• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis maslahah terhadap penerapan tarif parkir zona di tempat parkir tepi jalan umum Kota Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis maslahah terhadap penerapan tarif parkir zona di tempat parkir tepi jalan umum Kota Surabaya."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADA

DI TEMPAT PAR

Pr

ANALISIS MAS{LAH{AH

DAP PENERAPAN TARIF PARKIR ZO

ARKIR TEPI JALAN UMUM KOTA SU

SKRIPSI

Oleh :

Ahmad Rif’an Ma’ruf NIM. C72213097

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Surabaya 2017

ZONA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK\

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan judul “Analisis Mas{lah{ah terhadap Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya” yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir tepi jalan umum Kota Surabaya

menurut hukum positif dan bagaimana analisis mas{lah{ah terhadap penerapan

tarif Parkir Zona di tempat parkir tepi jalan umum Kota Surabaya.

Data dihimpun melalui pengamatan, wawancara, serta studi dokumentasi

kemudian diolah dengan cara checking data, editing, dan organizing.

Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan teknik deskriptif analitis dengan metode analisis data Miles and Huberman, yakni melalui reduksi data, penyajian data, kemudian penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, dari segi hukum positif, ketentuan parkir dan retribusi parkir secara umum telah diatur oleh undang-undang yang selanjutnya diperinci dalam peraturan daerah termasuk Parkir Zona yang ketentuan tarifnya tetap memperhatikan kemampuan masyarakat. Adapun pada pelaksanaannya, masih terdapat penyelewengan yang dilakukan oleh juru parkir maupun pengguna parkir. Kedua, transaksi Parkir Zona termasuk dalam

transaksi ijarah yang dari segi mas{lah{ah termasuk mas{lah{ah mu’tabarah karena

telah diatur oleh syarak serta tetap tidak dibenarkan adanya penyelewengan yang merugikan kedua belah pihak. Dari segi berlalu lintas, Parkir Zona berusaha menggapai maslahat berupa kelancaran berlalu lintas dan ketersediaan lahan parkir. Meskipun tidak diatur oleh syarak, kemaslahatan pada Parkir Zona telah

memenuhi kriteria mas{lah{ah mursalah.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II TEORI IJARAH DAN MAS{LAH{AH A. Ijarah ... 23

1. Pengertian ijarah ... 23

2. Dasar hukum ijarah ... 24

3. Rukun dan syarat ijarah ... 26

4. Jenis ijarah ... 28

5. Berakhirnya ijarah ... 29

(8)

1. Pengertian mas{lah{ah ... 30

2. Dasar hukum mas{lah{ah ... 31

3. Pembagian mas{lah{ah ... 32

4. Kehujjahan mas{lah{ah ... 37

5. Perbandingan mas{lah{ah dan mafsadah ... 40

BAB III PENERAPAN TARIF PARKIR ZONA DI TEMPAT PARKIR TEPI JALAN UMUM KOTA SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

1. Surabaya ... 45

2. Dinas Perhubungan Kota Surabaya ... 45

a) Sejarah Dinas Perhubungan Kota Surabaya ... 45

b) Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surabaya ... 46

c) Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Surabaya ... 47

B. Peraturan Parkir, Retribusi Parkir, dan Parkir Zona ... 48

1. Parkir dan Retribusi Parkir dalam Undang-Undang . 48 2. Parkir dan Retribusi Parkir dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya ... 54

3. Parkir Zona dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya 58 C. Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi\ Jalan Umum Kota Surabaya ... 63

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH PENERAPAN TARIF PARKIR ZONA DI TEMPAT PARKIR TEPI JALAN UMUM KOTA SURABAYA A. Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya Menurut Hukum Positif ... 74

B. Analisis Mas{lah{ah terhadap Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Di Surabaya, ketentuan parkir diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir.

Peraturan daerah tersebut mengatur tentang penyelenggaraan parkir secara

umum, mulai dari kewenangan penyelenggaraan parkir, perizinan

penyelenggaraan parkir, lokasi parkir, tarif diterapkan, hingga sanksi yang

dijatuhkan apabila terjadi pelanggaran terhadap aturan parkir.

Penyelenggaraan tempat parkir merupakan kewenangan dari

pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surabaya.

Dalam penyelenggaraan tersebut, pemerintah daerah diijinkan untuk

bekerjasama dengan pihak swasta.1 Terdapat dua jenis penyelenggaraan

tempat parkir yakni Parkir Tepi Jalan Umum dan Tempat Parkir Khusus.2

Tempat Parkir Tepi Jalan Umum adalah fasilitas parkir kendaraan di tepi jalan

umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah. Tempat Parkir Khusus adalah

tempat yang secara khusus disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah

daerah yang meliputi pelataran/lingkungan parkir, taman parkir, dan gedung

parkir.3

1

Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir.

2

Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009. 3

(10)

2

Pada penyelenggaraan Tempat Parkir Tepi Jalan Umum dibagi menjadi

tiga jenis pelayanan yakni Tempat Parkir Tepi Jalan Umum, Tempat Parkir

Insidentil, dan Tempat Parkir Zona. Perbedaan dari ketiga pelayanan tersebut

dapat dilihat dari lokasi tempat parkir dan tarif yang diterapkan. Pada

pelayanan parkir Tempat Parkir Tepi Jalan Umum dan Parkir Zona, lokasinya

ditentukan oleh Pemerintah Daerah dan berlaku secara permanen. Pada

pelayanan Tempat Parkir Insidentil, lokasinya tidak permanen dikarenakan

adanya suatu kepentingan atau keramaian. Tarif yang diterapkan tiga jenis

pelayanan tersebut juga berbeda. Pada pelayanan Tempat Parkir Tepi Jalan

Umum, tarif yang diterapkan lebih rendah. Pada pelayanan tempat Parkir

Zona, tarif yang diterapkan lebih tinggi.

Pada tanggal 20 Maret 2017, Pemerintah Kota Surabaya secara resmi

menerapkan aturan tarif Parkir Zona di beberapa kawasan tempat parkir Tepi

Jalan Umum Kota Surabaya.4 Penerapan aturan Parkir Zona sebagai bentuk

pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir serta Peraturan Walikota

Surabaya Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan Parkir Zona di

Kota Surabaya. Pada aturan tarif Parkir Zona didasarkan pada Peraturan

Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perparkiran dan Retribusi Parkir, Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor

8 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, serta

4

(11)

3

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan Tarif

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

Penetapan lokasi Parkir Zona ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 2

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman

Penetapan Parkir Zona di Kota Surabaya. Pada pasal tersebut dijelaskan

bahwa lokasi Parkir Zona ditetapkan pada tempat parkir Tepi Jalan Umum

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Lokasi Parkir Zona tersebut

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, dan

dalam keputusan tersebut harus menyebutkan seceara jelas nama jalan yang

ditetapkan sebagai lokasi Parkir Zona.5

Beberapa kawasan tempat parkir yang menerapkan aturan tarif Parkir

Zona antara lain Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Tunjungan, Blauran,

Embong Malang, Pasar Atom, Taman Bungkul, Balaikota, Kertajaya, dan

Keputran. Kawasan tempat parkir yang menerapkan aturan tarif Parkir Zona

tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Kota

Surabaya Nomor 188.45/5491/436.7.14/2017 tentang Penetapan Kawasan

Parkir Zona di Kota Surabaya.6 Di setiap kawasan tersebut meliputi beberapa

jalan yang menerapkan aturan Parkir Zona. Sebagai contoh, di kawasan

Jembatan Merah meliputi Jalan Jembatan Merah, Jalan Kapasan, Jalan

Rajawali, Jalan Songoyudan, Jalan Slompretan, Jalan Nyamplungan, Jalan

Pegirian, dan Jalan Dukuh. Pada kawasan Tunjungan meliputi Jalan

5

Pasal 2 Peraturan Walikota Surabaya Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan Parkir Zona di Kota Surabaya.

6

(12)

4

Gemblongan, Jalan Tunjungan, Jalan Praban, dan Jalan Genteng Besar. Untuk

lebih jelasnya, dapat dilihat perincian jalan yang termasuk dalam 10 kawasan

[image:12.595.103.516.193.652.2]

Parkir Zona pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Lokasi Parkir Zona di Kota Surabaya No. Nama Jalan No. Nama Jalan 1 Jembatan Merah

- Jl. Jembatan Merah - Jl. Kapasan

- Jl. Rajawali - Jl. Songoyudan - Jl. Slompretan - Jl. Nyamplungan - Jl. Pegirian - Jl. Dukuh

2. Tugu Pahlawan - Jl. Dupak - Jl. Tembaan - Jl. Psr Besar Wetan - Jl. Pahlawan - Jl. Kramat Gantung - Jl. Bubutan

- Jl. Jagalan

3. Tunjungan

- Jl. Gemblongan - Jl. Tunjungan - Jl. Praban

- Jl. Genteng Besar

4. Blauran - Jl. Blauran - Jl. Kranggan - Jl. Bubutan - Jl. Tidar 5. Embong Malang

- Jl. Embong Malang - Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Kedung Doro

6. Taman Bungkul - Jl. Taman Bungkul - Jl. Progo

- Jl. Serayu 7. Pasar Atom

- Jl. Waspada - Jl. Stasiun Kota - Jl. Gembong - Jl. Bunguran - Jl. Semut Baru - Jl. Pengampon

8. Balaikota

- Jl. Sedap Malam - Jl. J. Agung Suprapto - Jl. Jimerto

- Jl. Wijaya Kusuma - Jl. Pacar

- Jl. Walikota Mustajab - Jl. BKR Pelajar 9. Kertajaya

- Jl. Kertajaya

- Jl. Manyar Kertoarjo - Jl. Dharmawangsa - Jl. Pucang Anom

(13)

5

Tarif parkir yang diterapkan dalam Parkir Zona lebih mahal dari tarif

parkir Tepi Jalan Umum.7 Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1 Peraturan

Walikota Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan Tarif Retribusi

Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.8 Sebagai contoh, pada tarif parkir di

tempat Parkir Tepi Jalan Umum, kendaraan sepeda motor dikenakan tariff

sebesar Rp. 1.000,- (Seribu rupiah), kendaraan mobil sedan dikenakan tarif

sebesar Rp. 3.000,- (Tiga ribu rupiah). Tarif parkir di tempat Parkir Zona,

kendaraan sepeda motor dikenakan sebesar Rp. 2.000,- (Dua ribu rupiah), dan

mobil sedan dikenakan sebesar Tp. 5.000,- (Lima ribu rupiah). Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat perbandingan tarif parkir Tepi Jalan Umum (TJU)

[image:13.595.100.519.238.622.2]

dengan tarif yang akan diterapkan di kawasan Parkir Zona pada tabel berikut.

Tabel 1.2

Perbandingan Tarif Parkir

Kendaraan Tarif Parkir

Parkir Zona Parkir TJU

Truk gandeng/Trailer Rp. 15.000 Rp. 7.000

Truk/Bus/Sejenisnya Rp. 10.000 Rp. 6.000 Truk mini/Sejenisnya Rp. 7.500 Rp. 5.000

Mobil sedan/Pick up Rp. 5.000 Rp. 3.000

Sepeda Motor Rp. 2.000 Rp. 1.000

Sepeda Rp. 1.000 Rp. 0,-

Sumber : Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

7

Dinas Perhubungan Kota Surabaya, “Parkir Zona Resmi Berlaku 20 Maret 2017”, dalam http://dishub.surabaya.go.id/index.php/post/2378/parkir-zona-resmi-berlaku-20-maret-2017, diakses pada 9 April 2017.

8

(14)

6

Parkir Zona diterapkan karena memiliki tujuan tertentu. Tujuan

tersebut antara lain, untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas dengan

mengurangi hambatan samping (parkir), mengalihkan tingginya tingkat

potensi parkir di jalan tertentu ke jalan yang memiliki tingkat kepadatan

rendah, mengurangi intensitas parkir pada jalan-jalan yang padat, serta

mendukung program pemerintah untuk beralih menggunakan angkutan

umum.9

Secara normatif, Parkir Zona diharapkan menjadi solusi atas kebutuhan

tempat parkir dan kelancaran berlalu lintas. Dengan menerapkan Parkir Zona,

kebutuhan tempat parkir tetap terpenuhi meskipun harus menggunakan badan

jalan. Selain itu, kelancaran berlalu lintas juga tetap dapat terjaga dengan

minimnya penggunaan Parkir Zona sebagai konsekuensi atas mahalnya tarif

parkir yang diterapkan. Namun, perlu dilihat juga bagaimana pelaksanaan

Parkir Zona di masyarakat.

Setiap aturan hukum memiliki tujuan tertentu. Dalam Islam, seluruh

perintah dan larangan yang tercantum dalam Alquran maupun Hadis memiliki

tujuan hukum yakni sebagai rahmat bagi umat manusia.10 Sebagaimana

disebutkan dalam Alquran surah al-Anbiya<’ ayat 107 yang berbunyi:

!

$tΒuρ

š

oΨù=y™ö‘r&

ā

ωÎ)

Z

πtΗôqy‘

š

Ïϑn=≈yèù=Ïj9 ∩⊇⊃∠∪

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya<’ (21): 107)11

9

Dinas Perhubungan Kota Surabaya, “Parkir Zona” dalam Brosur Parkir Zona Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

10

Ghofar Shidiq,” Teori Maqashid al-Syariah dalam Hukum Islam” Sultan Agung, Vol. XLIV, No. 118 (Juni-Agustus, 2009), 117.

11

(15)

7

Rahmat untuk seluruh alam dalam ayat tersebut diartikan dengan

kemaslahatan umat. Sedangkan, secara sederhana maslahat itu dapat diartikan

sebagai sesuatu yang baik dan dapat diterima oleh akal sehat. Sesuatu dapat

diterima akal apabila dapat diketahui dan dipahami motif di balik penetapan

suatu hukum, yaitu karena mengandung kemaslahatan untuk manusia, baik

dijelaskan sendiri alasannya oleh Allah Swt. atau dengan jalan rasionalisasi.12

Mas{lah{ah secara umum dapat dicapai melalui dua cara yakni

mewujudkan manfaat, kebaikan dan kesenangan bagi manusia

sebanyak-banyaknya, serta berusaha menghindari atau mencegah kerusakan maupun

keburukan sekuat-kuatnya.13 Secara normatif, Parkir Zona ingin mewujudkan

kemaslahatan bagi masyarakat. Akan tetapi, perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui sejauh mana penerapan Parkir Zona dapat mewujudkan

kemaslahatan bagi masyarakat, khususnya pengguna fasilitas Parkir Zona

maupun pengguna jalan. Oleh karena itu, disusunlah penelitian ini dengan

judul Analisis Mas{lah{ah terhadap Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan yang akan timbul, antara lain:

1. Latar belakang diberlakukannya aturan Parkir Zona di Kota Surabaya

2. Tujuan diberlakukannya aturan Parkir Zona di Kota Surabaya

12

Ghofar Shidiq,” Teori Maqashid…, 117. 13

(16)

8

3. Ketentuan tempat parkir Tepi Jalan Umum sebagai Parkir Zona di Kota

Surabaya

4. Tarif parkir di tempat parkir yang menerapkan Parkir Zona di Kota

Surabaya

5. Manfaat dan kerugian diberlakukan aturan Parkir Zona di Kota Surabaya

6. Tanggapan pengguna jasa parkir Tepi Jalan Umum terhadap Parkir Zona di

tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya

7. Penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota

Surabaya menurut hukum positif

8. Mas{lah{ah dalam penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya

Dari hasil identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan dikaji

pada penelitian ini akan dibatasi sehingga dapat lebih fokus dan sesuai dengan

judul penelitian. Batasan masalah yang akan dikaji yakni:

1. Penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota

Surabaya menurut hukum positif

2. Mas{lah{ah dalam penerapan Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah yang telah

disebutkan sebelumnya, maka disusunlah rumusan masalah dalam penelitian

(17)

9

1. Bagaimana penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum

Kota Surabaya menurut hukum positif?

2. Bagaimana analisis mas{lah{ah terhadap penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya?

D.Kajian Pustaka

Penelusuran terhadap penelitian terdahulu dilakukan untuk

menghindari terjadinya pengulangan ataupun duplikasi atas suatu penelitian.

Kajian pustaka ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran terkait

penelitian terdahulu yang identik dengan penelitian yang akan dibahas

sehingga dapat diketahui bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

sebelumnya. Adapun penelitian terdahulu yang ditemukan identik dengan

penelitian yang akan dibahas antara lain:

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemberlakuan

Tarif Parkir Progressif di Gramedia Expo Surabaya menurut Perda Surabaya

No. 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir” karya Bustanul Arifin. Pada

penelitian tersebut mendeskripsikan ketentuan pemberlakuan tarif parkir

progressif menurut Perda Surabaya No. 5 Tahun 2000 tentang retribusi parkir

dan penerapan tarif parkir progressif di Gramedia Expo Surabaya, serta dianalisis dan dinilai menurut Hukum Islam. Kesimpulan dari penelitian

tersebut bahwa penetapan tarif parkir yang diterapkan oleh Gramedia Expo

(18)

10

oleh perusahaan, serta adanya kesepakatan antara kedua pihak (pengunjung

dan pengelola jasa) dan saling rela pada awal transaksi.14

Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kontribusi

Retribusi Parkir dalam Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 Tahun 2015

Pada Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)” karya M. Afif

Zainurroziqin. Pada penelitian tersebut membahas tentang kontribusi retribusi

parkir dalam Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 Tahun 2015 pada

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta analisis hukum Islam

terhadap kontribusi retribusi parkir tersebut. Kesimpulan dari penelitian

tersebut bahwa kebijakan pemerintah dalam memberlakukan perubahan tarif

parkir tidaklah terdapat penyimpangan menurut hukum Islam karena

kebijakan tersebut dilakukan untuk kepentingan masyarakat banyak serta dari

segi optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut hukum Islam

menunjukkan bahwa naiknya PAD Kota Surabaya pada Tahun 2015 ini juga

selaras dengan bentuk distribusinya yakni memanfaatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dengan sebaik-baiknya untuk masyarakat Kota Surabaya.15

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi

Perda Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 (Studi Kasus Kenaikan Harga

Retribusi Parkir Kendaraan Bermotor di Kawasan Wisata Kota Yogyakarta)”

karya Ira Fatunnisa. Penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan tarif

14

Bustanul Arifin, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemberlakuan Tarif Parkir Progressif di Gramedia Expo Surabaya menurut Perda Surabaya Nomor 5 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), vi.

15

(19)

11

retribusi parkir di kawasan wisata Kota Yogyakarta yang tidak sesuai dengan

Perda Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum

serta pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan tarif retribusi tersebut.

Kesimpulannya dari penelitian tersebut yakni pelaksanaan Perda Kota

Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 tidak diimplementasikan dengan benar serta

menurut hukum Islam, menaikkan tarif retribusi tersebut tidak diperbolehkan

dan tidak memenuhi syarat sah akad.16

Skripsi yang berjudul “Penarikan Retribusi Parkir Perspektif Normatif,

Yuridis, dan Sosiologis Hukum Islam (Studi Kasus di Taman Parkir Plaza

Sriwedani)” karya Feriyanto. Pada penelitian tersebut membahas tentang

adanya penggunaan klausul tersendiri dalam penarikan retribusi parkir yang

tercantum pada karcis yang terjadi di taman parkir Plaza Sriwedani serta

dianalisis dari segi normatif, yuridis, dan sosiologis hukum Islam.

Kesimpulannya adalah dari segi normatif, praktik sewa-menyewa lahan parkir

tidak sah menurut shara‘. Dari segi yuridis juga bertentangan dengan Perda Kota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2009, anggaran dasar paguyuban, serta

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perlindungan Konsumen.

Sedangkan dari segi sosiologis, yakni sebuah reflek masyarakat terhadap suatu

kebutuhan yang tidak dibarengi dengan sosialisasi akan pentingnya kesadaran

hukum di masyarakat.17

16

Ira Fatunnisa, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi Perda Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 (Studi Kasus Kenaikan Harga Retribusi Parkir Kendaraan Bermotor di Kawasan Wisata Kota Yogyakarta)” (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015), i.

17

(20)

12

Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Tarif

Parkir Progresif (Studi Kasus di Pusat Perbelanjaan Matahari Kawasan

Simpang Lima Semarang)” karya Khulasatun Nahar. Pada penelitian tersebut

membahas tentang penetapan tarif parkir progresif di pusat perbelanjaan

Matahari kawasan Simpang Lima Semarang dari segi Perda Kota Semarang

No. 3 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Usaha serta Hukum Islam.

Kesimpulan penelitian tersebut yakni dari segi Perda Kota Semarang No. 3

Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Usaha, penetapan tarif parkir progresif

tersebut dilarang karena tidak sesuai dengan ketentuan. Sedangkan dari segi

hukum Islam, penetapan tarif progresif tersebut dibolehkan (mubah) karena karena ada biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan kepada pemerintah

sebagai ganti atas tanah yang telah dimanfaatkan hasilnya.18

Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Retribusi Parkir dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perspektif Ekonomi Islam

(Studi Kasus di Kota Tegal)” karya Ina Anikmah. Penelitian ini membahas

tentang pengelolaan retribusi parkir dalam upaya meningkatkan pendapatan

asli daerah perspektif ekonomi Islam di Kota Tegal. Kesimpulan dari

penelitian tersebut yakni bahwa pengelolaan retribusi parkir di Kota Tegal

sudah menerapkan prinsip ekonomi Islam karena dalam pelaksanaanya baik

18

(21)

13

dari penetapan tarif, pungutan retribusi parkir sudah sesuai dengan aspek

keadilan.19

Skripsi dengan judul “Penetapan Tarif Parkir Sebagai Instrumen

Pengendali Pengguna Jasa Parkir di Kawasan Simpang Lima Semarang” karya

Ramadan Sabran. Penelitian ini membahas tentang pengelolaan parkir dengan

memberlakukan tarif yang lebih tinggi pada kawasan yang berintensitas tinggi

sehingga dapat mengurangi jumlah kendaran yang parkir di kawasan Simpang

Lima Semarang. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa setelah dinaikkan

tarif parkir, terjadi penurunan pengguna jasa parkir di kawasan Simpang Lima

Semarang meskipun sedikit.20

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah disebutkan, penelitian

yang akan dilaksanakan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian

ini difokuskan pada penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan

Umum Kota Surabaya menurut hukum positif serta menganalisis dari segi

kemaslahatan penerapan tarif Parkir Zona dengan menggunakan teori

mas{lah{ah.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya yang antara lain:

19

Ina Anikmah, “Pengelolaan Retribusi Parkir dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Kota Tegal)” (Skripsi--IAIN Purwokerto, Purwokerto, 2016), v.

20

(22)

14

1. Mengetahui penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum

Kota Surabaya menurut hukum positif

2. Mengetahui analisis mas{lah{ah terhadap penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya

F. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi masyarakat baik

dari segi teoritis maupun dari segi praktis. Adapun manfaat yang diharapkan

dapat diambil antara lain:

1. Segi teoritis

Dapat menambah wawasan kajian ilmu hukum ekonomi syariah

dalam jasa perparkiran, serta dapat berkontribusi dalam pengembangan

ilmu hukum ekonomi syariah.

2. Segi praktis

Dapat memberikan informasi yang berguna bagi mahasiswa dan

masyarakat pada umumnya mengenai Parkir Zona dengan ditinjau dari segi

mas{lah{ah serta dapat menjadi saran bagi Pemerintah dalam penerapan

Parkir Zona di Kota Surabaya.

G.Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman terhadap maksud dari

(23)

15

pendefinisian terhadap judul tersebut sehingga dapat sesuai dengan maksud

dan pembahasan yang dikehendaki. Berikut uraian definisi dari judul skripsi:

Mas{lah{ah : Segala sesuatu yang memberikan kebaikan atau

manfaat bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat

Parkir Zona : Diterapkannya harga satuan jasa parkir yang lebih

mahal dari tarif parkir Tepi Jalan Umum berdasarkan

ketentuan Parkir Zona

H.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

merupakan metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, atau

sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,

menganalisis data, kemudian menginterpretasikannya.21 Oleh karena itu, akan

dijelaskan selanjutnya mengenai data yang dikumpulkan, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan data serta teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini.

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif. Data kualitatif

merupakan data yang berbentuk deskriptif berupa kata-kata lisan atau

tulisan tentang tingkah laku manusia yang berasal dari hasil pengamatan,

21

(24)

16

hasil pembicaraan maupun bahan tertulis.22 Adapun data yang dikumpulkan

antara lain:

a. Peraturan tentang penyelenggaraan tempat parkir dan Parkir Zona di

Kota Surabaya

b. Tujuan penerapan tarif Parkir Zona di Kota Surabaya

c. Ketentuan lokasi tempat parkir diterapkan tarif Parkir Zona di Surabaya

d. Tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya

e. Pelaksanaan sewa tempat parkir di lokasi Parkir Zona di Kota Surabaya

f. Manfaat dan mudarat penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi

Jalan Umum Kota Surabaya

g. Teori ijarah dan mas{lah{ah. 2. Sumber data

Sumber data dibagi menjadi dua yakni sumber primer dan sumber

sekunder.

a. Sumber primer

Sumber primer ini adalah suatu objek ataupun dokumen asli yang

berupa material mentah dari pelaku utamanya yang disebut sebagai first-hand information.23 Dalam penelitian ini, data diperoleh secara langsung

melalui wawancara dengan pihak UPTD Parkir Dinas Perhubungan Kota

22

Ivanovich Agusta, “Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif” (Makalah--Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Litbang Pertanian, Bogor, 2003), 1.

23

Putri Perwira, “Teknik Pengumpulan Data”, dalam http://putrinyaperwira-

(25)

17

Surabaya, petugas parkir Dinas Perhubungan Kota Surabaya dan

pengguna jasa Parkir Zona di kota Surabaya.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data yang berasal dari tangan

kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan.24 Sumber sekunder tersebut antara lain:

1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

2) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

3) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 01 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir

4) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

5) Peraturan Walikota Surabaya Nomor 36 Tahun 2015 tentang

Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

6) Peraturan Walikota Surabaya Nomor 3 Tahun 2017 tentang

Pedoman Penerapan Parkir Zona di Kota Surabaya

7) Karcis Parkir Zona Kota Surabaya

8) Abu Ishaq al-Sha<tibi<, al Muwa<faqa<t fi Us{ul al-Shari<‘ah

9) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah

10) Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam wa Adilatuhu

(26)

18

11) Muhammad bin Qasim Al Ghizzi, Fathul Qariibil Mujiib

12) Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah

3. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid dalam penelitian

ini, maka diperlukan adanya teknik pengumpulan data. Berikut teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Pengamatan

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistemik gejala-gejala yang

diselidiki.25 Dalam hal ini dilakukan pengamatan di lokasi tempat parkir

yang menerapkan Parkir Zona yakni di kawasan Blauran, kawasan

Keputran, kawasan Balaikota, dan kawasan Taman Bungkul.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih dengan bertatap

muka dan mendengarkan secara langsung keterangan-keterangan.26

Wawancara dilakukan kepada para pihak yang terkait yakni staf yang

ditunjuk oleh Kepala UPTD Parkir Dinas Perhubungan Kota Surabaya,

petugas parkir Dinas Perhubungan Kota Surabaya yakni juru parkir dan

koordinator juru parkir serta pengguna jasa Parkir Zona di kota

Surabaya.

25

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 70. 26

(27)

19

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.27

Dokumen yang digali antara lain salinan Peraturan Daerah Kota

Surabaya Nomor 01 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran

dan Retribusi Parkir, Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun 2017 tentang

Pedoman Penetapan Parkir Zona di Kota Surabaya, Keputusan Kepala

Dinas Perhubungan Kota Surabaya Nomor 188.45/5491/436.7.14/2017

tentang Penetapan Kawasan Parkir Zona di Kota Surabaya serta karcis

Parkir Zona kota Surabaya.

4. Teknik pengolahan data

a. Checking data

Melakukan pengecekan lengkap tidaknya data penelitian,

memilih dan menyeleksi data, sehingga hanya yang relevan saja yang

digunakan dalam analisis.

b. Editing data

Data yang telah diteliti, perlu diedit yaitu dibaca sekali lagi dan

diperbaiki, bila masih ada yang kurang jelas atau meragukan.28

27

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 143.

28

(28)

20

c. Organizing data

Mengatur dan menyusun data sumber sedemikian rupa sehingga

dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan perumusan masalah,

serta pengelompokan data yang diperoleh.29

5. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan bersifat deskriptif analitis.30

Analisis data menggunakan model analisis data Miles and Huberman yakni

analisis data yang dilakukan secara interaktif, berlangsung secara interaktif

dan terus-menerus hingga datanya jenuh atau cukup. Proses analisis data

yang dilakukan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

a. Reduksi data. Dalam reduksi data merujuk pada proses pemilihan,

pemfokusan, penyederhanaan, dan pentransformasian data mentah yang

terjadi pada catatan-catatan lapangan.

b. Penyajian data. Data yang telah direduksi sebelumnya dilakukan

penyusunan sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat

dideskripsikan.

c. Penarikan kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan temuan yang

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

kabur menjadi jelas setelah dilakukan penelitian.31

29

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian…, 154. 30

Ibid., 130. 31

(29)

21

I. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan perincian sebagai

berikut:

Bab pertama, Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian

dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, Teori Ijarah dan Mas{lah{ah. Bab ini menjelaskan mengenai teori ijarah mulai dari pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat, serta

berhentinya ijarah. Selanjutnya, dijelaskan teori mas{lah{ah berawal dari pengetian, dasar hukum, pembagian mas{lah{ah, kehujjahan mas{lah{ah, dan perbandingan mas{lah{ah dan mafsadah.

Bab ketiga, Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan

Umum Kota Surabaya. Pada bab ini menerangkan tentang gambaran umum

lokasi penelitian, aturan tentang parkir, retribusi parkir dan Parkir Zona, dan

penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir tepi jalan umum Kota Surabaya.

Gambaran umum lokasi penelitian meliputi Kota Surabaya dan Dinas

Perhubungan Kota Surabaya. Aturan tentang parkir, retribusi parkir dan Parkir

Zona dibagi dalam 3 (tiga) anak subbab yakni parkir dan retribusi parkir

menurut Undang-Undang, parkir dan retribusi parkir menurut Peraturan

Daerah Kota Surabaya, dan Parkir Zona menurut Peraturan Daerah Kota

Surabaya. Selanjutnya yakni penerapan tarif Parkir Zona di Tempat Parkir

(30)

22

Bab keempat, Analisis Mas{lah{ah terhadap Penerapan Tarif Parkir Zona di Tempat Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya. Pada bab ini menjelaskan

penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya

menurut hukum positif dan analisis mas{lah{ah terhadap penerapan tarif Parkir Zona di tempat parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya.

Bab kelima, Penutup adalah bagian akhir skripsi yang berisikan

kesimpulan secara keseluruhan dari hasil penelitian yang merupakan jawaban

dari permasalahan, serta saran dan masukan yang ditujukan kepada seluruh

(31)

BAB II

TEORI IJARAH DAN MAS{LAH{AH

A.IJARAH

1. Pengertian Ijarah

Ijarah menurut bahasa Arab berasal dari kata al-ajru yang berarti al

‘iwad{u (ganti).1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ijarah

diartikan sebagai perjanjian (kontrak) dalam hal upah-mengupah dan

sewa-menyewa.2 Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ijarah menurut

bahasa merupakan perjanjian dalam bentuk penggantian berupa upah

ataupun sewa.

Adapun pengertian ijarah menurut istilah, ulama berbeda-beda

dalam mendefinisikan ijarah. Ulama mazhab Hanafi menyatakan bahwa

ijarah adalah akad atas manfaat yang disertai dengan imbalan. Ulama

mazhab Syafii mendefinisikan ijarah sebagai akad terhadap suatu manfaat

yang memiliki maksud tertentu, mubah, dengan diserai penggantian

tertentu. Adapun Ulama mazhab Maliki dan mazhab Hambali

mendefinisikan ijarah sebagai memberi hak kepemilikan manfaat sesuatu

yang mubah dalam masa tertentu yang disertai dengan imbalan.3 Menurut

Fatwa DSN-MUI, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas

1Sayyid Sabi<q

, Fiqh al-Sunnah 3 (Kairo: Fath{ al- I‘la<m al-‘Arabi< ,t.t.), 138.

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan.

3

(32)

24

suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (’ujrah),

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.4

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, dapat diambil

kesimpulan bahwa ijarah merupakan suatu akad atas manfaat dari sesuatu

yang diikuti dengan kompensasi terhadap penggunaan manfaat tersebut.

Manfaat tersebut merupakan manfaat yang dibolehkan oleh syarak serta

kompensasi terhadap manfaat tersebut juga menggunakan sesuatu yang

dibolehkan oleh syarak.

2. Dasar Hukum Ijarah

Ketentuan hukum ijarah dapat diketahui berdasarkan Alquran dan

Hadis. Ada beberapa ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang ijarah

yang antara lain:

÷

βÎ*sù

z

÷è|Êö‘r&

ö

/ä3s9

£

èδθè?$t↔sù

£

èδu‘θã_é&

(

Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya. (QS. al-T{ala<q (65): 6)5

ö

θs9

|

Mø⁄Ï©

|

Nõ‹y‚−Gs9

Ï

µø‹n=tã #\ô_r&

∩∠∠∪

Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu. (QS.

al-Kahfi (18): 77)6

ô

Ms9$s%

$yϑßγ1y‰÷nÎ)

Ï

Mt/r'¯≈tƒ

ç

νöÉfø↔tGó™$#

(

ā

χÎ)

u

Žöyz

Ç

tΒ

|

Nöyfø↔tGó™$#

“Èθs)ø9$#

ß

ÏΒF{$#

∩⊄∉∪

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS. al-Qas{{as{ (28): 26)7

4

Fatwa DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 559.

6

Ibid., 302.

7

(33)

25

Selain dari ayat dalam Alquran, dalam Hadis juga disebutkan

mengenai ketentuan ijarah, yaitu:

ﻪﻨﻋ ﷲﺍﺍ ﻰﺿﺭ ﻙﺎﺤﻀﻟﹶﺍ ﹺﻦﺑ ﺖﹺﺑ ﺎﹶﺛ ﻦﻋ ﻭ

)

ﹸﻝﻮﺳﺭ ﱠﻥﹶﺃ

ﺻ ِﷲﺍ

ﻰﻬﻧ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠ

ﳌﹶﺍ ﻦﻋ

ُــ

ــ

ﺮﻣﹶﺃﻭ ﺔﻋﺭﺍﺰ

ﳌﺎﹺﺑ

ُــ

ـ

ﺍﺆ

ﺓﺮﺟ

(

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ

8

Dari Thabit ibn Ad-D{ahak ra. Bahwa Rasulullah saw. melarang

muza<ra‘ah (sama dengan masaqat, yaitu memberikan tanah garapan kepada orang lain dengan bagi hasil menurut perjanjian) dan memerintahkan sewa-menyewa. (HR. Muslim)

ﹶﻝﺎﹶﻗ ـ ﺎﻤﻬﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿﺭ ــ ﺮﻤﻋ ﹺﻦﺑﺍ ﻦﻋ ﻭ

:

ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ِﷲﺍ

ﻢﻠﺳﻭ

)

ﹶﻞﺒﹶﻗ ﻩﺮﺟﹶﺃ ﲑﹺﺟَﻷﹶﺍﺍ ﺍﻮﹸﻄﻋﹸﺃ

ﻪﹸﻗﺮﻋ ﻒﹺﺠﻳ ﻥﹶﺃ

(

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ

9

Dari Ibn Umar ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya”. (HR. Ibnu Majah)

Adapun berdasarkan ijmak ulama, bahwa semua ulama sepakat

diperbolehkannya ijarah dan tidak ada satupun ulama yang membantah

kesepakatan tersebut.10 Umat Islam pada masa sahabat juga telah sepakat

membolehkan ijarah berdasarkan pada kebutuhan masyarakat terhadap

manfaat ijarah sebagaimana kebutuhan mereka terhadap barang yang riil.

Selain itu, selama akad jual beli barang diperbolehkan, maka akad ijarah

manfaat pun harus diperbolehkan pula.11

Berdasarkan ketentuan Alquran, Hadis dan ijmak ulama, maka

dapat diketahui bahwa ijarah diperbolehkan dalam Islam selama tidak

8

Abi Husayn Muslim bin al-Hajaj, Sah{ih{ Muslim (Riyadh: Bayt al-Afka>r al-Dawlah, 1998), 632.

9

Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Riyadh: Bayt Afka<r al-Dawlah, 1999), 264.

10

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, terj. Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: Alma’arif, 1988), 18.

11

(34)

26

dipengaruhi oleh hal-hal yang dilarang dalam ketentuan bertransaksi. Oleh

karenanya dapat disimpulkan bahwa ijarah hukumnya boleh.

3. Rukun dan Syarat Ijarah

Ulama 4 (empat) mazhab memiliki perbedaan pendapat tentang

rukun dalam akad ijarah. Rukun ijarah menurut ulama mazhab Hanafi

hanya ijab dan kabul. Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada

empat yakni ‘a<qid, s{i<ghat, ’ujrah dan ma’ju<r.12

‘A<qid dalam ijarah yakni mu’jir dan musta’jir. Mu’jir adalah pihak

yang menyewakan, sedangkan musta’jir merupakan pihak yang menyewa.13

Menurut ulama mazhab Syafii dan mazhab Hambali, kedua pelaku akad

disyaratkan telah balig, berakal, dan memiliki hak penuh atas harta atau

manfaat yang akan ditransaksikan. Akan tetapi, ulama mazhab Hanafi dan

mazhab Maliki tidak mensyaratkan pelaku akad harus balig. Bagi kedua

pelaku akad, cukup telah mencapai mumayiz maka dibolehkan melakukan

akad ijarah.14

S{i<ghat yakni tercapai akad ijarah dengan ijab dan kabul atau yang

menggantikannya keduanya yakni mu‘a<t{ah (saling memberi tanpa ada

s{i<ghat) jika hal itu berlaku dalam kebiasaan masyarakat. Disyaratkan dalam

s{i<ghat yakni adanya kesesuaian antara ijab dan kabul, tidak ada pemisah

12

Ibid., 387.

13

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 52.

14

(35)

27

yang lama antara keduanya, serta tidak dikaitkan dengan syarat yang tidak

dapat dipastikan.15

’Ujrah merupakan imbalan manfaat atas jasa yang telah diberikan.16

Jumlah ’ujrah harus diketahui oleh kedua pihak yang berakad, ditetapkan

pada saat ijab kabul dan harus disegerakan penyerahan upah tersebut. Jika

keduanya rela, upah juga boleh untuk ditangguhkan penyerahannya.17

’Ujrah disyaratkan harus suci serta merupakan sesuatu yang bermanfaat.

Tidak sah ’ujrah yang berupa barang najis ataupun sesuatu yang tidak dapat

dimanfaatkan.18 Selain itu, ’ujrah tidak boleh berbentuk manfaat yang

sejenis dengan ma’ju<r.

Ma’ju<r yakni sesuatu yang ditransaksikan untuk diambil

manfaatnya.19 Dalam ketentuan ma’ju<r disyaratkan harus berupa sesuatu

yang bernilai baik secara syarak, maupun kebiasaan umum, serta harus

dapat diserahkan oleh pemiliknya. Manfaat yang dihasilkan oleh ma’ju<r

harus diperoleh pihak penyewa dan bukan pihak yang menyewakan. Dalam

memperoleh manfaat dari ma’ju<r tidak ada unsur pengambilan barang.20

Selanjutnya, ada beberapa syarat dalam pelaksanaan akad ijarah

yang harus dipenuhi agar akad ijarah menjadi sah hukumnya. Syarat

tersebut antara lain:

15

Ibid., 408.

16

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13 …, 15.

17

Muhammad bin Qasim Al Ghizzi, Fathul Qariibil Mujiib, terj. Ibnu Zuhri (Bandung: Trigenda Karya, 1995), 202.

18

Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam 5…, 409.

19

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13 …, 15.

20

(36)

28

a. Adanya kerelaan dari kedua pihak untuk melaksanakan akad ijarah

b. Objek akad harus jelas dan dapat diketahui

c. Objek akad dapat digunakan sebagaimana peruntukannya

d. Objek akad dapat diserahkan

e. Kemanfaatan objek akad dibolehkan oleh syarak.21

4. Jenis Ijarah

Ijarah dibagi menjadi dua jenis yakni ijarah terhadap benda atau

sewa-menyewa, dan ijarah atas pekerjaan atau upah-mengupah.22 Ijarah

terhadap benda atau sewa-menyewa contohnya yakni ijarah rumah, toko,

dan kebun. Ijarah boleh dilakukan atas benda yang dibolehkan dan ijarah

tidak boleh dilakukan atas benda yang diharamkan.23 Apabila telah habis

masa sewanya, maka penyewa berkewajiban mengembalikan barang yang

ia sewa kepada pemiliknya.24

Ijarah pekerjaan yakni penyewaan yang dilakukan atas pekerjaan

tertentu seperti membangun bangunan, menjahit baju, memperbaiki sepatu,

dan sebagainya.25 Ijarah pekerjaan terbagi menjadi dua yakni ijarah khusus

dan ijarah umum. Ijarah khusus yakni ijarah yang dilakukan oleh seorang

pekerja yang mana pekerja tersebut tidak boleh bekerja kepada selain orang

yang memberinya upah. Ijarah umum yakni ijarah yang dilakukan secara

bersama-sama atau melalui kerjasama dengan orang lain.26\

21

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam…, 52.

22

Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 131.

23

Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam 5…, 412.

24

Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah…, 133.

25

Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam 5…, 417.

26

(37)

29

5. Berakhirnya Ijarah

Ijarah dapat dinyatakan berakhir dengan terjadinya beberapa hal

yang diantaranya:

a. Ijarah berakhir dengan meninggalnya salah satu pelaku akad. Hal ini

merupakan pendapat dari kalangan ulama Ulama mazhab Hanafi.

Menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak berakhir dengan meninggalnya

salah satu akad dikarenakan akadnya adalah akad lazim (mengikat)

seperti jual beli. Dalam situasi tertentu, jumhur ulama juga menyepakati

bahwa meninggalnya salah satu pelaku akad dapat mengakibatkan

berakhirnya akad ijarah.

b. Ijarah berakhir dengan adanya pengguguran akad (’iqa<lah). Hal ini

dikarenakan akad ijarah merupakan akad mu‘a<wad{ah (tukar-menukar)

harta dengan harta, maka memungkinkan untuk digugurkan

sebagaimana dalam jual beli.

c. Ijarah berakhir dengan rusaknya barang yang disewakan serta tidak

dimungkinkan mengambil manfaat atas barang tersebut sehingga tidak

berguna jika melanjutkan akad. Menurut ulama Ulama mazhab Hanafi,

hal ini tidak menyebabkan akad ijarah batal selama pihak penyewa tidak

membatalkan akad tersebut.

d. Ijarah berakhir dengan habisnya masa ijarah. Dengan berakhirnya masa

(38)

30

bila terdapat uzur di dalamnya, maka akad ijarah tetap berlaku hingga

uzur tersebut hilang.27

B.Mas{lah{ah

1. Pengertian Mas{lah{ah

Secara etimologi, mas{lah{ah adalah turunan dari kata

s{aluh{a-yas{luh{u-s{a<lih yang berarti (baik) yaitu lawan dari buruk atau rusak. Kata

mas{lah{ah juga diartikan dengan al-s{a<lah yaitu kebaikan atau terlepas

darinya kerusakan.28 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mas{lah{ah

atau maslahat memiliki arti sesuatu yg mendatangkan kebaikan

(keselamatan), faedah, guna.29

Menurut terminologi, ulama memiliki definisi yang berbeda-beda

mengenai mas{lah{ah. Menurut al Gaza<li mas{lah{ah adalah memelihara tujuan

syarak (hukum Islam). Tujuan hukum Islam yang ingin dicapai dari

makhluk ada lima yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta

mereka. Setiap hukum yang mengandung tujuan memelihara kelima hal ini

disebut mas}lah}ah, dan setiap hal yang meniadakannya disebut mafsadat

dan menolaknya disebut mas}lah}ah.30

At{ T{ufi menerangkan bahwa mas{lah{ah adalah tujuan penetapan

hukum Islam dalam lapangan muamalah, apabila penerapan nas atau ijmak

27

Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam 5…, 429-431.

28

Asriaty, “Penerapan Mashlahah Mursalah dalam Isu-Isu Kontemporer”, Madania No. 1, Vol. 19 (Juni, 2015), 120.

29

Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan.

30

(39)

31

sesuai dengan bunyi tekstualnya bertentangan dengan mas{lah{ah dan tidak

dapat dikompromikan, mas{lah{ah hendaklah lebih diutamakan daripada

dalil-dalil syarak, karena mas{lah{ah merupakan tujuan sedangkan dalil-dalil

syarak merupakan sarana untuk mencapai tujuan, karena itu tujuan

hendaklah lebih diutamakan daripada sarana.31 Sedangkan al-Shatibi

berpendapat bahwa mas{lah{ah yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

memenuhi dan melengkapi kebutuhan hidup manusia, baik yang sifatnya

kebutuhan jasmani maupun rohani sehingga merasakan kenyamanan dalam

menjalani kehidupannya.32

Meskipun memiliki perbedaan dalam mendefinisikan mas{lah{ah,

pada dasarnya para ulama sepakat bahwa mas{lah{ah merupakan segala

sesuatu yang menuju pada kebaikan dan keselamatan bagi manusia baik di

dunia maupun di akhirat.

2. Dasar Hukum Mas{lah{ah

Pada dasarnya, setiap ketentuan yang tercantum dalam Alquran

maupun Hadis bertujuan kepada kemaslahatan bagi manusia baik di dunia

maupun di akhirat. Segala sesuatu yang bertujuan pada kebaikan, termasuk

dalam mas{lah{ah. Sebagaimana diuraikan dalam ayat berikut:

!

$tΒuρ

š

≈oΨù=y™ö‘r&

ā

ωÎ)

Z

πtΗôqy‘

š

Ïϑn=≈yèù=Ïj9

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya<' (21): 107)33

31

Imam Fawaid, “Konsep Pemikiran Ath-Thufi tentang Maslahah sebagai Metode Istinbath Hukum Islam”, Jurnal Lisan al-Hal, No. 2, Vol. 6 (Desember, 2014), 301.

32

Abu Ishaq al Syatibi, Al Muwafaqat fi Ushul al Shariah 2 (Kairo: Dar el Hadith, 2006), 277.

33

(40)

32

Melalui ayat ini, Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia

menjadikan Muhammad Saw. sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan

kata lain, beliau diutus sebagai rahmat bagi mereka. Maka barangsiapa

yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia

dan akhirat, sedangkan barangsiapa yang menolak serta mengingkarinya,

maka merugilah ia di dunia dan akhirat.34

Di ayat lain dijelaskan, bahwa setiap perbuatan yang menuju kepada

suatu kerusakan, hal tersebut harus dicegah untuk menjaga mas{lah{ah.

Sebagaimana diuraikan dalam ayat berikut:

Ÿ

ωuρ

(

#ρ߉šø è? †Îû

Ç

Úö‘F{$#

y

‰÷èt/ $yγÅs≈n=ô¹Î)

ç

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. (QS. al-A‘ra<f (7) : 56)35

Allah Swt. melarang perbuatan yang menimbulkan kerusakan di

muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah

diperbaiki. Karena sesuangguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai

dengan kelestariannya, kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal

tersebut akan membahayakan semua hamba Allah Swt. Maka Allah Swt.

melarang hal tersebut.36

3. Pembagian Mas{lah{ah

Mas{lah{ah dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu segi tingkatan dan

kualitas mas{lah{ah, kandungan mas{lah{ah, perubahan mas{lah{ah, dan konteks

34

Abu Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir 17, terj. Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), 176.

35

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 157.

36

(41)

33

legalitas formal mas{lah{ah. Berikut tinjauan mas{lah{ah dari beberapa segi

yang antara lain:

a. Dari segi tingkatan dan kualitas, mas{lah{ah dibagi menjadi 3 (tiga)

macam, yaitu d{aru<riyah, h{a<jiyah, dan tah{si<niyah.

1) D{aru<riyah ialah sesuatu yang tidak boleh tidak ada demi tegaknya

kebaikan dan kesejahteraan, baik menyangkut urusan ukhrawi

maupun urusan duniawi, di mana manakala ia lenyap, tidak ada, maka

tidak dapat terwujud kehidupan duniawi yang tertib dan

sejahtera. D{aru<riyah mencakup upaya-upaya memelihara agama,

memelihara jiwa, memelihara akal budi, memelihara keturunan, dan

memelihara harta kekayaan.37 Mas{lah{ah ini termasuk mas{lah{ah

mu’tabar dikarenakan memiliki rujukan yang jelas dalam Alquran.38

Berikut beberapa ayat yang berkaitan dengan mas{lah{ah d{aru<riyah

yang antara lain:

a) Memelihara agama dapat diketahui dalam Alquran, seperti pada

surah Luqma<n ayat 13 yakni:

ø

ŒÎ)uρ

t

Α$s%

ß

≈yϑø)ä9 ϵÏΖö/eω

u

θèδuρ …çµÝàÏètƒ

¢

o_ç6≈tƒ

Ÿ

ω

õ

8Ύô³è@

« !$$Î/ ( ā χÎ) x

8÷ŽÅe³9$#

í

Οù=Ýàs9

Ò

ΟŠÏàtã

∩⊇⊂∪

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqma<n (31): 13)39

37

Abu Ishaq al Syatibi, Al Muwafaqat …, 265.

38

Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2002), 156.

39

(42)

34

b) Memelihara jiwa dapat dilihat dalam Alquran surah al-Baqarah

ayat 179 yaitu:

ö

Νä3s9uρ ’Îû

Ä

É$|ÁÉ)ø9$#

×

ο4θuŠym

’Í<'ρé'¯≈tƒ

É

=≈t6ø9F{$#

ö

Νà6¯=yès9

t

βθà)−Gs?

∩⊇∠∪

Dan dalam qis{a<s{ itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah (2): 179)40

c) Memelihara akal dapat dijumpai dalam Alquran surah al-Ma<’idah

ayat 90 berikut:

$pκš‰r'¯≈tƒ

t

Ï%©!$#

(

#þθãΨtΒ#u

$yϑ¯ΡÎ)

ã

ôϑsƒø:$#

ç

ŽÅ£øŠyϑø9$#uρ

Ü

>$|ÁΡF{$#uρ

ã

Ν≈s9ø—F{$#uρ

Ó

§ô_Í‘

ô

ÏiΒ

È

≅yϑtã

Ç

≈sÜø‹¤±9$#

ç

νθç7Ï⊥tGô_$$sù

ö

Νä3ª=yès9

t

βθßsÎ=ø è?

∩⊃∪

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. al-Ma<’idah (5): 90)41

d) Memelihara keturunan dapat ditemukan dalam Alquran surah

al-Baqarah ayat 221 yang berbunyi:

Ÿ

ωuρ

(

#θßsÅ3Ζs?

Ï

M≈x.Ύô³ßϑø9$#

4

®Lym

£

ÏΒ÷σãƒ

4

×

πtΒV{uρ

î

πoΨÏΒ÷σ•Β

×

Žöyz

ÏiΒ

7

πx.Ύô³•Β

ö

θs9uρ

ö

Νä3÷Gt6yfôãr&

3

Ÿ

ωuρ

(

#θßsÅ3Ζè?

t

Ï.Ύô³ßϑø9$#

4

®Lym

(

#θãΖÏΒ÷σãƒ

4

Ó

‰ö7yès9uρ

í

ÏΒ÷σ•Β

×

Žöyz

ÏiΒ

7

8Ύô³•Β

ö

θs9uρ

ö

Νä3t6yfôãr&

3

y

7Íׯ≈s9'ρé&

t

βθããô‰tƒ ’n<Î)

Í

‘$¨Ζ9$#

(

ª

!$#uρ

(

#þθããô‰tƒ ’n<Î)

Ï

π¨Ψyfø9$#

Í

οtÏ øóyϑø9$#uρ ϵÏΡøŒÎ*Î/

(

ß

Îit7ãƒuρ ϵÏG≈tƒ#u

Ä

¨$¨Ψ=Ï9

ö

Νßγ¯=yès9

t

βρ㍩.x‹tGtƒ ∩⊄⊄⊇∪

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum

40

Ibid., 27.

41

(43)

35

mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. al-Baqarah (2): 221)42

e) Memelihara harta dapat dilihat dalam Alquran surah al-Nisa<’ ayat

29 yakni:

$y㕃r'¯≈tƒ

š

Ï%©!$#

(

#θãΨtΒ#u

Ÿ

ω

(

#þθè=à2ù's?

Νä3s9≡uθøΒr&

Μà6oΨ÷t/

È

≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/

H

ωÎ)

βr&

š

χθä3s?

¸

οt≈pgÏB

tã

<

Ú#ts?

ö

Νä3ΖÏiΒ

4

Ÿ

ωuρ

(

#þθè=çFø)s?

ö

Νä3|¡à Ρr&

4 ¨ βÎ) © !$# t

β%x.

ö

Νä3Î/

$VϑŠÏmu‘

∩⊄∪

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.(QS. al-Nisa<’ (4): 29)43

2) H{a<jiyah ialah sesuatu yang dibutuhkan dari sisi kemampuannya

mendatangkan kelapangan dan menghilangkan kesempitan yang

biasanya membawa kepada kesukaran dan kesusahpayahan yang

diringi dengan luputnya tujuan/sasaran. Apabila h{a<jiyah tidak

diperhatikan maka akan muncul kesukaran dan kesusahpayahan,

tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan yang biasanya terjadi

pada maslahah d{aru<riyah, yang bersifat umum. Kategori h{a<jiyah

sesungguhnya mengarah kepada penyempurnaan d{aru<riyah, di mana

42

Ibid., 35.

43

(44)

36

dengan tegaknya h{a<jiyah, akan lenyap segala kesulitan dan tercipta

keseimbangan dan kewajaran.

3) Tah{si<niyah ialah sesuatu yang berkenaan dengan memperhatikan

kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menghindari kebiasaan-kebiasaan

yang buruk, berdasarkan pertimbangan akal sehat. Keberadaan

tah{si<niyah bermuara kepada kebaikan-kebaikan yang melengkapi

prinsip maslahah d{aru<riyah dan mas{lah{ah h{a<jiyah. Ketiadaan

tah{si<niyah tidak merusak urusan d{aru<riyah dan h{a<jiyah, ia hanya

berkisar pada upaya mewujudkan keindahan, kenyamanan dan

kesopanan dalam tata hubungan sang hamba dengan Tuhan dan

dengan sesama makhluk-Nya.44

b. Dari segi kandungannya, dibagi menjadi dua macam mas{lah{ah, yakni

al-mas{lah{ah al-‘ammah, dan al-mas{lah{ah al-kha<s{s{ah dengan penjelasan

sebagai berikut:

1) al-Mas{lah{ah al-‘ammah yakni kemaslahatan umum yang menyangkut

kepentingan orang banyak.

2) al-Mas{lah{ah al-kha<s{s{ah yakni kemaslahatan yang bersifat individu

atau kepentingan segelintir orang

c. Dari segi perubahan mas{lah{ah, dibagi menjadi dua yakni:

1) al-Mas{lah{ah al-thabitah, yakni kemaslahatan yang bersifat tetap dan

tidak akan berubah hingga akhir zaman, seperti kewajiban ibadah

yakni salat, puasa, zakat, dan haji.

44

(45)

37

2) al-Mas{lah{ah al-mutaghayyirah, yaitu kemaslahatan yang

berubah-ubah sesuai dengan tempat, waktu, dan subjek hukum. Kemaslahatan

ini berkaitan dengan permasalahan muamalah dan adat kebiasaan.

d. Dari segi legalitas formal, mas{lah{ah dapat dibagi menjadi tiga yakni:

1) al-Mas{lah{ah al-mu‘tabarah, yakni maslahah yang mendapat petunjuk

dari syarak, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahwa ada

maslahat yang menjadi alasan dalam menetapkan sebuah hukum.

2) al-Mas{lah{ah al-mulghah, yakni maslahah yang menurut akal dianggap

baik, tetapi tidak diperhatikan oleh syariat, bahkan petunjuk syariat

menolaknya.

3) al-Mas{lah{ah al-mursalah, yakni maslahat yang didiamkan oleh syariat

dimana keberadannya tidak didukung oleh syariat dan tidak pula

dibatalkan atau ditolak.45

4. Kehujjahan Mas{lah{ah

Mas{lah{ah bukanlah dalil yang berdiri sendiri atas dalil-dalil syarak

sebagaimana Alquran, Hadis, Ijmak dan Kias. Dengan demikian, tidaklah

mungkin menentukan hukum parsial dengan berdasar kemaslahatan saja.

Sesungguhnya mas{lah{ah adalah makna yang universal yang

mencakup keseluruhan bagian-bagian hukum far‘i yang diambil dari

dalil-dalil atau dasar syariah. Kesendirian mas{lah{ah sebagai dalil hukum, tidak

dapat dilakukan karena akal tidak mungkin menangkap makna mas{lah{ah

dalam semua masalah-masalah juz‘i. Hal ini disebabkan kalau akal mampu

45

(46)

38

menangkap maqa<s{id al-shari<‘ah secara parsial dalam tiap-tiap ketentuan

hukum, maka akal adalah penentu/hakim sebelum datangnya syarak.46

Oleh karenanya kehujjahan maslahah dibagi menjadi tiga bagian

yakni:

a. al-Mas{lah{ah al-mu‘tabarah

al-Mas{lah{ah al-mu‘tabarah merupakan kemaslahatan yang

disepakati penggunaannya oleh ulama karena secara eksplisit dijelaskan

dalam Alquran dan Hadis. Kemaslahatan seperti ini lazim dijadikan titik

tolak penetapan hukum.47 Sebagai contoh, pemeliharaan jiwa manusia

yang merupakan kemaslahatan yang harus diwujudkan. Hal ini

ditunjukkan Allah Swt. dalam Alquran surah Albaqarah ayat 178

tentang pelaksanaan hukum qisas. Pemeliharaan atas harta benda yang

ditunjukkan dalam Alquran surah Almaidah ayat 38 tentang hukuman

bagi pencuri.48

b. al-Mas{lah{ah al-mulghah

al-Mas{lah{ah al-mulghah adalah kemaslahatan yang tidak ada

teksnya dalam syariah, bahkan bertentangan dengan Alquran dan

Hadis.49 Maslahat yang bertentangan dengan nas tersebut ada dua

macam, yaitu:

46

Fatma Amalia, “Menyorot Kemaslahatan sebagai Salah Satu Dasar Penetapan Hukum”, Sosio-Religia, No. 3, Vol. 9 (Mei 2010), 794.

47

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2014), 51.

48

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah Menurut al-Syatibi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), 144.

49

(47)

39

1) al-Mas{lah{ah al-mawhu<mah yaitu mas{lah{ah yang tidak disandarkan

pada nas atau hukum yang telah baku. Pertentangan antara

al-mas{lah{ah al-mawhu<mah dengan nas pada dasarnya merupakan

pertentangan antara analisa yang tidak berdasar (wahm) dengan

dalil-dalil syarak yang qat{‘i< (pasti). Ketika terjadi pertentangan antara

al-mas{lah{ah al-mawhu<mah dengan nas, maka nas tetap diutamakan

karena dilalah nas itu qat{’i< sedang dilalah al-mas{lah{ah al-mawhu<mah

itu z{anni.

2) Mas{lah{ah yang disandarkan dengan nas. mas{lah{ah yang kedua ini

nilai kemaslahatannya ditentukan oleh nas melalui cara analogi

(kias). Pertentangan semacam ini, pada hakikatnya, merupakan

pertentangan antara nas dengan kias (analogi). mas{lah{ah yang

disandarkan pada nas nilai kemaslahatannya ditetapkan melalui

proses kias (analogi), karenanya analogi ini tidak bisa terlepas

dari nas. Bentuk pertentangan ini termasuk ruang lingkup ijtihad

sehingga setiap mujtahid pasti akan berbeda satu sama lain dalam

mentarjih dua dalil yang bertentangan tersebut sesuai dengan

kaidah-kaidah us{ul dan kepekaan ijtihad masing-masing.50

c. al-Mas{lah{ah al-mursalah

al-Mas{lah{ah al-mursalah yakni kemaslahatan yang tidak

disebutkan atau dihapuskan oleh dalil syariah.51 Ulama memiliki

perbedaan pendapat dalam penetapan kehujjahan atau kekuatan hukum

50

Fatma Amalia, “Menyorot Kemaslahatan…, 793.

51

(48)

40

al-mas{lah{ah al-mursalah. Imam Syafii dan sebagian ulama lain menolak

penggunaan al-mas{lah{ah al-mursalah sebagai dasar penetapan hukum

dengan alasan bahwa penggunaan metode al-mas{lah{ah al-mursalah sama

dengan menganggap Allah Swt. luput dalam membicarakan sebagian

dari kemaslahatan mahluk ketika menetapkan hukum. Sedangkan Imam

Malik dan ulama lain menggunakan al-mas{lah{ah al-mursalah dalam

penetapan hukum karena meskipun maslahah tidak ditunjuk oleh nas

yang khusus, namun sesuai dengan tindakan syarak yang dasar

hukumnya disimpulkan dari sejumlah nas menunjukkan prinsip-prinsip

umum.52

Imam Malik memberikan persyaratan dalam penggunaan

metode al-mas{lah{ah al-mursalah sebagai penetapan hukum yang antara

lain:

1) Mas{lah{ah tersebut bersifat reasonable dan relevan dalam kasus

hukum yang ditetapkan.

2) Mas{lah{ah tersebut harus bertujuan memelihara sesuatu yang d{aru<ry

dan untuk menghilangkan kesulitan dan bahaya.

3) Mas{lah{ah tersebut harus sesuai dengan maksud yang disyariatkan

hukum dan tidak bertentangan dengan dalil yang qat{‘i.53

5. Perbandingan Mas{lah{ah dan Mafsadah

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang suatu perkara dapat

menimbulkan dua pengaruh. Di satu sisi, perkara tersebut bermanfaat. Di

52

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah…, 146.

53

(49)

41

sisi lain menimbulkan mafsadah. Jika hal ini terjadi, maka perlu dilakukan

penjelasan lebih lanjut mengenai sejauh mana manfaat yang ditimbulkan

ataupun mafsadah yang dihasilkan dari suatu perkara tersebut. Selanjutnya

dapat dilakukan perbandingan atas manfaat dan mafsadah tersebut.

Perbandingan mas{lah{ah dan mafsadah dibag

Gambar

 Tabel 1.1 Lokasi Parkir Zona di Kota Surabaya
 Tabel 1.2 Perbandingan Tarif Parkir
Tabel 3.1:

Referensi

Dokumen terkait

Dari 3 kincir air, 2 kincir yang dipasang diseleretan arah aliran sungai dapat mengairi semua lahan sawah yang terdapat di daerah tanjung pati (tanjung), sedangkan 1

Selain faktor dari guru, faktor dari peserta didik pun sangat memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran , yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kemampuan

Pada bulan Mei 2017, kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,45 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada kurang lebih 10 orang mahasiswa angkatan 2013 (pada bulan April 2015), dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa

Faktor dominan yang berhubungan dengan obesitas dalam penelitian ini adalah asupan serat dengan Odds ratio (OR) dari variabel asupan serat adalah 4,346, artinya

Melihat perkembangan zaman saat ini kasus penyalahgunaan narkotika semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya hampir setiap hari pemberitaan pers dari surat kabar

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana peramalan curah hujan di Kabupaten Bojonegoro

untuk seluruh aspek perkembangan manusia, baik fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak adalah aspek