PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TASIKMADU DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGI MELALUI PEMETAAN PARTISIPATIF TATA RUANG DESA DENGAN
SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) DAN SID (SISTEM INFORMASI DESA) SEBAGAI MEDIA PENYADARAN MASYARAKAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh : Desi Edian Sari
B02213010
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Desi Edian Sari, Nim. B02213010,2017. Pendampingan Masyarakat Desa Tasikmadu Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi Melalui Pemetaan Partisipatif Tata Ruang Desa Dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dan SID (Sistem Informasi Desa) Sebagai Media Penyadaran Masyarakat.
Penelitian pendampingan ini menggambarkan realitas kehidupan masyarakat desa yang dikepung ancaman bencana Hidrometeorologi dan potensi Tsunami. Tingginya kerentanan masyarakat diakibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana, belum adanya tata kelola wilayah desa yang berbasis PRB dan belum efektifnya kelompok PRB tsunami yang sudah ada. Dua dampak utama akibat kerentanan ini ,yaitu: ketidaknyamanan hidup pada saat bencana belum terjadi dan tingginya kerugian material dan non material pada saat terjadi bencana. Tujuan dari pendampingan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi melalui pemetaan partisipatif tata ruang desa dengan SIG dan SID.
Pendekatan penelitian pendampingan ini dilakukan dengan menggunakan metode PAR (participatory action researh), yang menitikberatkan pada pelibatan masyarakat sebagai subjek penelitian secara penuh. Langkah-langkah dalam metode PAR yakni melakukan pemetaan awal, membangun hubungan kemanusiaan, penentuan agenda riset untuk perubahan sosial, pemetaan partisipatif, menentukan masalah kemanusiaan, menyusun strategi gerakan, pengorganisasian masyarakat, melancarkan aksi perubahan, membangun pusat-pusat belajar masyarakat, refleksi dan meluaskan skala gerakan serta dukungan.
Strategi yang digunakan untuk menyadarkan masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometodologi dibagi menjadi 3 tahapan, yakni melakukan penyadaran melalui pendidikan dengan membuat media pendidikan yang efektif (SIG), membangun jaringan kelompok PRB baru melalui relasi seluruh komponen desa dalam pembuatan SID dan mengadvokasi kebijakan tata kelola wilayah desa sesuai PRB. Dalam proses pendampingan ini, masyarakat mengambil peran sebagai perencana, pelaksana dan pengambil keputusan dalam menentukan tindakan selanjutnya secara penuh, sedangkan peneliti hanya sebagai fasilitator.
Melalui pendampingan pemetaan partisipatif tata ruang desa melalui SIG dan SID menghasilkan masyarakat ahli yang dapat menjadi pioneer dalam penyadaran kepada masyarakat lainnya. Hasil dari penelitian pendampingan ini adalah: meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, terbentuknya jaringan kelompok PRB baru melalui relasi seluruh komponen masyarakat Desa Tasikmadu, dan terbentuknya kebijakan pembangunan dalam tata ruang desa yang berbasis pada PRB berupa perdes dan perencanaan pembangunan jangka panjang yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kerentanan bencana hidrometeorologi di Desa Tasikmadu.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xxi
DAFTAR TABEL ... xxii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C.Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan ... 13
D.Manfaat Penelitian ... 13
E. Strategi Pemecahan Masalah dan Tujuan ... 14
1. Analisis Masalah ... 14
2. Analisis tujuan ... 20
F. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II KAJIAN TEORI DAN RISET TERKAIT A.Konsep Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi ... 29
1. Konsep Bencana Hidrometeorologi ... 29
2. Konsep Dasar Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ... 46
B. Urgensi SIG dan SID dalam Pengurangan Risiko Bencana ... 54
1. Konsep SIG dan SID ... 54
2. Langkah-langkah Membuat SIG ... 56
3. Hasil Akhir SIG dan SID untuk Pengurangan Risiko Bencana ... 60
C.Pengurangan Risiko Bencana dalam Perspektif Islam ... 72
D.Penelitian Terdahulu ... 81
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 87
B. Prosedur Penelitian dan Pendampingan ... 93
C.Wilayah dan Subjek Dampingan ... 102
D.Teknik Pengumpulan Data ... 103
E. Teknik Validasi Data ... 106
F. Teknik Analisa Data ... 108
G.Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pendampingan ... 109
H.Analisa Stakeholders ... 110
BAB IV DESA TASIKMADU : DESA DIKEPUNG BENCANA A.Kondisi Geografis yang Kurang Menguntungkan ... 114
C.Adat Sebagai Refleksi Kebencanaan ... 149
D.Desa Tasikmadu dan Beragam Program Pembangunan ... 154
BAB V PROBLEM KERENTANAN BENCANA DESA TASIKMADU A.Rendahnya Kesadaran Masyarakat ... 157
B. Belum Adanya Kebijakan Desa Dalam Tata Kelola Wilayah Berbasis PRB ... 163
C.Belum Efektifnya Kelompok Yang Dibentuk Untuk PRB ... 174
BAB VI DINAMIKA PROSES MEMBANGUN KESADARAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGI A.Koordinasi dengan Pemerintah Desa ... 179
B. Bermasyarakat Melalui Inkulturasi ... 182
C.Pembentukan Tim Baru ... 187
D.Merumuskan Masalah Kemanusiaan ... 188
E. Belajar Bersama Masyarakat ... 190
BAB VII SIAP SIAGA MENGURANGI RISIKO BENCANA MELALUI SIG DAN SID A.Membangun Kesadaran Risiko Bencana dengan Mengubah Paradigma ... 195
B. Advokasi Kebijakan Tata Kelola Wilayah Menuju Desa Tangguh ... 229
BAB VIII MEMBANGUN KETANGGUHAN DESA BERSAMA
MASYARAKAT
A.Refleksi Teoritik Dan Metodologi ... 238
B. Refleksi Aksi Pendampingan... 242
C.Pengurangan Risiko Bencana Dalam Perspektif Islam ... 246
BAB IXPENUTUP A.Kesimpulan ... 249
B. Saran ... 251
DAFTAR PUSTAKA ... 254
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Analisis Pohon Masalah Tentang Tingginya Kerentanan
Masyarakat Desa Tasikmadu Terhadap Ancaman Bencana
Hidrometeorologi ... 15
Bagan 1.2 Analisis Pohon Harapan Tentang Rendahnya Kerentanan
Masyarakat Desa Tasikmadu Terhadap Ancaman Bencana
Hidrometeorologi ... 21
Bagan 1.3 Kerangka Berfikir dalam Pendampingan Upaya PRB Ancaman
Bencana Hidrometeorologi di Desa Tasikmadu ... 24
Bagan 6.1 Kerangka Berfikir dalam Pendampingan Upaya PRB Ancaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana di Provinsi Jawa Timur ... 2
Gambar 1.2 Peta Letak Desa Tasikmadu Dalam Peta Desa-Desa Provinsi Jawa Timur ... 5
Gambar 1.3 Peta Kontur Wilayah Desa Tasikmadu... 5
Gambar 1.4 Penampakan Kondisi Topografis Desa Tasikmadu dari Bukit... 6
Gambar 1.5 Peta Irisan Topografis Desa Tasikmadu ... 6
Gambar 1.6 Peta Kawasan Rawan Bencana Hidrometeorologi Desa Tasikmadu ... 9
Gambar 2.1 Tipologi Kawasan Rawan Banjir... 37
Gambar 2.2 Skema sub-sistem SIG ... 57
Gambar 2.3 Prediksi angin topan (Hurricane) dengan data Penginderaan Jauh (NOAA) ... 66
Gambar 2.4 Penginderaan Jauh dan SIG untuk penilaian kerusakan ... 68
Gambar 4.1 Penampakan Desa Tasikmadu ... 114
Gambar 4.2 Batas dan Luas Wilayah Desa Tasikmadu dilihat dari Tracking dan Peta Administrasi yang ada ... 115
Gambar 4.3 Jarak & orbitasi Desa Tasikmadu dari Pusat Kota dan Provinsi . 116 Gambar 4.4 Penampakan 3D kawasan Dan Posisi Pemukiman dari Arah Barat Daya ... 117
Gambar 4.5 Pemukiman Wilayah Pesisir ... 118
Gambar 4.6 Pemukiman Wilayah Pegunungan ... 123
Gambar 4.8 Pemukiman Wilayah Pertengahan ... 124
Gambar 4.9 Peta Sungai dan Titik Rawan Bencana Desa Tasikmadu ... 126
Gambar 4.10 Daerah RawanBanjir dengan Jarak 0-25 m dari Sungai ... 127
Gambar 4.11 Daerah Rawan Banjir dengan Jarak 25-100 m dari Sungai ... 128
Gambar 4.12 Daerah Rawan Banjir dengan Jarak 100-250 m dari Sungai ... 128
Gambar 4.13 Banjir Bandang 13 November 2016 ... 129
Gambar 4.14 Tanggul Jebol Akibat Banjir Bandang Tanggal 10 September 2016 ... 129
Gambar 4.15 Area RawanLongsorDusunKetawangdanGares ... 131
Gambar 4.16 BencanaLongsor di DusunGares ... 131
Gambar 4.17 Bencana Longsor di Dusun Gares di Ambil dari Bawah Bukit ... 132
Gambar 4.18 Percobaan Menghitung Jumlah Endapan Tanah Oleh Air Hujan ... 133
Gambar 4.19 Bencana Banjir Rob di Desa Tasikmadu ... 136
Gambar 4.20 Peta Bencana Banjir Rob Desa Tasikmadu ... 136
Gambar4.21 Peta Rawan Bencana Tsunami Desa Tasikmadu ... 137
Gambar 4.22 Peta Tutupan Lahan Desa Tasikmadu ... 142
Gambar 4.23 Peta Kepadatan Bangunan Desa Tasikmadu ... 142
Gambar 4.24 Peta Jalur Petunjuk Evakuasi... 143
Gambar 4.25 Peta Evakuasi Bencana Tsunami ... 143
Gambar 4.26 Wirausaha Pengolah Ikan ... 145
Gambar 4.28 Peta Persebaran Pulau-Pulau Kecil Desa Tasikmadu ... 150
Gambar 4.29 Pulau Solimo ... 150
Gambar 4.30 Upacara Larung Sembonyo ... 154
Gambar 4.31 Penampakan Desa Tasikmadu Dari Bukit Sebelah Timur ... 156
Gambar 5.1 Nelayan Memilah Sampah dan Ikan di Dalam Jaring ... 160
Gambar 5.2 Sampah yang Dibuang Warga di Sungai ... 160
Gambar 5.3 Tempat Pembuangan Sampah di Areal Sawah Dekat Aliran Irigasi ... 162
Gambar 5.4 Salah Satu Plang di Pinggir Sungai Rt 15 ... 163
Gambar 5.5 Penampakan Bentuk 3D Desa Tasikmadu dan Cabang Sungai ... 165
Gambar 5.6 Penampakan 3D dan Posisi Pemukiman dari Arah Barat Daya ... 166
Gambar 5.7 Peta Sungai dan Titik Rawan Bencana Desa Tasikmadu ... 166
Gambar 5.8 Penampakan Batas Wilayah dengan Cekungan Wilayah ... 167
Gambar 5.9 Kawasan Rawan Bencana Desa Tasikmadu ... 168
Gambar 5.10 Peta Tata Guna Lahan Desa Tasikmadu ... 171
Gambar 5.11 Kondisi Longsoran di Titik Kumpul Evakuasi Tsunami Diambil dari Atas Bukit... 177
Gambar 5.12 Kondisi Longsoran di Titik Kumpul Evakuasi Tsunami Diambil dari Jalan Desa... 178
Gambar 6.2 Koordinasi dengan Jogoboyo di PPN Prigi ... 182
Gambar 6.3 Inkulturasi dengan Masyarakat Desa Tasikmadu ... 183
Gambar 6.4 Assessment Kondisi Masyarakat ... 184
Gambar 6.5 Undangan Musyawarah Desa ... 187
Gambar 6.6 Penelusuran Lokasi Tanggul Jebol Bersama Masyarakat ... 191
Gambar 6.7 Penelusuran Lokasi Bencana Longsor Bersama Masyarakat ... 192
Gambar 7.1 Raster yang Telah dilapisi Plastik ... 196
Gambar 7.2 Proses Mapping di Atas Perahu ... 197
Gambar 7.3 Solimo Pulau Terluar Desa Tasikmadu ... 198
Gambar 7.4 Proses Mapping Batas Desa dan Dusun di Ujung Pantai Prigi ... 200
Gambar 7.5 Titik Rawan Longsor Dusun Ketawang ... 201
Gambar 7.6 Tanggul Jebol Akibat Banjir Bandang Dusun Ketawang... 202
Gambar 7.7 Kondisi Belakang Rumah Penduduk ... 202
Gambar 7.8 Proses Transek Bersama Masyarakat Lokal ... 203
Gambar 7.9 Proses Pembuatan Peta Kerawanan Bencana dengan Nelayan dan Subjek Dampingan... 205
Gambar 7.10 Proses PembuatanPetaKerawananBencanadengan Perhutani ... 206
Gambar 7.11 Proses Pembuatan Peta Kerawanan Bencana dengan Masyarakat Lokal ... 207
Gambar 7.13 Proses Pengisian Form Survey Bersama Subjek Dampingan
Dan Masyarakat ... 208
Gambar 7.14 Proses Input Data dari Form Survey ... 209
Gambar 7.15 Proses Pelatihan Pembuatan SID dengan Masyarakat di RT 24A ... 211
Gambar 7.16 Proses Pelatihan Pembuatan SID dengan Masyarakat di RT 24A ... 211
Gambar 7.17 Peta Rawan Bencana Hasil Pembuatan SIG dan SID ... 212
Gambar 7.18 Percobaan Menghitung Jumlah Endapan Tanah Oleh Air Hujan ... 214
Gambar 7.19 Sumber Pemenuhan Kebutuhan Air Masyarakat ... 216
Gambar 7.20 Peta Area Sangat Rawan Banjir Ketawang dan Gares ... 224
Gambar 7.21 Peta Area Sangat Rawan Banjir Karanggongso ... 225
Gambar 7.22 Peta Area Rawan Banjir Ketawang dan Gares ... 225
Gambar 7.23 Peta Area Rawan Banjir Karanggongso ... 226
Gambar 7.24 Peta Area Agak Rawan Banjir Ketawang dan Gares ... 226
Gambar 7.25 Peta Area Agak Rawan Banjir Karanggongso ... 227
Gambar 7.26 Agenda Rapat Perencanaan Pembangunan ... 232
Gambar 7.27 Sosialisasi Kepada Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan Di Dusun Ketawang ... 233
Gambar 7.28 Sosialisasi Kepada Masyarakat Terkait Rencana Pembangunan Di Dusun Gares dan Karanggongso ... 233
Gambar 7.30 Pengecoran Jembatan ... 235
Gambar 7.31 Rencana Pembuatan Sungai Baru di Area Tergenang
Banjir ... 236
Gambar 7.32 Proses Penjelasan SID ... 237
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Jumlah Isian Survey Tentang Risiko Bencana Per-Rumah
Tangga ... 158
Grafik 5.2 Tempat Pembuangan Sampah RumahTangga ... 161
Grafik 5.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 169
Grafik 5.4 Jumlah Penduduk Penyandang Cacat Fisik... 169
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Klasifikasi Kelas Rawan Bencana ... 3
Tabel 2.1 Jarak Pemukiman dengan Sungai ... 37
Tabel 2.2 Elemen Kunci Manajemen Bencana (Key elements of Disaster Management) ... 60
Tabel 2.3 Konsep Fikih Lingkungan dalam Beberapa Aspek Kehidupan... 75
Tabel 2.4 Membedakan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dikaji ... 82
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Pemberdayaan ... 109
Tabel 3.2 Analisa Stakeholder ... 110
Tabel 4.1 Sejarah Kejadian Bencana Hidrometeorologi di Dusun Ketawang ... 119
Tabel 4.2 Jarak Pemukiman dengan Sungai ... 126
Tabel 4.3 Timeline Kejadian Gempa yang Terasa Di Desa Tasikmadu ... 138
Table 4.4 Pembagian Dukuh Desa Tasikmadu ... 145
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Tasikmadu Menurut Usia ... 146
Table 4.6 Jumlah Penduduk Cacat Mental dan Fisik Desa Tasikmadu... 148
Table 8.1 Hasil Monitoring dan Evaluasi dalam Kegiatan Pemetaan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama 15 tahun terakhir, tren bencana di Indonesia didominasi oleh bencana hydrometeorology. Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa peningkatan kejadian bencana dari tahun 2002 hingga 2015
sebanyak 1681 kejadian yang 95% nya merupakan bencana hidrometeorologi.1 Bencana yang melanda hampir ke seluruh wilayah Indonesia ini, juga menjalar
hingga ke Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, bencana ini selalu menjadi ancaman nyata
yang terus membayang-bayangi kehidupan masyarakat Desa Tasikmadu.2
Selain terancam untuk terdampak bencana hidrometeorologi, desa ini juga
merupakan salah satu kawasan pesisir Selatan yang berpotensi tinggi terhadap
ancaman bencana Tsunami.3 Di Kabupaten Trenggalek, ada 3 Kecamatan yang berisiko terdampak tsunami yaitu Kecamatan Watulimo, Panggul dan Munjungan.
Posisi ketiga kecamatan ini dinilai sangat rentan terdampak bencana tsunami
karena pemukiman penduduk berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Hal
ini juga diamini oleh Joko Rusianto, Kepala BPBD Trenggalek yang mengatakan
bahwa “Selain pesisir Watulimo, ada dua kawasan pesisir lain yang berisiko
1
Nabilla Tashandra, 15 Tahun Terakhir, tren bencana di Indonesia meningkat.dilansir dari www.kompas.com. Dilihat pada 9 Desember 2016
2
Wawancara dengan Ali Maskun (42 tahun) pada tanggal 26 November 2016 pukul 09.00 WIB di Balai Desa Tasikmadu
2
terdampak jika bencana tsunami benar-benar terjadi, yakni Kecamatan Panggul
dan Munjungan.”. 4
Oleh karena itu, sebagai salah satu desa yang berada di pesisir pantai dan
dikelilingi oleh bukit, desa ini memiliki potensi tinggi terdampak beberapa jenis
bencana secara bersamaan. Hal ini juga diperkuat dengan status desa yang masuk
dalam wilayah Kabupaten Trenggalek dengan kategori indeks kerawanan bencana
yang cukup tinggi, yakni rangking 41 nasional dengan skor sebesar 94 dalam tabel
Indeks Rawan Bencana Indonesia Provinsi Jawa Timur periode 2010/2011.5 Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1
Peta Indeks Rawan Bencana di Provinsi Jawa Timur
Sumber: Indeks Rawan Bencana Indonesia 2010/2011
4
Joko Sutopo, 2015 dalam Destyan H. Sujarwoko, Trenggalek Gelar Simulasi Mitigasi Bencana Tsunami yang dapat di akses di www.antarajatim.com/lihat/berita/158852/trenggalek-gelar-simulasi-mitigasi-bencana-tsunami/
5
3
Dengan melihat peta di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kerawanan
bencana untuk desa-desa di seluruh Provinsi Jawa Timur besarnya hampir sama
dengan sebaran kategori yang merata. Hal ini berdasarkan informasi yang
ditunjukkan oleh peta berupa jumlah kejadian, jumlah korban meninggal, jumlah
korban luka-luka, jumlah kerusakan rumah dan jumlah kerusakan fasum serta
infrastruktur. Untuk memudahkan dalam membaca kategori kerawanan tersebut,
berikut adalah identifikasi klasifikasi arti warna Kelas Rawan Bencana:
Tabel 1.1
Klasifikasi Kelas Rawan Bencana
Skor Total Kelas Kategori Rawan Bencana
5 1 Rendah
6 - 35 2 Sedang
36 - 139 3 Tinggi
Sumber: Indeks Rawan Bencana Indonesia 2010/2011
Sesuai dengan skor yang dimiliki oleh Desa Tasikmadu, desa ini memiliki
warna merah yang termasuk dalam kategori kerawanan tinggi. Tingkat kerawanan
ini merupakan satu acuan yang diharapkan dapat memberikan informasi memadai
bagi masyarakat di Desa Tasikmadu dengan mayoritas penduduk bermata
pencaharian sebagai nelayan dan petani. Masyarakat desa ini sangat
membutuhkan informasi akurat terkait perubahan kondisi alam yang semakin sulit
untuk diprediksikan. Dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat selalu
bersinggungan dengan alam dan ancaman bencana.6
Akibat perubahan iklim yang terjadi secara terus-menerus dan banyak
menimbulkan bencana, tentunya memberikan pengaruh yang sangat kuat untuk
6
4
kondisi kehidupan masyarakat Desa Tasikmadu, baik dalam hal ekonomi maupun
dalam hal kebencanaan. Jika hal ini terus berlanjut tanpa ada perubahan kondisi
yang cukup signifikan, maka masyarakat Desa Tasikmadu hanya memiliki dua
pilihan, yakni turut beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang semakin
memburuk atau melakukan aksi perubahan untuk pencegahan.7
Terdapat permasalahan yang fundamental dalam kondisi kebencanaan di
Desa Tasikmadu, yakni tingginya ancaman bencana hidrometoeorologi diikuti
juga oleh tingginya kerentanan masyarakat desa dalam menghadapi ancaman
bencana ini. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung, yakni kondisi
geografis yang kurang menguntungkan, kondisi demografis yang mengalami
overcapacity, kepercayaan adat sebagai penolak bencana dan serangan program pemerintah yang tidak dimobolisasi untuk kesejahteraan desa.
Dalam kaitannya dengan kondisi geografis yang kurang menguntungkan,
kondisi geografis desa ini dapat diuraikan sebagai berikut. Secara geografis, Desa
Tasikmadu terletak pada kuadran 111043’08” dan 111060’80” Bujur Timur (BT) serta 8014’43” dan 8024’00” Lintang Selatan (LS), seperti gambar 1.2 berikut.
7
5
Gambar 1.2
Peta Letak Desa Tasikmadu dalam Peta Desa-Desa Provinsi Jawa Timur
Sumber: Diolah dari Hasil Data Peta Desa Oleh Tim Pemetaan Desa Tasikmadu Menggunakan media QGIS
Kondisi topografis desa ini cukup landai dengan titik tertinggi 510 mdpl
berada di sebelah timur Dusun Gares dan titik terendah mencapai 1 mdpl terletak
di ujung selatan Dusun Ketawang. Seperti yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1.3
Peta Kontur Wilayah Desa Tasikmadu
6
Jika ditarik satu garis lurus dari titik terendah ke titik tertinggi, maka irisan
topografis Desa Tasikmadu akan tampak seperti gambar 1.4 dan 1.5 berikut:
Gambar 1.4
Penampakan Kondisi Topografis Desa Tasikmadu Dari Bukit
Sumber:Dokumentasi Pribadi Peneliti
Seperti yang dapat dilihat dari gambar di atas, desa ini berada diantara
pegunungan dan laut, yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dari
karakteristik desa di kecamatan lain yang hanya didominasi oleh pegunungan.
Sumber: Diolah dari Hasil Data Peta Desa Oleh Tim Pemetaan Desa Tasikmadu Menggunakan media Global Mapper
Pemukiman yang letaknya hanya beberapa meter dari bibir pantai,yakni
antara 3-10 meter dengan keitnggian 2 – 7 mdpl. Sangat memungkinan untuk Pusat Pemukiman (Pusat Desa)
Lokasi: 111043’46”BT – 8016’49”LS Ketinggian: 2-7 m Gambar 1.5
Peta Irisan Topografis Desa Tasikmadu
Titik terendah (bibir pantai) Lokasi: 111043’23”BT – 8017’13”LS
Ketinggian: 1,2m
Puncak bukit di Timur Laut DesaLokasi: 111044’44” BT
7
terkena banjir rob ketika air laut pasang dan sungai tidak cukup untuk
menampung air tawar dan air laut secara bersamaan, maka air tersebut akan
tumpah dan menggenangi pemukiman warga. Seperti yang diungkapkan oleh
Imam Mahfud (46 tahun), ia mengatakan “Yo banjir kuwi, kali ne ra tek kuat gawe nampung banyu segara pasang pas wayah udan. Dadi kali kuwi kan kebek banyu gunung, nah, banyu segara iku ra iso melbu, akhir e yo tumpah neng pemukiman.8” (Ya banjir itu, sungainya tidak kuat untuk menampung air laut saat pasang dan waktu hujan. Jadi, sungai kan penuh dengan air gunung, nah, air laut
itu tidak bisa masuk, akhirnya air tumpah ke pemukiman warga).
Kejadian banjir ini bukan hanya 1 kali saja, melainkan sudah terjadi selama
beberapa kali setiap sungai tidak mampu menampung air hujan dari gunung dan
air pasang dari laut. Hal ini pula yang menyebabkan air itu tumpah dan
menggenangi pemukiman warga. Selain itu, air banjir menggenangi areal
persawahan dan merugikan para petani. Dampak dari kejadian bencana ini adalah
aktivitas sehari-hari masyarakat terganggu, sekolah terpaksa diliburkan, dan roda
ekonomi desa terhenti untuk sementara. Bencana juga berdampak pada kegiatan
pelayanan di kantor desa, padahal pelayanan di desa ini setiap harinya sangat
padat melebihi desa-desa lain. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk desa
yang mencapai sekitar 14 ribu jiwa dan setiap hari selalu ada masyarakat maupun
penduduk dari luar yang mengurus surat-menyurat di desa ini. Selain itu, bencana
juga berdampak pada sektor pariwisata, yang mana membuat para wisatawan
8
8
membatalkan keberangkatannnya ke Desa Tasikmadu dan mencari alternatif lain
untuk berlibur.
Hal ini juga diamini oleh Supangat (52 tahun), yang mengatakan bahwa
banjir rob melebar sampai lapangan, dekat rusunawa sampai ke belakang hotel
prigi.
Dadi tekan dalan ngarep iku nganti mburi hotel prigi, tapi ra nganti ngarep hotel, mung mburi ne iku. Lah sing seseh kono, iku sampek lapangan, iyo, rusunawa , ya iku, bener. Yo 2 wulan kuwi lah. Oktober, yo barengan karo banjir nang ngarep balai Desa iki.9
(Jadi dari depan jalan itu sampai belakang hotel prigi, tapi ndak sampai depan hotel, Cuma belakangnya itu. Lah yang sebelah sana, itu sampai lapangan, yo, rusunawa, ya itu, benar. Ya, 2 bulan yang lalu itu lah. Oktober, ya berbarengan dengan banjir bandang di depan balai desa ini.)
Selain banjir rob, Desa Tasikmadu juga sering mengalami banjir bandang
yang merupakan bencana tahunan, atau banjir menahun. Ada dua sungai besar
yang menjadi sumber banjir di areal pemukiman warga, yakni sungai Wancir dan Sungai Pesu. Besarnya debit air yang mengalir ketika hujan tiba dan tersumbatnya aliran sungai oleh bambu roboh atau material lain yang dibawa oleh air gunung,
serta jembatan yang terlalu rendah merupakan faktor utama terjadinya banjir ini.
Selanjutnya, penyebab lain dari kondisi ini adalah kurangnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan
lingkungannya. Masyarakat tahu dan sadar bahwa bencana banjir yang terjadi
tidak terlepas dari perilaku mereka sehari-hari, yang sebagian besar masih
membuang sampah di saluran air (parit) dan juga membuang sampah langsung ke
sungai. Sepanjang sungai Desa Tasikmadu, baik Jalur sungai besar maupun sungai
kecil kerap ditemui sampah yang berserakan dan memenuhi permukaan sungai.
9
9
Beberapa masyarakat bahkan secara terang-terangan berani membuang sampah di
sungai saat siang hari. Padahal berbagai spanduk dan plang peringatan sudah di
pasang di beberapa titik 3 dusun, namun masyarakat masih saja bersifat naif dan
seolah-olah tidak mengetahui apa-apa.10
Gambar 1.6
Peta Kawasan Rawan Bencana Hidrometeorologi Desa Tasikmadu
Sumber: Diolah dari Hasil Data Peta Desa dan FGD Oleh Tim Pemetaan Desa Tasikmadu Menggunakan media QGIS
10
Wawancara dengan Siti Tsamrotul Yaningah (36 tahun) pada tanggal 10 Desember 2016 pukul 12.30 WIB di Kantor Desa Tasikmadu
Bencana longsor di Dusun
Ketawang (area titik kumpul) Tanggul Jebol akibat
sungai tersumbat bambu
roboh
Bencana banjir menahun
10
Akibatnya, beragam bencana hidrometeorologi semakin cepat terjadi dan
melanda desa ini. Selain kondisi geografis yang dikelilingi oleh bukit dan dekat
dengan pantai. Faktor dari manusia juga merupakan faktor besar yang harus digali
lebih dalam. Bagaimana kegiatan masyarakat sehari-hari dapat berimplikasi pada
kondisi kebencanaan yang ada. Selanjutnya, satu faktor vital yang tidak dapat
diabaikan adalah faktor kebijakan pembangunan yang belum didasarkan pada
upaya-upaya pengurangan risiko bencana.
Permasalahan bencana ini tidak serta merta menjadi masalah tunggal yang
dapat diselesaikan hanya dari satu aspek. Melainkan merupakan masalah yang
cukup kompleks dan harus diuraikan lebih rinci demi mendapatkan solusi untuk
beberapa aspek yang saling berkaitan. Jika berbicara perihal kebencanaan, maka
di sana ada aspek kehidupan yang saling berkaitan, diantaranya aspek pendidikan,
ekonomi, kesehatan, pembangunan, tata ruang wilayah, kekuasaan dan asset
masyarakat. Dalam hal ini, penguraian lebih lanjut akan dibahas di bab tersendiri
terkait mengurai problem kerentanan bencana Desa Tasikmadu.
Selain itu, permasalahan yang ada di Desa Tasikmadu ini menuntut peneliti
untuk berfikir bahwa banyak bencana yang sebenarnya datang dari ulah tangan
manusia sendiri, yang mana sesuai dengan ayat Al-Qur’an berikut ini:
َرَ َظ
ُد َسَفۡلٱ
يِ
ييََ
ۡلٱ
َو
يرۡحَ
ۡٱ
ۡ
ييدۡي
أ ۡ َ َسَك َ يب
َ
يس َنٱ
َضۡعَب ُ َقيي ُ يِ
يي
َٱ
َ
11
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” QS. Ar-Rum Ayat 41.11
Seperti yang kita ketahui, bahwa peningkatan GRK (gas rumah kaca) yang
menyebabkan perubahan cuaca sedramatis ini sebagian besar disebabkan oleh
kegiatan manusia, misalnya penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi,
industri, listrik, perubahan tata guna lahan, deforestasi, kemudian kebakaran
hutan.12 Meski kita sadar bahwa bencana merupakan kehendak alam dan sebagian besar akibat ulah kita sendiri. Namun upaya-upaya untuk terhindar dari bencana
juga merupakan sebuah kewajiban dalam Islam, hal ini sesuai dengan hadits
Rasulullah SAW berikut ini.
َل َق ٍ يب َث يِ
َ
أ ُ ْب ُ يي َح يَِ ََْخ
َ
أ َل َق ُ َ ْعُش َ َثَدَح َرَ ُع ُ ْب ُصْفَح َ َثَدَح
يي يبَنا ْ َع اًدْعَس
ُثييدَ ُُ ٍدْيَز َ ْب َ َم َسُأ ُ ْعي َس َل َق ٍدْعَس َ ْب َ ييهاَرْبيإ ُ ْعي َس
يإ
َل َق ُ َنَأ َ َ َسَو ي ْيَ َع ُ ََا ََ َص
اَذِ َه ُ ُخْدَت َََف ٍضْر
َ
أيب ين ُع َطل يب ْ ُتْعي َس اَذ
َ
ََو اًدْعَس ُثييدَ ُُ ُ َتْعي َس َ ْن
أ ُ
َ
ْ ُقَ َ ْ يم ا ُجُرْ ََ َََف َ يب ْ ُتْنَأَو ٍضْرَأيب َعَ َو
ْ َعَن َل َق ُهُريكْ ُي
“Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Habib bin Abu Tsabit dia berkata; saya mendengar Ibrahim bin Sa'd berkata; saya mendengar Usamah bin Zaid bercerita kepada Sa'd dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Apabila kalian mendengar lepra di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, namun jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut."
Lalu aku berkata; "Apakah kamu mendengar Usamah menceritakan hal itu kepada
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Marwah, (Jakarta: Penerbit JABAL, 2009), Hal.
12
12
Sa'd, sementara Sa'd tidak mengingkari perkataannya Usamah?" Ibrahim bin Sa'd berkata; "Benar.".” (HR. Shahih Bukhari No. 5287)13
Hal itu bertujuan, agar risiko atau korban yang ditimbulkan oleh bencana
wabah itu bisa ditekan sedikit mungkin. Sama halnya dengan bencana pada
umumnya, kita harus bisa menekan segala celah yang dapat memicu bencana
tersebut terjadi untuk langkah pengurangan risiko bencana.
Selanjutnya untuk menganalisa kondisi, tingkat kerawanan, ancaman
bencana hidrometeorologi, risiko terdampak, kerentanan dan lainnya akan
dijelaskan dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang diolah melalui SIG dan
SID. Dari paparan masalah di atas, maka peneliti bersama masyarakat Desa
Tasikmadu kemudian membuat beberapa perencanaan aksi untuk memudahkan
dalam proses penyadaran terkait ancaman bencana hidrometeorologi. Proses
pendampingan ini diharapkan dapat memberikan perubahan yang positif bagi
kehidupan seluruh masyarakat Desa Tasikmadu di masa mendatang. Serta
perencanaan aksi yang dibuat dapat direalisasikan menjadi program-program
pembangunan berdasarkan PRB dalam jangka panjang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana kondisi kerentanan masyarakat Desa Tasikmadu terhadap
ancaman bencana hidrometeorologi?
13
13
2. Bagaimana strategi yang efektif untuk pengurangan risiko bencana
Hidrometeorologi di Desa Tasikmadu?
3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam penerapan SIG dan SID sebagai strategi
pengurangan risiko bencana hidrometeorologi di Desa Tasikmadu?
C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
:
1. Untuk mengetahui kondisi kerentanan masyarakat Desa Tasikmadu terhadap
ancaman bencana Hidrometeorologi
2. Untuk menganalisis dan menerapkan strategi yang efektif untuk pengurangan
risiko bencana Hidrometeorologi di Desa Tasikmadu .
3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam penerapan SIG dan SID sebagai
strategi pengurangan risiko bencana hidrometeorologi di Desa Tasikmadu.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penulisan di atas maka penelitian ini diharapkan
memiliki manfaat dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang berkaitan dengan
pendampingan masyarakat dalam penyadaran risiko bencana
hidrometeorologi pada program studi Pengembangan Masyarakat Islam,
b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
program studi Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam
14
2. Secara Praktis
a. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan awal informasi penelitian
sejenis,
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi
mengenai pemetaan partisipatif tata ruang wilayah desa dengan SIG dan
SID sebagai media penyadaran bencana hidrometeorologi.
E. Strategi Pemecahan Masalah dan Tujuan 1. Analisis Masalah
Fokus pemberdayaan ini menitikberatkan pada pelibatan secara penuh
masyarakat Desa Tasikmadu (subjek dampingan) dalam upaya pengurangan risiko
bencana hidrometeorologi. Sehingga seluruh subjek dampingan mampu
mengambil peran masing-masing dalam segala proses sebagai masyarakat ahli
yang mampu melakukan perubahan sosial untuk permasalahan yang mereka
hadapi dan juga mereka dapat menyadarkan masyarakat yang lainnya dengan
mandiri setelah proses pendampingan ini selesai. Perubahan kondisi kerentanan
terhadap bencana hidrometeorologi di Desa Tasikmadu secara utuh dan
berkelanjutan adalah tujuan dari upaya pendampingan ini. Berikut ini adalah
fokus penelitian dan pendampingan yang digambarkan dalam analisa pohon
masalah tentang tingginya kerentanan masyarakat Desa Tasikmadu terhadap
15
Bagan 1.1
Analisis Pohon Masalah Tentang Tingginya Kerentanan Masyarakat Desa
Tasikmadu Terhadap Ancaman Bencana Hidrometeorologi
Sumber: Diolah dari Hasil FGD dengan Sutarmin, Edi Nurhuda dan Sunani tanggal 29 Oktober 2016 di Dusun Karanggongso
Dari paparan analisis pohon masalah di atas, permasalahan inti yang
dihadapi oleh masyarakat Desa Tasikmadu adalah tingginya kerentanan
Tingginya Kerentanan Masyarakat Desa Tasikmadu Terhadap Ancaman Bencana Hidrometeorologi
Dampak saat terjadi bencana Tingginya kerugian material, non
material dan kemasyarakatan
Ketidaknyamanan hidup dalam bayang-bayang bencana
Dampak sebelum terjadi bencana
Belum efektifnya kelompok yang dibentuk untuk PRB Belum adanya kesadaran tentang risiko bencana hidrometeorologi
Belum adanya kebijakan desa dalam tata kelola wilayah desa yang berbasis
PRB
Belum ada yang mengadvokasi pembuatan
kebijakan tata kelola wilayah berbasis PRB Belum
berfungsinya kelompok tangguh
bencana Tsunami desa untuk PRB
Belum ada yang menginisiasi adanya advokasi kebijakan tata kelola wilayah berbasis
PRB Belum ada yang
menginisiasi keberfungsian
kelompok Belum ada media
pendidikan yang efektif untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorologi
Belum ada yang menginisiasi adanya
media pendidikan yang efektif tentang
16
masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorologi. Hal ini tentunya
memiliki dampak yang negatif terhadap kehidupan masyarakat Desa Tasikmadu.
Terdapat dua dampak yang ditimbulkan dengan adanya kerentanan masyarakat
terhadap ancaman bencana hidrometeorologi ini, yakni sebagai berikut:
Pertama, ketidaknyamanan hidup karena dalam bayang-bayang bencana, saat sebelum terjadi bencana masyarakat akan hidup dalam ketakutan karena
sewaktu-waktu dapat menjadi korban saat bencana terjadi.
Kedua, Tingginya potensi kerugian baik material dan non-material saat bencana benar-benar terjadi. Berikut adalah beberapa dampak yang akan dialami
masyarakat saat bencana benar-benar terjadi:
a) Tingginya angka kerugian material dan non material. Ancaman bencana
(hazard) tentu saja tidak akan serta merta menjadi bencana jika tidak bertemu dengan kerentanan. Namun, ketika kerentanan masyarakat terhadap sebuah
ancaman alami sangat tinggi. Maka pada titik bencana tersebut terjadi,
masyarakat tidak akan mampu untuk membendung dampak yang akan terjadi.
Dampak dari bencana yang paling sering terjadi adalah korban jiwa dan
kerusakan aset atau properti. Hal ini juga bisa menjadi semakin buruk jika
tingkat kerentanan masyarakat sangat tinggi. Jika melihat kondisi saat ini,
masyarakat Desa Tasikmadu belum memiliki kapasitas yang memadai untuk
menghadapi bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu-waktu.
Oleh karena itu, sangat besar potensi untuk tingginya angka kematian dan
17
b) Hilangnya mata pencaharian. Mata pencaharian merupakan satu aspek vital
bagi kehidupan seorang manusia. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari, manusia sangat bergantung pada keberadaan mata pencaharian.
Melihat dari segi historis kebencanaan, bencana hidrometeorologi dapat
menyebabkan beberapa sumber mata pencaharian masyarakat hilang. Salah
satunya adalah kejadian gagal panen akibat bencana banjir rob yang
merendam areal persawahan warga. Hilangnya mata pencaharian ini juga
otomatis akan berimbas pada penurunan kualitas hidup masyarakat dan
dampak lebih jauhnya adalah meningkatnya kemiskinan dan banyaknya
pengangguran.
c) Penurunan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kejadian bencana, terutama
bencarna hidrometeorologi. Hal yang utama adalah kesehatan para pengungsi.
Tidak dapat dipungkiri, dalam wilayah yang terdampak bencana
hidrometeorologi akan sangat berpotensi untuk membuat derajat kesehatan
semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh cepatnya penyebaran bakteri dan
kuman di areal pengungsian. Hal ini biasa terjadi di daerah dengan tingkat
wilayah terdampak cukup besar dan atau wilayah terdampak yang dekat
dengan saluran air atau pemukiman kumuh.
d) Tingginya dampak psikososial pasca bencana. Tidak dapat dipungkiri ketika
terjadi bencana, kerugian material maupun non material akan memberikan
dampak pada kondisi psikis masyarakat. Tidak jarang sebuah bencana akan
menyisakan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat. Terutama jika
18
banyak korban jiwa. Oleh karena itu, dampak ini memang lebih banyak
terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Selanjutnya penyebab tingginya kerentanan masyarakat Desa Tasikmadu
ada tiga, yakni sebagai berikut:
a) Belum Adanya Kesadaran Tentang Risiko Bencana Hidrometeorologi
Hidup berdampingan dengan bencana memnag sudah menjadi hal biasa bagi
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Desa Tasikmadu. Bencana banjir
tahunan maupun tanah longsor ibarat sudah menjadi kejadian biasa dan sekilas.
Tipe banjir yang merupakan luapan air sungai saat hujan dan surut hanya dalam
beberapa jam saja membuat bencana ini tergolong dalam banjir bandang (flash flood). Dimana banjir ini memiliki debit puncak yang melonjak dengan tiba-tiba dan menyurut kembali dengan cepat.14
Karena karakteristik banjir yang seperti ini sering tidak terduga luapannya,
masyarakat harus selalu waspada dan melihat perkembangan debit air di sungai
maupun genangan air di daratan. Seringkali bencana banjir bandang terjadi secara
tiba-tiba dan membuat masyarakat yang tidak siap siaga menjadi sasaran empuk
terdampak bencana. Oleh karena itu, hal ini bisa meningkatkan risiko kerugian
material dan non material semakin besar. Jika tidak ada perubahan yang
signifikan, kondisi ini akan membuat masyarakat yang terdampak banjir akan
sama seperti sebelumnya, atau bahkan lebih buruk lagi.
Mayoritas masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai, justeru membuang
sampah di sungai dan menyebabkan penumpukan sampah dan membuat kondisi
14
_______, Pedoman Pembuatan Peta Rawan Longsor dan Banjir Bandang Akibat runtuhnya
19
bencana semakin parah, sampah itu akan terbawa ke pemukiman dan membuat
genangan air semakin lama surut. Perlunya pengetahuan tentang bencana
hidrometeorologi adalah sebuah upaya untuk menyadarkan masyarakat bahwa
dengan mengurangi faktor risiko, bencana akan bisa dihindari atau bahkan
ditiadakan.
b) Belum Efektifnya Kelompok Yang Dibentuk Untuk PRB
Sejalan dengan kegiatan simulasi mitigasi bencana tsunami pada 2012 lalu,
dibentuk lah sebuah kelompok bencana yang diharapkan dapat menjadi inisiator
kegiatan-kegiatan terkait kebencanaan di Desa Tasikmadu. Sehingga dibentuklah
sebuah kepengurusan.Namun karena pembentukan kelompok yang terkesan asal
pilih dan tanpa didasari dengan pemahaman yang kuat, akhirnya kelompok ini
tidak dapat berjalan sesuai harapan.
Terlebih lagi, kelompok menjadi vakum dan tinggal nama saja akibat tidak
adanya upaya untuk mengumpulkan kembali dan melakukan kegiatan bersama.
Ditambah lagi masyarakat yang merasa kelompok belum terlalu penting akibat
belum sadarnya tentang ancaman bencana baik tsunami maupun bencana
hidrometeorologi. Maka diperlukan sebuah upaya untuk mengumpulkan kembali
atau membentuk kembali kelompok baik dengan anggota yang sama maupun
dengan mengganti seluruh anggota.
c) Tidak Adanya Tata Kelola Wilayah Desa Yang Berbasis PRB
Tata kelola wilayah Desa Tasikmadu selama ini masih belum didasari
dengan analisis kebencanaan, ditambah lagi dengan kebijakan-kebijakan terdahulu
20
ketidakmampuan untuk mengubah pola pemukiman maupun drainase yang
terintegrasi. Sehingga membuat kerentanan masyarakat menjadi semakin tinggi.
Areal pemukiman yang tidak berpola dan saling berdempetan seperti pemukiman
di perkotaan menjadi ciri khas dari pola pemukiman di desa ini.
Semakin banyak jumlah penduduk juga membuat lahan semakin berkurang.
Bahkan saat ini sudah banyak sekali bangunan-bangunan baru yang difungsikan
sebagai tempat penginapan (kost) bagi pekerja “boro” dari berbagai daerah. Oleh
karena itu, perencanaan manipulasi pembangunan sangat diperlukan untuk
meminimalisir risiko bencana hidrometeorologi ini.
2. Analisis Tujuan
Ketiga faktor tersebut adalah penyebab utama tingginya kerentanan
masyarakat Desa Tasikmadu terhadap ancaman bencana hidrometeorologi terjadi.
Selama ini belum ada pihak yang menginisiasi untuk melakukan pemecahan
masalah tersebut. Karena memang belum ada kesadaran untuk melakukan upaya
pengurangan risiko bencana bersama masyarakat. Setiap permasalahan seharusnya
diselesaikan dan dicari poin permasalahannya, pada uraian ini akan dijelaskan
beberapa langkah yang dilakukan oleh fasilitator bersama masyarakat sebagai
langkah untuk mencari dan memberikan solusi terhadap problem yang menimpa masyarakat Desa Tasikmadu. Berikut uraian tindakan yang dilakukan oleh peneliti
bersama masyarakat dalam melakukan upaya pemecahan masalah dalam
menghadapi kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorologi.
21
Bagan 1.2
Analisis Pohon Harapan Tentang Rendahnya Kerentanan Masyarakat Desa
Tasikmadu Terhadap Ancaman Bencana Hidrometeorologi
Sumber: Diolah dari Hasil FGD dengan Sutarmin, Edi Nurhuda dan Sunani tanggal 29 Oktober 2016 di Dusun Karanggongso
Dengan mengetahui paparan problem di atas (lihat Bagan 1.1), maka
peneliti dan masyarakat membuat analisa tujuan yang tergambar untuk
Rendahnya Kerentanan Masyarakat Desa Tasikmadu Terhadap AncamanBencana Hidrometeorologi
Kondisi saat terjadi bencana Rendahnya kerugian material, non
material dan kemasyarakatan
Kenyamanan hidup karena bebas dari bayang-bayang bencana
Kondisi sebelum terjadi bencana
Efektifnya kelompok yang
dibentuk untuk PRB Adanya kesadaran
tentang risiko bencana hidrometeorologi
Adanya kebijakan desa dalam tata kelola wilayah
desa yang berbasis PRB
Ada yang mengadvokasi pembuatan kebijakan tata
kelola wilayah berbasis PRB
Berfungsinya kelompok tangguh
bencana Tsunami desa untuk PRB
Ada yang menginisiasi adanya advokasi kebijakan tata kelola wilayah berbasis
PRB Ada yang menginisiasi keberfungsian kelompok Ada media pendidikan yang efektif untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorologi Ada yang menginisiasi adanya media pendidikan yang efektif tentang
22
merumuskan bersama tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses
pendampingan ini. Berikut uraian tujuan pendampingan: Rendahnya Kerentanan
masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorologi merupakan tujuan inti
dari pemberdayaan ini. Tujuan ini ditunjang oleh beberapa tujuan dasar lainnya.
Faktor yang dibutuhkan untuk mecapai tujuan inti ini ada 3, yakni:
1. Ada yang menginisiasi pembuatan media pendidikan yang efektif tentang
ancaman bencana hidrometeorologi. Faktor penunjang ini sangat dibutuhkan
untuk menyadarkan masyarakat bahwa bencana hidrometeorologi merupakan
ancaman nyata yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan memudahkan
masyarakat dalam menilai sendiri bagaimana kapasitas mereka dalam
menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
2. Ada yang menginisiasi pembentukan jaringan kelompok baru atau
mengefektifkan kelompok PRB yang sudah ada. Faktor penunjang ini dapat
menciptakan inisiator dan pioneer dalam melakukan upaya penyadaran
kebencanaan dan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi. Dengan
adanya wadah dan mengefektifkan tupoksi struktur yang sudah ada
merupakan salah satu tindakan yang sangat aplikatif dan sesuai untuk
melakukan perubahan secara berkelanjutan. Jalur koordinasi yang efektif ini
nantinya dapat memudahkan dalam membentuk kelompok baru yang lebih
ahli dalam melakukan upaya perubahan yang lebih baik.
3. Ada yang menginisiasi adanya advokasi kebijakan dalam tata kelola wilayah
desa berbasis PRB. Faktor penunjang ini dapat memberikan dua manfaat
23
pembangunan yang terkontrol dan terencana dengan matang, serta
terhindarnya masyarakat dari ancaman bencana hidrometeorologi dengan
skala dampak yang tinggi. Proses ini nantinya akan dilakukan dengan
membuat analisa berdasarkan SIG dan SID untuk mencapai tujuan ini.
Dengan perencanaan pembangunan serta manipulasi dalam pembangunan
aliran sungai baru, nantinya tentu saja akan sangat menguntungkan bagi
masyarakat yang selama ini menjadi sasaran empuk bencana
hidrometeorologi.
4. Analisis Strategi Program
Dengan melihat paparan tujuan diatas, maka dapat digambarkan bahwa
pertama dengan adanya kesadaran tentang risiko bencana hidrometeorologi
melalui pembuatan media pendidikan yang efektif maka akan didapatkan
masyarakat ahli yang akan menjadi pioneer dalam proses penyadaran selanjutnya, kedua dengan adanya pembangunan jaringan kelompok baru akan memudahkan
dalam koordinasi terkait kegiatan perencanaan lanjutan untuk upaya pengurangan
risiko bencana karena memiliki wadah tetap, ketiga, dengan adanya advokasi
kebijakan akan memudahkan dalam proses perencanaan pembangunan jangka
panjang dan upaya untuk menciptakan system yang berkelanjutan dalam
penanganan bencana. Selanjutnya, untuk memperjelas alur pikiran peneliti dalam
mencapai tujuan-tujuan yang ada bersama masyarakat, berikut adalah kerangka
24
Bagan 1.3
Kerangka Berfikir dalam Pendampingan Upaya PRB Ancaman Bencana
Hidrometeorologi di Desa Tasikmadu
Sumber: Diolah dari Hasil FGD dengan H. Riyono, Hartadi, Sutarmin, Edi Nurhuda dan Sunani tanggal 2 November 2016 di Kantor Desa Tasikmadu
Dengan adanya kerangka berfikir tersebut, akan menjadikan proses
pendampingan masyarakat ini mejadi lebih jelas dan terarah. Sehingga dapat
mencapai tujuan utama melalui tahapan-tahapan analisis yang sesuai dengan
Masalah Harapan Proses Hasil
1.Masyaraka t belum mempunyai kesadaran tentang risiko bencana hidrometeor ologi 1.Adanya kesadaran tentang risiko bencana hidrometeorolo gi 2.Terbentuknya jaringan kelompok baru untuk PRB atau kembali kelompok yang dibentuk untuk PRB 3.Adanya kebijakan desa dalam tata kelola wilayah desa yang berbasis PRB Pembuatan SIG dan SID sebagai media pendidikan efektif dalam penyadaran ancaman bencana Hidrometeorolog i. 1. Subjek dampingan dapat menjadi pioneer penyadaran bencana masyarakat Desa Tasikmadu 2. Belum Efektifnya Kelompok Yang Dibentuk Untuk PRB Dengan melakukan pemetaan partisipatif tata
25
konteks problem, harapan dan kondisi yang ada di masyarakat. Selain itu juga,
dari kerangka berfikir tersebut, akan memudahkan peneliti dan masyarakat untuk
melakukan evaluasi bersama dengan lebih detail dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan ke depannya.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun susunan atau sistematika dalam skripsi yang mengangkat tema
tentang pemetaan partisipatif tata ruang dalam pengurangan risiko bencana
menggunakan SIG dan SID ini adalah:
BAB I Pendahuluan, pada bab ini peneliti membahas tentang pendahuluan,
yang mecakup analisis awal mengapa mengangkat tema penelitian ini, fakta dan
realita secara induktif di latar belakang, didukung dengan rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta juga sistematika pembahasan untuk
membantu mempermudah pembaca dalam memahami secara ringkas penjelasan
mengenai isi BAB per BAB.
BAB II Kajian Teori dan Riset terkait, pada bab ini peneliti membahas
tentang teori-teori yang relevan dengan tema penelitian yang diangkat.
Diantaranya Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi,
konsep dasar PRB, Urgensi SIG dan SID. Serta kaitan antara Pengurangan Risiko
bencana dengan Islam.
BAB III Metodologi Penelitian Aksi Partisipatif, pada bab ini peneliti
menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan. Yakni dengan
pendekatan PAR, dimana pendekatan ini bertujuan untuk menyingkap realitas di
26
yang terjadi secara real di lapangan bersama-sama masyarakat secara partisipatoris. Disertai juga dengan penjelasan subjek dampingan,analisa
stakeholder, dan jadwal pelaksanaan pendamapingan.
BAB IV Desa Tasikmadu : Desa Dikepung Bencana, pada bab ini peneliti
memberikan gambaran umum lokus penelitian pendampingan. Yang dipaparkan
peneliti pada BAB ini adalah: bagaimana realitas yang terjadi di Desa Tasikmadu,
kondisi demografis, kekayaan alam dan budaya serta keagamaan masyarakatnya.
BAB V Problem Kerentanan Bencana Desa Tasikmadu, pada bab ini
peneliti menguraikan realitas dan fakta yang didapat di lapangan terkait tingginya
ancaman bencana hidrometeorologi yang ditopang dengan kondisi georgafis yang
kurang menguntungkan serta kerentanan dari segi kemanusiaan, kelembagaan dan
kebijakan pembangunan yang belum didasari dengan upaya pengurangan risiko
bencana yang sudah disinggung secara singkat di BAB I dan BAB IV.
BAB VI Dinamika Proses Membangun Kesadaran Risiko Bencana
Hidrometeorologi, dalam bab ini peneliti menjawab masalah berdasarkan analisis
inti masalah yang telah disajikan dalam BAB V. Ada beberapa sub bahasan,
diantaranya adalah SIG dan SID sebagai media penyadaran risiko bencana
hidrometeorologi, merumuskan masalah bersama masyarakat, dan perencanaan
membuat media penyadaran berupa peta 2D. Sebagian dari aksi nyata yang sudah
terencana dalam tahapan metode penelitian sosial Participatory Action Research
(PAR).
BAB VII Siap Siaga Mengurangi Risiko Bencana Melalui SIG dan SID,
27
oleh peneliti, menjawab keberhasilan atas aksi menyadarkan masyarakat dalam
menilai ancaman bencana hidrometeorologi, menghasilkan perdes kebersihan
lingkungan, serta perencanaan jangka panjang terkait pembangunan. Semua
keberhasilan dari proses pendampingan akan dipaparkan dalam bentuk gambar
dan tabel untuk memudahkan pembaca memahami keberhasilan penyadaran
bencana melalui SIG dan SID.
BAB VIII Membangun Ketangguhan Desa Bersama Masyarakat, peneliti
dalam bab ini membuat sebuah catatan refleksi atas penelitian dan pendampingan
upaya Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi di Desa Tasikmadu dari
awal sampai akhir. Dimulai dari pentingnya pengetahuan dan keinginan untuk
berubah, pentnya ilmu pemberdayaan masyarakat dalam konteks sekarang.
Pentingnya pendampingan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana
hidrometeorologi.serta juga diceritakan beberapa catatan peneliti pada saat
penelitian dalam mendampingi pemetaan tata ruang wilayah sebagai bagian dari
aksi nyata melalui metode penelitian partisipatif.
BAB IX Penutup, pada bab yang terakhir ini peneliti membuat kesimpulan
yang bertujuan untuk menjawab dari rumusan masalah, dari tingginya kerentanan
masyarakat Desa Tasikmadu terhadap ancaman bencana hidrometeorologi. Dan
juga strategi yang efektif untuk pemecahan masalah yang dialami oleh masyarakat
Desa Tasikmadu melalui Pemetaan tata ruang desa dengan SIG dan SID dan juga
keberhasilan dari strategi ini secara ringkas. Peneliti juga membuat saran-saran
28
dipergunakan sebagai acuan untuk dapat diterapkan demi pembangunan wilayah
BAB II
KAJIAN TEORI DAN RISET TERKAIT
A. Konsep Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi
1. Konsep Bencana Hidrometeorologi
Salah satu penyebab bencana yang paling fenomenal dan paling berdaya
jangkau luas–menjalar ke seluruh permukaan bumi dan ruang diatasnya –adalah perubahan iklim akibat pemanasan global. 15 Perubahan iklim secara
terus-menerus dan terjadi secara signifikan inilah yang mengakibatkan munculnya
bencana hydrometeorology yang menjalar hingga seluruh dunia. Sebelum
membahas konsep bencana hidrometeorologi, berikut adalah definisi singkat dari
bencana ini:
a. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.16
b. Hidrometeorologi
Hidrometeorologi dapat didefinisikan sebagai ilmu fenomena atmosfir. Ini
termasuk studi tentang kelembaban di atmosfer termasuk bentuk dan curah
hujannya, dan karenanya tumpang tindih dengan sebagian bidang hidrologi.
15
Puthut EA & Nurhadi Sirimorok,Bencana Ketidakadilan: Refleksi Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia, (Yogyakarta: INSISTPress, 2010), Hal. 16.
16
30
Dengan demikian, hidrometeorologi adalah cabang hidrologi, yang berhubungan
dengan air di atmosfer. Definisi baru-baru ini dan luasnya adalah:
hidrometeorologi adalah bagian dari hidrologi yang berkaitan dengan air di
atmosfer dan permukaan. Terobosan dalam hydrometeorologydicapai pada paruh
kedua abad ke-20. Karya-karya Shaw, Brunt, Bruce dan Clark, Chow and Hoes
patut untuk disebutkan.17
c. Ancaman Bencana Hidrometeorologi
PBB mendefinisikan ancaman hidrometeorologi sebagai sebuah proses atau
fenomena dari astmosferik, hidrologis, atau oseanografis yang pada dasarnya
dapat menyebabkan kehilangan nyawa, luka-luka atau dampak kesehatan lainnya,
kerusakan properti, kehilangan mata pencaharian dan pelayanan, gangguan sosial
dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.18.
Ancaman bencana hidrometeorologi meliputi topan, kekeringan, banjir,
gelombang panas, hujan salju tebal, badai, dan gelombang badai, tapi dapat juga
meningkat pada ancaman bencana lain, seperti wabah, tanah longsor, wabah
belalng, dan kebakaran hebat.19
17
Madan Mohan Das & Mimi Das Saikia,Hydrology, (New Delhi: PHI Learning Private Limit,2009), Hal. 6.
18
USAID,Hidrometeorological Hazard Sector Update, dalam Laporan Fiscal Year 2016. Hal. 1.
19
31
d. Bencana hidrometeorologi
Bencana hidrometeorologi (bencana alam meteorologi) adalah bencana alam
yang berhubungan dengan iklim.20 Bencana hidrometeorologi berupa banjir,
longsor, puting beliung, gelombang pasang, dan kekeringan.21
Berbagai studi telah menunjukkan bahwa ancaman bencana
hidrometeorologi – iklim, cuaca dan bencana yang berhubungan dengan air seperti topan, kekeringan dan banjir terhitung untuk angka terbesar dari bencana
alam di seluruh dunia dan mempengaruhi lebih banyak orang daripada jenis
ancaman bencana alam lainnya. Kekeringan, suhu ekstrim, banjir dan badai
menghasilkan sebanyak kurang lebih 600.000 kematian, berdampak pada lebih
dari 3 milyar orang, dan menyebabkan kurang lebih estimasi 2 trilyun dollar
dalam kerusakan ekonomi antara rentang tahun 1994 hingga 2013. Dalam 4
dekade terakhir, jumlah laporan dari bencana tersebut telah mencapai hampir lima
kali lipat, dari sebanyak 750 insiden anatara 1971 dan 1980 menjadi 3500
kejadian pada rentang tahun antara 2000 hingga 2010.22
Berikut definisi bencana-bencana yang masuk dalam kategori bencana ini:
a. Banjir
Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas
tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang
20
Sri Nurhayati Qodriatun,Bencana Hidrometeorologi Dan Upaya Adaptasi Perubahan Iklim, dalamInfo Singkat Kesejahteraan SosialVol. V, No. 10/II/P3DI/Mei/2013. Hal. 9. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI).
21
Ibid.
22
32
lebih rendah di sekitarnya23.Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi
volume air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, drainase maupun
saluran air lainnya pada selang waktu tertentu. Masyarakat yang tinggal disekitar
sungai atau daerah pantai yang landai merupakan masyarakat yang paling berisiko
terhadap ancaman banjir. Semakin dekat tempat tinggal kita dengan sumber
banjir, semakin besar risiko kita terkena banjir.
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum
Kodoatie, Robert J. & Sugiyanto membagi penyebab terjadinya banjir dalam 2
kategori yaitu banjir yang diakibatkan oleh sebab alam dan manusia.24 Yang
termasuk sebab-sebab alam diantaranya adalah:
1) Curah hujan
Indonesia mempunya iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan, curah
hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi
tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.
2) Pengaruh fisiografis
Fisiografis atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lembah, kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai dan lain-lain.
23
Ella Yulaelawati&Usman Syihap,Mencerdasi Bencana Banjir, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), Hal. 4
24
33
3) Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas daya tampung
sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya
sedimentasi akan mempengaruhi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan
banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai
besar di Indonesia.
4) Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tebing sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya
penggunaan lahan yang tidak tepat.
5) Kapasitas drainasi yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi kawasan
genangan yang tidak memadai sehingga daerah kota-kota tersebut menjadi
langganan banjir di musim hujan.
6) Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir
menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).
Sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :
1) Pengaruh kondisi DAS
Perubahan DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang
34
masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan
yang ada, perubahan tataguna lahan memberikan kontribusi yang besar terhadap
naikya kulitas dan kuantitas banjir.
2) Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat disepanjang bantaran sungai, dapat
merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor
penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
3) Sampah
Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan
tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di
kota-kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembungan sampah di alur sungai
dapat meningkatkan muka air banjir karena memperlambat aliran.
4) Drainasi lahan
Drainasi perkotaan dan pengembangn pertanian pada daerah bantuan banjir
akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
5) Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan
elevasi muka air karena efek aliran balik (backwater)
6) Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengandali
banjirsehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat
35
7) Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendali banjir memang dapat mengurangi kerusakan
akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir-banjir besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi,
lapisan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat
menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya tanggul
sehingga menimbulkan banjir yang besar.
Menurut Isnugroho yang dikutip oleh Pratomo, kawasan rawan banjir
merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir
sesuai karakteristik penyebab banjir, kawasan tersebut dapat dikategorikan
menjadi empat tipologi sebagai berikut25:
1) Daerah Pantai.
Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah tersebut
merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau
sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (mean sea level) dan tempat
bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai permasalahan penyumbatan
muara
2) Daerah Dataran Banjir(Floodplain Area).
Daerah dataran banjir(Floodplain Area) adalah daerah di kanan-kiri sungai
yang muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju
sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir
baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan local. Kawasan ini umumnya
25
36
terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah
pengembangan (pembudidayaan) seperti perkotaan, pertanian, permukiman dan
pusat kegiatan perekonomian, perdagangan, industri, dll.
3) Daerah Sempadan Sungai.
Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir, akan tetapi, di daerah
perkotaan yang padat penduduk, daerah sempadan sungai sering dimanfaatkan
oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha sehingga apabila terjadi
banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta
benda.
4) Daerah Cekungan.
Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi. Apabila penatan kawasan tidak terkendali dan
sistem drainase yang kurang memadai, dapat menjadi daerah rawan banjir.
[image:57.595.119.509.113.597.2]
37
Gambar 2.1
Tipologi Kawasan Rawan Banjir
Sumber:Agus Joko Pratomo, dalam Analisis Kerentanan Banjir Di Daerah Aliran Sungai Sengkarang Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Dengan Bantuan
Sistem InformasiGeografis,2008
Klasifikasi Jarak dari Sungai untuk Banjir, menurut Asep Purnama, dibagi
menjadi tiga yaitu wilayah sangat rawan banjir, rawan banjir dan agak rawan
banjir dengan jarak sebagai berikut26:
Tabel 2.1
Jarak Pemukiman dengan Sungai
No Jarak Dari Sungai Tingkat Kerawanan
1 0-25m Sangat rawan
2 >25-100m Rawan
3 >100m-250m Agak Rawan
Sumber : Asep Purnama dalam Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi,2008
Ancaman banjir yang semakin sering terjadi pada lahan sawah dapat
menyebabkan berkurangnya luas area panen dan produksi padi, serta
produktivitas dan kualitas hasil. Penilaian kerusakan difokuskan kepada pertanian
26
Asep Purnama,Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi, 2008.Hal. 22.
DAERAH PANTAI
DAERAH DATARAN BANJIR
DAERAH SEMPADAN SUNGAI
38
yang terkena dampak bencana.27 Secara matematis, nilai kerusakan dihitung
dengan:
D = A x P
Keterangan:
D = Nilai kerusakan pada aset-aset fisik (Damage)
A = Area terdampak/luasan aset fisik yang terdampak (Affected
area)
P = Harga pasar yang berlaku (Price)
b. Tanah Longsor
Tanah Longsor merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
bentuk dan proses yang melibatkan gerakan tanah, batu-batuan atau puing-puing
ke arah bawah atau keluar lereng di bawah pengaruh gravitasi bumi.28
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam