal

dalam penyusunan suatu program kerja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

antara lain :

1. Latar Belakang Pembentukan Organisasi

Hal ini berkaitan dengan nilai nilai yang mendasari pendirian suatu organisasi

yang bertalian erat dengan semangat para pendiri organisasi

2. Sejarah Perjalanan Organisasi

Hal ini berkaitan dengan pengalaman organisasi dalam menjalankan program

(33)

untuk diperhatikan karena kesesuaian jiwa organisasi dengan implementasi

program kerja bisa dilihat dari sisi ini.

3. Visi dan Misi Organisasi

Program kerja yang dibuat harus sesuai dengan visi dan misi yang telah menjadi

bagian utama dari suatu organisasi sebagai acuan pokok dalam menjalankan roda

organisasi

4. AD/ART dan Peraturan Organisasi

Program kerja yang dibuat tidak boleh menyalahi AD/ART serta peraturan

organisasi.

5. GBHO/GBPK

GBHO dan GBPK umumnya dibuat pada saat awal suatu kepengurusan (saat

terbentuknya kepengurusan baru) dan hal ini merupakan amanat organisasi yang

didasari pada situasi yang sedang berkembang serta dinamika dari organisasi yang

bersangkutan. Suatu program kerja tidak boleh melanggar GBHO/GBPK karena

pelanggaran terhadap GBHO/GBPK sama artinya dengan menentang amanat yang

telah diberikan oleh organisasi

5. Pengertian Lembaga Dakwah

(34)

Lembaga adalah badan (Organisasi) yang tujuannya melakukan suatu

penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Sedangkan pengorganisasian

adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung

jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang

dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang

telah ditentukan.

Dakwah merupakan suatu yang sangat Urgen bagi keberlangsungan agama Islam

sebab Dakwah Islamiyah telah dilaksanakan oleh Nabi dan diteruskan oleh para

sahabat beliau Wafat, Khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para Ulama yang

notabenenya pewaris Nabi. Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapat

dipungkiri bahwa itu semua berkat adanya aktivitas Dakwah Islamiyah yang

dilakukan oleh para juru dakwah dan para ulama yang dengan semangat dan

keikhlasannya mengembangkan agama Islam kepada mereka yang belum memeluk

agama Islam.

Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga

kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima dan dipeluk oleh

umat manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan

ikut-ikutan saja. Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, suatu ideologi

atau aliran tidak akan tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk

menyiarkannya. Rusaknya suatu agama adalah karena pemeluknya meninggalkan

dakwah.

(35)

Diketahui bahwa ruang lingkup dakwah dan sasarannya itu amat luas, sebab ia

meliputi semua aspek kehidupan umat manusia, baik kehidupan Jasmani maupun

Rohani dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun

Akhirat.

Maka untuk melaksanakan tugas mulia dan besar itu diperlukan kumpulan para

Da’i dalam suatu Wadah Organisasi Dakwah agar menjadi mudah pelaksanaannya.

Hal ini disebabkan karena tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam

tugas yang lebih terperinci, serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa orang

yang akan mencegah timbulnya Akumulasi pekerjaan hanya pada diri seseorang

pelaksana saja.

Selanjutnya dengan pengorganisasian, kegiatan-kegiatan dakwah yang dirinci

akan memudahkan pemilihan tenaga-tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas-tugas tersebut, serta sarana atau alat yang dibutuhkan. Pengorganisasian

tersebut akan mendatangkan keberuntungan berupa terpadunya berbagai

kemampuan dan keahlian dari pada pelaksana dakwah dalam satu kerangka

kerjasama dakwah yang semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.

Adapun peran lainnya sebagai Lembaga Dakwah adalah:

a.Menebar pemikiran dan dakwah.

b. Mengembangkan kemampuan SDM para Kader Dakwah.

c. Pelembagaan yang Professional dan Kompeten pada bidangnya.

d.Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi dan pemikiran

(36)

e. Mencetak kader-kader.

g. Melayani, melindungi, serta memberdayakan masyarakat yang Kredibel.

f. Pemerkuat basis sosial

6. Teori Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan publik merupakan tahap yang krusial dalam proses

kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai

dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam

pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.17

Menurut Van Meter dan Van Horn, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di

dalam mengembangkan tipologi kebijakan-kebijakan publik, yakni:

a. Implementasi Efektif

Implementasi Efektif akan bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang

dipertimbangkan. Misalnya, keberhasilan implementasi kebijakan mengenai

kemiskinan dengan penanggulangan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan oleh

tipe kebijakan yang berbeda antara pengentasan kemiskinan dengan

penanggulangan kenakalan remaja.

b. Faktor-faktor yang mendorong Realisasi atau Non-Realisasi

Suatu implementasi akan sangat berhasil bila perubahan marginal diperlukan

dan konsensus tujuan rendah tinggi. Sebaliknya, bila perubahan besar ditetapkan

17

(37)

dan konsensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif akan sangat

diragukan. Disamping itu, kebijakan-kebijakan perubahan besar atau konsensus

tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada

kebijakan-kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah. Dengan

demikian, konsensus tujuan akan diharapkan pula mempunyai dampak yang besar

pada proses implementasi kebijakan daripada unsur perubahan. Dengan

saran-saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan perhatianj kepada

penyelidikan terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang tercakup dalam

proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikaji.18

BAB II

KAJIAN TEORITIK

C.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen sudah banyak yang ditulis

oleh beberapa orang dalam skripsi, karya Ilmiah dan Tesis, baik Literer maupun

penelitian lapangan antara lain sebagai berikut:

Di antaranya adalah skripsi karya Nanang Kristanto jurusan Luar Sekolah tahun

2015 yang berjudul Pengelolaan Majelis Ta’lim IPPS (Ikatan Pengasuh Pengajian

Sumbersari) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat menuju Pendidikan Karakter di

18

(38)

Kelurahan Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta. Skripsi ini merupakan penelitian

Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengelola, ustadz/narasumber, jamaah majelis ta’lim IPPS dan perangkat desa Sumbersari.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode Wawancara, Dokumentasi, serta

pengamatan langsung dan dilakukan dengan Partisipatif.19

Penulis juga menemukan Skripsi karya Irawati, Jurusan Manajemen Dakwah

tahun 2006 yang berjudul Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Da’i terhadap

Pengelolaan Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam

Magelang dengan hasil penelitiannya yaitu menjelaskan tentang manajemen yang

mengacu kepada 4 faktor yaitu, planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),

Actuating (Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan).20

Penulis juga menemukan jurnal karya Hamriani H.M, Jurusan Dakwah dan

Komunikasi, UIN Alauddin Makassar yang berjudul Organisasi dalam Manajemen

Dakwah dengan hasil penelitiannya yaitu Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai

rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan

usaha dakwah dengan jalan menetapkan dan menyusun suatu kerangka yang menjadi

wadah bagi segenap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan

pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan

kerja diantara satuan-satuan Organisasi atau Petugasnya.21

19

Nanang Kristanto, Pe gelolaa Majelis ta’li IPPS ikatan pengasuh pengajian sumbersari) sebagai wadah

pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter dikelurahan sumbersari sleman yogyakarta, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

20

Irawati, Penerapan Fungsi-Fu gsi Ma aje e Su ber Da’I terhadap pe gololaa Kegiatan Dakwah Pondok Pesantren Al-Hidayah Kedunglumpang Salam Magelang, Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2006.

21

(39)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Program Kerja dan Implementasinya Lembaga Dakwah di Majelis Ta’lim

Hidayatulwalad, Warugunung, Surabaya. Dengan berdasarkan teori-teori yang ada dan

dilengkapi data-data yang didapatkan dari lembaga tersebut memudahkan peneliti

mengerjakan Skripsi yang berjudul PROGRAM KERJA DAN IMPLEMENTASINYA

PADA LEMBAGA DAKWAH MAJELIS TA’LIM HIDAYATUL WALAD,

WARUGUNUNG, KARANGPILANG, SURABAYA, karena penelitian ini belum

pernah dijadikan obyek pada penelitian-penelitian sebelumnya.

D. Kerangka Teori

7. Kajian tentang pengelolaan

d. Pengertian pengelolaan

Menurut Winarno Hamiseno seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto

pengertian pengelolaan sebagai berikut : “Pengelolaan adalah substantif dari

mengelola, sedangkan mengelola seperti suatu tindakan yang dimulai dari

penyusunan data merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan

pengawasan dan penilaian dijelaskan selanjutnya pengelolaan menghasilkan sesuatu

dan sesuatu itu dapat merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan

selanjutnya”.22

Pengelolaan adalah manajemen dari pada sumber daya – sumber daya

misalnya pengelolaan personil, pengelolaan keuangan, material, dan sebagainya.23

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian

pengelolaan adalah suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan dan

22

Suharsimi Arikunto, 1986, hal 32

23

(40)

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan

dan penilaian terhadap Sumber Daya – Sumber Daya.

e. Tujuan pengelolaan

Hartati Sukirman mengemukaan bahwa tujuan pengelolaan pendidikan

senantiasa bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian

dan kemampuan dasar peserta didik, siapapun yang menjadi peserta didik

dimaksud, apakah anak-anak dewasa. Dengan demikian, segala sesuatu yang di

atur, ditata, dikelola, senantiasa ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan

tersebut. Secara jelasnya administrasi pendidikan bertujuan menata, mengatur,

mengelola segala sesuatu yang berkenan atau berkaitan dengan kegiatan

pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan secara

Normative, Efectif, dan Efisien. Secara Normative, seperti telah disinggung dalam

pembicaraan mengenai pendidikan artinya sesuai dengan kaidah-kaidah Falsafah

pendidikan, Norma-norma Etika, dan Kaidah-Kaidah Keilmuan.24

f. Fungsi Pengelolaan

Di kemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu

kegiatan.. kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu

kepada fungsi-fungsi manajemen. Berkenan dengan fungsi-fungsi manajemen ini,

M. Munir dan Wahyu Ilahi secara umum menyatakan bahwa, fungsi manajemen

itu berbeda-beda, fungsi manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut

:

24

(41)

4) Harry Fayol (pakar administrasi dan manajemen prancis), mengemukakan

fungsi manajemen mencakup lima aspek,

yaitu :

Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), commad

(perintah), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan)

kelima rangkaianfungsi manajemen ini dikenal dengan singkatan POCCC.

5) L.M. Gullick, merinci fungsi-fungsi manajemen menjadi enam urutan,

yaitu: Planning, (perencanaan), organizaing (pengorganisasian), staffing

(kepegawaian), directing (pengerahan), coordinating (pengorganisasian),

reporting (pelaporan), dan budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini

dikenal dengan singkatan POSDCRB.

6) George R. Tarry, mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu :

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Keempat fungsi ini terkenal

dengan singkatan POAC.

Setelah membahas fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan “manajemen

pendidikan luar sekolah yang terdiri atas enam fungsi tersebut adalah: perenvanaan,

pengorganisasian, pembinaan, penilaian, dan pengembangan”.25

Selanjutnya lebih jelas akan dibahas mengenai keenam fungsi-fungsi manajemen

pendidikan luar sekolah tersebut:

6) Perencanaan

25

(42)

c) Perencanaan

“perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang

tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut

sistematiskarena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip

tertentu didalam proses pengambilan keputusan., penggunaan pengetahuan dan

teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan terorganisir”.26

d) Jenis-jenis perencanaan

Perencanaan dalam pendidikan luar sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua

jenis yaitu Perencanaan Alokatif (Allocatif Planning) dan Perencanaan Inovatif

(Inovatif Planning).27

7) Pengorganisasian

Longenecker (1972) yang dikutip oleh Sudjana secara umum mendefinisikan :

pengorganisasian sebagai aktifitas menetapkan hubungan antara manusia dengan

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menjelaskan bahwa

kegiatan pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan orang-orang kedalam

kelopok dan upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota kelompok untuk

melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang

telah direncanakan didalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Lebih lanjut Sudjana mengatakan bahwa “pengorganisasian pendidikan luar

sekolah adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusia dan non manusiawi

26

Sudjana, 1992, hal 41

27

(43)

yang diperlukan kedalam satu kesatuan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana

telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”28

Dari uraian yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian

adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup

sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Produk pengorganisasian adalah organisasi.

8) Penggerakan

Penggerakan adalah upaya untuk memberikan dukungan agar pihak yang

dipimpin atau pelaksana kegiatan mengerahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Penggerakan (motivating) berkaitan dengan upaya pemimpin

untuk memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan

menambahkan dorongan atau motivasi itu dalam diri seseorang, sedangkan upaya

menggerakan (motivasi) sering dilakukan oleh pihak diluar dirinya. Hersay dan

Blanchard (1982) menjelaskan bahwa dorongan yang ada pada diri seseorang itu

sering berwujud kebutuhan (needs), keinginan (wilingnees), rangsangan (drive), dan

kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang, mengarah

pada suatu tujuan.dengan ini pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku dan

menjadi alasan tentang mengapa seseorang melakukan tindakan atau kegiatan. Hulse

(1975) memberikan arti bahwa dorongan adalah kekuatan yang terdapat dalam diri

seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai

28

(44)

tujuan. Dengan demikian, dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan

akan mempengaruhi tingkah laku orang yang menilai dorongan itu.29

9) Pembinaan

c. Pengertian Pembinaan

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu

keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya. Didalam

manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar

kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau

tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Apabila pada suatu waktu terjadi

penyimpangan maka dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan kepada yang

seharusnya dilaksanakan.30

Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rankaian upaya

pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang

disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai

tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Unsur-unsur pembinaan itu

mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggaraan, staffdan pelaksanaan, bahan

dana alat (material) serta biaya. Dengan perkataan lain pembinaan mempunyai arah

untuk mendayagunakan semua sumber (manusiawi dan non manusiawi) sesuai dengan

rencana dalam merangkai kegiatan untuki mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

d. Ruang lingkup pembinaan

Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controling) dan

supervisi (Supervising). Pengawasan dan Supervisi mempunyai kaitan erat antara yang

29

Sudjana, 1992, hal 114-116

30

(45)

satu dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi.

kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum persamaan

antara pengawasan dan supervisi ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari

kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen. Keduanya dilakukan secara sengaja.

Sasarannya ialah bahwa atau para pelaksanaan program. Pengawasan dan supervisi

merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram. Pelaksanaanya

memerlukan tenaga profesional. Hasil Pengawasan dan Supervisi digunakan untuk

kepentingan program atau kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

10)Pengendalian/Pengawasan

Piet Sahertian mengatakan “Pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan suatu pekerjaan sudah terlaksana atau belum terlaksana. Hal ini

berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan program yang direncanakan.

Pengawasan dalam artian ini bersifat dua, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan

pekerjaan sudah terwujud dan proses kegiatan dapat terlaksana”.

8. Kajian tentang Majelis Ta’lim

c. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata ta’lim.

Dalam bahasa arab kata majelis adalah kata tempat kata kerja dari jlis artinya “tempat

duduk, tempat sidang Dewa-Dewa”, Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja yang mempunyai arti “pengajaran”.

Dalam kamus besar Indonesia pengertian majelis adalah “pertemuan atau

(46)

terminology tentang majelis ta’lim diatas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah

“tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian islam”

Sari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat

perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang

diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.

d. Tujuan Majelis Ta’lim

Mengenai tujuan Majelis Ta’lim mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai

dengan pandangan para ahli agama para pendiri Majelis Ta’lim dengan organisasi,

lingkungan dan Jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tugasnya.

Berdasarkan Renungan dan pengalaman Tuty Alawiyyah, ia merumuskan bahwa tujuan Majelis Ta’lim dari segi fungsinya, “yaitu: pertama, sebagai tempat belajar,

maka tujuan Majelis Ta’lim adalah menambah Ilmu dan Keyakinan agama yang akan

menolong pengalaman ajaran ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka

tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya

adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan

Jama’ahnya”.31

Secara specifik bahwa Majelis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat,

pesantren-pesantren yang adadi pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:

5) Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang Ghaib.

6) Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan

alam semsta.’

31

(47)

7) Inspirasi, Motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat

dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan oktimal dengan kegiatan

pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama

8) Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat yang selaras.

H. M. Arifin (1995 hal 32) beliau mengemukakan pendapatnya tentang

tujuan majelis ta’lim sebagai berikut:

“Tujuan Majelis Ta’lim adalah mengokohkan tujuan hidup manusia

indonesia sebagai kususnya di bidang mental spiritual keagamaan islam dalam

rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral lahiriyah, batiniyah

duniawiyah dan ukrawiyah secara bersama sesuai tuntutan ajaran agama islam

yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang

kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita”

c. Peranan Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim bila dilihat struktur organisasi termasuk organisasi

pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal.

Karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademi kurikulum lama waktu

belajar tidak ada kenaikan kelas buku raport, ijazah dan sebagaimana sebagainya

lembaga pendidikan formal di sekolah.32

Dilihat dari segi tujuan, “majelis ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah

yang secara Self Standing dan Self Desciplinaed mengatur melaksanakan berbagai

32

(48)

kegiatan berdasarkan musyawarah mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan

tali Islamiyah sesuai dengan tuntutan pesertanya.33

Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan indonesia sampai

sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat

penting dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia disamping peranannya

yang ikut dalam penyebaran ajaran agama islam di indonesia. Disamping

peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan

nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan indonesia lembaga ini ikut

serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk

pendidikannya lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut ada yang berbentuk

langgar, surau, rangkang.

Telah dikemukakan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non

formal islam. Dengan demikian yang bukan lembaga pendidikan formal islam

seperti masalah sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan

organisasi masa atau organisasi politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai

kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:

5) Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama

dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

6) Taman Rekreasi Rohaniah, karena penyelengggara bersifat santai.

7) Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar islam.

8) Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

Umat dan Bangsa.

33

(49)

Secara strategis Majelis-majelis Ta’lim menjadi sarana Dakwah dan Tabligh

yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat

agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam

untuk, memahami dan mengamalkan agama yang konsektual di lingkungan hidup

sosial-budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai

Ummathan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu,

maka pemimpinya harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah kecerahan sikap

hidup Islami yang membawa kepada kesehatan Fungsional selaku Khalifah di

buminya sendiri.

9. Kajian tentang learning community (masyarakat belajar)

c) Pengertian Learning Community (Masyarakat Belajar)

Komunitas pembelajaran sebagai adalah sebuah organisasi dimana

anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai

hasil yang diinginkan, mendorong pola berfikir yang baru dan luas, dan terus

belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh masyarakat

untuk membelajarkan dirinya sendiri melalui Interaksi dengan lingkunganya, dan

dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat adalah dari masyarakat,

oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat

menekankan pada pentingnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat dan cara

pemecahan oleh masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada ada di

(50)

antara lain pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan

organisasi kemasyarakatan, dan pemanfaatan, sumber daya yang kurang

termanfaatkan sebagai tempat sosial.

Lebih lanjut Learning Community masyarakat belajar mengandung arti sebagai

berikut :

14)Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan

dan pengalaman.

15)Ada kerjasama untuk memecahkan masalah bersama.

16)Pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik dari pada kerja secara

Individual.

17)Upaya membangun Motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat

diandalkan.

18)Ada rasa ranggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok

mempunyai tanggung jawab yang sama.

19)Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk

belajar dengan anak lainnya.

20)Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk

saling memberi dan menerima.

21)Ada Fasilitator/Guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

22)Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

23) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang baik.

24) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.

Referensi

Dokumen terkait