• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika bisnis Islam kontemporer: studi naratif analitik pelaku bisnis di korporasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Etika bisnis Islam kontemporer: studi naratif analitik pelaku bisnis di korporasi."

Copied!
306
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Naratif Analitik Pelaku Bisnis di Korporasi)

DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Studi Ilmu Keislaman Pada Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel

Oleh

Musliki

Fo.15.09.16

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

Nama

NIM

Program

Institusi

Musliki

Fo 150916

Doktor (S-3)

Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa disertasi

ini

secara keseluruhan

adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya.

Surabaya,

Saya yang menyatakan

(3)

Disertasi ini telah di setujui

Tanggal

Prof. Dr. u.

Ismf Nu*ar&pA,

M.Si

PROMOTOR

\\1x

(4)

tetah dtuji padaujian tahap dua

pada hari Kamis, 9 Maret 2017

Tim

Penguji:

t.

Prof. Dr. FI. Husein Adz"N4Ag

2.

Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph.D

3.

Prof. Dr. H. Ismail Nawawi, MPA' M.Si

4.

Dr. Hj. Fatmah,

MM

5.

Prof Dr. H. Babun Suharto,

MM

6.

Prof. Dr. H. Ahmad Zatro,

MA

7.

Prof. Dr. H. Shonhaji Sholeh, Dip. Is

Ketua

Selaetaris

Promotor

Promotor

Penguji

=444J,^-/

\JI

rabaya, Maret 2017

Direktur

Husein Aziz, M.Ag

/

Penguji Utama

Zf"rcnta'l

SKsiXS'i

(5)
(6)

ABSTRAK

Bisnis merupakan salah satu komponen sistem muamalah. Oleh karena itu, Islam menganjurkan bisnis secara profesional , sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, keluarganya dan kaum muslimin secara umum. Etika bisnis Islam merupakan nilai dan norma moral yang dipraktekkan sebagai refleksi pemikiran moral dan etika dalam bisnis.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah prinsip etika bisnis Islam dalam rangka ekonomi bisnis Islam kontemporer, (2) Bagaimanakah etika dalam strategi bisnis Islam dalam mewujudkan bisnis Islam komtemporer yang kompetitif (3) Bagaimanakah urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup ekonomi bisnis Islam kontemporer.

Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif/naturalistik dan pendekatan naratif analitik. Dengan teknik pengumpulan data (1) membaca pada tingkat simbolik dan simantik, (2) Mencatat data pada kartu data, quatasi, paraphrase, sinopsi, mencatat secara precis dan pengkodean. Analisis data

memadukan model penelitian naratif, (IFIAS) (Islam), analitik Creswell, Bogdan dan Biklen tesa- antitesa dan sintesa (konvensioal)

Hasil penelitian disimpulkan bahwa temuan pertama adalah mengembangkan teori Ismail Nawawi bahwa determinan Prinsip Etika Bisnis Islam terdiri dari (1) Kesatuan Tauhid dan khilafah, (2) Keseimbangan (3) Keperilakuan bebas beretika (4) Tanggungjawab (5) Kebenaran shariah), (6) Komitmen bersifat nubuwwah. Dari keenam tersebut peneliti menambahkan determinan yang ke (7) Efektifitas dan efisiensi bisnis, berdasarkan hasil temuan studi pustaka.

Temuan kedua peneliti menggabungkan teori James Brian Quinn dengan teorinya Ismail Nawawi. Menurut Ismail Nawawi Etika strategi bisnis dengan determinan (1) Strategi pengelolaan bisnis secara profesional, (2) Strategi bisnis berdasarkan uswatun hasanah, (3) Strategi kepuasan konsumen, (4) Stategi Bisnis Melalui Merek, (5) Loyalitas pelanggan melalui pelayanan prima,. Kemudian peneliti tambahkan determinan ke (6) Membangun budaya bisnis, dari pendapat

Jemes Brian Quinn.

Temuan yang ketiga menggabungkan teorinya Urwick dan Hunt dengan determinan (1) Produksi, (2) Konsumsi, (3) Distribusi. Dan peneliti menambahkan determinan yang ke (4) Profit. Dari pendapat Luther Gulick dan Lyndall Urwick, Karena profit berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti merupakan tujuan akhir dari bisnis, oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari lingkup kajian bisnis.

(7)

Abstract

Business is one of important elements in muamalat, Islamic trading or commerce transactions. According to Islam, business must be performed professionally so that it can be beneficial for all parties, the businessmen themselves, the family, and all muslims in general. With regard to those benefits, a business should be in line with Islamic business ethics, that is norms and principles which reflect Islamic morals and values.

The aims of the research are (a) to find out the principles of Islamic business ethics in Islamic contemporary business economy, (b) the ethics of Islamic business strategies in order to construct competitive and contemporary Islamic business, (c) the importance of Islamic business ethics in Islamic contemporary business economy.

This is a naturalistic qualitative research with narrative analytical approach. Document study was applied through precise note taking, quotation, paraphrasing, and coding. The data was analyzed narratively by combining IFIAS, Creswell’s analytical approach, Bogdan and Biklen’s conventional thesis-antithesis and synthesis approaches.

The research shows that there are seven determinants of Islamic business ethics principles. Six of which are similar to Ismail Nawawi’s theory, while the last determinant was found during the conduct of this research. Those determinants are: (1) unity between Tauhid (monotheism) and Khilafah (Islamic leadership), (2) equilibrium, (3) ethic-based behaviors, (4) responsibility, (5) true

sharia, (6) prophetic commitment, and (7) business effectiveness and efficiency.

The next result from this research reveals that there are six determinants for the ethics of Islamic business strategies. Five of which are from Ismail Nawawi’s theory, and the sixth determinant is from James Brian Quinn’s theory. Those determinants are: (1) professional business management strategy, (2) a good model business strategy, (3) customers satisfaction strategy, (4) branding strategy, (5) customers loyalty strategy, and (6) building a business culture strategy.

The last result states that there is combination of determinants between those of Urwick’s and Hunt’s as well as one new determinant. Those determinants are: (1) production, (2) consumption, (3) distribution, and (4) profit. Profit is considered to be inseparable from the other determinants since it is the final goal of business process.

(8)

ﺺﻴﺨ ﺘ ا

ةﺜﺎ ﺒ

ﺮ ﺎ

ﺔ ﺎ ﺒ مﺎﻈ

.

و

م ﻹﺒ

ﺎﻬ

ﺔ ﺮ

، ﺔ ﻬ

ﺮ ﺎ ﺒ ﺎﻬ

ﺋﺎ و

نﻮ ﺒو

مﺎ

.

تﺎ

أ

ةﺜﺎ ﺒ

ﻹﺒ

ﻷﺒ

ﺒو

ﺞﺜﺎﲤ

ﺞﺎ ﺎ أﺮ ﺒ ﺎﻬ

ﰲ ﺔﻮ ﺒ ةﺮ ﺒ

لﺎ

لﺎ ﻷﺒ

ﺔﺜﺎ ﺒ

.

ﺔ ﺄ ﺒ

ﺒﺬ

: (

1

)

ﻹﺒ ﺚﺎ

ﺒ إ ﺔ ﺎ ﺔ

ﻹﺒ ةﺜﺎ ﺒ تﺎ

أ ﺑﺚﺎ نﻮ

؟ ﺮ ﺎ ﺒ

(

2

)

نﺎ

ﺨ ﻷﺒ

ﺔ ﺒﱰ ﺒ

ةﺜﺎ ﺒ

ﻹﺒ

ﻹﺒ

ﺮ ﺎ ﺒ

ﺎ ﺒ

(

3

)

تﺎ

أ ﺔ ﳘأ

ﻹﺒ

ﺨﺎ

ت�ﺚﺎ ﺒ

ةﺜﺎ ﺒ

ﻹﺒ

ةﺮ ﺎ ﺒ

مﺪ

ﺒﺬ

ﺎﳕ

وﺒ ﺔ ﻮ ﺎ ﺛ

ﻬ ﺒ

ﺚﺮ ﺒ

.

تﺎ

ت�ﺎ ﺒ

(

1

)

ةءﺒﺮ

ىﻮ

يﺰ ﺮ ﺒ

، ﺪ ﺒو

(

2

)

ت�ﺎ ﺒ

ﺔ ﺎ

ت�ﺎ ﺒ

ﺞﺎ ﺒو،

و،

ةﺚﺎ إ

، ﺒ ﺔﻏﺎ

،

ﺒو

ﺒو

ىﻮ ﺒ

ﺰ ﱰ ﺒو

.

ﲢ ﰲ

ت�ﺎ ﺒ

وﻻ ﺚﺮ ﺒ

لﻮ ﺮ

(

Creswell

)

و

نﺒﺪ ﻮ

ﺔ وﺮ أ

(Bogdan and Biklen)

و

ﻮ ﺒو

(يﺪ ﺒ)

يوﻮ ﺒ ﺎﲰإ ﺔﺮﻈ ﺮﻮ و ﺔ ﺒ ﺋﺎ ﺒ

ﺒ ﺒﺬ

و

نﺄ

ﺑﺚﺎ

أ

ﲔ ةﺚﺪ ﺔ

ﻹﺒ ةﺜﺎ ﺒ تﺎ

(

1

)

ةﺪ ﻮ ﺒ

ﺪ ﻮ ﺒو

ﺔ ﺒو

(

2

)

(9)

ﺒ و ﺔ ﺎ ﺒ ﺔ ﺒ

ﺔﺮﻈ

ن�ﺮ

(

James Brian

)

ﺎﲰإ ﺔﺮﻈو

يوﻮ ﺒ

.

ىأﺜ

ﺎﲰإ

يوﻮ ﺒ

ﺨ ﻷﺒ نأ

ةﺜﺎ ﺒ ﺔ ﺒﱰ ﺒ ﰲ

ب ﺚﺪ

(1)

ةﺜﺒﺚإ ﺔ ﺒﱰ ﺒ

ﺔ ﺮ ةﺜﺎ ﺒ

ﺔ ﻬ

(2)

ﺪ و

ﺔ ﺒﱰ ﺒ

ةﺜﺎ ﺒ

ةوﺪ ﺒ

،ﺔ ﺒ

(3)

تﺎ ﺒﱰ ﺒ

ﺎ ﺜ

ء ﺒ

(4)

ﺔ ﺒﱰ ﺒ

ةﺜﺎ ﺒ

ل

ﺔﺜﺎ ﺒ

(5)

ء و

ء ﺒ

ل

ﺔ ﺪ

ﰒ ﻻ ةﺮ ﺒو

ﺎ ﺒ

ﺞﺚﺎ ﺒ ﺪ ﺪ ﺒ

(6)

ءﺎ

ﺔ ﺎ

، ﺒ

ن�ﺮ

ىأﺜ ﺎ ﺒﺬ

. (

James Brian Quinn

)

ﺔ ﺒ

وﺜأ ﺔﺮﻈ ﲔ ﺒ ﺔ ﺎ ﺒ

ﺎ ﺔﺮﻈو

(

Urwick dan Hunt

)

ﺪ ﺪﲢ

(1)

ﺗﺎ ﻹﺒ

(2)

،ك ﻬ ﺒ

(3)

زﻮ ﺒ

.

ﺧﺎ أو

ﺎ ﺒ

ﺪ ﺪ ﺒ

ﺒﺮ ﺒ

ﻮ و

(4)

ﺮ ﺒ

.

يأﺜ

و ﻮﻏ ﺮﻮ

وﺜأ لﺪ

(

Luther Gulick dan Lyndall Urwick

)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv

TRANSLITERASI... ... v

ABSTRAK... ... ... vi

ABSTRACT... ... vii

MULAKHKHAS AL-BAHTH... viii

UCAPAN TERIMA KASIH... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Identifikasi dan fokus penelitian... 12

C. Rumusan masalah... 14

D. Tujuan penelitian... 14

E. Kegunaan penelitian... 15

F. Posisi Teori dan Penelitian Terdahulu... 15

G. Gambaran Singkat Metode Penelitian 17 H. Sistimatika Penelitian... 18

BAB II. ETIKA STRATEGI DAN URGENSI ETIKA BISNIS A. Kajian Pustaka dan Korporasi... 21

1. Manifestasi kajian pustaka... 21

2. Perusahaan (business)... 24

B. Etika Bisnis Islam vs Konvensional... 30

1. Konsep Etika Bisnis... 31

2. Prinsip Etika Bisnis... 35

3. Penerapan Etika Bisnis... 42

C. Etika Strategi Bisnis... 49

1. Strategi Bisnis ... 49

2. Proses Manajemen Strategi ... 55

3 Penentuan strategi bisnis 61 D. Urgensi Etika Bisnis Islam ... 65

1. Beberapa hal yang mendasari urgensi etika bisnis dalam kegiatan bisnis... ... 66

2. Lingkup Aktivitas Bisnis Perusahaan ... 74

(11)

E. Etika Bisnis Islam 90

1. Konsep Etika Bisnis Dalam Islam 91

2. Perbedaan Etika Bisnis Islam dengan Konvensional 96

3. Teori barat ditinjau dari Islam 102

F. Penelitian Terdahulu 107

G. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 121

BAB III. METODA PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 125

B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ... 126

C. Alur berfikir dalam penelitian ... 128

D. Sumber Data dan Klasifikasi Perpustakaan ... 129

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 132

F. Analisis Data ... 139

G. Pengecekan Keabsahan Temuan 143 BAB IV. PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam ... 145

1. Kesatuan (Tauhid dan Khilafah)... 146

2. Keseimbangan dan keadilan. ... 148

3. Kehendak Bebas... 157

4. Tanggungjawab dan akuntabilitas 162 5. Kebenaran dan Toleransi dalam bisnis 167 6. Komitmen yang bersifat nubuwwah (shidiq, tabligh,amanah dan fathonah ... 174

7 Efektif dan Efisien dalam Bisnis ... 180

B. Etika Strategi Bisnis Islam ... 183

1. Pengelolaan bisnis Profesional ... 185

2. Strategi berusaha dalam Islam berdasarkan Uswatun Hasanah 191 3. Strategi Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen. ... 203

4. Stategi Bisnis Melalui Merek dan Citra Bisnis ... 208

5. Loyalitas Pelanggan ... 212

6. Menciptakan kultur bisnis ... 219

C. Urgensi Etika Bisnis Islam dalam dalam Aktivitas Bisnis 220 1. Urgensi Etika Bisnis Islam dalam Produksi ... 222

2. Konsumsi Dalam Islam ... 231

3. Distribusi Dalam Islam ... 240

4. Laba ... 246

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 253

1. Prinsip etika bisnis islam ... 254

2. Etika Strategi Bisnis Islam ... 260

3. Urgensi Etika Bisnis ... 264

4. Konsumsi ... 267

(12)

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan ... 280

B. Implikasi Temuan Teoretis dan Pragmatis ... 285

C. Keterbatasan Kajian Penelitian ... 287

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia itu harus bergelut dengan

ekonomi dan bisnis demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Seperti dalam firman Allah SWT berikut

                    

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezkiNya. dan Hanya

kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.1

Demikian juga dituangkan dalam surat al a’raf ayat 10

                  

Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat sedikitlah kamu bersyukur.2

Namun Islam tidak membiarkan begitu saja manusia bekerja sesukanya

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginannya ,dengan melakukan apa

saja, misalnya melakukan kecurangan, riba, penipuan, suap dan sebagainya.

Tetapi Islam memberikan batasan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,

mana yang halal mana yang haram, serta mana yang benar dan mana yang salah.

1

Departemen agama, terjemah Al- u ’an , 67: 15

2

(14)

Batasan inilah yang sering disebut sebagai etika. Etika bisnis Islam

berfungsi sebagai controlling terhadap kegiatan ekonomi dan bisnis. Seperti yang

tertuang di dalam firman Allah SWT dalam surat Al Nisa’ ayat 29.

                                      

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu 3 . Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu. 4

Islam menekankan bahwa di dalam mengelola ekonomi dan bisnis itu

tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan materi semata,melainkan meraih

keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan materi untuk kehidupan di dunia dan

meraih pahala dengan cara menjalankan etika (shari>’ah)untuk bekal kehidupan

kekal di akherat nanti.

Tujuan dari diterapkannya etika atau yang sering disebut aturan shari>’ah

dalam ajaran Islam ini, salah satunya adalah agar kegiatan ekonomi dan bisnis

ini keuntungannya menjadi berkah5, sehingga akan memberikan keadilan,

keseimbangan,merata sesuai porsinya, keterbukaan, kejujuran dan stabilitas

dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Etika bisnis

3

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri. Karena umat merupakan suatu kesatuan

4

Departemen agama, terjemah Al- u ’an , 4: 29

5

(15)

juga mengajarkan kepada manusia untuk hidup tolong- menolong, menjalin kerja

sama yang baik dan menjauhkan diri dari sikap yang tidak sesuai shari>’ah.6

Selanjutnya dalam etika bisnis Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka

tujuan akhirnya adalah rid}o Allah, dengan jalan menjalankan shari>’ah Islam

dalam segala aktifitasnya, begitu juga dalam aktifitas ekonomi dan bisnis yang

tidak bisa dipisahkan dengan nilai ke-Islaman.7 Kemudian apabila etika bisnis ini

benar-benar dijalankan, maka yang mendapatkan keuntungan, mendapatkan

berkah adalah semua orang yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Pelanggan

beruntung karena tidak tertipu,perusahaan juga beruntung karena pelanggannya

puas sehingga dapat menjadi pelanggan berulang, dan disinilah perusahaan akan

diuntungkan.

Namun kenyataan di lapangan memang melaksanakan etika tidak semulus

dalam teori. Mungkin ini semua disebabkan karena ketatnya persaingan, sehingga

banyak para pebisnis yang tega begitu saja mengabaikan pesan moral atau etika.

Seperti dijualnya ayam tiren dan daging glonggongan8 oleh pedagang sayur9.

Dari kenyataan tersebutlah kemudian peneliti ingin menggali yang

berkaitan dengan prinsip etika binis Islam, etika strategi bisnis Islam dan urgensi

etika bisnis Islam dari para ahli di bidangnya.

6

Qardhawi, Norma dan Etika Bisnis Islam,(Jakarta: Gema Insani Press, 1993), 5

77

Ibid hal 31

8

Tiren artinya mati kemarin, sedangkan daging glonggongan adalah daging yang direndam agar berbobot lebih.

9

(16)

Implementasi etika bisnis dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap

personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengan kata lain mengikat

manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan korporasi. Semua anggota

korporasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya harus menjabarkan dan

melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam

pandangan sempit korporasi dianggap sudah melaksanakan etika bisnis bilamana

korporasi yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

Menurut Azmil Alam dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa

strategi untuk mencapai keuntungan bisnis bukanlah hal yang baru, bahkan

keuntungan dalam bisnis merupakan hal yang urgen yang harus diusahakan dan

diterima. Dengan alasan sebagai berikut, yaitu:

a. Secara etika keuntungan memungkinkan korporasi untuk bertahan dalam kegiatan bisnisnya.

b. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia mena-namkan modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

c. Keuntungan tidak hanya memungkinkan korporasi bertahan melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. d. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan korporasi

sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.10

Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat

dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang atau korporasi telah

mengimple-mentasikan prinsip etika bisnis antara lain adalah:

a. Indikator etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.

10

(17)

b. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.

c. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

d. Indikator etika bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.

e. Indikator etika bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada di sekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.

f. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.11

Dalam situasi lingkungan persaingan yang penuh dinamika manajemen

korporasi dituntut untuk menciptakan etika stategi bisnis korporasi yang mampu

memberikan pelayanan yang memuaskan kepada seluruh pemegang kepentingan

baik kepada pelanggan, karyawan, penanam modal, pemasok, penyalur maupun

pesaing. Pada saat yang bersamaan perusahaan harus dapat bersaing secara

efektif baik dalam tingkat lokal, regional bahkan dalam konteks global12.

Dengan berkembangnya konteks persaingan, dunia usaha dituntut untuk

mengembangkan dan mengimplementasikan strategi yang dapat mengantisipasi

terhadap kecenderungan-kecenderungan baru untuk mencapai dan

mempertahan-kan posisi bersaing maupun keunggulan kompetitifnya. Perumusan strategi

11

Suryadi Barata, Hasil Penelitian Jurnal Etika Bisnis Universitas Guna Darma, http:// lusyaspriyani.blogspot.com/2015/01/jurnal etika bisnis.html, 15 Oktober, 2014

12

(18)

tersebut merupakan keputusan yang menyelaraskan antara kondisi lingkungan

eksternal yang terjadi di sekitar perusahaan, dengan sumber daya, dan kapabilitas

yang dimiliki yang menjadi kompetensi inti, serta harapan dan tujuan yang ingin

dicapai perusahaan yang akan datang.

Strategi merupakan pilihan pola tindakan atau rencana tentang apa yang

ingin dicapai perusahaan dan hendak menjadi apa suatu organisasi di masa yang

akan datang dengan mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan serta

bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan itu dengan mengalokasikan

sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan tersebut.

Secara umum, sebuah strategi memiliki komponen-komponen strategi

yang selalu dipertimbangkan dalam menentukan strategi yang akan dilaksanakan.

Komponen tersebut adalah kompetensi yang berbeda, ruang lingkup dan

distribusi sumberdaya. Kompetensi yang berbeda (distinctive competence)

merupakan sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan dan perusahaan tersebut

melakukannya dengan baik dibandingkan perusahaan lain. Kompetensi yang

berbeda ini akan menjadi kekuatan bagi strategi yang akan dijalankan oleh

perusahaan. Distribusi sumber daya merupakan bagaimana sebuah perusahaan

memanfaatkan dan mendistribusikan daya yang dimilikinya dalam menerapkan

strategi perusahaan13.

Dalam aktivitas organisasi bisnis, ada 3 (tiga) jenis masalah yang dihadapi

berkaitan dengan etika bisnis,yaitu:

13

(19)

a. Sistem. Masalah-masalah sistem dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan

tentang etika yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan

sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.

b. Korporasi. Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah

perta-nyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan

ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan

struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.

c. Individu/permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang

muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk

pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.

Korporasi dalam menciptakan etika bisnis agar dapat mendorong

produk-tivitas dan urgensi bisnis agar menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut:

a. Pengendalian diri. Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun, dengan cara yang tidak sah.

b. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility). Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan

hanya dalam bentuk ‚uang‛ dengan jalan memberikan sumbangan,

melainkan lebih kompleks lagi.

c. Mempertahankan jati diri. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi. d. Menciptakan persaingan yang sehat. Persaingan dalam dunia bisnis

(20)

e. Menerapkan konsep ‚Pembangunan Berkelanjutan‛. Dunia bisnis

seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. f. Menghindari sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan

komisi). Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara. g. Mampu menyatakan yang benar itu benar. Artinya, kalau pelaku bisnis

itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena

persyara-tan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan ‚katabelece‛ dari

‚koneksi‛ serta melakukan ‚kongkalikong‛ dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan ‚kolusi‛ serta memberikan ‚komisi‛ kepada pihak yang terkait.

h. Menumbuhkan sikap saling percaya antar golongan. Pengusaha untuk

menciptakan kondisi bisnis yang ‚kondusif‛ harus ada sikap saling

percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.

i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main bersama. Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Karena seandainya semua etika bisnis telah disepakati, sementara ada oknum, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi, jelas

semua konsep etika bisnis itu akan gugur satu demi satu.14

Dalam zaman informasi seperti sekarang ini, baik-buruknya sebuah dunia

usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan,

konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur

adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis

sekarang.

Manfaat korporasi dalam menerapkan etika bisnis, sesuai dengan hasil

penelitian Nova Ali, yaitu:

14

(21)

a. Korporasi mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomen-dasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.

b. Citra korporasi di mata konsumen akan menjadi baik. Dengan citra yang baik

maka perusa-haan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan.

c. Meningkatkan motivasi pekerja. Karyawan akan bekerja dengan giat apabila

perusahaan tersebut memiliki citra yang baik di mata karyawan.

d. Keuntungan korporasi dapat diperoleh. Etika adalah berkenaan dengan

bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.15

Dalam korporasi modern, tanggung jawab atas tindakan korporasi sering

didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan korporasi

biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja

sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan

tindakan korporasi. Jadi, siapakah yang bertanggungjawab atas tindakan yang

dihasilkan bersama-sama itu? Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka

yang melakukan secara sadar dan bebas apa yang diperlukan korporasi,

masing-masing secara bertanggung jawab.16

Lain halnya pendapat para kritikus pandangan tradisional, yang

menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti korporasi

bertindak bersama-sama, tindakan korporasi mereka dapat dideskripsikan sebagai

tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan

15

Nova Ali, Jurnal Etika Bisnis, 2014, fakultas ekonomi universitas Gunadarma jakarta (https:// putriiannisa.wordpress.com/2014/10/17/jurnal-etika-bisnis/),30 Nopember 2014

16

(22)

individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas tindakan

tersebut.

Urgensi dan Wacana bahwa nilai-nilai etika bisnis, ikut berperan dalam

kehidupan sosial ekonomi masyarakat tertentu, telah banyak digulirkan dalam

masyarakat sejak memasuki abad modern. Pandangan tentang etika bisnis

seringkali muncul berkaitan dengan bisnis tertentu, yang apabila beretika maka

bisnisnya terancam pailit.

Di sebagian masyarakat yang mengedepankan urgensi nilai normatif dan

hedonistik materialistik, pandangan ini tampaknya bukan merupakan rahasia lagi

karena dalam banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis dengan

berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan

etika itu sendiri.

Dalam kontek Etika Bisnis Islam yang merupakan seperangkat nilai

tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip

moralitas, ada beberapa urgensi yang dapat dikemukakan yaitu : (1) menanamkan

kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis, (2) memperkenalkan

argumen-tasi moral dibidang ekonomi dan bisnis serta cara penyusunannya, (3) membantu

untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi bisnis.

Etika Bisnis Islam bersama dengan agama berkaitan erat dengan manusia

tentang upaya pengaturan kehidupan dan perilaku bisnisnya. Islam meletakan

‚teks suci‛ (Al-Qur’an dan Hadits) sebagai dasar kebenaran, sedangkan filsafat

barat meletakan ‚akal‛ sebagai dasar. Substansi bisnis dengan kemahakuasaan

(23)

Isu-isu Etika Bisnis Islam secara normatif dan strategis dalam korporasi

berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang tercakup sifat yang baik dari aktivitas

bisnis yang patut dan dianjurkan untuk dilakukan sebagai sifat terpuji.

Lebih jauh disebutkan oleh Sudarsono antara lain bahwa isu-isu Etika

Bisnis Islam dalam korporasi adalah: ‚Berlaku jujur (Al-Amanah),

memelihara kesucian diri (Al-‘Iffah), kasih sayang (Rah}man dan

Al-Barry), berlaku hemat (Al-Iqtis}ad),... perikelakuan baik (Ih}san), kebe-naran (S}iddiq), pemaaf (‘Afu), keadilan (‘Adl), keberanian (Shaja’ah),

malu (H}aya’), kesabaran (S}abr), berterima kasih (Shukur), penyantun (Hindun), rasa sepenanggungan (Muwath), kuat (Quwwah)dalam bisnis.17

Etika Bisnis Islam dalam aktivitas korporasi secara normatif dan

opera-sional, memperlihatkan adanya suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah

dari struktur lainnya, namun berkolaborasi secara mekanik. Hal itu disebabkan

bahwa dalam ilmu ah}lak (moral), struktur etika bisnis islam lebih banyak

menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat, ide dan

operasional, hingga perilaku dan perangai pelaku bisnis pada stakeholder

korporasi, terwujud bisnis yang berlandaskan kerelaaan (antarad}in minkum)18.

Etika Bisnis Islam secara operasional tidak hanya dipandang dari aspek

etika secara parsial, tetapi juga secara keseluruhan yang memuat kaidah-kaidah

yang berlaku umum dalam bisnis Islam. Artinya, bahwa etika bisnis menurut

hukum Islam harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip kesatuan ,

keseimbangan, keselarasan dan keadilan, perilaku bebas bersifat ikhtiari

17

Sudarsono, Etika Bisnis Islam (Jakarta : Bina Aksara, 1989), 41.

18

(24)

beretika, pertanggungjawaban dan akuntabilitas, kebenaran , kebajikan dan

kejujuran dalam aktivitas bisnis.19

Kemudian Etika Bisnis Islam harus memberikan tuntutan visi bisnis

masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang bersifat ‚sesaat‛,

melainkan mencari keuntungan yang mengandung ‚hakikat‛ baik, yang bersifat

sosial yang berakibat atau berdampak baik pula bagi semua umat manusia

sebagai stakeholder. Dengan kata lain, etika bisnis menurut hukum Islam, dalam

prakteknya menerapkan nilai-nilai moral dalam setiap aktivitas ekonomi bisnis

dan setiap hubungan antara satu kelompok masyarakat bisnis dengan kelompok

masyarakat lainnya.

Nilai moral bisnis tersebut tercakup dalam empat sifat nubuwah, yaitu

jujur (s}iddiq), terpercaya (amanah), komunikatif (tabligh), dan kecerdasan

(fat}onah). Keempat sifat ini diharapkan dapat menjaga pengelolaan korporasi dan

keuangan secara profesional dan menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan sosial,

berjalan sesuai aturan permainan bisnis yang berlaku serta sesuai dengan harapan,

tuntutan konsumen dan pasar20.

B. Identifikasi dan Fokus Penelitian

Dari berbagai pembahasan yang tertuang secara naratif berbagai fenomena

sosial, teoritik dan fenomena pragmatis pada latar belakang masalah dapat

diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut ini:

19

Ibid ,7

20

(25)

a. Keunggulan kompetitif bisnis diciptakan dengan satu tujuan, yaitu membuat

nilai yang dimiliki tidak ada di tempat lain. Masalahnya, dengan berbagai

macam kemudahan akses dan aliran informasi, seringkali nilai kompetitif

tidak bertahan lama.

b. Korporasi bisnis memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu

posisi yang menguntungkan berkaitan dengan korporasi lainnya.

c. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka

menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah korporasi

,dibanding korporasi pesaingnya.

d. Etika bisnis dalam korporasi memiliki prinsip dan peran yang sangat penting,

yaitu untuk membentuk suatu korporasi yang kokoh dan memiliki daya saing

yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi.

e. Etika strategi bisnis merupakan pilihan pola tindakan atau rencana tentang

apa yang ingin dicapai perusahaan dan hendak menjadi suatu korporasi yang

bisa bersaing di masa yang akan datang.

f. Korporasi mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan serta

bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan dengan mengalokasikan

sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan.

g. Etika bisnis dalam korporasi memiliki urgensi yang sangat penting, yaitu

untuk membentuk suatu korporasi yang kokoh dan memiliki daya saing yang

(26)

Dari identifikasi permasalahan, baik secara sosial, teoritik/intelektual,dan

pragmatis sebagaimana disebutkan di atas, permasalahan yang dibahas di

disertasi ini difokuskan pada:

1. Prinsip-prinsip etika bisnis dalam kerangka ekonomi bisnis Islam kontemporer.

2. Etika strategi bisnis Islam dalam mewujudkan kompetitif bisnis kontemporer.

3. Urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup ekonomi bisnis Islam kontemporer.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan atau fokus masalah sebagaimana disebutkan di

atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prinsip etika bisnis Islam dalam kerangka ekonomi bisnis

kontemporer.

2. Bagaimanakah etika strategi bisnis Islam dalam mewujudkan bisnis Islam

kontemporer yang kompetitif.

3. Bagaimanakah urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup ekonomi bisnis

kontemporer.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam

(27)

2. Mendeskripsikan dan menganalisis etika strategi bisnis Islam dalam

mewujudkan kompetitif bisnis Islam kontemporer.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup

ekonomi bisnis kontemporer.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian pada dasarnya mengandung dua manfaat penelitian yaitu,

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis. Untuk pengembangan teori, dengan teknik studi kasusnya

sangat cocok untuk melakukan pengungkapan (exploratory) dan penemuan

(discovery), yaitu penelitian sebagai proses untuk menghasilkan ilmu

pengeta-huan/teori manajemen sumber daya manusia.

2. Manfaat Praktis. Penelitian ini bermanfaat juga untuk menyelesaikan

permasalahan praktis sumber daya insani di lembaga masyarakat, baik itu

pemerintah ataupun swasta. Dan menempatkan penelitian serta

pengembangan sebagai bagian dari integral di dalam organisasi mereka.

Sehingga dari kedua manfaat penelitian itu adalah syarat dilakukannya

penelitian seperti yang dinyatakan di dalam rancangan penelitian ini.

F. Posisi Teori dan Penelitian Terdahulu

Teori dalam kajian ilmiah adalah serangkaian bagian atau variabel,

(28)

pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar

variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Konsep dan istilah teori dalam Dictionary Americana dalam bahasa

Indonesia, bahwa teori adalah :

1. Suatu yang sistematis tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan dalil-dalil nyata atau dalil-dalil-dalil-dalil hipotesis.

2. Suatu penjelasan hipotesis tentang fenomena, atau sebagai hipotesis

secara empiris.

3. Suatu eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau prinsip-prinsip abstrak

ilmu humaniora yang berasal dari praktik.

4. Suatu rencana atau sistem yang dapat dijadikan suatu metode bertindak.

5. Suatu doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan

spekulatif.21

Dalam penelitian ini teori yang dipakai adalah: pertama teori

prinsip-prinsip etika bisnis Islam yang dikemukakan oleh Ismail Nawawi (2012). Kedua

teori etika strategi bisnis yang dikemukakan oleh James Brian Quinn (2005) dan

Ismail Nawawi (2012). Ketiga teori urgensi etika bisnis yang dikemukakan oleh

Urwick , Hunt dan Gulick, Luther (2003), dan Lyndall Urwick (2002).

Sedangkan posisi penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah

dikompilasikan oleh peneliti, bahwa dari sebelas penelitian dikelompokkan

menjadi 4 (empat) posisi, yaitu etika bisnis pemasaran, etika bisnis produksi,

etika bisnis hukum ekonomi.Penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan

etika bisnis yang terfokus pada prinsip etika bisnis, etika strategi bisnis dan

urgensi etika dalam bisnis.

21

(29)

G. Deskripsi Singkat Metode Penelitian

Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta

desain penelitian yang digunakan. Dalam desain penelitian ini peneliti

meng-gunakan pendekatan penelitian yang terpilih, berkaitan dengan prosedur, teknik,

serta alat yang digunakan dalam penelitian yang cocok dengan metode penelitian

yang ditetapkan.

Sebelum penelitian yang dilaksanakan, peneliti mendeskripsikan, sebagai

berikut, yaitu:

1. Penelitian berkaitan dengan area peneliti menggunakan jenis studi

kepustakaan (library research), juga menggunakan paradigma kualitatif

(qualitative research) dengan pendekatan non interaktif (non interactive

inquiry) disebut juga penelitian naratif analitik.

2. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder sebagai

berikut, yaitu:

a. Data primer: buku yang secara langsung berkaitan dengan objek materi

penelitian, yaitu buku Yusuf Qardhawi, Da>rul Qiya>m Wa al Ah}laq fi>

Iqtis}a>di al Islam (Kairo Mesir: Maktabah Wahbah, 1995), Buku Ismail

Nawawi Uha yang berjudul Etika Bisnis Islam (Jakarta: VIV Pres, 2013),

dan buku Bisnis Shari>‘ah, Pendekatan Ekonomi dan Manajemen, Doktrin

(30)

b. Data sekunder: yaitu (a) berupa buku kepustakaan yang berkaitan objek

penelitian yang tercantum dalam daftar perpustakaan, (b) sumber dari

internet dan ekstranet.

3. Analisis data: Memadukan model penelitian naratif analitik Creswell, yaitu:

Analisis deskriptif-kualitatif, analisis Bogdan dan Biklen yaitu: Tesa, Antitesa

dan Sintesa, dan model analisis International Federation of Institutes of

Advance Study (IFIAS), yaitu: Nilai-nilai sains Islam, etika Islam, Akal atau

pemikiran yang objektif, intelektualitas Islam, Objektivitas sains dan

pengujian kembali teori-teori itu jika mungkin.

H. Sistematika Penulisan

Dalam disertasi ini sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab, secara

berurutan masing-masing bab dikemukakan sebagai berikut dibawah ini.

Bab I Pendahuluan yang membahas tentang, Latarbelakang, Identifikasi

dan batasan (fokus) masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan

penelitian dan Sistematika pembahasan.

Bab II. Kajian Teori Etika, prinsip etika bisnis, strategi dan urgensi etika

bisnis. Pada sub bab ini membahas, kajian pustaka dan korporasi. Sub bab ini

terkait dengan manifestasi kajian pustaka dan perusahaan (business). Sub bab

etika bisnis Islam vs konvensional membahas tentang konsep etika bisnis, prinsip

etika bisnis, menerapkan etika bisnis, sub bab etika strategi bisnis membahas

(31)

Urgensi Etika Bisnis Islam pada sub bab ini membahas tentang, beberapa

hal yang mendasari urgensi etika bisnis dalam kegiatan bisnis, lingkup aktivitas

bisnis perusahaan, urgensi etika bisnis pada aktivitas bisnis, sub bab etika bisnis

Islam membahas tentang, etika dalam Islam dan etika bisnis Islam, landasan

hukumnya dan selanjutnya terkait dengan sub bab studi penelitian terdahulu dan

kerangka pemikiran konseptual.

Bab III. Metode Penelitian secara berurutan membahas tentang, seting

penelitian, paradigma dan pendekatan penelitian, alur berfikir dalam penelitian,

sumber data dan klasifikasi perpustakaan, teknik pengumpulan data di lapangan

dan analisis data hasil penelitian.

BAB IV. Paparan Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari tiga sub

bab secara berurutan masing-masing membahas: prinsip-prinsip etika bisnis

Islam yaitu kesatuan tauhid dan Khilafah, keseimbangan dan keadilan, kehendak

bebas, tanggungjawab dan akuntabilitas.

Sub bab kedua, kebenaran dan toleransi dalam komitmen bisnis yang

bersifat nubuwah (shidiq, tabliq, amanah dan fathanah) efektif dan efisien dalam

bisnis, etika strategi bisnis Islam, mengelola bisnis profesional, strategi usaha

dalam islam berdasarkan uswatun hasanah, strategi untuk meningkatkan

kepuasan konsumen, strategi bisnis melalui merek dan citra bisnis loyalitas

pelanggan, dan terakhir menciptakan kultur bisnis.

Kemudian sub bab ketiga, membahas urgensi etika bisnis Islam dalam

(32)

Islam, distribusi dalam Islam, dan laba . Kemudian yang berikutnya dan urgensi

etika bisnis konsumsi dan distribusi.

BAB V. Penutup merupakan bagian terakhir terdiri dari tiga sub bab

secara berurutan sebagai berikut, pertama simpulan prinsip etika bisnis Islam,

etika strategi bisnis islam, urgensi etika bisnis Islam, kedua implikasi temuan

(33)

BAB II

ETIKA, STRATEGI DAN URGENSI ETIKA BISNIS

A. Kajian Pustaka dan Korporasi

Dalam penelitian untuk disertasi kajian pustaka ini sering tidak

dihubungkan dengan bab lain dalam laporan hasil penelitian, apa yang

diuraikannya tidak dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan. Kajian

pustaka secara umum berisikan dua bagian, yaitu review informasi pendukung

dan review hasil penelitian sebelumnya dalam kerangka konseptual atau konsep

berfikir1.

1. Manifestasi kajian pustaka dalam penelitian

Kajian pustaka, dalam bahasa Inggris disebut The Literature Review,

menurut Kemler mengandung beberapa makna. Pertama, kata the atau a dalam

bahasa Inggris menunjukkan bahwa kajian pustaka merupakan objek tunggal

yang penting yang ada dalam penelitian, tesis, disertasi dan secara konvensional

dipaparkan dalam bab dua.2

Selain itu, menurut Rudestam dan Newton kajian pustaka memberikan

konteks dari penelitian yang dilakukan dan menunjukkan mengapa penelitian ini

penting dan perlu dilakukan sekarang. Kajian pustaka, bisa juga hanya

1 Rudestam dan Newton Eisner, E. W, 1991,‚The enlightened eye : Qualitative inquiry and the enhancement of educational practice.‛(NewYork. NY: Macmillan Publishing Company, 2009), 27

2 Kamler dan James H. McMillan & Sally Schumacher, 2001, Research In Education a

(34)

menjelaskan hubungan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian

sebelumnya mengenai topik yang sama3. Namun demikian penelitian yang saya

lakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya baik judul ataupun isinya.

Seandainya topiknya sama sekalipun, itupun masih bisa penelitian itu dilakukan

dan di sinilah menurut Rudestam dan Newton, kapasitas berpikir kritis kita

sebagai penulis disertasi.

Kajian pustaka menghasilkan kajian topic literatur dan kajian

Metodological Leteratur. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut, yaitu:

a. Kajian pustaka yang berkaitan dengan definisi, kualitas, cakupan atau scope

(topic leterature).

b. Kajian pustaka yang berkaitan dengan Metodologi (teori mapan) yang disebut

Metodological Leteratur.4

Menurut Hyland kajian pustaka menunjukkan perbedaan atau kekurangan

dari pustaka yang dikaji berkaitan dengan apa yang diteliti dalam disertasi yang

ditulis, berkaitan dengan kutipan, yang merupakan referensi eksplisit terhadap

pustaka sebelumnya yang bersifat teoritis, kajian penelitian terdahulu dan

kerangka konseptual atau pemikiran. 5

Kajian pustaka menghasilkan kompilasi teori, penelitian terdahulu dan

kerangka konseptual. Menurut para ahli dibidang riset yang dikemukakan

3 Rudestam dan Newton Eisner, E. W, 1991, ‚The enlightened eye : Qualitative inquiry and the enhancement of educational practice.‛(New York .NY: Macmillan Publishing Company,2009): 46

4 Ibid, 49

(35)

diantaranya oleh Swetnam (2000), Evans dan Gruba (2002), Murray (2002:),

Glatthorn dan Joyner (2005), Pearce (2005), Brown (2006), dan Thody (2006),

bahwa, (1) kajian teori memuat review informasi pendukung merupakan

informasi teori yang diuraikan dalam bentuk diskusi yang membentuk sebuah

cerita . Hal ini bertujuan antara lain (a) untuk membangun hipotesis (bila ada),

(b) mendukung hipotesis yang dirumuskan secara konsisten dengan tujuan

penelitian, dan (c) untuk mendukung expected result penelitian tersebut. (2)

Review hasil penelitian sebelumnya.6

Hasil penelitian terdahulu dapat berupa skripsi, tesis, ataupun disertasi,

serta jurnal. Penelitian terdahulu yang direview betul-betul terkait dengan topik

penelitian. Dari kedua review tersebut dapat dikemukakan kerangka pemikiran

atau kerangka konseptual penelitian.

Pada dasarnya esensi kerangka konseptual berisi: (1) Alur jalan pikiran

secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik

dan atau hasil penelitian yang relevan, (2) Kerangka logika yang mampu

menunjukkan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka

teori. (3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk

gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel

penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka pemikiran yang

digambarkan dalam suatu model.

[image:35.595.109.513.249.537.2]
(36)

Dalam kajian ini mengacu pada pendapat para ahli sebagaimana di atas, alur

kajian teori dan kajian penelitian terdahulu menghasilkan kerangka teoritik atau

[image:36.595.113.514.251.541.2]

kerangka konseptual7. Hal tersebut diilustrasikan pada gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Hubungan Tinjauan Teori Studi Penelitian Terdahulu

dan Kerangka Teoritik

2. Korporasi (business organization)

Kata ‚corporare‛ berasal dari kata ‚corpus‛ yang dalam bahasa Indonesia

diartikan dengan badan yang mempunyai arti memberikan badan atau

membadankan. Dengan demikian kata ‚corporatio‛ berasal dari hasil pekerjaan

membadankan. Badan yang dijadikan orang kerangka pemikiran teoritis atau

kerangka konseptual. Korporasi secara harfiah dari (corporatie, Belanda),

corporation (Inggris), corporation (Jerman) berasal dari kata ‚corporation‛ dalam

bahasa Latin. Seperti halnya dengan kata-kata lain yang berakhiran ‚tio‛,

7Miles, Mathew B., and Huberman A. Maichel, Qualitative Data Analysis. (Thousand Oaks, CA: Sage, 1999),47

Tinjauan Teori Kerangka

Teoritik

(37)

‚corporation‛ sebagai kata benda (substantivum) berasal dari kata kerja

‚corporare‛.

Korporasi (business organization) secara umum adalah suatu organisasi

dimana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk

menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan

secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah

yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan

jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan

barang atau jasa tersebut.

Korporasi adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya

semua faktor produksi, konsumsi dan distribusi. Setiap perusahaan ada yang

terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar

di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan

usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah

secara resmi8.

Membentuk badan usaha merupakan dasar penting apabila kita akan

membangun suatu bisnis sendiri. Keberadaan badan usaha yang berbadan hukum

dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil, menengah atau besar akan

melindungi perusahaan dari segala tuntutan akibat aktivitas yang dijalankan oleh

perusahaan tersebut.

(38)

Meskipun begitu, dalam menjalankan suatu usaha tidak diwajibkan bagi

seorang pengusaha untuk mendirikan sebuah badan hukum. Hal tersebut

merupakan suatu pilihan bagi pengusaha untuk menentukan bentuk dari

penyelenggaraan usaha yang cocok untuk kegiatan usaha yang dijalankannya.

Namun, untuk beberapa jenis usaha tertentu yang memang diwajibkan menurut

peraturan perundang-undangan harus berbentuk badan usaha yang merupakan

badan hukum seperti bank, rumah sakit, penyelenggara satuan pendidikan formal.

Badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan

organisasi yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari

keuntungan. Badan usaha adalah rumah tangga ekonomi yang bertujuan mencari

laba dengan faktor-faktor produksi. Sebuah usaha/bisnis sendiri dapat dikatakan

berbadan hukum apabila memiliki ‚Akte Pendirian‛ yang disahkan oleh notaris

disertai dengan tandatangan diatas materai dan segel.

Badan yang diperoleh dengan perbuatan manusia sebagai lawan terhadap

badan manusia yang terjadi menurut alam. Corporatie dalam bahasa Belanda

berarti korporasi atau badan hukum. Sedangkan rechtpersoon diartikan badan

hukum, korporasi atau pribadi hukum.9Corpus juga dapat diartikan sebagai

makhluk hidup, pribadi diri, pesona, dewan, perkumpulan, buku, kitab, dan buku

(39)

pegangan atau juga dapat diartikan sebagai property yang dikuasai (the property

for which a trustee is responsible).10

3. Korporasi Sebagai Persero

Korporasi merupakan suatu perseroan yang merupakan badan hukum

yang diartikan sebagai suatu perkumpulan atau organisasi yang oleh hukum

diperlakukan seperti seorang manusia (personal) ialah sebagai pengemban (atau

pemilik) hak dan kewajiban-kewajiban, memiliki hak menggugat ataupun

digugat di muka pengadilan.

Subekti memberikan definisi badan hukum pada pokoknya adalah suatu

badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan

seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau

menggugat di depan hakim.11

Menurut Wirjono Prodjodikoro badan hukum adalah badan yang disamping

manusia perseorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang

mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap

orang lain atau badan lain.12

Pengertian yang disampaikan oleh Satjipto Rahardjo yang mengartikan

bahwa korporasi sebagai badan hasil cipta hukum. Badan hukum yang diciptakan

itu terdiri dari ‚corpus‛, yaitu struktur fisiknya dan ke dalamnya hukum

10Hasbullah F. Sjawe, Direksi dan Perseroan Terbatas serta Pertanggungjawaban Pidana

Korporasi, Cetakan Pertama (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013) 27-28

(40)

sukkan unsur ‚animus‛ yang membuat badan hukum itu mempunyai kepribadian.

Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum, kematiannya pun juga

ditentukan oleh hukum.13

Hamzah berpendapat bahwa korporasi terbentuk ketika mulai tumbuh

kebutuhan untuk mengumpulkan modal, khususnya dengan timbulnya

perda-gangan antar kota, antar wilayah, antar negara. Sebesar-besar modal yang dapat

dikumpulkan oleh perorangan atau keluarga, tidak akan sebesar jika puluhan atau

ribuan orang melakukan secara bersama-sama. Lalu, berkembang secara hukum

menjadi orang (badan) yang berdiri sendiri terlepas dari peserta pengumpul

modal dalam hubungan bisnis. Selanjutnya, dikatakannya bahwa yang istimewa

dalam kehidupan korporasi ialah ia tidak mati sebagaimana para pemegang

saham setiap saat dan akhirnya akan mati. Ini disebut immortality korporasi.

Berdasarkan keadaan yang normal, pemegang saham tidak bertanggung

jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh korporasi, mereka menikmati

ketiadaan tanggungjawab secara hukum, tetapi menerima keuntungan. Modal

korporasi adalah modal legal person yang tersendiri. Pendapat ini kemudian

dikuatkan dengan pendapat Gayus Lumbuun yang mengatakan bahwa istilah

korporasi itu di masyarakat biasa disebut orang untuk menunjukan badan usaha

(commercial entity) yang berbadan hukum (corporate body/rechtpersoon),

(41)

walaupun dalam dunia usaha masih terdapat badan-badan usaha yang didirikan

tidak berbadan hukum.14

Sedangkan menurut Sutan Remy, pengertian korporasi dapat diartikan

secara sempit maupun luas. Secara sempit korporasi diartikan sebagai badan

hukum yang eksistensi dan kewenangannya melakukan perbuatan hukum diakui

oleh hukum perdata.15Pengertian ini memberikan suatu anggapan bahwa,

keberadaan korporasi untuk melakukan perbuatan hukum ketika perusahaan

masih hidup ataupun tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan

hukum, ketika perusahaan sudah mati, ditentukan oleh hukum perdata. Karena

apabila keberadaan suatu korporasi tidak diakui eksistensinya oleh hukum

perdata maka dia tidak dapat disebut sebagai koporasi yang dapat melakukan

perbuatan hukum. Pengertian secara sempit ini menggambarkan korporasi yang

diakui dalam ruang lingkup hukum perdata.

Secara luas, korporasi dapat diartikan tidak hanya berbentuk badan

hukum, melainkan juga meliputi yang bukan badan hukum atau menurut hukum

perdata tidak dapat dikualifikasikan sebagai badan hukum seperti firma,

perseroan komanditer atau CV, dan persekutuan atau maatschap. Pengertian

korporasi secara luas digunakan dalam ranah hukum pidana, sehingga dalam

ranah hukum pidana pengertian korporasi lebih ditekankan pada adanya

sekumpulan orang yang terorganisir dan memiliki pimpinan serta melakukan

14 Mustafa Edwin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), 34.

(42)

perbuatan-perbuatan hukum, misalnya perjanjian dalam rangka kegiatan usaha

atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh pengurusnya untuk dan atas nama

kumpulan orang tersebut, juga termasuk dalam pengertian korporasi.

Dari pengertian korporasi diatas, terdapat dua pengertian mengenai apa

itu korporasi yaitu ada yang menjelaskan bahwa korporasi itu sama dengan badan

hukum dan ada juga yang menjelaskan bahwa korporasi tidak hanya badan

hukum melainkan juga termasuk didalamnya korporasi yang tidak berbentuk

badan hukum.

Menurut William C. Burton bahwa korporasi tidak semata-mata hanya

berbadan hukum melainkan juga yang tidak berbadan hukum, sebagaimana

pengertian korporasi yang disampaikan oleh Burton diatas. Dalam dunia bisnis

kita mengenal tiga jenis organisasi bisnis. Ketiga jenis organisasi bisnis itu

adalah perorangan, persekutuan, dan perseroan terbatas.

B. Etika Bisnis Islam Vs Konvensional

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam

pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan,

antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang

lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang

seharusnya dilakukan oleh manusia16.

(43)

Etika secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat

dika-takan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis

dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai

suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda

dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki

sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk

terhadap perbuatan manusia17.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta etika (studi konsep etika),

etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan

nilai-nilai etika). Berbagai konsep etika bisnis dapat ditinjau dari sudut padang

secara parsial masing-masing pengertian etika bisnis, sebagai berikut dibawah

ini.

1. Konsep Etika Bisnis

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno,bentuk tunggal kata 'etika'

yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak

arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,

akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu

adat kebiasaan.

Dari bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya

istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.

(44)

Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang

apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).18

Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam kamus besar bahasa

Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik

dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga

arti dan susunannya menjadi seperti berikut:

a. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara

tentang etika orang Jawa, etika agama budha, etika protestan dan sebagainya,

maka yang dimaksudkan etika disini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika

sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia

perorangan maupun pada taraf sosial.

b. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik.

Contoh : kode etik jurnalistik dan sebagainya.

c. Ilmu tentang yang baik atau buruk.

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada

konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata

bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti ‚sibuk‛

dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk

mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

(45)

Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di

pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang

mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani,

empati, dan norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya

pengusaha selalu menggunakan nuraninya.

Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli, antara lain

dikemukakan oleh :

a. Allan Afuah (2004). Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang

terorganisasi untuk menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industri.

b. T. Chwee (1990). Bisnis merupakan suatu sistem yang memproduksi

barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat.

c. Grifin dan Ebert (2000). Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan

barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

d. Steinford (1999). Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang

dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

e. Musselman dan Jackson (1992). Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan

yang diorganisir orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang atau jasa untuk mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.

f. Boone dan Kurtz (2002:8). Bisnis adalah semua aktivitas yang bertujuan

mencari laba dan perusahaan yang menghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.

g. Hughes dan Kapoor dalam Alma (1889:21), Bisnis adalah suatu kegiatan

individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.19

Etika bisnis secara sederhana adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan

bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,

perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana

(46)

kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak

tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Lingkup area bisnis menurut Urwick dan Hunt berkaitan dengan kegiatan

produksi, konsumsi dan ditribusi.20 Sedangkan menurut Gulick, Luther, and

Lyndall Urwick berkaitan dengan kegiatan produksi, konsumsi dan ditribusi dan

profit atau laba yang merupakan dari tujuan akhir dari korporasi.21

Dari kedua pendapat tersebut bahwa bisnis berkaitan dengan tiga hal

pokok, yaitu: (1) Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah,

mengupayakan pelayanan, menghasilkan barang dan jasa, (2) Konsumsi adalah

kegiatan menggunakan, memakai, dan menghabiskan barang dan jasa (3)

Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang hasil produksi dari tempat

penghasil barang (produsen) ke tempat pemakai barang (konsumen), (4) profit

merupakan hasil dari kegiatan konsumsi.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan

merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan

hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu

yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Pendapat lain menurut Von der Embse dan R.A. Wagley memberikan tiga

pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada

konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya

20 Urwick dan Hunt dalam Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana..Total Quality Manajemen. Edisi

Revisi, (Yogyakarta: Andy, 2003), 185

(47)

kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

b. Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan

kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang

sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan

baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.22

2. Prinsip Etika Bisnis

Peristilahan prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran

umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai

sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh

dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari

pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu.

Istilah Prinsip berpikir, disebut dengan nama yang berbeda. Misalnya

Ueberweg menyebutnya dengan Axioms of Inference, John Stuart Mill

menyebutnya dengan Universal Postulates of Inference. Istilah prinsip dapat

diartikan dengan kaidah atau hukum, yang inti artinya adalah suatu pernyataan

yang mengandung kebenaran universal. Kebenaran ini tidak terbatas oleh ruang

dan waktu, dimana dan kapan saja dapat digunakan.

Menurut Yusuf Qardhawi dalam berekonomi harus berprinsip:

1) Teori dua kehidupan . Islam memiliki konsep dua kehidupan yaitu kehidupan dunia dan akherat. Apa yang diperbuat di dunia ini akan dipertanggung

(48)

jawabkan di akherat. Dengan demikian maka ketika masih hidup di dunia akan berhati-hati dalam berbuat. Ingin selalu berbuat selaras dengan aturan etika yang diajarkan oleh Islam.23

2) Teori tauhid. Dalam teori ini seorang muslim percaya bahwa Tuhan itu satu. Dan Dialah yang mengawasi kehidupan kita. Karena itu kita sebagai makhluk, harus bertindak sesuai dengan kemauan Tuhan, yaitu berbuat kebaikan terhadap Tuhan , terhadap sesama manusia , terhadap hewan, tumbuhan dan lingkungan. Segala urusan yang kita perbuat tidak bisa lepas dari

Gambar

gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel
Gambar 2.1 Hubungan Tinjauan Teori Studi Penelitian Terdahulu
gambar berikut ini.
Gambar 3.1 : Alur Berpikir Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perkulihan yang berjalan pada STMIK Widya Cipta Dharma masih tatapmuka dengan bertemu langsung antara Mahasiwa dan Dosen, dalam kegiatan rutin ini ada beberapa kendala

– Dapat bekerja seperti DBMS yg ada – Mendukung model data spasial, tipe data abstrak spasial (ADT /Abstract Data Type ) & bahasa queri yg dapat memanggil ADT.. –

Burung beo Alor di penangkaran Oilsonbai, NTT, memiliki tiga perilaku utama, yaitu perilaku diam, bergerak, dan ingestif dengan 13 aktivitas (istirahat, stationer,

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gayas atau larva hama Oryctes rhinoceros , cendawan Isolat Lokal Lombok Metarrhizium anisopliae dalam bentuk

Menurut saya, program ini bagus sih. Hasil dari program Sistem Informasi Kesehatan adalah mulai dari pemeriksaan gratis sampai obat-obat yang diberikan juga

Segala puji dan syukur pada Allah SWT yang telah melimpahk- an rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaik- an Tugas Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Perangkat

Dengan demikian, hipotesa kelima yang menyatakan bahwa diduga “ faktor bauran pemasaran lokasi berpengaruh paling besar terhadap minat beli konsumen pada hotel budget di

Tulisan ini ingin menjelaskan terkait problematika kerukunan umat beragama yang kerap dialami oleh non muslim sebagai minoritas di tengah mayoritas muslim pada wilayah yang