(Studi Naratif Analitik Pelaku Bisnis di Korporasi)
DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Studi Ilmu Keislaman Pada Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel
Oleh
Musliki
Fo.15.09.16
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL
SURABAYA
Nama
NIM
Program
Institusi
Musliki
Fo 150916
Doktor (S-3)
Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa disertasi
ini
secara keseluruhanadalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
Surabaya,
Saya yang menyatakan
Disertasi ini telah di setujui
Tanggal
Prof. Dr. u.
Ismf Nu*ar&pA,
M.SiPROMOTOR
\\1x
tetah dtuji padaujian tahap dua
pada hari Kamis, 9 Maret 2017
Tim
Penguji:t.
Prof. Dr. FI. Husein Adz"N4Ag2.
Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph.D3.
Prof. Dr. H. Ismail Nawawi, MPA' M.Si4.
Dr. Hj. Fatmah,MM
5.
Prof Dr. H. Babun Suharto,MM
6.
Prof. Dr. H. Ahmad Zatro,MA
7.
Prof. Dr. H. Shonhaji Sholeh, Dip. IsKetua
Selaetaris
Promotor
Promotor
Penguji
=444J,^-/
\JIrabaya, Maret 2017
Direktur
Husein Aziz, M.Ag
/
Penguji Utama
Zf"rcnta'l
SKsiXS'i
ABSTRAK
Bisnis merupakan salah satu komponen sistem muamalah. Oleh karena itu, Islam menganjurkan bisnis secara profesional , sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, keluarganya dan kaum muslimin secara umum. Etika bisnis Islam merupakan nilai dan norma moral yang dipraktekkan sebagai refleksi pemikiran moral dan etika dalam bisnis.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah prinsip etika bisnis Islam dalam rangka ekonomi bisnis Islam kontemporer, (2) Bagaimanakah etika dalam strategi bisnis Islam dalam mewujudkan bisnis Islam komtemporer yang kompetitif (3) Bagaimanakah urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup ekonomi bisnis Islam kontemporer.
Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif/naturalistik dan pendekatan naratif analitik. Dengan teknik pengumpulan data (1) membaca pada tingkat simbolik dan simantik, (2) Mencatat data pada kartu data, quatasi, paraphrase, sinopsi, mencatat secara precis dan pengkodean. Analisis data
memadukan model penelitian naratif, (IFIAS) (Islam), analitik Creswell, Bogdan dan Biklen tesa- antitesa dan sintesa (konvensioal)
Hasil penelitian disimpulkan bahwa temuan pertama adalah mengembangkan teori Ismail Nawawi bahwa determinan Prinsip Etika Bisnis Islam terdiri dari (1) Kesatuan Tauhid dan khilafah, (2) Keseimbangan (3) Keperilakuan bebas beretika (4) Tanggungjawab (5) Kebenaran shariah), (6) Komitmen bersifat nubuwwah. Dari keenam tersebut peneliti menambahkan determinan yang ke (7) Efektifitas dan efisiensi bisnis, berdasarkan hasil temuan studi pustaka.
Temuan kedua peneliti menggabungkan teori James Brian Quinn dengan teorinya Ismail Nawawi. Menurut Ismail Nawawi Etika strategi bisnis dengan determinan (1) Strategi pengelolaan bisnis secara profesional, (2) Strategi bisnis berdasarkan uswatun hasanah, (3) Strategi kepuasan konsumen, (4) Stategi Bisnis Melalui Merek, (5) Loyalitas pelanggan melalui pelayanan prima,. Kemudian peneliti tambahkan determinan ke (6) Membangun budaya bisnis, dari pendapat
Jemes Brian Quinn.
Temuan yang ketiga menggabungkan teorinya Urwick dan Hunt dengan determinan (1) Produksi, (2) Konsumsi, (3) Distribusi. Dan peneliti menambahkan determinan yang ke (4) Profit. Dari pendapat Luther Gulick dan Lyndall Urwick, Karena profit berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti merupakan tujuan akhir dari bisnis, oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari lingkup kajian bisnis.
Abstract
Business is one of important elements in muamalat, Islamic trading or commerce transactions. According to Islam, business must be performed professionally so that it can be beneficial for all parties, the businessmen themselves, the family, and all muslims in general. With regard to those benefits, a business should be in line with Islamic business ethics, that is norms and principles which reflect Islamic morals and values.
The aims of the research are (a) to find out the principles of Islamic business ethics in Islamic contemporary business economy, (b) the ethics of Islamic business strategies in order to construct competitive and contemporary Islamic business, (c) the importance of Islamic business ethics in Islamic contemporary business economy.
This is a naturalistic qualitative research with narrative analytical approach. Document study was applied through precise note taking, quotation, paraphrasing, and coding. The data was analyzed narratively by combining IFIAS, Creswell’s analytical approach, Bogdan and Biklen’s conventional thesis-antithesis and synthesis approaches.
The research shows that there are seven determinants of Islamic business ethics principles. Six of which are similar to Ismail Nawawi’s theory, while the last determinant was found during the conduct of this research. Those determinants are: (1) unity between Tauhid (monotheism) and Khilafah (Islamic leadership), (2) equilibrium, (3) ethic-based behaviors, (4) responsibility, (5) true
sharia, (6) prophetic commitment, and (7) business effectiveness and efficiency.
The next result from this research reveals that there are six determinants for the ethics of Islamic business strategies. Five of which are from Ismail Nawawi’s theory, and the sixth determinant is from James Brian Quinn’s theory. Those determinants are: (1) professional business management strategy, (2) a good model business strategy, (3) customers satisfaction strategy, (4) branding strategy, (5) customers loyalty strategy, and (6) building a business culture strategy.
The last result states that there is combination of determinants between those of Urwick’s and Hunt’s as well as one new determinant. Those determinants are: (1) production, (2) consumption, (3) distribution, and (4) profit. Profit is considered to be inseparable from the other determinants since it is the final goal of business process.
ﺺﻴﺨ ﺘ ا
ةﺜﺎ ﺒ
ﺮ
ﺮ ﺎ
ﺔ ﺎ ﺒ مﺎﻈ
.
و
م ﻹﺒ
ﺎﻬ
ﺔ ﺮ
، ﺔ ﻬ
ﺮ ﺎ ﺒ ﺎﻬ
ﺋﺎ و
نﻮ ﺒو
ﺸ
مﺎ
.
ﺎ
تﺎ
أ
ةﺜﺎ ﺒ
ﺔ
ﻹﺒ
ﺒ
ﺔ
ﻷﺒ
ﺒو
ﺞﺜﺎﲤ
ﺞﺎ ﺎ أﺮ ﺒ ﺎﻬ
ﰲ ﺔﻮ ﺒ ةﺮ ﺒ
لﺎ
لﺎ ﻷﺒ
ﺔﺜﺎ ﺒ
.
ﺔ ﺄ ﺒ
ﰲ
ﺒﺬ
ﺒ
: (
1)
ﻹﺒ ﺚﺎ
ﺒ إ ﺔ ﺎ ﺔ
ﻹﺒ ةﺜﺎ ﺒ تﺎ
أ ﺑﺚﺎ نﻮ
؟ ﺮ ﺎ ﺒ
(
2)
نﺎ
ﺨ ﻷﺒ
ﰲ
ﺔ ﺒﱰ ﺒ
ةﺜﺎ ﺒ
ﺔ
ﻹﺒ
ﰲ
ﲢ
ﺒ
ﻹﺒ
ﺮ ﺎ ﺒ
ﺎ ﺒ
(
3)
ﺎ
تﺎ
أ ﺔ ﳘأ
ﺒ
ﻹﺒ
ﰲ
ﺨﺎ
ت�ﺚﺎ ﺒ
ةﺜﺎ ﺒ
ﺔ
ﻹﺒ
ةﺮ ﺎ ﺒ
مﺪ
ﺒﺬ
ﺒ
ﺎﳕ
وﺒ ﺔ ﻮ ﺎ ﺛ
ﺔ
ﻬ ﺒ
ﺚﺮ ﺒ
ﺒ
.
تﺎ
ﲨ
ت�ﺎ ﺒ
(
1)
ةءﺒﺮ
ىﻮ
يﺰ ﺮ ﺒ
، ﺪ ﺒو
(
2)
ت�ﺎ ﺒ
ﻰ
ﺔ ﺎ
ت�ﺎ ﺒ
ﺞﺎ ﺒو،
و،
ةﺚﺎ إ
، ﺒ ﺔﻏﺎ
،
ﺒو
ﺒو
ىﻮ ﺒ
ﺰ ﱰ ﺒو
.
ﲢ ﰲ
ت�ﺎ ﺒ
ﺎ
ﲔ
وﻻ ﺚﺮ ﺒ
ﲢ
لﻮ ﺮ
(
Creswell)
و
نﺒﺪ ﻮ
ﺔ وﺮ أ
(Bogdan and Biklen)
و
ﻮ ﺒو
(يﺪ ﺒ)
يوﻮ ﺒ ﺎﲰإ ﺔﺮﻈ ﺮﻮ و ﺔ ﺒ ﺋﺎ ﺒ
ﺒ ﺒﺬ
و
نﺄ
ﺑﺚﺎ
أ
ﲔ ةﺚﺪ ﺔ
ﻹﺒ ةﺜﺎ ﺒ تﺎ
(
1)
ةﺪ ﻮ ﺒ
ﺪ ﻮ ﺒو
ﺔ ﺒو
(
2)
ﺒ و ﺔ ﺎ ﺒ ﺔ ﺒ
ﲔ
ﺔﺮﻈ
ن�ﺮ
(
James Brian)
ﺎﲰإ ﺔﺮﻈو
يوﻮ ﺒ
.
ىأﺜ
ﺎﲰإ
يوﻮ ﺒ
ﺨ ﻷﺒ نأ
ةﺜﺎ ﺒ ﺔ ﺒﱰ ﺒ ﰲ
ب ﺚﺪ
(1)ةﺜﺒﺚإ ﺔ ﺒﱰ ﺒ
ﺔ ﺮ ةﺜﺎ ﺒ
ﺔ ﻬ
(2)ﺪ و
ﺔ ﺒﱰ ﺒ
ةﺜﺎ ﺒ
ﻰ
ةوﺪ ﺒ
،ﺔ ﺒ
(3)تﺎ ﺒﱰ ﺒ
ﺎ ﺜ
ء ﺒ
(4)ﺔ ﺒﱰ ﺒ
ةﺜﺎ ﺒ
ل
ﺔﺜﺎ ﺒ
(5)ء و
ء ﺒ
ل
ﺔ ﺪ
ﰒ ﻻ ةﺮ ﺒو
ﺎ ﺒ
ﺞﺚﺎ ﺒ ﺪ ﺪ ﺒ
(6)ءﺎ
ﺔ ﺎ
، ﺒ
ن�ﺮ
ىأﺜ ﺎ ﺒﺬ
ﻮ
. (
James Brian Quinn)
ﺔ ﺒ
وﺜأ ﺔﺮﻈ ﲔ ﺒ ﺔ ﺎ ﺒ
ﺎ ﺔﺮﻈو
(
Urwick dan Hunt)
ﺪ ﺪﲢ
(1)ﺗﺎ ﻹﺒ
(2)،ك ﻬ ﺒ
(3)زﻮ ﺒ
.
ﺧﺎ أو
ﺎ ﺒ
ﺪ ﺪ ﺒ
ﺒﺮ ﺒ
ﻮ و
(4)ﺮ ﺒ
.
يأﺜ
و ﻮﻏ ﺮﻮ
وﺜأ لﺪ
(
Luther Gulick dan Lyndall Urwick)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv
TRANSLITERASI... ... v
ABSTRAK... ... ... vi
ABSTRACT... ... vii
MULAKHKHAS AL-BAHTH... viii
UCAPAN TERIMA KASIH... x
DAFTAR ISI... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Identifikasi dan fokus penelitian... 12
C. Rumusan masalah... 14
D. Tujuan penelitian... 14
E. Kegunaan penelitian... 15
F. Posisi Teori dan Penelitian Terdahulu... 15
G. Gambaran Singkat Metode Penelitian 17 H. Sistimatika Penelitian... 18
BAB II. ETIKA STRATEGI DAN URGENSI ETIKA BISNIS A. Kajian Pustaka dan Korporasi... 21
1. Manifestasi kajian pustaka... 21
2. Perusahaan (business)... 24
B. Etika Bisnis Islam vs Konvensional... 30
1. Konsep Etika Bisnis... 31
2. Prinsip Etika Bisnis... 35
3. Penerapan Etika Bisnis... 42
C. Etika Strategi Bisnis... 49
1. Strategi Bisnis ... 49
2. Proses Manajemen Strategi ... 55
3 Penentuan strategi bisnis 61 D. Urgensi Etika Bisnis Islam ... 65
1. Beberapa hal yang mendasari urgensi etika bisnis dalam kegiatan bisnis... ... 66
2. Lingkup Aktivitas Bisnis Perusahaan ... 74
E. Etika Bisnis Islam 90
1. Konsep Etika Bisnis Dalam Islam 91
2. Perbedaan Etika Bisnis Islam dengan Konvensional 96
3. Teori barat ditinjau dari Islam 102
F. Penelitian Terdahulu 107
G. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 121
BAB III. METODA PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 125
B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ... 126
C. Alur berfikir dalam penelitian ... 128
D. Sumber Data dan Klasifikasi Perpustakaan ... 129
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 132
F. Analisis Data ... 139
G. Pengecekan Keabsahan Temuan 143 BAB IV. PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam ... 145
1. Kesatuan (Tauhid dan Khilafah)... 146
2. Keseimbangan dan keadilan. ... 148
3. Kehendak Bebas... 157
4. Tanggungjawab dan akuntabilitas 162 5. Kebenaran dan Toleransi dalam bisnis 167 6. Komitmen yang bersifat nubuwwah (shidiq, tabligh,amanah dan fathonah ... 174
7 Efektif dan Efisien dalam Bisnis ... 180
B. Etika Strategi Bisnis Islam ... 183
1. Pengelolaan bisnis Profesional ... 185
2. Strategi berusaha dalam Islam berdasarkan Uswatun Hasanah 191 3. Strategi Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen. ... 203
4. Stategi Bisnis Melalui Merek dan Citra Bisnis ... 208
5. Loyalitas Pelanggan ... 212
6. Menciptakan kultur bisnis ... 219
C. Urgensi Etika Bisnis Islam dalam dalam Aktivitas Bisnis 220 1. Urgensi Etika Bisnis Islam dalam Produksi ... 222
2. Konsumsi Dalam Islam ... 231
3. Distribusi Dalam Islam ... 240
4. Laba ... 246
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 253
1. Prinsip etika bisnis islam ... 254
2. Etika Strategi Bisnis Islam ... 260
3. Urgensi Etika Bisnis ... 264
4. Konsumsi ... 267
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ... 280
B. Implikasi Temuan Teoretis dan Pragmatis ... 285
C. Keterbatasan Kajian Penelitian ... 287
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia itu harus bergelut dengan
ekonomi dan bisnis demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Seperti dalam firman Allah SWT berikut
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezkiNya. dan Hanya
kepadaNyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.1
Demikian juga dituangkan dalam surat al a’raf ayat 10
Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat sedikitlah kamu bersyukur.2
Namun Islam tidak membiarkan begitu saja manusia bekerja sesukanya
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginannya ,dengan melakukan apa
saja, misalnya melakukan kecurangan, riba, penipuan, suap dan sebagainya.
Tetapi Islam memberikan batasan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,
mana yang halal mana yang haram, serta mana yang benar dan mana yang salah.
1
Departemen agama, terjemah Al- u ’an , 67: 15
2
Batasan inilah yang sering disebut sebagai etika. Etika bisnis Islam
berfungsi sebagai controlling terhadap kegiatan ekonomi dan bisnis. Seperti yang
tertuang di dalam firman Allah SWT dalam surat Al Nisa’ ayat 29.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu 3 . Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. 4
Islam menekankan bahwa di dalam mengelola ekonomi dan bisnis itu
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan materi semata,melainkan meraih
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan materi untuk kehidupan di dunia dan
meraih pahala dengan cara menjalankan etika (shari>’ah)untuk bekal kehidupan
kekal di akherat nanti.
Tujuan dari diterapkannya etika atau yang sering disebut aturan shari>’ah
dalam ajaran Islam ini, salah satunya adalah agar kegiatan ekonomi dan bisnis
ini keuntungannya menjadi berkah5, sehingga akan memberikan keadilan,
keseimbangan,merata sesuai porsinya, keterbukaan, kejujuran dan stabilitas
dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Etika bisnis
3
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri. Karena umat merupakan suatu kesatuan
4
Departemen agama, terjemah Al- u ’an , 4: 29
5
juga mengajarkan kepada manusia untuk hidup tolong- menolong, menjalin kerja
sama yang baik dan menjauhkan diri dari sikap yang tidak sesuai shari>’ah.6
Selanjutnya dalam etika bisnis Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka
tujuan akhirnya adalah rid}o Allah, dengan jalan menjalankan shari>’ah Islam
dalam segala aktifitasnya, begitu juga dalam aktifitas ekonomi dan bisnis yang
tidak bisa dipisahkan dengan nilai ke-Islaman.7 Kemudian apabila etika bisnis ini
benar-benar dijalankan, maka yang mendapatkan keuntungan, mendapatkan
berkah adalah semua orang yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Pelanggan
beruntung karena tidak tertipu,perusahaan juga beruntung karena pelanggannya
puas sehingga dapat menjadi pelanggan berulang, dan disinilah perusahaan akan
diuntungkan.
Namun kenyataan di lapangan memang melaksanakan etika tidak semulus
dalam teori. Mungkin ini semua disebabkan karena ketatnya persaingan, sehingga
banyak para pebisnis yang tega begitu saja mengabaikan pesan moral atau etika.
Seperti dijualnya ayam tiren dan daging glonggongan8 oleh pedagang sayur9.
Dari kenyataan tersebutlah kemudian peneliti ingin menggali yang
berkaitan dengan prinsip etika binis Islam, etika strategi bisnis Islam dan urgensi
etika bisnis Islam dari para ahli di bidangnya.
6
Qardhawi, Norma dan Etika Bisnis Islam,(Jakarta: Gema Insani Press, 1993), 5
77
Ibid hal 31
8
Tiren artinya mati kemarin, sedangkan daging glonggongan adalah daging yang direndam agar berbobot lebih.
9
Implementasi etika bisnis dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap
personal menurut bidang tugas yang diembannya. Dengan kata lain mengikat
manajer, pimpinan unit kerja dan kelembagaan korporasi. Semua anggota
korporasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya harus menjabarkan dan
melaksanakan etika bisnis secara konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam
pandangan sempit korporasi dianggap sudah melaksanakan etika bisnis bilamana
korporasi yang bersangkutan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Menurut Azmil Alam dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
strategi untuk mencapai keuntungan bisnis bukanlah hal yang baru, bahkan
keuntungan dalam bisnis merupakan hal yang urgen yang harus diusahakan dan
diterima. Dengan alasan sebagai berikut, yaitu:
a. Secara etika keuntungan memungkinkan korporasi untuk bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
b. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia mena-namkan modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
c. Keuntungan tidak hanya memungkinkan korporasi bertahan melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. d. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan korporasi
sehingga hal ini akan membuka lapangan kerja baru.10
Dari berbagai pandangan etika bisnis, beberapa indikator yang dapat
dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang atau korporasi telah
mengimple-mentasikan prinsip etika bisnis antara lain adalah:
a. Indikator etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
10
b. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
c. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
d. Indikator etika bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
e. Indikator etika bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada di sekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
f. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.11
Dalam situasi lingkungan persaingan yang penuh dinamika manajemen
korporasi dituntut untuk menciptakan etika stategi bisnis korporasi yang mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada seluruh pemegang kepentingan
baik kepada pelanggan, karyawan, penanam modal, pemasok, penyalur maupun
pesaing. Pada saat yang bersamaan perusahaan harus dapat bersaing secara
efektif baik dalam tingkat lokal, regional bahkan dalam konteks global12.
Dengan berkembangnya konteks persaingan, dunia usaha dituntut untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan strategi yang dapat mengantisipasi
terhadap kecenderungan-kecenderungan baru untuk mencapai dan
mempertahan-kan posisi bersaing maupun keunggulan kompetitifnya. Perumusan strategi
11
Suryadi Barata, Hasil Penelitian Jurnal Etika Bisnis Universitas Guna Darma, http:// lusyaspriyani.blogspot.com/2015/01/jurnal etika bisnis.html, 15 Oktober, 2014
12
tersebut merupakan keputusan yang menyelaraskan antara kondisi lingkungan
eksternal yang terjadi di sekitar perusahaan, dengan sumber daya, dan kapabilitas
yang dimiliki yang menjadi kompetensi inti, serta harapan dan tujuan yang ingin
dicapai perusahaan yang akan datang.
Strategi merupakan pilihan pola tindakan atau rencana tentang apa yang
ingin dicapai perusahaan dan hendak menjadi apa suatu organisasi di masa yang
akan datang dengan mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan serta
bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan itu dengan mengalokasikan
sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara umum, sebuah strategi memiliki komponen-komponen strategi
yang selalu dipertimbangkan dalam menentukan strategi yang akan dilaksanakan.
Komponen tersebut adalah kompetensi yang berbeda, ruang lingkup dan
distribusi sumberdaya. Kompetensi yang berbeda (distinctive competence)
merupakan sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan dan perusahaan tersebut
melakukannya dengan baik dibandingkan perusahaan lain. Kompetensi yang
berbeda ini akan menjadi kekuatan bagi strategi yang akan dijalankan oleh
perusahaan. Distribusi sumber daya merupakan bagaimana sebuah perusahaan
memanfaatkan dan mendistribusikan daya yang dimilikinya dalam menerapkan
strategi perusahaan13.
Dalam aktivitas organisasi bisnis, ada 3 (tiga) jenis masalah yang dihadapi
berkaitan dengan etika bisnis,yaitu:
13
a. Sistem. Masalah-masalah sistem dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan
tentang etika yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan
sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.
b. Korporasi. Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah
perta-nyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan
ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan
struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
c. Individu/permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang
muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk
pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.
Korporasi dalam menciptakan etika bisnis agar dapat mendorong
produk-tivitas dan urgensi bisnis agar menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Pengendalian diri. Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun, dengan cara yang tidak sah.
b. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility). Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk ‚uang‛ dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan jati diri. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi. d. Menciptakan persaingan yang sehat. Persaingan dalam dunia bisnis
e. Menerapkan konsep ‚Pembangunan Berkelanjutan‛. Dunia bisnis
seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. f. Menghindari sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan
komisi). Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara. g. Mampu menyatakan yang benar itu benar. Artinya, kalau pelaku bisnis
itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena
persyara-tan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan ‚katabelece‛ dari
‚koneksi‛ serta melakukan ‚kongkalikong‛ dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan ‚kolusi‛ serta memberikan ‚komisi‛ kepada pihak yang terkait.
h. Menumbuhkan sikap saling percaya antar golongan. Pengusaha untuk
menciptakan kondisi bisnis yang ‚kondusif‛ harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main bersama. Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Karena seandainya semua etika bisnis telah disepakati, sementara ada oknum, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi, jelas
semua konsep etika bisnis itu akan gugur satu demi satu.14
Dalam zaman informasi seperti sekarang ini, baik-buruknya sebuah dunia
usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan,
konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur
adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis
sekarang.
Manfaat korporasi dalam menerapkan etika bisnis, sesuai dengan hasil
penelitian Nova Ali, yaitu:
14
a. Korporasi mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomen-dasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
b. Citra korporasi di mata konsumen akan menjadi baik. Dengan citra yang baik
maka perusa-haan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan.
c. Meningkatkan motivasi pekerja. Karyawan akan bekerja dengan giat apabila
perusahaan tersebut memiliki citra yang baik di mata karyawan.
d. Keuntungan korporasi dapat diperoleh. Etika adalah berkenaan dengan
bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.15
Dalam korporasi modern, tanggung jawab atas tindakan korporasi sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan korporasi
biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja
sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan
tindakan korporasi. Jadi, siapakah yang bertanggungjawab atas tindakan yang
dihasilkan bersama-sama itu? Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka
yang melakukan secara sadar dan bebas apa yang diperlukan korporasi,
masing-masing secara bertanggung jawab.16
Lain halnya pendapat para kritikus pandangan tradisional, yang
menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti korporasi
bertindak bersama-sama, tindakan korporasi mereka dapat dideskripsikan sebagai
tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan
15
Nova Ali, Jurnal Etika Bisnis, 2014, fakultas ekonomi universitas Gunadarma jakarta (https:// putriiannisa.wordpress.com/2014/10/17/jurnal-etika-bisnis/),30 Nopember 2014
16
individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas tindakan
tersebut.
Urgensi dan Wacana bahwa nilai-nilai etika bisnis, ikut berperan dalam
kehidupan sosial ekonomi masyarakat tertentu, telah banyak digulirkan dalam
masyarakat sejak memasuki abad modern. Pandangan tentang etika bisnis
seringkali muncul berkaitan dengan bisnis tertentu, yang apabila beretika maka
bisnisnya terancam pailit.
Di sebagian masyarakat yang mengedepankan urgensi nilai normatif dan
hedonistik materialistik, pandangan ini tampaknya bukan merupakan rahasia lagi
karena dalam banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis dengan
berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan
etika itu sendiri.
Dalam kontek Etika Bisnis Islam yang merupakan seperangkat nilai
tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip
moralitas, ada beberapa urgensi yang dapat dikemukakan yaitu : (1) menanamkan
kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis, (2) memperkenalkan
argumen-tasi moral dibidang ekonomi dan bisnis serta cara penyusunannya, (3) membantu
untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi bisnis.
Etika Bisnis Islam bersama dengan agama berkaitan erat dengan manusia
tentang upaya pengaturan kehidupan dan perilaku bisnisnya. Islam meletakan
‚teks suci‛ (Al-Qur’an dan Hadits) sebagai dasar kebenaran, sedangkan filsafat
barat meletakan ‚akal‛ sebagai dasar. Substansi bisnis dengan kemahakuasaan
Isu-isu Etika Bisnis Islam secara normatif dan strategis dalam korporasi
berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang tercakup sifat yang baik dari aktivitas
bisnis yang patut dan dianjurkan untuk dilakukan sebagai sifat terpuji.
Lebih jauh disebutkan oleh Sudarsono antara lain bahwa isu-isu Etika
Bisnis Islam dalam korporasi adalah: ‚Berlaku jujur (Al-Amanah),
memelihara kesucian diri (Al-‘Iffah), kasih sayang (Rah}man dan
Al-Barry), berlaku hemat (Al-Iqtis}ad),... perikelakuan baik (Ih}san), kebe-naran (S}iddiq), pemaaf (‘Afu), keadilan (‘Adl), keberanian (Shaja’ah),
malu (H}aya’), kesabaran (S}abr), berterima kasih (Shukur), penyantun (Hindun), rasa sepenanggungan (Muwath), kuat (Quwwah)dalam bisnis.17
Etika Bisnis Islam dalam aktivitas korporasi secara normatif dan
opera-sional, memperlihatkan adanya suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah
dari struktur lainnya, namun berkolaborasi secara mekanik. Hal itu disebabkan
bahwa dalam ilmu ah}lak (moral), struktur etika bisnis islam lebih banyak
menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat, ide dan
operasional, hingga perilaku dan perangai pelaku bisnis pada stakeholder
korporasi, terwujud bisnis yang berlandaskan kerelaaan (antarad}in minkum)18.
Etika Bisnis Islam secara operasional tidak hanya dipandang dari aspek
etika secara parsial, tetapi juga secara keseluruhan yang memuat kaidah-kaidah
yang berlaku umum dalam bisnis Islam. Artinya, bahwa etika bisnis menurut
hukum Islam harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip kesatuan ,
keseimbangan, keselarasan dan keadilan, perilaku bebas bersifat ikhtiari
17
Sudarsono, Etika Bisnis Islam (Jakarta : Bina Aksara, 1989), 41.
18
beretika, pertanggungjawaban dan akuntabilitas, kebenaran , kebajikan dan
kejujuran dalam aktivitas bisnis.19
Kemudian Etika Bisnis Islam harus memberikan tuntutan visi bisnis
masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang bersifat ‚sesaat‛,
melainkan mencari keuntungan yang mengandung ‚hakikat‛ baik, yang bersifat
sosial yang berakibat atau berdampak baik pula bagi semua umat manusia
sebagai stakeholder. Dengan kata lain, etika bisnis menurut hukum Islam, dalam
prakteknya menerapkan nilai-nilai moral dalam setiap aktivitas ekonomi bisnis
dan setiap hubungan antara satu kelompok masyarakat bisnis dengan kelompok
masyarakat lainnya.
Nilai moral bisnis tersebut tercakup dalam empat sifat nubuwah, yaitu
jujur (s}iddiq), terpercaya (amanah), komunikatif (tabligh), dan kecerdasan
(fat}onah). Keempat sifat ini diharapkan dapat menjaga pengelolaan korporasi dan
keuangan secara profesional dan menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan sosial,
berjalan sesuai aturan permainan bisnis yang berlaku serta sesuai dengan harapan,
tuntutan konsumen dan pasar20.
B. Identifikasi dan Fokus Penelitian
Dari berbagai pembahasan yang tertuang secara naratif berbagai fenomena
sosial, teoritik dan fenomena pragmatis pada latar belakang masalah dapat
diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut ini:
19
Ibid ,7
20
a. Keunggulan kompetitif bisnis diciptakan dengan satu tujuan, yaitu membuat
nilai yang dimiliki tidak ada di tempat lain. Masalahnya, dengan berbagai
macam kemudahan akses dan aliran informasi, seringkali nilai kompetitif
tidak bertahan lama.
b. Korporasi bisnis memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu
posisi yang menguntungkan berkaitan dengan korporasi lainnya.
c. Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka
menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah korporasi
,dibanding korporasi pesaingnya.
d. Etika bisnis dalam korporasi memiliki prinsip dan peran yang sangat penting,
yaitu untuk membentuk suatu korporasi yang kokoh dan memiliki daya saing
yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi.
e. Etika strategi bisnis merupakan pilihan pola tindakan atau rencana tentang
apa yang ingin dicapai perusahaan dan hendak menjadi suatu korporasi yang
bisa bersaing di masa yang akan datang.
f. Korporasi mengintegrasikan tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan serta
bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan dengan mengalokasikan
sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan.
g. Etika bisnis dalam korporasi memiliki urgensi yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu korporasi yang kokoh dan memiliki daya saing yang
Dari identifikasi permasalahan, baik secara sosial, teoritik/intelektual,dan
pragmatis sebagaimana disebutkan di atas, permasalahan yang dibahas di
disertasi ini difokuskan pada:
1. Prinsip-prinsip etika bisnis dalam kerangka ekonomi bisnis Islam kontemporer.
2. Etika strategi bisnis Islam dalam mewujudkan kompetitif bisnis kontemporer.
3. Urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup ekonomi bisnis Islam kontemporer.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan atau fokus masalah sebagaimana disebutkan di
atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prinsip etika bisnis Islam dalam kerangka ekonomi bisnis
kontemporer.
2. Bagaimanakah etika strategi bisnis Islam dalam mewujudkan bisnis Islam
kontemporer yang kompetitif.
3. Bagaimanakah urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup ekonomi bisnis
kontemporer.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam
2. Mendeskripsikan dan menganalisis etika strategi bisnis Islam dalam
mewujudkan kompetitif bisnis Islam kontemporer.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis urgensi etika bisnis Islam dalam lingkup
ekonomi bisnis kontemporer.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian pada dasarnya mengandung dua manfaat penelitian yaitu,
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis. Untuk pengembangan teori, dengan teknik studi kasusnya
sangat cocok untuk melakukan pengungkapan (exploratory) dan penemuan
(discovery), yaitu penelitian sebagai proses untuk menghasilkan ilmu
pengeta-huan/teori manajemen sumber daya manusia.
2. Manfaat Praktis. Penelitian ini bermanfaat juga untuk menyelesaikan
permasalahan praktis sumber daya insani di lembaga masyarakat, baik itu
pemerintah ataupun swasta. Dan menempatkan penelitian serta
pengembangan sebagai bagian dari integral di dalam organisasi mereka.
Sehingga dari kedua manfaat penelitian itu adalah syarat dilakukannya
penelitian seperti yang dinyatakan di dalam rancangan penelitian ini.
F. Posisi Teori dan Penelitian Terdahulu
Teori dalam kajian ilmiah adalah serangkaian bagian atau variabel,
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Konsep dan istilah teori dalam Dictionary Americana dalam bahasa
Indonesia, bahwa teori adalah :
1. Suatu yang sistematis tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan dalil-dalil nyata atau dalil-dalil-dalil-dalil hipotesis.
2. Suatu penjelasan hipotesis tentang fenomena, atau sebagai hipotesis
secara empiris.
3. Suatu eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau prinsip-prinsip abstrak
ilmu humaniora yang berasal dari praktik.
4. Suatu rencana atau sistem yang dapat dijadikan suatu metode bertindak.
5. Suatu doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan
spekulatif.21
Dalam penelitian ini teori yang dipakai adalah: pertama teori
prinsip-prinsip etika bisnis Islam yang dikemukakan oleh Ismail Nawawi (2012). Kedua
teori etika strategi bisnis yang dikemukakan oleh James Brian Quinn (2005) dan
Ismail Nawawi (2012). Ketiga teori urgensi etika bisnis yang dikemukakan oleh
Urwick , Hunt dan Gulick, Luther (2003), dan Lyndall Urwick (2002).
Sedangkan posisi penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah
dikompilasikan oleh peneliti, bahwa dari sebelas penelitian dikelompokkan
menjadi 4 (empat) posisi, yaitu etika bisnis pemasaran, etika bisnis produksi,
etika bisnis hukum ekonomi.Penelitian yang dilakukan peneliti terkait dengan
etika bisnis yang terfokus pada prinsip etika bisnis, etika strategi bisnis dan
urgensi etika dalam bisnis.
21
G. Deskripsi Singkat Metode Penelitian
Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta
desain penelitian yang digunakan. Dalam desain penelitian ini peneliti
meng-gunakan pendekatan penelitian yang terpilih, berkaitan dengan prosedur, teknik,
serta alat yang digunakan dalam penelitian yang cocok dengan metode penelitian
yang ditetapkan.
Sebelum penelitian yang dilaksanakan, peneliti mendeskripsikan, sebagai
berikut, yaitu:
1. Penelitian berkaitan dengan area peneliti menggunakan jenis studi
kepustakaan (library research), juga menggunakan paradigma kualitatif
(qualitative research) dengan pendekatan non interaktif (non interactive
inquiry) disebut juga penelitian naratif analitik.
2. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder sebagai
berikut, yaitu:
a. Data primer: buku yang secara langsung berkaitan dengan objek materi
penelitian, yaitu buku Yusuf Qardhawi, Da>rul Qiya>m Wa al Ah}laq fi>
Iqtis}a>di al Islam (Kairo Mesir: Maktabah Wahbah, 1995), Buku Ismail
Nawawi Uha yang berjudul Etika Bisnis Islam (Jakarta: VIV Pres, 2013),
dan buku Bisnis Shari>‘ah, Pendekatan Ekonomi dan Manajemen, Doktrin
b. Data sekunder: yaitu (a) berupa buku kepustakaan yang berkaitan objek
penelitian yang tercantum dalam daftar perpustakaan, (b) sumber dari
internet dan ekstranet.
3. Analisis data: Memadukan model penelitian naratif analitik Creswell, yaitu:
Analisis deskriptif-kualitatif, analisis Bogdan dan Biklen yaitu: Tesa, Antitesa
dan Sintesa, dan model analisis International Federation of Institutes of
Advance Study (IFIAS), yaitu: Nilai-nilai sains Islam, etika Islam, Akal atau
pemikiran yang objektif, intelektualitas Islam, Objektivitas sains dan
pengujian kembali teori-teori itu jika mungkin.
H. Sistematika Penulisan
Dalam disertasi ini sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab, secara
berurutan masing-masing bab dikemukakan sebagai berikut dibawah ini.
Bab I Pendahuluan yang membahas tentang, Latarbelakang, Identifikasi
dan batasan (fokus) masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan
penelitian dan Sistematika pembahasan.
Bab II. Kajian Teori Etika, prinsip etika bisnis, strategi dan urgensi etika
bisnis. Pada sub bab ini membahas, kajian pustaka dan korporasi. Sub bab ini
terkait dengan manifestasi kajian pustaka dan perusahaan (business). Sub bab
etika bisnis Islam vs konvensional membahas tentang konsep etika bisnis, prinsip
etika bisnis, menerapkan etika bisnis, sub bab etika strategi bisnis membahas
Urgensi Etika Bisnis Islam pada sub bab ini membahas tentang, beberapa
hal yang mendasari urgensi etika bisnis dalam kegiatan bisnis, lingkup aktivitas
bisnis perusahaan, urgensi etika bisnis pada aktivitas bisnis, sub bab etika bisnis
Islam membahas tentang, etika dalam Islam dan etika bisnis Islam, landasan
hukumnya dan selanjutnya terkait dengan sub bab studi penelitian terdahulu dan
kerangka pemikiran konseptual.
Bab III. Metode Penelitian secara berurutan membahas tentang, seting
penelitian, paradigma dan pendekatan penelitian, alur berfikir dalam penelitian,
sumber data dan klasifikasi perpustakaan, teknik pengumpulan data di lapangan
dan analisis data hasil penelitian.
BAB IV. Paparan Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari tiga sub
bab secara berurutan masing-masing membahas: prinsip-prinsip etika bisnis
Islam yaitu kesatuan tauhid dan Khilafah, keseimbangan dan keadilan, kehendak
bebas, tanggungjawab dan akuntabilitas.
Sub bab kedua, kebenaran dan toleransi dalam komitmen bisnis yang
bersifat nubuwah (shidiq, tabliq, amanah dan fathanah) efektif dan efisien dalam
bisnis, etika strategi bisnis Islam, mengelola bisnis profesional, strategi usaha
dalam islam berdasarkan uswatun hasanah, strategi untuk meningkatkan
kepuasan konsumen, strategi bisnis melalui merek dan citra bisnis loyalitas
pelanggan, dan terakhir menciptakan kultur bisnis.
Kemudian sub bab ketiga, membahas urgensi etika bisnis Islam dalam
Islam, distribusi dalam Islam, dan laba . Kemudian yang berikutnya dan urgensi
etika bisnis konsumsi dan distribusi.
BAB V. Penutup merupakan bagian terakhir terdiri dari tiga sub bab
secara berurutan sebagai berikut, pertama simpulan prinsip etika bisnis Islam,
etika strategi bisnis islam, urgensi etika bisnis Islam, kedua implikasi temuan
BAB II
ETIKA, STRATEGI DAN URGENSI ETIKA BISNIS
A. Kajian Pustaka dan Korporasi
Dalam penelitian untuk disertasi kajian pustaka ini sering tidak
dihubungkan dengan bab lain dalam laporan hasil penelitian, apa yang
diuraikannya tidak dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan. Kajian
pustaka secara umum berisikan dua bagian, yaitu review informasi pendukung
dan review hasil penelitian sebelumnya dalam kerangka konseptual atau konsep
berfikir1.
1. Manifestasi kajian pustaka dalam penelitian
Kajian pustaka, dalam bahasa Inggris disebut The Literature Review,
menurut Kemler mengandung beberapa makna. Pertama, kata the atau a dalam
bahasa Inggris menunjukkan bahwa kajian pustaka merupakan objek tunggal
yang penting yang ada dalam penelitian, tesis, disertasi dan secara konvensional
dipaparkan dalam bab dua.2
Selain itu, menurut Rudestam dan Newton kajian pustaka memberikan
konteks dari penelitian yang dilakukan dan menunjukkan mengapa penelitian ini
penting dan perlu dilakukan sekarang. Kajian pustaka, bisa juga hanya
1 Rudestam dan Newton Eisner, E. W, 1991,‚The enlightened eye : Qualitative inquiry and the enhancement of educational practice.‛(NewYork. NY: Macmillan Publishing Company, 2009), 27
2 Kamler dan James H. McMillan & Sally Schumacher, 2001, Research In Education a
menjelaskan hubungan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian
sebelumnya mengenai topik yang sama3. Namun demikian penelitian yang saya
lakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya baik judul ataupun isinya.
Seandainya topiknya sama sekalipun, itupun masih bisa penelitian itu dilakukan
dan di sinilah menurut Rudestam dan Newton, kapasitas berpikir kritis kita
sebagai penulis disertasi.
Kajian pustaka menghasilkan kajian topic literatur dan kajian
Metodological Leteratur. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut, yaitu:
a. Kajian pustaka yang berkaitan dengan definisi, kualitas, cakupan atau scope
(topic leterature).
b. Kajian pustaka yang berkaitan dengan Metodologi (teori mapan) yang disebut
Metodological Leteratur.4
Menurut Hyland kajian pustaka menunjukkan perbedaan atau kekurangan
dari pustaka yang dikaji berkaitan dengan apa yang diteliti dalam disertasi yang
ditulis, berkaitan dengan kutipan, yang merupakan referensi eksplisit terhadap
pustaka sebelumnya yang bersifat teoritis, kajian penelitian terdahulu dan
kerangka konseptual atau pemikiran. 5
Kajian pustaka menghasilkan kompilasi teori, penelitian terdahulu dan
kerangka konseptual. Menurut para ahli dibidang riset yang dikemukakan
3 Rudestam dan Newton Eisner, E. W, 1991, ‚The enlightened eye : Qualitative inquiry and the enhancement of educational practice.‛(New York .NY: Macmillan Publishing Company,2009): 46
4 Ibid, 49
diantaranya oleh Swetnam (2000), Evans dan Gruba (2002), Murray (2002:),
Glatthorn dan Joyner (2005), Pearce (2005), Brown (2006), dan Thody (2006),
bahwa, (1) kajian teori memuat review informasi pendukung merupakan
informasi teori yang diuraikan dalam bentuk diskusi yang membentuk sebuah
cerita . Hal ini bertujuan antara lain (a) untuk membangun hipotesis (bila ada),
(b) mendukung hipotesis yang dirumuskan secara konsisten dengan tujuan
penelitian, dan (c) untuk mendukung expected result penelitian tersebut. (2)
Review hasil penelitian sebelumnya.6
Hasil penelitian terdahulu dapat berupa skripsi, tesis, ataupun disertasi,
serta jurnal. Penelitian terdahulu yang direview betul-betul terkait dengan topik
penelitian. Dari kedua review tersebut dapat dikemukakan kerangka pemikiran
atau kerangka konseptual penelitian.
Pada dasarnya esensi kerangka konseptual berisi: (1) Alur jalan pikiran
secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik
dan atau hasil penelitian yang relevan, (2) Kerangka logika yang mampu
menunjukkan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka
teori. (3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk
gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel
penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka pemikiran yang
digambarkan dalam suatu model.
[image:35.595.109.513.249.537.2]
Dalam kajian ini mengacu pada pendapat para ahli sebagaimana di atas, alur
kajian teori dan kajian penelitian terdahulu menghasilkan kerangka teoritik atau
[image:36.595.113.514.251.541.2]kerangka konseptual7. Hal tersebut diilustrasikan pada gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Hubungan Tinjauan Teori Studi Penelitian Terdahulu
dan Kerangka Teoritik
2. Korporasi (business organization)
Kata ‚corporare‛ berasal dari kata ‚corpus‛ yang dalam bahasa Indonesia
diartikan dengan badan yang mempunyai arti memberikan badan atau
membadankan. Dengan demikian kata ‚corporatio‛ berasal dari hasil pekerjaan
membadankan. Badan yang dijadikan orang kerangka pemikiran teoritis atau
kerangka konseptual. Korporasi secara harfiah dari (corporatie, Belanda),
corporation (Inggris), corporation (Jerman) berasal dari kata ‚corporation‛ dalam
bahasa Latin. Seperti halnya dengan kata-kata lain yang berakhiran ‚tio‛,
7Miles, Mathew B., and Huberman A. Maichel, Qualitative Data Analysis. (Thousand Oaks, CA: Sage, 1999),47
Tinjauan Teori Kerangka
Teoritik
‚corporation‛ sebagai kata benda (substantivum) berasal dari kata kerja
‚corporare‛.
Korporasi (business organization) secara umum adalah suatu organisasi
dimana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk
menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan
secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah
yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan
jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan
barang atau jasa tersebut.
Korporasi adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi, konsumsi dan distribusi. Setiap perusahaan ada yang
terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar
di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan
usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah
secara resmi8.
Membentuk badan usaha merupakan dasar penting apabila kita akan
membangun suatu bisnis sendiri. Keberadaan badan usaha yang berbadan hukum
dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil, menengah atau besar akan
melindungi perusahaan dari segala tuntutan akibat aktivitas yang dijalankan oleh
perusahaan tersebut.
Meskipun begitu, dalam menjalankan suatu usaha tidak diwajibkan bagi
seorang pengusaha untuk mendirikan sebuah badan hukum. Hal tersebut
merupakan suatu pilihan bagi pengusaha untuk menentukan bentuk dari
penyelenggaraan usaha yang cocok untuk kegiatan usaha yang dijalankannya.
Namun, untuk beberapa jenis usaha tertentu yang memang diwajibkan menurut
peraturan perundang-undangan harus berbentuk badan usaha yang merupakan
badan hukum seperti bank, rumah sakit, penyelenggara satuan pendidikan formal.
Badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan
organisasi yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari
keuntungan. Badan usaha adalah rumah tangga ekonomi yang bertujuan mencari
laba dengan faktor-faktor produksi. Sebuah usaha/bisnis sendiri dapat dikatakan
berbadan hukum apabila memiliki ‚Akte Pendirian‛ yang disahkan oleh notaris
disertai dengan tandatangan diatas materai dan segel.
Badan yang diperoleh dengan perbuatan manusia sebagai lawan terhadap
badan manusia yang terjadi menurut alam. Corporatie dalam bahasa Belanda
berarti korporasi atau badan hukum. Sedangkan rechtpersoon diartikan badan
hukum, korporasi atau pribadi hukum.9Corpus juga dapat diartikan sebagai
makhluk hidup, pribadi diri, pesona, dewan, perkumpulan, buku, kitab, dan buku
pegangan atau juga dapat diartikan sebagai property yang dikuasai (the property
for which a trustee is responsible).10
3. Korporasi Sebagai Persero
Korporasi merupakan suatu perseroan yang merupakan badan hukum
yang diartikan sebagai suatu perkumpulan atau organisasi yang oleh hukum
diperlakukan seperti seorang manusia (personal) ialah sebagai pengemban (atau
pemilik) hak dan kewajiban-kewajiban, memiliki hak menggugat ataupun
digugat di muka pengadilan.
Subekti memberikan definisi badan hukum pada pokoknya adalah suatu
badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan
seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau
menggugat di depan hakim.11
Menurut Wirjono Prodjodikoro badan hukum adalah badan yang disamping
manusia perseorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang
mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap
orang lain atau badan lain.12
Pengertian yang disampaikan oleh Satjipto Rahardjo yang mengartikan
bahwa korporasi sebagai badan hasil cipta hukum. Badan hukum yang diciptakan
itu terdiri dari ‚corpus‛, yaitu struktur fisiknya dan ke dalamnya hukum
10Hasbullah F. Sjawe, Direksi dan Perseroan Terbatas serta Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi, Cetakan Pertama (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013) 27-28
sukkan unsur ‚animus‛ yang membuat badan hukum itu mempunyai kepribadian.
Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum, kematiannya pun juga
ditentukan oleh hukum.13
Hamzah berpendapat bahwa korporasi terbentuk ketika mulai tumbuh
kebutuhan untuk mengumpulkan modal, khususnya dengan timbulnya
perda-gangan antar kota, antar wilayah, antar negara. Sebesar-besar modal yang dapat
dikumpulkan oleh perorangan atau keluarga, tidak akan sebesar jika puluhan atau
ribuan orang melakukan secara bersama-sama. Lalu, berkembang secara hukum
menjadi orang (badan) yang berdiri sendiri terlepas dari peserta pengumpul
modal dalam hubungan bisnis. Selanjutnya, dikatakannya bahwa yang istimewa
dalam kehidupan korporasi ialah ia tidak mati sebagaimana para pemegang
saham setiap saat dan akhirnya akan mati. Ini disebut immortality korporasi.
Berdasarkan keadaan yang normal, pemegang saham tidak bertanggung
jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh korporasi, mereka menikmati
ketiadaan tanggungjawab secara hukum, tetapi menerima keuntungan. Modal
korporasi adalah modal legal person yang tersendiri. Pendapat ini kemudian
dikuatkan dengan pendapat Gayus Lumbuun yang mengatakan bahwa istilah
korporasi itu di masyarakat biasa disebut orang untuk menunjukan badan usaha
(commercial entity) yang berbadan hukum (corporate body/rechtpersoon),
walaupun dalam dunia usaha masih terdapat badan-badan usaha yang didirikan
tidak berbadan hukum.14
Sedangkan menurut Sutan Remy, pengertian korporasi dapat diartikan
secara sempit maupun luas. Secara sempit korporasi diartikan sebagai badan
hukum yang eksistensi dan kewenangannya melakukan perbuatan hukum diakui
oleh hukum perdata.15Pengertian ini memberikan suatu anggapan bahwa,
keberadaan korporasi untuk melakukan perbuatan hukum ketika perusahaan
masih hidup ataupun tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum, ketika perusahaan sudah mati, ditentukan oleh hukum perdata. Karena
apabila keberadaan suatu korporasi tidak diakui eksistensinya oleh hukum
perdata maka dia tidak dapat disebut sebagai koporasi yang dapat melakukan
perbuatan hukum. Pengertian secara sempit ini menggambarkan korporasi yang
diakui dalam ruang lingkup hukum perdata.
Secara luas, korporasi dapat diartikan tidak hanya berbentuk badan
hukum, melainkan juga meliputi yang bukan badan hukum atau menurut hukum
perdata tidak dapat dikualifikasikan sebagai badan hukum seperti firma,
perseroan komanditer atau CV, dan persekutuan atau maatschap. Pengertian
korporasi secara luas digunakan dalam ranah hukum pidana, sehingga dalam
ranah hukum pidana pengertian korporasi lebih ditekankan pada adanya
sekumpulan orang yang terorganisir dan memiliki pimpinan serta melakukan
14 Mustafa Edwin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), 34.
perbuatan-perbuatan hukum, misalnya perjanjian dalam rangka kegiatan usaha
atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh pengurusnya untuk dan atas nama
kumpulan orang tersebut, juga termasuk dalam pengertian korporasi.
Dari pengertian korporasi diatas, terdapat dua pengertian mengenai apa
itu korporasi yaitu ada yang menjelaskan bahwa korporasi itu sama dengan badan
hukum dan ada juga yang menjelaskan bahwa korporasi tidak hanya badan
hukum melainkan juga termasuk didalamnya korporasi yang tidak berbentuk
badan hukum.
Menurut William C. Burton bahwa korporasi tidak semata-mata hanya
berbadan hukum melainkan juga yang tidak berbadan hukum, sebagaimana
pengertian korporasi yang disampaikan oleh Burton diatas. Dalam dunia bisnis
kita mengenal tiga jenis organisasi bisnis. Ketiga jenis organisasi bisnis itu
adalah perorangan, persekutuan, dan perseroan terbatas.
B. Etika Bisnis Islam Vs Konvensional
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam
pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan,
antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang
lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia16.
Etika secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dika-takan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis
dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai
suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia17.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta etika (studi konsep etika),
etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan
nilai-nilai etika). Berbagai konsep etika bisnis dapat ditinjau dari sudut padang
secara parsial masing-masing pengertian etika bisnis, sebagai berikut dibawah
ini.
1. Konsep Etika Bisnis
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno,bentuk tunggal kata 'etika'
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu
adat kebiasaan.
Dari bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya
istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).18
Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam kamus besar bahasa
Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik
dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga
arti dan susunannya menjadi seperti berikut:
a. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara
tentang etika orang Jawa, etika agama budha, etika protestan dan sebagainya,
maka yang dimaksudkan etika disini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika
sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia
perorangan maupun pada taraf sosial.
b. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik.
Contoh : kode etik jurnalistik dan sebagainya.
c. Ilmu tentang yang baik atau buruk.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti ‚sibuk‛
dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di
pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang
mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani,
empati, dan norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya
pengusaha selalu menggunakan nuraninya.
Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli, antara lain
dikemukakan oleh :
a. Allan Afuah (2004). Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industri.
b. T. Chwee (1990). Bisnis merupakan suatu sistem yang memproduksi
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat.
c. Grifin dan Ebert (2000). Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan
barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
d. Steinford (1999). Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang
dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
e. Musselman dan Jackson (1992). Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan
yang diorganisir orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang atau jasa untuk mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.
f. Boone dan Kurtz (2002:8). Bisnis adalah semua aktivitas yang bertujuan
mencari laba dan perusahaan yang menghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.
g. Hughes dan Kapoor dalam Alma (1889:21), Bisnis adalah suatu kegiatan
individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.19
Etika bisnis secara sederhana adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana
kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Lingkup area bisnis menurut Urwick dan Hunt berkaitan dengan kegiatan
produksi, konsumsi dan ditribusi.20 Sedangkan menurut Gulick, Luther, and
Lyndall Urwick berkaitan dengan kegiatan produksi, konsumsi dan ditribusi dan
profit atau laba yang merupakan dari tujuan akhir dari korporasi.21
Dari kedua pendapat tersebut bahwa bisnis berkaitan dengan tiga hal
pokok, yaitu: (1) Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah,
mengupayakan pelayanan, menghasilkan barang dan jasa, (2) Konsumsi adalah
kegiatan menggunakan, memakai, dan menghabiskan barang dan jasa (3)
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang hasil produksi dari tempat
penghasil barang (produsen) ke tempat pemakai barang (konsumen), (4) profit
merupakan hasil dari kegiatan konsumsi.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Pendapat lain menurut Von der Embse dan R.A. Wagley memberikan tiga
pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
20 Urwick dan Hunt dalam Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana..Total Quality Manajemen. Edisi
Revisi, (Yogyakarta: Andy, 2003), 185
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.22
2. Prinsip Etika Bisnis
Peristilahan prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai
sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh
dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari
pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu.
Istilah Prinsip berpikir, disebut dengan nama yang berbeda. Misalnya
Ueberweg menyebutnya dengan Axioms of Inference, John Stuart Mill
menyebutnya dengan Universal Postulates of Inference. Istilah prinsip dapat
diartikan dengan kaidah atau hukum, yang inti artinya adalah suatu pernyataan
yang mengandung kebenaran universal. Kebenaran ini tidak terbatas oleh ruang
dan waktu, dimana dan kapan saja dapat digunakan.
Menurut Yusuf Qardhawi dalam berekonomi harus berprinsip:
1) Teori dua kehidupan . Islam memiliki konsep dua kehidupan yaitu kehidupan dunia dan akherat. Apa yang diperbuat di dunia ini akan dipertanggung
jawabkan di akherat. Dengan demikian maka ketika masih hidup di dunia akan berhati-hati dalam berbuat. Ingin selalu berbuat selaras dengan aturan etika yang diajarkan oleh Islam.23
2) Teori tauhid. Dalam teori ini seorang muslim percaya bahwa Tuhan itu satu. Dan Dialah yang mengawasi kehidupan kita. Karena itu kita sebagai makhluk, harus bertindak sesuai dengan kemauan Tuhan, yaitu berbuat kebaikan terhadap Tuhan , terhadap sesama manusia , terhadap hewan, tumbuhan dan lingkungan. Segala urusan yang kita perbuat tidak bisa lepas dari